Preferensi Konsumen PHP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pola Kecenderungan Pembelian dan Preferensi Konsumen Produk Hasil Pertanian



KELOMPOK 6 : Widi Raharjo



J3J118025



Yukida Muhammad fathan al hanif J3J118139 Sabrina Baldah



J3J218415



Natasya Aprilia



J3J218430



Rima Dwi Santika



J3J218436



PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preferensi konsumen merupakan indikator permintaan pasar terhadap suatu produk pertanian. Faktor tersebut harus menjadi pertimbangan bagi petani produsen dalam menentukan jensi sayuran yang akan diproduksi. Berbagai jenis sayuran bisa diusahakan oleh petani sesuai agroekosistemnya, namun selera pasar tidak diketahui dan tidak pasti. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian untuk mengevaluasi selera konsumen, agar dapat diketahui jenis sayuran yang paling disukai oleh sebagian besar konsumen dan skala prioritasnya. Di samping itu, petani produsen juga akan punya kriteria dalam menentukan pilihan usahataninya. Meskipun permintaan terhadap suatu komoditas tinggi, akan tetapi apabila risiko dan kebutuhan terhadap investasi atau biaya produksi besar belum tentu petani akan mengusahakan komoditas tersebut. Pentingnya pengukuran terhadap preferensi konsumen adalah sebagai dasar untuk menarik minat pembeli dalam mengkonsumsi produk, sebagai acuan bagi produsen untuk menentukan strategi dalam upaya menarik loyalitas konsumen, dan menjaga interaksi berkelanjutan antara produsen dan konsumen. 1.2 Tujuan 1. Mengetahui pola kecenderungan dan preferensi konsumen terhadap produk hasil pertanian komoditas tanaman pangan maupun non pangan. 2. Mengetahui pola kecenderungan dan preferensi konsumen terhadap produk hasil pertanian komoditas perikanan pangan maupun non pangan. 3. Mengetahui pola kecenderungan dan preferensi konsumen terhadap produk hasil pertanian komoditas peternakan pangan maupun non pangan.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Preferensi Konsumen terhadap Beras Organik di Wilayah Kota Bogor Tahap-tahap proses pembelian : 1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan Beras organik merupakan produk dari pertanian padi dengan sistem budidaya organik. Beras organik sangat baik bagi kesehatan karena bebas dari bahan kimia berbahaya, jika dibandingkan dengan beras lain. Hal ini, menjadikan beras organik semakin banyak disukai oleh konsumen. Konsumen mulai mengenal kebutuhan akan beras organik pada saat konsumen mulai menyadari manfaat yang diperoleh. Motivasi terbesar dalam pembelian beras organik adalah harga jual yang bersaing dengan non organik (36%), rasa, kemudahan diperoleh, kandungan gizi, kebersihan beras (higienis) dan keinginan mencoba. 2. Menilai Sumberdaya Artikel preferensi konsumen terhadap beras organik terdapat hasil survey pembelian beras organik yang dipengaruhi beberapa peubah seperti pendapatan. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh konsumen ikut mempengaruhi jumlah pembelian yang dilaku-kan. 3. Menetapkan Tujuan Pembelian Konsumen membeli beras organik karena beras tersebut memiliki manfaat bagi kesehatan (bebas dari kandungan bahan kimia berbahaya), meiliki kandungan gizi yang lebih tinggi dari beras biasa, butiran beras lebih bersih dan harga terjangkau merupakan motivasi pembelian. 4. Mengidentifikasi Alternative Pembelian Konsumen memutuskan alternatif yang akan digunakan setelah menentukan kriteria evaluasi. Pertimbangan konsumen akan suatu produk, sangat tergantung pada kemampuan untuk mengingat informasi yang bertahan di dalam ingatan. Jika alternatif



