Proposal Geowisata Kelompok 8 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Proposal Geowisata  Gua Petruk Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen Jawa Tengah



Disusun Oleh : 



Kasih Septiani (H1C018031)







Vonsa Yonar Dyah Kusuma (H1C018047)







Muhammad Syaddad Septian Hady A (H1C018055)







Muhammad Nur Fadhilah (H1C019058)







Faizal Warih Wijaya (H1C019041)



KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI PURBALINGGA 2020



BAB I. PENDAHULUAN



I.1.  



Latar Belakang



Kabupaten Kebumen merupakan salah satu wilayah yang memiliki bentang alam karst yang terletak di bagian barat, dimana secara administrasi terdapat di kecamatan Rowokele, Kecamatan Buayan dan Kecamatan Ayah, dengan luas 40,89 km2 (SK Menteri ESDM No 3873 K/40/MEM/2014). Bentang alam karst tersebut dikenal dengan istilah kawasan karst gombong selatan. Di Kawasan Karst Gombong selatan terdapat sekitar 175 Goa alami dan hanya beberapa yang sudah dimanfaatkan untuk kegiatan wisata salah satunya adalah Goa Petruk yang terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah atau sekitar 49 km dari pusat Kota Kebumen. Objek wisata Goa Petruk memiliki potensisumber daya alam yang unik dan masih terjaga kelestariannya. Di dalam Goa ini terdapat stalaktit dan stalagmit yang mempunyai bentuk yang beragam dan memiliki kenunikan tersendiri. Stalaktit dan stalagmit tersebut terbentuk akibat proses pelarutan air di daerah kapur yang berlangsung secara terus menerus. Di dalam Goa ini juga terdapat sungai bawah tanah yang mengalir di sepanjang area Goa. Selain potensi alam juga terdapat potensi sumber daya buatan manusia seperti sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pariwisata. Objek wisata Goa Petruk merupakan jenis wisata alam minat khusus dengan daya tarik utama berupa keindahan ornamen goa. Data pengunjung objek wisata Goa Petruk dari tahun 2014-2018 menunjukkan bahwa pengunjung dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2014 pengunjung adalah 9.830 pengunjung, kemudian tahun 2015 turun menjadi 9.071 pengunjung, tahun 2016 sebanyak 7.968 pengunjung, pada tahun 2017 hanya 7.803 pengunjung dan 2018 menjadi 6.516 pengunjung. Wisatawan atau pengunjung objek wisata Goa Petruk adalah wisatawan yang berasal dari dalam Kota atau Kabupaten maupun dari luar Kabupaten Kebumen. Penurunan jumlah pengunjung pada objek wisata tersebut tidak lepas dari kondisi pengembangan wisata objek wisata. Menurut Murphy (1985) dalam Suryadana (2013:99) menggambarkan sistem pariwisata sebagai keterkaitan faktor demand dan supply. Faktor demand erat kaitannya



dengan motivasi wisatawan, persepsi dan harapan konsumen. Sedangkan supply pariwisata berkaitan dengan penawaran wisata atau unsur pengadaan seperti atraksi, transportasi, akomodasi, fasilitas pelayanan dan infrastruktur. Sesuai perkembangan, pariwisata bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata (Marpaung dan Bahar 2002:19). Dengan adanya pariwisata maka diharapkan kehidupan ekonomi penduduk sekitar objek wisata dapat meningkat. Pemanfaatan sektor pariwisata berbasis sumber daya alam dapat memberikan dampak positif seperti penyumbang pendapatan daerah bagi pemerintah maupun dampak ekonomi bagi penduduk setempat. Peran pemerintah dan stakeholder serta strategi pengembangan wisata yang tepat dapat menjadi alternatif dalam pengembangan wisata. Selain itu perumusan strategi yang tepat untuk pengembangan objek wisata Goa Petruk juga penting dilakukan agar objek wisata tersebut dapat bersaing dengan objek wisata lainnya. Perumusan strategi pengembangan objek wisata Goa Petruk dapat dilakukan menggunakan analisis SWOT melalui pendekatan faktor internal dan eksternal, untuk selanjutnya dilakukan perumusan strategi menggunakan matriks SWOT, sehingga dapat diketahui arahan pengembangan objek wisata Goa Petruk. I.2.  



Rumusan Masalah



Dari latar belakang diatas, maka permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana unsur pengadaan (supply) dan permintaan (demand) objek wisata Goa Petruk di Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen? 2. Bagaimana strategi pengembangan pada objek wisata Goa Petruk di Kabupaten Kebumen? I.3.  



