Proposal Evaluasi Program [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EVALUASI PROGRAM FULL DAY SCHOOL DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROPOSAL EVALUASI Dosen Pengampu: Heny Narendrany Hidayati S.Ag., M.Pd. (Diajukan untuk memenuhi tugas Evaluasi Program Pendidikan)



Disusun Oleh : Kelompok 1 Naurah Nazhifah



11170182000048



Mellyana Fitriah



11170182000056



Hanifah Nur Azizah



11170182000061



Gita Ratna Ayuningrum



11170182000068



Khayatun Nufus Syauqy



11170182000075



SEMESTER VI JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA



2020 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan globalisasi saat ini memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap lingkungan. Positifnya perkembangan teknologi dan informasi semakin berkembang pesat, begitupun dengan pendidikan yang mulai menyesuikan perkembangan zaman. Selain itu, pengaruh negatif dari globalisasi adalah moralitas atau karakter seseorang yang cenderung mengarah kepada perilakuperilaku menyimpang. Permasalahan sosisal seperti ini diakibatkan kurangnya peran orang tua dalam membimbing dan memperhatikan anaknya, terutama yang berhubungan dengan aktivitas anak setelah pulang sekolah. Selain itu, dengan adanya perubahan sosial dan budaya, masyarakat cenderung menjadi lebih modern, hedonis dan konsumtif. Perubahan inilah yang berpengaruh pada pola pikir dan cara pandang masyarakat. Oleh karena itu, lembaga Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan peserta didik. Karena dengan melaksanakan pendidikan maka seseorang akan mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan yang akan berguna baginya dimasa yang akan datang. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakekatnya tidak sekedar mengarah pada hasil pendidikan akan tetapi juga pada proses pelaksanaan pendidikan, proses disini termasuk model kurikulum yang diterapkan. Berkenaan dengan penerapan kurikulum, sistem full day school merupakan salah satu bentuk model pendidikan yang sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan Program full day school dirintis guna memperbaiki pelayanan dalam bidang pendidikan. Program full day school merupakan salah satu inovasi baru dalam penyelenggaraan program pendidikan untuk mengembangkan kreativitas peserta didik. Program full day school diterapkan dengan salah satu harapannya yaitu untuk meningkatkan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Iman serta Taqwa. Program full day school menerapkan waktu belajar yang lebih lama, yaitu dari pukul 07.00 WIB sampai pukul15.30 WIB, dengan rata-rata 8,5 jam/hari, dibandingkan dengan program regular waktu belajar dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB dengan rata-rata waktu 7



jam/hari. Dalam waktu yang relative lebih lama, maka peseta didik mendapatkan pelajaran lebih padat danlebih lengkap dibandingkan dengan peserta didik regular. Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta merupakan salah satu sekolah yang menerapkan program full day school Akan tetapi dalam sebuah program, tidak hanya memerlukan sarana dan prasarana, namun juga membutuhkan komponen pendidikan yang lain seperti tenaga pengajar yang harus memenuhi kualifikasi. Selain itu, yang paling penting adalah mempunyai manajemen pendidikan yang baik. menurut Sudjana dalam buku Muhaimin Sutiah bahwa Manajemen adalah:“rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya” Pada pelaksanaannya, program full day school memerlukan evaluasi yang meliputi context, input, process dan product. Evaluasi ini dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk di Ohio State University pada artikel Iwan Kuswandi Proses manajemen dalam program full day school terdapat pada setiap indicator yang akan dievaluasi dengan menggunakan CIPP (context,input, process, and product) Dengan adanya evaluasi dapat memberikan informasi untuk membantu perbaikan dan perkembangan program tersebut1. Evaluasi program dilakukan agar tercapai tujuan dari pendidikan dan hasil dari evaluasi dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta telah menerapkan program tersebut secara menyeluruh, artinya tidak ada lagi kelas reguler yang disediakan oleh madrasah. Walaupun telah diterapkan secara menyeluruh didukung dengan sarana prasana yang cukup mendukung, namun dalam pelaksanaannya masih mengahadapi berbagai kendala, antara lain; belum optimalnya perencanaan program full day school ditandai dengan tidak seimbangnya perbandingan jumlah guru dengan jumlah peserta didik sehingga guru kurang maksimal dalam memantau peserta didik. Selain itu masih ada guru yang belum sesuai kualifikasi dan kompetensinya untuk mengajar di program tersebut. Kemudian, belum tersedianya ruang laboratorium IPA di sekolah sebagai sarana belajar bagi peserta didik. Peserta didik dalam program ini pun belum banyak berkontribusi dalam Iwan Kuswandi, Full DaySchool dan Pendidikan Terpadu (online), (sumber : http://iwankuswandi.wordpress.com/full-day-school-dan-pendidikan-terpadu/, diakses 7 Juni 2020 pukul 17:17 WIB), 2012 1



kompetisikompetisi akademik sehingga tujuan dari program full day school untuk mencetak generasi yang lebih berkualitas dibanding program reguler tidak terlihat perbedaannya secara utuh. Program full day school ini memiliki proses pembelajaran yang utuh yaitu jam pagi untuk penyajian materi kemudian jam siang untuk pengembangan materi dan jam sore untuk evaluasi harian. Akan tetapi pada nyatanya proses tersebut belum teraktualisasi dengan optimal karena masih ada beberapa guru yang tidak rutin melaksanakan evaluasi materi harian di kelas dan beberapa guru masih kurang memanfaatkan metode pembelajaran sehingga menyebabkan peserta didik jenuh mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan program Ful Day School agar tercapai tujuan dari pendidikan dan hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menjadikan bahan kajian penelitian dengan judul “Evaluasi Program Full Day School di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta”. B. Identifikasi Masalah Pada program full day school, terdapat beberapa komponen yang perlu diamati dan dievaluasi untuk mengetahui ketercapaian program tersebut. Berdasarkan observasi pendahuluan identifikasi masalah program full day school di MA Pembangunan UIN Jakarta meliputi: 1.



Kurang seimbangnya perbandingan jumlah guru dengan jumlah siswa sehingga menyebabkan guru tidak dapat mengontrol kegiatan siswa secara menyeluruh.



2.



Kualifikasi dan kompetensi akademik guru pada program full day school belum sesuai sehingga kriteria pada aspek input belum terpenuhi secara menyeluruh.



3.



Belum memiliki ruangan Laboratorium IPA di sekolah, sebagai sarana belajar bagi peserta didik.



4.



Proses pembelajaran yang utuh yaitu jam pagi untuk penyajian materi kemudian jam siang untuk pengembangan materi dan jam sore untuk evaluasi harian belum teraktualisasi dengan optimal karena masih ada beberapa guru yang tidak rutin melaksanakan evaluasi materi harian di kelas.



5.



Kurangnya pemanfaatan metode pembelajaran dari beberapa guru yang dapat menyebabkan peserta didik jenuh mengikuti proses pembelajaran



C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, program Full Day School cakupannya sangat luas. Oleh karena itu, peneliti membatasi masalah berdasarkan komponen evaluasi yang telah dipilih yaitu dengan menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Model ini dipilih sebagai instrumen dalam melakukan evaluasi program dengan tujuan mendapat gambaran menyeluruh tentang pelaksanaan program Full Day School. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diketahui berbagai masalah yang muncul terkait evaluasi program Full Day School yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah efektifitas Context (Konteks) evaluasi program Full Day School di MA Pembangunan UIN Jakarta ? 2.



