Process Safety Management [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROCESS SAFETY MANAGEMENT



Geraldi Rahanra 14421014 / REFINERY IV A Teknik Pengolahan Migas, Sekolah Tinggi Energi dan Mineral – Akamigas Jalan Gadjah Mada 38 58315 Cepu, Blora, Jawa Tengah Tel : (0296) 4218897 Fax : (0296) 425939 Abstrak Industri proses dalam beberapa dekade terakhir mengalami perkembangan yang pesat dan telah berevolusi menjadi tonggak perekonomian berbagai negara. Pada prosesnya, perkembangan industri proses ternyata masih meninggalkan salah satu permasalahaan yang cukup vital yaitu isu kesehatan dan keselamatan kerja. Pada awal-awal perkembangannya, industri proses hanya berfokus terhadap hal-hal teknis yaitu bagaimana proses produksi dapat terus berjalan untuk mencapai target produksi. Berbagai efek samping seperti masalah lingkungan, pelepasan bahan-bahan kimia berbahaya, dan buangan limbah belum menjadi prioritas utama. Hal ini mengakibatkan industri proses mengalami sejumlah kecelakaan serius dan tidak sedikit menelan korban jiwa. Sebagai respon terhadap sejumlah kasus tersebut maka pada tahun 1992, The Occupational Safety and Health Administration (OSHA) untuk pertama kalinya mengembangkan Process Safety Management (PSM). PSM telah mengalami berbagai pengembangan dalam dua dekade terakhir yang terrangkum dalam 14 elemen PSM. Elemen-elemen yang terdapat dalam PSM antara lain : Process Safety Information, Process Hazard Analysis, Operating Procedures, Training, Sub-contractors Safety, Pre-startup Review, Mechanical Integrity, Hot Work Permit, Management Of Change, Incident Investigation, Emergency Planning and Response, Compliance Audit, dan Trade Secrets Kata kunci : PSM, OSHA, HHC, Analisa bahaya proses



PENDAHULUAN Selama bertahun-tahun dilaporkan berbagai insiden pada industri proses yang diakibatkan oleh pelepasan bahan-bahan beracun, cairan yang mudah terbakar, dan kebocoran gas secara tidak terduga. Insiden demi insiden terus berlanjut dan terjadi di berbagai industri terutama industriindustri yang menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya. Potensi terjadinya kecelakaan pada industri proses akan selalu ada manakala bahanbahan kimia tersebut tidak dikendalikan dengan baik. Beberapa kecelekaan parah pada industri proses antara lain yang dialami oleh Phillips Petroleum Company di Pasadena, Texas pada Oktober 1984. Insiden ini menewaskan 23 orang, dan 132 orang lainnya mengalami luka parah. Kemudian insiden yang terjadi pada Mei 1991 di Sterlington, LA. Insiden yang dialami oleh IMC ini menewaskan 8 orang dan 128 lainnya mengalami



luka parah. Pelepasan bahan-bahan kimia berbahaya terus menjadi ancaman yang signifikan terhadap industri proses sehingga mendorong perusahaan bahkan pemerintah untuk mengembangkan suatu regulasi yang dapat meminimalisir potensi terjadinya insiden-insiden tersebut.



Gambar 1. Injury and Illness Incident Rates



Pada 24 Februari 1992 regulasi lengkap dari The Occupational Safety and Health Administration (OSHA) 3132 dipublikasikan untuk pertama kali berisikan dokumen-dokumen Process Safety Management (PSM). Pada perkembangannya, standard dari OSHA ini kemudian diadaptasi oleh berbagai perusahaan yang bergerak di industri proses.



penelitian telah membuktikan bahwa employee participation dapat meningkatkan indeks performa kerja pekerja dalam suatu perusahaan