Tujuan Penelitian



Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui unsur pengadaan (supply) dan permintaan (demand) objek wisata Goa Petruk dikecamatan Ayah Kabupaten Kebumen



2. Untuk menganalisis strategi dalam pengembangan objek wisata Goa Petruk di Kabupaten Kebumen I.4.  



Manfaat Penelitian



Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut ; 1. Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam pengembangan keilmuan melalui penerapan bidang ilmu geografi khususnya pada mata kuliah geografi pariwisata. 2. Manfaat praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola maupun pemerintah setempat dalam hal pengembangan pariwisata di Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen.



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA



II.1 Prinsip dan Kriteria Destinasi Geowisata Geowisata merupakan pariwisata minat khusus dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam seperti bentuk bentang alam, batuan, struktur geologi dan sejarah kebumian, sehingga diperlukan peningkatan pengayaan wawasan dan pemahaman proses fenomena fisik alam. Contoh objek geowisata berupa gunung berapi, danau, air panas, pantai, sungai, dan lain-lain. Sementara itu, hasil seminar nasional tentang Geowisata pada tahun 1999 yang diselenggarakan di Bandung oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral RI, telah merumuskan geowisata sebagai pariwisata yang memanfaatkan seluruh aspek geologi, dengan ruang lingkup mengenai unsur abiotik seperti bentang alam, batuan, mineral, fosil, tanah, air, dan proses, termasuk di dalamnya sejarah geologi Geowisata telah berkembang pesat dalam berbagai literatur. Pengadaptasian ide geowisata pada pengembangan destinasi wisata, mengacu pada beberapa prinsip fundamental (Dowling 2011; Dowling 2013). Sebuah destinasi geowisata harus (1) berlandaskan kebumian, (2) berkelanjutan, (3) mendidik bagi pengunjung serta masyarakat, (4) memberi keuntungan bagi masyarakat lokal, dan (5) memberi kepuasan bagi pengunjung.   Hose (2012) memperkenalkan aspek aspek yang saling berkaitan pada geowisata modern yang biasa disebut 3G, terdiri dari (1) geo-sejarah, (2) geo-konservasi, dan (3) geo-interpretasi. Di sisi lain, Dowling (2013) menggagas konsep ABC sebagai kriteria pembentuk destinasi geowisata, yaitu (1) abiotik, (2) biotik, dan (3) budaya.  Syarat atau nilai-nilai pengembangan geowisata ada tiga (3) yakni, •



Ekonomi







Konservasi atau lingkungan







Pemberdayaan masyarakat.  Nilai manfaat pengembangan pariwisata kepada masyarakat lokal, salah satunya adalah



peningkatan ekonomi. Wisatawan yang datang ke sebuah destinasi dalam jangka waktu tertentu,



menggunakan sumber daya dan fasilitas wisata, yang biasanya mengeluarkan uang. Dampak positif pariwisata terhadap kondisi ekonomi masyarakat diantaranya : •



Dampak terhadap pendapatan masyarakat







Dampak terhadap kesempatan kerja







Dampak terhadap distribusi manfaat dan  keuntungan ekonomi







Dampak terhadap pembangunan pada umumnya







Dampak terhadap pendapatan pemerintah



II.2 Daya Tarik Wisatawan  Daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik wisatawan atau pengunjung untuk datang kesuatu daerah atau tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikebangkan merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, merupakan dasar bagi kepariwisataan. Landasan dalam mengkaji objek wisata untuk dapat memenuhi kebutuhan pariwisata sebagai berikut : a. Nilai ilmiah, yang mewakili elemen sains, konservasi, edukasi, dan interpretasi;  b. Nilai estetika, yang mewakili elemen apresiasi;  c. Nilai budaya, yang mewakili elemen apresiasi, konservasi dan interpretasi;  d. Nilai ekonomi, yang mewakili elemen pemberdayaan masyarakat. Menurut (Karyono, 1997) suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik di samping harus ada objek dan atraksi wisata, juga harus memiliki tiga syarat daya tarik, yaitu: (1) ada sesuatu yang yang bisa dilihat (something to see), (2) ada sesuatu yang dapat dikerjakan (something to do) dan (3) ada sesuatu sesuatu yang bisa dibeli (something to buy).   



BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III. 1. Lokasi Penelitian Gua Petruk adalah sebuah situs geologi yang terbentuk dari proses alamiah di Kawasan Karst Gombong Selatan yang terletak di Dusun Mandayana, Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Gua yang keseluruhannya terbentuk dari kapur ini memiliki panjang keseluruhan hingga 2 Km dengan panjang jelajah 100 meter hingga 664 meter, lebar rata-rata 14 meter, dan tinggi rata-rata 32 meter. Gua ini berjarak 7 Km dari Gua Jatijajar, 38 Km berkendara dari pusat Kota Kebumen dan 24 Km dari Gombong menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum.



Gambar 1 Lokasi penelitian



III.2. Metode Penelitian  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Moleong (2007) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati yang menyatakan peneliti adalah sebagai instrumen kunci, dan pengambilan sampel sumber data dilakukan secara teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan) adapun pengertian trianggulasi menurut Moleong (2007) adalah teknik pemeriksaan ke absahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian teknik analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil



penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi. Sedangkan studi deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan fenomena, variabel dan permasalahan yang terjadi saat penelitian secara faktual. Pada penelitian ini, penelitian dilakukan dengan pengambilan data dari responden yang dirasa peneliti mengerti tentang geowisata, dan partisipasi masyarakat. Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya. Diharapkan para informan mengetahui  seluk beluk tentang Intrusi gunung mendelem dan potensi-potensi wisata yang terdapat didalamnya sehingga dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penelitian. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif ada yang disebut dengan disahkannya data. Peneliti memilih beberapa warga lokal dari desa mendelem sebagai informan untuk sumber data yang kemudian diolah. Beberapa alat bantu yang digunakan penelitian dalam penelitian ini adalah: Peta geologi daerah geowisata yang digunakan untuk mengetahui posisi kita sekarang, dan kamera digital yang digunakan untuk mengambil data berupa gambar yang dibutuhkan oleh peneliti agar sumber lebih terpercaya.



BAB IV. PEMBAHASAN IV.1. Sejarah Objek wisata Goa Petruk Wisata Goa Petruk Sendiri berada pada daerah dukuh Madayana Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah yang berada pada bagian selatan objek wisata Goa Jatijajar. Goa ini memiliki nama seperti tokoh pewayangan yaitu salah satu dari tokoh punokawan yang beranggotakan antara lain, semar, gareng, petruk, dan bagong. Menurut legenda tanah jawa, yang termuat dalam cerita wayang jawa, petruk dapat digambarkan sebagai seorang tokoh pewayangan yang merupkan anak dari lelembut banaspati yang kemudian diangkat menjadi anak oleh ki semar. Hal ini sama seperti abunawa, dimana petruk merupakan seorang anak yang memiliki akal pintar.  Banyak orang telah mengetahui keberadaan Goa petruk. Akan tetapi banyak juga orang orang masih enggan untuk datang dan mengunjungi Goa petruk sebagai kegiatan berwisata. Mungkin dikarenakan kurangnya aspek pendukung untuk menikmati keindahannya, atau kurangnya edukasi mengenai Goa petruk tersebut, atau bahkan kurangnya pemasaran dari pengelola Goa petruk,dll. Hal ini dimungkinkan terjadi dikarenakan pada bagian dalam Goa terkesan terlihat menakutkan, karena tidak ada cahaya seperti halnya Goa Jatijajar atau Goa lainnya. Menurut catatan dari seorang Doktor Koo, pakar Goa dari luar negeri, bahwasannya beliau telah mengatakan jika Goa ini merupakan Goa terindah di Nusantara. Kemudian beliau pun meminta kepada Pemerintah Daerah Kebumen agar Goa tersebut tetap dijaga kealamiannya bahkan untuk diterangi listrik pun sangat tidak di perkenankan. Oleh hal itu, kita seharusnya dapat memaksimalkan pengelolaan objek wisata sebagai objek yang dapat mengedukasi dan sangat menarik.  Pada Goa Petruk ini memiliki tiga bagian. Bagian pertama atau tepatnya berada di lantai satu, dimana pada bagian ini terdapat banyak sekali kelelawar yang beterbangan dan pada bagian ini juga berbau menyengat, karena banyak kotoran kelelawar. Bagian lantai kedua diberi nama Goa Semar, dimana pada lantai ini kita akan disuguhi pemandangan dari bebatuan yang indah. Kemudian Goa yang terakhir, dimana Goa utamanya berada di sini yang berupa Goa Petruk, dikarenakan di dalam goa tersebut terdapat batu yang mempunyai wujud seperti hidungnya Petruk. Batuan ini kondisainya telah sedikit rusak dikarenakan adanya



