Pisang Dan Potensi Limbahnya Untuk Pakan Ternak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PISANG DAN POTENSI LIMBAHNYA UNTUK PAKAN TERNAK



Tuntutan akan adanya peningkatan produksi susu dan daging, berkonsekuansi adanya kompetisi terhadap penggunaan limbah tanaman untuk pakan ternak. Apabila ditunjang adanya penurunan produksi biji-bijian dunia, menyebabkan semakin tidak ekonomis memberi pakan ternak berasal dari butir-butiran, karena berkompetisi dengan manusia. Dengan demikian, karena pentingnya protein asal ternak maka ternak harus dioptimalkan kemampuan produksinya dengan memanfaatkan hasil sampingan panen untuk pakan ternak. Berdasarkan catatan FAO di Perancis, setiap mengeksport 1 ton pisang, maka sekitar 750 kg ditolak karena alasan tidak memenuhi syarat atau karena melebihi dari kebutuhan. Buah yang akan dikemas dari setiap tandan juga akan menyisakan 10 sampai 20 persen dari total pisang yang akan dikemas tergantung tingkat seleksi dalam pengemasan pisang, dan buah yang tidak dapat digunakan. Apabila ada 36 juta ton produksi pisang dunia (FAO, 1975) dengan estimasi 7-10 juta ton merupakan limbah yang diberikan pada ternak, maka limbah pisang perlu mendapat perhatian lebih lanjut.



Kandungan gizi yang terdapat dalam pisang antara lain : Mineral, Vitamin, Karbohidrat, Serat, Protein, Lemak, dan lain-lain. Nutrien yang terdapat di dalam setiap 100 gram pisang matang adalah sebagai berikut: Kalori 27 Kcal, Protein 1.6 g, Lemak 0.45g, Karbohidrat 5.4g, Serat 3.4 g, Gula 1.95 g, Kalsium 14 mg, Besi (ferrum) 0.5mg, Magnesium 17 mg, Fosfor 32 mg, Potasium 256 mg, Sodium 13 mg, Zinc 0.25 mg, Copper 0.1 mg, Manganese 0.1 mg, Selenium 0.3 mg, Vitamin A 340 IU, Vitamin B-6 0.35 mg, Vitamin C 82.7 mg, Vitamin E 0.69 mg, Vitamin K 9.5 mcg, Thiamin 0.08 mg, Riboflavin 0.05 mg, Niacin 1.24 mg, Panthotenic acid 0.27mg, Fattyacid (total saturated) 0.05 g, Fatty acid (total monounsaturated) 0.03 g, Fatty acid (total polyunsaturated) 0.24 g Cholesterol 0 mg, Carotene, beta 194 mcg, Carotene, alpha 39 mcg dan Air 92 gram. (www.depkes.go.id) Setiap 100 gram daun pisang terkandung lemak 4,31 gram protein, karbohidrat 33, 10 gram, dan kalorinya 224 kkal. Hal ini kesemuanya merupakan zat-zat yang diperlukan dalam membuat pakan yang berkualitas dalam memenuhi kebutuhan gizi ternak (funnyfree.net) Di bidang kesehatan, pohon pisang merupakan salah satu tanaman obat. Semak berumpun setinggi 3 meter itu buahnya memiliki kandungan kimia noradrenalin, 5-hidroksi triptamin, dopamin,



vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C, F, G, serotinin, pektin, dan tanin (buah muda). Getahnya mengandung tanin dan asam galat (funnyfree.net) Produk samping tanaman pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan adalah batang pisang bagian bawah (bongkol), tengah dan bagian atas termasuk daunnya. Di beberapa daerah, batang pisang telah dimanfaatkan sebagai bahan pengenyang disamping sebagai sumber pengadaan air minum untuk ternak. Batang pisang mengandung senyawa sekunder dan mineral makro dan mikro yang cukup penting bagi ternak yang bersangkutan. Senyawa sekunder, seperti tanin pada umumnya dalam jumlah yang tidak berlebihan dipergunakan sebagai bahan protektor protein kasar mudah larut yang terkandung dalam bahan pakan lainnya. Tabel 1. Berbagai manfaat tanaman pisang Nama



Limbah



Penggunaan Cuka Kulit pisang, nata de banana, wine (anggur), pakan ternak Buah Pisang, sale pisang, pure pisang, tepung pisang, kripik pisang, pakan ternak



Kulit Pisang Buah Pisang Buah Pisang



Buah pisang reject



Pakan ternak



Jantung



Dendeng Jantung Pisang, pakan ternak



Tandan Pisang



Pakan ternak



Daun pisang



Daun pisang



Pembungkus makanan, hiasan, pakan ternak.



