Plasenta Previa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN Perdarahan pada kehamilan merupakan hal yang tidak bisa diabaikan karena sebagian besar kematian fetomaternal disebabkan oleh perdarahan. Perdarahan pada kehamilan dibagi menjadi 2, yaitu perdarahan sebelum kelahiran janin (antepartum) dan perdarahan setelah kelahiran janin (postpartum). Pada perdarahan antepartum tenaga medis harus lebih hati-hati dan waspada, karena perdarhan antepartum dapat mengakibatkan kematian pada janin bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ibu.1,2 Penyebab terjadinya perdarahan antepartum sangat banyak, salah satunya plasenta previa. Secara definisi, plasenta previa adalah abnormalitas letak plasenta pada segmen bawah uterus yang normalnya terletak dibagian fundus uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.1,2 Prevalensi terjadinya plasenta previa tertinggi berada di Asia menunjukan 12,2% dalam 1000 kehamilan. Di Eropa prevalensinya 3,6%, di Amerika Utara 2,9%, dan Sub-Saharan Afrika 2,7%. Sehingga total terjadinya plasenta previa di dunia yaitu 4,3% dari 1000 kehamilan.3 Faktor predisposisi terjadinya plasenta previa sangatlah bervariasi, hal ini menyebabkan seorang ibu hamil mudah dan beresiko untuk mengalami kejadian plasenta previa.2 Patofisiologi terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti. Kondisi ini bersifat multifaktorial dan diperkirakan berhubungan dengan usia lanjut, multiparitas, kehamilan kembar, riwayat persalinan seksio sesaria, dan riwayat abortus.2 Terdapat 4 derajat abnormalitas plasenta previa yaitu plasenta previa totalis, plasenta previa parsialis, plasenta previa marginalis dan plasenta letak rendah.2 Gambaran klinis yang tampak berupa perdarahan pervaginam yang berwarna merah segar, perdarahan bercak berulang, tidak nyeri, dan muncul pada wanita hamil tanpa tanda-tanda peringatan sebelumnya. 2 Diagnosis plasenta previa dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obsterik, serta dapat dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi yang memiliki nilai keakuratan 98%.4,5 Penanganan plasenta previa dapat dilakukan secara pasif yaitu penanganan secara konservatif dan secara aktif dengan pembedahan atau terminasi kehamilan



1



tergantung dari kasus



yang dihadapi. 3,4,5 Dengan penanggulangan yang baik



seharusnya kematian ibu karena plasenta previa rendah sekali, atau tidak ada sama sekali, sehingga prognosis pasien dengan plasenta previa dapat membaik.5,6



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Pada keadaan yang normal plasenta terletak di fundus uterus.1,2 2.2 Epidemiologi Menurut penelitian yang dilakukan Cresswell JA yang dibagi berdasarkan regio, angka prevalensi plasenta previa tertinggi berada di Asia menunjukan 12,2% dalam 1000 kehamilan. Di Eropa prevalensinya 3,6%, di Amerika Utara 2,9%, dan Sub-Saharan Afrika 2,7%. Total terjadinya plasenta previa yaitu 4,3% dari 1000 kehamilan.3 2.3 Faktor Predisposisi Faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah: 2 1. Usia lanjut 2. Multiparitas 3. Riwayat persalinan seksio sesaria



4. 5. 6. 7.



Uterus yang abnormal Plasenta yang besar Bentuk plasenta yang abnormal Wanita Perokok



2.4 Patofisiologi Mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diketahui. Vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atropi pada desidua akibat perkembangan embrio janin merupakan teori yang mendekati saat ini dan didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan hamil tua dan multiparitas. Teori aliran darah ke plasenta yang tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti kehamilan kembar, dapat menyebabkan plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluas permukaannya sehingga mendekati atau menutupi seluruh pembukaan jalan lahir. Namun teori ini belum dapat dipercaya sepenuhnya sehingga perlu penelitian lebih lanjut.1,2,4 2.5 Klasifikasi Ada 4 klasifikasi plasenta previa, yaitu: 1. Plasenta Previa Totalis Ostium uteri internum tertutup sama sekali oleh jaringan plasenta.



