Plato - Simposium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle]



[DATE] [COMPANY NAME] [Company address]



Tentang hal-hal yang kamu minta untuk diberitahukan, aku percaya bahwa aku bukan kurang siap dengan sebuah jawaban. Karena satu hari sebelum kemarin, aku datang dari rumahku di Phalerum ke kota, dan seorang temanku, yang melihatku dari belakang, memanggil dengan riang di kejauhan, berkata: Apollodorus, Wahai kamu laki-laki Phaleria, berhenti! Sehingga aku melakukan sebagaimana aku diminta, dan kemudian ia berkata, Aku tadi mencarimu, Apollodorus, hanya sekarang, bahwa aku mungkin menanyaimu tentang perjamuan yang mengumpulkan bersama-sama Agathon dan Socrates dan Alcibiades dan seluruh yang hadir dan pidato-pidato yang mereka bawakan tentang Cinta. Phoenix, anak Philip, memberitahukan orang yang memberitahukan kepadaku tentang mereka; cerita ia sangat kurang jelas, tetapi ia berkata bahwa kamu mengetahui, dan aku berharap kamu akan memberiku sebuah kisah tentang mereka. Siapa, jika bukan kamu, yang harus menjadi pelapor kata-kata temanmu? Dan pertama katakan kepadaku, ia berkata, apakah kamu hadir di pertemuan ini? Pelapormu, Glaucon, aku berkata, haruslah memang sangat kurang jelas, jika kamu membayangkan bahwa kejadian tersebut baru-baru ini; atau bahwa aku bisa ada di dalam kumpulan tersebut. Mengapa, ya, ia menjawab, aku berpikir demikian. Tidak mungkin. Apakah kamu tidak mengetahui bahwa selama bertahun-tahun Agathon tidak tinggal di Athena; dan bukan tiga telah berlalu sejak aku berteman dengan Socrates, dan telah menjadikan urusanku setiap hari untuk mengetahui semua apa yang ia katakan atau lakukan. Sebelum saat itu, aku berlari kepada dunia, menyangka diriku bekerja baik, tetapi aku benar-benar makhluk malang, tidak lebih baik daripada kamu saat ini. Aku menyangka bahwa aku harus melakukan apapun daripada menjadi filsuf. Baik, ia berkata, bercanda, kemudian katakan kepadaku kapan pertemuan tersebut berlangsung. Di masa remaja kita, aku menjawab, ketika Agathon memenangi hadiah dari tragedi pertama ia, di hari setelah hari ketika ia dan paduan suaranya memberikan persembahan kemenangan. Kemudian ia haruslah telah lama, ia berkata; dan siapa yang memberitahukan kepadamu—apakah Socrates? Sebenarnya bukan, aku menjawab, tetapi orang yang sama yang memberitahukan Phoenix;— ia adalah laki-laki kecil, yang tidak pernah mengenakan sepatu, Aristodemus, dari deme Cydathenaeum. Ia hadir di perayaan Agathon; dan aku



berpikir bahwa di masa itu tidak ada orang yang memuja Socrates yang lebih menyerahkan diri. Terlebih, aku telah menanyai Socrates tentang kebenaran dari beberapa bagian kisah ia, dan ia membenarkan mereka. Kemudian, Glaucon berkata, biarkan kita mengulang kisah tersebut lagi; bukankah jalan Athena dibuat hanya untuk percakapan? Dan kemudian kita berjalan, dan membicarakan percakapan-percakapan tentang cinta; dan karena itu, sebagaimana aku katakan pertama, aku bukan tidak siap untuk memenuhi permintaanmu, dan akan melakukan pengulangan lain dari mereka jika kamu suka. Karena untuk berbicara atau mendengar orang-orang lain berbicara tentang filsafat selalu memberiku kesenangan yang paling besar, selain dari keuntungannya. Tetapi ketika aku mendengar ketegangan orang lain, terutama kalian orang-orang kaya dan para pedagang, percakapan semacam itu membuatku susah; dan aku mengasihani kalian teman-temanku, karena kalian menyangka melakukan sesuatu ketika di dalam kenyataan tidak melakukan apapun. Dan aku berani berkata bahwa kalian juga kembali mengasihani aku, yang kalian nilai sebagai makhluk yang tidak berbahagia, dan sangat mungkin kalian benar. Tetapi aku jelas mengetahui tentang kalian apa yang kalian hanya pikirkan tentang aku—demikian perbedaannya. Teman: Aku melihat, Apollodorus, bahwa kamu tetap sama—selalu membicarakan keburukanmu, dan orang-orang lain; dan aku percaya bahwa kamu mengasihani semua manusia, kecuali Socrates, dirimu pertama dari semua, benar di dalam ini kepada nama lamamu, yang, pantas bagaimanapun, aku tidak tahu bagaimana kamu dapatkan, Apollodorus si pemarah; karena kamu selalu marah melawan dirimu dan semua orang kecuali Socrates. Apollodorus: Ya, teman, dan alasan mengapa aku disebut sebagai pemarah, dan keluar dari kesabaranku, hanya karena aku memiliki pemikiran-pemikiran ini tentang diriku dan kalian; tidak dibutuhkan bukti lain. Teman: Jangan lagi tentang itu, Apollodorus; tetapi biarkan aku membarukan permintaanku bahwa kamu akan mengulangi percakapan tersebut. Apollodorus: Baik, cerita tentang cinta dimulai dengan ini:—Tetapi mungkin aku lebih baik memulai di awal, dan berusaha untuk memberikan kata-kata yang tepat dari Aristodemus: Ia berkata bahwa ia bertemu dengan Socrates yang segar dari permandian dan mengenakan sandal; dan karena ia menganggap pemandangan sandal tersebut tidak biasa, ia menanyainya ke mana ia akan pergi sehingga memakai perhiasan semacam itu. Ke sebuah perjamuan di tempat Agathon, ia menjawab, yang undangannya untuk pengorbanan kemenangan aku tolak kemarin, khawatir terhadap keramaian,



tetapi dengan berjanji bahwa aku akan datang hari ini sebagai ganti; dan kemudian aku mengenakan pakaianku yang baik, karena ia adalah macam orang yang baik. Apa yang kamu katakan untuk kamu pergi tanpa diminta ke sebuah acara makan malam? Aku akan melakukan sebagaimana kamu memintaku, aku menjawab. Ikutlah kemudian, ia menjawab, dan biarkan kita merombak peri-bahasa ‘Kepada perjamuan-perjamuan orang-orang yang lebih rendah orang-orang baik yang tidak diundang pergi.’ Digantikan dengan peri-bahasa kita yang akan menjadi ‘Kepada perjamuan-perjamuan orang baik orang baik yang tidak diundang pergi;’ Dan perubahan ini mungkin didukung oleh sumber yang bisa dipercaya dari Homer sendiri, yang tidak hanya merombak tetapi secara bahasa mengasari peribahasa tersebut. Karena, setelah menggambarkan Agamemnon sebagai manusia yang paling gagah berani, dan Menelaus, yang hanya tentara pengecut, Menelaus datang kepada perjamuan Agamemnon, yang sedang melakukan perayaan dan memberikan pengorbanan-pengorbanan, bukan yang lebih baik kepada yang lebih buruk, tetapi yang lebih buruk kepada yang lebih baik. Aku lebih khawatir, Socrates, Aristodemus berkata, lebih rendah mungkin masih menjadi halku, seperti Menelaus di dalam Homer, aku haruslah orang yang lebih rendah, yang ‘Kepada perjamuan-perjamuan orang yang bijaksana tidak diundang pergi.’ Tetapi aku harus berkata bahwa aku diundang olehmu, dan bahwa kamu akan membuat sebuah izin. ‘Dua pergi bersama,’ ia menjawab, di dalam gaya Homer, satu atau yang lain dari mereka mungkin akan menemukan sebuah izin di perjalanan. Ini adalah gaya percakapan mereka selagi mereka berjalan. Socrates terjatuh di belakang di dalam perasaan buram, dan meminta Aristodemus, yang menunggu, untuk pergi mendahului ia. Kemudian ia mencapai rumah Agathon, dan ia menemukan pintu-pintu terbuka lebar, dan sebuah hal komik terjadi. Seorang pelayan keluar menemui ia, dan seketika menuntunnya ke dalam aula perjamuan yang di dalamnya para tamu sedang bersandar-berbaring, karena perjamuan akan dimulai. Selamat datang, Aristodemus, Agathon berkata, segera setelah ia tampak— kamu tepat waktu untuk makan malam bersama kami; jika kamu datang dengan persoalan lain lepaskanlah, dan jadilah sebagai satu dari kami, karena aku mencarimu kemarin dan bermaksud mengundangmu, jika saja aku bisa menemukanmu. Tetapi apa yang telah kamu lakukan dengan Socrates? Aku berbalik, tetapi Socrates tidak terlihat di manapun; dan aku harus menjelaskan bahwa ia bersamaku beberapa saat yang lalu, dan bahwa aku datang oleh undangannya kepada makan malam.



Kamu cukup benar datang, kata Agathon; tetapi ia sendiri di mana? Ia baru saja ada di belakangku, ketika aku masuk, ia berkata, dan aku tidak bisa memikirkan apa yang terjadi kepadanya. Pergi dan carilah ia, anak muda, kata Agathon, dan bawa ia masuk; dan kamu, Aristodemus, sementara mengambil tempat di samping Eryximachus. Sang pelayan kemudian membantunya mencuci, dan ia berbaring, dan kemudian datang seorang pelayan lain dan melaporkan bahwa teman kita Socrates memasuki beranda rumah yang berdekatan. ‘Di sana ia diam,’ kata ia, ‘dan ketika aku memanggilnya ia tidak bergerak.’ Sangat aneh, Agathon berkata; kemudian kamu harus memanggil ia lagi, dan tetap memanggilnya. Biarkan ia sendirian, kata pelaporku; ia memiliki jalan untuk berhenti di manapun dan menghilangkan dirinya sendiri tanpa alasan apapun. Aku percaya bahwa ia akan segera tampak; karena itu jangan ganggu ia. Baik, jika kamu berpikir demikian, aku akan membiarkan ia, kata Agathon. Dan kemudian, berbalik kepada para pelayan, ia menambahkan, ‘Biarkan kita makan malam tanpa menunggu ia. Sajikan apapun yang kalian suka, karena tidak ada yang akan memberikan perintah kepada kalian; sampai kini aku tidak pernah membiarkan kalian untuk kalian sendiri. Tetapi di hal ini bayangkan bahwa kalian adalah tuan rumah, dan bahwa aku dan kumpulan adalah tamu-tamu kalian; perlakukan kami dengan baik, dan kemudian kami harus menghargai kalian.’ Setelah ini, jamuan telah dihidangkan, tetapi masih tidak ada Socrates; dan di sepanjang acara makan Agathon beberapa kali mengutarakan keinginannya untuk memanggil ia, tetapi Aristodemus menolak; dan di akhir ketika perjamuan setengah berakhir—untuk kebaikan, sebagaimana biasa, tidak terlalu lama— Socrates masuk. Agathon, yang bersandar sendiri di ujung meja, berkata: ‘Di sini, Socrates, datanglah duduk di sampingku, supaya dengan bersentuhan denganmu aku mungkin memiliki keberuntungan pemikiran bijaksana yang datang ke dalam pikiranmu di beranda, dan yang sekarang kamu miliki; karena aku yakin bahwa kamu tidak akan datang ke sini sampai kamu menemukan apa yang kamu cari.’ Betapa aku berharap, kata Socrates, mengambil tempat ia sebagaimana ia harapkan, bahwa kebijaksanaan bisa disalurkan oleh sentuhan, keluar dari yang lebih penuh kepada satu yang lebih kosong, sebagai air mengalir melalui wool keluar dari piala yang penuh kepada sebuah yang lebih kosong; jika demikian, betapa besar aku harus hargai hak untuk bersandar di sampingmu! Aku tampak akan terisi penuh dengan sebuah aliran kebijaksanaan yang bagus dan berlimpah darimu; sementara milikku sangat sederhana dan dari macam yang bisa



dipertanyakan, tidak lebih baik daripada mimpi. Tetapi milikmu cerah dan penuh oleh janji, sebagaimana kami lihat di hari yang lain bersinar dari kemudaanmu, kuat dan megah, tertampakkan kepada lebih dari tiga puluh ribu orang Yunani. Kamu mengejek, Socrates, Agathon berkata, dan segera kamu dan aku akan menentukan siapa yang membawa tapak kebijaksanaan—kepada ini Dionysus harus menjadi juri; tetapi sekarang kamu lebih baik menghadapi makan malam. Socrates mengambil tempatnya di dipan, dan makan malam bersama keseluruhan; dan kemudian minuman persembahan diberikan, dan setelah sebuah himne dinyanyikan kepada sang dewa, dan ada upacara-upacara yang biasa, mereka hendak memulai minum, ketika Pausanias berkata, Dan sekarang, temantemanku, bagaimana bisa kita minum dengan sedikit melukai diri kita? Aku bisa membuat kalian yakin bahwa aku masih sangat merasakan pengaruh minumminum kemarin, dan memerlukan waktu untuk pulih; dan aku menyangka bahwa paling banyak dari kalian merasa sama, karena kalian ada di perayaan kemarin: sehingga pertimbangkanlah dengan cara apa minum dijadikan paling mudah? Aku secara keseluruhan setuju, kata Aristophanes, bahwa kita harus, dengan segala cara, menghindari minum banyak, karena aku sendiri satu dari mereka yang kemarin tenggelam di dalam minum. Aku berpikir bahwa kamu benar, kata Eryximachus, anak Acumenus; tetapi aku harus tetap suka untuk mendengar satu orang yang lain berbicara: Apakah Agathon mampu minum banyak? Aku tidak sebanding kepada ia, kata Agathon. Kemudian, kata Eryximachus, kepala-kepala lemah seperti diriku, Aristodemus, Phaedrus, dan yang lainnya yang tidak pernah bisa minum, beruntung mendapati orang-orang yang lebih kuat tidak sedang di dalam keinginan minum. Aku tidak men-termasuk-kan Socrates, yang mampu minum ataupun tidak minum, dan tidak akan memikirkan, apapun yang kita lakukan. Baik, sebagai tidak satupun dari teman tampak ingin minum banyak, aku mungkin termaafkan mengatakan, sebagai dokter, bahwa minum banyak adalah sebuah perilaku buruk, yang tidak pernah aku ikuti, jika aku bisa, dan tentu saja tidak menyarankan kepada yang lainnya, lebih tidak kepada siapapun yang masih merasakan pengaruh minumminum kemarin. Aku selalu melakukan apa yang kamu nasihatkan, dan terutama apa yang kamu katakan sebagai seorang dokter, kata Phaedrus orang Myrrhinusia, dan keseluruhan teman, jika mereka bijaksana, akan melakukan sama.



Kemudian semua mereka, setelah mendengar ini, menyetujui bahwa minum tidak akan menjadi tujuan hari ini, tetapi mereka semua minum hanya sampai mereka puas. Kemudian, kata Eryximachus, sebagai kalian semua setuju bahwa minum untuk kerelaan, dan bahwa tidak akan ada pemaksaan, aku berpindah, di tempat lebih lanjut, supaya gadis pemain flute, yang baru menampakkan diri, disuruh pergi dan bermain untuk dirinya sendiri, atau, jika ia suka, kepada para perempuan yang sama ada di dalam. Hari ini biarkan kita melakukan percakapan sebagai pengganti; dan jika kalian akan membiarkan aku, aku akan memberitahukan macam percakapan apa. Setelah penawaran ini diterima, Eryximachus melanjutkan sebagai berikut:— Aku akan memulai, ia berkata, dengan cara Melanippe dari Euripides, ‘Jangan menghiraukan kata’ yang akan aku bicarakan, tetapi yang dari Phaedrus. Karena sering ia berkata kepadaku di dalam sebuah nada marah:—‘Betapa sebuah hal yang aneh, Eryximachus, bahwa, sementara para dewa yang lain memiliki puisipuisi dan himne-himne yang dibuat untuk mereka, sang dewa besar dan mulia, Cinta, sebagai tidak memiliki satupun untuk ia dari antara semua penyair yang ada sangat banyak. Juga para sofis yang terhargai—Prodicus yang pandai misalnya, yang banyak menulis prosa kepada kebaikan-kebaikan Heracles dan pahlawan-pahlawan yang lain; dan, yang lebih luar biasa, aku telah menemukan sebuah pekerjaan filsafat yang di dalamnya kegunaan garam menjadi tema sebuah pembicaraan yang bagus; dan banyak hal lain yang telah mendapatkan penghormatan demikian. Dan hanya untuk berpikir bahwa harus ada ketertarikan yang besar tentang mereka, dan bahkan sampai hari ini tidak ada satupun yang berani mengerjakan himne untuk puji-pujian kepada Cinta! Sangat keseluruhan kedewaannya terabaikan.’ Sekarang di dalam ini Phaedrus tampak kepadaku sebagai cukup benar, dan karena itu aku ingin menawarkan sebuah saran; juga aku berpikir bahwa di saat ini kita yang sedang berkumpul tidak bisa melakukan hal yang lebih baik daripada menghormati sang dewa Cinta. Jika kalian setuju denganku, tidak akan ada percakapan yang kurang; karena aku bermaksud menyarankan bahwa masing-masing kita bergantian, dari kiri ke kanan, harus membuat sebuah enkomium untuk menghormati Cinta. Biarkan ia memberikan kepada kita yang terbaik darinya; dan Phaedrus, karena ia duduk pertama di sisi kiri, dan karena ia adalah bapak dari pemikiran tersebut, harus memulai. Tidak akan ada yang memilih untuk melawanmu, Eryximachus, kata Socrates. Aku tidak melihat bagaimana aku bisa menolak, ketika dihadapkan untuk memahami tiada hal selain cinta; juga tidak, aku menduga, Agathon dan Pausanias; dan tidak akan ada ragu kepada Aristophanes, yang keseluruhan memperhatikan Dionysus dan Aphrodite; juga tidak siapapun di sekitarku yang akan tidak setuju. Penawaran tersebut, sebagaimana aku sadari, mungkin tampak



lebih sukar untuk kita yang di tempat akhir; tetapi kita harus akan terisi jika kita mendengar beberapa pidato yang baik pertama-tama. Biarkan Phaedrus memulai pujian kepada Cinta, dan keberuntungan yang baik untuknya. Semua teman menampakkan penerimaan mereka, menginginkannya untuk melakukan sebagaimana Socrates memintanya. Aristodemus tidak mengingat semua yang terkatakan, juga tidak aku semua apa yang ia ceritakan kepadaku; tetapi aku akan memberitahukanmu apa yang aku anggap sebagai ingatan yang paling bernilai, dan apa yang dikatakan oleh para pembicara utama. Phaedrus memulai dengan menyatakan bahwa Cinta adalah dewa yang perkasa, dan menakjubkan di antara para dewa dan manusia, tetapi terutama menakjubkan di dalam kelahirannya. Karena ia adalah yang paling tua dari para dewa, yang merupakan sebuah penghormatan untuknya; dan sebuah bukti untuk ia dinyatakan kepada penghormatan ini adalah, bahwa tidak ada ingatan kepada orang-tuanya; tidak ada penyair ataupun penulis prosa yang pernah menjelaskan jika ia ada memiliki. Sebagaimana Hesiod berkata:— ‘Pertama Chaos datang, dan kemudian Bumi yang berdada lapang, Singgasana abadi mereka, dan Cinta.’ Acusilaus juga setuju dengan Hesiod, setelah Chaos, Bumi dan Cinta, dua ini, terjadi. Juga nyanyian Parmenides tentang Generasi: ‘Pertama di dalam pembentukan para dewa, ia membentuk Cinta.’ Mereka yang banyak itu adalah saksi yang menerima Cinta sebagai paling tua di antara para dewa. Dan bukan hanya paling tua, ia juga sumber keberuntungankeberuntungan yang paling besar kepada kita. Karena aku tidak mengetahui keberkatan terbesar untuk seorang muda yang memulai kehidupan melebihi seorang pecinta yang baik, atau untuk pecinta daripada orang muda yang dicintai. Karena ajaran yang harus menjadi penuntun manusia yang mengingini kehidupan yang terhormat—ajaran itu, bukan keluarga, bukan harta, tidak ada alasan apapun yang lain yang mampu untuk menanamkan sangat baik sebagaimana cinta. Kepada apa aku berbicara? Kepada rasa terhormat dan tidak terhormat, yang tanpanya negara-negara ataupun diri-diri tidak bisa melakukan apapun pekerjaan yang baik ataupun besar. Dan aku berkata bahwa seorang pecinta yang terlacak di dalam melakukan apapun tindakan yang tidak terhormat, atau menerima melalui kepengecutan ketika hal tidak terhormat dilakukan terhadapnya oleh orang lain, tidak akan lebih tersakiti saat terlihat kepada siapapun, ayahnya, atau teman-temannya, atau siapapun yang lain di dunia, seperti jika terlihat oleh yang ia cintai; Yang dicintai juga, ketika ditemukan di dalam apapun keadaan tidak terhormat, memiliki perasaan yang sama tentang pecintanya. Dan jika saja ada



