Proposal Kentang [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rico
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN “Pengaruh Induksi Poliploidi Mentimun Melalui Kolkisin dengan Konsentrasi serta Lama Perendaman”



Oleh :



Nama



: Alfiah Putri Utami



Nim



: 155040207111020



Kelas



: E



Dosen Pengampu



: Prof.Dr.Ir.H.Jody Moenandir, Dip. Agr. Sc



JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018



1



COVER DAFTAR ISI I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan II. METODE 2.1 Teknik Produksi 2.1.1 Anakan dan Kultur Meristem 2.1.2 Mikropagasi 2.1.3 Aklimatisasi 2.1.4 Plantlet Tanaman 2.2 Perhitungan Jadwal Produksi 2.3 Rencana Biaya 2.3.1 Modal 2.3.2 Biaya produksi 2.4 Perhitungan Harga-harga,Keuntungan,R/c ratio dan B/c ratio III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA



2



I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang adalah tanaman sayuran yang baik untuk dikonsumsi karena mengandung nilai gizi yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Kentang dapat menjadi makanan pokok penganti beras karena kentang mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan. Menurut Samadi (2007), setiap 100 g kentang mengandung 347 kal,protein 0,3 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 85,6 g, kalsium 20 mg, fosfor 30 mg, zat besi 0,5 mg, dan vitamin B 0,04 mg. Kentang kaya akan kandungan magnesium yang dapat mencegah terjadinya pengendapan kalsium atau pengapuran pada ginjal. Selain itu, kentang dapat menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi karena kentang banyak mengandung vitamin C dan vitamin B. Kentang juga dapat dijadikan masker pemutih wajah karena kentang mengandung enzim catecholase yang dapat mencerahkan wajah sekaligus menghilangkan noda hitam pada wajah (Haryono dan Kurniati, 2013). Permintaan kentang di Indonesia cukup tinggi ditunjang dengan potensi ketersediaan lahan yang cukup luas, namun pengembangan dan peningkatan produksi kentang berjalan lambat, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebutuhan input yang tinggi, terserang hama penyakit, dan penggunaan bibit secara turun temurun. Penggunaan bibit secara turun temurun dan mutunya rendah merupakan salah satu sebab merosotnya produksi dan tingginya intensitas serangan penyakit tertentu, terutama jenis penyakit yang terbawa benih. Selain keadaan iklim suatu daerah dan sistem budidaya yang tidak optimal mempengaruhi perkembangan dan penyebaran suatu penyakit (Hasyim et al., 2012). Kendala pengembangan kentang utama produksi kentang di Indonesia antara lain sulitnya memperoleh varietas yang sesuai dengan lingkungan fisik dan minat pasar (Purwanto et al., 2007), sehingga terus diadakan pengembangan varietas yang cocok dengan lingkungan Indonesia. Salah satu kegiatan yang menyediakan bibit kentang yang serangan, tahan terhadap hama penyakit adalah memproduksi bibit kentang melalui kultur jaringan. 1.2 Tujuan Tujuan dilakukan untuk mengetahui anggaran biaya produksi 100.000 bibit kentang menggunakan kultur jaringan, serta mengetahui keuntungan dan layak suatu usaha produksi bibit kentang menggunakan kultur jaringan



3



2.METODE 2.1 Teknik Produksi Perbanyakan mikro yaitu suatu cara / usaha menumbuhkan bagian dari tanaman dalam media yang aseptic serta memperbanyak hingga menghasilkan tanaman yang sempurna. Tujuan dari dilakukan nya perbanyakan mikro yaitu untuk memroduksi tanaman dalam jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat. Perbanyakan mikro dilakukan pada komoditas kentang, dilakukan selain untuk tujuan perbanyakan benih kentang, juga agar diperoleh tanaman yang bebas patogen (yang paling penting adalah bebas dari virus patogen). Perbanyakan dilakukan pada bahan meristem yang



