Praktikum Karang [PDF]

  • Author / Uploaded
  • RYCHO
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT



Transpalasi Karang



Oleh: Riko (2021611035)



JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG 2017



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan KaruniaNya, sehingga penulis dapat merampungkan laporan praktikum biologi laut dengan judul “Transpalasi Karang”. Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis berikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada, 1. Kedua orang tua yang senantiasa mendo’akan penulis dan segala fasilitas yang mereka berikan 2. Dosen pengampu yaitu Ibu Umroh yang menyampaikan materi dengan baik 3. Asisten dosen yaitu Bang Umam Komarullah yang membimbing penulis dalam praktikum 4. Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat praktikum Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin.



Balunijuk, 05 Oktober 2017, penulis



Riko 2021611035



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................. 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2 2.1 Definisi Terumbu Karang ................................................................... 2 2.2Strutur Karang ...................................................................................... 2 2.3Tipe-Tipe Karang ................................................................................. 2 2.4 Penyebaran Terumbu Karang .............................................................. 2 2.5 Faktor-Faktor Pembatas ...................................................................... 2 2.6 Penyebaran Karang dan Zona Terumbu .............................................. 3 2.7 Klasifikasi Karang Acropora............................................................... 2.8Morfologi Karang Acropora formosa .................................................. 2.9 Ketahanan Hidup Karang Transplantasi ............................................. 2.10Transplantasi Karang (Coral transplantation ) ................................... 2.11Teknik-Teknik Transplantasi Karang ................................................ BAB III. METODOLOGI ................................................................................. 4 3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................. 4 3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 4 3.3 Cara Kerja ........................................................................................... 4 DAFTAR PUSTAKA Lampiran



iii



I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan di laut bergantung pada Terumbu Karang. Terumbu karang merupakanekosistem yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut terumbu karang adalahekosistem laut yang paling produktif dan memiliki keanekaragaman hayati palingtinggi. Terumbu karang memiliki potensi sumber daya hayati yang tak ternilaiharganya dari segi ekonomi dan ekologi. Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan dangkal yangmemegang peranan penting sebagai habitat dan tempat berlindung berbagaiorganisme laut. Secara fisik ekosistem terumbu karang juga memainkan peranan yangpenting sebagai pelindung garis pantai. Selain itu keindahan terumbu karang menjadidaya tarik tersendiri bagi manusia (Andrew, 2008). Kekayaan nilai dalam ekosistem terumbu karang menyumbang manfaat yangsangat besar dan beragam dalam pembangunan kelautan.Sejalan dengan pertumbuhanpenduduk dan pembangunan suatu daerah maka eksploitasi sumberdaya alamtermasuk sumberdaya terumbu karang dan ekosistemnya yang dilakukan secarabesar-besaran tanpa mempertimbangkan kelestariannya akan berdampak padamenurunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat di sekitar terumbu karang berada,termasuk sumberdaya terumbu karang itu sendiri dan eksosistemnya (Bengen, 2004). Dari penjabaran diatas perlu diadakanya praktikum tentang identifikasi terumbukarang untuk lebih memahami karang itu sendiri serta komponenkomponen biotikdan abiotik yang terdapat dalam ekosistem terumbu karang, sehingga kita dapat lebihmudah untuk memahami komponen ekologi yang terdapat pada ekosistem terumbukarang di perairan subtidal 1.2 Tujuan praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan transpalasi karang.