dapat diingat saat berada di tempat perbelanjaan, maka alternatif tersebut dapat dipertimbangkan. Jika konsumen tidak memiliki pengetahuan tentang alternatif, maka konsumen harus melihat pada lingkungan untuk membentuk alternatif yang bisa digunakan sebagai dasar pertimbangan. Berdasarkan hasil survey di artikel preferensi konsumen terhadap beras organik konsumen mengambil alternative seperti membeli beras di tempat lain, membeli jenis/merk beras yang berbeda dan memutuskan tidak membeli jika persediaan beras organik habis di berbagai tempat pembelanjaan. 5. Keputusan Membeli Pengambilan keputusan untuk pembelian beras organik oleh konsumen dilihat dari peubah-peubah (komponen) yang mempengaruhinya diantaranya pengaruh penjual, pencemaran, pendapatan, pengaruh keluarga, kemasan, higienis dan pengaruh teman. Peubah tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang biasanya dilakukan oleh setiap konsumen di dalam melakukan pembelian beras, yang meliputi bauran pemasaran seperti promosi, harga dan faktor internal dari konsumen itu sendiri, serta pengaruh keluarga dan teman. Hal ini terjadi karena persepsi konsumen terhadap beras organik dapat mempengaruhi keputusannya dalam membeli beras organik. Semakin banyak konsumen yang paham akan kualitas dan manfaat beras organik maka konsumen semakin tertarik dan terdorong untuk membeli beras organik dan mengkonsumsinya. 6. Perilaku Setelah Membeli Sebanyak 76% konsumen menyatakan puas akan pembelian beras organik, karena mutu, rasa yang enak, pulen dan harga terjangkau untuk keluarga. Konsumen lainnya (24%) menyatakan tidak merasa puas, karena ada konsumen yang menganggap ketidak-seragaman ukuran beras dan tidak tersedianya beras organik di berbagai tempat pembelan-jaan. Tingkat kepuasan dapat menumbuhkan loyalitas konsumen terhadap produk. Hal ini dapat dilihat dari tindakan konsumen ketika menghadapi masalah ketersediaan pada beras organik yang biasa dibeli. Sebagian besar konsumen akan mencari di tempat lain, jika jenis beras organik yang biasa dibeli tidak tersedia (50%), sedangkan 44% akan membei jenis/merek lain dan 6% konsumen memutus-kan tidak



jadi membeli. Tujuan konsumen mempertimbangkan ber-bagai faktor di dalam proses keputusan pembelian beras organik adalah untuk mendapatkan hasil pembelian yang sesuai dengan harapan, sehingga yang bersangkutan merasa puas dan akan menimbulkan loyalitas terhadap produk untuk melakukan pembelian ulang. 2.2 Preferensi Konsumen terhadap Anggrek Vanda Tahap-tahap proses pembelian : 1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan Pada saat ini pasar anggrek menuntut tersedianya bunga anggrek potong dan tanaman pot anggrek yang bermutu dan dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat dan kontinyu. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi perlu dilakukan untuk mengimbangi permintaan pasar bunga anggrek potong dan tanaman anggrek pot dalam negeri maupun ekspor. Pada komoditas tanaman hias, warna bunga merupakan kontributor utama terhadap nilai ekonomi bunga (Qud et al. 1995) dan menjadi pertimbangan penting konsumen dalam melakukan pembelian bunga (Stegelin 2004, Philips et al. 2009). Konsumen juga mencari produk dengan keragaman warna bunga, daun, tekstur, dan bentuk yang ideal 2. Menilai Sumberdaya Berdasarkan pada survey yang telah dilakukan di artikel, kemampuan daya beli konsumen anggrek vanda yaitu diliat dari besarnya penghasilan per bulannya. Semakin besar pendapatan konsumen per bulan semakin besar juga minat konsumen untuk membeli anggrek vanda. 3. Menetapkan Tujuan Pembelian Tujuan konsumen membeli anggrek vanda



yaitu sebagai hobi dan sebagai



design untuk mempercantik rumah. 4. Mengidentifikasi Alternative Pembelian Terdapat alternatif anggrek yang dapat dipilih oleh konsumen seperti anggrek Phalaenopsis dan anggrek Dendrobium. Pemilihan ini biasanya tergantung pada minat



