Pinguecula Case [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I. IDENTITAS PASIEN •



Nama lengkap : Ny. S.







Umur



: 66 tahun 4 bulan







Agama



: Islam







Alamat



: Pringtulis 02/01, Nalumsari, Jepara







Pekerjaan



:-







Pernikahan



: Menikah







Pendidikan



: SMP







Suku



: Jawa







No. RM



: 499964







Tanggal Pemeriksaan: 19 Oktober 2016



II. ANAMNESIS Autoanamnesis langsung dengan pasien pada tanggal 19 Oktober 2016 Keluhan Utama : Mata kanan dan kiri terasa kemeng, pandangan sedikit berkabut, dan ngganjel Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluhkan mata kanan dan kiri kemeng, nrocos, gatal, pedih, mata merah, terasa mengganjal, apabila melihat cahaya silau. Keluhan ini sudah dirasakan pasien 2 tahun ini. Terdapat pula benjolan pada bola mata kiri. Pasien mengaku benjolan tersebut berwarna putih kekuningan di kedua bola mata. Benjolan ini muncul tibatiba, awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar sejak 2 bulan yang lalu. Saat melihat kurang jelas dan ada sedikit berkabut. Riwayat Penyakit Dahulu : •



Riwayat Kelainan pada mata sejak lahir disangkal







Riwayat trauma pada mata disangkal







Riwayat DM disangkal







Riwayat HT (+)







Riwayat operasi katarak disangkal







Pengunaan obat dalam waktu lama (+)



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 1



Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluhan serupa sebelumnya di keluarga



Riwayat Sosial Ekonomi Pasien tidak bekerja dan pengobatan ditanggung BPJS



PEMERIKSAAN FISIK A. Vital Sign   







Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Vital Sign  Tekanan Darah : 140/100 mmHg  Nadi : 80 kali/ menit  Suhu : 36,50C  Respiration Rate (RR) : 20 x / menit Status Gizi : Cukup



B. STATUS OFTALMOLOGI Gambar: OD



OS



Nodul putih kekuningan Sedikit keruh



OCULI DEXTRA(OD)



PEMERIKSAAN



OCULI SINISTRA(OS)



6/12



Visus



6/9



Tidak dikoreksi



Koreksi



Tidak dikoreksi



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 2



Gerak bola mata normal,



Bulbus okuli



Gerak bola mata normal,



enoftalmus (-), eksoftalmus



enoftalmus (-), eksoftalmus (-),



(-), strabismus (-) strabismus (-) Edema (-), hiperemis (-),



Palpebra



Edema (-), hiperemis (-), nyeri



nyeri tekan (-),



tekan (-), blefarospasme (-),



blefarospasme (-),



lagoftalmus (-), ektropion (-),



lagoftalmus (-), ektropion



entropion (-)



(-), entropion (-) Edema (-), injeksi silier (-),



Konjungtiva



Edema (-), injeksi cilier (-),



injeksi konjungtiva (-),



injeksi konjungtiva (-), infiltrat



infiltrat (-), hiperemis (+)



(-), hiperemis (+)



Nodul putih kekuningan di



Sklera



Nodul putih kekuningan di



bagian nasal sekitar 2mm x



bagian nasal sekitar 2mm x 2mm di



2mm di samping limbus



samping limbus



Bulat, jernih, edema (-),



Kornea



Bulat, jernih, edema (-), arkus



arkus senilis (-), keratik



senilis (-), keratik presipitat (-),



presipitat (-), infiltrat ( -),



infiltrat ( -), sikatriks (-)



sikatriks (-) Jernih, kedalaman cukup,



Camera Oculi



hipopion (-), hifema (-)



Anterior



Jernih, kedalaman cukup hipopion (-), hifema (-)



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 3



(COA) Edema (-), synekia (-),



Iris



Edema (-), synekia (-), Kripta (-)



Pupil



Bulat, Diameter ± 3mm, refleks



Kripta (-) Bulat, Diameter ± 3mm, refleks pupil L/TL: +/+



pupil L/TL: +/+



Sedikit keruh



Lensa



Sedikit keruh



Jernih



Vitreus



Jernih



AVR 2:3, crossing sign (-),



Retina



AVR 2:3, crossing sign (-),



flame shaped (-),



flame shaped (-),



perdarahan retina (-)



perdarahan retina (-)