3



2. Plasenta Previa Parsialis Ostium uteri internum tertutup oleh sebagian jaringan plasenta. 3. Plasenta Previa Marginalis Tepi plasenta terletak pada bagian pinggir ostium uteri internum. 4. Plasenta Letak Rendah Plasenta tertanam dalam segmen bawah uterus sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium uteri internum tetapi terletak sangat berdekatan dengan ostium tersebut. Pinggir plasenta letaknya kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir ostium uteri internum, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.1,2 2.6 Gambaran Klinis Gambaran klinis yang tampak pada plasenta previa adalah:2,4,5 1. Kehamilan 28 minggu atau lebih dengan perdarahan pervaginam yang sifatnya tidak nyeri dan darah berwarna merah (segar). Perdarahan terjadi tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen uterus akan lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat ditempat tersebut tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulai terjadi perdarahan. Sumber perdarahan adalah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus aatu karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada Kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan lebih dini terjadi daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai. 2. Keadaan umum sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak (atau hanya flek berulang) sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi perdarahan berikutnya



4



hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. 3. Sering disertai dengan kelainan letak janin. Tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang. 4. Bagian terendah janin masih tinggi atau tidak masuk pintu atas panggul. Turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul akan terhalang karena adanya plasenta di bagian bawah uterus. Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan didapatkan belum masuk ke pintu atas panggul. 2.7 Diagnosis Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya adalah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan tersebut salah.4,5 1. Anamnesa Hamil 28 minggu atau lebih dengan perdarahan pervaginam tanpa rasa nyeri, berulang, dan berwarna merah segar.4 Banyaknya perdarahan dapat dinilai dari anamnesa, tetapi tidak akurat sehingga perlu dilakukan pemeriksaan hematokrit. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan keadaan umum pasien, kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh. 3. Status general Pemeriksaan general meliputi kepala, mata, telinga, hidung, tenggorok, leher, dada (jantung, paru, abdomen), dan ekstremitas. 4. Pemeriksaan obstetri Pemeriksaan ini meliputi: a. Inspeksi Pemeriksaan dengan menggunakan inspekulo bertujuan untuk mengetahui perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari vagina seperti erosi porsio, polip serviks, varises vulva dan trauma. b. Palpasi Dengan pemeriksaan leopold dapat mengetahiu letak janin, apakah normal atau tidak. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. c. His



5



His perlu diketahui apakah ada his atau tidak, jika terdapat his, apakah adekuat atau tidak. d. Auskultasi Denyut Jantung Janin harus didengarkan untuk mengetahui keadaan janin didalam rahim. e. Pemeriksaan Dalam Untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan jenis plasenta previa adalah secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis. Akan tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak. Oleh karena itu pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan siap operasi. Pemeriksaan dalam dimeja operasi dilakukan dengan: perabaan forniks, yang dilakukan bila janin dalam presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul, perlahanlahan seluruh fornises diraba dengan jari. Perabaannya terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin terdapat plasenta, dan akan terasa padat apabila tidak terdapat plasenta. Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta. Plasenta yang tipis mungkin tidak terasa lunak. Pemeriksaan ini harus selalu mendahului pemeriksaan melalui kanalis servikalis, untuk mendapat kesan pertama tidak adanya plasenta previa. Pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan jari telunjuk dimasukkan kedalam kanalis servikalis, dengan tujuan meraba kotiledon plasenta. Apabila kotiledon teraba, segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis servikalis. Jangan sekali-kali berusaha menelusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari insersionya yang dapat menimbulkan perdarahan.4,5 5. Pemeriksaan Penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan laboratorium, dan penentuan diagnosis pasti dengan pemeriksaan menggunakan USG. Penggunaan USG merupakan pemeriksaan dengan metode sederhana, paling tepat dan paling aman untuk menentukan lokasi plasenta dengan ketepatan yang cukup meyakinkan (98%). Hasil positif palsu sangat besar kemungkinannya disebabkan oleh distensi kandung



