Profil Kesehatan Kabupaten Magetan 2013 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2013



DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN JL. IMAM BONJOL NO. 4 MAGETAN 63314 Website : www.dinkes.magetankab.go.id / www.dinkesmagetan.net



Telp./Fax : (0351) 895365 / (0351) 892528



TAHUN 2014



PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN 2013



DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN Jl. Imam Bonjol No. 4 MAGETAN 63314 Telp. 0351-895365, 892528 TAHUN 2014



KATA PENGANTAR



Profil Kesehatan Kabupaten Magetan Tahun 2014 menyajikan berbagai data dan informasi kesehatan yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Magetan sepanjang tahun 2013, serta dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal. Buku ini tersusun sebagai hasil kerjasama antara Dinas Kesehatan, Badan Pusat Statistik (BPS), Rumah Sakit, Puskesmas, Instansi Pendidikan Kesehatan (Prodi Kebidanan dan Prodi Kesling Poltekkes Surabaya) dan instansi terkait di wilayah Kabupaten Magetan. Profil



Kesehatan



Kabupaten



Magetan



Tahun



2013



ini



disusun



berdasarkan Buku Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dari Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal yang telah dipadukan menjadi 79 tabel. Masih banyak kekurangan dalam buku ini, untuk itu masukan dan partisipasi dari pihak terkait sangat kami harapkan dalam rangka mendapatkan data yang valid, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyusunan buku ini. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi perbaikan penyusunan buku ini pada tahun yang akan datang. Magetan,



Juni 2014



KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN



dr. HARRY SUSANTO, MM Pembina Utama Muda NIP. 19550917 198312 1 001



ii



DAFTAR ISI Hal Halaman Judul .............................................................................................. i Kata Pengantar ............................................................................................. ii Daftar Isi ........................................................................................................ iii Daftar Tabel .................................................................................................. iv BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................1 BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAGETAN ..........................2 BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN ...............................................5 3.1. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) ....................................5 3.2. ANGKA KESAKITAN .............................................................7 3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT .............................................17 BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN..................................................19 4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR ...................................19 4.2. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN ..............................28 4.3. KETERSEDIAAN OBAT ......................................................29 4.4. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) KERACUNAN MAKANAN ...........................................................................29 4.5. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT ......................................30 4.6. PERILAKU MASYARAKAT .................................................31 4.7. PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR ...............................................................33 BAB V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ...................................36 5.1. SARANA KESEHATAN .......................................................36 5.2. TENAGA KESEHATAN .......................................................38 5.3. PEMBIAYAAN KESEHATAN ...............................................40 BAB VI. KESIMPULAN .............................................................................41 DAFTAR TABEL .......................................................................................42



iii



BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan secara berkesinambungan dimulai sejak tahun 1969, dan secara nyata telah berhasil mengembangkan sumber daya kesehatan serta upaya kesehatan dengan dampak pada peningkatan derajat kesehatan. Meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara, namun kondisi demikian merupakan pencapaian hasil terbaik di Indonesia. Misalnya angka kematian bayi di Indonesia yang masih tinggi, disebabkan oleh belum memadainya pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan. Sejak diberlakukannya desentralisasi beberapa Peraturan Perundangundangan di bidang kesehatan sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah



dan Undang-Undang Nomor 33



tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, telah disusun beberapa Peraturan Perundangan Kesehatan yaitu: (a) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, (b) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten Sehat, (c) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/PER/MENKES/VII/2008



tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang



Kesehatan di Kabupaten/Kota. Profil



Kesehatan



Kabupaten



Magetan



merupakan



buku



statistik



kesehatan yang menggambarkan situasi kesehatan masyarakat Kabupaten Magetan, dan merupakan salah satu sarana untuk mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan menggunakan ukuran keberhasilan adalah Indikator Indonesia Sehat dan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan serta indikator lainnya. Sistematika penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten Magetan ini adalah Bab II menguraikan Gambaran Umum Kabupaten Magetan, Bab III berisi Situasi Derajat Kesehatan, Bab IV menjelaskan Situasi Upaya Kesehatan, Bab V menceriterakan Situasi Sumber Daya Kesehatan, serta Bab VI menyebutkan Kesimpulan.



1



BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAGETAN 2.1. DATA GEOGRAFI 2.1.1. Letak dan batas wilayah Kabupaten Magetan terletak pada 7 38’ 30” lintang selatan dan 111 20’ 30” bujur timur, dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara



: Kabupaten Ngawi



Sebelah Timur



: Kabupaten Madiun



Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri Sebelah Barat



: Kabupaten Karanganyar ( Jawa Tengah )



Magetan merupakan kabupaten terkecil ke dua se-Jawa Timur setelah Kab. Sidoarjo, dengan luas 688,85 km2. 2.1.2. Iklim dan Curah Hujan Kabupaten Magetan terletak pada ketinggian antara 60 m 1660 m di atas permukaan air laut dan suhu udara antara 16 – 200 C pada dataran tinggi dan antara 22 - 26



0



C pada dataran



rendah, curah hujan rata-rata mencapai 1.481 – 2.345 mm per tahun di dataran tinggi, sedang pada dataran rendah antara 876 – 1.551 mm per tahun. 2.1.3. Tipologi Wilayah Ditinjau dari tingkat kesuburan tanahnya Kabupaten Magetan dapat di bagi dalam enam tipologi wilayah sebagai berikut : a. Tipe



wilayah



pegunungan



yang



tanahnya



subur



ialah



Kecamatan Plaosan. b. Tipe wilayah pegunungan yang pertaniannya sedang ialah Kecamatan Panekan dan sebagian Kecamatan Poncol. c. Tipe wilayah pegunungan yang tanah pertaniannya kurang subur ialah sebagian Kecamatan Poncol, Parang, Lembeyan dan sebagian Kecamatan Kawedanan 2



d. Tipe wilayah dataran rendah yang tanah pertaniannya subur ialah Kecamatan Barat, Kartoharjo, Karangrejo, Nguntoronadi dan Takeran. e. Tipe wilayah dataran rendah yang yang tanah pertaniannya sedang ialah Kecamatan Maospati, sebagian Kecamatan Bendo dan Kawedanan, sebagian Kecamatan Sukomoro serta Kecamatan Magetan, Ngariboyo dan Karas. f. Tipe wilayah dataran rendah, yang tanah pertaniannya kurang subur ialah sebagian Kecamatan Sukomoro dan Kecamatan Bendo. 2.2. DATA KEPENDUDUKAN Berdasarkan data dari Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten Magetan jumlah penduduk Kabupaten Magetan (proyeksi berdasarkan SP 2010) pada tahun 2013 sebanyak 621.561 jiwa yang terdiri dari 302.023 jiwa laki – laki dan 319.538 jiwa perempuan, dengan kepadatan penduduk 860,94 jiwa per km2. Sementara Sex Ratio penduduk pada tahun 2013 menunjukkan angka 94,52%, yang berarti pertumbuhan penduduk laki – laki lebih kecil dari perempuan. 2.3. PROGRAM KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN Sumber



daya



manusia



merupakan



faktor



utama



dalam



pembangunan nasional, dimana derajad kesehatan sangat menentukan sekali dalam pengembangan dan pembinaan Sumber Daya Manusia sebagai modal dasar pembangunan. Di era otonomi daerah , bidang kesehatan merupakan salah satu bidang pemerintahan dan pembangunan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten (UU No. 22 Tahun 1999, Ps. 11 ayat 2). Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang mampu hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU RI No.23 Tahun 1992), untuk mewujudkannya diperlukan



perencanaan



yang



strategis,



mantap,



terpadu



dan



berkesinambungan. Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Magetan adalah TERWUJUDNYA MASYARAKAT MAGETAN YANG MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT. Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan mengacu pada