II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defiisi Terumbu Karang Terumbu adalah endapan endapan massive yang penting dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan dari algaberkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat. Karang ditemukan di seluruh lautan di dunia, baik di perairan kutub ataupun diperairan ugahari.Terumbu karang hanya berkembang di daerah tropik.Hal inidisebabkan karena adanya dua kelompok karang yang berbeda, yang satudinamakan hermatipik dan yang lain ahermatipik (Andrew, 2008). Karang hermatipik dapat menghasilkan terumbu sedangkan ahermatipik tidakdapat menghasilkan terumbu. Karang ahermatipik tersebar di seluruh dunia, tetapikarang hermatipik hanya ditemukan di wilayah tropik. Perbedaan yang mencolokantara kedua karang ini adala bahwa di dalam jaringan karang hermatipik terdapatsel-sel tumbuhan yang bersimbiosis yang dinamakan zooxanthellae. 2.2 Struktur Karang Karang adalah anggota filum Cnidaria, yang termasuk mempunyai bermacam-macam bentuk seperti ubur-ubur, hydroid, Hydra air tawar, dan anemon laut. Karang dan anemon laut adalah anggota klas yang sama Anthozoa. Perbedaanutama adalah karang menghasilkan kerangka luar dari kalsium karbonat sedangkananemon tidak menghasilkan kerangka luar dari kalsiun karbonat tersebut. 2.3 Tipe-Tipe Terumbu Umumnya mereka dikelompokkan menjadi tiga kategori: Atoll, terumbupenghalang (barrier reef, dan terumbu tepi (fringing reef Atol mudah dikenalkarena merupakan terumbu yang berbentuk cincin yang muncul dari perairan yangdalam, jauh dari daratan dan melingkari gobah yang memiliki terumbu gobah atauterumbu petak (Soedarto, 2009). 2.4 Penyebaran Terumbu Karang Karang hermatipik dapat bertahan selama beberapa waktu pada suhu sedikit dibawah 20 derajat celcius tidak ada terumbu yangberkembang pada suhu minimumtahunan di bawah 18 derajat celcius. Perkembangan terumbu yang paling optimalterjadi di perairan yang rata-rata suhu tahunannya 23-25 derajat celcius. Terumbukarang dapat mentoleransi suhu kira-kira 36-40 derajat celcius (Pitoyo, 2006). 2.5 Faktor-faktor Pembatas Faktor pembatas karang antara lain yaitu, kedalaman. Terumbu karang tidakdapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari 50-70 meter.Kebanyakanterumbu tumbuh pada kedalaman 25 m atau kurang dari 25 2



meter. Cahaya tersediaagar fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang dapatterlaksana. Titik kompensasi untuk karang nampaknya merupakan kedalaman di mana intensitas cahaya berkurang samapai 15-20 persen dari intensitas permukaan.Salinitas, Karang hermatipik adalah organisme lautan sejati dan tidak dapatbertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air laut normal (32 - 35ppt). Pengendapan baik di dalam air atau karang berpengaruh negatif terhadapkarang.Kebanyakan karang hermatipik tidak dapat bertahan dengan endapan yangberat,menutupinya dan menyumbat struktur pemberian makananya (Soedarto, 2009). 2.6 Penyebaran Karang dan Zonasi Terumbu Jumlah spesies dan genera karang terumbu yang terbesar berada di daerahIndo-Pasifik,termasuk kepulauan Filipina,Kepulauan Indonesia, Nugini dan bagianutara Australia.Zonasi Terumbu dimulai dari sisi yang menghadap ke arah datangnya anginzona pertama terumbu karang adalah lereng terluar yangmenghadap ke laut,zonasusuk dan parit atau zona penopang, dan zona dataran terumbu yang sangatdangkal, dan berakhir di daerah pantai yang menghadap ke laut (Hadi,2008). 2.7 Klasifikasi Karang Acropora Klasifikasi dunia Hewan, Karang Termasuk Dalam Kelas Anthozoa (suatu kelas dalam filum colenterata). Secara garis besar Veron (1986) dalam Yusuf (2005) Mengklasifikasikan karang Acropora sebagai berikut : Filum : Colenterata/Cnidaria Kelas : Anthozoa Ordo : Scleractinia Famili : Acroporidae Genus : Acropora sp 2.8 Morfologi Karang Acropora formosa Marga Acropora mempunyai bentuk percabangan sangat bervariasi dari karimboba, aborsen, kapitosa dan lain-lain. Ciri khas dari marga ini adalah mempunyai axial koralit dan radial koralit. Bentuk koralit juga bervariasi dari bentuk tubular, harifon dan tenggelam. Acropora formosa mempunyai bentuk percabangan aborsen dengan percabangan rampai sampai gemuk. Radial koralit membentuk tabung dengan bukan membulat atau oval tersusun merata dan rapat. Warna koloni kecoklatan dengan unjung cenderung memutih. Terbesar di seluruh perairan Indonesia (Wells, 1995) dalam (Suharsono, 1996). Terumbu karang di daerah tropis secara fisik didominasi oleh organisme yang hidupnyaa menetap dalam jangka waktu yang panjang. Karang Scelractinia yang umumnya yang hidup secara berkoloni dan memiliki alga



