PKL Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PENINGKATAN JALAN DENGAN (HRS-BASE) PADA RUAS JALAN FAFINISIN-OENALI TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PENINGKATAN JALAN DENGAN (HRS-BASE) PADA RUAS JALAN FAFINISIN-OENALI



LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN



OLEH



MARYO E. SUIKENU NIM. 1123713788



KONSENTRASI PERANCANGAN JALAN JEMBATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI KUPANG 2014 LEMBARAN PERSETUJUAN TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PENINGKATAN JALAN DENGAN (HRS-BASE) PADA RUAS JALAN FAFINISIN-OENALI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN



Oleh



Nama



: Maryo E. Suikenu



Nim



: 1123713788



Semester



: VII (Tujuh)



Program Studi



: Pemeliharaan Jalan Jembatan



Jurusan



: Teknik Sipil



Telah Diperiksa dan Dinyatakan Siap Diajukan Dalam Laporan PKL. Kupang, Februari 2014 Mengetahui, Pembimbing OBED O. N. NENOBAIS, ST.,M.Si NIP:196305001991103 1 004 Menyetujui, Ketua Jurusan Teknik Sipil



MELCHIOR BRIA, ST.MT NIP : 19720106 200003 1 001 BAB I PENDAHULUAN







Latar Belakang



Seiring meningkatnya perkembangan suatu daerah dan untuk meningkatkan taraf hidup serta untuk memajukan perekonomian, diperlukan prasarana perhubungan yang fungsinya sangat penting dan vital, baik itu perhubungan darat maupun laut.



Dalam hal ini sarana perhubungan dan pengembangan jaringan jalan adalah sangat penting untuk menunjang perkembangan di sektor-sektor lainnya. Jalan raya merupakan salah satu perhubungan darat yang keberadaannya sangat diperlukan guna menunjang kelancaran transportasi dan perekonomian yang baik dan cepat, dengan demikian perlu dipikirkan untuk meningkatkan dan membangun jalan guna meningkatkan kemudahan akses bagi suatu daerah atau wilayah. Dengan lancarnya sarana perhubungan pada suatu wilayah atau daerah akan berdampak pada pesatnya pertumbuhan perekonomian wilayah tersebut, karena sistem mobilisasi barang dan jasa dapat berjalan lancar dan efisien, serta berguna juga untuk membuka daerah-daerah yang terisolir sekaligus dalam pengembangan wilayah khususnya daerah Timor Tengah Selatan. Ruas jalan Fafinisin-Oenali, kecamatan Mollo Selatan, kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan Ring Road yang ada pada Kab.Timor Tengah Selatan. Jalan ini dibangun untuk jalur bagi kendaraan-kendaraan berat (Truck dan Trailer), maupun Bus yang bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan pada masa-masa yang akan datang. Seiring perkembangan lalulintas yang semakin meningkat, maka Pemerintah melakukan peningkatan pada ruas jalan ini. Peningkatan pada ruas jalan ini disebabkan karena lebar jalan tidak lagi memadai dan terjadi kerusakan pada beberapa titik diruas jalan ini. Ruas jalan direhabilitasi sepanjang 1575 meter. Pekerjaan dimulai dari tanggal 24 Juli 2014 sampai 20 November 2014 dengan sumber dana DAK (Dana Alokasi Khusus) dan pendamping DAK tahun anggaran 2014 senilai 2.266.010.400,00 (Dua Milyar Dua Ratus Enam Puluh Enam Juta Sepuluh Ribu Empat Ratus Rupiah). Peningkatan dilakukan dengan cara pelebaran antara 5,5-6 meter, lapis tambah (Overlay). Jenis lapisan yang digunakan adalah Lataston HRS-Base (Hot Roller Sheet). Peningkatan dilakukan bukan hanya pada lapisan perkerasan tetapi juga bangunan pelengkap berupa drainase, decker serta pelat pelayanan. Dari paparan diatas, maka penulis berkeinginan untuk menentukan judul penulisan laporan PKL yaitu, “Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Widenning, Pemadatan Tanah Dasar, dan Urugan Pilihan” pada peningkatan ruas jalan Fafinisin- Oenali. 



