Prahara Amitunon [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Fragmen Sejarah PRAHARA AMITUNO (1520-1585) Karya : Rodli TL. SUARA MALAM DAN DESIR ANGIN. SUARA PUJIAN DAN DO’A-DO’A MEMBUKA PERTUNJUKAN. NAMPAK RADEN RAHMAD BERDIRI DI TENGAH PANGGUNG DENGAN WAJAH MENENGADAH KE ATAS 1. R. RAHMAD : Malam di atas bukit, dalam purnama seribu bulan. Malaikat berduyun turun mengirim puncak derajat. Atas ijinNya, mereka kirim salam menjemput terbitnya fajar. Tuhan Penjaga Alam, Tuhan Pemilik Hidup, Tuhan Sesembahan, hanya kepadamu kami sembahyang dan hanya kepadamu kami meminta pertolongan. DISAAT R. RAHMAD BERDO’A PADA SANG PENCIPTA. BANYAK PARA PENCURI PERKELIARAN. MEREKA BERLARI DAN MENGENDAP-ENDAP DENGAN KEPALA TERTUTUP. DIANTARA MEREKA BERHASIL MASUK RUMAH R. RAHMAD DENGAN MEMBAWA KARUNG DAN ISINYA. NAMUN SAYANG TIDAK SAMPAI MEMBAWANYA PERGI, LANTARAN ISI KARUNG ITU BERUBAH MENJADI ULAR. MEREKA BERTERIAK KETAKUTAN. 2. YU TARI : Tolong, ular besar! Tolong, ular ada dimana-mana! 3. ANAK YT : Mbok, takut mbok, saya takut ular (MENANGIS) PARA PENCURI DAN PENDUDUK MENYATU BERLARI MENUJU SUARA. MEREKA BERNIAT MEMBERI PERTOLONGAN DENGAN MENCARI KEBERADAAN ULAR. NAMUN ISI KARUNG ITU BERUBAH KEMBALI MENJADI JAGUNG. ANAK YU TARI TERUS MENANGIS KETAKUTAN 4. PENDUDUK : Ternyata engkau Yu Tari, dimanakah ular yang kau lihat? 5. YU TARI : Dalam karung ini anakku, lihatlah! 6. PENDUDUK : Yu Tari, jangan ngigau. Karung itu berisi jagung, mana ularnya? 7. PENCURI : Sumpah, tadi kulihat karung ini berisi banyak ular, bahkan ada beberapa yang sedang melilit tubuh saya 8. PENDUDUK : Ah, Yu Tari. Kau sedang diganggu dedemit 9. PENCURI : Tidak anakku. Sungguh isi karung ini adalah ular. 10. PENDUDUK : Yu Tari, saya curiga padamu. Darimana kamu dapat sekarung jagung ini? 11. PENDUDUK : Bukan jagung, tapi ular. 12. PENDUDUK : Kau pasti mencurinya. Oh ternyata kamu mau mengelabuhi. Wahai saudara, lihat! Yu Tari ternyata menjadi pencuri. 13. PENDUDUK : Ayo kita hajar saja. PARA PENDUDUK DAN PENCURI ITU BERSAMA-SAMA MEMUKULI YU TARI. ANAKNYA MENANGIS MENJADI-JADI. TIDAK LAMA KEMUDIAN R. RAHMAD MENGHENTIKAN ULAH YANG BRUTAL ITU. 14. R. RAHMAD : Tiada kekuatan selain milik Sang Pengasih dan Penyayang. Kenapa kalian siksa perempuan tua itu?