3



filamen ( zooxanthellae) yang hidup pada jaringan tubuhnya, memiliki banyak bentuk mulai dari tegak seperti pohon, tabel ataupun semak hingga bentuk yang tidak tegak seperti kerak ataupun piringan. Ukuran maksimum, laju pertumbuhan, laju produksi serta kisan habitat yang didiami sangat berbeda tiap spesiesnya (Tomascik, 1991) dalam (Yusuf, 2005). Karang Acropora berbeda dari yang lainnya dalam hal dua tipe polip yang di milikinya. Polip bagian tengah atau bagian aksial melintasi bagian tengah dari sebuah cabang dan membuka pada unjungnya. Pada saat ujung cabang tersebut tumbuh maka akan membentuk pucuk dengan sejumla polip jenis lainnya disebut polip radial. Percabangan selanjutnya terjadi pada saat sebuah koralit radial berubah menjadi sebuah koralit aksial dan mulai memanjang dan membentuk pucuk. Tipe perubahan ini memungkinkan terbentuknya sejumlah besar bentukan sehinga karang Acropora dapat terlihat menyerupai pohon, semak, tabel, pelat dan berbagai bentuk lainnya. Hal ini juga memungkinkan karang genus ini untuk tumbuh cepat dan mengisi tempat pada terumbu, baik di atas maupun di bawah karang lainnya. Pertumbuhan karang batu( sleractinia) dalam hal ini genus Acropora Spesies dari Acropora formosa lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan jenis karang batu lainnya hal ini disebabkan karena bentuk pertumbuhan karang ini adalah bercabang (branching ) sehingga proses kalsifikasi yang terjadi lebih cepat. Sedangkan jenis karang yang bentuk pertumbuhannya seperti otak (masif ) pertumbuhannya sangat lambat karena memerlukan kalsium karbonat (CaCO3) yang banyak sehinga proses kalsifikasi yang ada berjalan sangat lambat. ParameterLingkungan Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu karang tergantung pada kondisi lingkungannya, Dahuri dkk, (2004). Kondisi ini pada kenyataannya tidak selalu tetap tetapi seringkali berubah karena adanya gangguan baik yang berasal dari alam atau aktifitas manusia. Faktor kimia dan fisik yang diketahui dapat mempengaruhi pertumbuhan karang antara lain cahaya matahari. suhu, salinitas dan sedimen, sedangkan faktor biologis biasanya berupa predator atau pemangsa (Supriharyono, 2000). Cahaya Sinar matahari merupakan hal yang sangat penting dalam melengkapi cahaya yang di butuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Tumbuhan tidak dapat hidup terus tanpa adanya cahaya matahari yang cukup, sehingga penyabarannya di batasi pada daerah kedalaman dimana cahaya matahari masi dapat dijumpai. Penyinaran matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tinggi kedalaman laut (Hutabarat dan Evans, 1984). Karang hermatipik membutuhkan cahaya yang cukup untuk kegiatan fotosintesa dari alga yang berada dalam jaringannya. Dalamnya penetrasi cahaya