Rumusan Masalah



Berdasarkan peninjauan pelaksanaan pekerjaan peningkatan ruas jalan Fafinisin-Oenali, maka masalah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah: 1. Bagaimana proses pekerjaan wedenning? 2. Bagaimana proses pekerjaan pemadatan tanah dasar? 3. Bagaimana proses pekerjaan Urugan pilihan (urpil)? 



Tujuan o Tujuan PKL



Adapun tujuan pelaksanaan Praktek kerja lapangan:



1. Penulis diharapkan mampu memahami aspek pekerjaan konstruksi jalan yang sebenarnya. 2. Penulis diharapkan memahami pengendalian tenaga kerja material, biaya, dan kualitas pekerjaa 3. Penulis diharapkan mampu melakukan tugas-tugas sebagai pe 1.3.2. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan laporan praktek kerja lapangan ini adalah untuk mengidentifikasi tahapan pelaksanaan beberapa item pekerjaan pada ruas jalan Fafinisin-Oenali, antara lain: 1. Pekerjaan wedenning 2. Pekerjaan pemadatan tanah dasar 3. Pekerjaan Urugan Pilihan 1.4.



Batasan masalah/Ruang Lingkup PKL



Mengingat waktu PKL yang sangat terbatas dan item pekerjaan yang sangat banyak, maka pekerjaan yang ditinjau pada proyek peningkatan Ruas jalan Fafinisin-Oenali adalah sebagai berikut. 1. Pekerjaan wedenning 2. Pekerjaan pemadatan tanah dasar 3. Pekerjaan Urugan Pilihan



BAB II LANDASAN TEORI



2.1 Pengertian Jalan Menurut UU No. 38 Tahun 2004 dan PP No. 34 Tahun 2006 tentang jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada pada permukaan atau diatas tanah dan air. Jalan berfungsi sebagai sarana transportasi darat yang menghubungkan antar daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam menunjang pembangunan bangsa terutama pertumbuhan ekonomi, persatuan, dan kesatuan serta membantu dalam pelayanan pemerataan dan penyebaran pembangunan. Untuk mengoptimalkan fungsi jalan, maka jalan harus berada pada keadaan baik dalam hal ini, yang memenuhi kriteria konstruksi perkerasan. Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi untuk menghubungkan daerah yang satu dengan daerah sangat mendesak untuk dilaksankan adalah pembangunan dalam bidang prasarana perhubungan, khususnya sektor transportasi darat (jalan raya) hal ini dianggap penting karna jalan raya merupakan bagian yang mempunyai peranan sangat penting dalam menunjang pembangunan bangsa terutama dalam pertumbuhan ekonomi, persatuan dan kesatuan serta membantu dalam pelayanan pemerataan dan penyebaran pembangunan dalam kota seperti Peningkatan Ruas Jalan Fafinisin-Oenali, kabupaten Timor Tengah Selatan. Menurut Sukirman (2010), Pekerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada pengguna transportasi dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Perkerasan mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai, tetapi juga ekonomis, maka perkerasan jalan dibuat berlapis-lapis. Lapis permukaan (Surface Course) merupakan lapis paling atas dari struktur perkerasanjalan yang fungsi utamanya sebagai berikut: 1. Lapis penahan beban vertikal dari kendaraan, oleh karena itu lapisan harus memiliki stabiitas tinggi selama masa pelayanan 2. Lapis aus (wearing course) karena menerima gesekan dan getaran roda dari kendaraan yang mengerem 3. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatas lapis permukaan tidak meresap ke lapis dibawahnya yang berakibat rusaknya struktur perkerasan jalan