Bagaimanakah efektifitas Input (Masukan) evaluasi program Full Day School di MA Pembangunan UIN Jakarta ?



3. Bagaimanakah efektifitas Process (Proses)evaluasi program Full Day School di MA Pembangunan UIN Jakarta? 4. Bagaimanakah efektifitas Product (Hasil) evaluasi program Full Day School di MA Pembangunan UIN Jakarta? E. Tujuan Evaluasi Program Full Day School Berdasarkan rumusan masalah, maka secara umum penelitian ini bertujuan mengevaluasi program full day school di MA Pembangunan UIN Jakarta guna mendeskripsikan program full day school sebagai bekal peserta didik. F. Manfaat Evaluasi Program Full Day School Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi banyak pihak baik secara teoritis maupun praktis. a) Secara Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi khasanah ilmiah yang berkaitan dengan program Full Day School di MA Pembangunan UIN Jakarta. b) Secara Praktis



1.



Bagi Yayasan Madrasah Pembangunan Hasil ini penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan evaluasi internal terutama secara kelembagaan untuk mencapai visi misi lembaga.



2.



Bagi Madrasah Sebagai masukan bagi segenap komponen pendidikan untuk memaksimalkan pelaksanaan pembelajaran sehingga terwujud output pendidikan yang berkuaitas.



3.



Bagi guru Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi guru untuk pembelajaran dalam kelas dengan metode yang lebih bervariasi.



4.



Bagi evaluator lain Sebagai bahan referensi dan tambahan khazanah keilmuwan agar kedepannya program Full Day School dapat dilakukan dengan seefektif dan seefisien mungkin.



BAB II KAJIAN TEORITIK A. Hakikat Evaluasi Program 1. Pengertian Stake dalam Sudjana menjelaskan bahwa evaluasi program adalah kegiatan untuk merespon suatu program yang telah,sedang, dan akan dilaksanakan.2 Sebagaimana Sudjana juga mengartikan evaluasi program sebagai kegiatan yang teratur dan berkelanjutan dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk memperoleh data yang berguna bagi pengambilan keputusan.3 Kedua teori tersebut memiliki kesamaan maksud, yaitu bahwa evaluasi program merupakan aktivitas merespon suatu program secara berkelanjutan sehingga dapat dijadikan rujukan dalam pengambilan suatu keputusan. Maka, evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan secara cermat untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan atau keberhasilan suatu program dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya, baik terhadap program yang sedang berjalan maupun program yang telah berlalu. 2. Tujuan Tujuan merupakan penentu arah bagi setiap kegiatan yang diselenggarakan, maka dari itu setiap kegiatan perlu menentukan tujuannya masing-masing, demikian pula dengan kegiatan evaluasi program. Tujuan evaluasi program adalah sebagai pengarah kegiatan evaluasi program dan sebagai acuan untuk mengetahui efesiensi dan efektivitas kegiatan evaluasi program menurut Sudjana. Kemudian Widyoko mendefinisikan tujuan evaluasi adalah: “Untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau



2



Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya), 2006,



3



Ibid., h. 22.



h. 21.



dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.”4 Selanjutnya, tujuan evaluasi menurut wirawan ialah mengumpulkan informasi untuk menentukan nilai dan manfaat objek evaluasi, mengontrol, memperbaiki, dan mengambil keputusan mengenai objek tersebut.5 Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari evaluasi program, yaitu untuk mengetahui seberapa efektif dan efisien program yang telah dijalankan dan membantu dalam upaya pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban dari suatu program dengan cara mengumpulkan data dan informasi. 3. Model Evaluasi Model evaluasi ini pada awalnya digunakan untuk mengevaluasi ESEA (The Elementary and Secondary Education Act). Konsepter sebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan tetapi untuk memperbaiki. Keempat komponen CIPP adalah sebagai berikut: a. Context Evaluation (Evaluasi Konteks) Evaluasi konteks merupakan penggambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program, kebutuhan yang belum dipenuhi, karakteristik populasi dan sampel dari individu yang dilayani, dan tujuan program.6 Context evaluation to serve planning decision, yaitu konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan, dan merumuskan tujuan program. Tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimilki evaluan. 7 Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. b. Input Evaluation (Evaluasi Masukan)



4 5



Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar), 2015, h. 6. Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta: Rajawali Pers), 2012, cet. ke-



2, h. 9 Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran : Konsep Dasar, Teori, dan Aplikasi, (Semarang : Pustaka Rizki Putra), 2012, h. 160. 7 Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2014, h. 216. 6



Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi masukan. Evaluasi



ini



membantu



mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang



ada,alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untukmencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi: 1) Sumber daya manusia 2) Sarana dan peralatan pendukung 3) Dana atau anggaran 4) Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan c. Process Evaluation (EvaluasiProses) Evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatanakan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana.8 d. Product Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil) Menurut Farida Yusuf Tayibnapis evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan. Jadi evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi



kepada



evaluan



apakah



suatu



program



dapat



dilanjutkan,



dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan.9 4. Kriteria Evaluasi Kriteria evaluasi digunakan untuk mengidentifikasikan kesuksesan suatu program dan dapat dijadikan alat untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan suatu program. 8 9



Shodiq Abdullah, Op.Cit, h. 161. Ibid, h. 162.



Patokan ini diambil dari kriteria penyelenggaraan program full day school yang berkualitas. Berdasarkan komponen berikut : Tahapan



Fokus Evaluasi



Regulasi Program Context Tujuan Program Analisis Kebutuhan Program Input



Kurikulum Program



Kepala Sekolah



Guru



Peserta Didik



Kriteria Keberhasilan Landasan hukum program full day school sesuai dengan PERMENDIKBUD Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah dan Surat Pengakuan Kemenag tentang penyelenggaraan program Full Day School Target per-tahun tujuan sekolah selama penyelenggaraan program belajar full day school Program yang tersedia sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kurikulum dan silabus serta RPP mencerminkan program full day school 1. Kebijakan yang jelas tentang FDS pada program sekolah MA Madrasah Pembangunan UIN Jakarta 2. Kemampuan kepala sekolah mengelola manajemen program full day school dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. 1. Kualifikasi guru minimal S1 dan bersertifikasi 2. Mengajar sesuai disiplin ilmu 3. Daftar hadir guru (pendidik) dan tenaga kependidikan minimal 90% hadir 4. Berperan sebagai fasilitator, motivator dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan guna tercapainya proses pembelajaran yang tidak membosankan 5. Beban kerja Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal 3 PERMENDIKBUD Nomor 23 6. Tahun 2017 tentang Hari Sekolah 7. dilaksanakan sesuai dengan ketentuan 8. peraturan perundang-undangan 1. Rekrutmen peserta didik melalui proses seleksi,antara lain : tes psikologis, tes



