Potensi Pengembangan Budidaya Ikan Betutu Di Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN BETUTU DI DESA TELUK DALAM, KECAMATAN KUALA INDRAGIRI, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU



OLEH:



SYAIFUL RAMADHAN HARAHAP, S.Pi, M.Si (1013068302) ANDI YUSAPRI, S.Pi, M.Si (1023037101) DWI SUSHANTY, S.Pi, M.Si. (1023017601)



LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI TEMBILAHAN 2014



HALAMAN PENGESAHAN



1. Judul



: Potensi Pengembangan Budidaya Ikan Betutu di Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.



2. Katagori Pengabdian



: Pengembangan Sumber Daya Manusia



3. Pelaksana Pelaksana a. Nama b. Jenis Kelamin c. Golongan/ NIDN d. Pangkat/ Fungsional e. Fakultas/ Program Studi f. Pusat Pengabdian



: : : : : :



4. Personalia a. Jumlah anggota b. Jumlah pembantu



: 2 : 3



5. Lokasi Kegiatan 6. Jumlah Dana 7. Sumber Dana



Syaiful Ramadhan Harahap, S.Pi, M.Si Laki-Laki III-b/ 1013068302 Penata Muda Tk I/Asisten Ahli Pertanian/ Budidaya Perairan Universitas Islam Indragiri



: Rumah Sekdes Teluk Dalam, Kec. Kuala Indragiri, Kab. Indragiri Hilir : 2.750.000,: Penelitian Dosen Pemula DIKTI Tahun 2014 Tembilahan, 5 Agustus 2014



TIM PELAKSANA



1. Ketua Pelaksana a. Nama b. NIDN/Golongan c. Pangkat/Jab. Fungsional d. Pekerjaan



: `Syaiful Ramadhan Harahap, S.Pi, M.Si : 1013068302 / III-b : Penata Muda Tk.I / Asisten Ahli : Dosen tetap Budidaya Perairan UNISI



2. Pelaksana 1 a. Nama b. NIDN/Golongan c. Pangkat/Jab. Fungsional d. Pekerjaan



: `Andi Yusapri, S.Pi, M.Si. : 1023037101 / III-c : Penata / Lektor : Dosen tetap Budidaya Perairan UNISI



3. Pelaksana 2 a. Nama b. NIDN/Golongan c. Pangkat/Jab. Fungsional d. Pekerjaan



: `Dwi Sushanty, S.Pi, M.Si : 1023017601 / III-c : Penata / Lektor : Dosen tetap Budidaya Perairan UNISI



4. Pelaksana 3 a. Nama b. NIDN/Golongan c. Pangkat/Jab. Fungsional d. Pekerjaan



: `Safroin : -/: -/: Mahasiswa Budidaya Perairan UNISI



5. Pelaksana 4 a. Nama b. NIDN/Golongan c. Pangkat/Jab. Fungsional d. Pekerjaan



: `Irawan : -/: -/: Mahasiswa Budidaya Perairan UNISI



6. Pelaksana 5 a. Nama b. NIDN/Golongan c. Pangkat/Jab. Fungsional d. Pekerjaan



: `Rafizal : -/: -/: Mahasiswa Budidaya Perairan UNISI



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis mengucapkan atas kehadirat Allah SWT atas semua nikmat yang telah diberikan-Nya, laporan pengabdian kepada masyarakat dengan judul ”Potensi Pengembangan Budidaya Ikan Betutu di Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau” bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk dapat mengoptimalkan potensi daerah mereka yang ada. Sebagaimana selama ini kecamatan Kuala Indragiri menjadi tempat pengumpulan ikan Betutu untuk ekspor ke negara tetangga. Harapan dari kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan terhadap masyarakat desa Teluk Dalam kecamatan Kuala Indragiri akan potensi ikan Betutu dan potensi pengembangannya. Demikianlah laporan pengabdian ini dibuat, semoga kegiatan pengabdian ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat desa Teluk Dalam kecamatan Kuala Indragiri akan potensi perikanan yang mereka miliki.



Tembilahan, 5 Agustus 2014



Penulis



DAFTAR ISI



Isi



Halaman



KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………. Perumusan Masalah…………………………………………………………...…



1 2



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………



4



BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT…………………………………………… Tujuan Kegiatan………………………………………………………...………. Manfaat Kegiatan…………………………………………………......................