Batang Semu



Batang Semu



Bonggol Pisang



Bonggol Pisang



Pengobatan yang menggunakan pisang



Pakan ternak, penawar racun ular, tempat pentas pagelaran wayang kulit, serat untuk kain, kertas Pupuk K, sabun, Kripik Bonggol pisang,penyakit disentri, pendarahan usus, obat kumur serta untuk memperbaiki pertumbuhan dan menghitamkan rambut. Sedangkan untuk makanan, bonggol pisang dapat diolah menjadi panganan, seperti urap dan lalapan. Kanker perut, ambient, anemia, daya ingat, depresi dan stree, hipertensi dan stroke, obesitas, nyeri lambung, sindrom prementruasi.



Pengolahan pisang tersebut akan dihasilkan limbah kulit pisang yang cukup banyak jumlahnya yaitu kira-kira sepertiga dari buah pisang yang belum dikupas (Munadjim, 1983). Kumalaningsih (1993) menyatakan perbandingan antara kulit dan daging adalah 1, 2 : 1,6 pada saat pisang masih muda, berubah menjadi 2,0 : 2,7 bila telah masak, sehingga perlu dipikirkan pemanfaatannya. Salah satunya melalui pengawetan sebagai akibat melimpahnya limbah kulit pisang dalam bentuk segar, sehingga keberadaanya mempunyai nilai guna yang tinggi. Sekitar 20 % buah pisang tidak dipilih, dan tidak termanfaatkan (Preston dan Leng, 1987) Hasil analisis kimia kulit pisang di Indonesia menunjukkan bahwa kulit pisang tersebut memiliki kandungan zat-zat makanan yang cukup tinggi seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis proksimat kulit pisang



Komponen Bahan Kering (BK) Serat Kasar (SK)* *



BETN



Lemak Kasar



*



Mentah



Masak



Silase



14,1



14,0



12,79



13,0



10,1



8,12



56,8



60,7



62,98



6,0



10,7



9,16



Protein Kasar (PK)



7,7



7,8



9,53



Abu



16,5



10,7



10,21



KcPK



22,0



33,8



36.45



ME (M.Kal/kg)



2,2



2,5



2,45



Keterangan : 1 dan 2 Gohl (1981); 3.Susilowati (1997) *) berdasarkan 100 % BK. Kandungan nutrisi kulit pisang sangat berpotensi sekali seagai sumber karbohidrat yang baik untuk semua fase kehidupan ternak. Kandungan karbohidrat terutama bahan ekstrak tanpa nitrogen sebesar 66,20 % (Heruwatno, dkk. 1993) dan masih mengandung selulosa dan hemiselulosa sebesar 40 % dari total serat kasar yang dikandungnya (Parakkasi, 1990) dengan kandungan serat kasar kulit pisang sebesar 13 % (Gohl, 1981). Van Soest (1994) bahwa selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tanaman yang masih dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia. Hasil analisis kulit pisang yang dilakukan di Laboratorium nutrisi dan makanan Ternak Universitas Brawijaya (Susilowati, 1997) diperoleh komposisi nutrient sebagai berikut : BK = 12,6 %; BO = 80,36%; PK = 8,36 %; gula reduksi = 42,34 % dan gula terlarut = 5,41 %. Kandungan karbohidrat yang besar terutama gula reduksi pada kulit pisang ambon termasuk dalam Readily Available Carbohidrates (RAC) dengan energy bruto sebesar 3724,32 Kcal/kg. Variasi komposisi pisang ditentukan oleh derajad kematangan. Tabel 4 menunjukkan komposisi buah yang matang dan mentah. Pisang memiliki kadar air 78-80 persen. Pisang yang mentah dipanen untuk dikemas mengandung pati 72 persen. Sedang yang masak pati berubah menjadi gula sederhana (sukrosa, glukosa, fruktosa). Kandungan selulosa rendah (3-4 persen) dan sebagian besar dijumpai pada kulitnya. Fraksi anorganik sangat rendah pada beberapa mineral, Ca dan P tetapi kaya K. Pisang (matang ataupun mentah) rendah kandungan proteinnya (Nx6,25) dan defisien lisin dan asam-asam amino yang mengandung sulfur (2,3-2,9 g/16 gN). Disamping itu pisang mengandung tannin, polimer dalam jumlah sedikit pada buah muda dan mempunyai aktivitas mengambat kerja ensim. Pada buah yang matang jumlahnya lebih tinggi. Oleh karena kandungan gula mudah terfermentasi tinggi, pisang mudah diensilasi. Berdasarkan hasil penelitian di Guadeloupe ( Sève et al., 1972; Le Dividich dan Geoffroy, 1973; dan Le Dividich et al., 1976) dapat disimpulkan bahwa ensilase pisang dapat berhasil jika dilakukan pengamatan selama penyimpanan, dipastikan cukup padat dan kering, tanpa diperlukan additive. Pisang matang mudah dipadatkan, tetapi pisang yang masih mentah perlu dicacah terlebih dulu. Sebagai alternatif, pisang mentah dimatangkan dulu baik secara alami ataupun buatan melalui pemberian gas asetilen / karbit (suatu prosedur yang dikembangkan oleh IFAC di stasiun Guadeloupe) sebelum diensilase. Silase yang dibuat dari pisang mentah, tersimpan dengan baik ( kehilangan pati hanya 6-7 persen), sedangkan 84 persen gula sederhana pisang yang matang terdegradasi atau hilang. Sebagai hasilnya, kehilangan berat hampir tiga kali lebih sedikit untuk silase pisang mentah (10-15 persen) dibandingkan pada silase pisang matang (30-35 persen). Kandungan N silase stabil pada tiga sampai empat hari dan dalam penyimpanan minimal enam bulan. Karakteristik silase dari buah matang ( e.g. pH dan kandungan asam laktat) mungkin lebih baik dibanding silase dari pisang mentah.Tetapi silase dari pisang mentah diharapkan lebih disukai, terutama saat terjadi puncak produksi, adanya kendala pemasaran dan gangguan cuaca. Tabel 3. Komposisi limbah pisang pada berbagai tingkatan umur dan pengawetan Item



