Prinsip Prosedur Ekstraksi Kuku Dan Sirkumsisi - Man. Perioperatif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PRINSIP PROSEDUR EKSTRAKSI KUKU DAN SIRKUMSISI (Persiapan operasi: pasien, administrasi, kamar operasi) Dosen Pengampu: Ns. Agus Hasanudin, S.Kep Mata Kuliah : Manajemen Perioperatif Minor



Disusun Oleh Kelompok 3 : 1. Afifatul Azizah FNL



(1803004)



2. Azizza Jasmine Akbriani



(1803020)



3. Dewi Yulinda Kartika



(1803028)



4. Dwi Febri SN



(1803034)



5. Hardyana Ayu Soniya



(1803043)



6. Hasan Albana



(1803044)



7. Kartika Dewi P



(1803052)



8. Noor Putri Elliya



(1803064)



9. Novia Trismiati



(1803066)



10. Ria Buana Anggraeni



(1803080)



11. Rifda Syawalaini Salwa



(1803082)



12. Tasya Andreliyani



(1803098)



13. Yuliana Saputri



(1803110)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG TAHUN 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). Secara garis besar pembedahan dibedakan menjadi dua, yaitu pembedahan mayor dan pembedahan minor (Mansjoer, 2000). Istilah bedah minor (operasi kecil) dipakai untuk tindakan operasi ringan yang biasanya dikerjakan dengan anestesi lokal, seperti mengangkat tumor jinak, kista pada kulit, sirkumsisi, ekstraksi kuku, penanganan luka. Sedangkan bedah mayor adalah tindakan bedah besar yang menggunakan anestesi umum/ general anestesi, yang merupakan salah satu bentuk dari pembedahan yang sering dilakukan (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). Sunat atau khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Dilakukan untuk membersihkan dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya. Secara medis dikatakan bahwa sunat sangat menguntungkan bagi kesehatan. Banyak penelitian kemudian membuktikan (evidence based medicine) bahwa sunat dapat mengurangi risiko kanker penis, infeksi saluran kemih, dan mencegah penularan berbagai penyakit menular seksual (Sumiardi, 1994). Pria yang di sunat lebih higienis, pada masa tua lebih mudah merawat bagian tersebut dan secara seksualitas lebih menguntungkan (lebih bersih, tidak mudah lecet/iritasi, dan terhindar dari ejakulasi dini) (Basuki, 2000). Sirkumsisi merupakan salah satu prosedur pembedahan pada anak lakilaki yang paling sering dilakukan di seluruh dunia. Di Australia, diperkirakan 70% anak laki-laki dan pria dewasa telah menjalani sirkumsisi (Hirji, Charlton, Sarmah, 2005). Sedangkan di Turki yang merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam seperti di Indonesia, prevalensi sirkumsisi mencapai 99% (Ozdemir, 1997). Sirkumsisi dilakukan dengan alasan medis dan non medis. Alasan non medis meliputi agama dan ritual. Sirkumsisi ritual seringkali dilakukan oleh pemeluk agama Islam dan Yahudi, serta di daerah Afrika sub-Sahara. (Hirji, Charlton, Sarmah, 2005).