15. PENDUDUK : Dia telah berbuat bohong pada kami. Dia mengambil sekarung jagung milik penduduk 16. YU TARI : Tidak, yang kami ambil bukan sekarung jagung. Namun yang kami ambil adalah karung berisi banyak ular. 17. PENDUDUK : Kau dengar sendiri. Ia bohong lagi 18. PENDUDUK : Kita hajar saja ramai-ramai! 19. PENDUDUK : Ya, agar ia tahu rasa, agar ia kapok! 20. PENDUDUK : Ayo, cepat kita lempar ke jurang ramai-ramai! MEREKA LALU MENGEROYOKNYA RAMAI-RAMAI. ANAK YU TARI MENANGIS KERAS 21. R. RAHMAD : Hentikan! Kita bukan binatang dengan seenaknya menghajar orang yang kita anggap salah. Kita bukan jin yang gampang melakukan tipu muslihat, atau berbuat bohong antar sesama. 22. YU TARI : Maafkan saya. Ya betul. Kami telah mengambil karung Raden. Namun setelah kami buka karung itu sungguh berisi banyak ular. Bukan makanan, bukan beras, juga bukan jagung yang seperti sekarang ini. 23. R. RAHMAD : Sesungguhnya kebaikan dan keburukan itu tergantung pada niatnya. Mbok mengambil karung itu pasti dengan niat keburukan! 24. YU TARI : Betul Raden 25. PENDUDUK : Ia betul-betul pencuri. ayo cepat kita hajar ramai-ramai 26. R. RAHMAD : Tidak. Kita tidak boleh menghukumnya, asal ia berjanji tidak mengulangi lagi. Berjanji, mbok?! 27. YU TARI : Ya, kami tidak akan mengulanginya. Kami tidak akan mencuri, kami tidak akan berbohong dalam situasi apapun 28. PENDUDUK : Bila ia berkhianat dan mengulanginya lagi, ia kita hajar 29. PENDUDUK : Setuju! 30. PENDUDUK : Kita lempar ke jurang! 31. PENDUDUK : Setuju! 32. R. RAHMAD : Ia telah berjanji pada dirinya, pada kita dan pada Tuhan Yang Maha Tahu. Kita pun harus berjanji 33. BERSAMA : (BERDEKLAMASI LALU BERNYANYI) Kita bukan binatang dengan seenaknya menghajar orang yang kita anggap salah. Kita bukan jin yang gampang melakukan tipu muslihat, atau berbuat bohong antar sesama. NYANYIANNYA TERUS BERKUMANDANG. MEREKA BERGERAK MENINGGALKAN PANGGUNG BABAK 2 ANAK-ANAK BERLARIAN BERMAIN. MUNCUL YU TARI MEMANGGIL ANAK-ANAK 34. YU TARI : Anak-anak! Pulang, mandi, berpakaian yang suci, dan berangkat mengaji



SIMBOK TERUS MEMBUJUK ANAKNYA SAMBIL MENYANYI Yo ayo ayo, ayo cepat mandi Yo ayo ayo, ayo pakai yang suci Yo ayo ayo, ayo pergi mengaji AKHIRNYA ANAK-ANAK MENGIKUTINYA. MEREKA MENINGGALKAN PANGGUNG SAMBIL BERNYANYI. MASUK LAGI TELAH BERPAKAIAN MENGAJI SAMBIL BEREGERAK KOMPAK DAN BERNYANYI “Yo ayo ayo” BUKAN HANYA ANAK-ANAK TAPI JUGA BANYAK ORANG DEWASA JUGA IKUT PERGI MENGAJI KE TEMPAT R. RAHMAD 35. ANAK : (MELANTUNKAN PUJIAN) Cilik-cilik diulang ngaji Yen wes gede supaya aji Aji mono gampang sarate Asal nurut karo gurune AKHIRNYA MEREKA MEMBUAT FORMASI BERAMAI-RAMAI MEMBUAT KETUPAT DAN MENDENGARKAN PENGAJIAN R. RAHMAD 36. R. RAHMAD : Saudaraku, dengan lontar ini kita bisa membuat ketupat. Sebagai bungkus nasi layaknya kita membuat lontong. Bila kita nanak dengan bungkus ketupat dari daun lontar. Nasi ketupat itu lebih sedap, dan bertahan lebih lama. Tidak gampang basih. Nasi ketupat bisa bertahan sampai empat hari. Ketupat ini tidak hanya memberikan keberkahan ragawi namun juga rohani. Bila kita ingat ketupat, maka kita harus ingat