besarnya ±0,2 mm, dengan tujuan



memroduksi benih kentang yang berkualitas tinggi dan bebas virus. Dalam kegiatan kultur jaringan, media tanam yang biasa digunakan adalah media MS (Murashige & Skoog) dengan harga dan biaya cukup mahal, selain media tersebut juga sedang dikembangkan media lain yang berbentuk padat dan cair. Produksi bibit kentang menggunakan teknik kultur jaringan secara in vitro. Perbedaan perbanyakan vegetatif secara in vitro dengan metode konvensional yang lain adalah : 1) dalam teknik in vitro , bahan tanaman yang dipergunakan lebih kecil, sehingga tidak merusak tanaman induk. 2) lingkungan tumbuh kultur in vitro harus aseptik dan terkendali. 3) kecepatan perbanyakan tinggi. 4) dapat menghasilkan benih bebas penyakit dari induk yang sudah mengandung patogen internal, 5) membutuhkan tempat yang relatif kecil untuk menghasilkan jumlah benih (bibit) dalam jumlah besar. Perbanyakan tanaman kentang secara in vitro mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan perbanyakan konvensional yaitu bebas penyakit, cepat dalam jumlah besar dan tidak tergantung dari musim (Wattimena, 1986). Dengan cara ini diharapkan dalam waktu singkat akan didapatkan jumlah tanaman besar. Tujuan praktis dari perbanyakan pucuk atau stek in vitro ini hanya perbanyakan vegetatif tanaman. Berikut langkah untuk memproduksi bibit kentang dengan teknik kultur jaringan secara in vivo yiatu: 2.1.1 Anakan dan Kultur Meristem Sebelum dilakukan perbanyakan anakan serta jaringan meristem harus terlebih dahulu disterilkan untuk menghasilkan bibit kentang yang berkualitas. Pada penumbuhan jaringan meristem , keadaan fisiologis explant mempengaruhi terjadi atau tidaknya proliferasi. Ketidak berhasilan explant mengadakan pembelahan dan berdifferensiasi disebabkan oleh sel-sel dari 4



explant tersebut tidak bersifat totipoten



Kegagalan jaringan meristem untuk tumbuh dan



berkembang dapat diakibatkan oleh kurang cermatnya dalam pengambilan explant. Selain ukuran dari jaringan meristem, ketepatan dalam jumlah senyawa zat pengatur tumbuh yang digunakan juga sangat penting dan berpengaruh. Telah disebutkan diatas bahwa ukuran dari jaringan meristem sangat penting, karena akan menentukan kemapuan untuk berkembang dan beregenerasi. Jika jaringan meristem disiolasi bersama-sama dengan primordia daun maka daya hidupnya akan lebih besar. Untuk perbanyakan umumya dianjurkan untuk mengambil jaringan meristem bersama daun primordia. Tetapi sebaliknya jika tujuannya untuk menghilangkan penyakit sistemik terutama virus jaringan meristem harus bebas dari daun primordial daun dan ukurannya tidak boleh melampaui 0.5 mm. Cara pengambilan jaringan meristem adalah sebagai berikut bagian tanaman yang akan diambil jaringan meristemnya disterilisasi dengan larutan khlorox (Sodium hypoklorit) 25 %. Pengambilan jaringan meristem dilakukan dilingkungan steril (di Laminer airflow cabinet) menggunakan binokuler dengan pembesaran 25 – 40 kali. Daun primordia yang menutupi jaringan meristem dibuang dengan menggunakan jarum atau pinset. Kemudian jaringan tersebut dipotong dengan ukuran 0.25 – 0.4 mm dengan menggunakan jarum/pisau scalpel dan ditanam/diinokulasi di test tube yang berisi media tumbuh. Sebagai media tumbuh meristem dipergunakan media dengan komposisi MS (Murashige dan Skoog, 1962) ditambah supplement 0 – 0,25 mg/l BAP; 0 – 0,25 mg/l GA3; 0 – 2 mg/l CaP; 3 % Sukrose; 100 mg/l Myo inositol; 0,5 – 0,65 % agar, pH 5,6 – 5,7. Kultur kemudian ditempatkan di ruang inkubasi atau incubator dengan suhu 20 – 22 o C, dengan photoperiode 16 jam terang 8 jam gelap. Sub kultur dilakukan setelah jaringan meristem tumbuh/berkembang menjadi plantlet atau tergantung dari keadaan explant dan media tumbuh. Pada umumnya jaringan meristem akan tumbuh menjadi plantlet setelah 3 – 6 bulan setelah tanam. 2.1.2 Mikropagasi Setelah didapatkan tanaman in vitro yang bebas penyakit sistemik/virus dilakukan perbanyakan secara mikropropagasi sampai mecukupi untuk diaklimatisasi di screen house. Selain itu dilakukan juga penyimpanan stok tanaman secara in vitro untuk plantlet/tanaman in vitro bebas virus. Bagan 1. Perbanyakan tanaman secara in vitro/ mikropropagasi Plantlet/tanaman in vitro