(+) cemerlang



Fundus Refleks



(+) cemerlang



N0



TIO



N0



IV.RESUME Subjektif:  mata kanan dan kiri kemeng, nrocos, gatal, pedih, mata merah, terasa mengganjal, apabila melihat cahaya silau.  Benjolan berwarna putih kekuningan pada bola mata kiri dan kanan yang muncul tiba-tiba, awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar  Pandangan sedikit berkabut



A. Obyektif Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 4



6/12



Visus



6/9



Edema (-), injeksi silier (-),



Konjungtiva



Edema (-), injeksi cilier (-),



injeksi konjungtiva (-),



injeksi konjungtiva (-), infiltrat



infiltrat (-), hiperemis (+)



(-), hiperemis (+)



Nodul putih kekuningan di



Sklera



Nodul putih kekuningan di



bagian nasal sekitar 2mm x



bagian nasal sekitar 2mm x 2mm di



2mm di samping limbus



samping limbus



Sedikit keruh



Lensa



Sedikit keruh



DIAGNOSA DIFFERENSIAL ODS    



Pseudopterigium Pterigium Pannus Glaucoma



DIAGNOSA KERJA ODS Pinguekulata + Dry Eye Syndrome + Katarak insipien DASAR DIAGNOSIS ODS Pinguekulata







Subjektif : Benjolan berwarna putih kekuningan pada bola mata kiri dan kanan yang muncul tiba-tiba, awalnya berukuran kecil kemudian menjadi sedikit lebih besar



ODS Dry Eye Syndrome



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 5







Subjektif : Mata kanan dan kiri kemeng, nrocos, gatal, pedih, mata merah, terasa mengganjal, apabila melihat cahaya silau.



ODS Katarak insipien Subjektif : 



Pandangan sedikit berkabut Objektif : 6/12



Visus



6/9



Edema (-), injeksi silier (-),



Konjungtiva



Edema (-), injeksi cilier (-),



injeksi konjungtiva (-),



injeksi konjungtiva (-), infiltrat



infiltrat (-), hiperemis (+)



(-), hiperemis (+)



Nodul putih kekuningan di



Sklera



Nodul putih kekuningan di



bagian nasal sekitar 2mm x



bagian nasal sekitar 2mm x 2mm di



2mm di samping limbus



samping limbus



Sedikit berkabut



Lensa



Sedikit berkabut



VIII. TERAPI ODS Pinguekulata •



Tatalaksana Non-operatif  Terapi lubrikasi untuk mencegah iritasi sering digunakan secara klinis.  Penggunaan dari steroid topical dapat juga dipertimbangkan pada pasien dengan inflamasi kronis.



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 6







Tatalaksana Operatif  Eksisi



jaringan



pinguekula



hanya



diindikasikan



ketika



pinguekula



mengganggu tampilan kosmetik atau lebih jauh pinguekula tersebut menjadi meradang secara kronis. ODS Dry eye syndrome - cendo lytrees 4x sehari - lubricating ointment saat tidur - kompres hangat dan massage mata



ODS Katarak insipien -



Konservatif



IX. PROGNOSIS



Quo Ad Vitam Quo Ad functionam Quo Ad Kosmetikam Quo Ad Sanam



OKULI DEKSTRA



OKULISINISTRA(OS)



(OD) ad Bonam ad Bonam ad Bonam ad Bonam



ad Bonam ad Bonam ad Bonam ad Bonam



X. USUL DAN SARAN Usul :  Schirmer test Saran:  Pasien disarankan untuk memakai topi dan kacamata ketika keluar dari rumah untuk menghindari pajanan sinar matahari dan debu pada mata yang merupakan salah satu faktor resiko timbulnya peradangan pinguekula.  Memberitahukan pasien bahwa pinguekula ini merupakan tumor jinak yang jarang membesar dan tidak berbahaya serta tidak memerlukan pengobatan kecuali terjadi peradangan yang kronis atau karena alasan kosmetik dapat dilakukan pembedahan.  Menjaga kebersihan mata