ulah kolonial Belanda ketika melakukan penebangan phosfat, maka batuan yang menyerupai hidung Petruk yang menjadi logo dari goa. IV. 2 Potensi Geowisata  a. Penelusuran Goa Aspek Speleologi Panjang Lorong gua yang telah dipetakan adalah sekitar 663.21 meter. Panjang total lorong gua ini diinterpretasikan mencapai lebih 1 km, dengan banyak cabang lorong yang belum sempat terpetakan karena terbatasnya waktu pemetaan. Kondisi lorong berair dan berlumpur dengan bentukan morfologi yang unik, menghasilkan variasi lebar dan tinggi lorong. Terdapat pula kolam-kolam kecil (sump), dan aliran sungai bawah tanah bertipe upstream (arus air dari dalam ke luar gua). Gua Petruk memiliki dua tiga lantai, dengan dua entrance horizontal yang berbeda. Umumnya lantai satu untuk penelusuran horizontal wisatawan, lantai dua untuk wisata minat khusus seperti rapelling, dan single rope technique (SRT). Sedangkan lantai ketiga jarang digunakan wisatawan. Namun dijadikan lokasi tambang fosfor dari guano (kotoran kelelewar) oleh masyarakat sekitar. Berdasarkan deskripsi lorong, didapatkan berbagai macam bentukan ornamen gua dengan bentuk dan proses pembentukan yang berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan kadar kalsium karbonat (CaCO3), bentuk rekahan antar tempat satu dengan yang lain, dan faktor eksternal lainnya. Ornamen tersebut antara lain : a.



Stalaktit, terbentuk di atap gua berupa endapan zat kapur yang lolos melalui celah



(3a). b.



Stalakmit, terbentuk pada dasar gua, akibat endapan sisa kapur yang terbawa air



menetes dari atas. Umumnya berpasangan dengan stalaktit di atasnya (3b). c.



Marble dan Pearl, berbentuk bulat menyerupai bola, kelereng/mutiara (3c).



d.



Flowstone, terbentuk dari milyaran tetes tanah yang mengendap menyeluungi



batuan, membentuk permukaan menyerupai undak (3d). e.



Gordyn, terbentuk oleh stalakmit yang tumbuh sejajar sepanjang rekahan (3e).



f.



Moonmilk, ornamen gua yang berbentuk seperti lelehan susu (3f).



g.



Bacon (Drapery), memiliki bentuk menyerupai punggung dinosaurus (3g).



h.



Sodastraw, hampir sama seperti stalaktit namun berbentuk menyerupai sedotan



yang menggantung di atap (3h). i.



Gourdam, berbentuk seperti bendungan mirip petak-petak sawah, yang terbentuk



ketika pengendapan air (H2O), zat asam arangnya (CO2) menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun – susun (3i).



Gambar 2 Ornamen gua



B.



Aspek Geologi (Geodiversity)



Mengacu Peta Geologi Regional Lembar Banyumas oleh Asikin, dkk (1992), Gua Petruk terbentuk pada Formasi Gabon berumur Oligosen sampai Miosen Awal. Formasi ini tersusun oleh bahan hasil kegiatan gunung api yang terdiri dari andesit sampai basalt, termasuk anggota Tuff (Tmogt). Batuan andesit (Tma) yang berumur akhir Miosen Awal sampai Miosen Tengah menerobos Formasi Gabon. Formasi ditindih tak selaras Formasi Pamutuan (Tmpa) dan Formasi Kalipucang (Tmk) yang berumur Miosen Tengah. (gambar 2). Litologi batuan daerah penelitian tersusun atas batugamping terumbu, setempat batugamping klastik dan dibawahnya kontak tidak salaras dengan breksi vulkanik berfragmen andesit. Kontak ini terlihat jelas di lapangan. Tepatnya sepanjang dasar sungai bawah permukaan (gambar 3). 



 



Gambar 3 Peta geologi daerah penelitian



  Gambar 4 Kenampakan litologi



Aziz, Hadi, Prasetyo, dan Fadlin (2017), menggolongkan batugamping daerah penelitian ke dalam Satuan Batugamping Wackstone (mengacu penaman Dunham, 1962). Hasil pengamatan mikroskopis, memiliki karakteristik warna coklat terang, matrix supported, dengan pemilahan buruk dan disusun oleh allochem bioclast (Red algae = 5%, Amphistegina = 7%, Pecahan Foraminifera = 8%, Micrite = 50%, Sparite = 20%, dan porositas vuggy = 10%). C.