3



visi Departemen Kesehatan RI yang dipadukan dengan Visi Pemerintahan Kabupaten Magetan, dengan visi tersebut diharapkan nantinya seluruh masyarakat di Kab.Magetan dalam keadaan sehat, sejahtera mampu mengatasi segala permasalahan kesehatannya baik secara ekonomi dan sosial yang dijiwai semangat kemandirian dan partisipatif serta tidak lagi tergantung pada bantuan atau peran pemerintah. Adapun Misi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Magetan yaitu : 1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat secara mandiri dalam upaya hidup sehat 2. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau 3. Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan 4. Memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel



4



BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Profil Kesehatan Kabupaten Magetan Tahun 2013 merupakan buku statistik kesehatan yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Magetan dan merupakan salah satu sarana untuk mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kabupaten Magetan. Untuk itu diperlukan adanya indikator-indikator kesehatan dan indikator lainnya yang terkait. Adapun indikator Derajat Kesehatan meliputi : 3.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) 3.1.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita. Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai satu hari sebelum ulang tahun pertama. Dari sisi penyebabnya, kematian bayi dibedakan faktor endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen (kematian neonatal) adalah kejadian kematian yang terjadi pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan, umumnya disebabkan oleh faktor bawaan. Sedangkan kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi antara usia satu bulan sampai satu tahun, umumnya disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup (KH). AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Angka kematian bayi yang dilaporkan di Kabupaten Magetan pada Tahun 2013 adalah 11,15. Ini berarti dalam tiap 1000 kelahiran hidup, terdapat 11 kematian bayi (Tabel 7).



5



Gambar 1 : Tren Angka Kematian Bayi, Kabupaten Magetan Tahun 2009-2013 TREN ANGKA KEMATIAN BAYI 20



15



14,1



12,2



12



12 11,15



10



5



0 Tahun 2009



Tahun 2010



Tahun 2011



Tahun 2012



Tahun 2013



Angka Kematian Bayi



Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan



Jika dibandingkan dengan AKB tahun 2009 cenderung turun dan sudah mencapai target MDG’s (23 per 1000 kelahiran hidup), angka kematian bayi di Kabupaten Magetan tahun 2013 sebesar 11,15 per 1000 kelahiran hidup dengan bayi per jenis kelamin sebesar 12,56 per 1000 kelahiran laki-laki dan 9,7 per 1000 kelahiran perempuan Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor – faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Angka Kematian Balita yang dilaporkan di Kabupaten Magetan pada Tahun 2013 adalah 11,93 per-1.000 kelahiran hidup (Tabel 7). 3.1.2 Angka Kematian Ibu Kematian Ibu yang dimaksud adalah kematian seorang ibu yang disebabkan kehamilan, melahirkan atau nifas, bukan karena kecelakaan. Angka Kematian Ibu (AKI) dihitung per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu Tahun 2013 yang dilaporkan di Kabupaten Magetan per 100.000 kelahiran hidup sebanyak 89,20 (Tabel 8). Hal 6



ini meningkat dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu Tahun 2012. Jumlah kematian maternal di Kabupaten Magetan Tahun 2013 tercatat sebanyak 8 kasus kematian dengan rincian 2 kematian masa hamil dan 6 kematian pada masa nifas. Gambar 2 : Tren Angka Kematian Ibu, Kabupaten Magetan Tahun 2009-2013 TREN ANGKA KEMATIAN IBU 200



183



180 160 140



118,5



120 100



94,65



80



89,2



60 40



35,3



20 0 Tahun 2009



Tahun 2010



Tahun 2011



Tahun 2012



Tahun 2013



Angka Kematian Ibu



3.2 ANGKA KESAKITAN Angka Kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh melalui pengamatan (surveilans) terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil. Berdasarkan pengamatan penyakit berpotensial KLB dan penyakit tidak menular yang diamati di Puskesmas dan jaringannya terdapat suatu pola dan tren penyakit didapatkan 10 besar kunjungan kasus sebagai berikut :



7



Tabel 1 : Tren 10 Penyakit yang Dilayanai Puskesmas dan Jaringannya, Kabupaten Magetan, Tahun 2012-2013 TAHUN 2012 NO



Penyakit



TAHUN 2013 %



4 5



Infeksi akut pernapasan atas Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat Penyakit Darah Tinggi Primer Gastristis Influensa



6



Penyakit kulit alergi



7,66



7



Penyakit lain pada saluran pernafasan atas



6,36



1 2 3



8 9



10



Mialgia Penyakit Gingivitis dan penyakit jaringan periodontal Diare ( Termasuk Tersangka Kolera )



Penyakit



%



23,61



Infeksi Akut Sal Pernafasan Atas



37,72%



16,88



Penyakit Darah Tinggi Primer



14,79%



4,46



Gastritis Dan Duodenitis Penyakit Lainnya Penyakit Kulit Alergi Peny.Pd Sistem Otot & Jar.Pengikat Diare Dan Gastroenteritis Yg Kurang Jelas Batasannya Rematik Arthritis Lain



4,16



Nyeri Kepala



4,15%



3,80



Gangguan Sistemik Jaringan Pengikat Yg Berhubungan Dg Penyakit Lain



3,20%



11,91 11,71 9,45



11,49% 8,22% 6,22% 5,68% 4,34% 4,19%



Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan



Dari tabel 10 besar penyakit diatas pada tahun 2013 diketahui bahwa penyakit Infeksi Akut Pernafasan Atas dan Penyakit Darah tinggi primer merupakan penyakit yang mendominasi. Pada saat ini penyakit tidak menular seperti hipertensi atau penyakit darah tinggi primer merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat sehinga perlu dilakukan tindakan intervensi dalam kegiatan Program PPTM (Penanggulangan Penyakit Tida Menular) dengan memperbanyak skrining, penyuluhan kesehatan serta penyiapan logistiknya terutama obat PTM (Penyakit Tidak Menular). Sementara untuk kondisi penyakit menular, berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapat perhatian termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit potensial KLB/wabah.



8



3.2.1



Penyakit Menular Langsung a. Tuberkulosis Penyakit Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena merupakan salah satu penyakit infeksi pembunuh utama yang menyerang golongan usia produktif (15 – 50 tahun) dan anak – anak serta golongan sosial ekonomi lemah. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui percikan dahak penderita yang BTA positif. Sebagian besar penyakit ini menyerang paru – paru sebagai organ tempat infeksi primer, namun dapat juga menyerang organ lain seperti kulit, kelenjar limfe, tulang dan selaput otak. Pada Tahun 2013 jumlah seluruh kasus TB sebanyak 1.154 kasus



dan



433



diantaranya



adalah



TB



paru



BTA



positif.



Perkembangan jumlah pasien TB BTA positif di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada grafik berikut : Gambar 3 : Penemuan Pasien TB BTA positif di Kabupaten Magetan Tahun 2009-2013



449



500



491 433



400 300



227



235



200 100 0



2009



2010



2011



2012



2013



Kasus BTA +



Adapun Angka penemuan kasus baru TB BTA positif (CDR) tahun 2013 di Kabupaten Magetan sebesar 65,02%. Untuk angka kesembuhan TB BTA positif di Kabupaten Magetan sudah memenuhi target nasional yaitu sebesar 90,95% (dari target sebesar ≥ 85%) meskipun angka tersebut turun dari tahun 2012 yaitu 94,24%. Begitupun untuk angka Succes Rate semua penderita TB diobati sudah mencapai target nasional yaitu sebesar 91,95% (target ≥90%).