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 7



 Jangan terlalu sering menggosok mata  Kontrol mata rutin



TINJAUAN PUSTAKA Pinguecula DEFINISI



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 8



Pinguecula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Keadaanya tampak berupa nodul keputihan pada kedua sisi kornea ( lebih banyak pada sisi nasal) di daerah aperture palpebra. Nodul terdiri atas jaringan hialin dan jaringan elastik kuning, jarang tumbuh menjadi besar. ETIOLOGI Etiologi dari pinguecula tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi. Pinguecula diduga merupakan suatu fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet, pengeringan dan lingkungan dengan angin banyak karena sering terdat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir. FAKTOR RISIKO Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya pinguecula adalah lingkungan dengan paparan ultraviolet yang tinggi, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herditer. Radiasi ultraviolet Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pinguecula adalah terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi konjungtiva menghasilkan kerusakan sel proliferasi sel. Paparan sinar ultraviolet ini dapat menyebabkan efek mutagenik pada sel. Respon biologis pada sinar ini berefek akut dan kronis. Paparan ultraviolet tertinggi terdapat biasanya pada daerah khatulistiwa dan pada dataran tinggi. Efek ultraviolet ini menyebabkan mutasi gen p53 (



suppressor tumor gen) sehingga dapat menyebabkan



pertumbuhan tumor pada konjungtiva. Iritasi kronik Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area konjungtiva merupakan pendukung terjadinya pinguecula. Iritasiyang disebabkan oleh debu mengakibatkan lisisnya lapisan lipid pada film air mata dan prosesnya berlangsung terus menerus dan berlangsung lama sehingga memepengaruhi permukaan konjungtiva. Kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 9



partikel tertentu, turut berperan mempengaruhi kelembaban konjungtiva yang akhirnya dapat mengakibatkan timbulnya pinguecula.



GEJALA KLINIK Pinguecula biasanya tanpa disertai gejala khas, timbul nodul kecil kemudian menjadi membran yang tipis berwarna putih kekuningan dan stasioner. Bagian sentral melekat pada kornea dapat tumbuh memasuki kornea dan menggantikan epitel, juga membran Bowman, dengan jaringan elastis dan hialin. Pertumbuhan ini mendekati pupil. Biasanya didapat pada orang-orang yang banyak berhubungan dengan angin dan debu, terutama pelaut dan petani. Kelainan ini merupakan kelainan degenerasi yang berlangsung lama. Bila mengenai kornea, dapat menurunkan visus karena menimbulkan astigmat dan juga dapat menutupi pupil, sehingga cahaya terganggu perjalanannya. pinguecula juga dapat meradang dan berwarna merah, terasa mengganjal disertai mata yang berair. DIAGNOSIS BANDING a. Pseudopterygium Apabila terjadi ulkus kornea atau kerusakan permukaan kornea, dapat terjadi bahwa dalam proses penyembuhan, konjungtiva menutupi luka kornea tersebut, sehingga terlihat seolah-olah konjungtiva menjalar ke kornea. Pada pseudopterygium dapat dimasukkan sonde di bawahnya, dan tidak bersifat progresif. Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan kecuali sangat mengganggu visus atau alasan kosmetik. b. Pannus Merupakan pertumbuhan pembuluh darah ke dalam sekeliling kornea. Pada individu normal, kornea seharusnya avaskuler, hipoksia lokal kronis (seperti pada penggunaan contact lens berlebihan) atau inflamasi dapat menyebabkan vaskularisasi di sekeliling kornea. Pannus juga dapat terjadi pada penyakit stem cell kornea seperti aniridia. c. Pterygium Pterygium dapat berupa berbagai macam perubahan fibrovaskular pada permukaan konjungtiva dan pada kornea. Penyakit ini lebih sering menyerang konjungtiva nasal dan akan meluas ke kornea bagian nasal.



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 10



Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik sering didapatkan berbagai macam keluhan, mulai dari tidak ada gejala yang berarti sampai mata menjadi sangat merah, mata gatal, iritasi, berair, dan pandangan kabur, disertai jejas pada konjungtiva yang membesar. PENATALAKSANAAN Kelainan ini juga terdapat pada konjungtiva bulbi, baik bagian nasal maupun bagian temporal, di daerah celah kelopak mata. Pinguekula terlihat sebagai penonjolan berwarna putih kuning keabuan berupa hipertrofi, yaitu penebalan selaput lendir. Pada umumnya pinguekula tidak memerlukan pengobatan. Pinguekula yang menunjukkan adanya peradangan, diobati dengan steroid untuk mempercepat redanya peradangan. KOMPLIKASI Komplikasi pada pinguecula jarang terjadi, tetapi pinguecula iritans dapat menyebabkan peradangan ( pingueculitis). Beberapa kejadian menerangkan bahwa pinguecula juga dapat berkembang menjadi pterygium.