Perbanyakan dengan stek buku tunggal in vitro ( Mikropropagasi , Media MS + supplement) 5



c



Deteksi kandungan virus dengan metoda Serologi/ELISA (4 macam virus : PLRV, PVY, PVX)



c c



c



Tanaman bebas virus/plantlet



Tanaman/plantlet



terinfeksi



virus



dibuang



Mikropropagasi /stek buku Tunggal dan stok tanaman invitro 2.1.3 Aklimatisasi Aklimatisasi adalah kegiatan pemindahan tanaman dari suatu media yang terisolir dari lingkungan yang berbeda tempat dan kondisi ke media / tempat yang baru. Tanaman yang diaklimatisasi berupa planlet yang media tanamnya terdiri dari media agar (media padat) dan media cair. Pada dasarnya produksi benih merupakan tahapan perbanyakan dimana setiap stok benih diperbanyak secara berulang yang memungkinkan adanya penurunan kualitas, sehingga diperlukan penyediaan stok benih bebas patogen secara terus menerus. Penanaman plantlet di screen house/aklimatisasi dilakukan dengan teknik perbanyakan cepat yaitu dari satu tanaman in vitro/plantlet ditransfer ke media tanah menjadi 2 – 3 tanaman . Media yang dipergunakan campuran pupuk kandang dan tanah steril dengan perbandingan 1 : 2 (tergantung dari kualitas pupuk dan tanah yang akan dipergunakan), atau campuran media steril lainnya seperti humus, cocopit, arang sekam. Pupuk anorganik yang diberikan NPK (16 16 16) dengan sistim penyiraman (20 gram pupuk dilarutkan dalam 5 liter air dan dilakukan setiap 10 hari sekali. Setelah tanaman induk berumur 4 – 5 minggu dilakukan pengujian terhadap 3 macam virus (PLRV, PVY,PVX) dan seleksi tanaman off type dengan teknik growing test Panen stek dimulai setelah tanaman induk berumur 4 – 6 minggu setelah transfer dan dilanjutkan setiap 10 – 14 hari sekali sampai tanaman induk menunjukkan ciriciri sudah tua/senessen atau tanaman induk sudah membentuk umbi. Bagan 2. Penanaman tanaman induk dan produksi stek di screen house Plantlet



Aklimatisasi di screen house Media : campuran tanah dan pupuk kandang steril Kerapatan : 200 tanaman per m2



Deteksi kandungan virus dgn serologi test/ELISA



6



Seleksi tanaman offtype ( menggunakan metoda growing test)



Panen stek pucuk - Ditanam untuk tanaman induk - Ditanam untuk produksi umbi mini. (panen stek dilakukan setiap 10 – 12 hari sekali , sampai tanaman induk menunjukkan ciriciri sudah tua) Untuk produksi umbi mini berukuran 5 – 10 g per knol, dilakukan dengan menanam stek di rumah kasa atau net house. Kerapatan tanaman stek ini 100 – 200 tanaman per m2. Untuk pemeliharaan tanaman dilakukan seperti pertanaman kentang pada umumnya. Produksi umbi mini ini sangat bergantung pada varietas dan pemeliharaan tanaman. Setelah didapatkan /dihasilkan umbi mini perbanyakan selanjutnya dilakukan penanaman secara konvensional atau dikombinasikan dengan teknik perbanyakan cepat. 2.1.4 Plantlet Tanaman Langkah pembuatan bibit kentang dengan menggunakan teknik kultur jaringan secara in vivo dan produksi planlet untuk setiap bulan yaitu 100.000 planlet dengan harga jual bibit planlet anggrek yaitu Rp. 15.000 dengan 1 planlet anggrek.