beberapa jalan bahwa sebuah negara atau pasukan harus disusun oleh para pecinta dan cinta-cinta mereka, mereka akan menjadi para gubernur yang paling baik untuk kota mereka sendiri, meninggalkan hal tidak terhormat dan saling menyamai satu sama lain di dalam kehormatan; dan ketika berperang bersama, walaupun berkekurangan, mereka akan mengungguli dunia. Karena apa yang pecinta tidak akan pilih untuk terlihat oleh semua manusia daripada oleh yang ia cintai, ketika mengabaikan tempatnya atau ketika membuang senjatanya? Ia akan bersedia mati seribu kali daripada melakukan ini. Atau siapa yang akan menelantarkan yang ia cintai atau gagal untuknya di saat bahaya? Para pengecut yang paling keterlaluan akan menjadi pahlawan yang terilhami, menyamai yang paling berani; Keberanian yang, sebagaimana Homer katakan, sang dewa tiupkan ke dalam jiwa-jiwa beberapa pahlawan, Cinta di alamiahnya merasuki sang pecinta. Cinta akan membuat orang-orang berani untuk mati demi yang mereka cintai— hanya cinta; dan para perempuan sebagaimana juga laki-laki. Kepada ini, Alcestis, puteri dari Pelias, adalah sebuah tugu untuk semua orang Yunani; karena ia bersedia meletakkan hidupnya demi hal suaminya, ketika tidak ada yang ingin, walaupun suaminya memiliki ayah dan ibu; tetapi kelembutan cintanya sangat melampaui mereka, sehingga membuat mereka tampak sebagai tidak bertalian darah kepada anak mereka, dan hanya di dalam nama dihubungkan dengannya; dan sangat mulia tindakannya ini di hadapan para dewa, sama baik kepada manusia, sehingga di antara banyak yang melakukan kebaikan ia adalah satu dari sedikit yang, di dalam kekaguman terhadap tindakan mulianya, mereka menganugerahkan keistimewaan kehidupan kembali ke bumi. Di dalam cara ini kehormatan yang tinggi diberikan oleh para dewa untuk persembahan dan kebaikan cinta. Tetapi Orpheus, anak Oeagrus, sang pemain harpa, mereka kirim kosong, dan menghadirkan kepadanya hanya bayangan ia yang ia cari, tetapi Alcestis sendiri tidak mereka abaikan, karena Orpheus tidak ada mempertunjukkan semangat; ia hanya pemain harpa, dan tidak berani sebagaimana Alcestis untuk mati demi cinta, tetapi merencanakan bagaimana ia mungkin memasuki Hades hidup-hidup. Mereka kemudian memberikan hukuman yang pantas untuknya, dan menyebabkan ia menderita kematian di tangan-tangan para perempuan. Sangat berbeda hadiah untuk cinta sejati Achilles kepada pecintanya Patroclus. Sekarang Achilles cukup sadar, karena ia telah diberitahukan oleh ibunya, bahwa ia mungkin menghindari kematian dan pulang, dan hidup sampai kepada usia tua, jika ia menghindar dari membantai Hector. Tetap saja ia dengan berani pergi menyelamatkan Patroclus, membalaskan temannya, dan berani mati, bukan hanya di dalam pembelaan dirinya, tetapi setelah ia mati. Dan Aeschylus mengucapkan perkataan tidak masuk akal bahwa Achilles adalah pecinta Patroclus; karena Achilles secara yakin adalah yang lebih muda dari mereka berdua, juga lebih muda daripada semua pahlawan lain; dan, sebagaimana Homer katakan kepada kita, ia masih tidak berjanggut, dan jauh



lebih muda. Sebenarnya, secara besar sebagaimana para dewa menghormati kebaikan cinta, tetap pembalasan cinta dari yang dicintai kepada pecinta lebih dikagumi dan dihargai dan dihadiahi oleh mereka, karena sang pecinta lebih suci; karena ia diilhami oleh dewa. Karena itu para dewa menghormatinya bahkan melebihi Alcestis, dan mengirimnya kepada Kepulauan Berkat. Hal-hal inilah alasanku meyakini bahwa Cinta adalah yang paling tua dan paling terhormat dan paling berkuasa dari para dewa; dan penulis paling utama dan pemberi kebaikan di dalam kehidupan, dan kebahagiaan setelah kematian. Ini, atau sesuatu semacam ini, adalah pidato Phaedrus; dan beberapa pidato lain yang tidak diingat oleh Aristodemus; yang lebih lanjut yang ia ulangi adalah yang dari Pausanias. Phaedrus, ia berkata, argumen tersebut tidak dihadapkan kepada kita, aku berpikir, cukup berada di dalam bentuk yang benar;—kita harus tidak terpanggil kepada pemujian Cinta di dalam semacam cara yang tidak membedabedakan. Jika ada hanya satu Cinta, maka apa yang kamu katakan akan cukup baik; tetapi karena ada lebih daripada satu Cinta,—kita harus memulai dengan menentukan yang mana dari mereka yang merupakan pokok puji-pujian kita. Aku akan menghindarkan kecacatan ini; dan pertama dari semua aku akan memberitahukan kalian Cinta yang mana yang pantas dipuji, dan kemudian mencoba untuk memberikan himne pujian berharga kepada satu di dalam sebuah cara yang pantas untuknya. Karena kita semua mengetahui bahwa Cinta tidak terpisahkan dari Aphrodite, dan jika ada hanya satu Aphrodite akan ada hanya satu Cinta; tetapi karena ada dua dewi harus ada juga dua Cinta. Dan bukankah aku benar di dalam menyatakan bahwa ada dua dewi? Yang lebih tua, tidak memiliki ibu, ia adalah puteri dari Uranus, yang dinamai Aphrodite surgawi—; yang lebih muda, puteri dari Zeus dan Dione—ia kita sebut umum; Cinta yang teman-pekerjanya secara benar dinamai umum, sementara yang lainnya disebut surgawi. Semua dewa memiliki pujian diberikan kepada mereka, tetapi bukan tanpa pembedaan kepada alamiah mereka; dan karena itu aku harus mencoba membedakan sifat dari dua Cinta ini. Sekarang tindakan-tindakan berbeda berdasarkan cara pertunjukan mereka. Ambil, untuk contoh, yang sekarang kita lakukan, minum, bernyanyi dan berbicara—tindakan-tindakan ini tidak di dalam mereka baik ataupun buruk, tetapi mereka berubah menjadi ini atau itu berdasarkan cara pertunjukan mereka; dan ketika dilakukan baik mereka baik, dan ketika dilakukan salah mereka buruk; dan demikian juga tidak setiap cinta, tetapi hanya yang memiliki tujuan terhormat, yang pantas dipuji. Cinta yang bersumber dari Aphrodite yang umum haruslah umum, dan tidak memiliki pembeda-bedaan, sebagai semacam bentuk yang lebih rendah dari perasaan manusia, dan tepat untuk para perempuan sebagaimana juga orang-orang muda, dan terhadap badan daripada kepada jiwa—makhluk-makhluk yang paling dungu adalah yang terkena cinta ini yang hanya mengharapkan pencapaian sebuah akhir, tetapi tidak pernah memikirkan pencapaian akhir secara terhormat, dan karena itu melakukan kebaikan dan keburukan secara cukup tidak bisa dibedakan: Sang



dewi ibunya jauh lebih muda dari yang lain, dan ia lahir dari penyatuan laki-laki dan perempuan, dan menyifati kedua-duanya. Tetapi yang bersumber dari Aphrodite surgawi dibawakan dari seorang ibu yang lahir tanpa peran perempuan,—ia hanya dari laki-laki; ini adalah cinta yang kepada orang-orang muda, dan karena sang dewi lebih tua, tidak ada keburukan di dalam ia. Mereka yang terilhami oleh cinta ini berpaling kepada laki-laki, dan menyukai ia yang alamiah lebih gagah dan cerdas; siapapun bisa mengenali keinginan murni di dalam kasih-sayang mereka. Karena mereka bukan mencintai orang-orang muda, tetapi makhluk-makhluk cerdas yang pemikiran mereka mulai berkembang, sangat di sekitar usia ketika cambang-cambang mereka mulai tumbuh. Dan di dalam memilih orang-orang muda untuk menjadi teman-teman mereka, bukan untuk memanfaatkan hal tidak berpengalaman mereka, dan menipu mereka, dan mempermainkan mereka, atau berlari dari satu kepada yang lain dari mereka. Tetapi cinta kepada orang-orang muda harus terlarang oleh hukum, untuk mencegah kemalangan karena masa depan mereka tidak pasti; mereka mungkin terubah baik atau buruk, di dalam badan ataupun jiwa, dan banyak ketertarikan yang terhormat mungkin terlepas dari mereka; di dalam hal ini mereka yang baik adalah hukum untuk mereka sendiri, dan para pecinta dari macam yang lebih kasar harus ditahan dengan pemaksaan; seperti kita menahan atau berusaha menahan mereka dari melakukan keinginan mereka kepada para perempuan tanpa kelahiran. Ini adalah orang-orang yang membawa celaan terhadap cinta; dan beberapa telah terbawa untuk menyangkal kesesuaian hukum kepada macam kasih-sayang ini karena mereka mereka melihat hal tidak-pantas dan keburukan dari mereka; karena secara yakin tidak ada hal pantas dan sesuai hukum yang bisa dikecam secara adil. Sekarang di sini dan di Lacadaemon aturan-aturan tentang cinta adalah membingungkan, tetapi di paling banyak kota mereka sederhana dan mudah dimengerti; di Elis dan Boeotia, dan di negeri-negeri tanpa pemberianpemberian mengesankan, mereka sangat lurus-langsung; hukum sederhana di dalam menanggapi hubungan-hubungan ini, dan tidak satupun, tua ataupun muda, yang akan berkata tentang pencemaran mereka; alasan dari hal tersebut, sebagaimana aku pikirkan, bahwa mereka adalah orang-orang yang berbicara sedikit di bagian-bagian itu, dan karena itu para pecinta tidak suka mengajukan penggugatan mereka. Di Ionia dan beberapa tempat lain, dan secara umum di negeri-negeri yang dihuni orang-orang barbar, perilaku tersebut dianggap tidak terhormat. Orang-orang asing memegang aturan ini, cinta kepada orang-orang muda berbagi nama buruk bersama filsafat dan senam, karena mereka bertentangan dengan tirani; karena kepentingan para pemimpin mensyaratkan bahwa rakyat mereka harus miskin di dalam semangat, dan tidak boleh ada ikatan kuat atau pertemanan atau masyarakat di antara mereka, yang cinta, di atas semua alasan lain, akan ilhamkan, sebagaimana para tiran Athena kita pelajari dari pengalaman; karena cinta Aristogeiton dan kesetiaan Harmodius memiliki kekuatan yang membuat kekuatan mereka tidak jadi. Dan, karena itu, nama buruk yang beberapa kasih-sayang ini terjatuh ke dalamnya bisa dijelaskan sebagai



keadaan buruk dari mereka yang ingin membuat mereka dikenal buruk; itu untuk dikatakan, para gubernur yang mementingkan diri sendiri dan para pengecut yang mereka perintah; dan di sisi lain, kehormatan yang tidak terbeda-bedakan yang diberikan kepada mereka di beberapa negeri bisa diberikan kepada kemalasan mereka yang mempertahankan pendapat tentang mereka ini. Di negeri kita sebuah ajaran yang jauh lebih baik ada disediakan, tetapi, sebagaimana aku katakan, penjelasannya sangat membingungkan. Karena, amatilah bahwa cinta-cinta yang terbuka dianggap lebih terhormat daripada yang tertutup, dan bahwa cinta yang paling terhormat dan paling tinggi, bahkan jika orang-orang mereka lebih tidak indah daripada yang lainnya, adalah terutama terhormat. Pertimbangkan, juga, betapa besar dukungan yang seluruh dunia berikan kepada pecinta; walau ia dianggap akan melakukan sesuatu yang tidak terhormat; tetapi jika ia menyelesaikan ia dipuji, dan jika ia gagal ia dipersalahkan. Dan di dalam pengejaran cintanya kebiasaan manusia membiarkan ia untuk melakukan banyak hal aneh, yang filsafat akan kecam secara pahit jika mereka dilakukan dari sebab kepentingan apapun, atau pengharapan kepada kepengurusan atau kekuasaan. Ia mungkin memohon, dan berusaha membuat yakin, dan meminta, dan bersumpah, dan berbohong kepada seorang pasangan di pintu, dan memasuki perbudakan yang lebih buruk dari budak manapun—di dalam apapun hal lain teman-teman dan para musuh akan sama bersedia untuk mencegah ia, tetapi sekarang tidak ada teman yang akan malu kepadanya dan memperingatkan ia, dan tidak ada musuh yang akan melakukan kekejaman atau pemujian kepadanya; tindakan-tindakan seorang pecinta memiliki keanggunan yang membuat mereka terhormat; dan adab telah memutuskan bahwa mereka patut dihargai secara tinggi dan bahwa tidak akan ada ke-berkurang-an harga diri di dalam mereka; dan, apa yang paling aneh dari semua, ia saja mungkin bersumpah dan menyumpah dirinya sendiri (demikian orang-orang katakan), dan para dewa akan memaafkan pelampauan batas yang ia lakukan, karena tidak ada hal yang semacam sumpah seorang pecinta. Demikianlah keseluruhan kebebasan yang diberikan oleh para dewa dan manusia kepada pecinta, berdasarkan adab yang berlaku di dalam bagian kita dari dunia. Dari titik pandang ini seseorang bisa mengemukakan pendapat secara adil bahwa di Athena untuk mencintai dan untuk dicintai dianggap sebagai hal yang sangat terhormat. Tetapi ketika para orang-tua melarang anak-anak mereka untuk berbicara dengan para pecinta mereka, dan menempatkan mereka di bawah penanganan seorang guru, yang ditunjuk untuk memandang hal-hal ini, dan teman-teman mereka dan sebaya mereka mengatupkan gigi mereka kepada apapun yang mereka mungkin amati, dan para tetua mereka menolak untuk membungkam orang-orang yang memarahi mereka dan tidak memarahi mereka—siapapun yang tercerminkan di semua keinginan ini, ber-balik-an, berpikir bahwa kita menganggap perilaku-perilaku ini sebagai paling tidak terhormat. Tetapi, sabagaimana aku katakan saat pertama, kebenaran sebagaimana aku bayangkan adalah, bahwa apakah perilaku-perilaku semacam ini terhormat ataukah tidak terhormat bukanlah sebuah pertanyaan yang



sederhana; mereka terhormat untuk ia yang mengikuti dengan cara yang terhormat, tidak terhormat untuk ia yang mengikuti mereka secara tidak terhormat. Ada ke-tidak-terhormat-an di dalam menuruti keburukan, atau di dalam cara yang buruk; tetapi ada kehormatan di dalam menuruti kebaikan, atau di dalam cara yang terhormat. Buruk adalah pecinta kasar yang mencintai badan daripada jiwa: sebanyak sebagai ia bahkan tidak-tentu, karena ia mencintai sebuah hal yang di dalam dirinya sendiri tidak-tentu, dan karena itu ketika bunga masa muda yang ia ingini telah berakhir, ia akan mengepakkan sayap dan pergi terbang, menyampingkan semua perkataan dan janjinya; sementara cinta dari sifat yang terhormat adalah panjang-umur, karena menjadi satu dengan keabadian. Adab negeri kita akan membuktikan mereka berdua secara benar dan baik, dan akan mengharuskan kita menuruti satu macam pecinta dan menghindari yang lain, dan karena itu mendorong beberapa untuk mengejar, dan yang lain untuk terbang; menguji kedua-duanya pecinta dan yang dicintai di dalam pertandingan dan pengadilan, sampai mereka mempertunjukkan yang mana dari dua tingkatan tersebut yang mereka termasukkan. Dan ini alasan mengapa, di tempat pertama, kasih-sayang yang singkat dianggap tidak terhormat, karena waktu adalah pengujian yang benar untuk ini sebagaimana paling banyak hal lain; dan ke dua ada sebuah ke-tidak-terhormat-an di dalam terlampaui oleh cinta kepada uang, atau kepada harta, atau kekuatan politik, seseorang takut menyerah oleh kehilangan mereka, atau telah mengalami keuntungan-keuntungan dari uang dan korupsi politik, tidak mampu untuk bangun mengalahkan bujukan dari mereka. Karena tidak satupun dari hal-hal ini yang alamiah tetap atau abadi; tanpa menyebutkan bahwa tidak ada pertemanan yang berharga bisa datang dari mereka. Ada tersisa, kemudian, hanya satu jalan kasih-sayang terhormat yang adab biarkan kepada yang dicintai, dan ini adalah jalan kebaikan: karena kita menerima bahwa pelayanan yang dilakukan oleh pecinta kepadanya tidak memasukkan bujukan atau ke-tidak-terhormat-an kepada dirinya sendiri, sehingga yang dicintai hanya memiliki satu jalan dari pelayanan suka-rela yang bukan tidak terhormat, dan ini adalah pelayanan kebaikan. Karena kita memiliki sebuah adab, dan berdasarkan kepada adab kita siapapun yang melakukan pelayanan kepada orang lain di bawah pemikiran bahwa ia akan terdidik olehnya di dalam kebijaksanaan, atau beberapa kebaikan lain yang sebagai tersebut—semacam pelayanan suka-rela, aku katakan, bukan untuk dihargai sebagai tidak terhormat, dan tidak terbuka kepada penuntutan bujuk rayu. Dan dua adab ini, satu cinta kepada orang-orang muda, dan yang lainnya pengerjaan filsafat dan kebaikan secara umum, harus bertemu di dalam satu, dan kemudian yang tercinta mungkin secara terhormat menuruti pecinta. Karena ketika pecinta dan tercinta bersama, memiliki hukum setiap mereka, dan pecinta berpikir bahwa ia benar di dalam melakukan pelayanan yang ia bisa kepada satu yang ia cintai; dan yang lainnya bahwa ia benar di dalam mempertunjukkan kebaikan apapun yang ia bisa kepada ia yang menjadikannya bijaksana dan baik;



satu mampu menyalurkan kebijaksanaan dan kebaikan, lainnya mencari untuk menerima mereka dengan sebuah pandangan kepada pendidikan dan kebijaksanaan, ketika dua hukum cinta terpenuhi dan bertemu di dalam satu— kemudian, dan hanya kemudian, yang tercinta menuruti dengan kehormatan kepada sang pecinta. Bukan hanya ketika cinta dari macam tidak menarik ini yang tidak terhormat di dalam ke-tertipu-an, tetapi di setiap kejadian lain ada hal tidak terhormat yang setara di dalam menipu ataupun tertipu. Karena ia yang mengasihi yang ia cintai di bawah kesan bahwa ia kaya, dan kecewa terhadap perolehannya karena ia menjadi miskin, sama saja tidak terhormat: karena ia telah melakukan yang paling baik dari ia untuk mempertunjukkan bahwa ia akan menyerahkan dirinya kepada siapapun ‘penyalah-guna’ demi uang; tetapi ini tidaklah terhormat. Dan di ajaran yang sama ia yang memberikan diri kepada seorang pecinta karena ia orang yang baik, di dalam harapan bahwa ia akan terdidik oleh pertemanannya, mempertunjukkan dirinya sebagai baik, bahkan jika tujuan yang dikasihinya berubah menjadi penjahat, dan menjadi tidak memiliki kebaikan; dan jika ia tertipu ia telah melakukan kesalahan yang terhormat. Karena ia telah membuktikan bahwa untuk bagiannya ia akan melakukan apapun kepada siapapun dengan sebuah pandangan kepada kebaikan dan pendidikan, maka tidak bisa ada yang lebih terhormat. Kehormatan demikian di setiap kejadian adalah penerimaan orang lain demi kebaikan. Ini adalah cinta yang dari dewi surgawi, dan adalah surgawi, dan bernilai sangat besar untuk diri-diri dan kota-kota, membuat pecinta dan yang tercinta sama bersemangat di dalam mengerjakan pendidikan mereka. Tetapi semua cinta yang lain bersumber dari dewi yang lain, yang adalah dewi yang umum. Kepadamu, Phaedrus, aku menawarkan perananku ini di dalam memuji cinta, yang sama baik sebagaimana yang aku bisa susun. Pausanias berhenti sejenak, ini adalah jalan keseimbangan yang aku telah diajarkan oleh yang bijaksana untuk berbicara. Dan Aristodemus berkata bahwa lebih lanjut adalah bagian Aristophanes, tetapi karena ia makan terlalu banyak, atau suatu sebab lain sehingga ia mengalami senggukan, dan terpaksa berganti bagian dengan Eryximachus sang dokter, yang berbaring di dipan di bawahnya. Eryximachus, ia berkata, kamu harus menghentikan senggukanku, atau berbicara di dalam bagianku sampai aku menghilangkannya. Aku akan melakukan kedua-duanya, Eryximachus berkata: Aku akan berbicara di giliranmu, dan kamu berbicara di giliranku; dan sementara aku berbicara biarkan aku menyarankan kamu untuk menahan nafasmu, dan jika setelah kamu melakukan demikian beberapa lama senggukanmu tidak menjadi lebih baik, kemudian berkumurlah dengan sedikit air; dan jika masih berlanjut, gelitik hidungmu dengan sesuatu dan bersin; dan jika kamu bersin satu atau dua kali, bahkan senggukan yang paling parah pasti pergi.