9



b. Pneumonia Pneumonia merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita terbesar di Indonesia. Berdasarkan hasil SUSENAS 2001 diketahui bahwa 80 – 90% dari kasus kematian ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Atas) disebabkan oleh Pneumonia. Kondisi tersebut umumnya terjadi pada balita terutama pada kasus gizi kurang dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat (asap rokok, polusi). Jumlah kasus pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani di Kabupaten Magetan Tahun 2013 sebesar 1.461 kasus, sedangkan perkiraan kasus pneumonia pada balita (10% dari jumlah balita) sebesar 4.502 kasus. Kasus Pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani di Kabupaten Magetan periode tahun 2009 2013 dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7 : Grafik kasus pnemumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani di Kabupaten Magetan Tahun 2009 - 2013 1461



1500 1000 500



179



191



2009



2012



727



798



2011



2012



0 2013



Pneumonia balita



Upaya pemberantasan penyakit pneumonia difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita. Kecepatan keluarga dalam membawa penderita ke pelayanan kesehatan serta ketrampilan petugas dalam menegakkan diagnosa merupakan kunci keberhasilan penanganan penyakit pneumonia. c. HIV / AIDS AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan menurunnya imunitas tubuh sebagai akibat dari serangan Human Imunodeficiency Virus. 10



Akibat dari penurunan daya tahan tersebut adalah penderita mudah diserang berbagai macam penyakit infeksi (Infeksi Oportunistik). Penyakit HIV/AIDS merupakan new emerging desease dan menjadi pandemi di semua kawasan beberapa tahun terakhir ini. Penyakit ini terus menunjukkan peningkatan yang signifikan meskipun berbagai pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Makin tinggi mobilitas penduduk antar wilayah, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, serta meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui jarum suntik merupakan faktor yang secara simultan memperbesar risiko dalam penyebaran HIV/AIDS. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru HIV di Kabupaten Magetan sejumlah 52 penderita dan kasus baru AIDS sejumlah 9 penderita, sedangkan kematian yang diakibatkan oleh AIDS sejumlah 9 jiwa. Berikut penyebaran kasus HIV/AIDS di Kabupaten Magetan sampai dengan Tahun 2013 : Gambar 5 : Tren Kasus HIV Baru di Kabupaten Magetan Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2013 60



52



50 40 30 20



17



16



10 0 2011



2012



2013



Upaya pencegahan dan penanggulangan dilakukan melalui penyuluhan masyarakat, pendampingan kelompok resiko tinggi dan intervensi perubahan perilaku, layanan konseling dan testing HIV, pengobatan dan pemeriksaan berkala penyakit menular seksual (IMS) dan kegiatan lain yang menunjang pemberantasan HIV/AIDS. d. Infeksi Menular Seksual (IMS) Kasus IMS di Kabupaten Magetan Tahun 2013 sejumlah 1.248 kasus dengan penemuan terbanyak di Puskesmas Maospati sejumlah 195 kasus (15,63%). Hal ini dikarenakan adanya Klinik VCT di Puskesmas Maospati. 11



e. Diare Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini sering menimbulkan KLB serta merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi dan balita. Pada Tahun 2013 jumlah perkiraan penderita diare di Kabupaten Magetan sebesar 13.301, sedangkan penderita diare yang ditangani di Puskesmas dan Rumah Sakit sebesar 18.115 penderita. Kejadian diare di Kabupaten Magetan pada lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6 : Tren kejadian diare yang ditangani di Kabupaten Magetan Tahun 2009 - 2013 20.000 15.923



15.000



17.159



18.733



18115



12.152 10.000 5.000 0 2009



2010



2011



2012



2013



Kejadian Diare



Dari trend kasus diare selama periode 2009 – 2013, perlu diwaspadai karena trend kasus diare semakin meningkat setiap tahunnya, meskipun pada tahun 2013 menurun sedikit. Upaya pencegahan dan penanggulangan kasus diare dilakukan melalui penyuluhan ke masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari – hari, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga adanya peningkatan kasus diare merupakan cerminan dari perbaikan kedua faktor tersebut. f. Kusta Penyakit kusta atau sering disebut penyakit lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang saraf tepi. Prevalensi rate kusta Tahun 2013 12



di Kabupaten Magetan sebesar 1,01 per 10.000 penduduk dan nilai tersebut sudah melebihi target sebesar 1/10.000 penduduk. Gambar 4 : Kasus Tercatat Kusta di Kabupaten Magetan Tahun 2013



9



8



8



7



7



6



6



6 5



5



4 3 3



3



2



2



3 1



1



1



3 3 1



0 0



PO N CO GO L LE RA M BE N G‐ Y GA AN RE NG  T AJ I TL AD AN NG AR IB SU O M YO BE RA GU NG SI DO KE RT O BE ND O NG UJ UN G



0



3 2



0



TA RE J JO I M UL YO



4



0 0



Untuk angka penemuan kasus baru (CDR) penderita kusta di Kabupaten Magetan sebesar 5,47 per 10.000 penduduk yang berarti masih belum memenuhi target < 0,5 per 10.000 penduduk. Menurut jenisnya, penyakit kusta dibedakan menjadi kusta PB (Pausi Basiler) dan kusta MB (Multi Basiler). Pada tahun 2013 di Kabupaten Magetan terdapat 1 penderita kusta PB dengan RFT (Release From Treatment) 0,00%. Sedangkan penderita kusta MB (menular) sebanyak 35 penderita dengan RFT MB sebesar 85,71%. Untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat dapat dilihat melalui



angka



proporsi



cacat



tingkat



II



yang



menunjukkan



keterlambatan penemuan penderita dan proporsi anak yang tertular di masyarakat. Angka proporsi anak di Kabupaten Magetan tahun 2013 sebesar 2,94% artinya terdapat 1 penderita kusta yang berumur 0 – 14 tahun. Sedangkan tingkat kecacatan tingkat II di Kabupaten Magetan Tahun 2013 sebesar 23,53 % sehingga masih belum memenuhi target nasional sebesar 5%, artinya penularan penyakit kusta masih berlanjut di masyarakat dan kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala dini penyakit kusta masih kurang sehingga penderita kusta yang ditemukan seringkali sudah dalam keadaan cacat.



13



3.2.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang a. Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit



Demam



Berdarah



Dengue



atau



Dengue



Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sering



muncul



sebagai



Kejadian



Luar



Biasa



(KLB)



karena



penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup di genangan air bersih di sekitar rumah. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit pada saat pagi dan sore hari, umumnya kasus mulai meningkat saat musim hujan. Di Kabupaten Magetan pada Tahun 2013 terdapat kasus DBD sebanyak 82 kasus dengan angka kesakitan (IR) sebesar 13/100.000 penduduk. Gambar 7 : Tren Kasus DBD di Kabupaten Magetan Tahun 2009 - 2013 500 400 300



385 299



200 100



88



74



82



0 2009



2010



2011



2012



2013



Kasus DBD



Upaya pencegahan dan penanggulangan antara lain melalui fogging dan pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan “3M Plus” (menguras, mengubur dan menutup tempat penampungan air), pelatihan jumantik dan lainnya. Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD masih rendah, terlihat dari cakupan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 85,02%. Diharapkan pada tahun mendatang capaian angka bebas jentik (ABJ) tersebut dapat ditingkatkan menjadi 100%, sehingga tidak memberi kesempatan nyamuk untuk berkembang biak. 14



b. Malaria Di Kabupaten Magetan pada tahun 2013 ditemukan 3 kasus Malaria dan kasus tersebut merupakan kasus yang berasal dari luar Kabupaten Magetan karena Kabupaten Magetan bukan merupakan daerah endemis Malaria. c. Filariasis Kasus



Filariasis



di



Kabupaten



Magetan



masih



belum



ditemukan, disebabkan karena Kabupaten Magetan bukan merupakan daerah endemis Filariasis, namun upaya pemantauan Kasus Filariasis tetap dilaksanakan. 3.2.3 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) PD3I