PEMBAHASAN PSM didefinisikan sebagai identifikasi, evaluasi, serta mitigasi/pencegahan yang bersifat proaktif dan sistematis terhadap pelepasan bahan kimia yang terjadi karena kegagalan prosedur proses, atau peralatan. PSM juga dapat diartikan sebagai alat analisis dalam perspektif manajemen. Fokus utama dari PSM ialah pencegahan terhadap pelepasan dari zat-zat yang dikategorikan sebagai Highly Hazardous Chemical (HHC) oleh OSHA. Pendekatan ini mengacu pada aktifitas dari industri proses. OSHA sendiri mendefinisikan istilah “proses” sebagai segala aktifitas yang berhubungan dengan penggunaan, penyimpanan, pembuatan, penanganan, dan pemindahan bahan-bahan yang masuk kategori HHC. Kunci utama dari PSM ialah analisis terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya kegagalan proses dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah hal tersebut. Dalam standard OSHA, PSM dibagi menjadi 14 elemen yaitu :  Employee Participation  Process Safety Information  Process Hazard Analysis  Operating Procedures  Training  Sub-contractors Safety  Pre-startup Review  Mechanical Integrity  Hot Work Permit  Management Of Change  Incident Investigation  Emergency Planning and Response  Compliance Audit  Trade Secrets 1. Employee Participation PSM mengharuskan pihak perusahaan mengembangkan sebuah rencana tertulis sehingga partisipasi pekerja dapat diimplementasikan. Pihak perusahaan harus berkonsultasi dengan pekerja/perwakilannya dalam pengembangan analisa bahaya proses serta elemen lainnya dari PSM. Oleh sebab itu, perusahaan harus memberikan akses terhadap informasi terkait analisa bahaya proses kepada pakerjanya. Berbagai



Gambar 2. Impact of Employee Participation On Job Satisfaction, Employee Commitment and Employee Productivity (2007; Tahir Masood Qureshi)



2. Process Safety Information Perusahaan harus menyediakan secara lengkap dokumen informasi keselamatan proses. Dalam analisa bahaya proses, dokumen ini akan membantu pekerja serta para pimpinan yang terlibat dalam operasi proses untuk mengidentifikasi dan memahami potensi bahaya dari HHC pada proses tersebut. Oleh sebab itu, informasi bahaya proses harus memuat informasi tentang HHC, teknologi, dan peralatan yang digunakan Informasi tentang HHC harus memuat informasi berikut :  Toxicity  Permissible exposure limits  Physical data  Reactivity data  Corrosivity data  Thermal and chemical stability data Informasi tentang teknologi proses yang digunakan harus memuat informasi berikut :  Block flow diagram  Process chemistry  Maximum intended inventory  Safe upper and lower limits untuk parameter seperti suhu, tekanan, flow, dan komposisi  Evaluasi akibat terhadap deviasi Kemudian, yang terakhir yaitu informasi yang berkaitan dengan peralatan proses. Setidaknya harus memuat hal-hal sebagai berikut :  Material  Piping and Instrument Diagrams (P&ID)  Electrical classification  Desain sistem relief  Desain sistem ventilasi  Design codes dan standard  Material and energy balances



3. Process Hazard Analysis Process hazard analysis atau analisa bahaya proses adalah pendekatan yang teliti, teratur, dan sistematis untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, serta mengendalikan bahaya proses yang melibatkan HHC. Analisa bahaya proses harus berfokus terhadap peralatan, instrumentasi, utilities, human factor, dan eksternal faktor. Beberapa metode yang biasa digunakan dalam analisa bahaya proses antara lain :  What-if  Checklist  Hazard and Operability Study (HAZOP)  Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)  Fault tree analysis OSHA menganjurkan analisa bahaya proses yang baik ialah dilakukan dalam kesatuan tim berisikan expert engineer dan minimal 1 orang operator yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang kompeten terhadap proses yang akan dianalisa. Analisa bahaya proses setidaknya harus diupdate dan direvalidasi tiap 5 tahun sekali untuk memastikan bahwa analisa tersebut konsisten terhadap proses terkini.