ajaran hidup. Kita harus menjahui empat hal, yaitu berjudi, mabuk alias meminum khamr, berzina dan mencuri. Karena empat hal itu yang akan merusak hidup seseorang, bahkan akan merusak tatanan masyarakat. Empat hal itu adalah cikal dari sebuah keburukan, bahkan kejahatan. Ketupat ini sebagai tanda bahwa kita tidak akan melakukan empat hal tersebut. MEREKA BERAMAI-RAMAI MENYIAPKAN PESTA MAKAN KETUPAT BERSAMA, LALU MEMBAGIKAN BEBERAPA PINCUK MAKANAN KETUPAT KE PENGUNJUNG 37. R. RAHMAD : Kundangan kupang ini adalah wujud syukur. Kita telah mampu terhindar dari keburukan empat hal dosa, juga wujud syukur ini harus kita bagi bersama. "mlakuho ne dalan kang benar, ilingo wong kang sak burimu, Ajaran ini menghimbau agar berjalan di jalan yang benar dan kalau sudah mendapat kenikmatan, jangan lupa berbagi atau sedekah . MEREKA MEMBUAT FORMASI BERDIRI RAPAT SAMBIL MENGUCAPKAN DZIKIR mlakuho ne dalan kang benar, ilingo wong kang sak burimu RADEN RAHMAD MENINGGALKAN JAMA’AHNYA YANG MASIH ASYIK BERDIKIR MEREKA MELAKUKAN GERAKAN SEPERTI GERAKAN SHOLAT. LEMBUT DAN TENANG TIDAK LAMA KEMUDIAN MUNCUL RADEN JINGGO BERTERIAK MENGANGGU KEKHUSUKAN ORANG-ORANG YANG SEDANG BERDZIKIR. DZIKIR DAN GERAKAN MEREKA SEMAKIN CEPAT. SEAKAN TERPANCING TERIAKAN RADEN JINGGO YANG SEDANG MARAH.



38. R. JINGGO : Apa yang sedang kalian lakukan, mengapa melakukan perbuatan sebodoh ini. Menyebut kalimat-kalimat yang tidak dimengerti. Bukankah kita sudah punya sesembahan yang menjadikan kampung kita, kampung Amitunon ini penuh berkah. Ayo bubar, bubar. Bila kalian ikut ajaran baru iyu, hidup kalian semakin susah. Mbah Cokro, danyang kampung Lereng Amitunon akan marah. Penyakit, malah petaka dan bencana akan datang bertubi-tubi. Bubar, bubar, bubar! ORANG-ORANG RADEN JINGGO MEMBUBARKAN PENGIKUT R. RAHMAD YANG SEDANG SEMBAHYANG. Bubar-bubar Orang baik harus bubar Bubar, bubar, bubar Orang jahat harus longgar 39. R. JINGGO : Siapa yang ikut ajaran Rahmad, sama halnya tidak hormat pada danyang Amituno. Tidah hormat pada mbah Cokro. Siapa yang sembahyang berarti mengundang petaka ke kampong lereng Amituno SETELAH MEREKA MENGUSIR PARA PENGIKUT R. RAHMAD, MEREKA MEMBUAT FORMASI DO’A NGALAP BERKAH SOWAN DATANG KE MAKAM MBAH COKRO Mbah danyang, mbah danyang kami datang Mbah danyang, mbah danyang kami menang 40. R. JINGGO : Mbah Cokroatmojolah yang selama ini memberikan kekukatan, memberikan kampong kita ketentraman dan kekayaan. Mbah Cokrolah yang memberkahi kampong kita. Kita harus hormat pada leluhur kita. Mbah cokro kami datang ngalap berkah Mbah Cokro kami datang ngalap berkah R. JINGGO KESURUPAN. IA BICARA APA SAJA. TIDAK TERKONTROL Hidup ini harus dinikmati dengan berbagai cara, karena hidup hanya sekali,  siapapun yang ikut ajaran baru itu, dia adalah orang bodoh. Untuk apa menyiksa diri hanya untuk sembahyang terus-menerus. Untuk apa berlapar-lapar puasa. Ajaran kok banyak larangannya. Tidak boleh minum air yang membuat pikiran kita melayang, tidak boleh adu ayam, tidak boleh bersenang-senang dengan perempuan. Sungguh ajaran yang menyusahkan. Hidup sekali harus kita nikmati… 41. 42. 43. 44. 45. 46.