(Penyakit



yang



Dapat



Dicegah



Dengan



Imunisasi)



merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas atau ditekan dengan imunisasi. PD3I yang akan dibahas dalam bab ini mencakup penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatrium, Campak, Polio dan Hepatitis B. a. Difteri Difteri adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri Corynbacterium diptheriae denga gejala awal adalah demam 38o C, pseudomembrane (selaput tipis) putih keabuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher bengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai bunyi (stridor). Pada Tahun 2013 di Kabupaten Magetan ditemukan 9 kasus Suspek Difteri, hal ini menunjukkan bahwa imunisasi yang dilakukan perlu terus ditingkatkan baik dari segi cakupan maupun kualitasnya. b. Pertusis Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bardetella Pertusis dengan gejala batuk beruntun disertai tarikan nafas hup (whoop) yang khas dan muntah. Lama batuk bisa 1– 3 bulan sehingga disebut batuk 100 hari. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia dibawah 1 tahun dan penularannya melalui droplet



15



atau batuk penderita. Di Kabupaten Magetan pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus Pertusis. c. Tetanus Neonatorium Tetanus



neonatorium



adalah



penyakit



yang



disebabkan



Clostridium tetani pada bayi (umur < 28 hari) yang dapat menyebabkan kematian. Penanganan Tetanus neonatorium tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang higienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta perawatan tali pusat. Ciri khas dari penyakit ini adalah pada mulanya beberapa hari setelah lahir bayi menangis keras dan menyusu dengan kuat namun beberapa hari berikutnya tidak bisa menyusu. Di Kabupaten Magetan pada Tahun 2013 tidak ditemukan kasus ini. d. Polio Polio (Poliomyelitis) merupakan penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan virus polio. Cara penularan Polio terbanyak melalui mulut ketika seseorang mengkonsumsi makanan – minuman yang terkontamisasi lendir, dahat atau faeses penderita polio. Virus masuk aliran darah ke sistem saraf pusat menyebabkan otot melamah dan kelumpuhan, menyebabkan tungkai menjadi lemas secara akut. Kondisi inilah disebut acute flaccid paralysis (AFP) atau lumpuh layuh akut. Polio menyerang semua usia, namun sebagian besar terjadi anak usia 3 – 5 tahun. Berdasarkan surveilans AFP di Kabupaten Magetan tahun 2013 ditemukan 7 kasus AFP non polio yaitu 5 di wilayah Puskesmas Kartoharjo, 1 di wilayah Puskesmas Tladan dan 1 di wilayah Puskesmas Maospati. Upaya



pencegahan



dan



pemberantasan



penyakit



polio



dilakukan melalui imunisasi polio dan ditindaklanjuti dengan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus AFP pada kelompok umur 140 mmHg, diastole >90 mmHg), ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam, oedema nyata, eklampsia, letak lintang usia kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat / sepsis dan persalinan prematur. Akibat yang dapat ditimbulkan dari kondisi tersebut antara lain bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), keguguran, persalinan macet, janin mati dikandungan ataupun kehamilan ibu hamil. Pada tahun 2013 di Kabupaten Magetan terdapat 1.134 ibu hamil komplikasi dari perkiraan sebesar 1.847 ibu hamil (82,81%) dengan cakupan tertinggi di Puskesmas Kawedanan (131,21%) dan cakupan terendah di Puskesmas Lembeyan (45,43%). Untuk proses rujukan telah ada 6 Puskesmas PONED yang siap untuk menangani ibu hamil komplikasi, sementara bila membutuhkan penanganan lanjut akan dirujuk ke Rumah Sakit. c. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes) Linakes adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional (dengan kompetensi kebidanan) dimulai dari lahirnya bayi, pemotongan tali pusat sampai keluarnya placenta. Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi dimasa persalinan. Hal ini antara lain disebabkan karena pertolongan persalinan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (profesional). Pada tahun 2013 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Magetan sebesar 91,87% dengan cakupan tertinggi di Puskesmas Sidokerto sebesar 99,50 % dan terendah di Puskesmas Tebon sebesar 76,37 %. d. Pelayanan Nifas Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mengalami pemulihan untuk kembali normal. Kunjungan nifas bertujuan untuk deteksi dini komplikasi dengan melakukan kunjungan minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu: kunjungan nifas pertama pada 6 jam stelah 21



persalinan sampai 3 hari, kunjungan nifas kedua dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan dan kunjungan ketiga dilakukan pada minggu ke-6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan bersamaan dengan kunjungan neonatus di Posyandu. Dalam masa nifas, ibu akan memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu), pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per naginam lainnya, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif 6 bulan, pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam), dan pelayanan KB pasca persalinan. Perawatan nifas yang tepat akan memperkecil risiko kelainan atau bahkan kematian ibu nifas. Pada tahun 2013 cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Magetan sebesar 91,76 %, dengan cakupan tertinggi di Puskesmas Sidokerto sebesar 99,00 % dan terendah di Puskesmas Tebon sebesar 76,37 %. e. Pelayanan Kesehatan Neonatus Bayi usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur



yang



rentan



gangguan



kesehatan.



Upaya



untuk



mengurangi resiko tersebut adalah melalui pelayanan kesehatan pada neonatus minimal tiga kali yaitu dua kali pada usia 0-7 hari dan satu kali pada usia 8-28 hari atau disebut KN lengkap. Pelayanan



kesehatan



yang



diberikan



meliputi



pelayanan



kesehatan nenonatus dasar (tindakan resustasi, pencegahan hipotermia, ASI dini-eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat dan kulit), pemberian Vitamin K, imunisasi, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah pada ibunya. Cakupan KN lengkap di Kabupaten Magetan pada Tahun 2013 sebesar 96,25 % dengan cakupan tertinggi di Puskesmas Taji sebesar 101,86 % dan terendah di Puskesmas Tebon sebesar 81,68 %.



22



f. Neonatal dengan Risti/Komplikasi yang Ditangani Neonatal



risti/komplikasi



adalah



keadaan



neonatus



dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian serta kecacatan seperti asfiksia, hipotermi, tetanus neonatorium, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, kelainan ongenital termasuk klasifikasi kuning pada MTBS. Dalam pelayanan neonatus, sekitar 15% diantara neonatus yang dilayani bidan di Puskesmas



tergolong



dalam



kasus



risti/komplikasi



yang



memerlukan penanganan lebih lanjut. Pada tahun 2013 di Kabupaten Magetan ditemukan 1.134 neonatus risti/komplikasi dari perkiraan sasaran sebesar 1.369 bayi (82,81%). Cakupan tertinggi adalah Puskesmas Kawedanan sebesar 131,21% dan cakupan terendah di Puskesmas Tebon sebesar 70,82%. g. Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah kunjungan anak usia kurang dari satu tahun (29 hari-11 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan oleh dokter, bidan atau perawat di sarana kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi imunisasi dasar lengkap, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2013 di Kabupaten Magetan sebesar 8.731 bayi atau 95,64% dari jumlah sasaran bayi sebesar 9.129 bayi. Gambar 9 : Grafik Tren Kunjungan Bayi di Kabupaten Magetan Tahun 2009 – 2013



14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0



12127 7337



2009



8054



2010



2011



8270



8731



2012



2013



Jumlah Kunjungan Bayi



23



4.1.2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita untuk melahirkan cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita antara 15-49 tahun, oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangka kelahiran, wanita usia subur dan pasangannya (PUS) diprioritaskan untuk ikut program KB. Jumlah PUS di Kabupaten Magetan Tahun 2013 yang tercatat 191.066. Dari jumlah PUS tersebut yang menjadi peserta KB baru sebanyak 17.878 orang (9,36%) dan peserta KB aktif sebanyak 113.784 orang (59,55%). Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan peserta KB Aktif 39,54% akseptor memilih metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, MOW/MOP dan Implan, sedangkan 60,46% memilih metode kontrasepsi jangka pendek seperti pil, suntik dan kondom. Proporsi metode kontrasepsi yang digunakan akseptor KB Aktif terlihat pada gambar 10. Gambar 10 : Proporsi Jenis Alat Kontrasepsi Peserta KB Aktif Di Kabupaten Magetan Tahun 2013 6,03



1,61 25,47 0,27



7,25 52,82



IUD



6,55 MOP



MOW



IMPLAN



SUNTIK



PIL



KONDOM



Dari gambar diatas terlihat bahwa akseptor KB Aktif sebagian besar memilih metode suntik (52,82%). Kecenderungan yang sama juga terjadi pada peserta KB Baru yaitu 74,06% akseptor lebih memilih metode kontrasepsi metode jangka pendek dan sebagian besar memilih suntik (61,01%) seperti terlihat pada gambar di bawah ini.