2.2 Perhitungan Jadwal Produksi Produksi 100.000 bibit anggrek Tahapan



1



1.Persiapan



50



2



3



4



5



6



7



8



9



10



11



induk 2.Isolasi



15



explant 3.Sub Kultur 1 Sub kultur 2 Sub Kultur 3 Sub kultur 4



28 112 439 1725



Sub Kultur 5



6765



Sub kultur 6



26.530



Pengakarn



104.040



Aklimatisasi



102.000



6 Pembesaran



102.000 7



2.3 Rencana Biaya 2.3.1 Modal - Modal Bahan = Rp 29.730.000 - Modal Alat = Rp. 28.650.000 - Modal Bangunan = Rp. 46.250.000 - Modal SDM = Rp 7.900.000 - Total modal = Rp. 112.530.000 2.3.2 Biaya Produksi Anggaran Biaya Bibit Kentang Kultur Jaringan dengan Produksi 100.000 bibit 1. Bahan: -



Media Agar : Rp. 60.000 x 90 liter = Rp. 5.400.000



-



Alkohol: Rp. 30.000 x 10 liter = Rp. 300.000



-



Spritus : Rp. 15.000 x 10 liter = Rp. 150.000



-



Kapas : Rp. 80.000 x 10 kg = Rp. 800.000



-



Aquades : Rp. 2000 x 30 liter = Rp. 60.000



-



Gas LPG : Rp.140.000 x 48 = Rp. 6.720.000



-



Listrik : Rp. 1000.000/th x 12 = Rp 12.000.000



-



PDAM : Rp.100.000/th x 12 = Rp 1.200.000



-



Polibag : Rp 50.000/kg x 60 = Rp. 3.000.000



-



Media Aklim : Rp. 1000/ kg x 100 = Rp 100.000



-



Total bahan : Rp. 29.730.000



2. Alat (aus dalam 5 tahun) -



LAF = Rp. 9.000.000 x 10 = Rp. 90.000.000 : 5 = Rp. 18.000.000



-



Autoclaf = Rp. 6.500.000 x 4 = Rp. 26.000.000 : 5 = Rp. 5.200.000



-



Timbangan analitik = Rp. 8.000.000 x 1 = Rp. 8.000.000 : 5 = Rp. 1.600.000



-



Timbangan 1 desimal = Rp.200.000 x 1 = Rp. 200.000 : 5 = Rp. 40.000



-



Rak biasa + Lampu TL 40 W = Rp.1000.000 x 10 = Rp.10.000.000 : 5 = Rp. 2.000.000



-



Tray tempat botol = Rp.60.000 x 100 = Rp.6.000.000 : 5 = Rp. 1.200.000



-



Disceding Kit = Rp 100.000 x 10= Rp 1.000.000 : 5 = Rp. 200.000



-



Lampu spritus = Rp 25.000 x 10 = Rp. 250.000 : 5 = Rp. 50.000



-



Glasswere = Rp 1.600 x 1.000 = Rp. 1.600.000 : 5 = Rp. 320.000



-



Panci = Rp.100.000 x 2 = Rp.200.000 : 5 = Rp. 40.000 8



-



Kompor dan tabung LPG = Rp. 500.000 x 4 = Rp 2.000.000 : 5 = Rp. 400.000



-



AC= Rp. 3.500.000 x 1 = Rp 3.500.000 : 5 = Rp. 700.000



-



Bak aklimatisasi = Rp.3.500 x 1000 = Rp 3.500.000 : 5 = Rp. 700.000



-



Total alat = Rp. 28.650.000



3. Bangunan -



Laboratorium = Rp 2.500.000/100 m2 x 1 = Rp 2.500.000 : 10 = Rp. 250.000



-



Screen house= Rp 100.000/100 m2 x 100 m2 = Rp 100.000 : 10 = Rp. 1.000.000



-



Tanah = Rp.300.000/m2 x 1,5 m2 = Rp. 450.000.000 : 10 = Rp. 45.000.000



-



Total = Rp. 46.250.000



4. SDM -



Manager = Rp. 1.500.000 x 1= Rp.1.500.000



-



Teknik inokulasi = Rp. 800.000



-



Teknik pembuat media = Rp 800.000 x 2 = Rp 1.600.000



-



Teknik aklimatisasi= Rp 800.000 x 2 = Rp 1.600.000



-



Teknik pembesaran= Rp. 800.000 x 2 = Rp 1.600.000