PENDUDUK PENDUDUK PENDUDUK PENDUDUK PENDUDUK PENDUDUK



: Mbah cokro, mbah cokro, kami ngalap berkah : Mbah cokro, mbah cokro, kami minta plarisan : Mbah cokro, mbah cokro, kami minta pelet : Mbah cokro, mbah cokro, kami minta ilmu sirep : Mbah cokro, mbah cokro, kami minta pesugihan : Mbah cokro, mbah cokro, kami minta menang aduhan



47. PENDUDUK : Mbah cokro, mbah cokro, kami minta kesaktian 48. PENDUDUK : Mbah cokro, mbah cokro, kami ngalap berkah DATANG YU TARI MEMINTA-MINTA PADA RADEN JINGGO UNTUK DIBANTU NGALAP BERKAH 49. YU TARI : Raden Jinggo, Raden Jinggo, tolong ya, den. Putri saya satu-satunya ini segera dapat jodoh. Saya malu kalau ia menjadi perawan tua. Tolong ya, den. Demi anak saya ini. Minta sesajen apa saja akan kami turuti. 50. R. JINGGO : Siapa namamu? 51. YU TARI : Yu Tari 52. R. JINGGO : Anakmu? 53. YU TARI : Tumini 54. R. JINGGO : Tumini? 55. YU TARI : Ya, Tumini 56. R. JINGGO : Pingin ngalab berkah apa kamu datang kemari? 57. YU TARI : Loh kok masih Tanya, ya tadi itu, Den 58. R. JINGGO : Tadi yang mana? 59. YU TARI : Anak saya, den 60. R. JINGGO : Ini anakmu?! 61. YU TARI : Badog geblug, kok ada ya orang sakti yang tuli 62. R. JINGGO : (MARAH) Apa, kamu bilang saya tuli 63. YU TARI : Oh, maaf keceplosan, Raden 64. R. JINGGO : Jadi kamu datang kesini bukan untuk ngalap berkah. Kamu datang kesini hanya mau bilang saya tuli 65. YU TARI : Sungguh, Raden Jinggo Amat Sakti. Kami datang sungguh minta tolong… 66. R. JINGGO : Minta tolong apa? 67. YU TARI : Anak saya, raden 68. R. JINGGO : Oh jadi ini anak kamu, siapa namanya? 69. YU TARI : Sutini, raden. Sutini! (NGGRUNDEL) Benar-benar tuli 70. R. JINGGO : (MEMBENTAK) Hai, kamu bilang apa?! 71. YU TARI : (KAGET) Sakti raden, sakti. Ya , sakti, raden sungguh sakti 72. R. JINGGO : Ini pasti anak kamu, sebelum kamu memberitahu saya sudah tahu maksud kedatangan kalian kemari. Siapa namamu, nduk? 73. TUMINI : Tumini 74. R. JINGGO : Ya, Tumini. Umur kamu berapa? 75. TUMINI : Mbok, berapa umur saya? 76. YU TARI : Telung puluh mlaku 77. TUMINI : Tiga puluh jalan, den 78. R. JINGGO : Saya tahu maksud kedatangan kalian. Pasti kamu Sutini ingin cepat punya anak! 79. YU TARI : Mboten 80. TUMINI : Tidak Raden, kami kesini minta tolong untuk segera dapat jodoh. Saya takut jadi perawan tua. 81. R. JINGGO : Oh jadi kamu minta segera dapat jodoh. Gampang, asal kalian berdua mau memenuhi syaratnya. Disamping sesajen yang lain, kalian harus semedi di kuburan