4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapis pondasi Lapis permukaan perkerasan lentur menggunakan bahan pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapis yang kedap air, berstabilitas tinggi, dan memiliki daya tahan selama masa pelayanan. Namun demikian, akibat kontak langsung dengan roda kendaraan, hujan, dingin dan panas, lapis paling atas cepat menjadi aus dan rusak sehinnga disebut lapis aus. Lapisan dibawah lapisan aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, disebut lapis permukaan antara (binder course), berfungsi memikul beban lalulintas dan mendistribusikannya ke lapis pondasi. Dengan demikian lapis permukaan dapat dapat dibedakan menjadi: 1. Lapis Aus (wearing course) yaitu lapis permukaan yang kontak dengan roda kendaraan dan perubahan cuaca 2. Lapis Permukaan Antara (binder course) yaitu lapis permukaan yang terletak di bawah lapis aus dan di atas lapis pondasi Lapis Tipis Beton Aspal (Lataston) atau Hot Rolled Sheet (HRS) merupakan lapis permukaan yang menggunaakan agregat bergradasi senjang dengan ukuran agregat makksimum 19mm (3/4 inci). Ada dua jenis Lataston yang digunakan yaitu: 1. Lataston Lapis Aus, atau Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC), tebal nominal minimum 30mm dengan tebal toleransi ± 4mm 2. Lataston Lapis Permukaan Antara, atau Hot Rolled Sheet Base Course (HRS-BC), tebal minimum 35mm dengan tebal toleransi ± 4mm HRS-WC memiliki agregat halus dan bahan pengisi (filler) lebih banyak dari HRS-BC. Lataston sebaiknya digunakan untuk lalulintas < 1 juta lss selama umur rencana (Sukirman,2010). 



Fungsi Jalan, Sistem Jaringan Jalan Dan Klasifikasi Jalan o Fungsi Jalan



Berdasarkan fungsi jalan dapat dibedakan atas: 1. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. 2. Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan cirri-ciri perjalan jarak sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan lokal yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jalan dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 



Sistem Jaringan Jalan



Sistem jaringan jalan dibedakan atas dua yaitu:



1. Sistem jaringan jalan primer Sistem jaringan jalan primer adalah jalan dengan peran pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasioanal yang kemudian terwujud kota. Jaringan jalan primer menghubungkan: 1. Kota jenjang kesatu (ibu kota propinsi), kota jenjamg kedua (ibu kota kabupaten, kota madya), kota jenjang ketiga (kecamatan), dan jenjang dibawahnya dalam suatu satuan wilayah pengembangan. 2. Kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar satuan wilayah pengembangan. Sistem jaringan jalan primer terdiri dari : 1. Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jemjang kedua. Persyaratan arteri primer adalah : 1. Kecepatan rencana > 60 km/jam 2. Lebar badan jalan > 8,00 m 3. Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. 4. Jalan masuk dibatasi secara efisien sehinggga kecepatan rencana dan kapasitas jalan dapat tercapai. 5. Tidak boleh terganggu oleh kegiatan local, lalu lintas ulang-aling 6. Jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota. 7. Tingkat kenyamanan dan keamanan yang dinyatakan dengan indeks permukaan kurang dari dua. 8. Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua, atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer adalah: 1. Kecepatan rencana > 40 km/jam 2. Lebar badan jalan > 7.00 m 3. Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata. 4. Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun tidak memasuki daerah kota.



5. Jalan masuk dibatasi sehinggga kecepatan rencana dan kapasitas jalan tidak terganggu. 6. Indeks permukaan tidak kurang dari dua. 7. Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjamg ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil atau kota dibawah jenjang ketiga dengan persil. Persyaratan jalan lokal primer adalah: 1. Kecepatan rencana > 20 km/jam. 2. Lebar badan jalan > 6.00 m. 3. Jalan local primer tidak terputus walaupun memasuki desa. 4. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,5. 2. Sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan sekunder adalah system jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Sistem jaringan jalan sekunder terdiri dari : 1. Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Persyaratan jalan arteri sekunder adalah : 1. Kecepatan rencana > 30 km/jam. 2. Lebar badan jalan > 8,00 m 3. Kapasitas jalan sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. 4. Tidak boleh diganggu oleh lalu lintas lambat. 5. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,5 6. Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Persyaratan jalan kolektor sekunder adalah : 1. Kecepatan rencana > 20 km/jam.



2. Lebar badan jalan > 7,00 m. 3. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,5 4. Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan ketiga dan seterusnya sampai keperumahan. Persyaratan jalan lokal sekunder adalah : 1. Kecepatan rencana > 10 km/jam. 2. Lebar badan jalan > 5.00 m. 3. Indeks permukaan tidak kurang dari 1,0 