Green 3 to 5



Ensiled



Ripe Ensiled



days after picking Physical composition



green



ripe



Percentage of dry matter



Banana peelings



20



18



Banana pulp



80



82



Chemical composition Dry matter content in fresh feed Crude fibre



1



Crude protein



1



Sugars soluble in alcohol at 80° G.L.1 Starch Ash



1



1



Percent 21.2



29.0



21.7



23.5



3.7



5.3



3.8



6.1



6.4



3.8



5.3



8.1



1.8



0



73.6



17.3



72.3



70.9



3.4



6.8



4.6



3.8



5.2



5.7



Ph



4.2



3.8



Lactic acid (g/% DM)



5.3



10.1



Volatile acidity (g CH3 COOH/100 g DM)



1.8



3.0



Ethanol



0.2



2.3



Losses as percentage of ensiled dry matter



13.5



33.9



Sumber : Le Dividich, Sève and Geoffroy, 1976. 1 On dry matter basis.



TINDAK LANJUT YANG DAPAT DILAKUKAN Memperhatikan dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa catatan yang dapat dijadikan pijakan untuk digunakan sebagai pertimbangan penelitian lebih lanjut. 1. Penelitian menggunakan materi buah pisang mentah maupun pisang yang matang menjadi relevan dilaksanakan di luar negeri, karena sekitar 20 % buah pisang tidak dipilih, dan tidak termanfaatkan (Preston dan Leng, 1987). Kondisi demikian tidak relevan lagi di Indonesia, karena pisang kualitas kurang baik tetap masih dapat dikonsumsi maupun diproses dalam berbagai produk lain, yang berarti nilai ekonomis pisang lebih tinggi digunakan untuk konsumsi manusia. 2. Penelitian penggunaan kulit pisang sudah dilakukan di Indonesia. Kulit pisang sebagai pakan basal ternak punya kendala kandungan serat kasar rendah sehingga pemberiannya harus ditambahkan hijauan berserat kasar tinggi. Tetapi karena kulit pisang kaya energy sehingga pemberiaanya bisa dicampurkan dengan nitrogen bukan protein (NPN) seperti urea sebagai sumber nitrogen untuk sintesis protein mikroba (single cell protein). Penggunaan urea dalam pakan sumber protein dianjurkan maksimum sebanyak 1 % dari total bahan kering konsentrat atau sebanyak 5 % dari protein konsentrat. Mengingat urea merupakan bahan kimia menjadi tidak tepat mempunyai banyak kelemahan yaitu terjadinya polusi tanah dan lingkungan serta residu yang berbahaya dalam saluran pencernaan ternak, sehingga penggunaan bahan kimia ini tidak begitu dianjurkan. 3.



Penelitian silase merupakan pilihan yang tepat pada kulit pisang, hal ini salah satu upaya untuk mengatasi factor pembatas kulit pisang yang kaya tanin. Heruwatno dkk. (1993) menyatakan bahwa kulit pisang yang masih hijau kaya akan tanin, karenanya tidak baik diberikan secara langsung untuk pakan ternak. Kandungan tanin pada kulit pisang mentah sebesar 7,36 % dan setelah masak turun menjadi 1,99 %. Variasi tergantung jenis pisang yang digunakan seperti kulit pisang raja masak



