Preformulasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PREFORMULASI VITAMIN C (ASAM ASKORBAT) SEDIAAN SIRUP



VITAMIN C (SEDIAAN SIRUP) A. Sirup Sedian sirup dalam Farmakope Indonesia edisi III, sirup adalah sediaan cair yang berupa larutan yang mengandung sukrosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sukrosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0 % dan tidak lebih dari 66,0 %.



Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-64 %, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007).



1.



Komponen Sirup Sebagian besar sirup-sirup mengandung komponen-komponen berikut didamping air murni dan semua zat-zat obat yang ada : a. Zat aktif Zat utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan sirup. b. Pelarut Pelarut adalah cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut sebagai



zat



pebawa.



Contoh



pelarut



adalah



air,



gliserol,



suatu



sirup,



pemanis



propilenglikol,etanol,eter, dll. c. Pemanis Pemanis



merupakan



zat



tambahan



dalam



ditambahkan untuk memberikan rasa manis pada sirup. Karena sirup identik dengan rasa manis. Contoh dari pemanis adalah sukrosa. d. Zat penstabil



1



Zat penstabil dimaksudkan untuk menjaga agar sirup dalam keadaan stabil contoh dari zat penstabil adalah antioksidan, pendapar, pengkompleks, dll. e. Pengawet Pengawet ditambahkan pada sediaan sirup bertujuan agar sirup tahan lama dan bisa di pakai berulang- ulang. Penambahan pengawet biasanya pada sediaan dengan dosis berulang. Pengawet yang dapat digunakan pada sediaan sirup antara lain adalah sodium benzoat, metil paraben dan propil paraben. f. Pewarna Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup atau biasa disebut corigen coloris. Pewarna ditambahkan jika diperlukan. Penambahan pewarna biasanya agar sediaan menjadi lebih menarik dan tidak berwarna pucat. Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam syrup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Contoh pewarna yang dapat digunakan pada sediaan sirup antara lain adalah sunset yellow dan tartrazine yang akan memberikan warna kuning. Warna sirup harus menyesuaikan dengan perasa yang ditambahkan. g. Perasa Penambahan perasa ini hanya jika diperlukan, ditambahkan jika sediaan sirup yang akan di berikan pada pasien kurang enak atau terlalu pahit. Perasa dan pewarna harus sesuai.



2.



Jenis Jenis Sirup Ada 3 macam sirup, yaitu (SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid II, Jakarta) : 



Sirup simpleks : mengandung 65% gula dengan larutan nipagin 0,25% b/v.







Sirup obat : mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan.



2







Sirup pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang tidak sedap.



3.



Keuntungan dan Kerugian Sediaan Sirup (Pharmaceutics, The Science of dosage Form Design, Aulton, 254-255 & TPC, 1994, hal 31). 



Keuntungan bentuk sediaan sirup : 1. Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-anak, dan usia lanjut. 2. Segera diabsorpsi karena sudah berada dalam bentuk larutan (tidak mengalami peroses disintegrasi dan pelarutan). 3. Obat secara homogen terdistribusi ke seluruh sediaan. 4. Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan (ex. Aspirin, KCl), karena larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung.







Kerugian bentuk sediaan sirup : 1. Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan utnuk diangkut dan disimpan. Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak dapat dipergunakan. 2. Stabilitas



dalam



bentuk



larutan



biasanya



kurang



baik



dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis. 3. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu memerlukan penambahan pengawet. 4. Ketepatan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar. 5. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil stelah dilarutkan. 6. Tidak sesuai untuk untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya sangat pahit dan asin.



3



7. Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam larutan dibandingkan



dalam



bentuk



padat.



Walaupun demikian, larutan dapat diberi pemanis dan perasa agar penggunaannya lebih nyaman.



B. Asam Askorbat (Vitamin C) Asam askorbat oksidase atau disingkat askobase merupakan enzim yang hanya mengkatalisis reaksi oksidasi asam askorbat saja, baik asam askorbat alami ataupun sintesis, tetapi tidak mengkatalisis senyanwa yang lain misalnya sistein, glutation, tirosin dan phenol. Enzim heksosidase tersebut mempunyai aktivitas optimal pada ph 5,6-5,9. Asam askorbat oksidase dapat mengakibatkan defisiensi vitamin C akibat inteke zat gizi yang kurang dari makanan. Vitamin atau vitamine mula-mula diutarakan oleh sang ahli kimia pola, dia yang bernama funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam amina itu adalah suatu amina yang sangat vital.