Bedah kuku atau tindakan ekstraksi kuku merupakan tindakan dalam bedah minor. Tindakan ini menjadi tantangan bagi para klinisi karena memerlukan tindakan bedah rapi yang teliti. Ekstraksi kuku (Rosser Plasty) adalah suatu tindakan pengangkatan sebagian atau seluruh bagian kuku yang tumbuh kearah dalam (ingrown toenail removal) berikut matrik tunasnya, dilanjutkan reposisi jaringan lunak tepi kuku. Bedah kuku dapat dilakukan untuk penegakan diagnosis maupun terapi berbagai kasus tumor jinak atau ganas, kasus-kasus inflamasi, dan trauma pada kuku. Tindakan bedah kuku dilakukan dengan beberapa tujuan, antara lain menghilangkan tumor lokal di kuku, mengobati infeksi kuku, mengurangi rasa nyeri akibat trauma atau ingrown nails, menegakan diagnosis dengan biopsi, atau bertujuan estetika pada kasus kasus kelainan kuku kongenital maupun didapat. Beragam jenis tindakan bedah kuku memiliki prinsip yang berbeda sesuai dengan patologi kelainan kuku dan letak pada unit kuku yang terkena. Pembedahan pada kuku terutama pada matriks kuku sangat berisiko menimbulkan komplikasi seperti distrofi kuku.[ CITATION Sar17 \l 1033 ]. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini terkait dengan Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi, yaitu: 1. Apa yang dimaksud Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi? 2. Apa tujuan dilakukan Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi? 3. Bagaimana persiapan yang dilakukan untuk Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi? Persiapan operasi yang dimulai dari pasien, administrasi, kamar operasi? Jelaskan! 4. Apa manfaat dilakukannya Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi? 5. Bagaimana prosedur dalam melakukan Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui Prinsip Prosedur Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi dalam dunia keperawatan serta memperdalam pengetahuan terkait Mata Kuliah Manajemen Perioperatif Minor. 2. Tujuan Khusus a.



Mengetahui serta memahamai Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi.



b. Mengetahui dan memahami tujuan dilakukan Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi. c. Mengetahui dan memahami persiapan yang dilakukan untuk Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi. Mengetahui dan memahami Persiapan operasi yang dimulai dari pasien, administrasi, kamar operasi.



d. Mengetahui dan memahami manfaat dilakukannya Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi? e. Mengetahui danmemahami prosedur dalam melakukan Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi? D. Manfaat Manfaat penulisan makalahh ini adalah untuk menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan Ekstraksi Kuku dan Sirkumsisi dalam manajemen prioperatif minor.



BAB II TINJAUAN MATERI



1. Prosedur ekstrasi kuku Ekstraksi kuku merupakan prosedur bedah minor yang diawali dengan tindakan asepsis, anestesi, eksplorasi dan identifikasi, serta pemisahan kuku dari dasar kuku. a. Persiapan Pasien Informed consent mengenai tujuan, indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi mengenai prosedur ekstraksi harus dilakukan kepada pasien. Pasien yang akan dilakukan ekstraksi kuku harus melalui serangkaian anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dermatologis pada kulit dan kuku perlu dilakukan secara menyeluruh. Keluhan dan riwayat penyakit sekarang. Kondisi pasien berupa penyakit vaskular, diabetes mellitus, ataupun gangguan hemostasis perlu ditanyakan untuk mengetahui kontraindikasi dari ekstraksi kuku. Tes laboratorium, khususnya pada fungsi pembekuan dan pemeriksaan darah lengkap, tidak dilakukan secara rutin dan hanya dilakukan pada pasien dengan faktor risiko. Pasien yang datang dengan keluhan infeksi atau inflamasi akut pada kuku atau jaringan lunak di sekitarnya, seperti paronikia, sebaiknya tindakan ekstraksi kuku ditunda. Pada pemeriksaan klinik seperti ingrown toenails yang sudah mencapai lipatan kuku lateral, sebaiknya segera dilakukan ekstraksi kuku. Pasien perlu menghentikan segala antikoagulan, 1 minggu sebelum operasi. b. Peralatan Peralatan yang diperlukan untuk melakukan prosedur ekstraksi kuku adalah: 1. Sarung tangan nonsteril 2. Alcohol swab dan perlengkapan antiseptik 3. Syringe 5-10 mL 4. Jarum suntik ukuran 27 Gauge 5. Lidokain 1% tanpa epinephrine atau bupivacaine (0.5%) 6. Larutan aqueous phenol 1%