mbah Cokro siang dan malam selama tujuh hari. Dan syarat yang lain kalian harus mengambil air dari tujuh sumur yang berbedah tanpa sepengetahuan orang lain. Sebab selama semedi kalian hanya boleh mengguanakan air untuk minum dan mandi dari tujuh sumur yang berbeda tersebut. 82. YU TARI : Sanggup, nduk? 83. TUMINI : Ya, sanggup. Mulai nanti malam antar saya untuk mengambil air dari tujuh sumur, dan semedi di kuburan mbah Cokro PANGGUNG MENJADI SUASANA MALAM. YU TARI DAN ANAKNYA MENGENDAPENDAP MENGAMBIL AIR DARI TUJUH SUMUR. NASIB YU TARI DAN ANAKNYA NAAS. IA KETAHUAN SEORANG PENDUDUK, LALU DITERIAKI MALING 84. PENDUDUK : Maling, maling, maling! Tolong ada maling! Cepat tangkap! Masih ada satu lagi! 85. PENDUDUK : Ada berapa malingnya? 86. PENDUDUK : Saya melihat ada dua orang. Mereka tadi mengendap-endap di sumur YU TARI DAN ANAKNYA DIKEPUNG WARGA DAN AKHIRNYA TERTANGKAP 87. PENDUDUK : Ternyata malingnya perempuan 88. PENDUDUK : Siapa dia? 89. PENDUDUK : Gelap, saya tidak bisa melihat wajahnya 90. PENDUDUK : Cari obor! 91. PENDUDUK : Ya, cari obor! 92. PENDUDUK : (MEMBAWA OBOR) Minggir, Minggir! 93. PENDUDUK : Cepat bawah kemari! 94. PENDUDUK : Wah, dia warga kampong kita? 95. PENDUDUK : Siapa? 96. PENDUDUK : Ya, siapa? 97. PENDUDUK : Yu Tari dan anaknya 98. PENDUDUK : Siapa, Tumini?! 99. PENDUDUK : Betul, Tumini PARA PENDUDUK LALU MENGGIRING MEREKA KE BALAI KAMPUNG SAMBIL BERTERIAK-TERIAK. SEMUA WARGA DAN ANAK-ANAK TERBANGUN LALU NONTON DAN MENGIKUTINYA Yu Tari, Tumini maling Yu Tari, Tumini maling Yu Tari, Tumini maling 100. PENDUDUK 101. YU TARI 102. PENDUDUK 103. YU TARI 104. PENDUDUK 105. YU TARI 106. PENDUDUK 107. YU TARI 108. PENDUDUK



: Yu Tari! Kamu masih ingat dengan janjimu? : Ingat, ya saya ingat : Janji di depan R. Rahmad dan seluruh warga kampung : Ingat : Ingat, ingat. Apa janji itu? : Tidak berbohong dan mencuri lagi : Terus?! : Maaf, karena keadaan terpaksa saya melanggarnya, : Keadaan apa?