6



kemih. Karena itu pemeriksaan skrining USG pada kasus-kasus yang tampak



positf



harus



diulang



segera



setelah



kandung



kemih



dikosongkan.2,4,5 2.8 Penatalaksanaan Pasien dengan plasenta previa dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok yaitu:  Kelompok dengan janin prematur tetapi tidak terdapat kebutuhan yang   



mendesak untuk melahirkan janin tersebut. Kelompok dengan janin dalam waktu 3 minggu menjelang aterm. Kelompok yang berada dalam proses persalinan. Kelompok dengan perdarahan yang begitu hebat sehingga uterus harus



dikosongkan meskipun janin masih matur.4,5 Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2500 gram, tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri dari:4,5  Penanganan konservatif sampai umur kehamilan aterm berupa tirah baring, antibiotika, dan tokolitik bila ada his. Bila selama 3 hari tidak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah pasien berjalan tetap   



tidak ada perdarahan, pasien boleh pulang. Pengurangan aktifitas fisik Penghindaran setiap manipulasi intravaginal. Jika perdarahan banyak dan diperkirakan membahayakan ibu dan janin



maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan aktif. Bila umur kehamilan 37 minggu atau lebih dan taksiran berat janin 2500 gram maka dilikukan penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri kehamilan baik secara pervaginam atau perabdominal. Persalinan pervaginam diindikasikan pada plasenta previa marginalis, plasenta letak rendah, dan plasenta previa lateralis dengan pembukaan 4 cm atau lebih. Pada kasus tersebut bila tidak banyak perdarahannya maka dapat dilakukan pemecahan kulit ketuban.4,5 Pemecahan selaput ketuban adalah cara terpilih untuk melangsungkan persalinan pervaginam karena bagian bawah janin akan menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah, dan bagian plasenta yang berdarah itu dapat bebas mengikuti regangan segmen bawah uterus, sehingga pelepasan plasenta dari segmen bawah uterus lebih lanjut dapt dihindari. Apabila pemecahan selaput ketuban tidak berhasil menghentikan perdarahan, maka ada 2 cara lain



7



yang lebih keras menekan plasenta dan mungkin pula lebih cepat menyelesaikan persalinan, yaitu pemasangan cunam willet dan versi Braxton Hicks, akan tetapi cara ini sudah lama ditinggalkan karena cara seksio sesaria jauh lebih aman. Semua cara ini mungkin mengurangi atau menghentikan perdarahan dengan menimbulkan tekanan yang terus menerus pada plasenta akan mengurangi sirkulasi darah antara uterus dan plasenta, sehingga juga menyebabkan anoksia serta kematian janin. Oleh karena itu, cara ini senderung dilakukan pada janin yang telah mati, atau yang prognosisnya untuk hidup diluar uterus tidak baik. Cara ini, apabila akan dilakukan lebih tepat dilakukan pada multipara karena persalinannya lebih cepat, dengan demikian penekanan pada plasenta tidak berlangsung lama.4,5 Bila his tidak adekuat dapat diberikan oksitosin drip. Namun bila perdarahan tetap ada maka dilakukan seksio sesaria. Persalinan seksio sesaria diindikasikan untuk plasenta previa totalis baik janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana pembukaannya kurang dari 4 cm atau serviks belum matang, plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan plasenta previa dengan gawat janin. Gawat janin dengan plasenta previa merupakan indikasi untuk melakukan seksio sesaria, akan tetapi jika terjadi gawat ibu tindakan seksio sesaria dapat ditunda sampai keadaan ibu dapat diperbaiki. 4,5 2.9 Komplikasi Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi. Komplikasi pada ibu dapat berupa, perdarahan post partum dan syok karena kurang kuatnya kontraksi segmen bawah rahim, infeksi dan trauma uterus atau serviks. Kematian maternal kurang dari 1% jika wanita dengan plasenta previa melahirkan bayi yang sehat. Komplikasi pada bayi berupa prematuritas dengan angka kematian ±5%.6 2.10 Prognosis Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta previa rendah sekali, atau tidak ada sama sekali. Sejak diperkenalkan cara pasif, kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama.6 Penanganan pasif maupun aktif memerlukan fasilitas tertentu, yang belum dicukupi pada banyak tempat di tanah air kita, sehingga beberapa tindakan yang sudah lama ditinggalkan terpaksa digunakan, seperti pamasangan cunam willet



8



dan versi Braxton Hicks. Tindakan-tindakan ini sekurang-kurangnya masih dianggap penting untuk menghentikan perdarahan dimana fasilitas seksio sesaria belum ada. Dengan demikian tindakan-tindakan ini lebih banyak ditujukan demi keselamatan ibu dari pada janinnya.6 BAB III LAPORAN KASUS