Gambar 3. Flowchart HAZOP



4. Operating Procedures Pihak perusahaan diharuskan menyediakan dokumen yang berisikan prosedur operasi yang konsisten dengan informasi keselamatan proses. Dokumen ini harus berisi instruksi yang jelas untuk menunjang aktivitas yang aman dalam operasi proses. OSHA meyakini bahwa tugas dan prosedur yang berhubungan dengan operasi proses selain jelas dan konsisten, yang terpenting juga bersifat “well-comunicated” terhadap operator.



Prosedur ini harus berisikan setidaknya elemen-elemen berikut : Steps for each operating phase  Initial startup  Normal operations  Temporary operations,  Emergency shutdown,  Emergency operations,  Normal shutdown,  Startup after turnaround or an emergency shutdown. Operating limit  Akibat adanya deviasi  Langkah yang dibutuhkan untuk menangani atau menghindari deviasi Safety and health considerations  Properties of HHC  Pencegahan terhadap paparan  Pengendalian jika terjadi paparan  Quality control terhadap HHC maupun bahan baku  Bahaya-bahaya tertentu yang perlu penanganan khusus  Safety systems 5. Training Implementasi dari program pelatihan yang efektif adalah salah satu langkah penting yang dapat diambil oleh pihak perusahaan untuk menjamin tercapainya keselamatan proses. PSM mengharuskan tiap pekerja yang baru diangkat/dipindah ke unit proses yang baru untuk dilakukan pelatihan awal/ initial training. Pelatihan ini secara umum menyangkut overview unit dan prosedur operasi. Untuk pekerja yang telah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang kompeten tidak diharuskan untuk mengikuti initial training ini. Oleh sebab itu, pihak perusahan harus memberikan pernyataan tertulis bahwa pekerja tersebut memiliki pengetahuan, ketrampilan serta kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur operasi tersebut secara aman Pelatihan dapat dilakukan 3 tahun sekali ataupun lebih jika diperlukan. Hal ini untuk memastikan pekerja masih memiliki kompetensi yang dibutuhkan dengan kondisi operasi terkini. 6. Sub-contractors Safety OSHA menjelaskan bahwa kontraktor yang dimaksudkan dalam dokumen PSM ialah yang melakukan maintainance, turnaround, renovasi skala besar, atau pekerjaan-pekerjaan khusus



dalam lingkungan proses. Dalam pemilihan kontraktor, perusahaan harus menyajikan dalam kontraknya kondisi dan program keselamatan yang dimiliki perusahaan. Lebih lanjut perusahaan harus memberikan informasi tentang potensi kebakaran, ledakan, serta bahaya toxic release yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan ditangani oleh kontraktor. Dalam pemilihan kontraktor ada beberapa hal yang harus dipastikan oleh pihak perusahaan antara lain :  Memastikan bahwa kontraktor telah terlatih untuk melakukan pekerjaan tersebut secara aman  Memastikan kontraktor terinstruksi secara lengkap tentang potensi kebakaran, ledakan dan bahaya toxic related.  Kontraktor telah mengikuti serta memahami pelatihan yang disyaratkan oleh standard-standard yang berlaku.  Memastikan bahwa pada kontrak tercantum aturan-aturan safety yang disyaratkan standard-standard yang berlaku  Mengarahkan kontraktor tentang bahayabahaya yang membutuhkan penanganan khusus. 7. Pre-startup Safety Review Tinjauan keselaman sangat penting dilakukan sebelum HHC dimasukan kedalam proses. PSM mengharuskan perusahaan untuk melakukan tinjauan keselamatan pre-startup untuk fasilatas baru. Jika suatu fasilitas mengalami modifikasi yang cukup signifikan sehingga mengharuskan adanya revisi informasi keselamatan proses, maka fasilitas ini juga perlu dilakukan tinjauan keselamatan pre-startup. Tinjauan ini harus memastikan bahwa :  Konstruksi dan peralatan sesuai dengan spesifikasi desain  Safety, operasi, maintainance, dan prosedur emergency sudah pada tempatnya serta memadai  Pelatihan terhadap operator yang mengoperasikan proses tersebut telah dilaksanakan 8. Mechanical Integrity OSHA menganggap bahwa penting untuk mempertahankan keutuhan mekanis dari peralatan proses yang bersifat kritis. Hal ini untuk memastikan perlatan-peralatan tersebut desain dan instalasinya sesuai dan dapat dioperasikan dengan baik. Persarayan dari PSM untuk mechanical integrity secara khusus ditujukan untuk sistemsistem berikut :



