Proposal Penelitian Kuantitatif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 KULISUSU UTARA



OLEH: RITNAWATI (A1A1 14 178) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI PARIWISATA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek tersebut saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah pembelajaran berlangsung serta konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikaakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Arsyad, 2011 : 15) Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang tercantum pada pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai tindak lanjut dari tujuan tersebut, maka diadakan program pendidikan nasional. Sehubungan dengan hal ini pemerintah telah mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan, diantaranya mengenai pelaksanaan pendidikan dewasa ini yang lebih diorientasikan pada peningkatan mutu, khususnya untuk memacu penguasaan pengetahuan dan teknologi yang perlu ditingkatkan. Menuru Ahmad dalam bukunya Ilmu Sosial Dasar menjelaskan bahwa pembelajaran IPS merupakan” materi dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti



geografi, sejarah, sosiologi, antropologi sosial, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, ilmu-ilmu sosial lainnya, dijadikan bahan baku bagi pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah. Mutu pendidikan melalui pembelajaran IPS secara kognitif dianggap baik bila setelah pembelajaran siswa memiliki taraf kemampuan berpikir kompleks tentang IPS cukup tinggi. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa daya kreatif dan kritis siswa tentang IPS cukup tinggi. Dengan demikian IPS harus mampu menjadi salah satu saran untuk meningkatkan daya nalar siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan IPS untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta meningkatkan kreativitas. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran, termasuk pembelajaran IPS, antara lain dengan mengadakan penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang ada, itu semua harus berpedoman pada cirri modernisasi kehidupan, yaitu efektif dan efisien dalam mentransfer segala sesuatu kepada anak didik sesuai dengan norma yang ada dimasyarakat. Efektif berarti berhasil mencapai pembelajaran, efisien dalam berarti hemat waktu, biaya, bahan dan energy dalam upaya mencapai tujuan yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa IPS adalah pelajaran yang penting dikuasai setiap siswa agar proses pengaplikasian terus dilakukan, karena yang terpenting dari pelajaran IPS adalah pengaplikasian, membaca, memahami, dan berfikir luas serta melatih analisis. Dengan dikuasainya ilmu IPS maka



siswa mampu menjalankan kehidupannya kelak dengan proses berfikir yang lebih terarah. Salah satu hal yang membut siswa menganggap IPS sebagai pelajaran yang membosankan karena pelajaran yang hanya bercerita dan mengeluarkan pendapat-pendapat tentang sosial. Siswa tidak mengerti bagaimana pendapat pendapat itu bisa diterima dalam kehidupan, sehingga siswa kurang puas dengan jawaban-jawaban yang ada. Dengan demikian siswa menganggap pelajaran IPS itu mudah dan tidak ada hitung-hitungnya atau angka-angka, padahal ketika siswa menghadapi ulangan banyak siswa yang menjawab dengan keliru Kurangnya menguasai materi IPS bagi siswa diantaranya disebabkan karena siswa terbiasa mendengarkan guru ceramah, hal ini menyebabkan siswa sering lupa dengan apa yang dipelajari dan siswa kurang dapat memahami atau menarik kesimpulan dari informasi yang telah diberikan guru. Siswa juga tidak pernah diberi pengalaman langsung atau contoh konkrit, sehingga memberikan kesan yang membosankan. Selain itu terdapat guru yang kurang berhasil menyampaikan konsep atau materi karena kurangnya penguasaan metode dan media pembelajaran. Masih rendahnya penguasaan terhadap pemahaman materi siswa ditandai oleh nilai prestasi IPS siswa yang masih rendah. Salah satu usaha untuk mengatasi masalah keadaan demikian adalah penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus



informasi dan pengetahuan, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal ini pembelajaran IPS adalah sebagai salah satu pelajaran yang penyampaiannya lebih mudah dengan menggunakan media, dengan demikian dalam penelitian ini penulis menggunakan media pembelajaran yang



disajikan



berisi tentang



materi penyimpangan sosial. Tujuan



digunakannya media adalah membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk dapat menerima pelajaran IPS dengan baik. Menurut Munadi “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimaannya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Media pembelajaran dapat dijadikan sebagai alternative untuk mengurangi kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran IPS. Dengan melibatkan media dalam pembelajaran diharapkan siswa menyukai pelajaran dan memahami materi, sehingga siswa dapat menerima pelajaran yang dipelajarinya. Dengan penggunaan media maka