Ascorbic acid (asam askorbat) adalah salah satu senyawa kimia yang membentuk vitamin C. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam bidang kimia diberikan kepada Walter Haworth atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur kimia asam askorbat. Pada saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam heksuronat oleh beberapa peneliti (Kim DO, Lee KW, Lee HJ, Lee CY. 2002).



a.



Sifat-sifat 



Asam askorbat menunjukkan metallo-enzim, larut dalam garam dan mempunyai berat molekul 150.000.







Ko-enzim mengandung 6 atom tembaga untuk setiap molekul protein.



4







Seiring dengan kenaikan kadar tembaga, elemen ini membentukbagian dari enzim.







Dengan kenaikan suhu 10 °C (diatas nol) jumlah vitamin yang dioksidasikan naik 2- 2,5 kalinya, dan aktifitas optimal didapatkan didaptkan pada suhu sekitar 38 °C. Asam askorbat oksidase berperan dalam batas yang luas dari pH 4-7, tetapi pengaruh maksimal adalah antara pH 5,6 – 6,0 dan jika ph diturunkan 2,0 maka enzim menjadi inaktif.



b.



Terdapat pada bahan makanan. Tanaman kobis Cucurbita mexima (labu), ketimun, apel, selada, cress (sejenis seledri yang daunnya pedas) buah persik, bunga kol, sejenis bayam, kacang hijau, kapri, wortel, kentang, pisang, tomat, beet dan koherabsi. Cucurlistacea (ketimun, labu, dan melon kuning) lebih kaya akan asam askuorbat oksidase daripada spesies yang lain.



c.



Pengaruh terhadap tubuh manusia. Tanaman juga mengandung beberapa senyawa yang mencegah oksidasi atau mereduksi asam askorbat sehingga tanaman menjadi miskin vitamin C. Secara umum kandungan asam askorbat berbanding terbalik dengan aktifitas asam askorbat oksidase. Asam askorbat oksidase dapat mengakibatkan defisiensi vitamin C akibat intake zat gizi yang kurang dari makanan.



PREFORMULASI 1. Bentuk Sediaan : Sirup 2. Tinjauan Farmakologi Zat Aktif : Vitamin C (Asam Askorbat) adalah bentuk y-lakton dari asam 2-keto-L-gulunot yang ada dalam bentuk enol. Gugus endiolnya menyebabkan senyawa ini mempunyai kemampuan reduksi yang kuat, sedangkan sifat asamnya ditentukan oleh gugus hidroksil pada C-3 (vinilog asam karbonat). Vitamin C dalam bentuk kristalnya stabil terhadap oksigen udara, akan tetapi dalam larutan oleh oksidator



5



akan cepat diuraikan menjadi asam oksalat. Basa dan logam berat terutama ion Cu akan mempercepat proses ini. Peran fisiologik Asam askorbat, yang secara reversible dapat menjadi dehidroaskorbat, termasuk sistem redoks biokimia. Vitamin C berperan pada : 



Hidroksilasi hormone korteks adrenal,







Hidroksilasi dopamin menjadi nor adrenalin dan triftofan menjadi 5hidroksi-tritofan,







Hidoksilasi prolin menjadi hidroksiprolin, yang mutlak perlu untuk pembentukan kolagen,







Penguraian asam amino siklik,







Perubahan asam folat menjadi asam folinat,







Penutup kapiler (efek antihialuronidase) dan







Pengaktifan thrombin (mempercepat pembekuan).







Disamping itu juga meningkatkan proses kekebalan dan meningkatkan absorpsi besi.