PENCEGAHAN Secara teoritis adalah dengan memperkecil terpaparnya radiasi UV untuk mengurangi risiko berkembangnya pinguecula pada individu yang mempunyai risiko lebih tinggi. Pasien disarankan untuk menggunakan kacamata atau topi pelindung dari cahaya matahari. Pencegahan ini bahkan lebih penting untuk pasien yang tinggal di daerah tropis dan subtropik atau pada pasien yang memiliki aktivitas di luar dengan suatu risiko tinggi terhadap cahaya ultraviolet, misalnya memancing, berkebun, atau pekerja bangunan. Jadi sebaiknya untuk para pekerja lapangan dianjurkan untuk menggunakan kacamata dan topi pelindung



Dry eye syndrome Dry eye merupakan penyakit multifaktorial pada kelenjar air mata dan permukaan okuler yang menghasilkan gejala-gejala ketidaknyamanan, gangguan pengelihatan, air mata yang Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 11



tidak stabil sehingga berpotensi untuk menimbulkan kerusakan pada permukaan okuler. Dry eye sering disertai dengan peningkatan osmolaritas dari air mata dan peradangan dari permukaan okuler.



Patofisiologi Keratokonjuntivitis (KCS) pada sindroma Sjogren (SS) dipredisposisi oleh kelainan genetik yang terlihat adanya prevalensi dari HLA-B8 yang meningkat. Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya prose inflamasi kronis dengan akibatnya terjadi produksi autoantibodi yang meliputi produksi antibodi antinuklear, faktor reumatoid, fodrin (protein sitoskeletal), reseptor muskarinik M3, antibodi spesifik SS ( seperti anti –RO, anti-LA, pelepasan sitokin peradangan dan infiltrasi limfositik fokal terutama sel limfosit T CD4+ namun terkadang juga sel B) dari kelenjar lakrimalis dan salivatorius dengan degenerasi glandular dan induksi apoptosis pada kelenjar lakrimalis dan konjuncita. Keadaan ini dapat menimbulkan disfungsi kelenjar lakrimalis, penurunan produksi air mata, penurunan respon terhadap stimulasi saraf dan berkurangnya refleks menangis. Infiltrasi sel limfosit T aktif pada konjuntiva juga sering dilaporkan pada KCS non SS. Reseptor androgen dan estrogen terdapat di dalam kelenjar lakrimalis dan meibomian. SS sering ditemukan pada wanita post menopause. Pada wanita menopause, terjadi penurunan hormon seks yang beredar ( seperti estrogen, androgen) dan juga mempengaruhi fungsi dari sekresi kelenjar lakrimalis. 40 tahun yang lalu, penelitian mengenai defisiensi estrogen dan atau progesteron sering berkaitan dengan insidensi KCS dan menopause. Disfungsi kelenjar meibomian, defisiensi hormon androgen akan berakibat kehilangan lapisan lipid terutama trigliserida, kolesterol, asam lemak esensia monosaturasi (MUFA seperti asam oleat), dan lipid polar ( seperti phosphatidiletanolamin, sfingomielin). Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 12