7. Larutan alcohol 70% 8. Gauze steril 9. Nail splitter 10. Forsep lurus 11. Gunting iris 12. Skalpel 13. Tourniquet 14. Nonadherent gauze dan tubular gauze dressing 15. Antibiotik topikal, misalnya asam fusidat[4,5] c. Posisi Pasien Posisi pasien bisa duduk atau berbaring supine. Apabila ekstraksi dilakukan pada kuku jari tangan sebaiknya tangan diluruskan dengan telapak tangan mengarah ke bawah. Apabila pada kuku jari kaki, sebaiknya kaki diluruskan dan menggantung pada bagian ujung tempat tidur. Operator harus duduk sejajar dan pada posisi yang nyaman, sebaiknya tidak membungkuk. Diperlukan bantuan asistensi, seperti perawat atau anggota keluarga untuk memegang tungkai bawah pasien agar tidak ada gerakan refleks kaki pasien saat ekstraksi kuku. d. Prosedural Terdapat beberapa teknik ekstraksi kuku yaitu, ekstraksi kuku parsial (Rozer plasty), ekstraksi kuku total, dan matrikektomi. Ekstraksi kuku parsial dapat dilakukan oleh dokter umum. 1. Ekstraksi Kuku Parsial Prosedural ekstraksi kuku parsial adalah sebagai berikut: 1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan serta posisikan pasien dan operator pada posisi yang tepat 2. Persiapkan kuku yang akan dilakukan ekstraksi dengan larutan povidone



iodine. Gunakan lidocaine atau bupivacaine dengan epinephrine (kecuali jika ada kontraindikasi penggunaan epinephrine) untuk anestesi lokal dengan



metode blok digital. Kombinasi lidocaine dengan bikarbonat ditemukan dapat mengurangi nyeri saat anestesi 3. Gunakan turniket (dapat menggunakan karet gelang) pada bagian jari tangan atau kaki sekitar kuku untuk membantu hemostasis pada durasi singkat, namun hati-hati pada pasien dengan penyakit vaskular perifer atau diabetes mellitus 4. Identifikasi bagian yang akan diekstraksi (contoh ingrown nail) sampai 2025% bagian lateral. Gunakan gunting iris untuk memisahkan kuku dari dasarnya (nail bed). 5. Gunakan nail splitter untuk memotong bagian ujung distal kuku sampai ke bagian daerah kutikula dari lipatan kuku 6. Segera lepaskan turniket setelah hemostasis tercapai. 7. Berikan salep antibiotik dan lakukan dressing dengan nonadherent gauze dan tubular gauze. Selama ini, turniket digunakan untuk menjaga hemostasis selama prosedur ekstraksi kuku. Namun, sebuah Randomised Controlled Trial (RCT) oleh Fernandez et al. menyatakan bahwa pemberian epinephrine sebagai ajuvan dari anestesi dapat membantu menurunkan risiko perdarahan selama prosedur ekstraksi kuku dan dapat menggantikan peran turniket. Epinephrine juga dapat meningkatkan durasi kontrol nyeri selama prosedur berlangsung. Epinephrine dapat menggantikan fungsi turniket karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan penggunaan turniket, seperti perdarahan pasca operasi dan efek anestesi yang lebih rendah. Oleh karena itu, pada pasien yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus, gangguan vaskular, atau penyakit trombotik penggunaan epinephrine dapat dipertimbangkan. 2. Ekstraksi Kuku Total Ekstraksi kuku total adalah teknik ekstraksi kuku yang membuang semua bagian dari lipatan kuku lateral apabila sudah terdapat deskstruksi dari matriks kuku lateral. ¼- ¾ bagian lateral dapat dipisahkan dari dasar kuku menggunakan hemostat datar yang tipis. Ekstraksi kuku total harus dilakukan dengan teliti, sisakan beberapa milimeter proksimal dari eponychium (kutikula). Fragmen kuku yang akan dibuang perlahan ditarik dengan hemostat dengan gerakan memutar