diperoleh tanin sebesar 0,042 %. Tanin merupakan salah satu senyawa polihidroksipenol yang mempunyai sifat mudah berikatan dengan protein atau polimer lainnya seperti selulosa, hemiselulosa, pectin untuk membentuk senyawa komplek yang stabil sehingga akan menghambat kerja ensim protease dan selulase. Tanin mempunyai dua sifat utama yang dapat dihidrolisis (hidrolizable tannin) baik dengan larutan asam, basa, atau enzim sehingga menghasilkan senyawa sederhana seperti monosakarida, dan asam karbosilat. Tannin hidrolis merupakan senyawa gallatanin dan ellagitannin yaitu ester dari glucose dan asam gallat atau asam elegant (asam hexahidroksifelat). Tanin yang kedua adalah tanin condensed yang mempunyai struktur yang lebih komplek dan tidak dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim. Sedangkan yang termasuk dalam senyawa ini adalah catechin dan leucoantosianin yang molekulnya dapat terpolarisasi menimbulkan warna hitam bilamana bereaksi dengan ion logam sehingga kurang disukai oleh ternak ruminansia. Adanya tanin bebas yang aktif (Hydrolizable tannin) dalam bahan pakan akan menentukan citarasa yang pahit atau sepet (Astrigent) sehingga mengurangi palatabilitas bagi ternak. Seperti yang dilaporkan Pond dan Manner (1974) bahwa dalam proses pematangan buah pisang akan terjadi reduksi tanin bebas menjadi tanin terikat dan biasanya tanin jenis ini banyak terdapat didalam kulit pisang dibandingkan dalam dagingnya. Selain itu efek negative lain adanya tanin dalam campuran bahan pakan dalam jumlah tinggi dapat menurunkan konsumsi bahan kering pakan dan kecernaanya. 4. Potensi limbah pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak di Indonesia adalah batang semu, daun pisang, kulit pisang. Kendala yang dihadapi yaitu kandungan protein rendah dengan kadar air cukup tinggi sebesar 86% sehingga dalam penggunaanya dalam pakan tidak dapat digunakan sebagai bahan tunggal tetapi perlu adanya penambahan bahan pakan sumber protein tinggi misalnya konsentrat atau bungkil biji bijian tanaman kacang. Kadar PK untuk bahan suplemen yang baik sebesar 30 % (Parakkasi, 1990). Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan cepat mengalami pembusukan dan kerusakan sehingga dalam pemberiannya harus segar dan cepat. Upaya mengatasi kendala tersebut dengan penelitian silase telah dilakukan. 5. Proporsi limbah pisang yang tersedia batang semu dan daun cukup banyak tersedia, namun tidak menjadi kendala pencemaran lingkungan. Tandan pisang dan kulit pisang menjadi kendala di beberapa perusahaan pengolahan pisang (pembuatan tepung, kripik dan ekspor pisang) karena jumlahnya cukup banyak, tidak termanfaatkan sehingga mencemari lingkungan. Penelitian fermentasi menggunakan penambahan berbagai jenis kapang Aspergillus sp, Neurospora sp, Rhizopus sp dan Trichoderma sp, atau penambahan larutan asam misalnya asam asetat atau propionate sebagai bentuk awetan segar atau dikeringkan belum dilakukan.



PENUTUP Limbah pisang yang berlimpah merupakan sumber pakan potensial baik secara kualitas maupun kuantitas sangat diperlukan oleh ternak kambing, domba, sapi. Teknik pemberian pakan yang sederhana perlu sosialisasikan secara luas mengingat pengambilan limbah pisang memerlukan transportasi. Pemanfaatan limbah pisang untuk ternak disarankan bersifat local dan terintegrasi di sekitar lokasi limbah pisang. Disekitar perkebunan pisang atau industry pengolahan pisang dapat diintrasikan tanaman leguminosa dan budidaya ternak kambing, domba, sapi.



DAFTAR PUSTAKA FAO. 1975. Production yearbook 1974. Rome. funnyfree.net/results03/kandungan_protein_pada_ruminansia.html - 35k – down Load 31-12-2008



Gohl, B. 1981. Tropical Feeds. Feed Information summaries and Nutritive Value. Animal Production and Healt Series. FAO 12 : 364 – 366. Heruwatno, K.D. Natawihardja, T. Widiastuti dan C. Aisyah. 1993. Pengaruh Berbagai Tingkat Penggunaan Tepung Kulit Pisang Raja dalam Ransum terhadap Performans Ayam Pedaging. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung. Kumalaningsih, S. 1993. Sistem Penanganan dan Pengolahan Pisang Segar Modern. Hasil Seminar Pengembangan Agro-Industri dengan Memanfaatkan Pembibitan cara Modern. Agribisnis Kajian Tehnis dan Ekonomis. Tugu Park Hotel. Sekolah Tinggi Pertanian Tribhuwana. Malang. Munadjim. 1983. Teknologi Pengolahan Pisang. Gramedia. Jakarta. Parakkasi, A. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Penerbit Angkasa. Bandung. Preston, T.R. dan Leng, R.A., 1987. Matching ruminant production system with available resources in the tropics and subtropics. Penambul book, Armidale-Australia. Seve, B., Le Dividich, J. & Canope, I. 1972. Utilisation des déchets de banane “Poyo” par le porc en croissance aux Antilles françaises. Journées de la recherche porcine en France. Seve, B., Le Dividich, J. & Canope, I. 1976. Préparation et utilisation de l'ensilage de banane en alimentation animale. II. Incorporation dans la ration du porc en croissance-finition.Annls Zootech., 25. (In press) Susilowati, I. 1997. Pengaruh Penambahan Tetes dan Urea pada Pembuatan Silase Kulit Pisang (Musa paradisiaca, L) terhadap Kualitas Silase. Skripsi. Sekolah Tinggi Pertanian Tribhuwana. Malang. www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=232&Itemid=3 - 38k – down Load 31-12-2008 www.digilib.brawijaya.ac.id:JIUBRA029800365&q=Gas - 12k down Load 31-12-2008 www.fao.org/DOCREP/004/X6512E/X6512E10.htm - 64k - oleh J Le Dividich The purpose of this article is to review what is currently known about the use of waste bananas asanimal feed and to consider areas of study warranting … down load 6 – 01- 2009 www.litbang.deptan.go.id/berita/one/574/ - 15k down Load 31-12-2008