konsumen karna setiap anggrek memiliki karakteristik yang berbeda beda 5. Keputusan Membeli Biasanya dalam hal mengambil keputusan untuk membeli suatu komoditas dipengaruhi oleh factor eksternal. Keputusan kosumen dalam pembelian anggrek vanda tergantung dengan minat konsumen. Hal yang utama menjadi perhatian konsumen dalam pembelian anggrek ialah harga, kemudian diikuti oleh ukuran, dan terakhir warna bunga. Hal ini menunjukkan bahwa warna apapun yang dihasilkan oleh para pemulia, tetap dipilih oleh konsumen, yang penting murah dan 6. Perilaku Setelah Membeli Kepuasan dan ketidakpuasan kosumen dilihat dari kualitas anggrek vanda yang dibeli. Berdasarkan hasil survey lapangan, selera konsumen terhadap anggrek Vanda ialah bentuk bunga bulat, warna bunga ungu, jumlah kuntum bunga per tangkai >10 kuntum, pola/motif bunga berjala dan berbintik, serta susunan bunga menghadap ke segala arah, dan relatif kompak. Anggrek Vanda merupakan bunga yang banyak digunakan sebagai tanaman/ bunga gantung, oleh karena itu kualitas bunga keseluruhan menjadi perhatian konsumen. Bentuk bunga yang bulat memperlihatkan bentuk yang eksotik dengan kuntum bunga yang banyak dalam satu rangkaian. Untuk konsumen luar negeri, Jepang misalnya, warna bunga sangat menjadi perhatian, karena untuk acaraacara tertentu dibutuhkan warna-warna bunga tertentu pula. Jika secara keseluruhan tanaman anggrek baik dan sesuai dengan keinginan konsumen, maka konsumen akan merasa puas. 2.3 Preferensi Konsumen terhadap Pecel Lele di Kota Kendari Tahap-tahap proses pembelian : 1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan Pada awalnya, persepsi sebagian besar masyarakat Kota Kendari terhadap ikan lele adalah kurang baik. Ikan lele dianggap sebagai ikan murah dan identik dengan tempat pemeliharaan yang kotor. Namun demikian, akhir-akhir ini permintaan terhadap



ikan lele di Kota Kendari semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan bertambah dan berkembangnya usaha warung makan yang menjual pecel lele. Di lain pihak, sebagai ibukota provinsi, tentunya Kota Kendari berpenduduk dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang relatif tinggi sehingga memungkinkan minat dan keinginan terhadap sesuatu produk akan lebih besar dibandingkan di wilayah lainnya. Di Kota Kendari pembelinya semakin kritis memilih produk sesuai keinginan mereka. Selera masyarakat yang selalu menginginkan yang lebih baik, maka kualitas produk harus disesuaikan keinginan konsumen. Semakin selektifnya konsumen menentukan pilihan dalam membeli produk ikan lele, merupakan peringatan bagi para produsen terhadap upaya memuaskan pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan pelanggan setelah membandingkan dengan harapannya (Umar, 2002). Konsumen saat ini menuntut pelayanan cepat, dengan porsi tepat serta harga bersaing 2. Menilai Sumberdaya Konsumsi pecel lele juga sangat dipengaruhi oleh anggaran rumah tangga bulanan konsumen. Besarnya jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari konsumen. Pengeluaran perbulan konsumen untuk membeli pecel lele, yakni 50 persen responden mengeluarkan biaya  Rp 100.000 perbulan untuk membeli pecel lele. Hal ini membuktikan bahwa antusiasme konsumen untuk membeli pecel lele di Kota Kendari cukup besar dan berarti bahwa pecel lele merupakan produk yang cukup diminati masyarakat. 3. Menetapkan Tujuan Pembelian Sebanyak 48 konsumen dari keseluruhan responden menyatakan bahwa manfaat yang dicari dalam membeli produk pecel lele adalah menginginkan kandungan gizi yang terkandung pada ikan lele. Selanjutnya, manfaat yang ingin diperoleh konsumen adalah kemudahan memperolehnya sebanyak 14,47 persen responden. 4. Mengidentifikasi Alternative Pembelian Alternatif lain dari produk olahan pecel lele adalah ikan lele goreng, yang diolah seperti layaknya ikan laut. Umumnya pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian ikan lele dalam bentuk olahan selain pecel lele yakni berdasarkan rasa yang lebih enak. Hal ini berarti bahwa pertimbangan rasa menjadi pilihan utama yang diambil