(twisting). Apabila masih ada sisa-sisa ekstraksi kuku yang tertinggal, perlahan dibuang dengan bantuan skalpel. 3. Matrikektomi Matrikektomi adalah ekstiparsi total dari matriks kuku sehingga menyebabkan kehilangan kuku yang permanen. Matrikektomi dilakukan apabila dasar kuku sudah bersih dan kering. Matrikektomi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia atau dengan ablasi elektrokauter. Untuk matrikektomi kimia, dokter biasanya akan melakukan destruksi dari matriks kuku yang sudah dicabut dengan larutan fenol selama 3 kali selama 30 detik untuk mencegah pertumbuhan kembali kuku. Kemudian bersihkan dengan alkohol 70% untuk menetralisasi fenol. Untuk ablasi kauter, dokter akan menggunakan natrium hihdroksida 10% selama 1-2 menit, kemudian menggunakan laser CO, dan aplikasi silver nitrat. 4. Follow Up Follow up perlu dilakukan secara teliti untuk menilai apakah terdapat komplikasi. Perawatan luka dapat dilakukan dengan membersihkan area luka dengan air dan diberikan salep antibiotik pada luka. Dressing luka yang memiliki sifat penyerapan yang tinggi sangat membantu mempercepat penyembuhan luka. Dressing harus dibuka dan diganti 24-48 jam setelah terendam air hangat atau larutan garam sampai luka benar-benar sembuh atau tidak ada lagi eksudat. Pemberian cairan povidone iodine juga dapat membantu proses penyembuhan luka. Pasien juga perlu melakukan elevasi pada ekstremitas yang dilakukan ekstraksi untuk meminimalisasi nyeri dan bengkak.



2. Sirkumsisi Sirkumsisi atau yang dikenal oleh masyarakat sebagai khitan atau sunat, atau dalam budaya jawa dikenal dengan istilah “sumpit” pada dasarnya adalah pemotongan sebagian dari preputium penis hingga keseluruhan glans penis dan corona radiata terlihat jelas. Penis merupakan organ tubuler yang dilewati oleh uretra. Penis



berfungsi sebagai saluran kencing dan saluran untuk menyalurkan semen kedalam vagina selama berlangsungnya hubungan seksual. Penis dibagi menjadi tiga regio : pangkal penis, korpus penis, dan glans penis. Pangkal penis adalah bagian yang melekat pada tubuh di daerah simphisis pubis. Korpus penis merupakan bagian yang didalamnya terdapat saluran, sedangkan glans penis adalah bagian paling distal yang melingkupi meatus uretra eksterna. Corona radiata merupakan bagian “leher” yang terletak antara korpus penis dan glans penis. Kulit yang menutupi penis menyerupai kulit skrotum, terdiri dari lapisan otot polos dan jaringan areolar yang memungkinkan kulit bergerak elastis tanpa merusak struktur dibawahnya. Lapisan subkutannya juga mengandung banyak arteri, vena dan pembuluh limfe superficial. Jauh dibawah jaringan areolar, terdapat kumparan jaringan elastis yang merupakan struktur internal penis. Sebagian besar korpus penis terdiri dari jaringan erektil, corpora cavernosa dan corpus spongiosum. Di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 25% pria telah disirkumsisi. Bukti epidemiologi yang kuat menunjukkan pengaruh sirkumsisi : pria yang telah disirkumsisi (dewasa dan neonatus) memiliki resiko lebih kecil menderita infeksi saluran kemih, penyakit genitalia ulseratif, karsinoma penis, dan infeksi HIV dibandingkan dengan pria yang tidak disirkumsisi. Walaupun demikian, sirkumsisi pada neonatus tetap menjadi perdebatan. Sirkumsisi dianggap memiliki risiko dan efek negative seperti nyeri, perdarahan, trauma penis, dan infeksi postoperasi. Banyak praktisi medis yang merasa bahwa prosedur sirkumsisi pada neonatus memiliki efek negative yang lebih besar dibandingkan bila dilakukan pada pria dewasa. American Academy of Pediatrics dan Canadian Paediatrics Society tidak menjadikan sirkumsisi sebagai prosedur rutin pada neonatus, tetapi keduanya dapat saja melakukannya dengan dukungan dan persetujuan orang tua berdasarkan evaluasi medis individu dengan melihat keuntungan dan kerugiannya. a. Prosedur Sirkumsisi a. Identitas pasien b. Informed consent c. Riwayat Penyakit Dahulu d. Pemeriksaan Fisik Umum







Beri penjelasan pada pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan.







Mintalah pasien melepaskan sebagian baju danbantu pasien berbaring di atas meja periksa.







Lakukan pemeriksaan tanda vital.







Lakukan pemeriksaan fisik umum.