Sarana dan Prasarana



Biaya



Pengelolaan Program



Process



Aktivitas Pembelajaran



UN (Ujian Nasional) Product Minat



akademik dan tes kesehatan. 2. Angka pendaftaran siswa tidak mengalami penurunan selama 3 tahun terakhir 3. Kehadiran peserta didik minimal 75% 1. Ruang belajar dan kelengkapannya 2. Alat dan bahan pembelajaran (Whiteboard/papan tulis, meja kursi guru dan peserta didik, lemari buku) 3. Ketersediaan Laboratorium (komputer, bahasa), perpustakaan, lapangan olahraga, aula, musholla atau masjid untuk menunjang kegiatan belajar maupun ekstrakurikuler peserta didik 4. Ketersediaan kantin sehat Biaya pendidikan yang terdiri dari biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. 1. Ketersediaan data peserta didik 3 tahun terakhir Program Full Day School 2. Hari Sekolah dilaksanakan 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari atau 40 (empat puluh) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu. 3. Pengawasan (supervisi) 1. Hari Sekolah digunakan bagi Peserta Didik untuk melaksanakan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler serta kegiatan keagamaan. 2. 2. Kurikulum sesuai dengan petunjuk Teknis Program Full Day School 1. Rata-rata hasil Ujian Nasional minimal 60,00 2. Rata-rata nilai Raport minimal 75,00 3. Presentase kelulusan 95% 1. Keikutsertaan peserta didik pada kompetisi akademik. 2. Prestasi akademik dan non akademik



5. Ukuran Baku Evaluasi Ukuran baku evaluasi adalah prinsip-prinsip yang disepakati oleh ahli-ahli dalam pelaksanaan dan penggunaan evaluasi sebagai ukuran (pengukur) nilai atau kualitas



evaluasi. Ukuran yang disepakati dalam evaluasi adalah dilakukan pada setting alami dan evaluasi membutuhkan sumber-sumber yang keadaannya dapat dipercayai dan dapat dipertanggung jawabkan. Ukuran baku evaluasi dapat ditetapkan ke dalam empat kategori : a. Utility (kegunaan) Standar Utilitas ini untuk memastikan bahwa evaluasi akan menyajikan informasi yang sesuai dengan keperluan pemakai. Standar utilitas (disingkat U) terdiri dari 7 komponen (U1-U7), yaitu: 1) Stakeholder Identification (Identifikasi Stakeholder) Pihak yang terlibat oleh evaluasi ini perlu diidentifikasi agar kebutuhan mereka dapat



tercakupi, sehingga evaluator mengetahui apa sesungguhnya yang



dibutuhkan oleh stakeholders dari evalusi tersebut. 2) Evaluator Credibility (Kredibilitas Evaluator) Seseorang yang melaksanakan evaluasi harus terpercaya dan kompeten sehinga hasil evaluasi mencapai kredibilatas dan penerimaan yang tinggi, ini sangat penting untuk diperhatikan, karena apabila standar kredebilitas evaluator sudah terpenuhi dengan baik, maka hasil dari sebuah evaluasi tersebut bisa digeneralisasi, dalam arti jika kondisi suatu program yang ingin dievaluasi sama, maka ketika standar yang telah ditetapkan terpenuhi semuanya, evaluator tersebut bisa menjadi tenar, dan tentunya banyak stakeholder yang ingin menggunakan jasanya dalam mengevaluasi program yang dibuat oleh Stakeholder. 3) Information Scope and Selection (Seleksi & Ruang Lingkup Informasi) Informasi yang didapat harus luas dan juga terseleksi untuk menjawab pertanyaan –pertanyaan yang berkaitan dengan program dan responsif terhadap kebutuhan klien dan stakeholder 4) Values Identification (Identifikasi Nilai-Nilai) Sudut pandang, prosedur dan alasan rasional yang digunakan untuk menginterpretasi temuan harus digambarkan secara hati-hati sehingga dasar untuk mempertimbangkan nilai-nilai menjadi jelas. 5) Report Clarity (Kejelasan Pelaporan)



Laporan evaluasi harus jelas menggambarkan konteks, tujuan, prosedur dan temuan dari evaluasi sehingga informasi yang penting dapat dipaparkan dan mudah dimengerti. 6) Report Timeliness and Dissemination (Penyebaran dan Ketepatan Waktu Pelaporan) Seorang evaluator harus benar-benar menepati waktu dalam menyelesaikan pengevaluasian



yang



telah



dilaksanakan,



karena



ini



menunjukan



keprofesisionalan atau tidaknya seorang evaluator. 7) Evaluation Impact (Dampak Evaluasi) Evaluasi seharusnya direncanakan, dilaksanakan dan dilaporkan dengan cara yang membuat para stakeholder bisa menindaklanjuti dan menggunakan hasil evaluasi tersebut b. Feasibility (kelayakan) Standar kelayakan dimaksudkan untuk memastikan bahwa evaluasi akan menjadi realistis, bijaksana, diplomatik, dan hemat. Standar kelayakanmeliputi: 1) Practical Procedures (Prosedur Praktis). Prosedur evaluasi harus praktis, hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan adanya gangguan dalam memperoleh informasi yang diperlukan. 2) Political Viability (Viabilitas Politik). Evaluasi harus direncanakan dan dilakukan dengan mengantisipasi posisi yang berbeda dari berbagai kepentingan kelompok, agar dapat terjalin kerjasama yang baik sehingga dapat meminimalisir kesenjangan antar kelompok dan penyalahgunakan hasil evaluasi. 3) Cost Effectiveness (Efektivitas Biaya). Evaluasi harus memberikan informasi yang mutunya cukup mewakili sumbersumber yang ada. c. Propriety (ketepatan) Suatu evaluasi harus memenuhi kondisi kepatutan. Harus didasarkan pada kejelasan, perjanjian tertulis mendefinisikan kewajiban evaluator dan klien untuk



mendukung dalam pelaksanaan evaluasi. Standar Kepatutan diinginkan untuk meyakinkan agar evaluasi terlaksana secara secara legal, etis dan dengan mempertimbangkan ketentraman pihak-pihak yang terlibat dan terpengaruh kegiatan evaluasi. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam standar kepatutan: 1) Service Orientasi (Orientasi Pelayanan) Evaluasi seharusnya didesain untuk membantu organisasi dalam melayani kebutuhan anggota secara luas. 2) Formal Agreement (Perjanjian Formal) Kewajiban masing-masing pihak terhadap evaluasi harus disetujui secara tertulis. 3) Right of Human Subject (Hak Asasi Subjek) Evaluasi wajib didesain dan dilaksanakan dengan menghargai dan menjaga hak-hak asasi dan ketentraman orang-orang yang terlibat. 4) Human Interaction (Interaksi yang manusiawi) 5) Complete and Fair Assesment (Penilaian yang lengkap dan jujur) Evaluator harus adil dalam menyelidiki dan mencatat kelebihan dan kekurangan dari program 6) Disclosure of Finding (Pengungkapan Temuan) 7) Conflict of Interest (Konflik Kepentingan) Konflik kepentingan harus ditangani secara terbuka dan jujur sehingga tidak berkompromi dengan proses dan hasil evaluasi 8) Fiscal Responsibility (Tanggung jawab fiskal) d. Accuracy (keakuratan) Standar



akurasi



dimaksudkan



untuk



memastikan



bahwa



evaluasi



akan



mengungkapkan dan menyampaikan informasi teknis yang memadai tentang objek yang dievalusi serta kegunaan atau manfaatnya. Standar akurasi meliputi: 1) Object Identification (Identifikasi Objek) Objek evaluasi harus dipelajari dengan sungguh-sungguh, sehinnga setiap komponen dalam program dapat diidentifikasi dengan jelas. 2) Context Analysis (Analisis Konteks).