Aku akan melakukan sebagaimana kamu jelaskan, Aristophanes berkata, dan sekarang mulailah. Eryximachus berbicara sebagai berikut: Melihat bahwa Pausanias menyelesaikan dengan tidak begitu baik pidato yang ia mulai dengan bagus, aku harus berusaha menyediakan tambahan kepada kekurangannya. Aku berpikir bahwa ia telah secara benar membedakan dua macam cinta. Tetapi seni diriku lebih jauh memberitahukan-ku bahwa cinta bukan sekedar ketertarikan jiwa manusia kepada keindahan, atau kepada apapun, tetapi ditemukan di dalam semua binatang dan semua perhasilan di dunia, dan aku mungkin berkata di dalam semua itu; demikianlah kesimpulan yang aku kumpulkan dari seni perobatan-ku sendiri, ketika aku mempelajari betapa besar dan indah dan universal dewa cinta, yang kerajaannya meliputi segala hal, dewa dan manusia. Dan dari perobatan aku akan memulai sehingga aku mungkin melakukan penghormatan kepada seni diriku. Ada di dalam tubuh manusia dua macam cinta ini, yang diakui berbeda dan tidak serupa, dan karena tidak serupa, mereka mencintai dan mengharapkan apa yang tidak serupa; dan mengharapkan kesehatan adalah satu, dan mengharapkan penyakit adalah yang lainnya; dan sekarang aku setuju dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Pausanias, bahwa terhormat untuk menuruti orang-orang baik, dan orang-orang buruk tidak terhormat:—demikian juga di dalam badan unsur-unsur yang baik dan sehat untuk dituruti, dan unsur-unsur buruk dan penyakit tidak untuk dihindari, tetapi ditekan. Dan ini yang harus dilakukan oleh seorang dokter, dan di dalam ini tersusun seni perobatan: karena obat mungkin secara umum dianggap sebagai pengetahuan tentang cinta dan harapan dari badan, dan bagaimana untuk memenuhi mereka atau tidak; dan dokter yang paling baik adalah ia yang mampu memisahkan cinta yang baik dari yang buruk, atau merubah yang satu kepada yang lain; dan ia yang mengetahui bagaimana untuk membasmi dan bagaimana untuk menanamkan cinta, manapun yang diperlukan, dan bisa mendamaikan unsur-unsur paling memusuhi di dalam tubuh dan menjadikan mereka teman-teman yang mencintai, adalah seorang pekerja yang handal. Sekarang yang paling memusuhi merupakan yang paling berlawanan, seperti panas dan dingin, pahit dan manis, lembab dan kering, dan sebagainya. Dengan mengetahui bagaimana untuk menanamkan pertemanan dan kecocokan di dalam unsur-unsur ini, sebagaimana teman-teman kita para penyair di sini katakan kepada kita, dan sebagaimana aku percaya, pendahuluku, Asclepius, menyusun seni kami; dan bukan hanya perobatan di dalam setiap cabang bahkan seni-seni senam dan peternakan adalah di bawah kekuasaannya. Siapapun yang memberikan walau perhatian yang kecil kepada hal tersebut juga akan menemukan bahwa di dalam musik sama ada panyatuan hal-hal yang berlawanan; dan aku menganggap bahwa ini haruslah apa yang dimaksudkan oleh Heracleitus, walaupun kata-kata ia tidak tepat; karena ia berkata bahwa Yang Satu tersatukan oleh pemisahan dari yang satu, seperti harmoni panah dan lyre. Sekarang ada sebuah keburaman mengatakan bahwa harmoni adalah perpecahan atau



penyusunan dari unsur-unsur yang masih ada di dalam perpecahan. Tetapi apa yang mungkin ia maksud adalah, bahwa harmoni disusun oleh bermacam-macam nada dari pitch yang lebih tinggi atau lebih rendah yang dahulu tidak cocok, tetapi sekarang tersusun oleh seni musik; karena jika nada-nada dari pitch yang lebih tinggi dan lebih rendah tetap tidak cocok, tidak bisa ada harmoni,—secara jelas tidak. Karena harmoni merupakan sebuah simfoni, dan simfoni adalah sebuah kecocokan; tetapi sebuah kecocokan dari ke-tidak-cocok-an sementara mereka tidak cocok tidak akan terjadi; kamu tidak bisa mengharmoniskan apa yang tidak cocok. Di dalam cara yang sama ritme tersusun oleh unsur-unsur panjang dan pendek, yang dahulu bermacam-macam dan sekarang di dalam keserasian; sementara keserasian, sebagaimana di contoh terdahulu, perobatan, sama di dalam semua hal lain ini, penyusunan musik, bercinta dan beranak untuk bertumbuh di antara mereka; dan demikianlah musik, juga, terpengaruh dengan ajaran-ajaran cinta di dalam penerapan mereka kepada harmoni dan ritme. Lagi, di dalam alamiah rasa harmoni dan ritme tidak ada kesukaran di dalam melihat perbedaan cinta yang belum menjadi ganda. Tetapi ketika kalian ingin menggunakan mereka di dalam hidup yang sebenarnya, di dalam penyusunan lagu-lagu atau di dalam penampilan tepat udara-udara atau ukuran-ukuran yang telah tersusun, yang terakhir disebut pendidikan, kemudian kesukaran dimulai, dan seniman yang baik diperlukan. Kemudian kisah lama harus diulang tentang cinta yang indah dan surgawi—cinta dari Urania yang cantik dan muse surgawi, dan dari tugas menerima perasaan, dan mereka yang masih tidak berperasaan saja supaya mereka mungkin menjadi berperasaan, dan menjaga cinta mereka; dan lagi, dari Polyhymnia yang kasar, yang harus digunakan dengan berhati-hati supaya kenikmatan bisa dirasakan, tetapi tidak menimbulkan sikap tidak berbudi; hanya di seni aku sendiri bahwa adalah sebuah hal besar untuk mengatur keinginan-keinginan kepada makanan dan minuman supaya ia mungkin merasai tanpa dihadiri penyakit yang buruk. Sementara aku menduga bahwa di dalam musik, di dalam perobatan, di dalam semua hal manusia sebagaimana dewa, dua cinta harus diperhatikan sejauh mungkin, karena mereka hadir berdua. Perihal musim juga penuh oleh kedua ajaran ini; dan ketika, sebagaimana aku katakan, unsur-unsur panas dan dingin, lembab dan kering, mendapatkan cinta yang selaras satu sama lain dan bercampur di dalam perasaan dan harmoni, mereka membawa kepada manusia, binatang-binatang, dan tumbuh-tumbuhan kesehatan dan kemakmuran, dan tidak menyakiti mereka; sementara cinta yang gegabah, ketika berkuasa dan memengaruhi musim-musim suatu tahun, sangatlah bersifat menghancurkan dan melukai, sumber wabah, dan membawa banyak macam penyakit kepada binatang-binatang dan tumbuhtumbuhan, pengetahuan hubungan peredaran tubuh-tubuh surgawi dan musimmusim suatu tahun disebut sebagai astronomi. Lebih jauh semua persembahan dan seluruh keadaan sang dewa, yang adalah seni komuni antara para dewa dengan manusia—hal-hal ini, aku katakan, hanya memperhatikan pemeliharaan



kepada yang baik dan menyembuhkan cinta yang buruk. Karena semua sikap tidak saleh seolah-olah terjadi jika, bukan menerima dan menghormati dan mengutamakan keselarasan cinta di dalam semua tindakannya, seorang yang menghormati cinta yang lain, di dalam perasaannya kepada para dewa dan orangtua, kepada yang hidup maupun yang telah mati. Urusan sang dewa adalah untuk melihat cinta-cinta ini dan menyembuhkan mereka, dan sang dewa adalah pendamai kepada para dewa dan manusia, bekerja dengan pengetahuan yang kecenderungan religius dan tidak religius yang hadir di dalam cinta-cinta manusia. Demikianlah kuasa, atau lebih ke-maha-kuasa-an cinta di dalam keseluruhan. Dan cinta, lebih secara khusus, yang berhubungan dengan yang baik, dan yang disempurnakan ditemani perasaan dan keadilan, di antara para dewa atau manusia, memiliki kekuatan paling besar, dan sumber dari semua kebahagiaan dan harmoni kita, dan menjadikan kita berteman dengan para dewa yang di atas kita, dan dengan satu sama lain. Aku berani berkata bahwa aku juga mungkin telah mengabaikan beberapa hal yang mungkin dikatakan di dalam pujian kepada Cinta, tetapi ini bukanlah secara sengaja, dan kamu, Aristophanes, mungkin sekarang mengisi pengabaian tersebut atau mengambil beberapa baris pujian lain; karena aku mendapati kamu telah terlepas dari senggukan. Ya, Aristophanes berkata, yang berikut, senggukan tersebut telah hilang; tidak, bagaimanapun, sampai aku melakukan bersin; dan aku membayangkan jika harmoni badan memiliki sebuah cinta semacam bersin dan gelitikan, karena segera setelah aku melakukan bersin kemudian aku sembuh. Eryximachus berkata: Hati-hati, teman Aristophanes, walau kamu sedang akan berbicara, kamu melucukan diriku; dan aku harus mengamati dan melihat jika aku tidak bisa tertawa kepadamu, ketika kamu mungkin berbicara di dalam damai. Kamu benar, Aristophanes berkata, tertawa. Aku akan menarik kata-kataku; tetapi aku memohon kamu jangan mengamatiku, sebagaimana aku khawatir bahwa di dalam perkataan yang akan aku buat, bukan yang lainnya tertawa bersamaku, yang merupakan sikap yang lahir dari muse kita dan andai semuanya akan lebih baik, aku hanya akan ditertawai oleh mereka. Apakah kamu berharap melepaskan anak panah dan lolos, Aristophanes? Baik, mungkin jika kamu sangat berhati-hati di dalam pemikiran bahwa kamu akan termasukkan, aku mungkin terpengaruh untuk membiarkanmu. Aristophanes hendak membuka baris baru pembahasan; ia memiliki pemikiran untuk memuji Cinta di dalam jalan lain, tidak seperti Pausanias atau Eryximachus. Manusia, ia berkata, dinilai dari pengabaian mereka kepadanya, tidak pernah, sebagaimana aku pikirkan, sama sekali mengerti kekuatan Cinta. Karena jika mereka mengerti tentang ia mereka secara pasti akan telah



membangun kuil-kuil dan altar-altar yang indah, dan mempersembahkan pengorbanan-pengorbanan di dalam menghormatinya; tetapi ini tidak dilakukan, dan paling harus dilakukan: dari semua dewa dialah teman paling baik manusia, penolong dan penyembuh dari sakit-sakit yang merupakan rintangan kebahagiaan ras tersebut. Aku akan mencoba menjelaskan kekuatannya kepada kalian, dan kalian harus mengajar seluruh dunia apa yang aku ajarkan kepada kalian. Alamiah kita bukanlah seperti sekarang. Di dalam tempat pertama, dahulu ada tiga jenis manusia, bukan dua seperti sekarang; ada laki-laki, perempuan, dan penyatuan dari yang dua, memiliki sebuah nama yang berhubungan kepada alamiah ganda ini, yang dahulu secara nyata pernah ada, tetapi sekarang telah hilang, dan kata ‘Androgynous’ hanya digunakan sebagai bentuk pendekatan. Di dalam tempat ke dua, manusia purba dahulu bulat, punggung dan sisi-sisinya membentuk sebuah lingkaran; dan ia memiliki empat tangan dan empat kaki, sebuah kepala dengan dua wajah, memandang ke arah yang berlawanan, terpasang di sebuah leher bundar persis serupa; juga empat telinga, dua bagian kemaluan, dan yang tersisa untuk berhubungan. Ia bisa berjalan melangkah sebagaimana orang-orang sekarang lakukan, mundur ataupun maju se-suka ia, dan ia juga bisa berguling-guling sampai jarak yang sangat jauh, memasang empat tangan dan kakinya, semuanya delapan, seperti tong berguling-guling dengan kaki-kaki mereka di udara; ini ketika ia hendak berlari kencang. Sekarang jenis kelamin mereka ada tiga, dan semacam yang telah aku jelaskan; karena matahari, bulan, dan bumi adalah tiga; dan laki-laki asalnya adalah anak-anak matahari, perempuan dari bumi, dan laki-laki-perempuan dari bulan, yang tercipta dari matahari dan bumi, dan mereka semua bulat dan bergerak bergulingguling seperti orang-tua mereka. Sangat hebat kuasa dan kekuatan mereka, dan pikiran-pikiran dari jantung mereka juga besar, dan mereka membuat penyerangan kepada para dewa; kepada mereka diceritakan kisah sebagaimana Homer katakan tentang Otys dan Ephialtes, berani menantang langit, dan hendak menjatuhkan tangan kepada para dewa. Zeus dan para dewa yang lain meragu. Haruskah mereka membunuh mereka dan membantai ras tersebut dengan panahpanah petir, sebagaimana telah mereka lakukan kepada para gigantes, kemudian akan ada sebuah akhir dari pengorbanan-pengorbanan dan penyembahan yang manusia persembahkan kepada mereka; tetapi di sisi lain, para dewa tidak bisa tahan terhadap kesombongan mereka yang tidak terkendali. Di akhir, setelah sebuah pertimbangan yang baik, Zeus menemukan sebuah jalan. Ia berkata: ‘Aku-pikir aku memiliki sebuah rencana yang akan meredakan perasaan bangga mereka dan akan meningkatkan kesopanan mereka; aku akan membelah mereka menjadi dua dan mereka akan berkurang di dalam kekuatan dan bertambah di dalam jumlah; ini akan memiliki keuntungan yang membuat mereka lebih bermanfaat untuk kita. Mereka akan berjalan melangkah di dua kaki, dan jika mereka melanjutkan bersikap sombong dan tidak ingin tenang, aku akan membelah mereka lagi dan mereka akan melompat dengan satu kaki.’ Ia berbicara dan membelah dua manusia, seperti sebuah apel yang diiris di tengah,



atau seperti kalian mungkin membelah telur dengan sehelai rambut; dan ketika ia membelah mereka satu per satu, ia memerintahkan Apollo untuk memberikan wajah dan leher mereka sebuah putaran supaya manusia mungkin merenungkan bagian diri mereka sendiri: manusia akan belajar malu. Apollo juga diminta untuk menyembuhkan luka-luka mereka dan menyusun bentuk-bentuk mereka. Sehingga ia memutar wajah dan menarik kulit dari sisi-sisi yang di dalam bahasa kita disebut perut, seperti tas-tas yang dirapatkan, dan ia membuat sebuah mulut di tengah, yang ia ikatkan di sebuah simpul yang kita kenal sebagai pusar; ia juga membentuk dada dan mengeluarkan bagian-bagian paling luar dari kerutan, hampir seperti seorang pembuat sepatu mungkin melembutkan kulit di atas yang terakhir; ia meninggalkan sedikit, bagaimanapun, di sekitar perut dan pusar, sebagai sebuah peringatan kepada keadaan purba. Setelah pemisahan dua bagian manusia, masing-masing mengingini sebagian dirinya, datang bertemu, saling menggapaikan tangan mereka, berkembar di dalam pelukan-pelukan kebersamaan, berharap tumbuh menjadi satu, mereka berada di dalam titik mati karena lapar dan keterpisahan-diri, karena mereka tidak suka melakukan apapun secara terpisah; dan ketika satu paruh mati dan yang lainnya selamat, yang bertahan mencari pasangan lain, laki-laki ataupun perempuan sebagaimana kita menamai mereka,—menjadi bagian-bagian dari keseluruhan laki-laki ataupun perempuan, dan berpegang erat kepada itu. Mereka sedang terhancurkan, ketika Zeus iba kepada mereka dan menemukan sebuah rencana baru: ia membalik bagian-bagian peranakan terputar ke depan, karena ini bukan selalu letak mereka, dan mereka tidak lagi menaburkan benih mereka yang selama ini seperti belalang di tanah, tetapi di dalam satu sama lain; dan setelah pemindahan letak tersebut laki-laki diperanakkan di dalam perempuan dengan tujuan supaya dengan pelukan-pelukan kebersamaan antara laki-laki dan perempuan mereka mungkin berkembang-biak, dan ras tersebut bisa berlanjut; atau jika laki-laki datang kepada laki-laki mereka mungkin puas dan beristirahat, dan pergi ke jalan-jalan mereka untuk urusan kehidupan: demikian purba keinginan satu sama lain tertanam di antara kita, mempersatukan alamiah asal kita, membuat satu dari dua, dan menyembuhkan keadaan manusia. Masing-masing kita ketika terpisah, memiliki satu sisi saja, seperti seekor ikan pipih, tetapi hanya sepotong manusia, dan ia selalu mencari sebagian yang lain. Laki-laki yang merupakan sebagian dari alamiah ganda yang dahulu dinamai Androgynous adalah para pecinta perempuan; para pezinah secara umum adalah dari benih ini, dan juga perempuan-perempuan pezinah yang sangat bergairah kepada laki-laki: perempuan yang merupakan bagian dari perempuan tidak memedulikan laki-laki, tetapi memiliki ketertarikan kepada perempuan; pertemanan-pertemanan perempuan adalah dari macam ini. Tetapi mereka yang merupakan bagian dari laki-laki mengikuti laki-laki, dan sewaktu mereka muda, sebagai irisan dari lakilaki, mereka bergantung kepada laki-laki dan memeluk mereka, dan mereka adalah remaja-remaja dan orang-orang muda yang paling baik. Beberapa secara nyata menganggap mereka tanpa malu, tetapi ini tidak benar; karena mereka tidak