 Bejana bertekanan dan tangki penyimpanan  Sistem perpipaan  Peralatan dan sistem relief/vent  Sistem emergency shutdown  Instrumentasi  Pompa Inspeksi harus dilakukan menggunakan prosedur yang diakui dan diterima secara umum dalam penerapan engineering. Frekuensi inspeksi harus sesuai dengan rekommendasi manufaktur. 9. Hot Work Permit OSHA 3132 mendefinisikan hot work sebagai pekerjaan yang melibatkan listrik, gas welding, cutting, brazing, atau operasi sama yang menghasilkan percikan api. Izin harus dikeluarkan untuk operasi hot work yang dilakukan dekat dengan proses. Izin harus berisi persyaratan pencegahan dan perlindungan terhadap potensi bahaya api yang dikeluarkan sebelum operasi hot work dilakukan. 10. Management of Change Unit-unit yang berada di dalam suatu kegiatan proses dapat mengalami perubahan karena adanya evaluasi secara terus menerus. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu upaya manajemen yang diimplementasikan dalam suatu dokumen tertulis dengan tujuan dapat mengakomodir perubahanperubahan ini. Dokumen-dokumen ini harus memastikan bahwa perusahaan meperhatikan pertimbangan-pertimbangan berikut sebelum dilakukan perubahan.  Dasar-dasar teknis dari perubahan yang diusulkan  Akibat dari perubahaan ini terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja  Modifikasi prosedur operasi  Periode waktu yang tepat untuk dilakukan perubahan  Persyaratan terhadap pihak otoritas Akibat dari perubahaan ini, para pekerja yang terkena dampak perubahan ini harus diinformasikan, dan dilakukan pelatihan, sebelum startup dilaksanakan. Selain itu, jika mengalami perubahaan yang signifikan terhadap informasi keselamatan proses, makan dokumen-doumen informasi keselamaatan proses harus direvisi. 11. Incident Investigation Bagian krusial dari PSM adalah investigasi insiden untuk mengidentifikasi rentetan kejadian dan penyebab sehingga tindakan korektif dapat dikembangangkan dan diimplementasikan. Laporan investigasi setidaknya harus memuat hal-



hal seperti tanggal insiden, tanggal investigasi dimulai, deskripsi, faktor yang berkontribusi, serta rekomendasi dari hasil investigasi. 12. Emergency Planning and Response Jika walaupun dalam perencanaan terbaik suatu insiden tetap terjadi maka sangat penting adanya pra-perencanaan emergency dan pelatihan yang membuat pekerja lebih peka terhadap insiden, dan mampu bertindak dengan tepat. Perencanaan tindakan emergency, harus berisi penanganan terhadap pelepasan sejumlah kecil HHC. 13. Compliance Audits Untuk menjamin PSM dapat bekerja efektif, pihak perusahaan harus menjamin bahwa mereka telah melakukan evaluasi terhadap pemenuhan ketentuan-ketentuan yang ada dalam PSM setidaknya 3 tahun sekali. Compliance audit harus dilakukan oleh orang atau perusahaan auditor yang memiliki kompetensi yang memadai. Hasil audit ini harus disimpan dalam bentuk file yang dapat digunakan untuk keperluan pada waktu mendatang. 14. Trade Secrets Pihak perusahaan harus membuat semua informasi tersedia untuk memenuhi ketentuanketentuan dalam PSM. Informasi-informasi ini harus diberikan kepada mereka yang bertanggung jawab mengumpulkan informasi keselamatan proses, yang mengembangkan prosedur operasi, yang melakukan investigasi insiden, serta elemenelemen lain dari PSM. Informasi-informasi yang disyaratkan oleh PSM bersifat accesable tanpa harus mebuka secara ilegal rahasia perusahaan dan rahasia dagang yang bersifat terbatas. Oleh sebab itu, pihak perusahaan dan pekerja harus berada dalam kesepakatan untuk tidak menyebarkan secara ilegal informasi-informasi tersebut.