1. IDENTITAS PASIEN Nama : AAIA Umur : 39 tahun Alamat : Br Pande Bangli Agama : Hindu Pendidikan : SMA Pekerjaan : Tidak Bekerja Status : Menikah Tanggal MRS : 12-06-2014 CM : 196273 2. KRONOLOGIS SAAT MASUK Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke VK IRD RSUD Bangli dalam keadaan sadar diantarkan oleh keluarganya dengan keluhan utama keluar darah dari kemaluannya. Keluhan ini dirasakan sejak pagi hari sekitar pukul 06.00 WITA sebelum masuk rumah sakit. Darah dikatakan keluar secara spontan, dikatakan berupa darah berwarna merah, tidak disertai adanya gumpalan, berjumlah cukup banyak hingga kurang lebih 1 gelas dan jatuh hingga membasahi kaki pasien. Keluhan ini tanpa disertai nyeri perut. Tidak ada cairan yang keluar dari kemaluan pasien selain darah. Pasien juga mengatakan gerak janinnya baik. Perdarahan terjadi tiba-tiba ketika pasien pergi ke kamar mandi. Riwayat Menstruasi Pasien menstruasi sejak umur 14 tahun, dengan siklus setiap 28 hari, dengan lama 3-5 hari dan volume 50 cc tiap menstruasi. Keluhan saat menstruasi disangkal oleh pasien. Menstruasi terakhir dikatakan 5 September 2013 dengan taksiran persalinan 12 Juni 2014. Pasien mengatakan belum pernah menggunakan KB. Riwayat Perkawinan



9



Pasien berstatus sudah menikah dengan 1 orang suami. Usia saat menikah dengan suami 37 tahun. Usia pernikahan dengan suami sekarang yaitu 2 tahun. Riwayat Kehamilan 1. Hamil ini Pasien melakukan antenatal care di bidan dan dokter spesialis kandungan sebanyak lebih dari 3 kali. Pasien sudah melakukan pemeriksaan USG sebanyak 3 kali. Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan Pasien sebelumnya sempat dirawat di RSUD Bangli pada bulan Mei karena keluhan yang sama. Saat itu pasien mengeluhkan perdarahan dari kemaluannya dan segera dibawa ke rumah sakit. Pasien didiagnosis dengan plasenta previa dan dirawat dengan terapi konservatif selama 6 hari. Pasien menyangkal menderita penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, gangguan jiwa, varises, dan tumor. Pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obatan selama kehamilan, dan menyangkal melakukan operasi sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami keluhan penyakit seperti pasien. Riwayat penyakit plasenta previa dan solusio plasenta di keluarga disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit sistemik di keluarga seperti seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, gangguan jiwa, varises, dan tumor disangkal oleh pasien. Riwayat pribadi dan sosial Pasien tidak bekerja di luar rumah. Kegiatan sehari-hari pasien adalah sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama suami dan mertuanya. Hubungan antar anggota keluarga dikatakan baik. Riwayat merokok dan minum-minuman beralkohol disangkal. 3. PEMERIKSAAN FISIK Status Present Kesan sakit : sedang Kesadaran : compos mentis GCS : E4V5M6 Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 84 x/menit, reguler Respirasi : 20 x/menit Suhu badan : 36,7 0C TB : 156 cm



10



BB BMI Status General Mata Leher THT Thorak Cor Po



: 62 kg : 25,47 kg/m2 : anemia -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor : Pembesaran limfe (-) : Kesan tenang : S1S2 Tunggal regular, murmur (-) : Suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, ronchi -/Mamae : Simetris (+), putting susu menonjol (+),



pengeluaran (-), kebersihan cukup (+) Ekstremitas: hangat + + edema - - ++ Status Lokalis Abdomen : Inspeksi : luka bekas operasi (-), kelainan (-) Palpasi : Tinggi Fundus Uteri teraba 3 jari di bawah prosesus xipoideus (33 cm), letak punggung kiri, presentasi kepala, kontraksi uterus (+) lemah 1x/10 menit, lama 10-15 detik Auskultasi : Bising Usus (+) normal, denyut jantung janin 163 x/menit Anogenital : VT : Tidak dilakukan 4. PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah Lengkap (12-06-2014) TES