bertindak demikian dari keinginan apa-pun yang memalukan, tetapi karena mereka gagah-berani dan bersifat laki-laki, dan memiliki warna laki-laki, dan mereka memeluk apa yang seperti mereka. Dan mereka ini ketika dewasa menjadi para pengurus-negara kita, dan hanya mereka ini, yang merupakan sebuah bukti besar dari apa yang aku katakan. Ketika mereka mencapai kedewasaan mereka adalah pecinta orang-orang muda, dan tidak secara alami berkeinginan menikah atau memeroleh anak-anak,—jika sekalipun, mereka melakukan demikian hanya di dalam kepatuhan kepada hukum; tetapi mereka puas jika dibiarkan hidup dengan yang lain tanpa menikah; dan semacam alamiah demikian cenderung mencintai dan siap membalas cinta, selalu memeluk apa yang sama kepada mereka. Dan ketika satu dari mereka, pecinta orang-orang muda ataupun macam yang lain— bertemu dengan separuh dirinya yang sebenarnya, pasangan tersebut hilang di dalam ketakjuban kepada cinta dan pertemanan dan keakraban, dan satu tidak akan keluar dari pandangan yang lainnya, sebagaimana aku katakan, bahkan untuk sesaat: mereka ini adalah orang-orang yang melalui keseluruhan hidup mereka bersama-sama; tidak juga mereka bisa menjelaskan apa yang mereka ingini satu sama lain. Karena ketertarikan yang mereka miliki kepada yang lain tidak tampak sebagai keinginan melakukan persenggamaan, tetapi sesuatu yang lain yang terbukti diingini oleh jiwa dan tidak bisa diucapkan, dan kepadanya perempuan hanya memiliki sebuah persangkaan yang gelap dan meragukan. Anggap Hephaestus, dengan peralatannya, mendatangi sebuah pasangan yang sedang berbaring bersebelahan dan berkata kepada mereka, ‘Apa yang kalian orang-orang ingini satu sama lain?’ mereka tidak akan mampu menjelaskan. Dan anggap lebih jauh, bahwa ketika ia melihat kegusaran mereka ia berkata: ‘Apakah kalian ingin menjadi satu; selalu siang dan malam ditemani yang lain? karena jika ini keinginan kalian, aku bersedia melelehkan kalian ke dalam satu dan membiarkan kalian tumbuh bersama, sehingga dari dua kalian akan menjadi satu, dan sementara kalian hidup kalian menjalani sebuah kehidupan yang umum seperti jika kalian adalah manusia tunggal, dan setelah kalian mati di dalam dunia bawah tetap berangkat jiwa yang satu bukan dua—aku menanyakan jika ini adalah apa yang kalian ingini secara mencintai, dan apakah kalian akan puas memeroleh ini?’—tidak akan ada seorangpun dari mereka yang ketika mendengar penawaran ini akan menyangkal atau akan tidak menerima bahwa pertemuan dan pelelehan ke dalam satu ini, menjadi satu dan bukan dua ini, adalah benar-benar ungkapan dari keinginan ia yang purba. Dan sebagai alasan adalah bahwa alamiah manusia dahulu dari asal yang satu dan dahulu kita adalah keseluruhan, dan keinginan dan pengejaran kepada keseluruhan dinamai cinta. Pernah ada suatu waktu, aku berkata, ketika kita satu, tetapi sekarang karena ke-berdosa-an manusia dewa memisahkan kita, sebagaimana orang-orang Arcadia tersebar ke desa-desa oleh orang-orang Lacadaemonia. Dan jika kita tidak patuh kepada para dewa, ada sebuah bahaya bahwa kita akan terbagi lagi dan menjadi basso-relievo, seperti badan-badan berwajah yang hanya memiliki separuh hidung yang terpahat di tugu-tugu, dan bahwa kita akan menjadi seperti tallies. Karena itu biarkan kita



mendesak semua manusia kepada iba, supaya kita mungkin menghindari keburukan, dan meraih kebaikan, yang kepadanya Cinta adalah tuan dan penasihat kita; dan biarkan tidak ada yang melawan ia—ia adalah musuh para dewa ia yang melawannya. Karena jika kita adalah teman-teman sang dewa dan berdamai dengannya kita akan menemukan cinta kita yang sebenarnya, yang jarang terjadi di dalam dunia di masa kini. Aku sedang bersungguh-sungguh, dan karena itu aku harus memohon kepada Eryximachus tidak untuk melucu atau mencari sindiran di dalam apa yang aku katakan, dan katakan aku menunjuk kepada Pausanias dan Agathon; yang, sebagaimana aku sangka, kedua-duanya dari alamiah laki-laki, dan termasuk ke dalam tingkatan yang telah aku jelaskan. Tetapi perkataanku memiliki penerapan yang lebih luas—mereka memasukkan laki-laki dan perempuan di semua tempat; dan aku percaya bahwa jika cinta kita secara sempurna terlengkapi, dan setiap orang kembali ke alamiah purbanya memiliki cinta asalnya yang sejati, kemudian jenis kita akan berbahagia. Dan jika ini akan menjadi yang paling baik dari semua, yang terbaik di dalam derajat berikutnya dan di bawah keadaan-keadaan masa kini haruslah pendekatan yang paling dekat kepada macam penyatuan demikian; dan itu akan menjadi pencapaian cinta yang menyenangkan. Karena itu, jika kita akan memuji ia yang telah memberikan keberuntungan tersebut kepada kita, kita harus memuji sang dewa Cinta, yang adalah penyumbang kita yang paling besar, kedua-duanya menuntun kita di dalam kehidupan ini kembali kepada alamiah kita sendiri, dan memberikan kita harapan untuk masa depan, karena ia berjanji bahwa jika kita saleh, ia akan mengembalikan kita kepada bentuk asal kita, dan menyembuhkan kita dan membuat kita berbahagia dan terberkati. Ini, Eryximachus, adalah pembicaraanku tentang cinta, yang, walaupun berbeda dengan milikmu, aku harus memohon kepadamu untuk membiarkannya tidak tersangkal oleh kata-kata gurauanmu, supaya setiap orang mungkin mendapatkan giliran; masing-masing, atau lebih, karena Agathon dan Socrates saja yang tersisa. Benar demikian, aku tidak akan menyerangmu, Eryximachus berkata, karena aku berpikir bahwa pembicaraanmu memikat, dan jika aku tidak tahu bahwa Agathon dan Socrates adalah para ahli di hal-hal cinta, aku harus secara nyata khawatir bahwa mereka tidak memiliki apa-pun untuk dikatakan, setelah hal-hal se-dunia yang telah kamu katakan. Tetapi, untuk semua itu, aku bukan tanpa harapan. Socrates berkata: Penampilanmu, Eryximachus, berjalan baik; tetapi jika kamu ada sebagai diriku sekarang, atau ketika aku harus berbicara setelah Agathon, kamu akan, benar-benar, berada di dalam takut yang besar. Kamu ingin membacakan sebuah mantera kepadaku, Socrates, Agathon berkata, di dalam harapan bahwa aku mungkin tidak terpengaruh kepada pengharapan yang tumbuh di antara para penonton bahwa aku harus berbicara baik.



Aku harus secara aneh melupakan, kepada keberanian dan keluhuran budi yang kamu pertunjukkan ketika penyusunan-penyusunanmu akan dipamerkan, dan kamu mendatangi panggung bersama para aktor dan menghadapi teater yang sangat luas tanpa takut, jika aku berpikir bahwa syaraf-syarafmu bisa tegang di hadapan teman-teman yang sedikit. Apakah kamu berpikir, Socrates, bahwa kepalaku penuh oleh teater sehingga tidak mengetahui betapa lebih berat kepada seorang yang sadar sedikit juri yang baik daripada banyak orang yang bodoh? Tidak, Socrates menjawab, aku harus sangat salah jika memaksudkan kepadamu, Agathon, itu atau keinginan apapun dari budi bahasa. Dan aku cukup menyadari bahwa jika kamu sedang bersama dengan siapapun yang kamu anggap bijaksana, kamu akan memedulikan pendapat mereka daripada dari yang banyak. Tetapi kemudian kita, terpisah dari orang-orang bodoh yang banyak di teater, tidak bisa dihargai sebagai yang terpilih sebagai bijaksana; walaupun aku mengetahui bahwa jika saja kamu hadir di hadapan beberapa orang, bukan kita yang kini, tetapi beberapa orang yang benar-benar bijaksana, kamu akan malu membuat aib di hadapannya—tidakkah kamu akan? Ya, kata Agathon. Tetapi di hadapan yang banyak kamu tidak akan malu, jika menurutmu kamu sedang melakukan suatu aib di dalam kehadiran mereka? Di sini Phaedrus menyela mereka, berkata: jangan jawab ia, Agathon-ku yang baik; karena jika saja ia bisa mendapatkan seorang pasangan yang dengannya ia bisa berbicara, terutama yang berparas baik, ia tidak lagi akan memedulikan penyempurnaan rencana kita. Sekarang aku suka mendengarkan ia berbicara; tetapi juga sekarang aku harus tidak melupakan enkomium kepada Cinta yang aku harus terima dari ia dan dari setiap orang. Ketika kamu dan ia telah membayarkan penghormatan kalian kepada sang dewa, kemudian kalian mungkin berbicara. Sangat baik, Phaedrus, Agathon berkata; aku melihat tidak ada alasan mengapa aku harus tidak melanjutkan dengan pidatoku, karena aku memiliki banyak kesempatan untuk berbincang-bincang dengan Socrates. Biarkan aku mengatakan pertama-tama bagaimana aku akan berbicara, dan kemudian berbicara:— Para pembicara yang terdahulu, tampak kepadaku, melain dari memuji Cinta, mereka mengucapkan selamat tentang keberuntungan yang Cinta berikan kepada manusia: tidak satupun yang menyibakkan alamiah sang dewa. Tetapi aku lebih akan pertama-tama memuji sang dewa, dan kemudian berbicara tentang pemberian-pemberiannya; ini selalu menjadi cara yang benar untuk memuji semua hal. Mungkinkah aku berkata tanpa ke-tidak-saleh-an atau penyerangan,



bahwa dari semua dewa yang terberkati ia adalah yang paling indah dan paling baik? Dan ia adalah yang paling indah: karena, di dalam tempat pertama, ia yang paling muda, dan untuk kemudaan-nya ia sendiri adalah saksi, melaju keluar dari jalan usia, ia yang cukup laju, secara-benar lebih laju daripada paling banyak seperti kita:—Cinta membenci ia dan tidak akan datang mendekatinya; tetapi usia muda dan cinta hidup dan bergerak bersama—menyukai yang menyerupai, sebagaimana kata peribahasa. Banyak hal yang diucapkan oleh Phaedrus tentang Cinta yang aku setuju dengan ia; tetapi aku tidak bisa setuju jika ia lebih tua daripada Iapetus dan Kronos:— tidak demikian; aku mendapati ia sebagai yang paling muda dari antara para dewa, dan selalu muda selama-lamanya. Perbuatanperbuatan purba di antara para dewa yang dibicarakan oleh Hesiod dan Parmenides, jika pengisahan tentang mereka benar, dilakukan karena Keperluan dan bukan karena Cinta; andai Cinta ada di masa-masa itu, tidak akan ada perantaian atau pemotongan bagian tubuh para dewa, atau kekerasan lainnya, tetapi damai dan manis, sebagaimana sekarang di surga, sejak kekuasaan Cinta dimulai. Cinta adalah muda dan juga lembut; ia seharusnya memiliki seorang penyair seperti Homer untuk menjelaskan kelembutannya, sebagaimana perkataan Homer tentang Ate, bahwa ia adalah dewi dan lembut:— ‘Kaki-nya lembut, karena ia mengayunkan langkahnya, bukan di tanah tetapi di atas kepala para laki-laki:’ inilah sebuah bukti kuat kelembutannya,—bahwa ia berjalan bukan di atas yang kasar tetapi yang lembut. Biarkan kita menggunakan bukti yang serupa kepada kelembutan Cinta; karena ia bukan berjalan di atas bumi, tidak juga di atas tengkorak-tengkorak manusia, yang tidak sangat lembut, tetapi di dalam jantung dan jiwa para dewa dan manusia, yang merupakan semua hal yang paling lembut: di dalam mereka ia berjalan dan tinggal dan menjadikannya rumahnya. Bukan di dalam semua jiwa tanpa kecuali, karena di mana ada ke-keras-an ia akan tinggalkan, di mana ada kelembutan di sana ia tinggal; dan memijakkan kakinya selalu di dalam semua cara atau jalan di dalam tempat-tempat yang paling lembut dari tempat-tempat yang lembut, ia haruslah yang paling lembut dari semua hal. Sebuah kebenaran adalah ia yang paling lembut sebagaimana ia paling muda, dan juga dari bentuk yang lentur; karena jika ia keras dan tanpa lentur ia tidak akan bisa menutupi semua hal, atau mengayunkan langkahnya ke dalam dan ke luar dari setiap jiwa manusia tanpa ditemukan. Dan sebuah bukti tentang kelenturannya dan bentuk kasihnya yang simetris, yang semesta akui di dalam sebuah cara khusus disandangkan kepada Cinta; tidak-kasih dan cinta selalu berperang satu sama lain. Keindahan kerumitannya diungkapkan oleh tinggalnya di antara bunga-bunga; karena ia tinggal bukan di tengah-tengah keadaan tidak berbunga atau kecantikan yang memudar, badan ataupun jiwa atau apapun yang lain, tetapi di tempat bunga-bunga dan harum-haruman, di sanalah ia tinggal. Memperhatikan keindahan sang dewa aku telah mengatakan cukup; dan masih



banyak yang mungkin aku katakan. Tentang kebaikannya sekarang aku akan berbicara: kemenangannya yang paling besar adalah bahwa ia tidak bisa melakukan ataupun menerima perlakuan buruk kepada ataupun dari dewa atau manusia; karena ia menderita bukan oleh paksaan jika ia menderita; paksaan tidak bisa mendekat kepada ia, tidak juga ketika ia bertindak ia bertindak dengan paksaan. Karena semua manusia di dalam semua hal melayaninya dari keinginanbebas mereka sendiri, dan di mana ada persetujuan suka-rela, di sanalah, sebagaimana hukum yang dikatakan oleh tuan-tuan di kota, ada keadilan. Dan ia bukan hanya adil tetapi juga sangat perasa, karena perasaan adalah pemimpin yang diakui untuk kesenangan-kesenangan dan keinginan-keinginan, dan tidak ada keinginan yang pernah menguasai Cinta; ia adalah tuan mereka dan mereka adalah para pelayannya; dan jika ia menaklukkan mereka ia harus nyata perasa. Sementara untuk keberanian, bahkan dewa Perang bukan tandingannya; ia adalah tawanan dan Cinta adalah sang tuan, karena cinta, cinta kepada Aphrodite, menguasainya, sebagaimana kisah ceritakan; dan tuan lebih kuat daripada pelayan. Dan jika ia menaklukkan yang paling berani dari semua yang lain, ia haruslah menjadi yang paling berani. Tentang keberanian dan keadilan dan perasa ia aku telah bicarakan, tetapi belum juga aku membicarakan kebijaksanaan-nya; dan berdasarkan ukuran kemampuan diriku aku harus mencoba yang terbaik dari diriku. Di dalam tempat pertama, jika aku membesarkan seni diriku, sebagaimana dilakukan oleh Eryximachus, ia juga adalah sumber segala puisi, yang ia tidak akan bisa jika ia bukan penyair. Dan di sentuhannya setiap orang menjadi penyair, bahkan jika ia tidak memiliki musik di dalam dirinya sebelum itu; ini juga sebuah bukti bahwa Cinta adalah penyair yang baik dan ahli di dalam semua seni rupa; karena tidak satupun bisa memberi kepada yang lain apa yang ia sendiri tidak memiliki, atau mengajarkan apa yang ia tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Siapa akan menyangkal bahwa penciptaan binatang-binatang adalah perbuatannya? Bukankah mereka semua pekerjaan-pekerjaan kebijaksanannya, lahir dan melahirkan dari ia? Dan kepada para seniman, bukankah kita mengetahui bahwa ia dari mereka yang terilhami oleh cinta saja yang memiliki sinar kemasyhuran?—ia yang Cinta sentuh tidak berjalan di dalam kegelapan. Seni-seni perobatan dan panahan dan penyucian ditemukan oleh Apollo, di bawah tuntunan cinta dan keinginan; sehingga ia juga adalah murid dari Cinta. Juga melodi para Muse, metalurgi dari Hephaestus, menenun oleh Athena, kerajaan Zeus terhadap para dewa dan manusia, semua karena Cinta, yang adalah penemu mereka. Dan kemudian Cinta ada demi kerajaan para dewa—cinta kepada keindahan, sebagaimana jelas, karena dengan keruntuhan Cinta tidak memiliki ketertarikan. Di masa lalu, sebagaimana aku memulai dengan mengatakan, sikapsikap buruk dilakukan di antara para dewa, karena mereka diperintah oleh Keperluan; tetapi sekarang sejak kelahiran Cinta, dan dari Cinta kepada keindahan, telah tumbuh semua kebaikan di langit dan di bumi. Karena itu, Phaedrus, aku berkata bahwa Cinta adalah yang paling indah dan paling baik di dalam dirinya sendiri, dan penyebab dari semua hal yang paling indah dan paling



baik di dalam semua hal. Dan ada datang ke dalam pikiranku sebuah baris puisi yang di dalamnya ia dikatakan sebagai sang dewa yang ‘Memberikan kedamaian di bumi dan menenangkan badai di kedalaman, ia yang menenangkan angin dan menenangkan penderita untuk bisa tidur.’ Ini adalah ia yang mengosongkan manusia dari ke-tidak-kasih-an dan mengisi mereka dengan perasaan mengasihi, ia yang membuat mereka bertemu di mejameja seperti ini: di dalam persembahan-persembahan, perayaan-perayaan, taritarian, ia adalah tuan kita—ia yang mengirimkan kesopanan dan mengusir ketidak-sopan-an, yang selalu memberikan kebaikan dan tidak pernah keburukan; teman dari yang baik, keajaiban kepada yang bijaksana, ketakjuban dari para dewa; keinginan untuk mereka yang tidak memiliki bagian di dalamnya, dan berharga untuk mereka yang memiliki bagian yang lebih baik di dalamnya; orangtua dari kenikmatan, kemewahan, kegemaran, kelembutan, kasih; penghargaan kepada kebaikan, penolakan terhadap kejahatan: di dalam setiap dunia, pekerjaan, harapan, takut—penyelamat, nahkoda, komandan, penolong; kemenangan para dewa dan manusia, pemimpin paling berani dan paling besar: di dalam langkahlangkahnya biarkan setiap orang mengikuti, bernyanyi manis di dalam kehormatannya dan bergabung di dalam manis itu ketegangan yang dengannya cinta memanterai jiwa-jiwa para dewa dan manusia. Demikianlah pidato ini, Phaedrus, separuh-bermain, tetapi juga memiliki sebuah ukuran pasti kepada keber-sungguh-sungguh-an, yang, berdasarkan kemampuan diriku, aku persembahkan kepada sang dewa. Ketika Agathon selesai berbicara, Aristodemus berkata bahwa ada sebuah keriangan yang umum; anak muda tersebut disangka telah berbicara di dalam sebuah cara yang berharga untuk dirinya dan juga untuk sang dewa. Dan Socrates, melihat kepada Eryximachus, berkata: Beritahukan aku, anak Acumenus, tidak adakah alasan di dalam kekhawatiranku? dan bukankah aku benar seorang peramal ketika aku mengatakan bahwa Agathon akan mengantarkan sebuah orasi yang indah, dan bahwa aku harus ada di dalam gusar? Bagian dari ramalan tersebut yang mengenai Agathon, Eryximachus menjawab, tampak kepadaku sebagai benar; tetapi tidak di bagian yang lain—bahwa kamu akan ada di dalam kegusaran. Mengapa, temanku yang baik, Socrates berkata, bukankah aku atau siapapun harus berada di dalam sebuah kegusaran untuk berbicara setelah mendengar sebuah macam perkataan yang kaya dan beraneka? Aku secara khusus terpukau dengan keindahan kata-kata kesimpulan—siapa yang bisa mendengarkan mereka tanpa kagum? Sementara diriku, jelas, aku sangat yakin bahwa aku tidak akan mampu untuk mengucapkan apapun yang sama bagus walau separuhnya, aku telah bersiap untuk lari karena mati, jika ada sebuah kemungkinan melepaskan



diri. Karena aku mengingat Gorgias, dan di akhir pidatonya aku yakin Agathon membuatku gemetar kepada orang Gorginia atau Gorgonia pemimpin dari guru besar retorika, yang secara sederhana mengubah diriku dan kata-kataku kepada batu, sebagaimana Homer katakan, dan memukulku sehingga bodoh. Dan kemudian aku menemukan betapa bodoh aku telah mengambil giliran dengan kalian di dalam memuji cinta, dan mengatakan bahwa aku juga ahli seni tersebut, ketika aku secara nyata tidak memiliki pemahaman bagaimana suatu hal harus dipuji. Karena di dalam kesederhanaan diriku aku membayangkan bahwa hal memuji haruslah benar, dan ini telah disyaratkan, keluar dari pembicara sejati harus memilih yang paling baik dan mengutarakannya di dalam cara yang paling baik. Dan aku merasa cukup bangga, berpikir bahwa aku mengetahui alamiah pujian yang benar, dan aku haruslah akan berbicara dengan baik. Sementara aku sekarang melihat bahwa ini tampak bukanlah tujuan sebuah pidato pujian yang baik; melainkan hanya menyebutkan setiap jenis kebesaran dan kemenangan Cinta, benar-benar dimiliki oleh ia ataupun tidak, tanpa memperhatikan benar atau salah—itu bukan masalah; karena pengajuan asli tampak bukan bahwa setiap orang dari kalian harus secara nyata memuji ia. Dan sehingga kalian mempersembahkan kepada Cinta setiap bentuk pujian yang bisa dibayangkan yang bisa dikumpulkan dari manapun; dan kalian berkata bahwa ‘ia adalah semua ini,’ dan ‘penyebab semua itu,’ membuatnya tampak sebagai yang paling indah dan paling baik kepada semua mereka yang tidak mengenalnya, karena kalian tidak bisa menjatuhkannya kepada siapapun yang mengenalnya. Dan sebuah himne khidmat yang agung telah kalian lantunkan. Tetapi karena aku telah salah memahami alamiah pujian ketika aku mengatakan bahwa aku akan mengambil giliranku, aku juga harus memohon untuk terbebas dari janji yang aku buat di dalam kejahilan, dan yang (sebagaimana Euripides akan katakan (Eurip. Hyppolitus)) adalah sebuah janji dari bibir dan bukan dari pikiran. Selamat tinggal kemudian kepada semacam tekanan demikian: karena aku tidak bisa memuji di dalam jalan itu; tidak, secara nyata, aku tidak bisa. Tetapi jika kalian suka mendengar kebenaran tentang cinta, aku bersedia untuk berbicara di dalam caraku sendiri, walaupun aku akan membuat diriku sendiri konyol dengan memasuki persaingan apapun dengan kalian. Katakanlah kemudian, Phaedrus, apakah kamu akan suka mengetahui kebenaran tentang cinta, diucapkan di katakata apapun dan tujuan-tujuan yang mungkin datang ke dalam pikiranku di saatnya. Akankah itu bisa diterima untukmu? Aristodemus berkata bahwa Phaedrus dan teman-teman meminta ia berbicara di dalam cara manapun yang ia pikir paling baik. Kemudian, ia menambahkan, biarkan aku memeroleh izinmu pertama-tama untuk memberikan Agathon beberapa pertanyaan lagi, supaya aku mungkin menggunakan pengakuannya sebagai dasar-dasar pemikiran kepada pembicaraanku.