Lakukan pemeriksaan sistem sesuai dengan keluhan dan riwayat penyakit pasien.



e. Pemeriksaan Genital 



Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan handuk bersih. Vertical mattres sutures at the 9,12 and o'clockpositions Horizontal mattress suture at the 6 o'clock frenulumposition Simple sutures between the mattress sutures Jahitan sederhana di antara jahitan matras Jahitan matras sederhana pada frenulum (posisi jam 6) Jahitan matras vertikal pada posisi jam 9, 12 dan 3 61



 Pasang sarung tangan di kedua tangan.  Lakukan pemeriksaan genital, amati adanya kelainan pada penis, skrotum dan perineum.  Lepaskan sarung tangan, buang ke dalam tempat sampah medis.  Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan handuk bersih.  Lengkapi rekam medis pasien.  Mintalah orang tua pasien untuk mencuci daerah genital dan penis dengan air dan sabun, termasuk area di bawah preputium dengan menarik preputium ke arah dorsal. b. Persiapan Alat -



Baki instrument beralas duk steril - Forcep diseksi (gigi halus)



-



Forcep arteri (2 buah ujung lurus, 2 buah ujung bengkok)



-



Gunting Metzenbaum ujung bengkok



-



Gunting benang



-



Needle holder Mayo



-



Forcep kassa



-



Knife handler, skalpel dan mata pisau (blades)



-



Duk lubang “O” (80 cm x 80 cm, diameter lubang 5 cm)



-



Mangkok stainless steel berisi larutan antiseptik.



-



Cairan antiseptik Povidone iodine 10% 50 ml



-



Kassa steril 10 × 10 cm.



-



Petroleum-jelly-impregnated gauze (5 × 5 cm atau 5 × 10 cm) (Sofratulle® ) dan plester.



-



Lidocaine 1% tanpa epinephrine.



-



Spuit 10 ml dengan jarum ukuran 18 atau 21.



-



Benang chromic gut atau vicryl 3-0 dan 4-0 dengan jarum Gunting diseksi needle holder 62 circle reverse-cutting needle 3/8.



-



Gentian violet atau marker pen steril.



-



Sarung tangan, masker, surgical cap dan apron. Forcep diseksi (tweezers) Pastikan semua alat dalam keadaan baik dan berfungsi dengan baik :



-



Klem arteri/ hemostat



-



Gunting diseksi



-



Needle holders



-



Forcep diseksi (tweezers) Klem arteri/ hemostat



-



Susun instrumen di atas baki sesuai dengan urutan penggunaannya.



-



Lakukan sambung rasa dan komunikasi efektif dengan pasien dan keluarganya.



-



Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.



-



Lakukan review terhadap rekam medis pasien (anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan laboratorium).



-



Pastikan informed consent sudah diperoleh. 63



-



Pastikan bahwa area genital telah dibersihkan dengan air dan sabun.



-



Posisikan pasien berbaring terlentang, dengan area genital terpapar.



-



Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan handuk bersih dan kering.



-



Kenakan apron dan 2 pasang sarung tangan steril.



-



Lakukan antisepsis area genital dengan larutan povidone iodine 10% sebanyak 2 kali. Dengan tangan kiri, tarik preputium ke arah dorsal, pastikan glans, area di bawah preputium sudah bersih dan kering.



-



Lepaskan sarung tangan luar tanpa meng-kontaminasi sarung tangan dalam.



-



Pasang duk lubang steril, atau 4 buah duk segi empat steril (pasang di bagian atas, bawah, kiri dan kanan), sehingga penis terpapar. Gambar 24. Pasang duk lubang steril



-



Sekali lagi lakukan pemeriksaan genitalia eksterna untuk memastikan tidak ada kontraindikasi sirkumsisi yang belum terdeteksi pada pemeriksaan awal.