Pakan Fermentasi Batang Pisang Untuk Ternak Kambing, Keuntungan dan Cara Membuatnya



Pakan Fermentasi dari Batang Pisang Untuk Ternak Kambing. Budidaya kambing di era modern, diperlukan beberapa teknik dan kejelian dari para peternak kambing untuk mendapatkan hasil maksimal pada produksi kambing berkualitas. Selain faktor-faktor seperti cara pemilihan bibit kambing, cara membuat kandang, manajemen ternak dan banyak lagi faktor yang menentukan atas keberhasilan dalam beternak, pengadaan pakan kambing berkualitas sangat penting perannya dalam budidaya kambing pada umumnya. Salah satu bentuk inovasi yang menentukan dan paling dominan berpengaruh pada keberhasilan para peternak kambing modern adalah pengadaan pakan ternak dengan memanfaatkan limbah seperti jerami dan pohon pisang (debog). Proses pembuatannya yang sangat mudah membuat para peternak kambing tanpa perlu berpikir panjang untuk memeilih jenis pakan organik dan ampuh pada pertumbuhan kambing budidayanya. Pemanfaatan limbah sebagai pakan ternak kambing atau disebut pakan fermentasi yang memanfaatkan bakteri pada Starbio maupun EM4 yang digabungkan dengan limbah jerami, gedebog, rumput kering ataupun ampas kacang sebagai bahan makanan utama. Cara membuat pakan ternak kambing fermentasi (jerami, batang pohon pisang) sebenarnya cukup mudah. Cara pembuatan ini memang dibuat dengan sesederhana mungkin, namun hasilnya sangat luar biasa dan terbukti bisa menaikan berat badan kambing sekitar 2–4 kg selama waktu 10 hari. Cara fermentasi pada pakan ini banyak dimanfaatkan peternak sebagai pakan alternatif di musim kemarau, karena pada saat itu untuk mendapatkan bahan makanan utama terutama hijauan sangat sulit. Sehingga para peternak sudah mengantisipasinya dengan membuat pakan kambing fermentasi saat masih musim penghujan dimana bahan pokok untuk pakan masih melimpah. Kelebihan pakan ternak kambing fermentasi: 1. Memperbaiki sistem pencernaan kambing. 2. Meningkatkan produksi susu kambing (terutama pada susu kambing etawa)



3. Bobot ternak cepat bertambah secara alami, gemuk, dan sehat. 4. Meningkatkan nafsu makan kambing 5. Daging kambing lebih berisi serta rendah kolesterol. 6. Kambing ternak lebih kebal dan tahan terhadap penyakit. 7. Kotoran kambing tidak bau sehingga tidak mencemari udara lingkungan. 8. Kotoran dan urine kambing lebih sedikit dan bisa digunakan sebagai pupuk kandang/biogas alami.



Cara pembuatan pakan fermentasi Batang Pisang Untuk Ternak kambing: 1. Pohon Pisang (debog, sebagai alternatif jerami) dipotong-potong/dicacah kecil-kecil. Lalu siapkan larutan dari gula dan parutan nanas dicampur dengan air untuk fermentasi basah (gedebog) 1 liter dan jumlah air untuk fermentasi kering (jerami) sebayak 10 liter. 2. Di sisi lain, campurkan bahan utama yaitu pohon pisang, Ampas tahu dan Katul ke dalam wadah yang besar. 3. Larutan yang berisi air, gula pasir dan parutan nanas 1 buah tadi aduk rata dan diamkan sejenak selama kurang lebih 15 menit. Kemudian masukan lagi larutan itu kedalam air ±10 liter lalu siramkan secara merata ke dalam campuran pakan dalam wadah besar, kemudian sebagai tambahan taburkan garam dan aduk lagi terus menerus hingga semuanya tercampur rata. 4. Masukan Pakan kedalam ember/drum plastik lalu tutup dengan terpal/plastik tujuannya agar kedap udara selama kurang lebih 1 hari jika menggunakan bahan jerami (Kering) dan jika menggunakan bahan batang pohon pisang/debog (Basah) cukup 1-3 jam. 5. Pakan fermentasi siap untuk diberikan pada ternak kambing atau sapi setiap pagi dan sore. Referensi: http://disnak.kalselprov.go.id Pada artikel sebelumnya pernah kami bahas tentang daun singkong untuk pakan ternak kambing yang memiliki protein tinggi. Untuk kali ini, kami akan membahas tentang pemanfaatan lebih lanjut dari daun singkong dalam peternakan kambing. Sebetulnya banyak sekali dari daun singkong, baik untuk manusia, hewan ruminansia dan unggas. Supaya tidak melebar pembahasan difokuskan kepada pemanfaatan daun singkong dalam penggunaannya untuk ternak kambing. Dalam berternak manajemen pakan sangat diperlukan. Tujuan dari manajemen pakan ternak adalah ketersediaan pakan ternak kambing yang kontinyu. Kontinyuitas ketersediaan pakan ternak kambing bisa dipenuhi dengan menanam hijauan makanan ternak sendiri. Entah dilahan sendiri atau lahan sewa. Yang mempunyai lahan sendiri ya bersukur, yang kuat nyewa lahan juga bersyukur apalagi yang kuat beli tanah buat menanam hmt, tambah lagi syukurnya. Tidak semua peternak kambing berawal dari ketersedian modal dan lahan yang mendukung peternakan kambingnya. Menyiasati hal tersebut perlu suatu adanya tindakan ekstra untuk menjaga ketersediaan pakan ternak kambing. Bisa dengan ngarit, membeli pakan ternak kambing atau memanfaatkan limbah pertanian.