oleh konsumen karena mereka telah memilih ikan lele sebagai menu pilihan. Pertimbangan rasa ikan lele olahan selain pecel lele ini, disebabkan karena pada warung tertentu hanya menjajakan lele goreng dan tidak menjajakan pecel lele. 5. Keputusan Membeli Pada tahap pembelian ini, konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan membeli, tempat pembelian dan cara pembayaran. Sebanyak 46,05 persen konsumen membeli pecel lele di warung tenda. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya konsumen lebih memilih untuk membeli pecel lele di warung tenda dengan berbagai pertimbangan serta alasan khusus. Keputusan pembelian pecel lele juga dinilai dari sudut pandang perencanaan. Sebanyak 44,74 persen konsumen membeli pecel lele tergantung situasi. Artinya, konsumen tidak merencanakan secara khusus dalam melakukan pembelian pecel lele, namun lebih tergantung pada situasi bila dan kapan menginginkan pecel lele dan tersedia di tempat pembelian. Sebanyak 61,84 persen konsumen membeli pecel lele tanpa pengaruh dari pihak lain, yakni hanya keinginan diri sendiri untuk mengkonsumsi pecel lele. Hal ini membuktikan bahwa pihak yang paling berpengaruh dalam keputusan pembelian berasal dari diri sendiri, maka pihak luar dianggap tidak memiliki atau kecil pengaruhnya terhadap keputusan pembelian. 6. Perilaku Setelah Membeli Sebanyak 86,4 persen responden cukup puas dengan ukuran, harga, warna, rasa, kebersihan, maupun tekstur pecel lele, sedangkan 13,16 persen merasa biasa saja. Informasi ini akan menjadi pertimbangan bagi produsen pecel lele untuk meningkatkan kinerjanya sehingga mampu menambah kepuasan konsumen pecel lele. Sebanyak 51,32 persen responden cenderung tidak konsisten dan hanya 48,68 yang konsisten dalam melakukan pembelian pecel lele. Setelah menemukan bahwa produk baru itu lebih baik, barulah akan berpindah. Konsistensi konsumen juga mengalami perubahan ketika ada perubahan harga produk. Sebanyak 53,95 persen konsumen tetap membeli pecel lele walaupun harga pecel lele mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pecel lele masih cukup diminati walaupun harganya telah mengalami kenaikan. 2.4 Preferensi Konsumen terhadap Atribut Mutu Produk Kulit Pari Di Yogyakarta Tahap-tahap proses pembelian :



1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan Preferensi konsumen merupakan hal yang penting dalam pemasaran karena berhubungan erat dengan keberhasilan industri untuk mencapai tujuannya yaitu keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen atas dasar preferensi konsumen (Yanuasti 2016). Preferensi konsumen terhadap atribut mutu produk kulit pari merupakan salah satu data yang dapat digunakan dalam mengevaluasi aspek pasar dari industri kerajinan produk kulit pari. Responden yang digunakan dalam penelitian ini merupakan konsumen atau pemakai produk kulit pari. 2. Menilai Sumberdaya Artikel preferensi konsumen terhadap atribut mutu produk kulit pari di pengaruhi oleh beberapa kendala. Kendala yang dihadapi UMK produk kulit pari, antara lain keterbatasan bahan baku kulit pari segar, keterbatasan produk kulit jadi/kulit semak (bahan baku produk dan barang kulit). Sesuai permintaan industri serta mutu dan ukuran kulit semak yang beragam dalam cakupan manajemen rantai pasok (MRP). 3. Menetapkan Tujuan Pembelian Konsumen membeli produk dari kulit pari karena, tergolong produk komersial yang unik dan menarik serta hampir tidak pernah ditemui di berbagai pasar kulit di belahan dunia lainnya dengan harga kompetitif dan sangat di sukai konsumen. 4. Mengidentifikasi Alternative Pembelian Ada banyak alternatif dalam pembelian produk kulit ikan pari diantaranya adalah dompet,gantungan kuci,tas,ikat pinggang dan gelang. Pemilihan ini biasanya tergantung pada minat konsumen, karna setiap produk itu berbeda karakteristiknya. 5. Keputusan Membeli Biasanya dalam hal mengambil keputusan untuk membeli suatu produk di pengaruhi oleh faktor-faktor seperti harga,ukuran,dan warna dari produk tersebut. Dan kebanyakan konsumen memilih atau membeli produk sesuai dengan kemampuannya (harga yang paling murah). 6. Perilaku Setelah Membeli Preferensi konsumen merupakan hal yang penting dalam pemasaran karena