akan memungkinkan siswa



termotivasi untuk belajar lebih giat lagi dan dapat memahami materi pelajaran dengan lebih baik termasuk menyelesaikan soal-soal dalam suatu konsep pada pelajaran IPS serta membakitkan minat belajar siswa dalam belajar IPS, sehingga akan tercipta proses belajar mengajar yang efektif, efisian, serta menyenangkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar PS yang baik dan sesuai tujuan yang diinginkan.



Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan bahwa penulis tertarik untuk membahas dan mengangkat untuk menjadi sebuah judul skripsi, yaitu: Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajara IPS Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kulisusu Utara" B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diidentifikasi beberapa masalah diantaranya : 1. Siswa menganggap pembelajaran IPS sangat membosankan. 2. Penyampaian pembelajaran IPS masih kurang baik. 3. Hasil belaja IPS siswa masih rendah. 4. Penggunaan media pembelajaran yang masih kurang dalam kegiatan belajar mengajar.



C. Batasan Masalah Untuk menghindari salah penafsiran terhadap laporan penelitian ini, maka penulis membatasi fokus penelitian pada penggunaan media pembelajaran yang masih kurang dalam kegiatan belajar mengajar yang diterapkan pada pembelajaran IPS. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Adakah pengaruh penggunaan media pembelajran terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kulisusu Utara?” E. Manfaat Penelitian



Hasil penelitian dilakukan dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta didik, guru, dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat peneltian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manfaat praktis a. Bagi peserta didik, menarik perhatian siswa supaya lebih giat membaca pelajaran IPS yang disaji dalam media pembelajran. b. Bagi guru, dapat menjadi salah satu acuan untuk menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPS di kelas VII di SMP Negeri 2 Kulisusu Utara, dan membantu guru untuk memilih alternatif media pembelajaran secara visual. c. Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap administrasi pendidikan, sebagai saran sebagai kepala sekolah untuk mengambil keputusan dalam pembinaan guru untuk menggunakan media pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran. d. Bagi orang tua diharapkan dapat memfasilitasi kebutuhan belajar siswa dalam memenuhi kebutuhan belajar. 2. Manfaat teoritis Dari segi teoritis, manfaat yang diharapkan ialah dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan, karena temuan dalam penelitian ini didukung oleh teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru tentang penggunan media pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar IPS.



BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori 1. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti perantara. Makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepenerima.



Menurut



AECT



(Association



of



Education



and



Communication Technology) media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik (Heinich, dalam Aqib 2014 : 121). Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Sanjaya, 2006: 163).



Apabila dihubungkan dengan pembelajaran, maka media adalah alat perantara bagi guru untuk memberikan pesan kepada siswa. Media berarti pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad dalam Sukiman 2012 : 28). Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam



bahasa



Arab



media



adalah



perantara



atau



pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan ( Arsyad, 2011:3). Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Arsyad (2011), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Menurut Criticos yang dikutip oleh Daryanto (2011:4)



media



komunikasi,



yaitu



merupakan sebagai



salah



satu



pembawa



komponen pesan



dari



komunikator menuju komunikan. Media pembelajaran ialah sarana pembelajaran yang digunakan



sebagai perantara dalam proses pembelajaran sehingga mempertinggi



efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Aqib 2014 : 100). Menurut Heinich yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2011:4), media pembelajaran adalah perantara yang membawa pesan atau informasi bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran antara sumber dan penerima. Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses



belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehngga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna (Kustandi dan Sutjipto 2011:8). Menurut Gerlach dan Ely (Arsyad, 2008: 3) mengatakan bahwa “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.” Menurut Angkowo (2007: 10) “media adalah segala



sesuatu



yang



dapat



dipergunakan



untuk



menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat terdorong dalam proses pembelajaran.” Menurut Munadi media pembelajran “adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana



penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.” Media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan. Media Pembelajaran