1. Employee Participation  Operator memahami dan tidak mengabaikan SOP baik staartup maupun shutdown unit  Operator bersedia mengikuti sejumlah training dan juga melanjutkan program pendidikan vokasi yang berfokus pada praktikal pada unit  Operator mematuhi analisa bahaya proses 2. Process Safety Information Informasi keselamatan proses dapat ditemui pada dokumen operating manual. Data-data seperti toxicity, permissible exposure limits, physical data, block diagram, P&ID, serta material and energy balances tersedia dan dapat diakses oleh operator. Highly Hazardous Chemical (HHC) pada Kerosene Hydrotreating Unit antara lain :  Ammonia  H2S  Nickel  Nitrat Informasi tentang data fisik, dan kimia dari HHC telah terangkum dalam operating manual beserta dengan exposure limitnya, dan penanganan jika terjadi accidental release. 3. Process Hazard Analysis Salah satu metode analisa bahaya proses pada Kerosene Hydrotreating Unit adalah Cause and Effect Chart yang dapat ditemukan pada dokumen Manual Operating.



IMPLEMENTASI PSH PADA KEROSENE HYDROTREATING UNIT



Gambar 5. Cause and Effect Chart



Gambar 4. Simplified PFD Kerosene Hydrotreating Unit



4. Operating Procedeures Prosedur operasi pada Kerosene Hydrotreating Unit dapat diakses oleh operator



secara detail pada dokumen manual operating yang berisikan :  Preparation for initial start-up  Normal start-up  Normal shut-down  Start-up following normal shutdown or regeneration 5. Training  Pelatihan internal, dan overview unit yang rutin  Sertifikasi keahlian yang sesuai dengan kegiatan dalam unit  Pendidikan vokasi bagi operator yang memenuhi persyaratan 6. Sub-contractors Safety  Mengadakan Toolbox meeting sesaat sebelum melakukan Cleaning  Melakukan Pengecekan CSMS terhadap kontraktor  Penyesuaian HSE Plan dari kontraktor dengan HSE Plan dari tim HSE Pertamina  Adanya sistem pelaporan adanya potensi bahaya baru (yang belum diketahui sebelumnya) dari kontraktor 7. Pre-startup Safety Review Tinjauan keselamat sebelum dilakukan startup penting untuk memastikan segala hal yang dibutuhkan untuk melakukan start-up dengan aman telah siap. Tinjauan ini dapat dilihat pada bab preparation for initial start-up pada dokumen manual operating. Hal-hal yang perlu ditijau antara lain :  Plant Check out (P&ID check)  Mechanical Checks (piping, pumps, reciprocating compressor, HE, vessel/column/tank, dan instrumentasi)  Safety check  Line flushing  Utility systems (sewer and drains, water supply, instrument air, steam systems)  Process lines  Water circulation and removal  Heater dry out  Leak testing  Reactor system dry out  Catalyst loading  Steam out and evacuation 8. Mechanical Integrity Semua equipment mekanis yang digunakan pada Kerosene Hydrotreating Unit menggunakan