7 7 7



BAB IV.



PEMECAHAN MASALAH……………………………………………



9



BAB V.



KHALAYAK SASARAN STRATEGIS……………………………… 10



BAB VI.



METODA KEGIATAN………………………………………………... 11



BAB VII. PELAKSANAAN DAN JADWAL KEGIATAN……………………… 12 BAB VIII. HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT………………… 13 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



BAB I. PENDAHULUAN



Daerah Riau memiliki sumberdaya perikanan yang baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sungai yang mengalir di daratan Riau serta banyaknya usaha budidaya perikanan darat. Salah satu ikan potensial dari Riau adalah ikan Betutu atau lebih dikenal dengan bahasa daerah sebagai ikan Bakut (Oxyeleotris marmoratus). Nama ikan betutu mungkin masih asing bagi sebagian orang. Namun sebenarnya ikan betutu termasuk salah satu jenis ikan yang sudah mendunia. Di dunia bisnis, ia disebut Gabus Malas, di Kalimantan dinamakan Bakukut, orang Cina menyebutnya Sun Hok, sedangkan dunia internasional menamainya marbled goby atau sand goby, sedangkan di Riau selain dikenal dengan ikan betutu, ikan malas atau ikan bodoh, juga disebut dengan nama ikan Bakut. Tidak seperti namanya, ikan betutu atau ikan malas ternyata mempunyai potensi ekonomi yang sangat tinggi. Negara pembeli bakut seperti malaysia, jepang dan singapura mengolah kulit ikan betutu menjadi minyak obat bagi pasien selepas operasi. Menu masakan ikan betutu telah masuk di kota-kota besar seperti Palembang, Medan, Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, dan Yogyakarta. Tarif menu ikan betutu di hotel-hotel berbintang berkisar antara Rp 250.000,00 – Rp 300.000,00 untuk satu porsi dengan ukuran 0,8 kg -1 kg. Sedangkan harga ikan betutu hidup di tingkat tengkulak atau brooker bervariasi antara Rp 75.000,00 – Rp 100.000,00 per kilogramnya.



Mahalnya harga ikan bakut karena cita rasanya lezat, dagingnya putih, empuk dan nyaris tidak bertulang. Hal ini sejalan dengan pedapat Rupawan, (2005) yang menyatakan ikan ini mempunyai citarasa yang istimewa, dagingnya tebal dan putih serta tulangnya sedikit. Daging ikan bakut yang rata-rata mengandung protein (9 22%), lemak (0,1 – 20%), mineral (1 – 3%), vitamin, lecithin, guanin dan sedikit mengandung kolesterol (Arif et al., 2009). Walaupun harga jual ikan bakut cukup tinggi (Rp100.000-Rp150.000/kg), namun resiko yang dihadapi juga tidak kalah besar. Selain proses pembesaran yang berlangsung lama, tingkat kematian ikan ini cukup tinggi. Desa Teluk Dalam kecamatan Kuala Indragiri kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah tempat penangkapan ikan bakut yang bernilai eksport, hampir dua hari sekali ikan bakut keluar dari daerah kecamatan Kuala Indragiri ke Batam sebagai gerbang keluar ikan bakut ke negara tentangga. Namun selama ini masyarakat hanya mengenal perikanan tangkap saja. Oleh karena itu perlu dilaksanakan penyuluhan potensi pengembangan budidaya ikan Betutu di Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau sebagai pengantar bagi masyarakat untuk bisa mengoptimalkan potensi yang ada.



PERUMUSAN MASALAH Selama ini ikan bakut kebutuhan akan permintaan pasar lokal maupun ekspor masih belum mencukupi, masih mengandalkan dari hasil tangkapan alam, sedangkan usaha pembudidayaan ikan ini bisa dikatakan belum ada. Belum ada informasi yang



lengkap tentang potensi perikanan yang lebih pada suatu daerah terutama di desa Teluk Dalam kecamatan Kuala Indragiri menjadi penghalang dalam mengoptimalkan potensi perikanan yang ada, terutama berkaitan dengan ikan Betutu. Oleh karena itu pengetahuan masyarakat akan potensi yang ada di daerahnya menjadi penting untuk melakukan optimalisasi potensi perikanan yang ada.