4



yang menentukan jangkauan kedalaman yang dapat dihuni oleh karang hermatipik (Lalamentik, 1991). Berkaitan dengan pengaruh cahaya terhadap karang, maka faktor kedalaman juga membatasi kehidupan binatang karang. Pada perairan yang jernih mungkin penetrasi cahaya bisa sampai pada lapisan yang sangat dalam, namum secara umum karang tumbuh lebih baik pada kedalaman kurang dari 20 m (Kinsman, 1964 dalam supriharyono, 2000). Suhu Pada permukaan laut, air murni berada dalam kedalaman cair pada suhu tertinggi 100ºC dan suhu terendah 0ºC. karena adanya salinitas dan densitas maka air laut dapat cair pada suhu dibawah 0ºC. Suhu air laut berkisar antara suhu dibawah 0ºC sampai 33ºC. Perubahan suhu dapat berpengaruh kepada sifat-sifat laut lainnya dan kepada biota laut (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Selanjutnya Nontji (2002) menyatakan bahwa hewan laut hidup dalam batas- batas suhu yang tertentu, ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, sebaliknya adapula yang mempunyai toleransi kecil. Suhu merupakan faktor penting yang menetukan kehidupan karang, Supriharyono (2000), selanjutnya ditambahkan oleh Wells (1959) dalam Supriharyono (2000) bahwa suhu yang baik untuk pertumbuhan karang adalah berkisar antara 25-29ºC, dengan perkembangan paling optimal pada perairan yang memiliki rata-rata suhu tahunannya antara 23 - 25ºC (Tomascik, 1991 dalamYusuf 2005). Salinitas Salinitas secara umum dapat disebut sebagai jumlah kandungan garam dari suatu perairan, yang dinyatakan dalam permil (‰). Kisaran salinitas air laut berada antara 0 – 40 g/kg air laut. Secara umum, salinitas permukaan perairan Indonesia rata - rata berkisar antara 32 – 34 ‰ (Dahuri dkk , 2004). Nybaken (1988) menyatakan bahwa karang hermatipik adalah organisme lautan yang tidak dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dan salinitas yang normal yaitu 32 – 35 ‰ (Nybaken, 1988). Arus Arus merupakan gerakan air yang sangat luas terjadi pada seluruh dunia, Hutubarat dan Evans (1984). Kemudian Nontji (2002) menyatakan bahwa arus merupakan gerakan mengalir suatu masa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, atau karena perbedaan densitas air laut atau pula dapat di sebabkan oleh gerakan gelombang panjang. Karang Acropora menurut Bengen (1995) tergolong sensitive karena membutuhkan kecerahan perairan yang tinggi dan perairan terbuka dengan sirkulasi air yang bebas. Karakteristik lingkungan seperti ini diperlukan karena tipe karang ini tidak dapat membersikan diri sendiri sebab memiliki polip yang relatif kecil sehingga memerlukan ombak dan arus yang sesuai. Smith (1992) dalam Lalamentik (1991) menambahkan bahwa semakin



5



cepat arus dapat membantu karang dalam menghalau sedimen yang terjadi dalam proses pembersihan diri. Sedimentasi Sedimentasi merupakan masalah yang umum di daerah tropis, pembangunan di daerah pantai dan aktifitas manusia seperti pengerukan dan pembukaan hutan menyebabkan pembebasan sedimen ke perairan pantai atau ke daerah terumbu karang (Supriharyono, 2000). Selanjutnya Abdullohmukhtar (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan karang, seperti di Pantai Bandengan, Jepara, Jawa Tengah, lambat pada musim hujan karena banyaknya sedimen. Sebaliknya cepat pada musim kemarau. Sebagai contoh, pertumbuhan Acropora aspera hanya sekitar 1-2 mm/bulan pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau mencapai > 10 mm/bulan. Menurut Dahuri dkk , (2001) sedimentasi dapat menyebabkan kematian pada karang baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedimentasi yang dapat langsung mematikan binatang karang mempunyai ukuran yang besar atau banyak sehingga dapat menutupi polib karang (Hubbard dan Pocock, 1972; (bak dan Elgersuizen, 1976) dalam Supriharyono, 2000). Sedangkan pengaruh tidak langsung adalah terjadinya penurunan penetrasi cahaya matahari yang penting untuk fotosintesis alga simbion atau zooxanthellae, dan banyaknya energi yang dikeluarkan untuk menghalau sedimen yang berakibat turunnya laju pertumbuhan karang (Pastorok dan Bilyard, 1985 dalam Supriharyono, 2000). Menurut Pastrook dan Bilyard, 1985; dalam Supriharyono, 2000, menyatakan bahwa laju sedimentasi antara 1-10 gr dalam kategori kecil-sedang, pada 10-50 dalam kategori sedang- bahaya dan pada kategori bahaya-katastropik mencapai < 50. Selanjutnya Lalamentik (1991) menyatakan bahwa banyak tipe sedimen yang muncul pada dan sekitar terumbu karang, termasuk didalamnya hancuran karang yang kasar, berbagai tipe pasir dan lumpur yang halus. Pertumbuhan Karang Transplantasi Seperti hewan lain, karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni dan ada pembentukan koloni baru sedangkan reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan ovum ( fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan baru kemudian pertumbuhan dan pematangan) (Timotius, 2003). Salah satu perbandingan reproduksi aseksual dan seksual dipandang dari sisi ketahanan dan adaptasi terhadap lingkungan adalah waktu pembentukan anakan, untuk reproduksi aseksual karang membutuhkan waktu yang singkat