24



Gambar 11 : Proporsi Jenis Alat Kontrasepsi Peserta KB Baru Di Kabupaten Magetan Tahun 2013 7,27



2,77



15,77



53,37



65



11,5 IUD



MOW



IMPLAN



SUNTIK



PIL



KONDOM



4.1.3. Pelayanan Imunisasi Pelayanan



imunisasi



merupakan



bagian



dari



upaya



pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi adalah angka UCI (Universal Child Immunization). Pada awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi lengkap minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, Polio dan Campak. Namun sejak tahun 2003, indikator perhitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I. Adapun sasaran program imunisasi adalah bayi (0 – 11 bulan), ibu hamil, WUS dan murid SD. Cakupan desa UCI di Kabupaten Magetan tahun 2013 sebesar 88,51% dan masih berada di bawah target SPM tahun 2013 yaitu 95%. Ada 8 Puskesmas yang Cakupan Desa UCI sudah 100% dan cakupan terendah di Puskesmas Karangrejo sebesar 69,23%. Trend cakupan desa UCI di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada gambar 12.



25



Gambar 12 : Trend Cakupan Desa UCI Di Kabupaten Magetan Tahun 2009 – 2012 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0



88,51



67,66



2009



70,64 64,26



2010



51,06



2011



2012



2013



Adapun cakupan imunisasi bayi di Kabupaten Magetan Tahun 2013 dari setiap antigen yaitu DPT1+HB1 = 97,83%, DPT3HB3 = 97,83%, Campak = 99,01%, BCG = 98,66% dan Polio = 97,96%. 4.1.4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Pra Sekolah, Sekolah dan Remaja Anak balita dan pra sekolah adalah anak berusia 5 – 6 tahun. Pemantauan kesehatan pada anak balita dan anak pra sekolah dilakukan melalui deteksi dini tumbuh kembang minimal dua kali pertahun oleh tenaga kesehatan. Pelayanan Kesehatan anak balita di Kabupaten Magetan pada tahun 2013 telah dilakukan pada 31.555 anak balita atau 87,92% dari 35.892 anak balita. Cakupan tersebut meningkat bila dibandingkan pada tahun 2012 sebesar 76,71%. Pelayanan kesehatan untuk anak usia sekolah difokuskan pada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yaitu upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam upaya membentuk perilaku hidup sehat pada anak usia sekolah. Pelayanan kesehatan pada UKS meliputi pemeriksaan kesehatan umum dan kesehatan gigi danmulut yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu tenaga terlatih (guru UKS dan dokter kecil). Cakupan pemeriksaan kesehatan



siswa



SD/MI



dan



setingkat



oleh



tenaga



kesehatan/tenaga terlatih/guru UKS/dokter kecil pada tahun 2013 sebesar 23,61% atau sebanyak 12.562 siswa SD/MI dan setingkat telah mendapat pelayanan kesehatan di Kabupaten Magetan. Cakupan ini menurun dibandingkan pada tahun 2012 sebesar 26,98%. 26



4.1.5. Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila (Usia Lanjut) Jumlah penduduk usia lanjut menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup serta menjadi tanda membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, peningkatan penduduk usia lanjut mengakibatkan peningkatan penyakit degenerative di masyarakat. Tanpa diimbangi dengan upaya promotif dan preventif maka beban sosial yang ditimbulkan maupun biaya yang akan dikeluarkan untuk pelayanan kesehatan akan cukup besar, salah satu sarana pelayanan bagi warga usia lanjut dilaksanakan melalui Posyandu Lansia. Pada tahun 2013 jumlah Pra Usila dan Usila di Kabupaten Magetan sebanyak 104.654 orang dan cakupan pelayanan kesehatan Pralansia dan Lansia sebesar 45,73%. Cakupan ini menurun bila dibandingkan pada tahun 2012 yaitu sebesar 51,52%. 4.1.6. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang tepat untuk dilakukan upaya kesehatan gigi dan mulut, karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh kembangnya gigi permanen dan merupakan kelompok umur dengan resiko kerusakan gigi yang tinggi. Oleh karen itu kegiatan pelayanan kesehatan gigi – mulut dilakukan melalui upaya promotif dan preventif di sekolah dengan kegiatan sikat gigi masal dan pemeriksaan gigi siswa, sedangkan tindakan kuratif (pencabutan, pengobatan dan penambalan gigi) dilaksanakan di poli gigi puskesmas. Pada Tahun 2013, pemeriksaan gigi mulut dilakukan pada 11.577 (23,21%) siswa dari 49.876 siswa SD/MI dan sebanyak 5.679 siswa yang membutuhkan perawatan dan 4.153 (73,13%) siswa yang mau dirawat. Hal tersebut kemungkinan karena anakanak takut pada peralatan gigi sehingga mereka menolak dirawat. Sementara untuk pelayanan di poli gigi puskesmas tercatat 1.786 tindakan tumpatan gigi tetap dan 3.144 tindakan pencabutan gigi tetap



dengan



rasio



tumpatan/pencabutan



0,57.



Diperlukan



penyuluhan yang lebih intensif tentang pentingnya fungsi gigi dalam 27



proses pencernaan makanan dan untuk estetika wajah sehingga masyarakat akan lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya. 4.1.7. Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan



dengan



keyakinan



sehingga



cara



menyebarkan



masyarakat



sadar,



pesan, mau



menanamkan dan



mampu



melakukan kegiatan yang membuat masyarakat sehat. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan di Kabupaten Magetan di Tahun 2013 sebanyak 7.571 kegiatan yang terbagi atas 6.919 penyuluhan kelompok dan 652 penyuluhan massa. Pelaksana kegiatan penyuluhan adalah Puskesmas dan Dinas Kesehatan. 4.2. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Sebagian besar saraa pelayanan di Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi penderita melalui pelayanan rawat jalan dan rawat inap bagi puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas Perawatan). Sementara rumah sakit yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas merupakan sarana rujukan bagi Puskesmas terhadap kasus – kasus yang membutuhkan penanganan lebih lanjut melalui perawatan rawat inap, disamping tetap menyediakan pelayanan rawat jalan bagi masyarakat yang langsung datang ke rumah sakit. Pada Tahun 2013 jumlah masyarakat yang telah memanfaatkan pelayanan rawat jalan di Puskesmas sebesar 357.697 pasien, sedangkan di rumah sakit sebesar 94.574 pasien. Untuk rawat inap di Puskesmas sebesar 10.085 pasien, di rumah sakit sebesar 11.301 pasien. Dari sini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kabupaten Magetan sebagian besar lebih memilih memanfaatkan Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan dan lebih memanfaatkan rumah sakit pada pelayanan rawat inap, mengingat kelengkapan fasilitas yang ada di sarana tersebut.



28



Gambar 13 : Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Magetan Tahun 2012 400000 350000 300000 250000



357697



200000 150000 100000



10085



94574



50000



11301



0 Rawat Jalan



Puskesmas



Rawat Inap



Rumah Sakit



4.3. KETERSEDIAAN OBAT Ketersediaan obat yang dibahas adalah meliputi jumlah persediaan obat, jumlah kebutuhan dan prosentase ketersediaan obat generik. Prosen ketersediaan dihitung menggunakan indikator obat panduan yang berisi item obat yang sering digunakan, wajib tersedia untuk beberapa penyakit menular dan sangat dibutuhkan untuk pengobatan sepuluh penyakit dasar terbanyak. Di Kabupaten Magetan pada Tahun 2013 kebutuhan obat terbanyak pada Paracetamol tablet 500 mg sebanyak 4.900.800 tablet, pemakaian terbanyak adalah Paracetamol tablet 500 mg sebanyak 1.205.300



tablet



dan



prosentase



ketersediaan



terbanyak



pada



Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml sebanyak 640%. Sedangkan tingkat prosentase ketersediaan terendah pada Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % sebanyak 2,11%. 4.4. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DAN KERACUNAN MAKANAN Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya/meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Selain penyakit menular, penyakit yang juga dapat menimbulkan KLB adalah penyakit tidak menular dan keracunan. Keadaan tertentu yang rentan terjadi KLB adalah bencana alam dan keadaan kedaruratan.