II. TINJAUAN PUSTAKA



Budidaya ikan adalah suatu usaha manusia untuk mengendalikan pertumbuhan ikan serta organisme air sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil yang lebih baik dari hasil yang diperoleh dari alam (Sumantadinata, 1988). Bila dikategorikan sistem pemeliharaan ikan (budidaya) tersebut dapat dibedakan menjadi 1) sistem intensif yaitu memanfaatkan luas kolam yang terbatas, padat penebaran yang tinggi dan pemberian pakan yang cukup bergizi, 2) sistem intensif yaitu pemeliharaan ikan di genangan ditambah



dengan beberapa masukan



dari petani



air alami dan buatan



seperti pupuk, kapur, pakan dan



pengolahan kolam dan 3) sistem ekstensif yaitu pemeliharaan ikan yang dilakukan dengan cara memanfaatkan genangan air dan menebari jenis ikan dan kemudian memanennya setelah jangka



waktu tertentu tanpa pemberian



pakan, pupuk dan pengolahan kolam



(Jangkaru, 1984). Di daerah Riau banyak kolam-kolam yang dibuat secara tidak sengaja, sehingga tidak memenuhi pengambilan



syarat kolam yang diinginkan, contohnya



tanah guna



kolam yang terjadi akibat



pengurukan suatu bangunan ataupun akibat



penambangan



sehingga dengan turunnya hujan lama kelamaan akan terjadi genangan air (Sedana, 2004). Selain itu di daerah Riau usaha budidaya ikan bukan saja dilakukan di kolam tetapi juga banyak di lakukan dalam



keramba yang ditempatkan di sungai, terutama bagi



masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai (Sukendi, 2002). Kualitas air yang ideal memenuhi syarat sebagai media hidup ikan budidaya yaitu air yang memiliki pH antara 5,0 – 8,6 dengan suhu antara 25 – 300 C serta perbedaan suhu



siang dan malam hari kurang dari 5 0 C serta kekeruhan tidak terlalu tinggi karena akan mengganggu penglihatan



ikan dan menyebabkan



nafsu makan ikan akan berkurang



(Mulyanto, 1990). Namun keberhasilan suatu usaha budidaya tidak hanya tergantung pada keadaan lingkungan dan kualitas benih yang ditebar tetapi juga sangat ditentukan oleh teknologi budidaya yang dilakukan.



Keberhasilan usaha budidaya ikan di kolam dan di



keramba perlu dikaji dengan harapan bagi masayarakat yang tinggal jauh dari sungai akan dapat melakukan usaha budidaya di kolam. Untuk jenis ikan baung (Mystus nemurus CV) pemeliharaan di keramba memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemeliharaan di kolam dengan padat tebar dan pemberian pakan yang sama, hasil penelitian Sukendi (2002) menunjukkan pertumbuhan bobot mutlak ikan baung di kolam berkisar antara 57,87 – 60,12 sedangkan di keramba antara 59,87 – 60,22, pertumbuhan bobot harian di kolam antara 8,05 – 8,09 % sedangkan di keramba antara 8,08 – 8,12 %, pertumbuhan panjang di kolam antara 14, 13 – 14,37 sedangkan di keramba antara 14,25 – 15,03 cm, sehingga untuk ikan baung direkomendasikan untuk melakukan usaha budidaya di keramba. Selanjutnya dari hasil penelitian Sukendi, Putra dan Yurisman (2007) juga menunjukkan bahwa teknologi pemeliharaan ikan kapiek yang terbaik adalah dalam keramba ukuran 1 x 1 x 1 m yang ditempatkan di sungai dengan padat tebar 20 ekor, menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak sebesar 28,29 g, pertumbuhan panjang mutlak sebesar 6,42 cm, pertumbuhan bobot harian sebesar 2,95 % dan kelulushidupan sebesar 93,30 %. Pertumbuhan ikan dalam budidaya dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, faktor eksternal adalah lingkungan dimana ikan dipelihara, seperti kepadatan, jumlah pakan, kualitas serta ukuran makanan yang diberikan dan faktor kualitas air, sedangkan faktor internal adalah jenis kelamin, ukuran dan keturunan (Harris, 1992). Selanjutnya Huet (1986)



meyatakan bahwa selain makanan dan jenis makanan yang diberikan, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh padat tebar. Untuk percepatan pertumbuhan dalam budidaya ikan pantau (Rasbora lateristrata Blkr) dapat pula dilakukan dengan pemberian hormon tiroksin (T4) dengan dosis 2 mg/kg pakan buatan yang diberikan (Legimin, 2005).



BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT



TUJUAN KEGIATAN 1. Memberikan pengetahuan terhadap petani ikan tentang potensi perikanan sebagai sumber peningkatan ekonomi. 2. Mengetahui potensi perikanan yang ada di desa Teluk Dalam, dan mengetahui langkah apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai potensi ini menjadi peluang peningkatan ekonomi bagi masyarakat.



MANFAAT KEGIATAN Kegiatan penyuluhan potensi perikanan di desa Teluk Dalam yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak diantaranya: a. Bagi Peserta Penyuluh -



Dapat menambah ilmu pengetahuan akan potensi perikanan yang ada di desa Teluk dalam.



-



Dapat melakukan peningkatan nilai potensi menjadi peluang peningkatan ekonomi bagi warga



b. Bagi Masyarakat -



Peserta dapat menjadi contoh bagi warga sekitarnya.



c. Bagi Anggota Pelaksana Penyuluhan -



Melaksanakan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat.



-



Membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh peserta penyuluhan.



-



Mendapatkan pengalaman berharga serta informasi tentang perikanan di lapangan.



d. Bagi Perguruan Tinggi -



Memperkenalkan kepada masyarakat bahwa Perguruan Tinggi bukanlah semata-mata bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan penelitian saja, tetapi juga turut memikirkan dan membantu memecahkan permasalahan yang ada dalam masyarakat melalui program pengabdian pada masyarakat.



-



Keberadaan perguruan tinggi di tengah-tengah masyarakat akan lebih kelihatan fungsinya melalui penerapan teknologi tepat guna yang dimiliki oleh pakar-pakar yang ada di perguruan tinggi.



BAB IV. PEMECAHAN MASALAH



Masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat desa Teluk Dalam Kecamatan Kuala Indragiri adalah mulai terjadi penurunan kualitas lingkungan perairan di daerah mereka, sedangkan daerah Kuala Indragiri merupakan salah satu daerah yang memiliki hasil tangkapan ikan bakut yang besar, yang hamper semua hasil ini menjadi komoditas ekspor ke Negara tetangga. Namun selama ini hasil tangkapan menurun dan belum mengertinya masyarakat untuk mengembangkan potensi perikanan sehingga dapat menjadi salah satu peluang ekonomi bagi mereka. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan melakukan penyuluhan dan melakukan diskusi dengan warga untuk membaca potensi perikanan di desa Teluk Dalam, sehingga dari mengetahui potensi yang ada dapat diberikan jalan keluar akan langkah apa yang dapat dilakukan untuk melakukan optimalisasi potensi ini.



BAB V. KHALAYAK SASARAN STRATEGIS



Jumlah warga desa Teluk Dalam cukup banyak. Dari kegiatan penyuluhan ini diharapkan minimal dapat diikuti oleh 20 orang warga, dari ke 20 orang warga dini diharapkan dapat membuka cakrawala berfikir akan apa yang dapat diperbuat dengan potensi perikanan yang dimiliki daerahnya untuk dikembangkan sehingga menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan ekonomi warga setempat. Serta ini menjadi contoh bagi warga lainnya.



BAB VI. METODA KEGIATAN



Dalam melaksanakan penyuluhan ini digunakan metode ceramah dan diskusi. Metode ceramah dilakukan untuk memberikan gambaran potensi perikanan dan kaitannya dengan peningkatan ekonomi dan diskusi dilakukan untuk menggali enformasi potensi perikanan yang dapat dikembangkan di desa Teluk Dalam sebagai salah satu daerah yang dikenal dengan hasil ikan tangkapan ikan bakutnya.



BAB VII. PELAKSAAN DAN JADWAL KEGIATAN



Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilaksanakan selama selama 2 hari, tim penyuluh memberikan materi potensi perikanan sebagai pembuka wawasan bagi masyarakat. Berikut merupakan gambaran kegiatan penyuluhan potensi perikanan di desa Teluk Dalam kecamatan Kuala Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir. N0 . 1.