Aspek Biologi (Biodiversity)



Sepanjang penelurusuran yang dilakukan, ditemukan berbagai jenis serangga seperti jangkrik, kalacemeti, laba-laba, dan kecoa. Selain serangga ditemukan pula ikan, udang, biawak, dan yang paling mendominasi adalah kelelewar yang sebagian besar menempati



bagian aula (chamber) pertama. Kotoran kelelawar (guano) ini dijadikan tambang fosfor oleh warga setempat (gambar 4).



  Gambar 5 Keanekaragaman fauna



Sedangkan untuk flora, tidak ada flora yang tumbuh di dalam gua. Namun terdapat banyak tanaman di sekitar gua, baik berupa tanaman merambat hingga tanaman kayu seperti pohon jati. Analisa dan Model Geowisata Analisa dan pemodelan geowisata di Gua Petruk, penulis menggunakan parameter yang dirumuskan oleh Fandeli dalam Sudana (2013), yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan penerapan aktivitas geowisata Gua Petruk sebagai berikut : a.



Learning



Pariwisata yang mendasar pada unsur belajar. Dalam hal ini wisatawan dapat mengetahui proses pembentukan ornamen gua, maupun unsur geologi lainnya seperti jenis batuan, mineral, struktur geologi, umur batuan dan sebagainya yang ada di Gua Petruk. b.



Rewarding



Pariwisata yang memasukkan unsur pemberian penghargaan terhadap alam. Para wisatawan harus disosialisasikan mengenai bahaya dan dampak negatif yang dapat terjadi, sehingga menumbuhkan kesadaran wisatawan maupun tuan rumah penyedia wisata tentang alam dan bersama-sama dalam upaya konservasi lokasi wisata. c.



Enriching



Pariwisata yang memasukkan peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan antara wisatawan dengan masyarakat.



Berwisata di Gua Petruk nanti, tidak hanya berfokus pada interaksi wisatawan dengan gua saja. Tetapi juga interaksi dengan masyarakat sekitar. Sehingga perlu adanya sosialisasi dan peningkatan sumber daya masyarakat sekitar gua, khususnya perihal sosial budaya setempat. d.



Adventuring



Pariwisata yang dirancang dan dikemas sehingga terbentuk wisata petualangan. Gua Petruk memiliki banyak lorong unik yang memungkinkan untuk diadakannya aktifitas ekstrem penelusuran vertikal seperti rapelling dan single rope technique atau berupa penelusuran horisontal lorong-lorong sempit. Berdasarkan parameter tersebut kajian geowisata Gua Petruk dapat dibagi menjadi tiga segmen, yaitu segmen pertama (lorong dekat pintu masuk), segmen kedua (lorong bagian tengah) dan segmen ketiga lorong bagian akhir (gambar 5).   



Gambar 6 Detail Lorong dan segmentasi



Adapun materi geowisata setiap segmen sebagai berikut : a.



Segmen Satu



Pada segmen ini, kondisi lorong masih relatif terang karena masih dekat pintu masuk gua (lorong senja), sehingga sangat tepat untuk wisatawan yang hendak belajar teknik fotografi gua. Selain itu, pada segmen ini juga dapat mengaplikasikan materi adventuring berupa rapelling (menuruni gua menggunakan tali) dan single rope technique (pemanjatan menggunakan tali), dan materi learning dari kajian pembentukan batuan dan ornamen gua. b.



Segmen Kedua



Segmen ini terletak pada lorong bagian tengah gua. Keanekaragaman biota dan ornamen paling melimpah pada lorong ini, sehingga wisata edukasi paling cocok dikaji pada segmen ini. Selain itu, terdapat ornamen-ornamen yang dipercaya oleh warga sekitar memiliki sejarah. Keadaan lorong yang relatif hening, disertai suara air sungai bawah tanah, yang menenangkan, sangat cocok untuk wisatawan yang hendak mencari tempat untuk renungan (upacara gua). c.