HASIL



NORMAL



UNIT



WBC



11,1



4.10 - 11.00



10^3/µL



RBC



3,42



4.50 - 5.90



10^6/µL



HGB



11,0



13.50 - 17.50



g/dL



HCT



28,7



41.00 - 53.00



%



MCV



83,8



80.00 - 100.00



fL



MCH



32,2



26.00 - 34.00



Pg



MCHC



38,4



31.00 - 36.00



g/dL



PLT



183



150.00 - 440.00



10^3/µL



USG (tgl 03-06-2014) Janin T/H letak bujur, FHB (+), FM (+) BPD : 87,7 mm ~ 36w 0d EDD : 28/06/2014 AC : 30,3 cm~ 34w 3d EFW : 2504 gr



11



FL: 66,9 mm ~ 34 w 1d Ave : 34w 6d Plasenta corpus posterior menutupi OUI, AFI cukup 5.



DIAGNOSIS G1P0000 39-40 minggu T/H + APB ec plasenta previa totalis + fetal distress PBB : 3255 gram



6.



PENATALAKSANAAN Lapor dr SPOG 1. Pasang infus RL dua jalur 2. Pasang oksigen 3. Siapkan SC 4. Siapkan tranfusi PRC 2 kolf



Laporan operasi (12-06-2014) Mulai : Pukul 08.30 Wita Diagnosa pre-operasi : G1P0000 39-40 minggu T/H + APB ec plasenta previa totalis + fetal distress  Os posisi terlentang dengan RA-BSA  Disinfeksi lapangan operasi dan dipersempit dengan duk steril  Insisi pfanensteil meneruskan sampai subkutis, fascia, otot dan peritoneum  Tampak uterus gravida, insisi dinding uterus pada SBR  Melahirkan bayi bayi lahir laki-laki, BB 2600 grammemotong tali 



pusat Melahirkan plasenta plasenta lahir komplit lokasi korpus posterior



menutupi OUI  Bersihkan cavum uteri dengan gaas steril  Jahit uterus  Evaluasi perdarahan aktif (-)  Jahit luka operasi lapis demi lapis  Dilakukan vaginal higine  Operasi selesai Selesai : Pukul 09.15 Wita Diagnosa post-operasi: P1001 Post SCTP ec plasenta previa totalis Tx : - IVFD D5% : RL: 2 :1 28 tpm - Diberikan Oksitosin 10 IU drip selama 6 jam post sc - Cefotaxime 3 x 1 gram iv - Ketorolac 2 x 1 amp iv Observasi : cairan masuk, cairan keluar, tensi, nadi, respirasi



Perkembangan Pasien di Ruangan 12-06-2014



12



S O



: Nyeri luka post op (+), ASI (+) sedikit, BAK (+), BAB (-), keluar darah dari kemaluan (-), mobilisasi (-). : St. Present KU baik TD : 120/80 mmHg R : 20x/menit N : 84x/menit Tax: 36,6°C St. General : Mata : anemis -/-, ikterik -/Thoraks : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-) Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Sesuai status obstetri Ekstremitas: Akral hangat: ekstremitas atas +/+ ekstremitas bawah +/+ Oedem ekstremitas atas -/ekstremitas bawah -/St. Obstetri : Payudara - Inspeksi : pembengkakan (-), retraksi puting susu (-) - Palpasi : colostrum (+) Abdomen - Inspeksi : luka post op terawat baik - Auskultasi : Bising Usus (+) jarang - Palpasi : TFU 2 jari bpst, kontraksi uterus (+) baik, Vagina - Inspeksi : Perdarahan aktif (-), lochia rubra (+),



A : P1001 Post SCTP ec plasenta previa totalis hari 0 P : Pdx : Tx : - IVFD D5% : RL: 2 :1~ 28 tpm - Cefotaxime 3x1 gram iv - analgetik sesuai TS anestesi - metil ergometrin 3 x 0,125 mg po - sulfas ferosus 2 x 300 mg po 13-06-2014 S : Nyeri luka post op (+) berkurang, ASI (+), BAK (+), BAB (-), mobilisasi (+). O : St. Present KU baik TD : 120/80 mmHg R : 18x/menit N : 82x/menit Tax: 36,4°C St. General : Mata : anemis -/-, ikterik -/Thoraks : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-) Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Sesuai status obstetri Ekstremitas: Akral hangat: ekstremitas atas +/+ ekstremitas bawah +/+