Kehilangan polaritas lemak (pada hubungan antara lapisan aqueous-air mata) akan mencetuskan terjadinya kehilangan air mata atau evaporasi dan penurunan asam lemak tidak jenuh yang akan meningkatkan produksi meibum, memicu penebalan serta sekresi air mata yang bersifat viskos sehingga dapat mengobstruksi duktus dan menyebabkan stagnasi dari sekresi. Pasien dengan terapi antiandrogenik pada penyakit prostat juga dapat meningkatkan viskositas sekret kelenjar meibom, menurunkan waktu kecepatan penyerapan air mata dan meningkatkan jumlah debris. Sitokin proinflamasi juga dapat menimbulkan destruksi seluler, meliputi interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6), interleukin 8 (IL-8), TGF beta, TNF alpha. IL-1 beta dan TNFalfa juga ditemukan pada air mata dari KCS dimana dapat menimbulkan pelepasan opioid yang akan mengikat reseptor opioid pada membran neural dan menghambat pelepasan neurotransmiter melalui NF-K beta. IL-2 juga dapat mengikat reseptor opioid delta dan menghambat produksi cAMP dan fungsi neuronal. Kehilangan fungsi neuronal akan menurunkan tegangan neuronal normal, yang dapat memicu isolasi sensoris dari kelenjar lakrimalis dan atrofi kelenjar lakrimalis secara bertahap. Neurotransmiter proinflamasi seperti substansi P dan kalsitonin gen related peptide (CGRP) dilepaskan dan dapat mengaktivasi sel limfosit lokal. Substansi P juga berperan melalui pelepasan sinyal lewat jalur NF-AT dan NFKb yang memicu ekspresi ICAM-1 dan VCAM-1, adesi molekul yang mempromosi munculnya limfosit dan kemotaksis limfosit ke daerah inflamasi. Siklosporin A merupakan reseptor sel natural killer (NK)-1 dan NK-2 yang dapat menurunkan regulasi molekul sinyal yang dapat digunakan untuk mengatasi defisiensi lapisan aqueous air mata dan disfungsi kelenjar meibomian. Proses tersebut juga dapat meningkatkan jumlah sel goblet dan menurunkan jumlah sel inflamasi dan sitokin di dalam konjuntiva. Sitokin-sitokin tersebut dapat menghambat fungsi neural yang dapat mengkonversi hormon androgen menjadi estrogen yang merupakan hasil dari disfungsi kelenjar meibomian. Peningkatan rata-rata apoptosis juga terlihat pada sel konjunktiva dan sel lakrimalis asiner yang mungkin disebabkan karena kaskade sitokin. Elevasi enzim pemecah jaringan yaitu matriks metalloproteinase (MMPs) juga ditemukan pada sel epitel. Gen yang berperan dalam produksi musin yaitu MUC1-MUC 17 akan memperlihatkan fungsi sekresi dari sel goblet, musin yang soluble dan tampak adanya hidrasi dan stabilitas dari lapisan air mata yang terganggu pada penderita sindroma dry eyes. Kebanyakan MUC 5AC berperan dominan dalam lapisan mukus air mata. Adanya defek gen musin makan akan memicu perkembangan sindroma dry eyes. Sindroma Steven-Johnson, defisiensi vitamin A akan memicu kekeringan pada mata atau keratinisasi dari epitel okuler Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 13



dan bahkan dapat menimbulkan kehilangan sel goblet. Musin juga menurun pada penyakit tersebut dan terjadi penurunan ekspresi gen musin, translasi dan terjadi perubahan proses post-translasi. Produksi protein air mata normal seperti lisosim, laktoferin, lipocalin, fosfolipase A2 juga menurun pada KCS. Mortalitas dan Morbiditas Dry eyes juga dapat menimbulkan kornea yang steril atau terjadi ulserasi kornea terinfeksi terutama pada pasien Sindroma Sjogren. Sifat ulkus kornea pada dry eyes cukup khas yaitu berbentuk oval atau sirkular dengan diameter kurang dari 3 mm dan berlokasi pada kornea sentral atau parasentral. Terkadang dapat terjadi perforasi kornea. Pada kasus tertentu dapat menimbulkan kebutaan akibat ulkus kornea terinfeksi. Komplikasi lainnya berupa defek epitel puntata (PED), neovaskularisasi kornea dan jaringan parut kornea. Mortalitas dan morbiditas juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan suku bangsa. Kebanyakan sindroma dry eyes terjadi pada wanita. KCS dengan SS ditemukan pada 1-2% populasi dan mengenai hampir 90% wanita. Sedangkan diagnosis dry eyes sering ditemukan pada penderita ras hispanik dan asia kaukasia. Pemeriksaan klinis a. anamnesis perlu dilakukan pemeriksan riwayat penyakit untuk menegakkan diagnosis sindroma dry-eyes seperti ada tidaknya:  Iritasi okuler dengan gejala klinis seperti rasa kering , rasa terbakar, gatal, nyeri , rasa adanya benda asing pada mata, fotofobia, pandangan berkabut. Biasanya gejala tersebut dicetuskan pada lingkungan berasap atau kering, aktivitas panas indoor, membaca lama, pemakaian komputer jangka panjang.  Pada KCS, gejala-gejala akan semakin memburuk setiap harinya dengan penggunaan mata yang lebih memanjang dan paparan lingkungan. Pasien dengan disfungsi kelenjar meibomian kadang mengeluh mata merah pada kelopak mata dan konjuntiva tetapi pasien-pasien tersebut memperlihatkan perburukan gejala terutama pada pagi hari.  Terkadang, pasien mengeluh sekret air mata yang berlebihan, hal ini disebabkan karena reflek menangis mata yang meningkat karena permukaan kornea yang mengering  Pemakaian obat-obatan sistemik, karena dapat menurunkan produksi air mata seperti antihistamin, beta bloker dan kontrasepsi oral.  Riwayat penyakit dahulu berupa kelainan jaringan ikat, artritis reumatoid, atau abnormalitas