lisensor UOP. Hal ini untuk menjamin semua euipment tersebut memenuhi semua standardstandard yang berlaku serta memenuhi aspek teknis dalam penerapan engineering secara umum 9. Hot Work Work Permit  Kontraktor mengenakan full body harness pada pergantian komponen rotating equipment  Memberikan SIKA yang diperlukan untuk pengelasan Tangki pada pihak kontraktor.  Kontraktor menggunakan dan melaksanakan prosedur pada SIKA 10. Management of Change Kerosene Hydrotreatinng Unit pada awalnya dibangun untuk mengolah Lean Cycle Oil (LCO). Seiring berjalannya waktu, fungsi ini kemudian dialihkan untuk mengolah kerosene menjadi Avtur. Sebagai respon terhadap perubahan ini maka Pertamina melakukan langkah-langkah sebagai berikut :  Melakukan training tentang Kerosene Hydrotreating Unit terhadap operator-operator.  Melakukan rotasi terhadap operatoroperator dari unit lain yang sebelumnya telah berpengalaman mengolah Avtur  Melakukan tinjauan engineering terhadap kondisi operasi terbaru, dan safety review.  Pembaharuan equipment seperti penambahan dryer karena Avtur memiliki spesifikasi yang ketat terhadap water content 11. Incident Investigation  Melakukan investigasi contohnya, penyebab terjadinya temperature runaway pada reaktor hydrotreating.  Inspeksi terhadap pompa reflux yang tiba-tiba trip.  berdasarkan hasil investigasi, menambah water hydrant untuk mencegah pembbentuka nitrat di seksi reaktor 12. Emergency Planning and Response  Tersedianya Assembly point(titik kumpul) saat terjadi bahaya  Tim HSE menyediakan prosedur evakuasi saat keaadaan darurat.  Melakukan Emergency Drill secara berkala



 Semua ketentuan emergency response telah tersedia pada bab emergency procedure yang dapat diakses operatur pada operating manual 13. Compliance Audit  Audit CSMS untuk kontraktor pekerjaan penggantian komponen pompa, fin-fan dan rotating equipment lainnya  Melaksanakan Audit PSM oleh tim internal.  Evaluasi dan perbaikan terhadap hasil audit yang menyimpang. 14. Trade Secret  Kontraktor penyuplai chemical pada Kerosene Hydrotreating Unit seperti DMDS, rock salt, caustic soda, dan sodium nitrat dapat mengakses Process Safety Information secara rinci.  Menyertakan dalam kontrak baik kepada karyawan maupun kontraktor tentang persetujuan tentang kerahasian data perusahaan



KESIMPULAN Upaya-upaya untuk menekan terjadinya kecelakaan kerja dalam industri proses terus dilakukan dan secara stastistik memberikan hasil yang memuaskan dari tahun ke tahun selama kurang lebih 2 dekade terakhir. Adaptasi PSM dari OSHA telah diimplementasikan dalam skala global ke berbagai industri proses yang melibatkan operasi dengan potensi bahaya yang besar. Implementasi dari PSM memainkan peranan penting dalam lingkungan kerja industri proses. 14 elemen yang terdapat dalam PSM mampu mengakomodir segala tindakan dalam operasi proses dalam kaitannya untuk menghasilkan operasi yang terjamin keselamatanya. Selain itu, PSM juga mampu menjaga sistem, peralatan, dan operator lapangan/pekerja dari bahaya-bahaya yang diakibatkan oleh kegagalan prosedur operasi yang melibatkan bahan-bahan kimia berbahaya (HHC).



DAFTAR PUSTAKA 1. ..., 2000, “Process Safety Management”, Occupational Safety and Health Adminstration, USA 2. https://www.afpm.org/refinery_safety_at_a _glance/ 3. https://info.basicsafe.us/safetymanagement/blog/the-14-elements-youshould-include-in-your-psm-program 4. https://www.osha.gov/Publications/osha31 32.html#problem