Konteks pelaksanaan program harus diperiksa secara rinci, sehingga dapat mengidentifikasi hal-hal yang mungkin mempengaruhi program. 3) Describe Purpose and Procedure (Menjelaskan Tujuan dan Prosedur) Tujuan dan prosedur evaluasi harus dimonitor dan dijelaskan secara rinci, sehingga dapat diidentifikasi dan dinilai. 4) Defensible Information Source (Mempertahankan Sumber Informasi) Sumber informasi yang digunakan dalam evaluasi program harus dijelaskan secara detail, sehingga kecukupan informasi dapat dinilai. 5) Valid Measurement (Validitas Pengukuran). Instrument



dan



prosedur



pengumpulan



informasi



harus



dipilih,



dikembangkan dan diimplementasikan agar validitasnya terjamin. 6) Reliabel Measurement (reliabilitas Pengukuran). Instrument



dan



prosedur



pengumpulan



informasi



harus



dipilih,



dikembangkan dan diimplementasikan agar peliabilitasnya terjamin. 7) Systematic and Control (Sistematik dan kontrol) Informasi yang dikumpulkan kemudian diproses, dilaporkan, direview dan diperbaiki agar hasil evaluasi dapat diterima. 8) Analysis of Quantitative (Analisis Kuantitatif) Informasi kuantitatif dalam suatu evaluasi harus dianalisis secara tepat dan sistematis. 9) Analysis of Qualitative (Analisis Kualitatif) Informasi kualitatif dalam suatu evaluasi harus dianalisis secara tepat dan sistematis. 10) Justified Conclutions (Pembenaran Kesimpulan) Kesimpulan yang dicapai dalam evaluasi harus secara eksplisit dibenarkan, sehingga stakeholder dapat memberikan penilaian untuk mengambil keputusan. 11) Objective Reporting (Objektivitas Pelaporan) Prosedur pelaporan harus waspada terhadap gangguan yang disebabkan oleh subjektivitas dan bias dari setiap hal yang menyangkut evaluasi, sehingga laporan evaluasi mencerminkan temuan evaluasi.



12) Metaevaluation (Metaevaluasi). Evaluasi itu sendiri harus secara formatif dan sumatif dievaluasi terhadap standar terkait lainnya, sehingga pelaksanaanya dengan tepat dipandu dan pada saat penyelesaian stakeholder dapat memeriksa kekuatan dan kelemahan program.10 B. Program Full Day School 1. Pengertian Full Day School Menurut etimologi, kata  full day school berasal dari Bahasa Inggris. Terdiri dari kata  fullday  yang mengandung arti sehari penuh. Full day juga berarti hari sibuk, sedangkan School  artinya Sekolah.11 Jadi, arti dari  full day school jika dilihat dari segi etimologinya berarti sekolah atau kegiatan belajar yang dilakukan sehari penuh yang berlangsung secara kreatif, aktif, dan transformatif. Aktif mengoptimalisasikan seluruh potensi untuk mencapai tujuan pembelajaran, kreatif mengoptimalisasikan pemanfaatan sarana dan prasarana dalam mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan seluruh potensi siswa, serta transformatif dalam mengembangkan seluruh potensi kepribadian siswa dengan lebih seimbang.12 Menurut terminologi atau arti secara luas,  full day school mengandung arti pola pendidikan yang menerapkan pembelajaran sehari penuh dengan memadukan pengajaran yang intensif yakni dengan menambah jam pelajaran untuk pendalaman materi pelajaran serta pengembangan diri dan kreatifitas. Full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang diberlakukan dari pagi hari sampai sore hari, mulai pukul 06.30-15.30 WIB, dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Dengan demikian, sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Hal yang diutamakan dalam full day school adalah pengaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman. 13 Sehingga materi yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik mencapai target yang telah ditetapkan sekolah program tersebut, dan dalam hal ini guru diharuskan memiliki kompetensi dalam Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta), 2000, h. 8. Wirawan, Op.Cit, h.265. 12 Nor Hasan, “Full Day School, Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing”, dalam jurnal Pendidikan Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan, vol.1, no.1, Pamekasan 2004, h.110-111. 13 Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media), 2016, h.227 10 11



bidangnya masing-masing serta mampu membuat metode belajar yang menarik untuk dapat mencegah timbulnya kejenuhan peserta didik selama mengikuti proses kegiatan belajar mengajar. Baharudin menjelaskan bahwa  full day school mempunyai beberapa keunggulan yaitu siswa akan mendapatkan pendidikan umum dan pendidikan keIslaman serta dapat mengembangkan potensi siswa melalui kegiatan ekstra kurikuler. Hasan menambahkan mengenai tujuan dari program tersebut yaitu untuk mengembangkan seluruh potensi kepribadian siswa dengan lebih seimbang.14 Yang pada intinya konsep  full day school ini dalam pengertian yangsebenarnya, ditandai oleh waktu belajar yang lebih lama daripada sekolah-sekolah konvensional serta interaksi antara peserta didik dan pengaruh gurunya lebih intensif.15 Dengan adanya program ini, yang memberikan pendidikan yang intensif kepada peserta didik, tidak hanya upaya menambah waktu dan memperbanyak materi pelajaran saja, namun mampu untuk mengkondisikan peserta didik agar memiliki pembiasaan hidup yang baik serta pembinaan kejiwaan, mental dan moral anak. Dengan demikian, program  full day school dapat diartikan sebagai model sekolah dengan penerapan pendidikan intensif yang mampu mengembangkan potensi, bakat dan skill peserta didik serta dapat meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual peserta didik. 2. Latar Belakang Full Day School Dilihat dari perspektif historisnya, program  full day school sebenarnya bukan hal yang baru. Banyak lembaga pendidikan yang telah menerapkan fullday school dengan model yang sangat variatif. Sistem pembelajaran ini telah lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui sistem asrama atau pondok. Bahkan jika ditarik ke belakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak masa pengaruh hindu-budha pra-islam.16 Awal kemunculan sistem pendidikan full day school di negara kita sebenarnya ditandai dengan banyak hadirnya sekolah-sekolah berlabel "Sekolah Unggulan" yakni sekitar tahun sembilan puluhan. Dahulu, sekolah-sekolah swasta dan sekolah-sekolah yang bernuansa Direktorat Pembinaan SMK, Panduan Praktis SMK Full Day School Disarikan dari Praktik Terbaik SMK Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK), 2017, h.2 15 Akmal Hawi, Sistem Full Day School di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Studi Kasus di Izzudin Palembang, (Palembang: Istinbath, No.16), 2015, h.76 16 Nor Hasan, Op.Cit, h.113 14