6



untuk tumbuh sedangkan untuk reproduksi seksual karang membutuhkan waktu dan proses lebih panjang untuk pertumbuhan, ini dikarenakan karena pada reprodusi aseksual karang dibentuk oleh potongan atau rangka dari induk karang sedangkan pada reproduksi seksual tidak (Timotius, 2003). Koloni karang hermatiphik mengandung alga ( zooxanthellae) yang hidup bersimbiosis dengan terumbu karang. Zooxanthellae yang di koloni karang membentuk bangunan karang. Gereau dan Gereau (1959) dalam Supriharyono (2000) menyatakan bahwa merupakan factor yang esensial dalam proses klasifikasi atau produksi kapur bagi hermathipiccorals atau reef building corals Pertumbuhan setiap spesies karang berbeda. Spesies tertentu mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat, yaitu bias mencapai 2 cm/bulan (karang bercabang) tetapi ada pula yang mempunyai pertumbuhan sangat lambat yaitu 1 cm/tahun. Menurut defenisi pertumbuhan karang merupakan petambahan panjang linear, berat, volume, atau luas kerangka atau bangunan kapur (Calsium) spesies karang dalam kurun waktu tertentu (Budemeier dan Tinzie, 1962 dalamSupriharyono, 2000). Kecepatan tumbuhan karang juga ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana hewan ini berada. Perairan yang kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan karang, maka karang tumbuh lebih cepat di bandingkan dengan daerah yang lingkungannya tercemar (Supriharyono, 2000). Direktur Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (2007) karang dari genus Acropora sp memiliki pertumbuhan pada umur 3 – 6 bulan. Dipilihnya genus Acropora formos sebagai bahan penelitian dalam transplantasi karang karena, jenis karang ini memiliki awal pertumbuhan, memiliki kisaran pertumbuhan yang cepat serta memiliki ketahanan hidup yang besar. Deslina (2004) kisaran pertambahan panjang genus Acropora formosaadalah 1.20 cm selama 2 bulan, dan menurut Sadarun, (1999) Genus Acroporaformosa memiliki ketahan hidup yang besar dari genus Acropora sp lainnya. Genus Acropora formasajuga mengalami Awal pertumbuhan yang cepat dan pertambahan panjang lebih tinggi dibandingkan dengan genus Acropor sp lainnya (Ofri Johan dkk, 2008). Besarnya ukuran fragmen transplantasi sangat menentukan pertumbuhan dan keberasilan dari transplantasi karang (Ofri Johandkk, 2008). Horriot dan Fisk (1988) dalam Ofri Johan dkk (2008) mengemukakan bahwa dalam transplantasi karang Acropra sp harus memperhatikan ukuran karang tersebut, ukuran yang lebih kecil akan memiliki tingkat kematian yang tinggi. Pertambahan panjang dipengaruhi oleh sifat biologi model percabangan karang seperti model karang branching arborescent cenderung mempunyai pertambahan panjang mengarah ke atas lebih besar (Sadarun, 1999). Menurut Deslina (2004), Kisaran yang diperoleh pada pertambahan karangAcroporasp selama 2 (dua) bulan pengamatan adalah 1,34 cm – 1,62 cm , yang ini berbeda dengan kisaran yang diperoleh Sadarun (2000) dengan masa pengamatan 5 (lima) bulan berkisar antara 2,01 cm 4,91 cm, sedangkan menurut