dapat



dibedakan



menurut



kemampuannya



membangkitkan rangsangan pada indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan, sehingga secara umum ciri-ciri media pembelajaran adalah media itu dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamati oleh panca indra, (Ankowo dan Kosasih, 2007:11). Pendapat lain dikemukakan oleh Gagne (Miarso, 2007: 457), “media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan mahasiswa yang dapat merangsang mahasiswa untuk belajar.” Romiszowski dalam Angkowo dan Kosasih (2007:14) media dikatakan sebagai “ as the carriers on messages, from some transmitting source (which may be a human being or inanimate object), to receiver of the message (which in our case is the learner). Penggunaan



media



dalam



pembelajaran



atau



disebut



juga



pembelajaran bermedia dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media



pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran saat itu. Munadi (2010: 7-8) memberikan pemahaman bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar



yang



kondusif



dimana



penerimanya



dapat



melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Menurut Miarso seperti dikutip Rianarwati (2006: 8), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga bisa mendorong terjadinya proses belajar pada siswa. Sedangkan menurut Gagne (Sadiman, 2007: 6), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Selain itu media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Maka dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa untuk belajar. Dengan demikian peneliti menyimpulkan “bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan oleh seorang guru



untuk menyampaikan pesan dan memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.” Pakar pendidikan, Sudjana dan Rifa’I mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah: 1. Pelajaran akan lebih menarik perhatian siswa. 2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dapat dipahami oleh siswa. 3. Siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. 4. Siwa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru. b. Tujuan Media Pembelajaran Tujuan penggunaan media pembelajaran (menurut Aqib 2014 : 100101) yaitu: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis. 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 3. Memperlancar jalannya proses pembelajaran. 4. Menimbulkan kegairahan belajar. 5. Member kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan dan kenyataan. 6. Memberi keempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 2. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak melakukan kegiatan yang sebenarnya adalah merupakan “gejala belajar”, artinya mustahil kita melakukan suatu kegiatan itu kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Terlalu banyak hal/kegiatan yang kita lakukan yang tidak mungkin kita sebutkan satu persatu, secara spontanitas kegiatan yang dilakukan adalah bagian dari belajar (Winkel 2007 : 312)



Menurut Dwitagama (2008 : 6), belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan. Perubahan yang dicapai bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan mengarah pada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup



aspek



pengetahuan,



aspek



afektif,



maupun



aspek



psikomotorik. Putra (2008 : 14) mengemukakan belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan dan sikap. Kemampuan, keterampilan dan sikap tersebut iperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Daryanto (2009 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui latihan dan pelangalaman. Dengan demikian belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup. Dengan belajar seseorang melakukan peubahan-perubahan, baik perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, (Rusyan, 2010 : 2). Endang dan Made (2010 : 19) menjelaskan bahwa belajar itu suatu perkembangan peikiran dengan membuat kerangka pengertian



yang berbeda. Belajar yang berarti terjadi melalui refreksi, pemecahan konflik pengertian dan dalam proses selalu memperbaharui tingkat pemikiran yang tidak lengkap. Noor ( 2010 : 12-13) pada dasarnya belajar adalah memproduksi gagasan atau membangun makna baru dari pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa. Siswa sebagai subyek belajar tidak mengkonsumsi gagasan tetapi memproduksi gagasan dalam proses pembelajaran yang difasilitasi oleh guru. Lebih lanjut (Ahmadi, 2011 : 1-2) menyatakan belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan cara mengaktifkan secara maksimal potensi indrawi mereka daripada hanya sekedar mendengarkan. Senada dengan itu (Noor, 2010 : 3) menyatakan pembelajaran akan lebih bermakna manakala apa yang diperoleh dalam pembelajaran dapat diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Menurut Suprijono belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, “yaitu manusia terlahir sebagai makhluk yang lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa serta tidak mengetahuai apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya,



manusia



bisa



menguasai



(kemahiran/keterampilan) maupun pengetahuan” Menurut Hamalik “ belajar adalah



berbagai



skill



modifikasi



atau



memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses , suatu kegiatan dan bukan



suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan etapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Selain itu Hamalik juga mengatakan bahwa “belajar adalah memperoleh pengetahuan; belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan seterusnya.” b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Dalam belajar ada faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Faktor-faktor tersebut ada yang berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada yang berasal dari luar diri orang belajar. Faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar adalah waktu,udara, letak tempat belajar yang bising, alat-alat peraga yang digunakan dalam belajar sebagai media belajar sehingga belajar tidaak bersifat memperkenalkan materi saja. Menurut Suryabrata,” faktor-faktor tersebut disebut faktor nonsosial dalam belajar.” Faktor lain yang mempengaruhi proses belajar adalah pendekatan belajar. Pendekatan belajar merupakan cara dalam menyampaikan materi belajar. Syah berpendapat bahwa “ pendekatan belajar merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia yang mempengaruhi belajar.” Pendekatan beljar dapat berupa penyampaian materi secara berulangulang, melibatkan siswa dalam penelitian ilmiah, atau melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Suryabrata, “faktor-faktor yang bersal dari dalam diri manusia adalah faktor fisiologis dan psikologis.” Faktor fisiologis



berupa kondisi jasmani yang sehat dalam hal ini dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi dan kondisi kesehatan. Kondisi fisiologis juga termasuk kondisi fungsi-fungsi pancaindra. Faktor lain yang berasal dari dalam diri pembelajar adalah keadaan psikologis pembelajar seperti motivasi yang mendorong seseorang untuk melaksanakan aktivitas



belajar, minat,



cita-cita,



sifat



manusia



yang



ingin



mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia yang berupa kondisi fungsi pancaindra, motivasi, minat, cita-cita, dan sifat manusia yang ingin mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Faktor lain yang mempengaruhi faktor belajar adalah kondisi temat belajar, sarana dan prasarana, metode pembelajaran, lingkungan belajar, dan pendidik. c. Pengertian Hasil Belajar Menurut purwanto (2011:46) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubhan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.



Menurut Hasbulah (2009: 89) tes belajar ini disebut dengan evaluasi produk dan hasil yang diperoleh siswa dan sesuai dengan tujuan pebeljaran yang dicapai. Menurut Hamilton, dkk (2006: 12) menyatakan hasil belajar merupakan kemampuan belajar yang ditunjukan dalam penampilan yang tetap sebagai akibat dari proses belajar yang terjadi melalui program yang meyediakan fakta-fakta, bukubuku, keterangan dan sebagaiya. Sardiman (2007: 13) menyatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Agar memperoleh hasil yng optimal, maka proses pembelajaran dilakukan dengan standar disengaja dan terorganisir. Hamalik (2006 : 30) menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseang telah belajar akan trjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sudjana (2006: 22) menyatakan hasil belajar adalah sebagai akibat dari proses belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.



Menurut Mappa (2007: 20) bahwa hasil belajaar IPS merupakan nilai perolehan siswa dari hasil evaluasi kegiatan pembelajran, selanjutnya dikenal sebagai hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai oleh murid dalam bidang studi tertentu untuk emperolehnya menggunakan tes standar sebagai alat ukur keberhasilan belajar seorang siswa. Jadi, dalam hal ini keberhasilan belajar seseorang siswa dapat menempuh proses belajar di sekolah dapat dilihat dari standar yang digunakannya. Menurut Sukardi (2007:36) mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dengan usahanya dalam rangka mengaktualisasikan dan mengoptimalkan diri lewat belajar. Hasil belajar yang baik adalah hasil belajar yang memakai standar dan dapat mencapai tujuan belajar baik ditinjau dari sudut guru maupun dari sudut siswa (Surakhman, 2008:48). Mukhtar (2009:128) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukurnya, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perrbuatan. Ekawama merupakan



(2010:40)



kemampuan



menyatakan



internal



yang



bahwa meliputi



hasil



belajar



pengetahuan,



keterampilan, dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dn mmungkinkan oranng itu melakukan sesuatu Basri (2008:219) membagi tiga macam hasil belajar yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Mengacu pada pendapat tersebut maka hasil belajar adalah merupakan bukti keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui kegiatan pemmbelajaran disekolah dalam kurun waktu tertentu. Hasil belajar ini dinyatakan dengan angka. Putra (2009:172) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang diperoleh siswa melalui proses belajar berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditemukan dan diukur melalui tes. Senada dengan itu Triyuni (2009:117) hasil belajar merupakan salah satu ukuran keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Indra (2010: 9) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah melalui dan melakukan proses belajar yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu dan diukur dengan menggunakan tes atau non tes. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk mencapai tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha tertentu.