29



Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dilaporkan di Kabupten Magetan tahun 2013 sebanyak 8 jenis KLB dengan 40 kejadian dan semua kejadian KLB tersebut telah tertangani dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Menurut jumlah kejadian diketahui bahwa kasus bencana ( 8 kejadian) adalah KLB terbanyak, sementara untuk kejadian keracunan makanan menunjukkan penurunan dari Tahun 2012 yaitu 4 kejadian menjadi 1 kejadian di tahun 2013. 4.5. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang/masyarakat yang disebabkan tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Berbagai upaya perbaikan gizi yang telah dilakukan di Kabupaten Magetan dalam upaya menanggulangi masalah gizi kurang antara lain melalui : 4.5.1. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi Anemia Gizi Besi masih merupakan masalah gizi yang perlu mendapat penanganan karena dampak yang ditimbulkan antara lain risiko perdarahan yang dilahirkan, bayi yang dilahirkan BBLR, kesakitan meningkat dan penurunan kesegaran fisik. Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi dilaksanakan melalui pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) yang diprioritaskan pada ibu hamil, karena prevalensi anemia pada kelompok ini cukup tinggi. Presentase cakupan ibu hamil di Kabupaten Magetan di Tahun 2013 yang mendapatkan TTD sebanyak 30 tablet sebesar 94,33% dan yang mendapat 90 tablet sebesar 90,20%. 4.5.2. Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi dan Balita Masalah kekurangan vitamin A masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Keadaan kadar serum vitamin A yang rendah ternyata berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh sehingga berdampak pada meningkatnya angka kesakitan dan



angka



kematian



balita.



Upaya



pencegahan



dan



penanggulangan Kurang Vitamin A dilakukan melalui suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi untuk sasaran prioritas Bayi (umur 6 – 11), anak balita (umur 1 – 4 tahun), dan ibu nifas. 30



Strategi penanggulangan kekurangan vitamin dilaksanakan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi A(100.000 UI) yaitu kapsul vitamin A biru untuk bayi (6-11 bulan) sebanyak satu kali dalam setahun (bulan Februari dan Agustus) dan kapsul vitamin A merah untuk anak balita (1-4 tahun) sebanyak dua kali yaitu tiap Bulan Februari dan Agustus serta untuk ibu nifas paling lambat 30 hari setelah melahirkan. Rata – rata cakupan pemberian kapsul vitamin A di Kabupaten Magetan tahun 2013 pada bayi sebesar 100,36%, anak balita sebesar 93,63% dan ibu nifas sebesar 91,00%. 4.6. PERILAKU MASYARAKAT Menurut teori Blum, perilaku merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam menentukan derajat kesehatan karena faktor lain yaitu lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan dan genetika kesemuanya masih dapat dipengaruhi oleh perilaku. Banyak penyakit yang muncul disebabkan karena perilaku yang tidak sehat. Untuk itu, upaya promosi kesehatan harus terus dilakukan agar masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat yang harus dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga. PHBS



di



rumah



tangga



diartikan



sebagai



upaya



untuk



memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Berdasarkan hasil survey PHBS tahun 2013 di Kabupaten Magetan terdapat 20.243 (59,34%) rumah tangga yang dikategorikan sebagai rumah tangga ber-PHBS dari 34.114 rumah tangga yang disurvei. Cakupan tersebut menurun dibandingkan pada tahun 2012 sebesar 64,72% dan masih dibawah target sebesar 60% pada tahun 2013. Hal tersebut dikarenakan maih banyaknya orang yang merokok di dalam rumah. Dengan adanya penurunan capain tersebut maka lebih diupayakan kegiatan – kegiatan untuk memacu masyarakat supaya berperan aktif dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Berikut akan disajikan beberapa indikator seperti bayi diberi ASI eksklusif dan kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan.



31



4.6.1. ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan mkanan dan minuman terbaik untuk bayi usia 0 – 6 bulan karena mengandung unsur gizi yang dibutuhkan guna perlindungan, pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan minuman lain sampai bayi berusia 6 bulan, kemudian pemberian ASI harus tetap dilanjutkan sampai bayi usia 2 tahun walaupun bayi sudah makan. Cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Magetan pada Tahun 2013 sebesar 75,66. Cakupan ini meningkat dibandingkan cakupan tahun 2012 sebesar 55,33%. Cakupan ini diperoleh dari jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu sebesar 5.975 bayi dibandingan dengan jumlah bayi yang diperiksa yaitu sebesar 7.897 bayi. Cakupan di Tahun 2013 masih belum memenuhi target 80% dan upaya



peningkatan cakupan harus terus dilakukan dengan



peningkatan penyuluhan dan upaya promosi kesehatan yang lebih intensif



baik



kepada



perorangan



maupun



institusi



pemberi



pelayanan kesehatan tentang keunggulan ASI Eksklusif. 4.6.2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar yang sampai saat ini dikenal masyarakat antara lain kartu sehat, dana sehat, tabulin, jamkesmas, askes, jamsostek sampai asuransi kesehatan swasta. Sampai dengan Tahun 2013 jumlah peserta jaminan kesehatan prabayar sebanyak 52,87% dari jumlah penduduk Kabupaten Magetan, tetapi data ini masih belum termasuk data dari Jamsostek, TNI/POLRI dan data dari asuransi prabayar swasta. Rendahnya kepesertaan jaminan kesehatan pra bayar tersebut disebabkan diantaranya adalah kurangnya sosialisasi pada masyarakat sehingga kurang memahami keuntungan apabila menggunakan sistem pra bayar tersebut, padahal kepesertaan akan jaminan kesehatan prabayar merupakan salah satu indikator penting untuk kemandirian masyarakat di bidang kesehatan.



32



4.6.3. Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kesehatan



adalah



salah



satu



hak



mendasar



bagi



masyarakat. Hak ini menjadi salah satu kewajiban pemerintah kepada warganya terutama bagi masyarakat miskin. Tujuan pelaksanaan program pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin adalah meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Pelayanan kesehatan ini meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap di puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Magetan tahun 2013 sebanyak 282.160 jiwa dan yang telah mendapat jaminan kesehatan melalui Jamkesmas sebanyak 221.002 jiwa serta yang mendapat jaminan kesehatan melalui Jamkesda sebanyak 61.158 jiwa. Adapun



tingkat



pemanfaatan



pelayanan



kesehatan



Jamkesmas di Puskesmas pada tahun 2013 tercatat sebanyak 151.887 (53,83%) untuk pelayanan rawat jalan dan sebanyak 3.197 (1,13%)



untuk



pelayanan



rawat



inap.