109. YU TARI : Demi anak saya, Tumini 110. TUMINI : Ya kang Gus, ini semua kami lakukan karena saya takut jadi perawan tua. Saya minta tolong pada mbah Cokro lewat Raden Jinggo. 111. YU TARI : Dia akan menolongnya, namun dengan syarat-sarat tertentu 112. PENDUDUK : Apa syaratnya? 113. TUMINI : Saya bersama mbok harus melakukan semedi siang malam di kuburan mbah Cokro. Saya harus minum dan mandi yang airnya harus kami ambil dari tujuh sumur tanpa sepengetahuan orang lain 114. PENDUDUK : Apapun alasanmu Yu Tari. Kamu dan anakmu telah melanggar janjimu. Dan kami para penduduk harus melaksanakan janji kami akan menghukummu dengan melempar ke jurang. Karena itu adalah janji kita di hadapan R. Rahmad 115. YU TARI : (MENANGIS) Mungkin itu yang Pengeran gariskan pada nasib hidup kami. Kami hidup terlunta-lunta bersama anak-anak penuh dengan cobaan, akhirnya mengankhiri hidup ini juga dengan cara yang tidak baik, harus kalian lempar ke jurang. Dulur-dulur, cepat lakukan, kami menerima semua keputusan ini (MENANGIS) 116. TUMINI : Tidak mbok, ini tidak adil. Hidup ini tidak adil menggariskan nasib seperti ini. Tolong jangan bawa mbok, jangan lempar mbok (MENGANGIS HISTERIS) ORANG-ORANG MENGANGKAT YU TURA UNTUK DILEMPAR KE JURANG ATAS HUKUMAN MELANGGAR JANJINYA. MUNCUL ANAK YU TUMIRA SI KECIL 117. SI KECIL : Mbok, jangan pergi! Lepaskan mbok! Jangan bawah pergi, jangan lempar mbok! Kami harus bersama embok. Mbok, jangan tinggalkan kami! 118. TUMINA : Mbok saya ikut kamu, saya ingin mati bersamamu, dari pada hidup terlunta-lunta seperti ini (LARI MENGEJAR KERUMUNAN WARGA) lempar saya juga bersama mbok Tari! 119. SI KECIL : Yu Tumina, jangan pergi! Saya takut sendirian. Mbok, yuk! Jangan tinggalkan saya! (TERUS MENANGIS HISTERIS) Yo ayo ayo lempar, yang ingkar harus dilempar Yo ayo ayo lempar, yang ingkar harus dilempar Yo ayo ayo lempar, yang ingkar harus dilempar KETIKA MENDEKATI JURANG. MUNCUL RADEN RAHMAT DAN MENYEGATNYA 120. R. RAHMAD : Wahai penduduk bukit Amituno, apa yang sedang kalian lakukan 121. PENDUDUK : Kami sedang melaksanakan janji. 122. R. RAHMAT : Janji apa itu? 123. PENDUDUK : Melempar ke dalam jurang seseorang yang sedang ingkar janji yaitu mencuri 124. R. RAHMAT : Siapakah yang membuat peraturan itu? 125. PENDUDUK : Kami semua, yang sekaligus Raden Rahmad saksikan.. 126. R. RAHMAD : Apa tujuan kalian menghukum yu Tari seperti itu? 127. PENDUDUK : Agar kampung ini aman. Tidak ada pencuri lagi. Karena semua pencuri telah dilempar ke jurang. 128. R. RAHMAD : Kalau hanya itu tujuannya. Ada cara yang lebih bijak. Bukan orangnya yang harus kita bunuh, tapi penyebabnya yang harus kita cari, kenapa Yu Tari melakukan seperti itu. Yu Tari melakukannya karena mengikuti bisikan yang keliru, bisikan yang memerintah untuk berbuat dosa, mencuri dan lain sebagainya.