Aku memberikan izin tersebut, Phaedrus berkata: kemukakanlah pertanyaanpertanyaanmu. Socrates kemudian melanjutkan sebagai berikut: Di dalam orasi hebat yang baru saja kamu kemukakan, menurutku kamu benar, Agathon yang baik, di dalam mengajukan untuk berbicara tentang alamiah Cinta pertama-tama dan terkemudian pekerjaan-pekerjaannya—itu adalah sebuah jalan memulai yang aku sangat terima. Dan sebagaimana kamu telah berbicara sangat fasih tentang alamiahnya, mungkinkah aku menanyaimu lebih jauh, Jika cinta adalah kepada sesuatu atau kepada bukan apa-apa? Dan di sini aku harus menjelaskan diriku sendiri: Aku bukan menginginimu mengatakan bahwa cinta adalah cinta seorang ayah atau cinta seorang ibu—itu akan konyol; tetapi untuk menjawab sebagaimana kamu akan melakukan, jika aku menanyakan apakah seorang ayah adalah ayah dari sesuatu? yang kepadanya kamu tidak akan menemukan kesukaran di dalam menjawab, dari seorang anak laki-laki atau anak perempuan: dan jawaban tersebut akan menjadi benar. Sangat benar, Agathon berkata. Dan kamu akan mengatakan yang sama kepada seorang ibu? Ia menerima. Biarkan aku mengajukan satu lagi pertanyaan untuk melukiskan maksud diriku: Bukankah seorang saudara laki-laki secara khusus dihargai sebagai saudara lakilaki dari sesuatu? Tentu saja, ia menjawab. Yaitu, seorang saudara laki-laki atau saudara perempuan? Ya, katanya. Dan sekarang, Socrates berkata, aku akan menanyakan tentang Cinta. Apakah Cinta adalah kepada sesuatu atau bukan kepada apapun? Kepada sesuatu, secara yakin, ia menjawab. Jaga di dalam pikiran apakah ini, dan katakan kepadaku apa yang aku ingin ketahui, apakah Cinta mengharapkan apa yang dicintai itu. Ya, secara yakin. Dan apakah ia memiliki, ataukah ia tidak memiliki, yang ia cintai dan harapkan itu?



Sepertinya tidak, aku bisa berkata. Tidak, Socrates menjawab, aku ingin kamu tidak menggunakan ‘sepertinya’, tetapi ‘seharusnya’, pertimbangkan bahwa ia yang mengharapkan sesuatu adalah mengingini sesuatu, dan bahwa ia yang tidak mengharapkan apa-apa tidaklah mengingini apa-apa, di dalam penilaianku, Agathon, secara mutlak dan secara perlu benar. Apa yang kamu pikirkan? Aku setuju denganmu, kata Agathon. Sangat baik. Akankah ia yang besar, berharap menjadi besar, atau ia yang kuat, berharap menjadi kuat? Itu akan menjadi tidak bertetapan dengan pernyataan-pernyataan kita yang lalu. Benar. Karena ia yang mengingini sesuatu tidak bisa mengingini yang ada di dirinya sendiri? Benar. Juga tidak, Socrates menambahkan, jika seorang yang telah kuat ingin menjadi kuat, atau telah lentur ingin menjadi lentur, atau telah sehat ingin menjadi sehat, orang yang di dalam keadaan ini atau semua yang semacam ini mungkin dianggap mengharapkan sesuatu yang telah ia miliki atau dirinya sendiri. Aku memberikan contoh demi kita mungkin menghindari salah pengertian. Karena para pemilik mutu-mutu ini, Agathon, harus dianggap memiliki kelebihan-kelebihan berharga di saat tersebut, mereka pilih ataupun tidak; dan siapa yang bisa mengharapkan sesuatu yang telah ia miliki? Karena itu, ketika seseorang berkata, aku sehat dan berharap menjadi sehat, atau aku kaya dan berharap menjadi kaya, dan aku secara sederhana ingin memiliki apa yang telah aku miliki—kepadanya kita harus menjawab: ‘Kamu, temanku, telah memiliki harta dan kesehatan dan kekuatan, ingin memiliki keberlanjutan dari mereka; karena saat ini, kamu pilih ataupun tidak, kamu memiliki mereka. Dan ketika kamu berkata, aku mengharapkan apa yang aku miliki dan tidak ada yang lain, bukankah maksudmu bahwa kamu mengingini apa yang sekarang kamu miliki di masa depan?’ Ia harus setuju dengan kita—bukankah ia harus? Ia harus, Agathon menjawab. Kemudian, Socrates berkata, ia mengharapkan apa yang ia miliki saat ini mungkin terjaga untuknya di masa depan, yang sama dengan mengatakan bahwa ia mengharapkan sesuatu yang tidak hadir kepadanya, dan yang belum ia miliki? Benar, katanya.



Kemudian ia dan setiap orang yang berharap, mengharapkan sesuatu yang belum ia miliki, dan yang masa depan dan bukan masa kini, dan yang tidak ia miliki, dan yang bukan ia, dan yang ia butuhkan;— ini adalah macam hal-hal yang cinta dan harapan cari? Benar, katanya. Kemudian sekarang, Socrates berkata, biarkan kita meninjau ulang argumen tersebut. Pertama, bukankah cinta adalah kepada sesuatu, dan kepada sesuatu yang juga dibutuhkan oleh seseorang? Ya, ia menjawab. Ingatlah lebih jauh apa yang telah kamu katakan di dalam pidatomu, atau jika kamu tidak ingat aku akan mengingatkanmu: kamu berkata bahwa cinta kepada keindahan terpasang demi kerajaan para dewa, karena tidak ada cinta kepada keruntuhan—bukankah kamu mengatakan hal semacam itu? Ya, kata Agathon. Ya, temanku, dan penandaan kembali itu adalah satu yang adil. Dan jika ini benar, Cinta adalah cinta kepada keindahan dan bukan kepada keruntuhan? Ia menerima. Dan pernyataan telah dibuat bahwa Cinta adalah kepada sesuatu yang seorang ingini dan yang tidak ia miliki? Benar, katanya. Kemudian Cinta mengingini dan tidak memiliki keindahan? Tentu saja, ia menjawab. Dan akankah kamu menyebut indah apa yang mengingini dan tidak memiliki keindahan? Tentu saja tidak. Kemudian akankah kamu tetap mengatakan bahwa cinta adalah indah? Agathon menjawab: Aku khawatir bahwa aku tidak mengerti apa yang telah aku katakan. Kamu telah mengemukakan sebuah pidato yang sangat baik, Agathon, Socrates menjawab; tetapi masih ada satu pertanyaan kecil yang aku ingin ajukan. Bukankah kebaikan adalah juga keindahan?



Ya. Kemudian di dalam mengingini keindahan, cinta juga mengingini kebaikan? Aku tidak bisa membantahmu, Socrates, Agathon berkata. Biarkan kita menganggap bahwa apa yang kamu katakan benar. Bukan, kebenaran, Agathon tercinta, yang tidak bisa kamu bantah; karena Socrates bisa dibantah secara mudah. Dan sekarang, meninggalkanmu, aku akan mengemukakan sebuah kisah tentang cinta yang aku dengar dari Diotima dari Mantinea, seorang perempuan yang bijaksana di dalam ini dan banyak macam pengetahuan yang lain, yang di masa lalu, ketika orang-orang Athena melakukan persembahan sebelum ketibaan wabah, menunda penyakit tersebut sepuluh tahun. Ia adalah guruku di dalam seni tentang cinta, dan aku harus mengulang kepada kalian apa yang ia katakan kepadaku, dimulai dengan pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh Agathon, yang hampir sama jika bukan cukup sama dengan yang aku buat kepada sang perempuan bijaksana ketika ia menanyaiku. Aku berpikir bahwa ini akan menjadi jalan paling mudah, dan aku harus mengambil bagian kedua-duanya sendirian sebaik yang aku bisa. Pertama, Agathon, aku harus mengungkapkan, sebagaimana kamu, hal dan alamiah Cinta, dan kemudian tentang pekerjaan-pekerjaannya. Pertama aku mengatakan kepada Diotima di dalam kata-kata yang hampir sama yang Agathon gunakan kepadaku, bahwa Cinta adalah dewa yang maha kuasa, dan juga indah; dan Diotima membuktikan kepadaku sebagaimana aku membuktikan kepada Agathon bahwa, dengan aku mempertunjukkan sendiri, Cinta tidaklah indah ataupun baik. ‘Apa yang engkau maksudkan, Diotima,’ aku berkata, ‘jika demikian cinta adalah buruk dan jelek?’ ‘Hush,’ ia berteriak, ‘haruskah jelek sesuatu yang tidak indah?’ ‘Tentu saja,’ aku berkata. ‘Dan yang tidak bijaksana, adalah jahil?’ ‘Dan menjadi apakah mereka?’ aku berkata. ‘Kamu tentu saja mengetahui, bahwa pendapat yang benar,’ ia menjawab; ‘yang tidak mampu memberikan alasan, bukanlah pengetahuan (karena bagaimana bisa pengetahuan tidak memiliki alasan?) juga bukan kejahilan, karena kejahilan tidak



akan mencapai kebenaran. Sehingga, pendapat yang benar, menurutku, memiliki letak yang demikian, di antara kejahilan dan kebijaksanaan.’ ‘Cukup benar,’ aku menjawab. ‘Kemudian jangan membantah,’ ia berkata, ‘bahwa apa yang tidak indah harus jelek, dan apa yang tidak baik adalah buruk; karena ia di tengah-tengah di antara mereka.’ ‘Baik,’ aku berkata, ‘Cinta secara yakin diterima oleh semua orang sebagai dewa besar.’ ‘Oleh mereka yang mengetahui ataukah oleh mereka yang tidak tahu?’ ‘Oleh semua orang.’ ‘Dan bagaimana, Socrates,’ ia berkata dengan tersenyum, ‘bisakah Cinta diterima sebagai dewa besar oleh mereka yang berkata bahwa ia sama sekali bukan dewa?’ ‘Dan siapakah mereka?’ aku berkata. ‘Kamu dan aku adalah dua dari mereka,’ ia menjawab. ‘Bagaimana bisa demikian?’ aku berkata. ‘Cukup tampak,’ ia menjawab; ‘karena kamu sendiri akan menerima bahwa para dewa berbahagia dan indah—tentu saja kamu akan demikian—akankah kamu berani mengatakan manapun dewa tidak demikian?’ ‘Tentu saja tidak,’ aku menjawab. ‘Dan apakah kamu memaksudkan berbahagia adalah mereka yang memiliki halhal yang baik atau indah?’ ‘Ya.’ ‘Dan apakah kamu menerima bahwa Cinta, karena ia membutuhkan, mengharapkan hal-hal baik atau indah yang ia butuhkan itu?’ ‘Ya, aku demikian.’ ‘Tetapi bagaimana bisa dewa tidak memiliki hal baik ataupun indah?’ ‘Tidak mungkin.’ ‘Kemudian kamu melihat bahwa kamu juga menyangkal kedewaan Cinta.’ ‘Kemudian apakah Cinta?’ aku bertanya; ‘Apakah ia fana?’



‘Tidak.’ ‘Kemudian apa?’ ‘Sebagaimana di hal tadi, ia bukan fana ataupun abadi, tetapi di antara yang dua.’ ‘Apakah ia, Diotima?’ ‘Ia adalah ruh (daimon), dan sebagaimana semua ruh ia di tengah di antara abadi dan fana.’ ‘Dan apa,’ aku berkata ‘apakah ia memiliki kuasa?’ ‘Ia menjelaskan,’ ia menjawab, ‘antara para dewa dan manusia, mengantarkan dan membawa kepada para dewa doa-doa dan persembahan-persembahan dari manusia, dan kepada manusia perintah-perintah dan jawaban-jawaban dari para dewa; ia adalah perantara yang menjembatani jurang yang memisahkan mereka, dan karena itu di dalam ia semua terikat bersama, dan melalui ia seni-seni peramal dan pendeta, persembahan-persembahan dan misteri-misteri dan mukjizatmukjizat mereka, dan semua ramalan dan mantera, menemukan jalan. Karena para dewa tidak berhubungan dengan manusia; tetapi melalui Cinta semua perbincangan dan perkataan dewa dengan manusia, saat bangun ataupun tidur, berlangsung. Kebijaksanaan yang memahami ini adalah ruhaniah; semua kebijaksanaan lain, semacam kesenian dan pertukangan, adalah kotor dan kasar. Sekarang ruh-ruh atau kekuatan-kekuatan pertengahan ini ada banyak dan bermacam-macam, dan salah satu dari mereka adalah Cinta.’ ‘Dan siapa,’ aku berkata, ‘ayahnya, dan siapa ibunya?’ ‘Kisah tersebut,’ ia berkata, ‘akan memerlukan waktu. Bagaimanapun aku akan memberitahukanmu. Di hari lahir Aphrodite ada sebuah acara perjamuan di tempat para dewa, dewa Poros atau Kelimpahan, anak dari Metis atau Keleluasaan, merupakan satu dari antara para tamu. Ketika acara tersebut telah selesai, Penia atau Kemiskinan, sebagaimana biasa di hal semacam tersebut, mendekati pintu untuk mengemis. Sekarang Kelimpahan yang lebih buruk untuk nektar (tidak ada anggur di masa itu), pergi ke taman Zeus dan tertidur lelap, dan Kemiskinan mempertimbangkan keadaan dirinya sendiri yang serba kurang, bersiasat untuk mendapatkan anak darinya, dan kemudian ia berbaring di sisinya dan memeroleh Cinta, yang sebagian karena ia alamiah adalah pecinta keindahan, dan karena Aphrodite adalah indah, dan juga karena ia lahir di hari lahir Aphrodite, ia adalah pengikut dan juga pembantunya. Dan sebagaimana orangtuanya, demikian juga peruntungannya. Di tempat pertama ia selalu miskin, dan apapun selain lembut dan indah, sebagaimana banyak yang membayangkan; dan ia kasar dan jelek, dan tidak ada memiliki sepatu, tidak juga rumah untuk tinggal; di tanah ia berbaring di bawah langit yang terbuka, di jalan-jalan, atau di pintupintu rumah-rumah, ia beristirahat; dan seperti ibunya ia selalu di-dalam sukar.



Seperti ayahnya juga, yang juga sebagian ia wakilkan, ia selalu bermuslihat melawan yang indah dan baik; ia berani, giat, kuat, pemburu yang perkasa, selalu menyusun siasat atau yang lain, lincah di dalam pengejaran kebijaksanaan, subur di dalam sumber daya; filsuf di seluruh waktu, dahsyat sebagai pemikat, penyihir, sofis. Ia secara alamiah bukan fana ataupun abadi, tetapi hidup dan subur di satu waktu ketika ia berkelimpahan, dan mati di lain waktu, dan hidup lagi disebabkan oleh alamiah ayahnya. Tetapi apa yang mengalir masuk selalu mengalir keluar, dan sehingga ia tidak pernah miskin dan tidak pernah kaya; dan, lebih jauh, ia di tengah di antara kejahilan dan pengetahuan. Kebenaran dari hal tersebut adalah ini: Tidak ada dewa yang adalah filsuf atau pencari kebijaksanaan, karena ia telah bijaksana; juga tidak ada manusia yang bijaksana yang mencari kebijaksanaan. Juga tidak ada yang jahil yang mencari kebijaksanaan. Karena inilah keburukan dari kejahilan, bahwa ia yang tidak baik ataupun bijaksana akan puas dengan dirinya sendiri: ia tidak memiliki keinginan untuk apa yang ia merasa tidak memerlukan.’ ‘Tetapi siapa kemudian, Diotima,’ aku berkata, ‘para pecinta kebijaksanaan, jika mereka tidak bijaksana juga tidak jahil?’ ‘Anak kecilpun mungkin menjawab pertanyaan itu,’ ia menjawab; ‘mereka adalah yang berada di tengah di antara dua; Cinta adalah satu dari mereka; dan karena itu Cinta adalah juga filsuf atau pecinta kebijaksanaan, dan karena ia pecinta kebijaksanaan ia di tengah di antara bijaksana dan jahil. Dan kepada ini juga kelahirannya menjadi sebab; karena ayahnya kaya dan bijaksana, dan ibunya miskin dan bodoh. Demikian, Socrates sayang, alamiah dari ruh Cinta. Kesalahan di dalam pengertianmu tentang ia sangatlah biasa, dan sebagaimana aku bayangkan dari apa yang kamu katakan, terbangun dari salah menilai cinta dengan yang dicintai, yang membuatmu berpikir bahwa cinta adalah keseluruhan indah. Karena yang dicintailah yang benar-benar indah, dan enak, dan sempurna, dan terberkati; tetapi keadaan cinta adalah dari alamiah yang lain, dan semacam yang telah aku terangkan.’ Aku berkata, ‘Wahai engkau perempuan asing, engkau berkata baik; tetapi, menganggap Cinta sebagaimana engkau katakan, apa kegunaannya kepada manusia?’ ‘Itu, Socrates,’ ia menjawab, ‘aku akan berusaha buka: alamiah dan kelahirannya aku sudah bicarakan; dan kamu menerima bahwa cinta adalah kepada keindahan. Tetapi seseorang akan berkata: Kepada keindahan di dalam apa, Socrates dan Diotima?—atau lebih biarkan aku meletakkan pertanyaan tersebut secara lebih jernih; dan bertanya: Ketika seorang mencintai keindahan, apa yang ia harapkan?’ Aku menjawabnya ‘Bahwa keindahan itu menjadi miliknya.’