Defisiensi vitamin C penyakit kekurangan vitamin c yang klasik yang terjadi pada orang dewasa adalah skorbut, yang dulu selalu timbul jika terjadi kekurangan makanan segar (misalnya pada perjalanan laut yang lama), saat ini jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan kelelahan abnormal, kelelahan otot, perdarahan, gigi menjadi goyah dan mudah tanggal dan mudah terkena penyakit infeksi. Sedangkan penyakit anak-anak (yang sekarang juga jarang terjadi) yaitu penyakit Muller – Ballow. Hipovitaminasis C dapat terjadi pada konsumsi makanan yang salah dan absorpsi yang kurang karena gastritis anasidik atau sirosi hati. Kebutuhan harian normal vitamin C 60 mg. Penggunaan vitamin C yang meningkat terjadi pada : 



Aktivitas tubuh yang berat (misalnya olahraga berat),







Tumor ganas,



6







Penyinaran dengan sinar Rontgen,







Penyakit infeksi akut dan kronis,







Penyakit metabolisme (misalnya diabetes) serta







Selama kehamilan dan menyusui.



Kebutuhan ini tidak melampaui 300 mg per hari. Karena itu penggunaan vitamin C 1 g sekali atau beberapa kali sehari terlalu berlebihan. Vitamin C yang berlebih tersebut akan dengan cepat dikeluarkan melalui urin. Peran



terapeutik



kecuali



untuk



penanganan



hipovitaminosis



maupun



avitaminosis peran terapeutik vitamin C sangat kecil. Hanya untuk beberapa indikasi yang disebutkan bagi vitamin C, kerjanya betul-betul ada (Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi Edisi Kelima, Cetakan Ketiga, 1999, hal. 606). 3. Formula Umum : R/



Asam Askorbat



1,2 gram



Natrium Benzoat



0,45 %



Pewarna Coklat



3 gtt



Perasa Coklat



19 gtt



Aqua



ad



60 ml



Sumber : Karena tidak ada referensi dalam buku apapun pembuatan sirup vitamin C, maka diambil referensi dari internet http://christinadwia.blogspot.co.id/2015/07/larutan-



sejati.html. Berdasarkan analisa preformulasi dan data formula pembanding diatas, maka kesimpulan formula yang akan dibuat adalah sebagai berikut : R/



Asam Askorbat



2000 mg



Sorbitol sol



35 %



Gliserin



15 %



7



Propylenglikol



15%



Cherry artifisial flavor



0,1 %



Karmoisin CI



qs



Aquadest



ad



100 mL



4. Analisa Preformulasi Zat Aktif dan Eksipien 1. Vitamin C (Zat Aktif) Nama Zat



Vitamin C (Asam Askorbat)



Rumus molekul



C6H8O6



Bobot Molekul



176.13



Sinonim



L-asam askorbat [50-81-7] (FI IV hlm.39); 3-oxo-L-gulofuranolactone (FI III hlm.47); Acidum ascorbicum; C-97; cevitamic acid;



2,3-



didehydro-L-threohexono 1,4 lactone; E-3000; 3-oxo-Lgulofuranolactone; enol form; vitamin C (HOPE hlm.43). Pemerian



Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; rasa asam; tidak berbau. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap diudara, dalam larutan cepat teroksidasi (FI III hlm.47 dan FI IV hlm.39). Asam askorbat terjadi sebagai bubuk putih berwarna terang keemasan, nonhygro-skopik, tidak berbau, kristal atau kristal tak berwarna dengan rasa asam yang tajam. Secara berangsur-angsur gelap dalam warna saat



8



terpapar cahaya (HOPE hlm.44). Kelarutan



(mg/mL) 1 : 3,5 (pada suhu 20oC) (HOPE hlm.49).



dalam air Kelarutan



(mg/mL) 1 : 25 (pada suhu 20oC) (HOPE hlm.49).



dalam etanol (95%) Kelarutan



(mg/mL) Pada suhu 20oC, 1 : 20 dalam propilen glikol;



dalam pelarut lain



1 : 100 dalam gliserin; praktis tidak larut (1 : >10000) dalam kloroform, eter, dan fixed oil (HOPE hlm.49).



Titik lebur



190oC – 192oC (FI IV hal.39).



Bobot jenis



Partikel 1,65 g/cm3; kristal 1 - 1,2 g/cm3; serbuk 0,9 – 1,1 g/cm3; bulk 0,7 – 0,9 g/cm3 (kristal); dan 0,5 – 0,7 g/cm3 (serbuk) (HOPE hlm.44).