Suatu daerah yang memiliki potensi limbah pertanian yang berlimpah bisa memanfaatkan limbah pertanian tersebut untuk memenuhi ketersediaan pakan ternak kambing. Sebagai contoh di daerah lampung dan daerah kabupaten pati jawa tengah mayoritas pertaniannya adalah singkong. Ketika musim panen tiba maka daun singkong ini sangat melimpah. Apabila tidak dimanfaatkan dengan baik sungguh sia-sia. Cara memanfaatkan daun singkong tersebut bisa dilakukan berbagai cara, antara lain dikeringkan, di fermentasi dan di silase. Daun singkong dikeringkan Daun singkong yang diperoleh dari lahan pertanian dijemur dan dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kering. Setelah daun singkong kering daun singkong diremukkan dan disimpan kedalam silo, drum atau plastik. Penyimpanan daun singkong kering sebaiknya dilakukan setelah daun singkong dingin. Daun singkong yang masih panas masih mengeluarkan uap air. Apabila daun singkong disimpan dalam kondisi masih panas, uap air yang menguap akan terjebak kedalam wadah tempat menyimpan daun singkong. Ketika kondisi sudah dingin, uap air akan kembali mengembun dan membuat daun singkong menjadi lembab kembali. Kondisi daun singkong yang lembab ini tidak bagus untuk penyimpanan dalam jangka waktu lama. Silase daun singkong Silase daun singkong adalah pakan ternak kambing yang memiliki kadar air yang tinggi hasil fermentasi. Secara umum silase dibuat dari tanaman rerumputan seperti jagung, sorgum, daun singkong dan lain sebagainya. Dalam pembuatan silase pemanfaatan tanaman tidak hanya pada daun, namun batangnya pun juga bisa dibuat silase. Pembuatan silase daun singkong dimaksudkan untuk mengatasi masalah ketersediaan pakan hijauan untuk ternak kambing jumlah daun singkong sangat melimpah. Silase daun singkong dapat disimpan sampai 6 bulan. Proses pembuatan silase daun singkong akan menurunkan zat anti nutrisi pakan yang dapat menimbulkan keracunan pada ternak kambing. Pada prinsipnya proses pembuatan silase daun singkong adalah menyimpan daun singkong dalam keadaan tanpa oksigen (O2) untuk menghentikan pernapasan dan penguapan sel sel tanaman. Proses silase daun singkong adalah mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara, menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk. Langkah pembuatan silase daun singkong : Daun singkong dan batang yang masih muda dicacah dengan menggunakan choper dengan ukuran 1-3 cm, jika tidak ada choper dapat menggunakan parang. Tujuan pencacahan adalah untuk mengecilkan ukuran bahan sehingga akan meminimalkan rongga udara ketika proses pembuatan silase. Suasana anaerob dapat tercapai dengan minimalnya rongga udara.



Masukkan cacahan daun singkong ke dalam kantong plastik. Ketika memasukkan daun singkong, ditekan-tekan sampai rongga udara seminimal mungkin, adanya rongga udara akan mengurangi kualitas silase yang dihasilkan. Kantong plastik jangan sampai bocor, jika bocor akan menyebabkan kualitas silase jelek dan bahkan akan terjadinya kegagalan proses silase. Pada bagian pastik yang bocor akan timbul jamur, belatung dan silase akan menngumpal, berlendir dan berbau tidak enak. Ikat plastik rapat-rapat. Simpan di tempat yang ternaungi yang terlindung dari panas dan hujan.Setelah 7 hari silase dapat diberikan kepada ternak. Silase dapat disimpan sampai 6 bulan dalam keadaan tertutup rapat.Silase yang sudah jadi ditandai dengan baunya yang harum khas, warna hijau kecoklatan. Demikian postin Sorgum adalah genus yang terdiri dari 20 jenis rumputan, asal usul sorgom berasal dari wilayah tropis sampai subtropics di Afrika Timur, dengan salah satu jenisnya berasal dari Negara meksiko. Sorgum ditanam dan dikembangkan di Eropa Selatan, Amerika Tengah, dan Asia Selatan. Sorgum adalah tanaman dari family Poaceae dan marga Sorghum. Dari sekitar 32 spesies, yang paling banyak dibudidayakan yaitu jenis Sorghum bicolor (japonicum). Oleh masyarakat di Jawa disebut dengan nama “Cantel”, sorgom ini satu family dengan tanaman lainnya seperti padi, jagung, gandum, dan tanaman lainnya seperti tebu. Tanaman sorgum adalah tanaman serealia yang mempunyai nilai nutris yang tinggi, seperti protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor. Disamping bisa digunakan untuk mengganti sebagai sumber pangan. Sorgum bisa digunakan sebagai bahan baku industri kertas, sebagai bahan baku media jamur merang, dan tentunya sorgum untuk pakan ternak