berhubungan erat dengan keberhasilan industri untuk mencapai tujuannya yaitu keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen atas dasar preferensi konsumen. terhadap atribut mutu produk kulit pari. . Responden yang digunakan dalam penelitian ini merupakan konsumen atau pemakai produk kulit pari. Total responden yang digunakan sebanyak 70 orang Berdasarka produk yang paling banyak dibeli oleh konsumen adalah dompet laki-laki. Karakteristik responden tentang uji kesukaan menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui produk kulit pari tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa strategi pemasaran yang dilakukan industri cukup efektif dengan jangkauan distribusi yang masih terbatas lokal, oleh karena itu, masih diperlukan strategi pengembangan pasar. Sebagian besar responden dari jumlah 70 orang memberikan penilaian penting terhadap atribut mutu dan pemilihan lokasi pembelian produk. Kualitas menjadi hal penting dalam membeli produk. Kualitas yang baik dapat meningkatkan reputasi industri dan kesempatan mewujudkan cost reduction. Industri yang menciptakan produk yang berkualitas, akan mendapatkan predikat yang bagus di mata pelanggan. 2.5 Preferensi Konsumen terhadap Kerajinan kaligrafi dikota Sukoharjo Tahap-tahap proses pembelian : 1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan Pengrajin kaligrafi membutuhkan kondisi fisik yang bagus dalam menjalankan usaha sehingga sebagian besar pengrajin berjenis kelamin laki-laki dan bertindak sebagai keluarga kepala keluarga dalam mencari nafkah (Noviana, 2016). Menurut Marmawi (2009), laki-laki bertanggung jawab sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah utama dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak dan istrinya. 2. Menilai Sumberdaya Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan formal responden rata-rata hanya tamatan SD sebanyak 11 orang atau sebesar 36,67% Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengrajin tergolong rendah. Tingkat pendidikan pengrajin



berpengaruh terhadap manajemen usaha kerajinan kaligrafi kulit kambing yang dilakukan. Pendidikan pengrajin menggambarkan kemampuan mengelola usaha kerajinan kaligrafi. Pendidikan dipandang tidak hanya meningkatkan keahlian dan ketrampilan, melainkan juga dapat memperbaiki sikap dan menambah pengetahuan sumber daya manusia, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas (Sutawi, 2007). 3. Menetapkan Tujuan Pembelian Pengalaman pengrajin rata-rata lebih dari 20 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 36,67%. Pengalaman pengrajin kaligrafi kulit kambing yang telah bertahun tahun menjadikan minat khusus konsumen untuk membeli dari pengrajin sukoharjo. 4. Mengidentifikasi Alternative Pembelian Alternative pembelian yang dilakukan yaitu beralih pada pengrajin yang menjual harga yang lebih murah atau mencari pengrajin dengan kualitas terbaik berdasarkan, pelatihan penyamaan kulit dan juga pelatihan pemasaran, cara peminjaman, pembukuan, managemen, komunikasi, mutu dan kualitas, kerajinan dan perindustrianSemakin banyak pelatihan yang diikuti pengrajin maka semakin meningkat ketrampilan yang dimiliki pengrajin. Hal ini sesuai dengan pendapat Arep dan Tanjung (2002) bahwa pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), terutama dalam hal pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), keahlian (skill), dan sikap (attitude). 5. Keputusan Membeli Perilaku konsumen unutk membeli produk kerjainan dari sukoharjo sebab dianggap memiliki hasil yang cukup baik dan memuaskan disebabkan mayoritas pengarjin sudah melakukan kegiatan membuat kaligrafi dari kulit kambing dengan waktu yang cukup lama, hal ini menjadikan kerjainan dari sukoharjo menjadi magis tersendiri bagi pembelinya. 6. Perilaku Setelah Membeli Perilaku konsumen terhadap hasil yang diperoleh dari pengrajin di sukoharjo cukup puas karena pengalaman dan karya dari pengrajin memiliki daya tarik bagi konsumen.