Stabilitas “bulk” obat



Disimpan dalam wadah non-logam yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Disimpan dalam kondisi sejuk dan kering (HOPE hlm.45).



Stabilitas larutan



Cenderung stabil dalam udara (tanpa keberadaan O2 dan agen pengoksidasi). Asam askorbat stabil dalam panas, tetapi tidak stabil dalam lingkungan berair terutama larutan alkali. Proses oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya dan panas, serta ion Cu2+ dan Fe3+ (HOPE hlm.45).



Penandaan



Beberapa



dosis



untuk



asam



askorbat



telah



dikembangkan demi kepentingan pasien, termasuk dosis untuk



mikroenkapsulasi.



Spesifikasi



untuk



asam



askorbat terdapat dalam Food Chemical Codex (HOPE hlm.45).



9



Khasiat



Antiskorbut (FI III hlm.47).



Penyimpanan



Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya (FI III hlm.47).



2. Aquadest (Pelarut) Nama zat



Aquadest



Rumus molekul



H2O.



Bobot Molekul



18,02 (FI III hlm.96).



Pemerian



Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa (FI III hlm.96).



Kelarutan



Bercampur dengan hampir semua pelarut polar.



Titik didih



100°C.



Stabilitas



-



Bobot jenis



1 g/cm3 pada suhu 25°C.



Pengguunaan / Khasiat



Pelarut



Penyimpanan



Dalam wadah tertutup rapat (FI IV hlm.112).



3. Sorbitol (Pemanis) Nama zat



Sorbitol



Rumus molekul



C6H14O6



Bobot Molekul



182.17



10



Sinonim



C*PharmSorbidex;



E420;



1,2,3,4,5,6-hexanehexol;



Liponic 70-NC; Liponic 76-NC; Meritol; Neosorb; Sorbitab;



sorbite;



Dsorbitol;



Sorbitol



Instant;



sorbitolum; Sorbogem. (HOPE hlm.679). Pemerian



Sorbitol



adalah



D-glucitol.



Ini



adalah



alkohol



heksahidrat yang berhubungan dengan mannose dan bersifat isomer dengan manitol. Sorbitol terjadi sebagai bubuk hibroskopis berwarna putih atau hampir tidak berwarna. Empat polimorf kristal dan satu bentuk amorf sorbitol telah diidentifikasi yang memiliki sifat fisik yang sedikit berbeda, mis. titik lebur. Sorbitol tersedia dalam berbagai nilai dan bentuk polimorfik, seperti butiran, serpih, atau pelet yang cenderung kurang dari bentuk bubuk dan memiliki karakteristik kompresi yang lebih diminati. Sorbitol memiliki



rasa



manis



yang



menyenangkan,



mendinginkan, dan memiliki sekitar 50-60% rasa manis sukrosa. (HOPE hlm.679). Kelarutan



(mg/mL) 1 : 0,5 (pada suhu 20C) (HOPE hlm.679).



dalam air Kelarutan dalam etanol



(mg/mL) Etanol (95%) 1 dari 25 Etanol (82%) 1 pada 8,3 Etanol (62%) 1 dalam 2.1 Etanol (41%) 1 dalam 1,4 Etanol (20%) 1 dalam 1,2 Etanol (11%) 1 pada 1,14 (pada suhu 20oC) (HOPE hlm.679).



11



Titik lebur



Anhydrous form: 110–1128C; Gamma polymorph: 97.78C; Metastable form: 938C. (HOPE hlm.680).



Bobot jenis



1,507 g/cm3.



Stabilitas larutan



Sorbitol secara kimiawi relatif inert dan kompatibel dengan kebanyakan eksipien Hal ini stabil di udara dengan tidak adanya katalisator dan dingin,encer asam dan alkali. Sorbitol tidak menggelora atau membusuk di suhu



tinggi



atau



dengan



adanya



amina.



Ini



nonflammable, noncorrosive, dan nonvolatile. Meskipun sorbitol



tahan



terhadap



fermentasi



oleh



banyak



mikroorganisme, pengawet harus ditambahkan ke larutan sorbitol (HOPE hlm.680). Penandaan



-



Penyimpanan



Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya (FI III hlm.567).