129. PENDUDUK : Itu semua adalah wangsit dari danyang kampong ini, mbah Cokro. Wangsit itu disampaikan lewat Raden Jinggo. 130. R. RAHMAD : Itu semua adalah tipu muslihat setan. Mbah Cokro adalah orang baik. Dia yang membuka kampung lereng Amituno. Hanyalah setan dan antek-anteknya saja yang membuat-buat ajaran tertentu untuk kepentingan sesaat. Hanya karena orang tersebut ingin dikatakan sakti, ingin dipuja-puja, dan ingin mengusai terus-menerus. Dia membuat ajaran-ajaran dengan bersandar roh kuburan orang-orang baik. Kasihan para sesepuh yang sudah di alam kubur itu. Dirinya dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Bahkan kepentingan yang tidak baik. Padahal yang paling dibutuhkan para dedanyang itu bukan kembang dan pujian-pujian. Yang mereka butuhkan adalah do’a kita semua, semoga jasa dan amal kebaikannya diterima oleh Sang Pemilik Surga dan Neraka, ditempatkan disisiNya, di atas surga tertinggi. Mereka para pendahulu kita sudah tidak bisa melakukaan apa-apa selain menanti do’a kebaikan kita. 131. PENDUDUK : Lalu apa yang harus kita lakukan Raden? 132. R. RAHMAD : Menyelamatkan Yu Tari dan anak-anaknya, menyelamatkan seluruh warga kampung Amituno dari tipu muslihat setan. DARI KEJAUHAN TERDENGAR SUARA PUJIAN NGALAP BERKAH MBAH COKRO Mbah danyang, mbah danyang kami datang Mbah danyang, mbah danyang kami menang Mbah danyang, mbah danyang kami datang Mbah danyang, mbah danyang usir aral lintang 133. R. JINGGO : Wahai penduduk kampung Amituno. Kalian lihat sendiri. Petaka mulai datang ke kampung kita. Bukan hanya pencurian dan pertengkaran yang terjadi, tapi sendang-sendang juga akan kering, semua tanaman akan mati, bahkan binatang-binatang ternak alias raja kaya kita juga akan terserang penyakit. Kalian tahu apa penyebabnya? Lantaran kita sudah mulai tidak mau menghormati leluhur kita lagi, kita tidak mau kirim sesajen, lalu mengikuti wangsit-wangsit yang telah dibisikannya. Apakah kalian mau sendang dan sumur-sumur kering? Apa kalian mau alas yang penuh dengan tanaman jagung, padi kacang mati? Apakah kalian mau binatang ternak kita diserang penyakit? Kita harus mengusir seseorang pembawa bencana itu, bahkan harus kita lempar kejurang sebagai sesajen alias tumbal keselamatan kampung kita. 134. R. Rahmad : Siapakah orang yang kamu maksud? 135. R. JINGGO : Dia adalah pendatang. Orang baru di kampong Amituno 136. R, RAHMAD : Seseorang itu adalah saya yang kau maksud 137. R. JINGGO : Bukan, jin, gentayangan alias dedemit (TERTAWA) jangan pura-pura tidak tahu! 138. R. RAHMAD : Saya hanya meyakinkan diri saya. Saya tidak mau berburuk sangka pada orang lain 139. R. JINGGO : Orang baru, jangan ganggu ketentraman warga kampung ini dengan ajaran-ajaranmu yang menyengsarakan itu 140. R. RAHMAD : Apa saya tidak salah dengar. Bukankah kamu yang merusak cita-cita leluhurmu, memerintah warga berfoya-foya dan mencuri



141. R. JINGGO : Jangan berbalik menuduh. Kamu datang dengan membawa ajaran yang tidak sesuai keinginan kampung ini. Ajaran yang serba melarang. Padahal kami ingin hidup senang, dan berfoya-foya itulah cara hidup kami 142. R. RAHMAD : Urip ne ndunyo iki ibarate namung mampir ngombe, persinggahan sementara menuju kehidupan sesungguhnya. Boleh kita bersenang-senang namun jangan merusak diri, merugikan orang lain, apalagi melupakan Sang Pencipta 143. R. JINGGO : Stop. Jangan berpidato di hadapan saya. Saya tidak butuh. 