Segmen Tiga



Pada segmen tiga, morfologi lorong semakin menyempit dan meliuk, disertai jalan bermedan air dan lumpur tebal, sehingga sangat cocok untuk wisata minat khusus berupa eksplorasi gua. b. Wisata di sekitar Gua Petruk Selain wisata Gua Petruk, terdapat juga beberapa objek wisata yang terdapat disekitaran Gua Petruk. Objek wisata ini bisa menjadi pilihan lain selain menelusuri Gua. c. Pengembangan Geowisata a.   Objek Wisata Gua Petruk bisa dijelajahi oleh wisatawan dengan menelusuri Gua secara horizontal dan vertikal. Dimana penelusuran secara horizontal bisa mengamati ornamen ornamen dalam Gua. Gua Petruk juga dapat dijelajahi secara vertical dengan menaiki lantai 2 nya. Untuk menjelajahi Gua secara vertical diperlukan alat khusus yaitu SRT (Single Rope Technique) yang digunakan sebagai pengaman dalam menjelajah Gua secara vertical. Pada Gua petruk karena sudah sering dijelajah secara vertical, banyak terdapat anchor/tambatan yang menjadi tumpuan alat SRT. Selain itu disana juga dapat memanfaatkan ornament, lubang tembus sebagai anchor alami. Jadi bisa dipastikan Gua Petruk sangat aman untuk dilkukan penjelajahan secara Horizontal maupun Vertical.



Gambar 7 Plang wisata Gua Petruk



Gambar 8 Mulut gua horizontal



Gambar 9 Mulut gua vertikal



Selain wisata Gua Petruk, terdapat juga beberapa objek wisata yang terdapat disekitaran Gua Petruk. Objek wisata ini bisa menjadi pilihan lain selain menelusuri Gua. Dari pintu masuk Gua sampai mulut Gua kita harus berjalan sekitar 30 menit. Diperjalan itu kita dapat menemukan curug dengan debit air yang tidak terlalu tinggi tergantung dari cuaca di sana. Akses ke curug sangat mudah, hanya perlu menuruni sedikit tangga. Wisatawan bisa bersinggah ke curug untuk mandi atau hanya sekedar bermain air.



Gambar 10 Curug di perjalanan menuju mulut gua



Di dekat puntu masuk Gua Petruk terdapat jalan kecil menanjak yang nantinya akan membawa kita ke Tebing putih. Tebing putih biasanya digunakan



untuk panjat tebing oleh mapala atau pecinta panjat tebing di sekitar sana. Tebing putih bisa mnejadi wahana bagi pecinta panjat tebing karena terdapat 4 jalur di sana yaitu jalur bajing, sarden, bedug, dan jackpot. Yang mana jalur tersebut sudah dipasangi anchor yang memudahkan pemanjat tebing untuk menumpukan alat di sana.



Gambar 11 Jalur bedug tebing putih



b.  Aksesbilitas Berdasarkan survei, kondisi jalan menuju Gua Petruk dari Kota Purbalingga aman tanpa hambatan. Jalan ke sana berupa jalan besar yang bisa dilalui oleh kendaraan kecil seperti motor dan mobil, juga kendaraan besar seperti bus dan truk. Kondisi jalan juga baik dan medan yang ditempuh cenderung datar, ada beberapa tanjakan yang perlu dilalui tetapi tidak terllau terjal sehingga kendaraan besar pun masih bisa melewatinya, sangat cocok untuk berwisata menggunakan kendaraan pribadi maupun umum.



Gambar 12 Pintu masuk wisata Gua Petruk



c.   Moda Transportasi Dengan melihat aksesibilatas yang baik menuju Gua Petruk, transporttasi yang dapat ditempuh kesana bisa menggunakan kendaraan probadi seperti mobil dan motor, juga kendaraan umum seperti bus dan truk. d.  Jarak dan Waktu Tempuh Dari Kota Purbalingga menuju Gua Petruk membutuhkan waktu sekitar 1 jam 30 menit dengan jarak tempuh sekitar 46 kilometer. Jalan menuju kesana relatif menggunakan jalan besar dan datar. e.   Tempat makan dan Homestay Disekitar objek wisata Gua Petruk terdapat beberapa warung yang menjual makanan dan kebutuhan pokok. Jadi tidak perlu khawatir jika merasa lapar di sana. Jika ingin menginap, banyak tersedia homestay yang dikelola pribadi oleh masyarakat sekitar. Biasanya 1 homestay dapat diisi 3-4 orang, tergantung dari besarnya homestay. Seperti pada homestay pak Darso yang mana hanya bisa menampung 3 orag saja. Jika pergi beramai2 dan tidak ingin tidur di homestay, di sekitar objek wisata juga tersedia pendopo yang bisa ditiduri sampai 20 orang lebih.



f.        Total Waktu Perjalanan dari Kota Purbalingga  



    



: 1 Jam 30 menit



Perjalanan dari ticketing menuju mulut gua : 20 menit



Penelusuran Gua sampai batu lonceng         : 2 Jam Perjalanan balik menuju mulut Gua            



: 2 Jam



Waktu free ke curug/tebing putih               



: 1 jam



Sholat dan Makan                                       



: 1 jam 30 menit



Waktu Tempuh Total                      



: 8 Jam 20 Menit



    



g.   Peserta Geowisata 



Untuk sekali perjalanan ke Gua Petruk, jumlah maksimal rombongan yaitu 15 orang, dikarenakan lorong Gua yang tidak terlalu besar dan antisipasi kerusakan ornamen jika terlalu banyak pengunjung datang dalam 1 waktu.