Penilaian hasil belajar adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. t ngkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar karena dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar (Sudjana, 2010 : 3 ) Indra (2010: 12) mengemukakan hasil belajar adalah kelengkapan nyata yang dapat diukur langsung dengan alat ukur langsung dengan menggunakan alat ukur berupa tes. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu biasanya menggunakan tes standar sebagai alat pengukuran keberhasilan seorang siswa. Menurut Purwanto “hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan hasil pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegitan belajarnya. Penilaian hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan pembelajaran (Widokoyo, 2010 :: 29 ). Dengan penilaian hasil belajar guru dapat mengetahui sejauh mana peserta didik



memahami suatu materi sehingga guru dapat mengetahui materi yang sulit dipahami peserta didik. Hasil belajar menurut Bloom dan Sudjana (2014 : 22) bahwa: “hasil



belajar



mencakup



kemampuan



kognitif,



efektif,



dan



psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di



antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling



banyak dinilai oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan



para



siswa



dalam



menguasai



isi



bahan



pengajaran.meskipun demikian, guru juga harus menilai ranah afektif dan ranah psikomotorik peserta didik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa hasil beajar berupa perolehan perubahan tingkah laku yang meliputi; pengamatan, pengenalan, pengertian, perbuatan, keterampilan, perasaan, minat dan bakat. Dalam dunia pendidikan prestasi belajar digunakan sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Ahmadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut: 1. Faktor raw put (yakni faktor murid/anak itu sendiri) di mana tiap anak memilki kondisi yang berbeda-beda dalam kondisi fisiologis dan kondisi psikologi 2. Faktor environmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami ataupun lingkungan sosial.



3. Faktor instrumental input, yang di dalamnya antara lain terdiri dari: a) Kurikulum b) Program/bahan pengajaran c) Sarana dan fasilitas d) Guru (tenaga pengajar). Jadi, yang mempengaruhi hasil belajar siswa , bukan hanya disebabkan pada kemampuan diri individu seperti minat, motivasi, bakat, dan lain sebagainya yang bisa mempengaruhi hasil belajar. Namun faktor eksternal seperti sarana prasarana, perlengkapam belajar, materi pelajaran, dukungan sosial dan pengaruh budaya juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu antara faktor internal dan eksternal harus saling melengkapi agar hasil belajar siswa lebih meningkat. 3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian IPS Sudarmi dan Waluyo, (2008: 2) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu merupakan ilmu pengetahuan yang membentuk manusia yang demokratis, bertanggung jawab, dan menjadi warga duna yang cinta damai. Disamping itu, pembelajaran IPS Terpadu juga bertujuan membentuk manusia yang memilki kopetensi, maupun bersaing dalam masyarakat majemuk, ditingkat local, nasional, dan global. Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau



nama program studi di perguruan tinggi identik dengan ist ilah “social studies” Sapriya (2009: 19). Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20). Menurut Nurdu Muh (2008: iv) mata pelajaran IPS pada jenjang SMP/MTs memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Pengertian IPS secara umum menurut beberap ahli dalam tulisan Sumatmadja seperti yang dikutip oleh Nurdin, adalah: a. Menurut Mackenzi, IPS adalah semua disiplin ilmu yang merupakan perjanjian manusia dalam konteks sosial. b. Menurut Sumantri, IPS adalah menekankan pada imbulnya nilainilai kewarganegaraan, moral, ideology Negara dan agama, IPS juga menekankan pada isi dan metode berfikir ilmuan sosial. c. Menurut Sanusi, IPS terdiri dari disipli-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah salah satu pelajaran yang diajarkan disekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga



pendidikan menengah atas. Dimana sasaran utamanya adalah pengembangan teoritis, seperti yang menjadi penekan pada sosial science. Dari keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi dan mata pelajaran ilmu sosial lainnya. b. Ruang Limgkup IPS Menurut Sapriya “IPS bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri, beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tatanegara”. Ruang lingkup mata pelajaran IPS terpadu meliputi beberapa aspekaspek sebagai berikut: 1. Manusia, tempat dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya 4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan Pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya, IPS berkenan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan kebudayaan-kebudayaan jiwanya, pemanfaatan sumber daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesehjatraan, pemerintahan dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan yang menjadi ruang lingkup IPS adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. c. Tujuan Pembelajaran IPS