-



tiroid. Terkadang pasien juga mengeluh mulut kering b. Pemeriksaan fisik gejala dari sindroma dry eyes meliputi: Dilatasi vaskuler konjuntiva bulbi Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 14



-



Penurunan meniskus air mata Permukaan kornea yang ireguler Penurunan absorbsi air mata Keratopati epitel kornea punctata Kornea berfilamen Peningkatan debris pada lapisan air mata Keratitis puntata superfisialis Sekret mukus Pada kasus berat, ulkus kornea Gejala-gejala dry eyes tidak berhubungan dengan tanda-tanda dry eyes. Pada kasus berat, juga ditemukan defek epitel atau infiltrasi kornea steril atau ulkus kornea. Keratitis sekunder juga dapat terjadi. Baik perforasi kornea karena steril atau infeksi dapat terjadi. c.Pemeriksaan diagnostik. Tes Schimer Tes ini dilakukan dengan mengeringkan lapisan air mata dan memasukkan strip Schirmer (kertas saring Whartman No. 41) ke dalam cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur lima menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa anestesi dianggap abnormal.



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 15



Gambar 4. Tes Schimmer Tes Break-up Time Tes ini berguna untuk menilai stabilitas air mata dan komponen lipid dalam cairan air mata; diukur dengan meletakkan secarik kertas berfluorescein di konjungtiva bulbi dan meminta penderita untuk berkedip. Lapisan air mata kemudian diperiksa dengan bantuan filter cobalt pada slitlamp, sementara penderita diminta tidak berkedip. Selang waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 16



dalam lapis fluorescein kornea adalah break-up time. Biasanya lebih dari 15 detik. Selang waktu akan memendek pada mata dengan defisiensi lipid pada airmata. Tes Ferning Mata Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti komponen musin air mata ; dilakukan dengan mengeringkan kerokan lapisan air mata di atas kaca obyek bersih. Sitologi Impresi Adalah cara menghitung densitas sel Goblet pada permukaan konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel Goblet paling tinggi di kuadran infra nasal. Pemulasan Fluorescein Dilakukan dengan secarik kertas kering fluorescein untuk melihat derajat basahnya air mata dan melihat meniskus air mata. Fluorescein akan memulas daerah yang tidak tertutup oleh epitel selain defek mikroskopik pada epitel kornea. Pemulasan Rose Bengal Rose Bengal lebih sensitif daripada fluorescein. Pewarna ini akan memulas semua sel epitel yang tidak tertutup oleh lapisan musin yang mengering dari kornea dan konjungtiva. Pengujian kadar lisozim air mata Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya dengan cara spektrofotometri. Osmolalitas air mata Hiperosmolalitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis sicca dan pemakai lensa kontak; diduga sebagai akibat berkurangnya sensitifitas kornea. Laporanlaporan penelitian menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes yang paling spesifik bagi keratokonjungtivitis sicca, karena dapat ditemukan pada pasien dengan tes Schirmer normal dan pemulasan Rose Bengal normal. Laktoferin Laktoferin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi kelenjar lakrimalis Penyebab Internasional Dry Eye Workshop (DEWS) mengembangkan 3 bagian klasifikasi dari dry eye, berdasarkan etiologi, mekanisme dan derajat keparahan penyakit. Sistem klasifikasi dibuat berdasarkan etiopatogenesis menurut DEWS: a. Defisiensi produksi aqueous  Dry eyes dengan Sindroma sjogren (primer, sekunder)