Satu kali perjalana wisata ini waktu yang diperlukan sekitar 8 jam 20 meni







Sasaran peserta kegiatan yaitu masyarakat umum



h.  Susunan Acara   Table 1 Susunan acara



Waktu 07.00 – 07.30



Deskripsi Waktu kumpul, meeting point : Halte bis Jompo. Catatan : peserta sudah harus sarapan



07.30 – 08.00



Briefing pemandu oleh peserta, pemandu memberikan guideline book berisi materi tentang Gua petruk untuk dibaca peserta selama perjalanan.



08.00 – 09.30



Perjalanan menuju Gua Petruk, Kebumen



09.30 – 09.40



Pemandu mengumpulkan peserta di depan pintu masuk objek wisata Gua Petruk dan membagikan helm safety untuk dipakai oleh peserta. Catatan : peserta harus memakai boots.



09.40 – 10.00



Perjalanan dari pintu masuk objek wisata ke mulut Gua



10.00 – 10.05



Pemandu memberikan arahan kepada peserta dan memberitau apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dalam Gua



10.05 – 12.05



Penelusuran Gua secara horizontal, pemandu akan menjelaskan ornamen apa saja yang ada dan sedikit sejarah pembentukannya



12.05 – 12.30



Sampai di batu lonceng, pemandu menyediakan sesi untuk foto bersama, dilanjutkan dengan upacara Gua.



12.30 – 14.30



14.30 – 17.00



Perjalanan balik menuju mulut Gua



Waktu free, bisa diisi dengan sholat, makan siang dan menjelajah objek wisata di sekitar



Gua Petruk (Curug/tebing putih) 17.00 – 18.30



Perjalanan pulang menuju Purbalingga



i. Rancangan Biaya Paket Geowisata Gua Petruk  Untuk 5 Orang 



Table 2 RAB



Anggaran



Transportasi



Biaya Masuk,



Total



sewa helm, ,registrasi, sewa guide, makan 1x, 1



Rp. 79.000



Kelompok



(Meeting



(Minimal



Point Halte



5 Orang)



bis Jompo)



dokumentasi Rp. 45.000



Rp. 124.000/orang



Table 3 Rincian pengeluaran



No Item 1 Sewa Mobil 2 Bensin 3 Parkir 4 Supir Total untuk 5 orang :



Pengeluaran TRANSPORTASI Harga Rp 200.000 Rp 9.000 Rp 5.000 Rp 100.000



Satuan Buah Liter Hari Buah



Biaya untuk 1 orang



No 1 2 Total



No 1 2 3 4



Item Makan siang Snack + Minum



KONSUMSI Harga Satuan Rp 15.000 Buah Rp 5.000 Buah



LOGISTIK Item Harga Sewa Helm safety Rp 5.000 Sewa Boots (sepatu safety) Rp 10.000 Tiket Masuk Goa Petruk Rp 5.000 Sewa Headlamp Rp 5.000 Biaya untuk 1 orang



Satuan Buah Buah Orang Buah



Jumlah Total 1 Rp 200.000 10 Rp 90.000 1 Rp 5.000 1 Rp 100.000 Rp 395.000 Rp 79.000



Jumlah Total 1 Rp 1 Rp Rp



15.000 5.000 20.000



Jumlah Total 1 Rp 1 Rp 1 Rp 1 Rp Rp



5.000 10.000 5.000 5.000 25.000



Total Biaya untuk 1 orang wisatawan :



Rp



124.000



BAB V. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang didapat pada proposal Geowisata ini yaitu : 1. Kondisi Unsur Supply Objek Wisata Goa Petruk Suatu objek wisata jika akan di kembangkan maka harus ada unsur-unsur pengadaan (supply) yang meliputi: a.