Jenis sorgum untuk pakan ternak, bisamerupakan hijauan yang telah dipotong potong ataupun yang sudah diawetkan dalam silase atau hay. Tanaman surgum ini memiliki nilai protein dan menghasilkan hijauan yang hampir sama dengan tanaman jagung. Bedasarkan penelitian, syarat lahan yang cocok untuk pertumbuhan yang optimal untuk menanam sorgum adalah suhu 23-30 derajat celcius, kelembaban relative 20%-40%, suhu tanah lebih kuruang 25 derajat celcius, ketinggian lebih kurang 800 meter dibawah permukaan laut(dpl), curah hujan 375 – 425 /th, derajat keasaman pH 5,0 – 7,5. Untuk menaman tanaman sorgum kita usahakan jangan kita tanam di tanah podzolik merah kuning yang masam, tapi untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal kita perlu memilih tanah yang mengandung pasir dan bahan organic yang cukup.



Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum Tanamamn sorgum bisa tumbuh dengan baik meskioun ditanam pada lahan atau tanah yang kurang subur, air yang terbatas, dengang intesitas hujan yang rendah, dan musim kemarau yang panjang. Sorgum mempunyai tinggi rata-rata 2,6 sampai 6 meter, tanamannya sangat mirip dengan jagung, tidak mempunyai cambium Jenis sorgum manis memiliki cambium. Untuk jenis sorgum manis mempunyai kandungan yang tinggi pada batang gabusnya, sehingga sangat potensial untuk dijadikan sumber bahan baku gula, seperti halnya tebu. Daunnya sorgum mempunyai bentuk lurus dan panjang, biji sorgum bulat dan ujungnya mengerucut, dengan diameter lebih kurang 2mm. Satu tanaman memiliki satu tangkai buah yang mempunyai beberapa cabang buah. Kandungan nutrisi dari 100 g sorgum dibanding bahan pangan lainnya. Baha n Kalori Prote Lema Karbohi Air Pang (kal) in (g) k (g) drat (%) (%) an



Serat Ca P Fe (mg) (mg) (mg) (mg)