‘Tetap,’ kata ia, ‘jawaban tersebut menyebabkan sebuah pertanyaan lain: Apa yang diberikan oleh kepemilikan keindahan?’ ‘Kepada apa yang engkau tanyakan,’ aku menjawab, ‘aku tidak memiliki jawaban yang siap.’ ‘Kemudian,’ ia berkata, ‘biarkan aku meletakkan kata “kebaikan” di tempat keindahan, dan mengulangi pertanyaan tersebut sekali lagi: jika ia yang mencintai kebaikan, apakah kemudian yang ia cintai?’ ‘Kepemilikan kebaikan tersebut,’ aku berkata. ‘Dan apa yang ia raih ia yang memiliki kebaikan?’ ‘Kebahagiaan,’ aku menjawab; ‘lebih sedikit kesukaran di dalam menjawab pertanyaan itu.’ ‘Ya,’ katanya, ‘kebahagiaan yang berbahagia menjadi berbahagia oleh perolehan hal-hal baik. Tidak lagi perlu ditanyakan mengapa seseorang menginginkan kebahagiaan; jawaban tersebut telah akhir.’ ‘Engkau benar.’ Aku berkata. ‘Dan apakah keinginan dan harapan ini umum untuk semua orang? dan apakah semua orang selalu mengharapkan kebaikan diri mereka, ataukah hanya beberapa orang?’ ‘Semua orang,’ aku menjawab; ‘harapan tersebut umum untuk semua.’ ‘Mengapa, kemudian,’ ia menambahkan, ‘tidak semua orang, Socrates, dikatakan mencintai, tetapi hanya beberapa dari mereka? Sementara kamu mengatakan bahwa semua manusia selalu mencintai hal-hal yang sama.’ ‘Aku juga heran,’ aku berkata, ‘mengapa begini?’ ‘Tidak ada yang perlu diherankan,’ ia menjawab; ‘alasannya adalah bahwa satu bagian dari cinta adalah terpisah dan menerima nama keseluruhan, tetapi bagianbagian yang lain memiliki nama-nama yang lain.’ ‘Berikan penggambaran,’ aku berkata. Ia menjawabku sebagai berikut: ‘Ada puisi, yang, sebagaimana kamu tahu, rumit dan banyak-macam. Semua ciptaan atau kejadian dari tidak ada ke dalam ada adalah puisi dan penyusunan; sehingga para ahli dari semua seni semuanya penyair atau para pembuat.’



‘Benar.’ ‘Masih,’ ia berkata, ‘kamu tahu bahwa mereka tidak disebut sebagai para penyair, tetapi memiliki nama-nama lain; hanya bagian seni yang terpisah dari keseluruhan, dan yang berhubungan dengan musik dan matra, dianggap sebagai puisi, dan mereka yang memiliki puisi di dalam rasa kata ini disebut sebagai para penyair.’ ‘Benar,’ aku berkata. ‘Dan sama kepada cinta; secara benar, keinginan kepada hal-hal baik dan kebahagiaan— Cinta yang berkuasa dan memedayakan. Tetapi mereka yang tenggelam kepadanya oleh jalur lain manapun, jalur mencari uang atau senam atau filsafat; tidak disebut sebagai para pecinta—nama dari keseluruhan diberikan kepada mereka yang bersungguh-sungguh memperhatikan satu bentuk saja— mereka sendiri saja yang dikatakan mencintai, atau menjadi para pecinta.’ ‘Aku berani berkata,’ aku menjawab, ‘bahwa engkau benar.’ ‘Ya,’ ia menambahkan, ‘dan kamu mendengar orang-orang mengatakan bahwa para pecinta mencari separuh dari diri mereka; tetapi aku mengatakan bahwa mereka bukan mencari separuh diri mereka, juga bukan keseluruhan, kecuali separuh atau keseluruhan tersebut juga sebuah kebaikan. Dan mereka akan memutuskan tangan-tangan dan kaki mereka dan membuang mereka, jika mereka buruk; karena mereka bukan mencintai apa yang mereka miliki, kecuali di suatu kesempatan ada seseorang yang mengatakan bahwa apa yang ia miliki baik, dan apa yang dimiliki orang lain adalah buruk. Karena tidak ada yang dicintai manusia kecuali kebaikan. Adakah yang lain?’ ‘Tentu saja, aku harus berkata, tidak ada yang lain.’ ‘Kemudian,’ ia berkata, ‘kebenaran sederhana adalah, bahwa manusia mencintai kebaikan.’ ‘Ya,’ aku berkata. ‘Yang kepadanya harus ditambahkan bahwa mereka mencintai kepemilikan kebaikan?’ ‘Ya, itu harus ditambahkan.’ ‘Dan bukan hanya kepemilikan, tetapi kepemilikan yang abadi kepada kebaikan?’ ‘Itu juga harus ditambahkan.’



‘Kemudian cinta,’ ia berkata, ‘mungkin digambarkan secara umum sebagai cinta kepada kepemilikan abadi kebaikan?’ ‘Itu adalah paling benar.’ 'Kemudian jika ini alamiah cinta, bisakah kamu memberitahukan kepadaku lebih jauh,’ ia berkata, ‘apa sifat pengejaran tersebut? apa yang mereka lakukan yang memperlihatkan semua kegigihan dan panas yang disebut cinta ini? dan apa tujuan yang mereka pandang? Jawablah aku.’ ‘Tidak, Diotima,’ aku menjawab, ‘jika aku mengetahui, aku tidak akan mengagumi kebijaksanaan engkau, juga tidak aku akan datang untuk belajar kepada engkau tentang hal ini.’ ‘Baik,’ ia berkata, ‘aku akan mengajarimu. Tujuan yang mereka pandang adalah kelahiran di dalam keindahan, badan ataupun jiwa.’ ‘Aku tidak memahami engkau,’ aku berkata; ‘oracle tersebut memerlukan sebuah penjelasan.’ ‘Aku akan membuat maksud diriku lebih jelas,’ ia menjawab. ‘Aku bermaksud mengatakan, bahwa semua orang mengingini penciptaan-ulang di dalam badanbadan dan jiwa-jiwa mereka. Ada suatu umur tertentu ketika manusia mengharapkan memeroleh-keturunan—memeroleh-keturunan yang harus indah dan bukan jelek; dan memeroleh-keturunan ini adalah penyatuan laki-laki dan perempuan, dan adalah sebuah hal suci; karena kehamilan dan keturunan adalah sebuah ajaran abadi di dalam makhluk fana, dan di dalam ke-tidak-harmonis-an mereka tidak akan pernah jadi. Tetapi yang jelek selalu tidak harmonis dengan yang suci, dan yang indah selalu harmonis. Keindahan, kemudian, adalah takdir atau dewi jalan-melahirkan dan tinggal di kelahiran, dan karena itu, ketika mencapai keindahan, kekuatan pemahaman adalah menguntungkan, dan bersifat menyebar, dan ramah, dan menumbuhkan dan berbuah: di pemandangan hal jelek ia mengerut dan memendek dan bisa merasai sakit, dan berbalik, dan menggulung layu, dan bukan tanpa sebuah kepedihan pergi dari kehamilan. Dan ini alasan mengapa, ketika masa kehamilan tiba, dan pemadatan alamiah telah penuh, ada semacam keriangan dan ekstasi tentang keindahan yang pencapaiannya adalah peredaan rasa sakit dari persalinan. Karena cinta, Socrates, bukanlah, sebagaimana yang kamu bayangkan, hanya cinta kepada keindahan.’ ‘Kemudian apa?’ ‘Cinta kepada keturunan dan kelahiran di dalam keindahan.’ ‘Ya,’ aku berkata.



‘Ya, memang demikian,’ ia menjawab. ‘Tetapi mengapa kepada keturunan?’ ‘Karena untuk makhluk fana, keturunan adalah macam kekekalan dan keabadian,’ ia menjawab; ‘dan jika, sebagaimana telah diterima, cinta adalah kepada ke-pemilikan abadi keindahan, semua manusia harus mengharapkan keabadian bersama-sama dengan kebaikan: Sehingga cinta adalah kepada keabadian.’ Semua yang ia ajarkan kepadaku ini di waktu yang berbeda-beda ketika ia berbicara tentang cinta. Dan aku ingat ia di suatu saat mengatakan kepadaku, ‘Hal apa, Socrates, yang cinta, dan pembantunya harapkan? Tidakkah kamu melihat binatang-binatang, burung-burung, sebagaimana binatang-binatang buas, di dalam keinginan mereka kepada memeroleh keturunan, mengalami penderitaan ketika terasuki cinta, yang dimulai dengan keinginan penyatuan; kepadanya ditambahkan penjagaan anak, sehingga yang paling lemah siap untuk bertarung melawan yang paling kuat bahkan hingga batas terluar, dan untuk mati demi mereka, dan akan membiarkan diri mereka sendiri tersiksa lapar atau menderita apapun demi mempertahankan anak mereka. Manusia mungkin dianggap bersikap demikian dari pemikiran; tetapi mengapa binatang-binatang harus memiliki perasaan-perasaan memesona ini? Bisakah kamu memberitahukan aku mengapa?’ Lagi aku menjawab bahwa aku tidak tahu. Ia berkata kepadaku: ‘Dan apakah kamu menyangka akan bisa menjadi ahli di dalam seni cinta, jika kamu tidak mengetahui ini?’ ‘Tetapi aku telah memberitahukan kepada engkau, Diotima, bahwa kejahilanku adalah alasan diriku datang kepadamu; karena aku yakin bahwa aku mengingini seorang guru; beri tahukan kepadaku kemudian semua penyebab ini dan misterimisteri yang lain dari cinta.’ ‘Jangan heran,’ ia berkata, ‘jika kamu percaya bahwa cinta adalah kepada keabadian, sebagaimana telah beberapa kali kita terima; karena di sini lagi, dan juga di ajaran yang sama, alam fana mencari sejauh mungkin untuk menjadi kekal dan abadi: dan ini hanya didapatkan melalui keturunan, karena keturunan selalu meninggalkan sebuah keberadaan baru menggantikan yang tua. Hanya sebentar saja setiap makhluk hidup dinyatakan hidup dan tetap sama, sebagaimana manusia dinamai sama sejak kanak-kanak hingga tua: walau dinamai sama, ia tidak memiliki tubuh yang tetap sama; ia secara berlanjutan adalah orang yang baru, dan ada beberapa hal yang ia kehilangan, rambut, daging, tulang, darah, dan keseluruhan badan selalu berubah. Yang benar adalah bukan hanya badan, tetapi juga jiwa, yang kebiasaan-kebiasaannya, sifat-sifat, pendapat-pendapat,



keinginan-keinginan, kesenangan-kesenangan, rasa sakit, kekhawatirankekhawatiran, tidak pernah tetap sama di dalam setiap kita, tetapi selalu datang dan pergi; dan benar secara sama dengan pengetahuan, dan apa yang lebih mengejutkan untuk kita makhluk-makhluk fana, bukan hanya ilmu-ilmu di dalam umum tumbuh dan usang, demikian juga penghormatan kepada mereka kita tidak pernah sama; tetapi masing-masing mereka secara sendiri mengalami perubahan yang serupa. Karena apa yang dimaksud di dalam kata “ingatan,” kecuali keberangkatan pengetahuan, yang pernah dilupakan, dan dibarukan dan dijaga oleh ingatan, dan tampak sama walaupun di dalam kenyataan adalah baru, berdasarkan kepada itulah hukum penggantian yang dengannya semua makhluk fana jaga, tidak secara tepat sama selamanya, seperti dewa, tetapi oleh penukaran, kefanaan yang tua meninggalkan di belakangnya keberadaan baru yang serupa. Dan di dalam jalan ini, Socrates, tubuh yang fana, atau apapun yang fana, mengikuti keabadian; tetapi yang abadi di dalam jalan yang lain. Janganlah heran kepada cinta yang semua manusia miliki untuk keturunan mereka; karena cinta dan ketertarikan yang umum itu adalah demi keabadian.’ Aku terpukau kepada kata-katanya, dan berkata: ‘Apakah ini benar secara nyata, Wahai engkau Diotima yang bijaksana?’ Dan ia menjawab dengan semua keyakinan seorang sofis yang sempurna: ‘Kepada itu, Socrates, kamu mungkin percaya;—pikirkan saja ambisi manusia, dan kamu akan heran kepada jalan-jalan mereka yang tanpa rasa, kecuali kamu mempertimbangkan bagaimana mereka diarahkan oleh cinta kepada keabadian kemasyhuran. Mereka bersedia menjalani semua kemungkinan buruk yang jauh lebih besar dari yang bisa mereka jalani demi anak-anak mereka, dan untuk membelanjakan uang dan menjalani pekerjaan berat apapun, dan bahkan untuk mati, demi meninggalkan di belakang mereka sebuah nama yang akan kekal. Apakah kamu membayangkan bahwa Alcestis ingin mati untuk menyelamatkan Admetus, atau Achilles untuk membalaskan Patroclus, atau Codrus kamu sendiri di dalam mempertahankan kerajaan untuk anak-anaknya, jika mereka tidak membayangkan bahwa ingatan kepada kebaikan-kebaikan mereka, yang masih bertahan di antara kita, akan abadi? Tidak,’ ia berkata, ‘Aku yakin bahwa semua manusia melakukan semua hal, dan semakin mereka baik semakin mereka akan melakukan mereka, dengan mengharapkan kemasyhuran agung dari kebaikan yang abadi; karena mereka mengharapkan keabadian. ‘mereka yang hamil di dalam badan saja, mendekatkan diri mereka kepada para perempuan dan memeroleh anak-anak—ini sifat cinta mereka; keturunan mereka, sebagaimana mereka harapkan, akan menyimpan ingatan mereka dan memberikan mereka keberkatan dan keabadian yang mereka harapkan di dalam masa depan. Tetapi jiwa-jiwa yang hamil—karena benar ada orang-orang yang lebih bersifat mencipta di dalam jiwa-jiwa mereka daripada di dalam badan-



badan—hamil apa yang pantas untuk jiwa hamilkan atau kandung. Dan kehamilan-kehamilan apakah ini?—kebijaksanaan dan kebaikan secara umum. Dan macam para pencipta demikian adalah para penyair dan semua seniman yang pantas menyandang nama penemu. Tetapi macam kebijaksanaan yang paling indah dan paling besar sampai kini adalah yang berhubungan dengan kepemimpinan negara-negara dan keluarga-keluarga, dan yang disebut sebagai perasaan dan keadilan. Dan ia yang di masa mudanya memiliki benih semacam ini tertanam di dalam ia dan ia sendiri terilhami, ketika mencapai kedewasaan menginginkan melahirkan dan berketurunan. Ia berkelana mencari keindahan demi ia mungkin memeroleh anak—karena di dalam keruntuhan ia tidak akan memeroleh anak—dan secara alami memeluk badan yang indah daripada yang buruk; di atas semua ketika ia menemukan sebuah jiwa tertuntun yang indah dan terhormat, ia memeluk yang dua di dalam satu manusia, dan kepada satu demikian ia penuh berbicara tentang kebaikan dan bagaimana seorang yang baik bersikap dan apa yang ia kejar; dan ia mencoba mendidiknya; dan di sentuhan kepada keindahan yang pernah hadir di ingatannya, bahkan ketika tidak hadir, ia membawa apa yang telah ia terima dari masa lalu, dan di dalam pertemanan dengannya terpelihara apa yang akan ia bawa; dan mereka menikah dengan sebuah ikatan yang jauh lebih dekat dan memiliki sebuah pertemanan yang lebih dekat daripada mereka yang memeroleh anak yang bisa mati, karena anak-anak keturunan mereka secara umum jauh lebih indah dan abadi. Siapa, ketika ia memikirkan Homer dan Hesiod dan para penyair besar yang lain, yang tidak akan lebih memilih anak-anak mereka daripada anak-anak manusia biasa? Siapa yang tidak akan berusaha menyamai mereka di dalam penciptaan anak-anak semacam milik mereka, yang menjaga ingatan mereka dan memberikan kemenangan selama-lamanya? Atau siapa yang tidak akan ingin memiliki anak-anak semacam yang Lycurgus tinggalkan di belakangnya sebagai para penyelamat? Ada Solon, juga, yang dianggap sebagai ayah dari hukum-hukum Athena; dan banyak yang lain di banyak tempat lain, kedua-duanya di antara orang-orang Yunani dan barbar, yang telah memberikan kepada dunia banyak hal terhormat, dan telah menjadi orang tua untuk kebaikan dari setiap macam; dan banyak kuil telah didirikan untuk mereka demi macam anak-anak yang mereka miliki; yang tidak pernah didirikan untuk siapapun, demi anak-anaknya yang bisa mati. ‘Hal-hal ini adalah, misteri-misteri yang lebih kecil dari cinta, ke dalamnya bahkan kamu, Socrates, mungkin masuk; kepada yang lebih besar dan yang lebih tersembunyi yang adalah mahkota dari hal-hal ini, dan yang ke dalamnya, jika kamu mengejar mereka di dalam sebuah semangat yang benar, mereka akan menuntun kepada, aku tidak tahu apa yang bisa kamu capai. Tetapi aku akan melakukan sampai batas kemampuanku untuk memberitahukanmu, dan kamu lakukanlah mengikuti jika kamu bisa. Karena ia yang bisa melanjutkan secara benar di dalam hal ini akan memulai di masa muda untuk mengunjungi bentukbentuk keindahan; dan pertama-tama, jika ia tertuntun oleh gurunya secara benar,



untuk mencintai sebuah bentuk saja—di luar dari itu ia harus menciptakan pemikiran-pemikiran yang indah; dan segera ia akan dengan dirinya sendiri mendapati bahwa keindahan dari satu bentuk terhubung kepada keindahan yang lain; dan kemudian jika keindahan dari bentuk yang umum adalah pengejarannya, betapa bodoh ia untuk tidak mengenali bahwa keindahan di dalam setiap bentuk adalah dan selalu sama! Dan ketika ia menyadari ini ia akan mengabaikan cintanya yang hebat kepada satu hal, yang ia akan pandang hina dan ia anggap kecil, dan akan menjadi seorang pecinta kepada semua bentuk keindahan; di dalam tingkatan lebih lanjut ia akan mempertimbangkan bahwa keindahan pikiran lebih terhormat daripada keindahan bentuk luar. Sehingga jika suatu jiwa yang baik memiliki hanya sedikit keindahan, ia akan mencintai dan merawatnya, sampai ia merenungkan dan melihat keindahan lembaga-lembaga dan hukumhukum, dan untuk memahami bahwa keindahan dari semua mereka berasal dari satu keluarga, dan bahwa keindahan badan adalah sebuah hal yang remeh; dan setelah hukum-hukum dan lembaga-lembaga ia akan pergi kepada ilmu-ilmupengetahuan, supaya ia mungkin melihat keindahan mereka, menjadi bukan seperti seorang budak yang jatuh cinta dengan keindahan seorang muda atau orang dewasa atau lembaga, sementara ia sendiri seorang budak yang rendah dan berpikiran sempit, tetapi maju dan merenungkan lautan keindahan yang sangat luas, ia akan menciptakan banyak pemikiran dan rencana yang indah dan terhormat di dalam cinta yang tidak terbatas kepada kebijaksanaan; sampai di pantai itu ia tumbuh dan berkembang kuat, dan di penglihatan akhir terbukakan kepadanya sebuah ilmu-pengetahuan, yaitu ilmu-pengetahuan tentang keindahan di semua tempat. Kepada ini aku akan melanjutkan; silakan berikan kepadaku perhatianmu yang paling baik: ‘Ia yang telah diajari sejauh ini di dalam hal-hal cinta, dan ia yang telah belajar untuk melihat keindahan demi tujuan pasti dan pergantian, ketika ia mendatangi akhir ia akan secara tiba-tiba mendapati sebuah keindahan yang dahsyat, dan ini, Socrates, adalah penyebab akhir dari semua perjalanan kita yang di depan— sebuah alamiah yang di tempat pertama adalah selama-lamanya, tidak tumbuh ataupun memudar, tidak membesar ataupun mengecil; ke dua, tidak indah di satu titik pandang dan jelek di titik pandang lain, seperti jika indah untuk beberapa dan jelek untuk yang lain, atau di keserupaan dari sebuah wajah atau tangan atau apapun bentuk lain bagian dari badan, atau di dalam bentuk perkataan atau pengetahuan, atau ada di dalam keberadaan yang lain, sebagai contoh, di dalam seekor binatang, atau di dalam langit, atau di dalam tanah, atau di dalam tempat manapun; tetapi keindahan yang hakiki, terpisah, sederhana, dan selamalamanya, dan tanpa pengurangan atau peningkatan, atau perubahan apapun, tidak menjadi bagian dari hal yang tumbuh dan keindahan yang akan musnah dari semua hal lain. Ia yang dari hal-hal ini mendaki di bawah pengaruh cinta sejati, memulai untuk mengenali keindahan itu, tidak lagi jauh dari akhir. Dan perintah perjalanan yang benar, atau tertuntun oleh yang lain, kepada hal-hal cinta, dimulai