Kegiatan



Materi



Persiapan



1. Observasi ke lapangan 2. Penyediaan bahan 3. Penyusunan materi 1. Ceramah tentang potensi perikanan 2. Diksusi potensi pengembangan perikanan di desa Teluk Dalam Kecamatan Kuala Indragiri



2.



Pelaksanaan



3.



Evaluasi



Evaluasi penyusunan laporan



Waktu



1 hari



Semua materi ceramah dan diskusi dilakukan 1 hari



1 bulan



Tempat



Pelaksana



Desa Teluk Dalam dan Tim Universitas Riau



Rumah TIM Sekretaris desa Teluk Dalam



Tim pelaksana



BAB VIII. HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT



Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini, tim melakukan diskusi dengan masyarakat, agar memberikan informasi lengkap akan potensi perikanan di desa Teluk Dalam Kecamatan Kuala Indragiri. Dalam pelaksanaan pengabdian yang telah dilaksanakan di dapatkan kesimpulan bahwa ada potensi ikan bakut yang cukup besar di daerah Teluk Dalam, salah satunya adalah kebanyakan ikan bakut yang tertangkap berukuran kecil sering dijual dengan harga murah karena tidak masuk ke dalam ukuran ikan yang menjadi komoditas ekspor, maka salah satu solusi yang ditawarkan oleh tim adalah bagaimana dilakukan pembesaran ikan bakut ukuran kecil tersebut oleh masyarakat sehingga ikan bisa mencapai ukuran komoditas ekspor sehingga memiliki nilai harga yang lebih baik dibandingkan ikan dengan ukuran kecil tersebut. Harga ikan bakut dengan ukuran di atas 500 gram memiliki harga antara 100 ribu hingga 120 ribu perkilogram di tingkat nelayan, sedangkan ikan yang berukuran di bawah 400 gram memiliki harga sekitar 30 ribu perkilogram.



Gambar 1. TIM Pelaksanaan Diskusi Dengan Warga Selain itu teknik penangkapan ikan bakut sudah sangat dikuasai masyarakat, namun bukan dengan melakukan penangkapan secara tidak bertanggung jawab dengan lingkungan. Beberapa masyarakat juga ada yang memelihara ikan bakut di dalam sumur, namun ikan bakut yang dipelihara tidak diberi makan dengan baik karena ketidak tahuan masyarakat akan kebiasaan makan ikan bakut, sehingga tidak ada pertumbuhan pada ikan bakut tersebut, salah satunya adalah tidak adanya informasi akan cara memelihara ikan bakut ini.



Gambar 2. Foto Bersama dengan Peserta Setelah Penyuluhan Sehingga kebiasaan masyarakat yang kadang iseng memelihara ikan bakut di dalam sumur rumah mereka ini bisa dijadikan peluang untuk menggerakkan masyarakat untuk dapat membudidayakan ikan bakut dengan lebih baik, sehingga bisa menjadi sumber mata pencaharian masyarakat, cara yang terbaik untuk menstimulus masyarakat ini adalah dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam memelihara bakut di kolam perkarangan rumah mereka. Hal ini sesuai dengan kegiatan selanjutnya yaitu teknik pemeliharaan ikan bakut di desa Teluk Dalam, kecamatan Kuala Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir. Desa tetangga dari desa Teluk Dalam merupakan salah satu pusat pengumpulan ikan Bakut yang akan di ekspor ke Singapura dan Negara tetangga



melalui Batam, yaitu desa Sungai Jepun, hampir tiap dua hari sekali ikan bakut dikirim ke Negara tetangga melalui penampung yang ada di desa Sungai Jepun, selanjutnya penampung di Sungai Jepun mengirimkan ikan tersebut ke Batam sebagai pintu keluar ikan bakut ke luar negeri. Dari kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan, juga ada beberapa permasalahan yang dialami oleh masyarakat, pertama adalah ada beberapa orang yang tidak bertanggung jawab melakukan penangkapan ikan dengan racun, namun kejadian ini sangat jarang terjadi. Selain itu juga didapatkan informasi permasalahan masyarakat dalam melakukan budidaya ikan seperti belum diketahuinya bagaimana memelihara ikan bakut, bagaimana metode pemeliharaan, wadah yang digunakan apa yang terbaik, karena hal ini berkaitan juga dengan permasalahan hama berupa predator yang sering menyerang perkolamana masyarakat yaitu biawak dan berangberang. Selain itu masyarakat juga belum tau jenis makanan yang diberikan untuk pemeliharaan ikan bakut. Dari penyuluhan ini juga didapatkan informasi jika di desa Teluk Dalam memiliki potensi pakan bakut berupa ikan rucah yang cukup murah, ikan rucah di desa Teluk Dalam harganya berkisar 5 ribu rupiah perkilogram, bahkan pada beberapa anakan sungai atau parit yang terdapat di desa Teluk Dalam juga terdapat udang-udang kecil yang dapat menjadi pakan bagi ikan bakut jika dilakukan kegiatan budidaya.