7



Yahyah (2001) dengan masa pengamatan 6 (enam) bulan berkisar antara 1,49 cm – 3,50 cm. Diduga adanya perbedaan kisaran ini karena pengaruh perairan dan periode waktu pengamatan. 2.9 Ketahanan Hidup Karang Transplantasi Data Ketahanan hidup atau keberhasilan hidup fragmen karang dihitung dengan menghitung jumlah fragmen karang yang masih berada di atas substrat transplantasi sampai akhir pengamatan. Penempelan fragmen pada substrat sangat dipengaruhi oleh kecepatan karang membentuk rangka kapur baru setelah dipatahkan dari induknya. Ketahanan hidup dikatakan mencapai 100% apabila semua fragmen karang yang ditransplantasikan tidak terlepas dari substratnya (Sadarun, 1999). Tingkat ketahanan hidup fragmen karang transplantasi sangat ditentukan oleh penempelan fragmen pada karang, sedimen dan turbiditas, ukuran fragmen, gangguan dari spesies pengganggu (ikan, dan keong pemakan karang) serta banyaknya alga di suatu perairan. Amaryllia dkk (2003) menyatakan bahwa penempelan fragmen pada substrat sangat dipengaruhi oleh kecepatan karang membentuk rangka kapur baru setelah dipatahkan dari induknya, setelah fragmen merekat pada substrat maka energi yang awalnya digunakan untuk membentuk kerangka kapur baru (regenerasi) dialihkan untuk pertumbuhan dan memperbesar ukuran diameter sehingga karang mencapai ukuran idealnya. Dodge dan Vaysnis (1977) dalam Ofri Johan dkk (2008) mengemukakan bahwa sedimen dan turbiditas yang terus meningkat akan menyebabkan menurunnya laju pertumbuhan dan meningkatkan angka kematian karang, Selanjutnya Bak dan Criens (1981) dalam Ofri Johan dkk (2008) bahwa keberasilan hidup dari karang transplantasi sangat ditentukan oleh ukuran fragmen karang. Kematian dari fragmen karang juga ditentukan oleh hewan pemakan karang yang bersembunyi dan menempel di percabangan karang yang umumnya adalah jenis Drupella sp dari kelompok hewan kekerangan. Selain itu kematian juga ditentukan oleh alga yang menutupi fragmen karang sehingga terjadi perubahan warna menjadi coklat kehitaman (Ofri John dkk 2008), Seperti yang dikemukakan oleh Bak dan Criens (1981)dalamOfri Johan dkk (2008) bahwa keberasilan hidup dari karang transplantasi juga di tentukan oleh Filamentousalgae (turf algae). banyak alga disuatu perairan disebabkan oleh kelimpahan nutrient yang dapat menyebabkan terganggunya proses klasifikasi, laju pertumbuhan, jumlah zooxantellae dan dan jumlah populasi karang (Hoegh dan Guldberg (1997) dalam Ofri Johan dkk (2008)). 2.10 Transplantasi Karang (Coral transplantation ) Transplantasi karang (coral transplantation) adalah pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk dicangkok di tempat lain atau di tempat yang karangnya telah mengalami kerusakan, bertujuan untuk pemulihan atau



8



pembentukan terumbu karang alami. Transplantasi karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, dan dapat pula dipakai untuk membangun daerah terumbu karang baru yang sebelumnya tidak ada (Harriott, 1988 dalam Anonim, 2010). Kegiatan transplantasi di Indonesia telah dilakukan di Pulau Pari Kepulauan Seribu dengan menggunakan substrat keramik, beton dan gerabah. Tujuannya adalah untuk program percontohan dalam merehabilitasi pulau-pulau yang kondisi terumbu karangnya sudah rusak serta dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata laut, program pendidikan, penelitian dan uji coba dibidang perdagangan Dimasa mendatang transplantasi karang akan memiliki banyak kegunaan antara lain: untuk melapisi bangunan-bangunan bawah laut sehingga lebih kokoh dan kuat untuk memadatkan spesies karang yang jarang atau terancam punah dan untuk kebutuhan pengambilan karang hidup bagi hiasan akuarium (Moka, 1995 dalam Anonim, 2010). 2.11 Teknik-Teknik Transplantasi Karang Beberapa teknik untuk meletakan karang yang di transplantasikan adalah semen, lem plastik, penjepit baja, dan kabel listrik plastik. Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, ada beberapa kententuan untuk transplantasi karang, yaitu (Coremap & Yayasan Lara Link Makassar, 2006): 1.Untuk transplantasi karang diperlukan suatu wadah beton sebagai substrat dimana karang ditanam. 2.Jenis karang bercabang lebih cepat pertumbuhannya, dan mampu menyesuaikan dibandingkan karang masif. 3.Semua lokasi perairan pada dasarnya dapat dilakukan transplantasi dengan syarat kondisi hidrologik masih dalam batas toleransi pertumbuhan karang. 4.Hasil percobaan pada habitat yang berpasir tetapi dengan kesuburan yang tinggi pertumbuhan karang lebih cepat dibandingkan pada daerah yang karannya rusak. 5.Wadah karang yang ditransplantasi sebaiknya tidak menghalangi aerasi oleh arus. Menurut Anonim (2010), karang untuk transplantasi harus diambil dari tempat yang sama dengan tempat pelaksanaan transplantasi terutama dalam hal pergerakan air, kedalaman dan turbiditas. Transplantasi karang dalam koloni besar dapat dilakukan walaupun tanpa memerlukan perlekatan. Tingkat ketahanan hidup karang yang ditransplantasi dapat tinggi walaupun tidak dilekatkan pada substrat asal saja pelaksanaannya dilakukan di daerah terlindung terutama dari aksi gelombang.