Islam yang menjadi pioneer (pelopor) dalam hadir dan munculnya sekolah-sekolah unggulan ini. Secara ideal, pengertian sekolah unggulan ialah sekolah yang memfokuskan diri hanya pada kualitas proses pembelajarannya, kualitas input siswanya justru bukan menjadi prioritas. Pada proses selanjutnya, hal ini kemudian terus dikembangkan menjadi bentuk yang lebih variatif dan akhirnya menjadi semacam “merk dagang” diantara pengembangan itu adalah salah satunya lahirlah istilah full day school. Program yang dimaksud umumnya berlangsung mulai dari pukul 06.45 sampai dengan pukul 15.00 WIB. Dengan banyaknya alokasi waktu belajar ini, para siswa relative banyak menghabiskan waktu mereka di sekolah bersama dengan para siswa lainnya. Konsekuensi dari system pendidikan program FDS ini adalah salah satunya terletak pada biaya yang umumnya “relatif mahal” jika dibandingkan dengan sekolah umum. Hal ini terjadi karena baik kuantitas maupun kualitas pendidikan yang dimiliki oleh sekolah yang menerapkan program full day school ini jauh lebih komplit dan lebih bagus. Di dalam sistem pendidikan program FDS ini tidak semata-mata menghabiskan semua waktunya dari pagi hingga sore hanya untuk belajar di dalam kelas tetapi ada pula sebagian waktu yang dialokasikan untuk pengayaan materi seperti di luar kelas atau luar ruangan. Ada tiga alasan yang melandasi lahirnya system pembelajaran full day school diantaranya adalah sebagai berikut: a.



Mengurangi pengaruh negatif dari luar pada anak. Banyak masalah serius pada anak karena terpengaruh dari lingkungan di luar sekolah dan rumah. Kebanyakan lingkungan dari luar tersebut membawa pengaruh yang negatif bagi anak. Oleh karena itu, maka perlu diimplementasikan full day school guna meminimalkan pengaruh negatif pada anak, termasuk televisi dan media elektronik lainnya.



b.



Dengan diimplementasikannya pembelajaran full day school, waktu belajar di sekolah lebih efektif dan efisien. Dengan system pembelajaran ini, maka rentang waktu belajar di sekolah relatif lebih lama sehingga memaksa siswa belajar mulai pagi hingga sore hari, sehingga waktu belajar di sekolah lebih efektif dan efisien. Anak-anak tidak hanya diajarkan dengan ilmu pengetahuan



saja, akan tetapi mereka juga dididik dengan ilmu agama sehingga ada keseimbangan antara IPTEK dan IMTAQ sebagai bekal hidupnya kelak. c.



Dengan diimplementasikannya sistem pembelajaran full day school, maka sangat membantu orang tua siswa terutama yang sibuk bekerja. Karena dengan sistem pembelajaran ini, maka anak-anak harus belajar mulai pagi hingga sore hari, sehingga orang tua tidak lagi direpotkan dengan urusan mengasuh anak, mengawasi, dan lain sebagainya. Orang tua tidak akan merasa khawatir anaknya terkena pengaruh negatif, karena anaknya akan seharian berada disekolah yang dalam artian sebagian besar waktunya dimanfaatkan untuk belajar. Pembiasaan ibadah pun juga lebih terkontrol Secara rinci sekolah dengan program full day school didirikan karena adanya



tuntunan diantaranya : a. Pertama, minimnya waktu orang tua dirumah karena tingginya tuntutan kerja. Orang tua akan memberukan kesibukan pada anaknya sepulang sekolah dengan jaminan keamanan dan manfaat yang banyak. Lain halnya jika orang tua kurang memperhatikan masalah anak, maka yang terjadi adalah anak akan mencari kegiatan negatif tanpa kendali bahkan bisa jadi anak akan terjebak dalam lingkungan pergaulan sosial yang buruk. b. Kedua, perlunya pengawasan terhadap segala kebutuhan dan keselamatan anak, terutama bagi anak di usia dini selama orang tua bekerja. c. Ketiga, perlunya informasi jam-jam tambahan keagamaan karena dengan minimnya waktu orang tua dirumah maka secara otomatis pengawan terhadap hal tersebut juga minim. d. Keempat, perlunya peningkatan kualitas pendidikan sebagai solusi berbagai permasalahan bangsa saat ini.17 Berdasarkan penjelasan tersebut dikatakan bahwa program full day school didirikan dengan tujuan untuk mengakomodir berbagai permasalahan yang ada di 17



Marfiah Astuti, "Implementasi Program Fullday School Sebagai Usaha Mendorong Perkembangan Sosial Peserta Didik TK Unggulan Al-Ya’lu Kota Malang", dalam Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, vol. 1, no. 2, Malang, 2013, h.134



masyarakat, yang menginginkan anak mereka mendapatkan pendidikan terbaik baik dari aspek akademik dan non akademik serta memberikan perlindungan bagi anak dari pergaulan bebas. 3. Konsep Pembelajaran Full Day School Proses pembelajaran full day yang diterapkan lebih lama di sekolah tidak hanya berlangsung di dalam kelas. Konsep awal terbentuknya program ini bukan semata-mata menambah materi ajar dan jam pelajaran yang sudah ditetapkan Depdiknas seperti yang ada dalam kurikulum, melainkan tambahan jam sekolah digunakan untuk pengayaan materi ajar yang disampaikan dengan metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan guna untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan, menyelesaikan tugas dengan bimbingan guru, pembinaan mental, jiwa dan moral anak. Dengan



kata



lain



konsep



dari



 full



day



school



adalah integrated



curriculum  dan integrated activity. Integrated curriculum dan integrated activity merupakan upaya meningkatkan religiusitas peserta didik, sehingga dalam kurikulum yang digunakan terdapat perpaduan antara pelajaran umum yang ditetapkan pemerintah dan pelajaran tambahan yang mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi sekolah. Dapat dikatakan pula bahwa system  full day school adalah sebuah sistem yang dilakukan secara sadar untuk mengatur adanya tindak belajar yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi dengan cara yang menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa takut dan bosan walau mereka belajar seharian. Semua itu dapat tercapai dengan menerapkan pendekatan, model, dan metode yang tepat sehingga pembelajaran itu menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga membuat peserta didik dinamis, seperti: mendengar dan berbicara, melihat dan membaca, bahkan melakukan peragaan atau melakukan aktifitas. Full day school diterapkan oleh sekolah yang diharapkan memberikan pembelajaran yang bermutu, membentuk akhlak peserta didik yang lebih baik, serta prestasi yang didapatkan lebih maksimal. Dengan demikian peran guru sangatlah penting, guru harus dapat berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pencipta suasana yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Guru aktif memantau kegiatan belajar peserta didik,



memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, mempertanyakan gagasan peserta didik. Jika kondisi ini terjadi, maka peserta didik akan bisa menjadi aktif. Artinya, peserta didik dapat secara aktif membangun konsep, bertanya, bekerja, terlibat, dan berpartisipasi, menemukan dan memecahkan masalah, mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan. Menurut Basuki dalam syukur terdapat beberapa unsur dalam penerapan sistem full day school: a. Pengaturan jadwal mata pelajaran untuk ketertiban belajar mengajar. b. Strategi pembelajaran yaitu pola umum yang mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. c. Saran dan prasarana yang memadai yaitu media pembelajaran yang merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran serta komponen yang terdapat dalam pembelajaran seperti fasilitas belajar, buku belajar, sumber belajar, alat pelajaran atau bahan pelajaran.18 Berdasarkan unsur-unsur dalam penerapan sistem  full day school maka dapat diartikan bahwa unsur yang menunjang dalam penerapan sistem  full day school adalah adanya pengaturan jadwal yang baik, pembelajarannya harus memiliki strategi yang sangat baik dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, fasilitas yang menunjang serta menggali lebih dalam lagi tentang materi yang akan atau yang sudah diberikan. Miller dalam Rosalina menyatakan, full day school adalah sebuah program dimana siswa datang ke sekolah sejak pagi hingga sore untuk belajar dan bersosialisasi. Jadi, siswa selama sehari penuh berada dalam sekolah dan melakukan segala aktivitas pembelajaran di sekolah. Dalam penerapan pembelajaran sistem full day school para guru memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitas belajar sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dengan mengacu pada standar nasional. Proses pembelajaran terdapat satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan antar siswa yang belajar dengan guru yang mengajar. Sehingga peranan guru yang aktif, kreatif dan inovatif sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang akan dilaksanakan.



18



Lisnawati Soapatty, "Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Full Day School) Terhadap Prestasi Akademik Siswa Jati Agung Sidoarjo”, Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan, vol. 2, no.2, 2014, h.72



Kurikulum yang digunakan di full day school adalah pengintegrasian kurikulum pendidikan umum dan agama, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif. Pengertian kuantitatif berarti memberikan porsi pendidikan umum dan agama secara seimbang. Sementara pengertian secara kuantitatif berarti menjadikan pendidikan umum diperkaya dengan perspektif agama, dan pendidikan agama dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar, maka diharapkan peseta didik dapat memahami esensi ilmu dan perspektif yang utuh, mengetahui sesuatu untuk tujuan manfaat dan maslahat, dan mengamalkan keimanan dengan ilmu dan pengetahuan yang luas. 4. Tujuan Program Full Day School Mendidik merupakan tindakan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan tujuan didalam pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgen sebab pendidikan tanpa sebuah tujuan bukanlah dikatakan sebagai pendidikan. Adanya sekolah dengan sistem full day school menjadi jawaban atas segala problem masyarakat tentang berbagai penyimpangan yang banyak dilakukan remaja sekarang. Hal inilah yang menjadi motivasi para orang tua untuk mencari sekolah formal sekaligus mampu memberikan kegiatan-kegiatan positif (informal) pada anak. Secara umum dapat dijelaskan bahwa tujuan sistem pendidikan full day school adalah untuk memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan/intelegensi quotient (IQ), emotional quotient (EQ), spiritual quotient (SQ) dengan berbagai inovasi yang efektif dan actual. Muhaimin dan Baharuddin menambahkan mengenai alasan mengapa para orang tua lebih memilih pembelajaran full day school antara lain : a. Karena meningkatnya jumlah orang tua tinggal dan banyaknya aktivitas anak setelah pulang sekolah. b. Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat dari masyarakat agraris menuju ke masyarakat industry. Perubahan tersebut jelas berpengaruh pada pola piker dan cara pandang masyarakat. kemajuan sains dan teknologi yang begitu cepat perkembangannya, terutama teknologi komunikasi dan informasi lingkungan kehidupan perkotaan yang menjurus ke arah individualisme.



c. Perubahan sosial budaya memengaruhi pola pikir dan cara pandang masyarakat. Salah satu ciri masyarakat industri adalah mengukur keberhasilan dengan materi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat yang akhirnya berdampak pada perubahan peran. Peran ibu yang dahulu hanya sebagai ibu rumah tangga, dengan tugas utamanya mendidik anak, mulai bergeser. Peran ibu di zaman sekarang tidak hanya sebatas seagai ibu rumah tangga, namun seorang ibu juga dituntut untuk dapat berkarier di luar rumah. Sehingga tidak mampu mendidik anak secara maksimal di rumah. d. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika tidak dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi. Seperti banyaknya program televisi serta menjamurnya stasiun televise sehingga membuat anak lebih enjoy duduk di depan televisi serta bermain play station (PS). Untuk memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka diterapkanlah sistem full day school dengan tujuan: a) membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai yang positif, b) mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagai khalifah fil ard dan sebagai hamba Allah SWT, serta c) memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan Kecerdasan Spiritual (spiritual Quotient atau disingkat SQ) sebagai berikut: “Kecerdasan untuk memecahkan persoalan makna nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain.”19 Sehudin dalam Setiyarini, Joyoatmojo, dan Sunardi kembali mengatakan bahwa garis-garis besar tujuan program full day school adalah sebagai berikut : a. Pembentukan sikap yang Islami 1) Pengetahuan dasar tentang Iman, Islam dan Ihsan. 2) Pengetahuan dasar tentang akhlak terpuji dan tercela. 19



Zohar, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, terj. Rahmani Astuti dkk, (Bandung: Mizan), 2001, h.4



3) Kecintaan kepada Allah dan Rosulnya. 4) Kebanggaan kepada Islam dan semangat memperjuangkan. b. Pembiasaan berbudaya 1) Gemar beribadah 2) Gemar belajar 3) Disiplin 4) Kreatif 5) Mandiri 6) Adab-adab Islam c. Penguasaan Pengetahuan dan Keterampilan 1) Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan. 2) Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari. 3) Mengetahui dan terampil baca dan tulis Al Qur’an. 4) Memahami secara sederhana isi kandungan amaliyah sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem pembelajaran full day school merupakan keterkaitan antara unsur-unsur dalam pembelajaran seperti lingkungan tempat belajar, metode, strategi, teknologi, dan media agar terjadi tindak belajar yang menekankan pada pembelajaran aktif (active learning), kreatif (creative learning), efektif (effective learning), dan menyenangkan (fun learning) dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Jadi yang dimaksud dengan tujuan program full day school disini adalah hasil akhir yang diharapkan oleh lembaga pendidikan tertentu atas usaha intensifikasi faktor pendidikan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dengan menggunakan sistem integrated curriculum dan integrated activity pada program full day school merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk seorang anak (peserta didik) yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik dan islami. Dengan adanya garis-garis besar program full day school, sekolah yang melaksanakan program ini diharapkan dapat mencapai target tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut.