13



Oedem



ekstremitas atas -/ekstremitas bawah -/-



St. Obstetri : Payudara - Inspeksi : pembengkakan (-), retraksi puting susu (-) - Palpasi : ASI (+) Abdomen - Inspeksi : luka post op terawat baik - Auskultasi : Bising Usus (+) Normal - Palpasi : TFU 2 jari bpst, kontraksi uterus (+) baik, Vagina - Inspeksi : Perdarahan aktif (-), lochia rubra (+), A : P1001 Post SCTP ec plasenta previa totalis hari 1 P : Pdx : Tx : - IVFD RL ~ 20 tpm - Cefotaxime 3x1 gram iv  amoksisilin 3 x 500 mg po - analgetik sesuai TS anestesi  asam mefenamat 3 x 500 mg po - metil ergometrin 3 x 0,125 mg po - sulfas ferosus 2 x 300 mg po 14-06-2014 S : Nyeri luka post op (+) sedikit, ASI (+), BAK (+), BAB (+), mobilisasi (+).  : St. Present KU baik TD : 120/80 mmHg R : 20x/menit N : 88x/menit Tax: 36,5°C St. General : Mata : anemis -/-, ikterik -/Thoraks : Jantung : S1S2 tunggal, 14bstetr, murmur (-) Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : Sesuai status 14bstetric Ekstremitas: Akral hangat: ekstremitas atas +/+ ekstremitas bawah +/+ Oedem ekstremitas atas -/ekstremitas bawah -/St. Obstetri : Payudara - Inspeksi : pembengkakan (-), retraksi puting susu (-) - Palpasi : ASI (+) Abdomen - Inspeksi : luka post op terawat baik - Auskultasi : Bising Usus (+) Normal - Palpasi : TFU 2 jari bpst, kontraksi uterus (+) baik, Vagina - Inspeksi : Perdarahan aktif (-), lochia rubra (+),



14



A : P1001 Post SCTP ec plasenta previa totalis hari II P : Pdx : Tx : - IVFD RL ~ 20 tpm - amoksisilin 3 x 500 mg po - asam mefenamat 3 x 500 mg po - metil ergometrin 3 x 0,125 mg po - sulfas ferosus 2 x 300 mg po - BPL KIE : - Mobilisasi dini - ASI eksklusif - KB post partum - Kontrol poliklinik 1 minggu lagi



BAB IV PEMBAHASAN Penegakkan diagnosis plasenta previa dapat diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Secara teoritis, pasien dengan plasenta previa datang dengan keluhan perdarahan pervaginam pada usia kehamilan > 28 minggu, tanpa rasa nyeri, berulang, dan berwarna merah segar. Dari anamnesis yang dilakukan terhadap pasien AAIA, pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam dimana darah keluar spontan, berwarna merah segar, tidak disertai adanya gumpalan, berjumlah cukup banyak hingga membasahi kaki pasien. Keluhan ini tanpa disertai nyeri perut. Pasien juga



15



mengatakan tidak ada keluar air ketuban dan lendir bercampur darah serta gerak anak dikatakan masih aktif baik. Pasien mengatakan sebelumnya saat perdarahan terjadi ia tidak sedang melakukan aktivitas yang cukup berat, hanya berjalan ke kamar mandi. Dari pemeriksaan fisik secara teori, manifestasi dari plasenta previa sendiri bergantung dari banyaknya jumlah perdarahan yang terjadi pada ibu hamil. Semakin banyak perdarahan yang terjadi, maka makin berat manifestasi klinis yang ditunjukkan. Dari pemeriksaan terhadap pasien didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmhg dan status general lainnya dalam batas normal. Dari pemeriksaan obstetri hasilnya pada abdomen didapatkan tidak adanya distensi dan bising usus normal. Tinggi fundus uteri teraba 3 jari di bawah prosesus xipoideus, presentasi kepala, kontraksi uterus positif lemah 1 kali per 10 menit selama 10-15 detik, dan denyut jantung janin 163 kali per menit. Pemeriksaan vagina yang dilakukan menunjukkan adanya perdarahan tetapi tidak disertai dengan pengeluaran stolsel (gumpalan darah). Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan terhadap pasien dengan plasenta previa antara lain pemeriksaan USG dan laboratorium. Hal ini untuk mengetahui kondisi janin dan plasenta dalam rahim serta mengevaluasi seberapa berat komplikasi perdarahan yang terjadi pada pasien. Pemeriksaan USG telah dilakukan pada pasien pada tanggal 03-06-2014 dengan hasil janin tunggal hidup, presentasi kepala dengan plasenta corpus posterior menutupi OUI dan sediaan air ketuban