-



Total = Rp 7.900.000 2.4 Perhitungan Harga-harga, Keuntungan, B/c ratio , R/c ratio



Harga dasar ialah harga yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung harga barang yang dijual. Harga dasar untuk plantlet anggrek ialah Rp 15.000 dan hasil dari produksi planlet anggrek yaitu Rp 15.000 x 100.000 bibit = Rp 1.500.000.000. Total biaya produksi ( TBP) = Rp 29.730.000 + Rp. 28.650.000 + Rp. 46.250.000 + Rp 7.900.000 = Rp. 112.530.000 Harga Pokok Tanaman = TBP : JTP = Rp. 112.530.000 : 100.000 bibit= Rp 1.125 Harga jual tanaman = Rp. 15.000 x 100.000 = 1.500.000.000 Pendapatan Kotor (PK) = HJT – TBP = Rp. 1.500.000.000 – Rp. 112.530.000 = Rp. 1.387.470.000 Untuk pendapatan bersih atau keuntungan adalah sebesar (PB)= Rp 1.387.470.000 – Bunga Bank 12% + Pajak 10%= Rp. 1.098.876.240 BEP = TBP : JTP = Rp.112.530.000 : 100.000 X Rp. 15.000 = Rp. 16.879.500 untuk titik impas BEP = TBP : HPT X 1 tanaman/umbi = Rp. 112.530.000 : 1.125 x 1 umbi= 100 unit untuk volume produksi IRR = PB : BP = Rp. 1.098.876.240 : 112.530.000 x 100 %= 9.7 sangat layak



9



R/C = HJT : Biaya produksi = Rp. 1.500.000.000 : 112.530.000 = 13.3 sangat layak Sedangkan untuk B/C ratio untuk tanaman tahunan, penggunaan R/C ratio karena kentang merupakan tanaman musiman.



10



III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Penerapan teknologi dalam perbanyakan anggrek salah satunya dengan



kultur



jaringan secara in vitro akan menghasilkan bibit yang lebih baik dan lebih tahan lama. Dari hasil perhitungan total biaya produksi dan harga jual sangat menguntungkanb dapat dilihat dari hasil perhgitungan R/C ratio diakatakan sangat layak karena nilai lebih dari 1. Hasil dari perhitungan IRR dapat dinyatakan layak karena hasil lebih dari 1 dan pduksi bibit anggrek secara kultur jaringan dapat dikatan layak.



11



DAFTAR PUSTAKA Asandhi, A.A. et al. 1989. Kentang (edisi kedua), Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Hortikultura Lembang, 197 pp. Haryono, B dan Kurniati.2013.Seri Tanaman Bahan Baku Industri Kentang.PT. Tris Adisakti. Jakarta. Hasyim, A, Sofiari, Kusmana, Kusadriani, Y & Lutfi 2012, Diseminasi varietas kentang unggul resisten Phytophthora infestans (Mont.) de Bary, Kemampuan Peneliti dan Perekayasa (PKPP 2012),



Insentif Peningkatan



Kementrian Riset dan



Teknologi, hlm. 2. Samadi B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Edisi revisi. Yogyakarta (ID):. Kanisius. Struik, P.C. and Wiersema, S.G. 1999.



Seed Potato technology. Wageningen Pers,



Wageningen . The Netherlands. Sunarjono, H. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya kentang. Agromedia. Pustaka Jakarta, 109 pp. Wattimena, G.A. 1986. Kultur jaringan tanaman kentang. Makalah dalam training course on potato seed technology. Dir. Bina Prod. Hort. FAO. 27 Oct- 8 Nov. 1986.



12