5. Faktor Penunjang dan Penghambat Program Full Day School a. Faktor Penunjang Full Day School Setiap sistem pembelajaran tentu memiliki kelebihan (faktor penunjang) dan kelemahan (faktor penghambat) dalam penerapannya, tak terkecuali system  full day school. Adapun faktor penunjang dari pelaksanaan sistem ini adalah setiap sekolah memiliki tujuan yang ingin dicapai, tentunya pada tingkat kelembagaan. Untuk menuju kearah tersebut, diperlukan berbagai kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Salah satunya adalah sistem yang akan digunakan di dalam sebuah lembaga tersebut. Apabila kita sudah memilih sistem dengan baik, maka semuanya dapat diberdayakan menurut fungsi masing–masing kelengkapan sekolah. Diantara faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah kurikulum. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesuksesan suatu pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Faktor pendukung berikutnya adalah manajemen pendidikan. Manajemen sangat penting dalam suatu organisasi. Tanpa manajemen yang baik, maka sesuatu yang akan kita gapai tidak akan pernah tercapai dengan baik karena kelembagaan akan berjalan dengan baik, jika dikelola dengan baik. Faktor pendukung yang ketiga adalah sarana dan prasarana. Sarana pembelajaran merupakan sesuatu yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar setiap hari tetapi mempengaruhi kondisi belajar. Prasarana sangat berkaitan dengan materi yang dibahas dan alat yang digunakan. Sekolah yang menerapkan  full day school, diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa. Faktor pendukung yang terakhir dan yang paling penting dalam pendidikan adalah sumber daya manusia (SDM). Dalam penerapan full day school, guru dituntut untuk selalu memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus memperkaya diri dengan metode-metode pembelajaran yang sekiranya tidak membuat siswa bosan karena full day school adalah sekolah yang menuntut siswanya seharian penuh berada di sekolah. Faktor lain yang signifikan untuk diperhatikan adalah masalah pendanaan. Dana mamainkan peran dalam pendidikan. Keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar di sekolah karena dana secara tidak langsung mempengaruhi kualitas



sekolah terutama yang berkaitan dengan sarana dan prasarana serta sumber belajar yang lain.20 b. Faktor Penghambat Full Day School Faktor penghambat merupakan hal yang niscaya dalam proses pendidikan, tidak terkecuali pada penerapan full day school. Faktor yang menghambat penerapan sistem full day school diantaranya : 1) Keterbatasan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang vital untuk menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan sarana dan prasarana yang baik untuk dapat dapat mewujudkan keberhasilan pendidikan. Banyak hambatan yang dihadapi sekolah dalam meningkatkan mutunya karena keterbatasan sarana dan prasarananya. Keterbatasan sarana dan prasarana dapat menghambat kemajuan sekolah. 2) Guru yang tidak profesional. Guru merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar. Keberlangsungan kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh profesionalitas guru. Akan tetapi pada kenyataannya guru mengahadapi dua yang dapat menurunkan profesionalitas guru. Pertama, berkaitan dengan faktor dari dalam diri guru, meliputi pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi, dan kerukunan kerja. Kedua berkaitan dengan faktor dari luar yaitu berkaitan dengan pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan biaya dan ketepatan waktu. Kedua faktor tersebut dapat menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah. 6. Kelebihan dan Kekurangan Program Full Day School a. Kelebihan Program Full Day School Pemerintah tentunya menerbitkan peraturan mengenai full day school bukan tanpa alasan. Sistem pembelajaran yang satu ini terbukti memiliki beberapa keunggulan, seperti: 20



Ibid, h.231



1) Lebih banyak waktu bagi guru dan siswa untuk belajar Tidak dipungkiri bahwa tenaga pengajar sering dikejar waktu dan target dalam menyampaikan materi pembelajaran pada anak-anak didiknya. Sama halnya dengan para siswa yang tidak memiliki cukup waktu untuk memahami materi pelajaran. Dengan bertambahnya waktu sekolah, baik guru maupun siswa diharapkan memiliki lebih banyak waktu untuk memahami materi yang disampaikan. 2) Memudahkan orangtua Bagi orangtua, terutama yang bekerja di kantor, full day school sangat membantu dalam menyesuaikan jadwal mereka dengan waktu pengasuhan anak. Para orangtua tersebut bisa berangkat kerja sambil mengantar anak, kemudian pulang kerja sambil menjemput anak di sekolah.



b. Kekurangan Program Full Day School Selain keunggulan program full day school juga memiliki kekurangan. Bagi mereka yang kontra dengan durasi sekolah anak hingga 8 jam per hari, beberapa alasan yang biasanya mengemuka, antara lain: 1) Tidak ada korelasi langsung antara durasi sekolah dengan pencapaian akademis Meski full day school tergolong sukses mengangkat derajat pendidikan di beberapa negara, sistem ini tidak serta-merta diklaim sebagai faktor utama dalam meningkatnya intelegensi anak. Pencapaian akademis anak ditentukan oleh banyak faktor, seperti lingkungan sekolah, kualitas guru, dan kemampuan anak itu sendiri dalam menyerap pelajaran. Dengan kata lain, anak yang sekolah lebih lama belum tentu lebih pintar dari mereka yang sekolah lebih sebentar. 2) Ongkos lebih mahal Sekolah yang menerapkan sistem full day school biasanya mematok tarif yang lebih mahal. Selain itu, orangtua juga harus menyediakan uang saku tambahan bagi anak, termasuk misalnya uang makan dan ongkos transportasi. 3) Membatasi waktu bermain anak



Sifat alamiah anak-anak ialah bermain dan itu akan sangat terbatasi jika anak dimasukkan dalam sistem full day school. Meski sekolah menyediakan kegiatan di luar akademis, anak mungkin membutuhkan waktu untuk mengekplorasi bakatnya sendiri di luar kegiatan sekolah. 4) Stres Ini adalah keluhan yang paling banyak dirasakan oleh anak yang mengikuti sistem full day school. Dengan bertambahnya jam belajar, maka ekspektasi guru maupun orangtua terhadap anak juga meningkat sehingga tidak jarang anak merasakan beban berlebihan yang kemudian membuat mereka stres. C. Hasil Penelitian yang Relevan Berikut ini hasil dari penelitian yang berkaitan dengan Evaluasi Program Full Day School, yaitu : 1.



Penelitian yang dilakukan oleh Umi Robi’ah Mutsana Fajrun Nisa’ pada tahun 2014 yang berjudul “Evaluasi Program Kelas Full Day School du MTs. N Ngemplak Boyolali”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program-program kelas full day school di MTs. Negeri Ngemplak belum berjalan dengan baik, karena tidak ada kriteria khusus pada aspek input. Process penyelenggaraan program kelas full day school sama seperti pembelajaran kelas regular pada umumnya, mulai dari kurikulum, RPP, silabus, metode pembelajaran, KKM hingga evaluasi pembelajaran. Perbedaannya hanya terletak pada waktu belajar yang lebih lama. Terakhir untuk output peserta didik program full day school di MTs. Negeri Ngemplak sudah mampu meningkatkan kualitas madrasah menjadi lebih baik dan banyak peminatnya.



2.



Penelitian yang dilakukan oleh Lailatun Nuroniyah (2016) yang berjudul “Implementasi Program Full day School dalam Menanamkan Spiritualitas Peserta Didik SMP Asa Cendikia Sedati”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program Full Day School dalam berbagai macam pendekatan, seperti: pembelajaran klasikal, pembiasaan, outing class, keteladanan, dan pergaulan. Dalam implementasinya terdapat dinamika pembelajaran seperti adanya penerapan metode belajar yang variatif, Englishand Arabic Club, dan budaya senyum sapa salam. Faktor pendukungnya yaitu, Pertama, meningkatnya motivasi dan kesadaran peserta didik dalam proses belajar mengajar.