Khasiat



Zat tambahan.



4. Gliserin (Antioksidan) Nama zat



Gliserin



Rumus molekul



C3H8O3



Bobot Molekul



92.09



12



Sinonim



Croderol; E422; glicerol; glycerine; glycerolum; Glycon G-100; Kemstrene; Optim; Pricerine; 1,2,3-propanetriol; trihydroxypropane glycerol (HOPE hlm.283).



Pemerian



Cairan jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis diikuti rasa hangat; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 oC (FI III hlm.270).



Kelarutan



(mg/mL) Larut dalam air (pada suhu 20oC) (HOPE hlm.284).



dalam air Kelarutan



(mg/mL) Aseton sedikit larut



dalam pelarut lain



Benzene praktis tidak larut Kloroform Praktis tidak larut Etanol (95%) Larut Eter 1 dalam 500 Etil asetat 1 dari 11 Metanol larut Minyak Praktis tidak larut (pada suhu 20oC) (HOPE hlm.284).



Titik lebur



17,8°C.



Bobot jenis



≥1.249



Stabilitas larutan



Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak mudah mengalami oksidasi atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa, tapi terurai pada pemanasan dengan evolusi akrolein beracun. Campuran dari gliserin dengan



13



air, etanol (95%), dan propilen glikol stabil secara kimiawi (HOPE hlm.284). Penandaan



-



Penyimpanan



Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya (FI III hlm.271).



Khasiat



Zat tambahan.



5. Propylenglikol (Pengawet) Nama zat



Propylenglikol



Rumus molekul



C3H8O2



Bobot Molekul



76.09



Sinonim



1,2-Dihydroxypropane;



E1520;



2-hydroxypropanol;



methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol; propylenglycolum. (HOPE hlm.592).



Pemerian



Propilen glikol adalah bening, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau. Cairan, dengan rasa manis dan sedikit tajam menyerupai gliserin. Higroskopis. (HOPE hlm.592).



Kelarutan



(mg/mL) Dapat campur dengan air (FI III hlm.534).



dalam air Kelarutan



(mg/mL) Dapat campur dengan etanol (95%) P dan kloroform P;



dalam pelarut lain



larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dalam minyak lemak (FI III hlm.534).



14



Titik lebur



-59°C.



Bobot jenis



1.038 g/cm3 at 20°C



Stabilitas larutan



Pada suhu dingin, propilen glikol stabil di tempat tertutup, tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka cenderung teroksidasi, sehingga menimbulkan produk seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propylene glycol stabil secara kimia bila dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air; larutan berair dapat disterilkan dengan autoklaf. (HOPE hlm.593).



Penandaan



-



Penyimpanan



Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya (FI III hlm.534).



Khasiat



Zat tambahan; pelarut.



5. Pendekatan Formulasi a. Alasan dibuat sediaan tersebut : Alasan sediaan dibuat menjadi sirup karena zat aktif vitamin C mudah larut dalam air. b. Dosis (AHFS DRUG INFORMATION 4 hlm.3535) Recommended Daily Allowance (RDA) : 



2,3,4 < 6 bulan: 40 mg,







6 bulan-1 tahun: 50 mg,







1-3 tahun: 15 mg, max. 400 mg/hari,







4-8 tahun: 25 mg, max. 650 mg/hari,







9-13 tahun: 45 mg, max. 1200 mg/hari,







14-18 tahun: max. 1800 mg/hari,



15







untuk pria 75 mg, untuk wanita 65 mg







Dewasa: max. 2000 mg/hari; untuk pria 90 mg, untuk wanita 75 mg







Wanita hamil: 18 tahun: 80mg, max 1800 mg/hari; 19-50 tahun: 120mg, max 2000mg/hari,







Wanita menyusui: 18 tahun: 115 mg, max 1800 mg/hari; 19-50 tahun: 120 mg, max 2000 mg/hari.