Sehingga dari kegaitan penyuluhan ini dapat disimpulkan jika potensi perikanan di desa Teluk Dalam dalam mengembangkan keberadaan potensi ikan bakut sangat besar. 1. Ada potensi ikan bakut yang ukuran diluar ukuran komoditas ekspor yang dapat dijadikan objek budidaya, karena jika dijual harga sangat murah 2. Potensi perairan di desa Teluk Dalam yang sangat sesuai dengan habitat hidup ikan bakut 3. Terdapatnya lahan di antara kebun kelapa yang kosong, dari pengamatan yang dilakukan ini mempunyai potensial besar untuk dijadikan perkolaman budidaya ikan bakut



Gambar 3. Potensi Lahan yang ada disekitar warga



4. Adanya potensi ikan rucah yang murah serta keberadaan udang-udang kecil yang hidup di sungai-sungai kecil di desa Teluk Dalam yang dapat dijadikan pakan bagi ikan bakut 5. Pendeknya mata rantai pemasaran ikan bakut, karena ada penampung ikan bakut yang langsung mengirim ke Batam untuk di ekspor, ini merupakan peluang pasar yang tidak akan putus dan fluktuasi harga yang terjadi juga akan sangat kecil.



DAFTAR PUSTAKA



Effendie, M. I. 1992. Metoda Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Agromedia Bogor. Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta FAO. 1993. Aquaculture Production. FAO Fisheries Circular No.815, Revision 5. Rome. 213 hal. Harvey, B. J. and W. S. Hoar, 1979. The Theory and Practice of Induced Breeding in Fish. IDRC. Ottawa. Cannada. Huet, M., 1971. Text Book Fish Culture, Breeding and Cultivation of Fish. Fish New (books) Ltd. London. 431 p Jangkaru, Z., 1974. Makanan Ikan. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Direktorat Jenderal Perikanan. Bogor. 49 halaman Koesbiono, 1980. Biologi Laut. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 150 hal. Komaruddin, A. K, Ujang. 2000. Betutu. Penebar Swadaya. Jakarta Larger, K. F. 1972. Fresh Water Fishery Biology. Brown Company Publishers. Dubuqua-Iowa. Legimin, 2005. Pengaruh Penambahan hormon tiroksin (T4) pada pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan pantau (Rasbora lateristrata Blkr). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Lubis, S. 2002. Studi Ekologi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) di Sungai Seruai Kabupaten Deli Serdang Suamtera Utara. Tesis. Program Pascasarjana USU. 104 hal (Tidak diterbitkan). Mac Pherson, E. 1981. Resource Partitioning in a Mediterrania Demersal Fish Community. Marine Ecology Program Series, 39. Hal 183-193. Mudjiman, A., 1999. Makanan Ikan. Cetakan ke 12. Penebar Swadaya. Jakarta. 190 – 191 hal.



Nikolsky, G. V. 1963. The ecology of Fishes. Academic Press., New York Sudrajat A. O dan Effendi, I, 2002. Pemberian Pakan Buatan Bagi Benih Ikan Betutu. Jurnal Akuakultur Indonesia 1(3) hal 109-118. Sukendi, R. M. Putra dan Yurisman. 2009. Pengembangan Teknologi Pembenihan dan Budidaya Ikan Motan (Thynnicthys thynnoides Blkr) dalam Rangka Menjaga Kelestarianya dari Alam. Universitas Riau Pekanbaru. Zonnefeld, N., E.A. Huisman & J.H. Bon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.