yang



masih



cukup menunjang



janin. Sedangkan



pemeriksaan



laboratorium darah lengkap pasien menunjukkan Hb senilai 11,0 g/dL yang menunjukkan bahwa perdarahan yang terjadi tidak cukup berat untuk mempengaruhi hemostasis pasien. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari anamnesis dimana perdarahan berjumlah + 1 gelas saja dan dari pemeriksaan fisik didapatkan kondisi pasien yang masih cukup baik. Penatalaksanaan perdarahan ante partum karena plasenta previa dapat berupa penanganan aktif atau konservatif. Jika usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2500 gram maka dilakukan penanganan konservatif. Jika umur kehamilan 37 minggu atau lebih dan taksiran berat janin 2500 gram maka dilikukan penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri kehamilan baik secara pervaginam atau perabdominal. Persalinan



16



seksio sesaria diindikasikan untuk plasenta previa totalis baik janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana pembukaannya kurang dari 4 cm atau serviks belum matang, plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan plasenta previa dengan gawat janin. Pada pasien telah dilakukan penatalaksanaan aktif yaitu terminasi kehamilan dengan seksio sesaria. Hal ini sudah sesuai dengan prinsip penanganan aktif terhadap pasien dengan plasenta previa dan indikasi seksio sesaria seperti yang telah dijelaskan sebelumya.



BAB V SIMPULAN Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta previa diawali dengan implantasi embrio pada bagian bawah dati uterus. Seiring pertumbuhannya maka plasenta akan melekat dan bertumbuh serta berkembang hingga menutupi ostium uteri internum. Gejala klinis dari plasenta previa antara lain perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri, turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul akan terhalang karena adanya plasenta di bagian bawah uterus, sering terjadi perdarahan postpartum karena ketidakmampuan serabut-serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan dari bekas insersio plasenta. Pasien AAIA mengeluh perdarahan pervaginam dimana darah yang keluar berwarna merah segar dengan jumlah perdarahan yang cukup banyak hingga membasahi kakinya. Pasien juga mengatakan tidak terdapat gumpalan darah berwarna kemerahan. Perdarahan yang terjadi dikatakan tidak diawali dengan nyeri perut terlebih dahulu. Penegakkan diagnosis plasenta previa dilakukan



17



dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dalam hal ini adalah USG. Setelah diagnosis tegak pasien diberikan terapi aktif berupa terminasi kehamilan dengan melakukan seksio sesaria.



DAFTAR PUSTAKA



1. Sarwono Prawiroharjo. (2011). Ilmu Kebidanan, Plasenta Previa, hal :365-376. PT. Bina Pustaka. Jakarta. 2. F. Gary Cunningham., et all. (2010). Williams Obsteric 23th, Placenta Previa, hal: 769-774. MacGrwHill. USA. 3. JA, Creewell., et all. (2013). Prevalence of placenta by world region: a systematic review and meta-analyis. Jun:18(6):712-24. www.ncbi.nlm..gov : USA. 4. Oppenheimer, Lawrence.,



et



all.



(2007).



Diagnosis



and



Management of Placenta Previa. Sogc.org : Canada. 5. Johnston, T A., Brown, S P. (2011). Placenta praevia, placenta praevia accreta and vasa praevia: diagnosis and management. Green-top Guidline No. 27. Rcog.org.uk : UK. 6. Stoppler, Melissa Conrad. (2014). Pregnacy: Placenta Previa. Medicinet.com : USA.



18



LAMPIRAN



a. b. c. d.



Plasenta previa totalis Plasenta previa parsilis Plasenta previa marginalis Plasenta letak rendah



19