dari keindahan bumi dan gunung-gunung tinggi demi keindahan yang lain itu, menggunakan hal-hal ini sebagai anak-anak tangga saja, dan dari satu menuju kepada yang dua, dan dari yang dua kepada semua bentuk yang indah, dan dari bentuk yang indah kepada pekerjaan yang indah, dan dari pekerjaan-pekerjaan yang indah kepada pengertian-pengertian yang indah, sampai dari pengertianpengertian yang indah ia tiba di pengertian keindahan hakiki, dan di akhir ia mengetahui apa inti-sari keindahan.’ ‘Ini, Socrates-ku sayang,’ kata orang asing dari Mantinea, ‘adalah kehidupan yang harus dilalui oleh seorang manusia di atas semua hal lain, di dalam perenungan keindahan hakiki; sebuah keindahan yang jika kamu pandang sekali, kamu akan memandang bukan dengan ukuran emas, dan pakaian-pakaian, dan laki-laki dan perempuan muda, yang kehadirannya sekarang memesonakanmu; dan kamu dan banyak yang lain akan senang untuk hidup dengan memandangi mereka saja dan bercakap-cakap bersama mereka tanpa makanan ataupun minuman, jika itu mungkin— kamu hanya ingin memandangi dan bersama mereka. Tetapi bagaimana jika orang memiliki mata untuk melihat keindahan sejati—keindahan yang suci, maksud aku, murni dan jernih dan tidak tercampur, tidak ternodai oleh pengotoran-pengotoran dari yang bisa mati dan semua warna dan kesia-siaan hidup manusia—ke sini mereka memandang, dan bercakap-cakap dengan keindahan sejati sederhana dan suci? Ingatlah bagaimana di dalam perjamuan itu saja, memandang keindahan dengan mata pikiran, ia akan menjadi mampu melahirkan, bukan hanya gambaran-gambaran keindahan, tetapi kenyataan-kenyataan (karena ia bukan memandang gambaran tetapi sebuah kenyataan), dan melahirkan dan merawat kebaikan sejati untuk menjadi teman sang dewa dan menjadi abadi, jika mati manusia mungkin. Akankah itu menjadi hidup yang bisa diabaikan?’ Demikianlah, Phaedrus—dan aku berbicara bukan hanya kepadamu, tetapi kepada semua kalian—kata-kata dari Diotima; dan aku teryakinkan oleh kebenaran mereka. Dan yakin kepada mereka, aku mencoba membuat yakin orang lain, bahwa di dalam perolehan akhir ini manusia tidak akan secara mudah menemukan satu penolong lebih baik daripada cinta: dan karena itu, juga, aku katakan bahwa setiap orang harus menghormati ia sebagaimana aku sendiri menghormati ia, dan mengajak yang lain untuk melakukan sama, dan memuji kekuatan dan semangat cinta berdasarkan kepada ukuran kemampuan diriku kini dan sampai kapanpun. Kata-kata yang telah aku bicarakan, kamu, Phaedrus, mungkin memanggilnya sebagai sebuah encomium kepada cinta, atau apapun yang lain yang kamu suka. Ketika Socrates selesai berbicara, teman-teman bertepuk tangan, dan Aristophanes sedang memulai untuk mengatakan sesuatu di dalam menjawab sindiran Socrates terhadap pidatonya, ketika secara tiba-tiba ada sebuah ketukan



keras di pintu rumah, seperti para periang, dan terdengar suara dari seorang gadis pemain flute. Pergi dan lihatlah, Agathon berkata kepada para pelayan; jika mereka temanteman kita, ia berkata, undang mereka masuk, tetapi jika bukan, katakan bahwa acara minum telah selesai. Beberapa saat kemudian mereka mendengar suara Alcibiades menggema di dalam aula; ia di dalam keadaan sangat mabuk, dan menggeram dan berteriak, Di mana Agathon? Tuntun aku kepada Agathon, dan beberapa saat kemudian, didukung oleh gadis pemain flute dan beberapa pembantunya, ia mendapatkan jalan kepada mereka. Hail, Teman-teman, ia berkata, tampak di pintu dengan bermahkota garland yang besar dari ivy dan violet, kepalanya penuh dengan ribands. Akankah kalian megharapkan seorang mabuk sebagai teman dari para pengganggu kalian? Atau haruskah aku memahkotai Agathon, yang merupakan tujuan diriku datang, dan kemudian pergi? Karena aku tidak bisa datang kemarin, dan karena itu aku datang hari ini, membawa di kepalaku ribands, supaya mengambil mereka dari kepalaku sendiri, aku mungkin memahkotai kepala dari yang paling tampan dan paling bijaksana dari orangorang ini, sebagaimana aku mungkin dibiarkan menyebut ia. Akankah kalian menertawaiku karena aku sedang mabuk? Bahkan aku sangat baik mengetahui bahwa aku membicarakan kebenaran, walaupun kalian mungkin akan tertawa. Tetapi pertama beri tahukan aku; jika aku masuk akankah kita memiliki pemahaman kepada yang aku bicarakan (supra Akankah kalian menerima seorang yang sangat mabuk? dan sebagainya.)? akankah kalian minum dengan aku ataukah tidak? Teman-teman riuh-rendah di dalam memohon bahwa ia akan mengambil tempatnya di antara mereka, dan Agathon secara khusus mengundangnya. Sementara itu ia dituntun oleh orang-orang yang bersamanya; dan ketika ia dituntun, bermaksud memahkotai Agathon, ia mengambil ribands dari kepalanya sendiri dan memandangi mereka di depan wajahnya; ia karena itu tercegah dari melihat Socrates, yang memberi jalan untuknya, dan Alcibiades mengambil tempat luang di antara Agathon dan Socrates, dan di dalam mengambil tempat tersebut ia memeluk Agathon dan memahkotainya. Lepaskan sandalnya, kata Agathon, dan biarkan ia menjadi yang ke tiga di dipan yang sama. Dengan segala maklum; tetapi siapa yang menjadi pasangan yang ke tiga di dalam kebersamaan kita? kata Alcibiades, membalik dan hendak bangun ketika melihat Socrates. Demi Heracles, ia berkata, apa ini? di sini Socrates berbaring menungguku, dan selalu, sebagaimana jalan ia, datang kepada macam-macam tempat yang tidak terduga: dan sekarang, apa yang kamu miliki untuk kamu



sendiri katakan, dan mengapa kamu berbaring di sini, di tempat aku melihatmu mendapatkan sebuah tempat, bukan di samping seorang pelucu atau pecinta kelucuan, seperti Aristophanes, tetapi dengan teman yang paling tampan? Socrates berbalik kepada Agathon dan berkata: Aku harus memintamu untuk melindungiku, Agathon; karena hasrat orang ini telah tumbuh menjadi hal yang bersungguh-sungguh kepadaku. Sejak aku menjadi pengagumnya aku tidak pernah dibiarkan untuk berbicara kepada orang tampan yang lain, atau sebanyak sebagaimana memandangi mereka. Jika aku melakukan, ia menjadi liar dengan iri dan cemburu, dan bukan hanya mengataiku tetapi bisa secara keras menjatuhkan tangannya kepadaku, dan di saat ini ia mungkin melakukan beberapa kekerasan kepadaku. Silakan lihatlah kepada ini, dan halangi aku kepadanya, atau, jika ia berusaha melakukan kekerasan, lindungi aku, sebagaimana aku kini di dalam takut secara badan kepada keinginankeinginannya yang gila dan berhasrat. Tidak akan pernah ada perukunan antara kamu dan aku, kata Alcibiades; tetapi untuk saat ini aku akan menghalau manteramu. Dan aku harus memohon kepadamu, Agathon, untuk memberikan kembali kepadaku beberapa riband supaya aku mungkin memahkotai kepala ajaib dari raja-kejam semesta ini—aku tidak ingin ia mengeluhkan aku memahkotaimu, dan mengabaikannya, yang di dalam percakapan adalah penakluk semua manusia; dan ini bukan hanya satu kali, sebagaimana kamu di hari sebelum kemarin, tetapi selalu. Setelah itu, mengambil beberapa riband, ia memahkotai Socrates, dan berbaring kembali. Kemudian ia berkata: kalian tampak, teman-temanku, sangat sadar, yang bukan sesuatu yang bisa dibiarkan; kalian harus minum—karena itu adalah persetujuan yang di bawahnya aku terima—dan aku memilih diriku sebagai tuan perjamuan sampai kalian semua cukup mabuk. Biarkan kita memiliki sebuah goblet besar, Agathon, atau lebih, ia berkata, menghadap ke pembantu, bawakan aku pendingin-anggur itu. Pendingin-anggur yang matanya lihat tersebut adalah sebuah bejana yang menampung lebih dari dua quart—ini ia isi dan kosongkan, dan meminta pembantu isi lagi untuk Socrates. Lihatlah, teman-temanku, kata Alcibiades, bahwa muslihat licik dariku ini tidak akan memberikan pengaruh di Socrates, karena ia bisa minum sejumlah apapun anggur dan tidak sama sekali mendekati menjadi mabuk. Socrates meminum isi piala yang pembantu isikan untuknya. Eryximachus berkata: Apa ini, Alcibiades? Kita tidak akan bercakap-cakap juga tidak bernyanyi di piala-piala kita; tetapi minum secara sederhana seolah-olah jika kita haus?



Alcibiades menjawab: Hail, anak terhormat dari seorang tuan yang terhormat dan paling bijaksana! Sama untukmu, kata Eryximachus, tetapi apa yang harus kita lakukan? Itu aku serahkan kepadamu, kata Alcibiades. ‘Sang dokter bijaksana mengerjakan luka-luka kita kepada sembuh’ akan menjelaskan dan kita akan mematuhi. Apa yang kamu ingini? Baik, kata Eryximachus, sebelum kamu tampak kami telah melalui sebuah persetujuan bahwa setiap orang dari kami di dalam urutan, melingkar dari kiri ke kanan, harus membuat pidato di dalam pujian kepada cinta, dan mengagungkan namanya: dan sebagai semua dari kami telah berbicara, dan kamu belum berbicara tetapi telah mengeringkan pialamu, kamu harus berbicara, dan kemudian serahkan kepada Socrates tugas apapun yang kamu suka, dan ia kepada tetangganya di sisi kanan, dan demikian seterusnya. Itu baik, Eryximachus, kata Alcibiades; dan bahkan perbandingan pidato seorang yang mabuk dengan mereka yang sadar akan sukar adil; dan aku akan suka untuk mengetahui, teman manis, jika kamu benar-benara percaya kepada apa yang Socrates baru saja katakan; karena aku bisa membuatmu yakin bahwa kebalikan dari itu yang benar, dan bahwa jika aku memuji siapapun selain dirinya sendiri di saat ia hadir, dewa ataupun manusia, ia akan secara sukar menahan tangannya dariku. Memalukan, kata Socrates. Tahan lidahmu, kata Alcibiades, karena demi Poseidon, tidak ada satupun yang akan aku puji ketika kamu ada di dalam kumpulan. Baiklah kemudian, kata Eryximachus, jika kamu suka memuji Socrates. Apa yang kamu pikirkan, Eryximachus? kata Alcibiades: haruskah aku menyerangnya dan menjatuhkan hukuman tersebut di hadapan kalian semua? Apa yang akan kamu lakukan? kata Socrates; apakah kamu mau membangkitkan tawa terhadapku? Apakah itu arti dari pujianmu? Aku hendak membicarakan kebenaran, jika kamu akan mengizinkan aku. Aku bukan hanya mengizinkan, tetapi memintamu untuk membicarakan kebenaran. Kemudian aku akan memulai sekali ini, kata Alcibiades, dan jika aku mengatakan apapun yang tidak benar, kamu mungkin menyelaku jika kamu ingin, dan



mengatakan ‘itu sebuah kebohongan,’ walaupun tujuanku untuk membicarakan kebenaran. Tetapi kamu harus tidak heran jika aku berbicara bagaimanapun sebagaimana hal-hal datang ke dalam pikiranku; karena kefasihan dan runtutan yang baik dari semua keistimewaanmu bukanlah sebuah tugas yang mudah untuk seorang yang di dalam keadaanku. Dan sekarang, anak-anak-mudaku, aku harus memuji Socrates di dalam sebuah figur yang akan tampak kepadanya sebagai sebuah karikatur, dan bahkan aku berbicara, bukan untuk melucuinya, tetapi hanya demi kebenaran. Aku katakan, bahwa ia secara tepat seperti patung-patung Silenus, yang dipasang di warungwarung patung, memegang pipa dan flute di dalam mulut mereka; dan mereka dibuat berlubang di tengah, dan memiliki gambar para dewa di dalam mereka. Aku juga berkata bahwa ia seperti Marsyas si satyr. Kamu sendiri tidak akan membantah, Socrates, bahwa wajahmu seperti satyr itu. Ya, dan ada persamaan di titik-titik lain juga. Misalnya, kamu penggertak, sebagaimana aku bisa buktikan dengan saksi-saksi, jika kamu akan tidak mengaku. Dan bukankah kamu pemain flute? Itulah kamu, dan seorang penampil yang lebih menakjubkan daripada Marsyas. Ia melakukan dengan alat-alat musiknya untuk memesonakan jiwa-jiwa manusia dengan kekuatan nafasnya, dan para pemain musiknya masih melakukan demikian: karena melodi-melodi Olympus berasal dari Marsyas yang mengajari mereka, dan musik-musik ini, mereka dimainkan oleh seorang ahli ataupun oleh seorang gadis-flute yang menyedihkan, memiliki sebuah kekuatan yang tidak dimiliki oleh yang lain; mereka saja yang menguasai jiwa-jiwa dan membuka keinginan-keinginan dari mereka yang memiliki kebutuhan kepada para dewa dan misteri-misteri, karena mereka suci. Tetapi kamu menghasilkan pengaruh yang sama hanya dengan kata-katamu, dan tidak mensyaratkan flute: itu perbedaan antara kamu dengannya. Ketika kami mendengar pembicara lain manapun, bahkan yang sangat baik, ia sama sekali tidak ada menghasilkan pengaruh kepada kami, atau tidak banyak, sementara potongan-potongan katakatamu, bahkan di tangan-ke-dua, dan diulangi secara tidak sempurna bagaimanapun, membuat takjub dan menguasai jiwa-jiwa setiap laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang datang mendengarkan mereka. Dan jika aku tidak takut bahwa kamu akan berpikir aku mabuk secara tidak tertolong, aku akan bersumpah sebagaimana berbicara tentang pengaruh yang selalu mereka miliki dan masih mereka miliki kepadaku. Karena ketika aku mendengar ia, aku lebih buruk daripada manapun para periang Corbantia itu, jantungku melompat bersamaku dan mataku hujan air mata mendengar perkataannya. Dan aku mengamati bahwa banyak yang lain yang terpengaruh di dalam cara yang sama. Aku telah mendengar Pericles dan para ahli pidato besar yang lain, dan aku berpikir bahwa mereka berbicara dengan baik, tetapi aku tidak pernah mendapatkan perasaan yang serupa; jiwaku tidak terarahkan oleh mereka, juga tidak aku marah karena keadaanku yang terbudakkan. Tetapi Marsyas ini telah sering membawaku kepada sebuah batas demikian, sehingga aku merasakan jika



aku secara sukar menjalani kehidupan yang aku lalui. Ini, Socrates, kamu akan terima; dan aku yakin bahwa jika aku tidak menutup telingaku melawannya, dan pergi sebagaimana dari suara tanda bahaya, nasibku akan sama seperti yang lainnya itu,—ia akan merubah keseluruhan diriku, dan aku akan tumbuh tua duduk di kakinya. Karena ia membuatku yakin bahwa aku harus tidak menjalani hidup sebagaimana aku lakukan, mengabaikan kebutuhan-kebutuhan jiwaku, dan menyibukkan diriku sendiri dengan memperhatikan orang-orang Athena; karena itu aku menutup telingaku dan merobek diriku menjauhinya. Dan ia saja satu orang yang pernah membuatku merasa malu, yang mungkin kalian pikir bukan sifat diriku, dan tidak ada yang lain yang pernah melakukan hal yang sama demikian. Karena aku tahu bahwa aku tidak bisa menjawabnya atau mengatakan bahwa aku harus tidak melakukan apa yang ia minta, tetapi ketika aku meninggalkan kehadirannya cinta kepada kemasyhuran semakin membaik kepadaku. Dan karena itu aku lari dan melarikan diri darinya, dan ketika aku melihatnya aku malu tentang apa yang telah aku akui kepadanya. Telah banyak aku mengharapkan supaya ia mati, dan bahkan aku harus lebih menyesal daripada berbahagia, jika ia mati: sehingga aku ada di ujung kesabaranku. Dan ini adalah apa yang aku dan banyak yang lainnya derita dari permainanflute satyr ini. Bahkan dengarkan aku sekali lagi sementara aku mempertunjukkan betapa nyata patung tersebut, dan betapa menakjubkan kekuatannya. Karena biarkan aku memberitahukan kalian; tidak satupun dari kalian yang mengenal ia; tetapi aku akan menyingkapkan ia kepada kalian; setelah memulai, aku harus melanjutkan. Kalian lihat bagaimana ia suka kepada yang tampan? Ia selalu bersama mereka dan selalu didekati oleh mereka, dan kemudian lagi ia tidak mengetahui apa-apa dan jahil kepada semua hal— demikian penampilan yang selalu ia kenakan. Bukankah ia seperti Silenus di dalam ini? Yakin ia demikian: topeng luarnya berukir kepala Silenus; tetapi, wahai teman-temanku di dalam minum, ketika ia dibuka, perasaan apa yang menempati bagian dalamnya! Ketahuilah oleh kalian bahwa semua keindahan yang mungkin dimiliki oleh manusia tidaklah berarti apa-apa untuknya, ia merendahkan mereka lebih daripada yang bisa dibayangkan oleh siapapun dari kalian: kehormatan dan harta, yang kepadanya banyak yang mengagumi, bukanlah bisa diperhitungkan dengan ia, dan secara lantang terendahkan oleh ia: ia tidak menghargai sama sekali orang-orang yang dikaruniai dengan mereka; manusia bukanlah apa-apa untuknya; seluruh hidupnya dihabiskan di dalam mengejek dan mencemooh mereka. Tetapi ketika aku membuka ia, dan melihat tujuan yang bersungguh-sungguh di dalamnya, aku melihat di dalamnya patungpatung suci yang terbuat dari emas dengan keindahan memukau sehingga aku siap setiap saat kepada apapun yang Socrates perintahkan: mereka mungkin lepas dari pengamatan orang-orang lain, tetapi aku melihat mereka. Sekarang aku meyakini bahwa ia secara bersungguh-sungguh terpukau kepada ketampanan diriku, dan aku berpikir karena itu bahwa aku seharusnya memiliki sebuah