Klasifikasi Jalan



Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaan terdiri dari : 1. Jalan Nasional Jalan nasional terdiri dari : 1. Jalan arteri primer. 2. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antara ibu kota propinsi. 3. Jalan yang selain termasuk arteri atau kolektor primer, yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasioanal, yakni jalan yang tidak dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi mempunai peranan menjamin kesatuan dan kebutuhan nasioanal, melayani daerah yang rawan dan lain-lain. 4. Jalan Propinsi. Jalan propinsi terdiri dari : 1. Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibu kota propinsi dengan ibu kota kabupaten atau kota madya. 2. Jalan yang selain yang disebut diatas yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan propinsi yakni jalan yang walaupun tidak dominan terhadap perkembangan ekonomi, tapi mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan yang baik dalam pemerintah daerah tingkat satu dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya. 3. Jalan Kabupaten atau Kota Madya. Jalan kabupaten atau kota madya terdiri dari :



1. Jalan kolektor primer, yang tidak termasuk dalam kelompok jalan nasioanal dan jalan kelompok propinsi. 2. Jalan lokal primer. 3. Jalan sekunder lain, selain sebagaimana dimaksud sebagai jalan nasional dan jalan propinsi. 4. Jalan selain dari yang disebutkan diatas yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan kabupaten, yakni jalan yang walaupun tidak dominan terhadap perkembangan ekonomi tetapi mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan dalam pemerintah daerah. 5. Jalan desa Jaringan jalan sekunder didalam desa yang merupakan hasil swadaya masyarakat, baik yang ada didesa maupun yang ada dikelurahan. 5. Jalan khusus. Jalan yang dibangun dan dipelihara oleh instansi atau badan hukum atau perseorangan untuk melayani kepentingan masing-masing. 



Jenis dan Kriteria Konstruksi Perkerasan Jalan



Pembangunan jalan baik peningkatan atau pembangunan jalan baru dengan bentangan seberapa kilometer dibutuhkan batu-batuan dan aspal yang sangat besar jumlahnya. Oleh karna itu kontruksi perkerasan jalan harus disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap lokasi yang akan dibangun jalan tersebut, terutama disesuaikan dengan bahan yang mudah dan masih dapat diperoleh dilokasi tersebut. Menurut Sukirman Silvia (1999) dalam bukunya perkerasan lentur jalan raya yang dinyatakan bahwa berdasarkan bahan pengikatnya kontruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas : 1. Kontruksi perkerasan lentur yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasan yang bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar. 2. Kontruksi perkerasan kaku yaitu perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Plat beton dengan atau tanpa tulangan diletakan diatas tanah dasar dengan atau tanpa tanah lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh plat beton. 3. Kontruksi perkerasan komposit yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur, dapat berupa perkerasan kaku dan perkerasan kaku diatas perkerasan lentur. Perbedaan utama antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur adalah dapat dilihat pada table 2.1 brikut ini:



1 2 3 4



Bahan Pengikat Repetisi Beban Penurunan Tanah Dasar Perubahan Temperatur



Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku Aspal Semen Timbul rutting Timbul retek-retak (lendutan pada jalur pada permukaan Jalan Bergelombang Bersifat sebagai (mengikuti tanah balok diatas Modulus kekakuan Modulus kekakuan berubah & Timbul tidak berubah &



Table 2.1 Perbedaan Perkerasan Lentur Dan Perkerasan Kaku. Sumber : Sukirman Silvia (1999). Konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu: 1. Syarat-syarat berlalu lintas, yaitu: 2. Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang 3. Permukaan cukup kaku sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja diatasnya 4. Permukaan cukup kesat sehingga memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tak mudah selip 5. Permukaan tidak mengkilap atau tidak silau jika kena sinar matahari 6. Syarat-syarat kekuatan atau structural, yaitu: 7. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban atau muatan lalulintas ke tanah dasar 8. Kedap terhadap air sehingga air tidak mudah resap ke lapisan dibawahnya 9. Permukaan mudah mengalirkan air sehinggaair hujan yang jatuh diatasnya dapat cepat dialirkan 10. Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti Untuk dapat memenuhi hal-hal tersebut diatas, maka perencanaan, pengawasan dan pelaksanaan konstruksi perkerasan lentur jalan haruslah mencakup: 1. Perencanaan tebal masing-masing lapisan perkerasan Dengan memperhatikan daya dukung tanah dasar, beban lalulintas yang akan dipikulnya, keadaan lingkungan, jenis lapisan yang dipilih, dapatlah ditentukan tebal masing-masing lapisan berdasarkan beberapa metode yang ada 2. Analisa campuran bahan