Dewasa perokok: tambahkan dosis 35 mg/hari.



c. Kekuatan Dosis Setiap 5 mL mengandung Asam Askorbat 500 mg.



d. Kesimpulan Dosis Pasien yang dituju adalah anak usia 1-12 tahun. Maka Dosis Asam Askorbat (Vitamin C) untuk anak-anak : Anak-anak



= 500 mg x (15 – 45) mg = 7500 mg – 22.500 mg / hari



Aturan Pakai : Dalam 1 sendok takar (5ml) mengandung Asam Askorbat (Vitamin C) 500 mg, maka pemakaian untuk usia : 1 th – 5 th



= ½ - 1 sendok takar = 250 mg – 500 mg



6 th – 12 th



= 1 – 2 sendok takar = 500 mg – 1000 mg



Obat (sediaan) digunakan 1 hari sekali selama 10 hari 1 th – 5 th



= (½ - 1) x 1 x 5 mL x 10 = 25 mL - 50 mL



6 th – 12 th



= (1 – 2) x 1 x 5 mL x 10 = 50 mL – 100 mL



e. Alasan pemilihan bahan tambahan No



Eksipien



Fungsi



Alasan



1.



Sorbitol



Pemanis



Karena rasa larutan asam askorbat sangat



asam,



ditambahkan



sediaan pemanis.



perlu Setelah



mempertimbangkan data kelarutan, stabilitas



16



dan



inkompatibilitas



beberapa



eksipien



digunakan



yang



dalam



biasa



pembuatan



sediaan oral,



diputuskan untuk



menggunakan



sorbitol



sebagai



pemanis dalam sediaan ini. 2.



Gliserin



Antioksidan



Vitamin C dalam bentuk larutan sangat tidak stabil, terutama dalam larutan



alkali.



Proses



oksidasi



dipercepat dengan adanya cahaya dan panas, serta ion Cu2+ dan Fe3+. Walaupun



vitamin



C



yang



teroksidasi



tersebut



tidak



menghasilkan



hasil



yang



urai



toksik, namun menghasilkan warna larutan yang gelap. Gliserin



bersifat



Gliserin



murni



higroskopis. tidak



mudah



mengalami oksidasi atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa, tapi terurai pada pemanasan dengan evolusi akrolein beracun. 3.



Propylenglikol



Pengawet



Kemudian, karena beberapa zat dalam



sediaan



ini



jika



tidak



disimpan dengan baik maka akan timbul mikroorganisme yang akan membahayakan bagi pengguna atau bahkan dapat bersifat toksik maka perlu



dicegah



pertumbuhan



mikroorganisme tersebut dengan menambahkan



17



pengawet



yaitu



propilenglikol. Propylenglikol juga mudah larut dalam air. 4.



Cherry



Pengaroma



Karena



sediaan



yang



dibuat



Artifisial



ditujukan untuk anak-anak maka



Flavour



ditambahkan perisa cherry agar sesuai



dengan



pewarna



yang



dipilih. 5.



Karmoisin CI



Pewarna



Karena



sediaan



ini



biasanya



ditujukan bagi anak- anak maka warna yang dihasilkan oleh sediaan harus baik agar menarik bagi anakanak sehingga perlu ditambahkan pewarna. 6.



Aquadest



Pelarut



Karena sediaan mudah larut dalam air.



f. Formula akhir Berdasarkan analisa preformulasi dan data formula pembanding diatas, maka kesimpulan formula yang akan kami buat adalah sebagai berikut : R/



Asam Askorbat



2000 mg



Sorbitol sol



35 %



Gliserin



15 %



Propylenglikol



15%



Cherry artifisial flavor



0,1 %



Karmoisin CI



qs



Aquadest



ad



100 mL



18



DAPTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Rowe, Raymond C; Paul J. Sheskey & Marian E. Quinn. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients Fifth Edition. New York: RPS Publishing. Rowe. Raymond C.2006 Handbook Of Pharmaceutical Exipients. 6th ed. London : Pharmaceutical Press. Mutschler, Ernst. 1999. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Edisi Kelima. Bandung : Penerbit ITB.



Referensi Internet : http://christinadwia.blogspot.co.id/2015/07/larutan-sejati.html.



AHFS. (2005). AHFS Drug Information. Bethesda: American Society of Health System Pharmacists



19