kesempatan yang besar mendengarkan ia memberitahukan apa yang ia ketahui, karena aku sangat yakin kepada kemudaanku yang menarik. Di dalam pelaksanaan rencana ini, ketika aku pergi ke sisinya, aku menyuruh pergi pembantu yang biasa menemaniku: Aku akan mengakui keseluruhan kebenaran, dan memohon kepada kalian untuk mendengarkan; dan jika aku berbicara secara salah, kamu lakukanlah, Socrates, tampakkan kesalahan tersebut. Baik, ia dan aku sedang sendirian bersama-sama, dan aku berpikir bahwa ketika tidak ada orang lain bersama kami, aku haruslah mendengarkan ia berbicara di dalam bahasa yang para pecinta gunakan kepada yang mereka cintai ketika mereka sendirian, dan aku tercerahkan. Tidak ada yang demikian; ia bercakap-cakap seperti biasa, dan menghabiskan hari tersebut bersamaku dan kemudian pergi. Setelah itu aku menantangnya ke palaestra; dan ia bergulat dan berdekatan denganku beberapa kali ketika tidak ada orang yang hadir; aku yakin bahwa aku bisa berhasil di dalam cara ini. Tidak sedikitpun; aku tidak menemukan jalan dengan ia. Terakhir, karena aku gagal sampai saat itu, aku berpikir bahwa aku harus mengambil penekananan-penekanan yang lebih kuat dan menyerang ia secara berani, dan, sebagaimana aku telah memulai, tidak membiarkan ia lepas, tetapi melihat bagaimana persoalan-persoalan tersebut berdiri di antara ia dan aku. Sehingga aku mengundang ia untuk makan malam denganku, seolah-olah ia seorang anak muda yang tampan, dan aku seorang pecinta yang memiliki rencana. Ia tidak secara mudah terajak untuk datang; ia datang, bagaimanapun, setelah beberapa lama menerima undangan tersebut, dan ketika ia pertama kali datang, ia ingin pergi segera setelah acara makan selesai, dan aku tidak memiliki wajah untuk mencegahnya. Di saat ke dua, masih di dalam pengejaran rencanaku, setelah kami makan, aku bercakap-cakap sampai jauh malam, dan ketika ia ingin pergi, aku berpura-pura bahwa waktu telah larut dan ia lebih baik tinggal. Sehingga ia berbaring di dipan di sebelahku, sama seperti ketika ia makan denganku, dan tidak ada siapapun kecuali kami yang tidur di dalam apartemen. Semua ini mungkin diceritakan tanpa malu kepada siapapun. Tetapi apa yang mengikuti aku bisa secara sukar memberitahukan kalian jika saja aku sedang sadar. Bahkan sebagaimana kata pepatah, ‘In vino veritas,’ bersama orang-orang muda, ataupun tanpa mereka; dan karena itu aku harus berbicara. Tidak juga, lagi, aku bisa dibenarkan di dalam menyembunyikan tindakan-tindakan mulia dari Socrates ketika aku datang untuk memuji ia. Terlebih lagi aku telah merasai bisa sang ular; dan ia yang menderita, sebagaimana mereka katakan, hanya akan bersedia mengatakan kepada sesamanya penderita, sebagaimana hanya mereka saja yang paling bisa mengerti ia, dan tidak akan keterlaluan di dalam menilai perkataanperkataan atau perbuatan-perbuatan yang telah berlaku dari penderitaannya. Karena aku telah disengat oleh lebih daripada gigi ular; aku telah mengetahui di dalam jiwaku, atau di dalam jantungku, atau di dalam beberapa bagian yang lain, kepedihan yang paling buruk, lebih menyakiti di dalam orang muda yang berbakat daripada yang dari gigi ular manapun, kepedihan dari filsafat, yang akan membuat seorang mengatakan atau melakukan apapun. Dan kalian yang aku lihat



di sekelilingku, Phaedrus dan Agathon dan Eryximachus dan Pausanias dan Aristodemus dan Aristophanes, semua kalian, dan aku tidak perlu mengatakan Socrates sendiri, telah memiliki pengalaman tentang kegilaan dan keinginan yang sama di pengejaran kalian kepada kebijaksanaan. Karena itu dengarkan dan maklumi perbuatan-perbuatanku yang dahulu dan kemudian perkataanperkataanku yang sekarang. Tetapi biarkan para pelayan dan orang-orang kurang sopan dan kotor yang lainnya untuk menutup telinga-telinga mereka. Ketika lampu dikeluarkan dan para pelayan telah pergi, aku berpikir bahwa aku harus benar bersamanya dan tidak lagi kurang jelas. Sehingga aku mengguncang ia, dan aku berkata: ‘Socrates, apakah kamu tidur?’ ‘Tidak,’ ia berkata. ‘Apakah kamu tahu apa yang sedang aku renungkan?’ ‘Apa yang sedang kamu renungkan?’ ia berkata. ‘Aku berpikir,’ aku menjawab, ‘bahwa dari semua pecinta yang pernah aku miliki hanya kamu yang berharga untukku, dan kamu tampak terlalu diam untuk berbicara. Sekarang aku merasa bahwa aku harus bodoh untuk menolakmu kini atau kebaikan manapun yang lain, dan karena itu aku datang untuk berbaring di kakimu semua yang aku miliki dan semua yang teman-temanku miliki, di dalam harapan bahwa kamu akan membantuku di dalam jalan kebaikan, yang aku ingini di atas semua hal lain, dan yang aku percaya kamu bisa menolongku lebih baik daripada siapapun yang lain. Dan aku tentu saja harus memiliki alasan untuk malu kepada apa yang akan dikatakan oleh orang-orang bijaksana jika aku menolak kebaikan kepada satu yang semacam kamu, daripada apa yang dunia, yang paling banyak orang-orang bodoh, akan katakan jika aku menyerahkannya.’ Kepada kata-kata ini ia menjawab di dalam cara ironis yang merupakan ciri dirinya:—'Alcibiades, temanku, kamu sungguh memiliki sifat yang tinggi jika apa yang kamu katakan benar; secara nyata kamu haruslah melihat di dalam diriku beberapa keindahan langka dari macam yang secara benar lebih tinggi daripada yang aku lihat di dalam dirimu. Dan karena itu, jika kamu bermaksud berbagi bersamaku dan menukarkan keindahan dengan keindahan, kamu akan mendapatkan keberuntungan yang sangat besar dariku; kamu akan memeroleh keindahan sejati di dalam pembalasan untuk penampilan—seperti Diomede, emas di dalam pertukaran dengan perunggu. Tetapi pandanglah lagi, temanku yang manis, dan lihatlah jika kamu tertipu di dalam diriku ataukah tidak. Pikiran tumbuh menajam ketika mata badaniah telah gagal, dan masih lama lagi sebelum kamu menua.’ Mendengar ini, aku berkata: ‘Aku telah memberitahukanmu tujuanku, yang cukup bersungguh-sungguh, dan kamu lakukanlah mempertimbangkan apa yang kamu pikir paling baik untuk kamu dan aku.’ ‘Itu baik,’ ia berkata, ‘di suatu saat nanti kemudian kita akan mempertimbangkan dan bersikap sebagaimana yang tampak paling baik tentang ini dan tentang persoalan-persoalan yang lain.’ Sementara itu, aku meyakini bahwa ia telah terhantam, dan bahwa kata-kata yang telah aku utarakan seperti panah-panah telah melukainya, dan sehingga tanpa menunggu untuk mendengar lebih aku bangkit, dan membentangkan jubahku kepadanya, waktu di tahun itu



adalah musim dingin, aku merangkak ke bawah jubahnya yang usang; dan di sana aku berbaring di sepanjang malam memiliki monster ini di pelukanku. Ini lagi, Socrates, akan tidak tersangkal olehmu. Dan bahkan, sekalipun demikian semua, ia terlalu lebih tinggi daripada permintaanku, sangat merendahkan dan mengejek dan menghinakan ketampananku—yang secara nyata, sebagaimana aku yakin, memiliki beberapa daya tarik—dengarkanlah, wahai para juri, karena kalian harus menjadi juri kepada kebaikan yang tinggi dari Socrates—tidak ada lebih yang terjadi, tetapi di pagi ketika aku terbangun (biarkan semua dewa dan dewi menjadi saksi untukku) aku bangun sebagaimana bangun dari dipan seorang ayah atau kakak laki-laki. Apa yang kalian anggap sebagai perasaanku, setelah penolakan ini, kepada pemikiran tentang ketidak-terhormat-an diriku sendiri? Bahkan aku tidak bisa membayangkan perasaan alamiahnya dan kegigihan-diri dan ke-laki-laki-an-nya. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku bisa bertemu dengan seorang semacam ia di dalam kebijaksanaan dan ketahanan. Dan karena itu aku tidak bisa marah kepadanya atau menolak kebersamaan-nya, lebih daripada aku bisa berharap memenanginya. Karena aku mengetahui bahwa jika Ajax tidak bisa terluka oleh baja, demikian juga ia dengan uang; dan satu kesempatanku yang tersisa yaitu ketampananku juga telah gagal. Sehingga aku ada di batas kesabaranku; tidak satupun yang pernah tanpa harapan terbudakkan oleh yang lain. Semua ini terjadi sebelum ia dan aku pergi di perjalanan ke Potidaea; di sana kami tinggal di asrama yang sama, dan aku memiliki kesempatan mengamati kekuatannya yang luar biasa melawan lelah. Ketahanannya secara sederhana menakjubkan ketika, terputus dari bantuan persediaan kami, kami harus pergi mencari makanan—di beberapa keadaan, yang seringkali terjadi di masa perang, ia lebih tinggi bukan hanya dari aku tetapi dari setiap orang; tidak ada satu yang bisa dibandingkan dengan ia. Bahkan di sebuah perayaan ia seorang saja yang memiliki kekuatan nyata untuk menikmati, walaupun tidak berkeinginan untuk minum, ia bisa mengalahkan kami semua jika ia mau,—menakjubkan untuk diceritakan! tidak satupun manusia yang pernah melihat Socrates mabuk; dan kekuatannya akan telah lama teruji. Ketabahannya di dalam menahan dingin juga mengejutkan. Pernah ada sebuah kebekuan yang dahsyat, karena musim dingin di daerah itu sangat hebat, dan semua orang yang lain tinggal di dalam ruangan, atau jika mereka keluar mengenakan sejumlah pakaian yang sangat banyak, dan bersepatu baik, dan kaki mereka terbalut lakan dan bulu domba: di tengah-tengah ini, Socrates dengan kaki telanjang di atas es dan mengenakan pakaian biasa berbaris lebih baik daripada tentara yang lain yang mengenakan sepatu, dan mereka memandang tajam kepadanya karena ia tampak mengabaikan mereka. Aku telah menceritakan kepada kalian satu kisah, dan sekarang aku harus menceritakan yang lain, yang berharga untuk didengarkan, ‘Tentang perbuatan-



perbuatan dan penderitaan-penderitaan dari manusia yang bertahan’ sementara ia di perjalanan. Suatu pagi ia sedang berpikir tentang sesuatu yang tidak bisa ia pecahkan; ia tidak ingin melepaskannya, tetapi melanjutkan berpikir dari awal pagi sampai sore—di sana ia berdiri berpikir; dan di saat sore perhatian tertuju kepadanya, dan berita menjalar dari keramaian yang heran bahwa Socrates telah berdiri dan berpikir tentang sesuatu sejak dari awal pagi. Di akhir, di dalam malam setelah makan malam, beberapa orang Ionia tidak bisa menahan rasa ingin tahu (Aku harus menjelaskan bahwa ini bukan musim dingin tetapi musim panas), mereka membawa kasur-kasur mereka dan tidur di udara terbuka supaya mereka mungkin mengamati dan melihat jika ia akan berdiri sepanjang malam. Di sana ia berdiri sampai pagi berikutnya; dan dengan cahaya yang kembali datang ia bersembahyang kepada matahari, dan kemudian pergi. Aku juga akan menceritakan, jika kalian suka—dan benar-benar harus aku ceritakan—tentang keberaniannya di dalam perang; karena siapa selain ia yang menyelamatkan hidupku? Aku sedang terluka dan ia tidak meninggalkan aku, ia menyelamatkan baju perang dan diriku. Sekarang ini adalah pertempuran yang di dalamnya aku menerima hadiah keberanian yang para jenderal ingin berikan kepadaku sebagian karena kedudukan diriku, dan aku memberitahukan mereka demikian, (ini, lagi, Socrates tidak akan jatuhkan atau sangkal), tetapi ia lebih berkeinginan daripada para jenderal bahwa aku dan bukan ia yang harus menerima hadiah tersebut. biarkan aku ceritakan kepada kalian, sebuah kejadian lain yang perilakunya sangat bisa dikenang—di pelarian pasukan setelah peperangan Delium, tempat ia bertugas di antara pasukan hoplite,—aku memiliki kesempatan yang lebih baik untuk melihat ia daripada di Potidaea, karena aku mengendarai kuda, dan dengan demikian lebih jauh dari bahaya. Ia dan Laches sedang bergerak mundur, karena pasukan di dalam pelarian, dan aku bertemu dengan mereka dan memberitahukan mereka untuk tidak menjadi takut, dan berjanji untuk tinggal bersama mereka; dan di sana kamu mungkin melihatnya, Aristophanes, sebagaimana kamu gambarkan, ia seolah-olah ada di jalan-jalan Athena, mematung seperti seekor pelikan, dan memutar-mutarkan matanya, secara tenang menatapi para musuh sebagaimana teman-teman, dan membuat sangat jelas kepada siapapun, bahkan dari kejauhan, bahwa siapapun yang menyerangnya akan bertemu dengan sebuah pertahanan yang dahsyat; dan di dalam jalan ini ia dan teman-temannya lolos— karena inilah macam orang yang tidak pernah tersentuh di dalam perang; mereka mengejar yang lainnya karena mereka melarikan diri. Aku terutama mengamati betapa lebih tinggi ia kepada Laches di dalam penilaianku. Banyak keajaiban yang mungkin aku ceritakan di dalam pujian kepada Socrates; paling banyak dari jalan ia mungkin sejajar di dalam orang lain, tetapi ke-tidakserupa-an ia kepada manusia manapun ketika itu atau setelah itu sangat secara sempurna menakjubkan. Kalian mungkin membayangkan Brasidas dan yang lainnya untuk menyerupai Achilles; atau kalian mungkin membayangkan Nestor dan Antenor



untuk menyerupai Pericles; dan hal sama mungkin dikatakan kepada orang-orang terkenal yang lain, tetapi kepada makhluk aneh ini kamu tidak akan pernah menemukan keserupaan, betapa jauhpun, di antara manusia yang sekarang ada atau siapapun yang pernah ada—selain daripada yang aku ajukan yaitu Silenus dan para satyr; dan mereka terwakilkan di dalam sebuah gambaran bukan hanya dirinya sendiri, tetapi di kata-katanya. Karena, walaupun aku lupa menyebutkan ini kepada kalian dahulu, kata-katanya seperti patung-patung Silenus yang terbuka; mereka konyol ketika kalian pertama kali mendengar mereka; ia membalut dirinya di dalam bahasa yang seperti kulit satyr yang kasar—karena pembicaraannya tentang keledai-keledai pengangkut dan para tukang besi dan tukang-tukang sepatu dan para portir, dan ia selalu mengulangi hal-hal yang sama di dalam kata-kata yang sama, sehingga orang jahil atau tidak berpengalaman manapun mungkin merasa harus menertawakannya; tetapi ia yang membuka patung tersebut dan melihat apa yang di dalamnya akan menemukan bahwa hanya merekalah kata-kata yang memiliki arti di dalam mereka, dan juga yang paling suci, melimpah di dalam patung-patung dan kebaikan-kebaikan yang indah, dan dari pemahaman yang paling luas, atau lebih mencakupi keseluruhan tugas dari manusia yang terhormat dan baik. Ini, teman-teman, adalah pujianku kepada Socrates. Aku telah menambahkan penyalahanku kepadanya untuk perlakuan buruk ia kepadaku; dan ia masih memperlakukan buruk bukan hanya aku, tetapi Charmides anak Glaucon, dan Euthydemus anak Diocles, dan banyak yang lainnya di dalam jalan yang sama— memulai sebagai pecinta mereka ia mengakhiri dengan membuat mereka memusatkan perhatian kepadanya. Sementara aku katakan kepadamu, Agathon, ‘Jangan terpedaya oleh ia; belajarlah dari aku dan berhati-hatilah, dan jangan menjadi seorang yang bodoh dan belajar dari pengalaman, sebagaimana pepatah katakan.’ Ketika Alcibiades telah selesai, ada tawa kepada bicaranya yang lepas; karena ia tampak masih mencintai Socrates. Kamu sedang sadar, Alcibiades, kata Socrates, atau kamu tidak pernah akan jauh menyembunyikan tujuan dari puji-pujian para satyr-mu, karena semua cerita panjang ini hanyalah sebuah penghamburan kata-kata yang cerdik, yang titiknya masuk ketika ada di akhir jalan; kamu hanya ingin membangkitkan perseteruan antara aku dengan Agathon, dan pendapatmu bahwa aku harus mencintaimu dan tidak ada yang lain, dan bahwa kamu dan hanya kamu saja yang bisa mencintai Agathon. Tetapi alur dari drama Satiris atau Silenis ini telah terlacak, dan kamu harus tidak membiarkan ia, Agathon, untuk memisahkan kita. Aku percaya kamu benar, kata Agathon, dan aku diatur untuk berpikir bahwa tujuan ia di dalam menempatkan dirinya di antara kamu dan aku hanya untuk



memisahkan kita; tetapi ia tidak akan mendapatkan apapun dengan gerakan itu; karena aku akan pergi dan berbaring di dipan di sebelahmu. Ya, ya, Socrates menjawab, dengan senang hati datang dan berbaringlah di dipan di bawahku. Wa, kata Alcibiades, betapa aku terbodohi oleh orang ini; ia memutuskan untuk mendapatkan yang lebih baik daripada aku di setiap sisi. Aku memohon kepadamu, biarkan Agathon berbaring di antara kita. Tentu saja tidak, kata Socrates, sebagaimana kamu telah memujiku, dan aku di bagianku harus memuji tetanggaku di sisi kanan, ia tidak boleh memujiku lagi ketika ia harus dipuji olehku, karena aku memiliki keinginan yang besar untuk memuji orang muda tersebut. Hurrah! Agathon berteriak, aku akan bangun segera, supaya aku mungkin dipuji oleh Socrates. Cara yang biasa, kata Alcibiades; di mana Socrates berada, tidak ada satupun yang lain yang memiliki kesempatan dengan yang tampan; dan sekarang sengaja ia menemukan sebuah alasan yang terdengar bagus untuk menarik Agathon kepada dirinya sendiri. Agathon berdiri supaya ia mungkin mengambil tempatnya di dipan di sisi Socrates, ketika secara tiba-tiba sekumpulan periang masuk, dan merusakkan tujuan acara. Seseorang yang keluar telah membiarkan pintu terbuka, mereka menemukan jalan masuk, dan menjadikan diri mereka seolah-olah di rumah sendiri; terjadi kebingungan yang besar, dan setiap orang minum sangat banyak anggur. Aristodemus mengatakan bahwa Eryximachus, Phaedrus, dan yang lainnya telah pergi— ia sendiri tertidur, dan karena malam masih panjang ia beristirahat dengan baik: ia bangun di awal pagi oleh suara kokok ayam-ayam jantan, dan ketika ia bangun, yang lainnya masih tidur, atau telah pergi; ada tinggal hanya Socrates, Aristophanes, dan Agathon, yang minum dari sebuah goblet besar yang mereka edarkan dari kiri ke kanan, dan Socrates berbicara kepada mereka. Kepada paling banyak isi pembicaraan, Aristodemus tidak mengingatnya, karena ia melewatkan awalnya dan juga karena mengantuk; hal utama yang ia ingat yaitu Socrates memaksa dua yang lain untuk menerima bahwa yang cerdas di komedi sama dengan yang di tragedi, dan bahwa seniman sejati dari tragedi juga merupakan seniman komedi. Mereka terpaksa menerima, mereka telah mengantuk, dan tidak cukup mengikuti argumen tersebut. dan pertama dari semuanya Aristophanes jatuh, kemudian, ketika telah pagi, Agathon. Socrates, setelah membaringkan mereka untuk tidur, berdiri untuk berangkat; Aristodemus, sebagaimana biasa, mengikuti ia. Di Lyceum ia mandi, dan



melewati hari tersebut seperti biasa. Di malam hari ia pulang dan beristirahat di rumahnya sendiri.



Akhir Simposium.