Dengan memperhatikan jumlah bahan setempat yang tersedia dan mutu, direncanakanlah suatu susunan campuran tertentu sehingga terpenuhi spesifikasi dari jenis lapisan yang dipilih 3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan Perencanaan tebal perkerasan yang baik, susunan campuran yang memenuhi syarat, belumlah dapat menjamin dihasilkannya lapisan perkerasan yang memenuhi apa yang diinginkan jika tidak dilakukan pengawasan pelaksanaan yang cermat mulai dari tahap penyiapan lokasi dan material sampai tahap pencampuran atau penghamparan dan akhirnya pada tahap pemadatan dan pemeliharaan 



Jenis Dan Fungsi Lapisan Perkerasan



Kontruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan kelapisan dibawahnya. Kontruksi perkerasan terdiri dari: 1. Lapisan permukaan (Surface Course) 2. Lapisan pondasi atas (Base Course) 3. Lapisan pondasi bawah (Subbase Course) 4. Lapisan tanah dasar (Subgrade) Kontruksi perkerasan dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini: Gambar 2.1 Susunan Perkerasan Jalan Sumber: Sukirman Silvia (1999). Beban lalu lintas yang bekerja diatas kontruksi perkerasan dapat dibedakan atas : 1. Muatan kendaraan berupa gaya vertical. 2. Gaya rem kendaraaan berupa gaya horizontal. 3. Pukulan roda kendaraan berupa getaran-getaran. Karna bersifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masing-masing lapisan berbeda. Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja. Lapisan pondasi atas menerima gaya vertical dan getar. Sedangkan tanah dasar dianggap hanya menerima gaya vertikal saja. 



Lapisan Permukaan ( Surface Course)



Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai:



1. Lapisan perkerasan yang menahan beban roda. Oleh karna itu lapisan ini harus mempunyai stabilitas yang tinggi untuk menahan beban roda selama umur rencana jalan. 2. Lapisan kedap air yaitu air tidak meresap kelapisan yang ada dibawahnya. 3. Lapisan aus yaitu lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus. 4. Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawah. Agar dapat memenuhi fungsi lapisan tersebut maka pada umumnya lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Jenis lapisan permukaan yang umumnya digunakan di Indonesia adalah : 



Lapisan yang bersifat nonstructural yaitu lapisan yang berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air. Lapisan ini antara lain:



1. Burtu (Leburan aspal satu lapis) merupakan lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat yang bergradasi seragam. 2. Burda (leburan aspal dua lapis) merupakan lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditabur agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. 3. Latasir (lapis tipis aspal pasir) lapisan ini merupakan lapisan aspal penutup yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. 4. Buras (leburan aspal) merupakan lapisan penutup terdiri dari aspal taburan pasir. 5. Latasbum (lapis tipis asbuton murni) merupakan lapisan penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yangt dicampur secara dingin. 6. Lataston (lapisan tipis aspal buton) lapisan ini dikenal dengan nama hot rool sheet (HRS) meruapakan lapisan penutup terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan. Jenis lapisan permukaan atas walaupun bersifat non structural tapi dapat menambah gaya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu, sehinggga secara keseluruhan manambah masa pelayanan dari kontruksi perkerasan digunakan terutama untuk pemeliharaan jalan. 



Lapisan bersifat struktural



Lapisan berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda. Lapisan stuktural terdiri dari:



1. Lapisan penetrasi macadam (lapen) yaitu merupakan lapisan perkerasan yang terdiri agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Diatas lapen biasanya diberi leburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat bervariasai dari 4 – 10 cm. 2. Lasbutag merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri campuran antara agragat, asbuton dengan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal pada tiap lapisan antara 3-5 cm. 3. Laston (lapisan aspal beton) merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. o Lapisan Pondasi Atas (Base Course) Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan dinamakan lapisan pondasi atas. Fungsi lapisan pondasi atas adalah: 1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban kelapisan dibawahnya. 2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. 3. Bantalan terhadap lapisan permukaan. Material yang akan digunakan untuk lapis pondasi atas adalah material yang cukup kuat. Untuk lapisan pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan CBR > 50% dan plastisitas indeks (PI)