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 17



 o o o o  o



Dry eyes tanpa sindroma sjogren Defisiensi kelenjar lakrimalis Obstruksi duktus kelenjar lakrimalis Refleks hiposekresi Obat-obatan sistemik Evaporatif Penyebab intriksi ( disfungsi kelenjar meibomian, kelainan lengkungan kelopak mata, rata-



rata kebutraan, aksi obat ( contoh accutan) o Penyebab ekstrinsik ( defisiensi vitamin A, obat-obatan topikal, pemakaian kontak lensa,penyakit permukaan okuler seperti alergi). b. Berdasarkan defisiensi produksi aqueous dapat diklasifikasikan menjadi:  Sindroma non-sjogren o Defisiensi primer kelenjar lakrimalis primer ( idiopatik, age related dry eye), kongenital alkrima, disautonomia famili o Defisiensi kelenjar lakrimalis sekunder ( infiltrasi kelenjar lakrimalis, sarkoidosis, limfoma, AIDS, graft disease, amiloidosis, hemokromatosis, infeksi kelenjar lakrimalis, sindroma limfadenopati, HIV difus, trakoma, defisiensi vitamin A, ablasi kelenjar lakrimalis, denervasi kelenjar lakrimalis. o Penyakit obstruksi lakrimalis ( trakoma, pemfigoid okuler, eritema multiformis dan SSJ, luka bakar kimiawi+ termal, imbalan endokrin, fibrosis post radiasi) o Obat-obatan – antihistamin, beta bloker, fenotiazin, atropin, kontrasepsi oral, ansiolitik, agen antiparkinson, diuretik, antikolinergik, antiaritmia, topikal pada tetes mata, anestesi topikal, isotretinoin o Hiposekresi refleks ( keratitis neurotropik, pembedahan kornea, keratitis herpes simplek, agen topikal, obat sistemik (beta bloker, atropin), pemakaian kontak lens kronis, diabetes, penuaan, toksisitas trikloretilen, kerusakan saraf kranial, neuromatosis multipel.  Sindroma Sjogren o Primer ( tidak berkaitan dengan penyakit jaringan ikat/ connetive tissue disease (CTD) o Sekunder (berkaitan dengan CTD) – artritis reumatoid, SLE, skleredema, sirosis biliaris primer, nefritis interstitial, polimiositis+ dermatomiositis, poliarteritis nodosa, tiroiditis hasimoto, penumonitis limfositik interstitial, ITP, hipergammaglobulinemia, granulomatosis wegener. Penatalaksanaan Sindroma dry eye sangat kompleks penyebabnya dan diatasi berdasarkan penyebabnya, tetapi sementara mencari penyebabnya dapat juga diatasi terlebih dahulu keluhan lainnya seperti kering, gatal dan rasa terbakar.



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 18



Tujuan utama dari pengobatan sindrom dry eye adalah penggantian cairan mata. Terapi yang saat ini dianut adalah air mata buatan sebagai pelumas air mata sedangkan salep berguna sebagai pelumas jangka panjang terutama saat tidur. Terapi tambahan dapat dilakukan dengan memakai pelembab, kacamata pelembab atau kacamata berenang. Untuk menjaga agar air mata tidak terdrainase dengan cepat dapat digunakan punctal plug, dengan demikian mata akan lebih terasa lembab, tidak kering, tidak gatal, tidak seperti terbakar. Katarak Katarak senilis adalah katarak yang berkaitan dengan usia, penuruna penglihatan, dengan karakteristik penebalan lensa yang terjadi secara terusmenerus dan progresif (Victor et al., 2006). Katarak senile umumnya dibagi menjadi 4 stadium yaitu: 1. Stadium insipien 2. Stadium imatur 3. Stadium matur 4. Stadium hipermatur Pada katarak insipien kekeruhan lensa ringan, cairan lensa, iris, bilik mata, sudut bilik mata normal, shadow test negatif. Pada katarak Imatur kekeruhan hanya pada sebagian lensa, cairan lensa bertambah, iris terdorong ke depan, bilik mata depan dangkal, sudut bilik mata sempit, shadow test positif. Pada katarak matur telah terjadi kekeruhan pada seluruh lensa, cairan lensa, iris, bilik mata, sudut bilik mata normal, shadow test negatif. Pada katarak imatur kekeruhan lensa masif, cairan lensa berkurang, iris termulans, bilik mata depan dalam, sudut bilik mata terbuka, shadow test pseudops (Ilyas, 2005).



DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas, H.S., 2009,Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 2. PERDAMI, 2009, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, Sagung Seto: Jakarta. 3. Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta 4. Wijana, N., 1993, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta



Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata RSUD Kudus 18 Oktober - 12 November 2016



Page 19