144. R. RAHMAD : Tapi kamu, saya, juga semuanya harus menghormati leluhur alias danyang kita kan? 145. R. JINGGO : Hal tersebut harus kita lakukan, agar kita bisa ngalab berkah 146. R. RAHMAD : Oleh sebab itu jangan kotori cita-cita mereka ketika masih hidup, berjuang babat alas di kampung ini. Mereka, para danyang ketika masih hidup pasti berkeinginan anak dan cucu-cucunya hidup damai dan tenang. Pasti tidak rela bila citacitanya dirusak dengan mabuk, main, madon lan maling 147. R. JINGGO : Kamu benar-benar banyak omong. Semua yang saya lakukan bersama warga adalah wangsit, bisikan mbah Cokro. 148. R. RAHMAD :Itu adalah bisikan setan, bukan Roh Mba Cokro. Danyang-danyang kita benci pada tindakan yang merugikan orang lain, seperti halnya yang kau perintahkan pada Yu Tari dan anaknya, yaitu mencuri 149. R. JINGGO : Kamu menuduh saya bersekongkol dengan para pencuri?! 150. R. RAHMAD : Bukan hanya itu, tetapi memerintahkan orang-orang untuk mencuri dengan alasan dapat wangsit dari mbah Cokro. Kamu juga telah berbuat bohong pada danyang-danyangmu, pada orang-orang yang mempercayaimu 151. R. JINGGO : Betuk-betul tidak ada gunanya berbicara dengan orang yang tidak tahu leluhur. Aku muak dengan orang sepertimu. Kamu harus pergi meninggalkan kampong ini. 152. R. RAHMAD : Saya tidak akan meninggalkan kampong ini selagi seluruh warga kampong hidup dalam bayang-bayang tipu muslihatmu. Saya ingin kamu, mereka, semuanya ikut menjadi pengikut ajaran keselamatan 153. R. JINGGO : Bila kamu tidak mau meningglkan kampong ini. Aku sendiri yang akan memaksa kamu untuk meninggalkan kampong ini 154. R. RAHMAD : Saya akan tetap bertahan sampai kamu dan pengikutmu tidak lagi suka mabuk, mempermainkan perempuan, judi dan mencuri RADEN JINGGO TIDAK BISA MENAHAN AMARAHNYA. IA MENYERANG R. RAHMAD. NAMUN RADEN RAHMAD MAMPU BERTAHAN. AKHIRNYA R. JINGGO SENDIRI DAN PARA PENGIKUTNYA TERGULING, TERKAPAR DI TANAH. 155. R. JINGGO DAN PARA PENGIKUTNYA BERUSAHA BANGKIT DENGAN NAFAS TERSENGAL-SENGAL. PARA PENGIKUR R. RAHMAT MAU MENYERANGNYA LAGI NAMUN R. RAHMAT MELARANGNYA. 156. R. JINGGO : Ya, saya mengaku kalah. Kali ini saya yang akan pergi meninggalkan kampong ini 157. R. RAHMAD : Tidak, bila aku membiarkan kamu pergi. Kamu pasti akan merencanakan untuk balas dendam. Aku ingin kamu tetap tinggal di sini, dan membiarkan pengikutmu untuk ngaji bersama saya. 158. R. JINGGO : Ya, saya akan memerintah mereka untuk mengikutimu, begitu pula saya



159. R. RAHMAD : Saya tidak mau kamu mengikuti jalanku lanataran kamu kalah bertarung kali ini. 160. R. JINGGO : Ya, Raden Rahmad. Saya sadar dan saya akan senantiasa mengingatkan pada semua, Ojo demen-demen marang dunyo senengo marang sing nggawe donyo. Ojo gething-gething marang donyo sebab nduk jerone dunyo onok sing nggawe donyo 161. PENDUDUK : R. Rahmat lalu bagaimana dengan nasib Yu Tari dan Tumini?! 162. R. RAHMAD : Mereka pasti tidak akan mencuri lagi. Mereka pasti ingin hidup selamat di dunia dan di hari kemudian MEREKA TIDAK JADI MELEMPAR YU TARI KE JURANG. MEREKA MEMAFKAN YU TARI. LALU MEREKA MENGAMBIL LONTAR DAN MEMBUATNYA MENJADI KUPAT. Pat papat papat sisi kupat, sisi kupat ono papat Ojo mabuk, ojo madon, ojo main, ojo maling Larangan iku kudu diileng-ileng Yo mlakuo ne dalan kang bener, ilingo kang sak mburimu Ojo demen-demen marang dunyo senengo marang sing nggawe donyo Ojo gething-gething marang donyo nduk jerone dunyo onok sing nggawe donyo Pat papat papat sisi kupat, sisi kupat ono papat Ojo mabuk, ojo madon, ojo main, ojo maling Larangan iku kudu diileng-ileng Juli 2013 TAMAT