Sedangkan



yang



memanfaatkan rumah sakit sebanyak 23.277 (8,25%) untuk pelayanan rawat jalan dan sebanyak 7.0916 (2,49%) untuk pelayanan rawat inap. Untuk tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan Jamkesda di Puskesmas pada tahun 2013 tercatat sebanyak 18.131 (6,43%) untuk pelayanan rawat jalan dan sebanyak 936 (0,33%) untuk pelayanan rawat inap. Sedangkan yang memanfaatkan rumah sakit sebanyak 3.784 (1,34%) untuk pelayanan rawat jalan dan sebanyak 840 (0,30%) untuk pelayanan rawat inap. 4.7. PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit/gangguan kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Perkembangan kondisi penyehatan lingkungan dan sanitasi dasar di Kabupaten Magetan akan diuraikan di bawah ini :



33



4.7.1. Rumah Sehat Rumah



sehat



adalah



bangunan



rumah



tinggal



yang



memenuhi syarat kesehatan yaitu memiiki jamban sehat, tempat pembuangan sam pah, sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah sesuai dan lantai rumah tidak dari tanah. Pada tahun 2013 dari jumlah rumah yang ada di Kabupaten Magetan sebanyak 168.446 rumah. Sedangkan rumah yang diperiksa sebanyak 105.434 rumah dan tercatat 79.237 rumah yang dinyatakan sehat atau 47,04% dari jumlah seluruh rumah yang ada. 4.7.2. Tempat Umum dan Tempat Pengelola Makanan Sehat Tempat umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUMP) adalah



tempat



yang



banyak



dikunjungi



orang



sehingga



dikhawatirkan dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. TUPM terbagi atas TTU (tempat – tempat umum) dan TPM (tempat pengelolaan makanan) yang terdiri atas sarana pendidikan, hotel, rumah sakit, ponpes, restoran, pasar, tempat wisata, terminal, stasium, kantin sekolah dan lain – lain. TUMP yang dikategorikan sehat apabila memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, ventilasi baik dan luas yang sesuai dengan banyaknya pengunjung. Jumlah TUPM yang diperiksa sanitasinya pada Tahun 2013 sebanyak 892 unit dari 1.147 unit yang ada dan tercatat 618 unit (69,28%) yang dinyatakan sehat. Ada 4 Puskesmas yang cakupannya masih dibawah 50% sementara 14 Puskesmas dengan cakupan diatas 70%. 4.7.3. Sarana Air Bersih Seiring



dengan



peningkatan



jumlah



penduduk



maka



kebutuhan akan air bersih semakin bertambah. Berbagai upaya dilakukan agar akses masyarakat terhadap air bersih meningkat, salah satunya melalui pendekatan partisipatori yang mendorong masyarakat berperan aktif dalam pembangunan perpipaan air bersih di daerahnya. Air bersih yang dimiliki dan dipergunakan



34



masyarakat Kabupaten Magetan berasal dari air ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, mata air dan lainnya. Pada Tahun 2013 telah dilakukan pemeriksaan akses air bersih pada 114.503 keluarga atau 59,08% dari 193.803 keluarga yang ada dan didapatkan 188.232 keluarga (97,13%) telah memiliki akses air bersih. Sebagian besar penduduk memilih ledeng yaitu 99.759 keluarga (51,47%) untuk mendapatkan air bersih. Jika dilihat dari sumber air minum yang terlindungi tercatat 117.717 keluarga (60,74%) memiliki sumber air minum yang terlindungi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal ini berarti masih ada keluarga yang belum memiliki sumber air minum yang terlindungi sehingga masih harus terus ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan dan informasi akan arti pentingnya sumber air minum yang terlindungi. 4.7.4. Sarana Sanitasi Dasar Pada umumnya sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh masyarakat di tingkat rumah tangga meliputi tempat sampah, sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan jamban. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif apabila diikuti perbaikan sarana sanitasi dasar, karena pembuangan kotoran baik sampah, air limbah maupun tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan menimbulkan penyakit. Pada Tahun 2013 telah dilakukan pemeriksaan sanitasi dasar dari 117.348 rumah tangga, dimana yang memiliki jamban sebanyak 112.416 rumah tangga (95,80%) dan 93.274 rumah tangga (82,97%) yang memiliki jamban sehat. Keluarga yang memiliki tempat sampah sebanyak 94.148 rumah tangga (80,39%) dan 61.069 rumah tangga (64,86%) yang memiliki tempat sampah sehat. Keluarga yang memiliki pengolahan air limbah sebesar 60.701 rumah tangga (58,09%) dan 36.562 rumah tangga (60,23%) yang memiliki pengolahan air limbah yang sehat.



35



BAB V SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila kebutuhan akan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Dalam bab ini, gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan. 5.1 SARANA KESEHATAN Penyediaan sarana kesehatan melalui Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, Polindes, Rumah Bersalin, Balai Pengobatan Klinik dan sarana kesehatan lainya diharapkan dapat menjangkau



masyarakat



terutama



masyarakat



di



pedesaan



agar



mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah dan bermutu. 5.1.1 Puskesmas Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan sampai ditingkat Kecamatan. Sampai dengan Tahun 2013, jumlah Puskesmas di Kabupaten Magetan berjumlah 22 unit yang terdiri dari 17 Puskesmas perawatan (6 Puskesmas PONED) dan 5 Puskesmas non perawatan yang tersebar di 18 Kecamatan. Rasio Puskesmas terhadap penduduk sebesar 3,54 per 100.000 penduduk, artinya setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 3-4 Puskesmas atau 1 Puskesmas



melayani



28.240



penduduk.



Kondisi



tersebut



menunjukkan bahwa jumlah Puskesmas di Kabupaten Magetan belum memenuhi dari target nasional (1 Puskesmas rata-rata melayani 30.000 penduduk). 5.1.2 Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berbagai upaya telah dilaksanakan termasuk dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya di masyarakat, antara lain Posyandu, Desa Siaga dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).



36



a. Posyandu Posyandu adalah suatu wadah yang mengintegrasikan berbagai



kegiatan



yang



bertujuan



untuk



meningkatkan



kesehatan ibu dan anak serta status gizi masyarakat dengan peran serta masyarakat melalui kader kesehatan. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan



diare.



Untuk



memantau



perkembangan



Posyandu maka dikelompokkan dalam 4 strata yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Jumlah Posyandu di Kabupaten Magetan tahun 2013 sebesar 920 unit yang terdiri dari Posyandu Pratama sebanyak 32 pos (3,48%), Posyandu Madya sebanyak 278 pos (30,22%), Posyandu Purnama sebanyak 577 pos (62,72%) dan Posyandu Mandiri 33 pos (3,59%). Gambaran perkembangan Posyandu beserta stratanya dapat diamati pada gambar di bawah ini. Gambar 14 : Perkembangan Posyandu dan Stratanya di Kabupaten Magetan Tahun 2009 – 2013 70



61,96



59,02



60



62,72



61,96



62,72



50 40 30



30,22



30,98



28,26



30,98



30,22



20 10



6,85



3,15



6,41



3,37 3,48



3,59 3,48



3,593,48



0 2009



2010 PRATAMA



MADYA



2011 PURNAMA



2012



3,59



2013



MANDIRI



b. Desa Siaga dan Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki minimal sebuah Poskesdes dengan tenaga 1 bidan dan 2 kader. Sampai dengan Tahun 2013 terdapat 235 desa siaga (100%) dan semuanya (100%) sudah menjadi desa siaga aktif. 37



5.1.3 Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Salah



satu



indikator



penting



untuk



menggambarkan



ketersediaan sarana kesehatan adalah tersedianya sarana farmasi dan perbekalan kesehatan. Sampai Tahun 2013 di Kabupaten Magetan terdapat 52 apotek, toko obat 2 buah, industri rumah tangga makmin (PM-IRT) 409 , pedagang besar farmasi 1 buah dan 1 buah industri kecil obat tradisional. Sebagian besar atau semua sarana farmasi tersebut milik swasta, sedangkan yang milik pemerintah



daerah



adalah



1



UPTD



Gudang



Farmasi



dan



Laboratorium Kesehatan (GFLK) Kabupaten. 5.2 TENAGA KESEHATAN Sumberdaya manusia khususnya tenaga kesehatan merupakan faktor penggerak utama dalam mencapai tujuan dan keberhasilan program pembangunan



kesehatan.