Sorgu 332 m



11



3,30



73



11,20 2,30



28



287



4,40



Beras 360



7



0,70



79



9,80



6



147



0,80



Jagung 361



9



4,50



72



13,50 2,70



9



380



4,60



Kenta 83 ng



2



0,10



19







11



56



0,70



Ubi kayu



157



1,20



0,30



35



63







33



40



0,70



Ubi jalar



123



1,80



0,70



28











30



49



0,70



1



Terigu 365



8,90



1,30



77











16



106



1,20



Sedangkan pada bagian vegetatifnya (akar, batang, dan daun) sorgum mempunyai nilai protein kasar (PK) 12,8%, oleh karena itu bisa ditanam atau dibudidayakannya sorgum untuk pakan ternak, terutama ternak ruminansia pada saat musim kemarau. Sorgum untuk pakan ternak ruminasia, sorgum biasa digunakan untuk pakan sapi perah dan sapi untuk digemukkan. Nilai nutrisi yang dimiliki sorgum pada masa/fase vegetative yaitu mempunyai 13,-76%–15,66% PK, dan kandungan serat kasar 26,06% — 31,85%. Hijaun sorgum bisa juga digunakan sebagai hay. Hay sorgum yang berasal yang dipanen pada umur 50 hari mempunyai protein 16,2% PK. Kandungan gula dari sari buah yg terdapat pada tangkainya, menjadikan sorgum salah satu tanaman terbaik untuk membuat silase. Nilai nurtrisi dari sorgum yang begitu tingg, belumbegitu dimafatkan oleh secara maksimal oleh masyarakat. Para petni kita masih setengah hati dalam menama sorgum, karena nilai jualnya belum tinggi seperti tanaman sirealia lainnya seperti jagung, beras, gandum dan kacang-kacangan. Untuk sekarang ini, sorgum hanya dimanfaatkan bijinya saja, sedangkan bagian vegetatifnya (akar, daun, dan batang) sorgum sebatas untuk pakan ternak dan pupuk kompos. tulah pengalaman beberapa peternak penggemukan sapi di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Menurut Ir Aldi Djatijanto dari PT Tri Fondasi Indonesia (TFI), pemasok tanaman sorgum untuk pakan ternak sapi, tanpa sorgum kebutuhan pakan per ekor sapi adalah 3 kg jerami dan 8 kg konsentrat per hari. Dengan harga jerami Rp175/kg dan konsentrat Rp1.650/kg, total biaya pakan mencapai Rp13.725/sapi/hari. Bila memakai sorgum, volume konsentrat bisa turun menjadi 4 kg, sedangkan jumlah sorgum 10 kg/hari. “Sorgum lebih bergizi dibandingkan rumput gajah, rumput taiwan, dan jerami padi. Kandungan protein kasar sorgum mencapai 10 – 12%,” kata Prof Dr Soeranto Human, peneliti sorgum di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR BATAN) di Pasarjumat, Jakarta Selatan. Kadar protein itu mendekati nilai kebutuhan protein pada penggemukan sapi sekitar 13%. Dengan harga konsentrat sama dan sorgum Rp350 per kg, maka ongkos pakan per hari menjadi Rp10.100 per sapi atau hemat Rp3.625 per sapi/hari ketimbang pakan jerami. Protein tinggi Menurut Aldi sorgum merupakan substitusi jagung yang seringkali sulit diperoleh peternak. Kandungan gizi sorgum hampir sama dengan jagung. “Jagung mengandung 9% protein, 71% karbohidrat, dan 14,2 MJ/kg energi metabolis. Sorgum 9,5% protein, 68% karbohidrat, dan 13,4 MJ/kg energi metabolis,” tambahnya. Dengan begitu wajar bila jumlah konsentrat dalam campuran pakan bisa ditekan lantaran kebutuhan nutrisinya dapat diperoleh dari sorgum. Sebagai pakan ternak sorgum dapat dimanfaatkan mulai dari biji, batang, dan daunnya. “Namun, sebelum diberikan sorgum perlu dipotong-potong dengan ukuran 2 – 4 cm terlebih dahulu agar sapi mudah mencernanya,” kata Dhanya Rayanti dari TFI yang mengebunkan sorgum dengan total luas 40 ha di Balaraja, Tangerang, dan Serangbaru, Serang, Banten, untuk kebutuhan pakan ternak.



Menurut Ir Suharyono, peneliti nutrisi ternak di PATIR BATAN, sebagai pakan, sorgum dapat diberikan dalam bentuk segar atau berupa silase, yaitu sorgum yang telah diawetkan. Pembuatan silase mudah. “Sorgum dipotong-potong sepanjang 2 – 4 cm lalu dimasukkan ke dalam wadah kedap udara dan difermentasi secara alami,” kata Suharyono. Pemakain sorgum memiliki keuntungan lain seperti bisa membangkitkan nafsu makan daripada hijauan rumput. Hal itu dibuktikan Ikhlas Yanuar, manajer kebun TFI yang memberikan sorgum ketika berkunjung ke peternakan penggemukan sapi di Serang, Banten. “Saat diberi sorgum sapi lahap memakannya, tetapi saat diganti rumput gajah sapi langsung pergi dan tak mau makan dari tangan saya,” ujar Ikhlas. Itu bukan lantaran sapi kenyang, tapi aroma sorgum lebih wangi dan rasanya juga lebih manis ketimbang rumput. Tahan kering Menurut Dr Ningkoesoemaningtyas, peneliti sorgum dari Institut Pertanian Bogor (IPB), sorgum potensial dikembangkan. Ningkoesoemaningtyas menuturkan 18,2-juta hektar dari 25,3-juta hektar lahan di Indonesia berada di daerah marjinal. Lahan marjinal biasanya berupa tanah asam sehingga kadar aluminiumnya tinggi. Aluminium tinggi menyebabkan akar tanaman rusak. Tanah asam juga menyebabkan kandungan fosfor yang tersedia untuk tanaman rendah. Nah, “Sorgum dapat tumbuh baik di lahan marjinal itu sehingga potensial dikembangkan di Indonesia,” tambahnya. Selain itu sorgum tahan kekeringan. “Jika disamakan dengan binatang, maka sorgum seperti unta,” kata Hudi Hastowo, kepala BATAN, di saat acara seminar sorgum Technology Development From Research to Industry pada awal Maret 2011 di BATAN. Syaratnya, 20 hari pertama ia mendapat cukup air. Bila di kemudian hari tidak ada air, anggota famili Poaceae itu masih dapat tumbuh baik sehingga sorgum cocok menjadi stok pakan saat musim kemarau. Pada musim kemarau biasanya ketersediaan pakan berkurang, terutama rumput. Maklum, rumput tumbuh baik jika ketersediaan air melimpah seperti pada musim hujan. Sementara sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air. Dengan beberapa kelebihan itu, sorgum potensial dikembangkan sebagai pakan ternak khususnya untuk penggemukan sapi. (Rosy Nur Apriyanti)