2.6 Preferensi Konsumen Susu Kambing Perah Produk Peternakan Bangun Karso Bogor Tahap-tahap proses pembelian : 1. Menganalisa Keinginan dan Kebutuhan Produksi susu di Indonesia berasal dari ternak mamalia seperti sapi, kambing, maupun kerbau. Susu merupakan minuman bergizi tinggi identik dengan makanan pelengkap pada konsumsi sehari-hari agar didapatkan gizi seimbang. Seiring berjalannya waktu populasi penduduk di Indonesia mengalami peningkatan, yang mana berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi pangan terutama konsumsi hasil ternak. Berkaitan dengan peningkatan status pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat, masyarakat sudah mulai sadar akan gizi yang baik salah satunya dapat diperoleh dari hasil ternak yaitu susu. Kambing perah termasuk kambing dwiguna penghasil daging dan susu di Indonesia. Potensi produksi susu kambing cukup baik dan memiliki protein yang tinggi sehingga dapat mengobati berbagai macam penyakit. Salah satu wilayah yang memiliki potensi penghasil susu kambing perah yang cukup baik adalah Kabupaten Bogor. Hal ini berdasarkan faktor iklim yang baik sehingga mendukung potensi produktifitas kambing perah yang cukup besar. Ada tujuh pelaku usaha peternakan kambing perah yang terkonsentrasi pada penjualan susu kambing di Kabupaten Bogor, salah satunya adalah Bangun Karso Farm. 2. Menilai Sumberdaya Sebanyak 18 orang konsumen mempertimbangkan harga sebelum membeli susu kambing, dimana harga merupakan jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk baik barang maupun jasa (Kotler, 2008). Akan tetapi, beberapa konsumen beranggapan bahwa harga tidak menjadi sebuah masalah dalam melakukan pembelian susu dikarenakan kualitas dan manfaat dari susu kambing itu sendiri sebagai penambah stamina dan penyembuhan penyakit. 3. Menetapkan Tujuan Pembelian Konsumen membeli susu kambing untuk kebutuhan obat, kesehatan, toko perlengkapan haji dan konsumen yang terbiasa mengkonsumsi susu kambing.



Perubahan perilaku konsumen sangat penting diketahui agar dapat memperkirakan kebutuhan konsumen pada saat sekarang dan masa yang akan datang 4. Mengidentifikasikan Alternative Pembelian Peran penting bagi perusahaan Mempertahankan loyalitas pelanggan dapat meningkatkan produktifitas dan kelangsungan hidup suatu usaha. Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi pelaku usaha, ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian mengenai analisis preferensi dan loyalitas konsumen terhadap susu kambing di Bangun Karso Farm perlu dilakukan agar strategi pemasaran susu kambing dapat tepat sasaran dan sesuai dengan keinginan konsumen guna menjaga kualitas produk dan bertahan dalam persaingan bisnis secara berlanjut 5. Keputusan Membeli Konsumen sangat puas dengan layanan yang diberikan dalam melakukan pembelian susu kambing di BKF



karena pihak manajemen pemasaran melayani



konsumen dengan sangat baik, cepat dan ramah serta terdapat fasilitas layanan antar susu kambing kepada konsumen. Manajemen pemasaran di BKF berpendapat bahwa kepuasan konsumen adalah kunci utama dalam penjualan susu kambing sehingga manajemen berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. 6. Perilaku Setelah Membeli Konsumen yang mendapat kepuasan setelah membeli dan mengkonsumsi susu kambing akan melakukan pembelian berulang dan secara tidak langsung akan menjadi loyal terhadap produk susu kambing di BKF. Konsumen merasa senang selama mengkonsumsi susu kambing di BKF terkait dengan atribut yang melekat pada susu kambing.



Implikasi dari rasa senang mengkonsumsi susu kambing produk BKF



ditunjukkan melalui sikap seringnya konsumen merekomendasikan susu kambing pada pihak lain seperti keluarga, tetangga, dan rekan kerja yang ingin mengkonsumsi susu kambing. Hal ini dapat menjadi stimulus bagi pihak manajemen BKF untuk lebih memperbaiki manajemen produk dan lebih mengembangkan pemasaran susu kambing.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan respon konsumen mereka kembali dan akan mencari barang yang dihasilkan produsen sebab merasa produk yang didapat memuaskan sehingga konsumen loyal karena merasa puas dengan hasil yang didapatkannya. 3.2 Saran Dari prefensi konsumen mereka menginginkan pelayanan yang baik serta inovasi terhadap produk dengan kualifikasi yang baik pula, serta dengan layanan perlengkapan yang diberikan produsen pada konsumen menjadi salah satu faktor penting prefensi konsumen serta kegiatan promosi agar produk dikenal masyarakat.