Peningkatan



kualitas



SDM



kesehatan



dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Magetan pada Tahun 2013 sebanyak 1.230 orang dengan proporsi paling besar adalah tenaga perawat sebesar 511 orang, kemudian tenaga bidan sebesar 318 orang dan tenaga medis sebesar 143 orang. Jumlah tersebut penjumlahan dari tenaga keseatan yang melakukan pelayanan ke masyarakat dengan tenaga kesehatan yang berada di institusi dan di Dinas Kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan langsung ke masyarakat (Puskesmas, Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Lainnya) sebesar 1.159 orang dan 71 orang berada di institusi dan di dinas yang tidak secara langsung melayani masyarakat. Untuk melihat kecukupan tenaga kesehatan (dalam hal ini tenaga yang melayani langsung masyarakat) di sarana pelayanan kesehatan biasanya digunakan rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk yang akan diuraikan berikut ini : 5.2.1 Tenaga Medis Tenaga medis adalah dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, dokter gigi spesialis dan dokter gigi. Sampai Tahun 2013 jumlah tenaga medis di Kabupaten Magetan sebanyak 143 orang. Bila dilihat perjenis tenaga medis terlihat bahwa jumlah dokter umum sebanyak 75 orang dengan rasio 11,74 per 100.000 penduduk, 38



kondisi tersebut masih jauh dari target yaitu 40 dokter per 100.000 penduduk. Untuk dokter gigi sebanyak 22 orang dengan rasio 3,54 per 100.000 penduduk, dan masih jauh dari target yaitu 11 dokter gigi per 100.000 penduduk. 5.2.2 Tenaga Perawat Jumlah tenaga perawat di Kabupaten Magetan tahun 2013 sebanyak 511 orang. Rasio perawat di Kabupaten Magetan mencapai 81,12 per 100.000 penduduk dan bila dibandingkan dengan target sebesar 117,5 per 100.000 penduduk, maka Kabupaten Magetan masih membutuhkan tenaga perawat yang banyak. 5.2.3 Tenaga Bidan Jumlah tenaga kebidanan di Kabupaten Magetan Tahun 2013 sebanyak 318 orang dengan rasio 50,06 per 100.000 penduduk, kondisi tersebut masih jauh dari target yaitu 100.000



penduduk



yang



berarti



Kabupaten



sebesar 100 per Magetan



masih



membutuhkan tenaga bidan yang banyak. 5.2.4 Tenaga Kefarmasian Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten Magetan Tahun 2013 sebanyak 57 orang yang terdiri dari 14 tenaga apoteker dan 43 tenaga asisten apoteker dengan rasio sebesar 8,53 per 100.000 penduduk, kondisi masih dibawah rasio target sebesar 10 per 100.000 penduduk. 5.2.5 Tenaga Gizi Jumlah tenaga gizi di Kabupaten Magetan di Tahun 2013 sebanyak 44 orang dengan rasio 6,76 per 100.000 penduduk, kondisi ini masih jauh dibawah target yaitu 22 per 100.000 penduduk. 5.2.6 Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten Magetan sebanyak 63 orang dengan rasio 2,74 per 100.000 penduduk, kondisi ini masih jauh dibawah target yaitu 40 per 100.000 penduduk 39



sehingga



perlu



dipertimbangkan



untuk



penambahan



tenaga



kesehatan masyarakat. Sedangkan jumlah tenaga sanitasi di Kabupaten Magetan Tahun 2013 sebanyak 35 orang dengan rasio 5,31 per 100.000 penduduk. 5.2.7 Tenaga Keteknisan Medik Jumlah tenaga keteknisian medis di Kabupaten Magetan Tahun 2013 sebanyak 51 orang dengan rasio 8,21 per 100.000 penduduk. Teknisi medis ini terdiri dari analis laboratorium sebanyak 45 orang, TEM (Teknisi Elektro Medis) dan pranata rontgen sebanyak 9 orang serta pranata anastesi sebanyak 3 orang. 5.2.8 Tenaga Fisioterapis Jumlah tenaga fisioterapi di Kabupaten Magetan di Tahun 2013 sebanyak 8 orang dengan rasio sebesar 1,29 per 100.000 penduduk. 5.3 PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan program dan kegiatan kesehatan di Kabupaten Magetan diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dana APBD dan APBN yang meliputi dana dekonsentrasi, Dana Alokasi Khusus (DAK), Jamkesmas dan Jampersal serta bantuan luar negeri (PHLN). Berdasarkan hasil rekapitulasi anggaran APBD dari Kabupaten Magetan diketahui bahwa pada Tahun 2013 mendapat anggaran sebesar Rp. 157.465.095.677,-; sementara bila dijumlahkan semua anggaran untuk kesehatan sebesar Rp. 192.629.079.177,-; sehingga total persentase anggaran kesehatan bersumber APBD terhadap total anggaran kesehatan sebesar 11,98%.



40



BAB VI KESIMPULAN



Berbagai data dan informasi dalam bentuk buku Profil Kesehatan Kabupaten Magetan Tahun 2013 ini sangat diperlukan dalam rangka evaluasi kegiatan tahunan dan sebagai bahan dalam penyusunan rencana programpragram



kesehatan



di



tahun



berikutnya.



Untuk



itu



pelaksanaan



program/kegiatan secara sungguh-sungguh, pencatatan yang efektif dan kontinyu, jalinan kerjasama dan kevalidan data yang baik sangat diperlukan, sehingga angka-angka, data dan informasi yang ada dalam buku ini dapat dipertanggungjawabkan. Masukan dan partisipasi dari pihak terkait sangat kami harapkan dalam rangka mendapatkan laporan yang valid dan akurat. Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Akhir kata semoga buku PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2013 ini bermanfaat bagi para pembaca.



41



DAFTAR TABEL



Ket : 1. Tabel diisi 0 atau diisi – berarti jumlah sama dengan 0 2. Tabel kosong berarti data tidak tercatat



42



TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH KECAMATAN, DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2013



NO



KECAMATAN



LUAS WILAYAH (km 2)



1



2



3



JUMLAH DESA



KELURAHAN



DESA+KEL.



JUMLAH PENDUDUK



4



5



6



7



JUMLAH RUMAH TANGGA 8



RATA-RATA JIWA KEPADATAN PENDUDUK / RUMAH TANGGA per km 2 9 = 7/8



10 = 7/3



1 PONCOL 2 PARANG



51



7



1



8



27.164



7.983



3,40



529,41



72



12



1



13



41.188



11.574



3,56



574,93



3 LEMBEYAN 4 TAKERAN



55



9



1



10



36.995



11.798



3,14



674,48



25



11



1



12



35.095



11.745



2,99



1.378,44



5 NGUNTORONADI 6 KAWEDANAN



17



9



0



9



21.385



6.553



3,26



1.279,01



39



18



2



20



41.379



13.936



2,97



1.048,90



7 MAGETAN 8 NGARIBOYO



21



5



9



14



42.665



14.122



3,02



1.992,76



39



12



0



12



36.143



11.876



3,04



923,66



9 PLAOSAN 10 PANEKAN 11 SIDOREJO



99



14



1



15



48.017



11.969



4,01



483,99



64 39



16



1



17



50.170



16.173



3,10



781,10



10



0



10



25.506



6.671



3,82



651,49



12 SUKOMORO 13 BENDO



33



13



1



14



31.066



9.818



3,16



939,97



43



15



1



16



36.680



11.421



3,21



855,01



14 MAOSPATI 15 KARANGREJO



25



12



3



15



41.790



11.710



3,57



1.654,39



15



11



2



13



23.602



7.394



3,19



1.557,89



16 KARAS 17 BARAT



35



11



0



11



29.363



10.991



2,67



832,05



23



12



2



14



29.708



9.690



3,07



1.307,57



18 KARTOHARJO



25



12



0



12



23.645



8.379



2,82



944,67



722



209



26



235



621.561



193.803



3,21



860,94



JUMLAH KABUPATEN/KOTA Sumber: - Proyeksi BPS Propinsi Jawa Timur



TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR, RASIO BEBAN TANGGUNGAN, RASIO JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2013



NO



KECAMATAN



1



JUMLAH PENDUDUK



2



3



JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI



PEREMPUAN