Atraksi



. Daya tarik utama objek wisata ini adalah keindahan ornamen (speleothem), sungai bawah tanah dan juga sendang. Selain itu atraksi pendukung objek wisata tersebut adalah air terjun dan juga atraksi buatan berupa taman bermain anak. b.



Transportasi atau Aksesibilitas



Transportasi umum yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk menuju objek wisata ini adalah angkutan umum dengan rute Pasar Gombong- Pasar Ayah, akan tetapi sebagian besar pengunjung lebih sering menggunakan kendaraan pribadi dibanding kendaraan umum, mengingat pengunjung goa petruk didominasi oleh wisatawan asal daerah Kebumen dan sekitarnya. Sedangkan untuk kondisi jalan menuju objek wisata ini sudah baik dengan kelas jalan berupa jalan lokal. Kondisi jalan menuju objek wisata cukup sulit jika ditempuh melalui jalur Karangbolong dikarenakan kemiringan lereng di beberapa titik memiliki medan yang cukup curam dan berlikuliku, sehingga hal tersebut dimungkinkan akan menyulitkan pengunjung yang melewati jalan tersebut. c.



Akomodasi



Akomodasi di kawasan objek wisata ini yaitu berupa homestay milik penduduk setempat. Lokasi homestay tersebut juga tidak jauh pintu masuk objek wisata Goa Petruk, karena terletak di dalam kawasan objek wisata. d.



Fasilitas



Pelayanan Fasilitas pelayanan yang terdapat dalam objek wisata ini diantaranya yakni warung makan, TPS, perlengkapan susur goa, pemandu wisata. e.



Infrastruktur



Infrastruktur di kawasan objek wisata goa petruk diantaranya yakni tangga menuju mulut goa, MCK, saluran air bersih, gazebo dan juga area parkir yang luas. Akan tetapi kondisi tempat dan warung makan dinilai masih kurang dikarenakan, tempat ibadah hanya berupa mushola kecil yang menyatu dengan kantor pengelola serta warung yang ada di kawasan



objek wisata ini juga merupakan bangunan yang belum permanen. Kondisi jaringan komunikasi pada kawasan objek wisata dapat dikatakan sudah cukup baik dengan adanya 1 menara pemancar sinyal di Desa Candirenggo. 2. Strategi pemasaran Strategi yang dapat digunakan dalam upaya pengembangan yakni menggunakan strategi diantaranya yaitu mengembangkan objek wisata sesuai yang potensi dimiliki, seperti yang diketahui bahwa objek wisata ini berada pada daerah karst dengan adanya fenomena geomorfologi tesebut maka dapat dimanfaatkan untuk pengembangan objek wisata bagi pelajar yang dapat digunakan untuk kepentingan pembelajaran luar ruangan maupun bagi peneliti. Selain itu adanya tren wisata back to nature dimana wisatawan akan mencari jenis wisata yang memiliki udara yang sejuk dan masih alami, maka objek wisata ini dapat mejadi alternatif pilihan terutama bagi pecinta alam atau wisatawan minat khusus yakni ingin mencari pengalaman bermutu dalam perjalanan. Pada tahun 2018 Objek wisata goa petruk ditetapkan sebagai kawasan yang masuk Geopark KarangsambungKarangbolong hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengelola setempat untuk melakukan kegiatan promosi maupun menarik investor.



DAFTAR PUSTAKA



Asikin, S., A, Handoyo., B, Prastistho, dan S, Gafoer. (1992). Peta Lembar Banyumas, Jawa. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bambang H.E.P., Aziz, A.F., Abdul, H., Fadlin. (2017, September). Karakteristik Micro Geodiversity Dan Biodiversity Gua Liyah 1 Sebagai Potensi Geowisata Di Kawasan Karst Gombong Selatan. Paper dalam Seminar Nasional Kebumian Ke-10. Faozi, Asmi, dkk. 2020. Strategi Pengembangan Objek Wisata Goa Petruk Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. file:///C:/Users/user/Downloads/38645-Article%20Text-96113-1-1020200509.pdf. (Diakses pada 31 Desember 2020) Mayank Sari, Widya, dkk. Analisa Geosite Gua Petruk Sebagai Model Geoheritage Karst Gombong Selatan Berbasis Etika Alam Bebas. Paper dalam Paper & Poster Competition Super Continent GAIA 2020. Samodra, H., (2001). Nilai Strategis Kawasan Kars di Indonesia, Pengelolaan dan Perlindungannya. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Sudana, I. P. (2013). Strategi Pengembangan Desa Wisata Ekologis Di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Analisis Pariwisata, 13(1), 11–31.