9



III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 05 Oktober 2017 pukul 18:0014:00 WIB. Bertempat di Pantai Matras, Sungai Liat 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu tank, alat tulisdan handphone. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu genus dariterumbu karang yakni kawat, rangka besi, kabelti, paku, substrat keras/genteng dan Acropra. 3.3 Prosedur Kerja Transplantasi karang ini memanfaatkan kemampuan regenerasi karang secara aseksual. Transplantasi karang (coral transplantation) adalah pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk dicangkok di tempat lain atau di tempat yang karangnya telah mengalami kerusakan, bertujuan untuk pemulihan atau pembentukan terumbu karang alami. Adapun jenis karang yang diditranspalasi dalam praktikum ini adalah fragmen karang Acropora sp yang diambil dari perairan Pantai Matras, Sungai Liat. Alasan memilih jenis karang ini dikarenakan Jenis karang ini bercabang lebih cepat pertumbuhannya, dan mampu menyesuaikan dibandingkan karang masif serta didukung lokasi perairan pada dasarnya dapat dilakukan transplantasi. Adapun langkah kerja yang kami lakukan adalah sebagai berikut: 1. Pertama di tenentuan spesies karang yang hendak digunakan, diawali dengan survey lapangan. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen lapangan. 2. Kedua digunakan metode jaring dan substrat, Jaring yang dilengkapi dengan substrat yang terbuat dari keramik gerabah dengan ukuran 10 x 10 cm. pada saat mengikat jaring dengan substrat digunakan kabelti sebagai bahan penyatu antar lubang yang ada pada substrat dengan kerangka jaringan. Pada metode ini pengukuran relative lebih murah, lebih rapid dan teratur, baik untuk karang yang bercabang. Biaya lebih mahal, proses pemasangan lebih rumit, membutuhkan tenaga yang lebih banyak serta membutuhkan waktu yang lebih lama.



10



3. Setelah dipastikan substrat menempel kuat pada jaringnya, maka selanjutnya dimulai dengan pemotongan anak karang dari induknya, setelah itu barulah masing-masing anakan karang tersebut ditempel menggunakan kabelti terhadap paku yang menempel pada substrat. Penanaman dilakukan didalam air hal ini lakukan untuk menghindari stress yang berlebihan pada karang dengan mengeluarkan lendir.



4. Kempat setelah semua acropora dipastikan menempel dengan kuat dan rapi, selanjutnya diangkat kerangka jaring beserta substrat dan Acropora keperahu untuk kemudian ditbawa dan ditempatkan didaerah dasar laut yang sesuai sebagai tempat hidup acropora tersebut seperti gelombang yang cukup deras serta kondisi perairan yang jernih dan tidak tercemar.



11



5. Terakhir selain menggunakan metode transpalasi jarring dan substrat, juga digunakan metode tanam yaitumetode tali gantung sekitar 40-60 cm pada batu/ substrat keras. Namun metode ini tidak menanam karang secara langsung disubstratnya melainkan sebagai penyedia substrat yang keras terhadap pertumbuhan karang yang menempel setelah melakukan proses reproduksi secara seksual.Sayangnya metode ini hanya dilakukan oleh peserta KKN dan para dosen.



DAFTAR PUSTAKA



12



Andrew,W. 2OO8. Peranan Terumbu Karang. http://usu.responsity.ac.id. Diakses pada tanggal (10 Oktober 2017) Idrus,



V. 2013. Ekosistem Karang dan Transplantasi Karang. http://www.academia.edu/5035043/Ekosistem_Terumbu_karang_dan_ Transplantasi_Karang_Acropora_formosa_. Diakses pada tanggal (13 Oktober 2017)



13