Kedua, meningkatnya religiusitas peserta didik (tahfidz, sholat dhuha, sholat wajib, dll), Ketiga, meningkatnya prestasi akademik peserta didik. Keempat, waktu bagi peserta didik lebih efektif (di satu sisi orang tua merasa nyaman). Faktor penghambatnya yaitu, Pertama, peserta didik merasa bosan dan jenuh. Kedua, peserta didik juga merasa kelelahan dan lemas selama berada di sekolah sehari penuh. Ketiga, sebagian guru juga merasa kelelahan. Keempat, guru tidak bisa memberi pekerjaan rumah seleluasa dirinya. 3.



Penelitian yang dilakukan oleh Chusnul Chotimah (2011)yang berjudul “Peranan Full Day School Dalam Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Uswah Tuban”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan oleh guru PAI dalampengembangan pembelajaran pendidikan agama islam di SDIT Al Uswah Tuban adalah: a)analisis kondisi pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran; karakteristik bidang studi; kendala pembelajaran; karakteristik peserta didik. b) pengembangan metode pembelajaran yang meliputi pengorganisasian; strategi penyampaian; strategi pengelolaan. c) pengukuran hasil pembelajaran. Ketika judul tersebut searah dengan penelitian ini. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terdapat pada evaluasi program full day school dengan menggunakan



model



input, process, product.



evaluasi



program



CIPP



yaitu



meliputi



aspek context,



BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Pembangunan



UIN Jakarta ,



tepatnya beralamat di Jl. Ibnu Taimia IV komplek UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kota Tanggerang Selatan, Banten 15419. Adapun waktu penelitian direncanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan Juli sampai dengan Desember 2020. Dengan rincian sebagai berikut : Tabel 3.1: Waktu Pelaksanaan Penelitian No



Kegiatan Juli



1 2 3 4 5 6 7 8



Agu



Bulan Sep Okt



Nov



Des



Menyusun proposal Menyusun instrumen Pelaksanaan penelitian Pengolahan Data Menyusun laporan hasil penelitian Kelengkapan Lampiran Sidang Munaqosah Revisi Skripsi



B. Pendekatan, Metode, Model dan Desain Evaluasi Dalam kegiatan evaluasi program ini, digunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan data berupa tulisan atau lisan mengenai program Full Day School karena penelitian ini bermaksud untuk mengumpulkan data dan informasi yang lengkap mengenai program Full Day School. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka metode yang digunakan pada penelitian ini juga dengan menggunakan metode kualitiatif yang mana menurut Bogdan dan Taylor dalam Alkaf mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.21



21



Nuraida Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat : Islamic Research Publishing), Cet. Ke-1, 2009 , h. 35



Untuk model yang digunakan dalam evaluasi program Full Day School, digunakan model evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam yang meliputi context, input, process, dan product. Model ini didesain untuk menggambarkan sejauh mana tujuan program telah dicapai dengan menggunakan kesenjangan antara apa yang diharapkan dan apa yang berhasil diamati untuk memberikan masukan terhadap kekurangan dari suatu program. Pelaksanaan evaluasi ini akan lebih menyeluruh apabila dilihat dari keempat komponen tersebut, sehingga kesimpulan yang akan dihasilkan akan lebih menyeluruh terhadap program tersebut.



Context



Input



Process



Product



Judgement



Judgement



Judgement



Judgement



Program Decision



Gambar 3.1 Desain Evaluasi Program Model CIPP C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengevaluasi program full day school di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah dokumentasi, wawancara, observasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melangkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh subyek), dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Observasi Metode



observasi



yang



digunakan



yakni



observasi



langsung



dengan



menggunakan panduan pengamatan. Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang pengelola yaitu kepala sekolah program full day school Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, guru (tenaga pendidik), peserta didik, program (keterampilan komputer dan bahasa) dan sarana prasarana serta proses pengelolaan program full day school.



2. Wawancara Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, harapan, persepsi serta dukungan masyarakat pada program full day school yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terkait kegiatan-kegiatan seputar program kepada kepala sekolah, guru (tenaga pendidik), peserta didik, alumni dan masyarakat (orang tua). 3. Studi Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan dapat merupakan catatan harian, sejarah kehidupan, peraturan, kebijakan. Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh tentang profil, visi dan misi, tujuan sekolah, data guru, data peserta didik, data sarana prasarana, jadwal berbagai kegiatan, relevansi program dan dukungan masyarakat serta prestasi akademik dan manfaat program. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat ditampilkan gambaran tentang objek penelitian. D. Teknik Analisa Data Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisa data di lapangan dalam penelitian ini menggunakan model dari Miles dan Huberman. Data yang telah diperoleh di lapangan akan dianalisa melalui proses klasifikasi data, kategorisasi dan penarikan kesimpulan. Adapun dijelaskan sebagai berikut: 1. Data Reduction (Reduksi Data), yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu.22 2. Data Display (Penyajian Data), dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.23 3. Conclusion Drawing/Verification merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya 22



Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Penerbit Alafabeta), 2011, cet. 11, h. 338. 23 Ibid., h.341



masing remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.24



24



Ibid., h.345



DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Shodiq. Evaluasi Pembelajaran : Konsep Dasar, Teori, dan Aplikasi. (Semarang : Pustaka Rizki Putra). 2012 Alkaf, Nuraida Halid. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Ciputat : Islamic Research Publishing). Cet ke-1. 2009. Astuti, Marfiah. "Implementasi Program Fullday School Sebagai Usaha Mendorong Perkembangan Sosial Peserta Didik TK Unggulan Al-Ya’lu Kota Malang" dalam Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 1. No. 2. Malang. 2013 Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media). 2016 Direktorat Pembinaan SMK. Panduan Praktis SMK Full Day School Disarikan dari Praktik Terbaik SMK Indonesia. (Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK). 2017 Hasan, Hamid. Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya). 2014 Hasan, Nor. “Full Day School, Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing” dalam jurnal Pendidikan Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan. Vol.1. No1, Pamekasan 2004 Hawi, Akmal. Sistem Full Day School di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Studi Kasus di Izzudin Palembang. (Palembang: Istinbath, No.16). 2015 Kuswandi, Iwan. Full DaySchool dan Pendidikan Terpadu (online). (sumber : http://iwankuswandi.wordpress.com/full-day-school-dan-pendidikan-terpadu/, diakses 7 Juni 2020 pukul 17:17 WIB). 2012 Soapatty, Lisnawati. "Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Full Day School) Terhadap Prestasi Akademik Siswa Jati Agung Sidoarjo”.



Jurnal Kajian Moral dan



Kewarganegaraan. Vol. 2. No.2. 2014 Sudjana, Djudju Sudjana. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya). 2006 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Penerbit Alafabeta). Cet. 11. 2011 Tayibnafis, Farida Yusuf. Evaluasi Program. (Jakarta: Rineka Cipta). 2000. Widoyoko, Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran. (Yogyakarta: Pustaka Belajar). 2015 Wirawan. Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. (Jakarta: Rajawali Pers). 2012. cet. ke-2 Zohar. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk



Memaknai Kehidupan, terj. Rahmani Astuti dkk. (Bandung: Mizan). 2001