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Ekstraksi kuku merupakan prosedur bedah minor yang diawali dengan tindakan asepsis, anestesi, eksplorasi dan identifikasi, serta pemisahan kuku dari dasar kuku. Pasien yang akan dilakukan ekstraksi kuku harus melalui serangkaian anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dermatologis pada kulit dan kuku perlu dilakukan secara menyeluruh. Tes laboratorium, khususnya



pada fungsi



pembekuan dan pemeriksaan darah lengkap, tidak dilakukan secara rutin dan hanya dilakukan pada pasien dengan faktor risiko. Tindakan bedah kuku memerlukan tindakan bedah halus yang teliti. Tindakan ini dapat dilakukan untuk penegakan diagnosis maupun terapi berbagai kasus tumor jinak atau ganas, kasus-kasus inflamasi, dan trauma pada kuku. Berbagai prosedur tindakan memiliki prinsip yang berbeda sesuai dengan patologi kelainan kuku dan letak pada unit kuku yang terkena. Pembedahan kuku dibedakan berdasarkan lokasi kelainan. Tindakan dapat dilakukan pada lempeng kuku, bantalan kuku, matriks kuku, atau pada lekukan kuku proksimal dan lateral. Tindakan pada lempeng kuku, misalnya avulsi kuku, sering menjadi bagian dari prosedur bedah kuku bagian lain. Evakuasi hematoma subungual merupakan tindakan pada bantalan kuku yang dapat bersifat akut menghilangkan nyeri. Eksisi atau punch pada matriks kuku sering kali dilakukan bersamaan dengan biopsi matriks untuk penegakan diagnosis dan terapi berbagai tumor matriks kuku atau gangguan pigmentasi kuku seperti melanonikia longitudinal. Eksisi pada lekukan kuku proksimal dilakukan pada terapi paronikia kronis dan tumor jinak. Ingrown nail yang sering terjadi dan menyebabkan infeksi dapat dilakukan eksisi pada lekukan lateral kuku. Penegakan diagnosis penyakit kuku dilakukan dengan biopsi kuku pada tempat kelainan, dapat dilakukan di bantalan, matriks, maupun lekukan proksimal dan lateral kuku.



B. SARAN Bedah kuku dapat dilakukan untuk penegakan diagnosis maupun terapi berbagai kasus tumor jinak atau ganas, kasus-kasus inflamasi, dan trauma pada kuku. Beragam jenis tindakan bedah kuku memiliki prinsip yang berbeda sesuai dengan patologi kelainan kuku dan letak pada unit kuku yang terkena. Pembedahan pada kuku terutama pada matriks kuku sangat berisiko menimbulkan komplikasi seperti distrofi kuku. Tujuan pembedahan seringkali tidak tercapai pada pengambilan jaringan biopsi, karena spesimen tidak memadai untuk dilakukan pemeriksaan histopatologis yang disebabkan tindakan bedah yang tidak tepat. Oleh karena itu, penting bagi para klinisi untuk dapat memahami berbagai teknik bedah kuku. Setiap tindakan pada masing-masing bagian kuku memiliki teknik yang spesifik. Tidak jarang, komplikasi seperti distrofi kuku terjadi atau tujuan pembedahan tidak tercapai pada pengambilan jaringan biopsi karena tindakan bedah yang dilakukan tidak tepat. Oleh karena itu penting bagi para klinisi untuk memahami teknik-teknik bedah kuku dengan tepat.



DAFTAR PUSTAKA Pramodya, Gibran Raka. 2016. Perbandingan Keefektivitas Pemberian Parasetamol Dan



Tramadol



Terhadap



Rasa



Nyeri



Pre-Sirkumsisi.



http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/7473



pada



Diunduh



Jumat,



17



September 2021 Ardianti, Meri. 2017. Evaluasi Penggunaan Analgetik Pada Pasien Pasca Laparatomi Apendisitis Perforasi Di Bangsal Bedah Rsup. Dr. M. Djamil Padang. Diunduh http://scholar.unand.ac.id/24662/



pada Jumat, 17



September 2021 Saraswati, N. A., Sutedja, E. K., & Agusni, J. H. (2017). TINJAUAN DASAR BERBAGAI PROSEDUR BEDAH KUKU. Syifa'MEDIKA, 08(01), 15-25. https://www.alomedika.com/tindakan-medis/bedah-minor/ekstraksi-kuku/teknik http://fk.unsoed.ac.id/wp-content/uploads/modul%20labskill/genap%20I/Genap%20I %20-%20Sirkumsisi.pdf https://core.ac.uk/download/pdf/229333595.pdf