Menurut Etin Solihatin “pada dasarnya tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.” B. Penelitian Yang Relevan Pada penelitian ini, penulis merujuk kepada penelitian-penilitian terdahulu yang relevan, dan hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut: 1. Harmoko “ pengaruh penggunaan media gambar kartun terhadap hasil belajar matematika siswa tahun 2011/2012.” Dalam penelitan Harmoko yang dapat menelitisimpulkan bahwa hasil analisis data yang diperoleh dari peniliti adalah hasil belajar kelompok eksperimen yang menggunakan media katun dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan media kartun terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian media kartun yang digunakan sebagai bahan pembelajaran ini cukup untuk menjabarkan apersepsi siswa dalam pokok bahasan perbandingan. Dengan demikian penulis mencoba meneliti kembali apakah hasilnya sama dengan materi dan sampel yang berbeda. 2. Penelitian yang berjudul “Pengaruh pembangunan Media Vidio Terhadap Kemampuan Menyimak Dongeng pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia



Sisw Kelas V SD 2012 dengan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media video terhadap kemampuan menyimak dongeng siswa kelas V SD PanjatanKulon Progo. C. Kerangka Pikir Belajar adalah proses perubahan perilaku akibat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan segenap aspek pribadi, kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasikan pengalaman belajar termaksud menilai proses dan hasil belajar, termaksud dalam cangkup tanggung jawab guru. Keberhasilan belajar IPS bagi peserta didik sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Hasil belajar pada prakteknya selalu mengutamakan aspek kognitif. Sehingga aspek afektif mengenai pemahaan nilai kurang diperhatikan, oleh karena itu penelitian ini berusah mengevaluasi hasil belajar secara menyeluruh. Tidak hanya aspek kognitif saja, melainkan ranah afektif maupun aspek psikomotorik. Melalui pembelajran IPS siswa memiliki pengetahuan, sikap an keterampilan sosial.



D. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Media pembelajaran tidak berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelasVII Smp Negeri 2 Kulisusu Utara.



2. Media pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VII Smp Negeri 2 Kulisusu Utara.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Kulisusu Utara yang beralamatkan di desa Lakansai, Kec, Kulisusu Utara, Kab. Buton Utara. Alasan penulis memilih tempat penelitian di sekolah tersebut sebagai berikut: 1. Lokasi sekolah tersebut dapat dijangkau dengan mudah. 2. Penulis mengenal keadaan sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian. 3. Sekolah tersebut merupakan tempat dimana penulis sebagai alumni dari sekolah tersebut sehingga sudah dikenal oleh pihak sekolah dan memudahkan penulis melakukan penelitian.



Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bula yaitu mulai bulan November sampai dengan Desember 2016. B. Variabel Dan Desain a. Variable Penelitian Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu pengaruh media pembelajaran dan hasil belajar. variabel dalam penelitian ini adalah variable bebas (X), dalam penelitian ini adalah penggunaan media pembelajaran. Yang dimaksud dengan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS. b. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan cara randomized control group design atau posstess only control Group design, sebagaiman dijelaskan pada desain berikut: Tabel 1.1 desain eksperimen. Random R R



Kelompok



Perlakuan X -



Keterangan : R : Random E : Kelas Eksperimen K : Kelas Kontrol X : Perlakuan dengan media pembelajaran pada kelas eksperimen O1 : Hasil belajar IPS siswa dengan menerapkan media pembelajaran dalam proses pembelajaran.



Post-test O1 -



C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi menurut Arikunto adalah keseluruhan objek penelitian. Anas Sudjono menyebutkan definisi poulasi, yaitu “kumpulan dari seluruh elemen yang menjadi objek-objek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah: a. Populasi target : seluruh siswa SMP Negeri 2 Kulisusu Utara. b. Populasi terjangkau : siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 2 Kulisusu Utara. 2. Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel diambil dari populasi terjangkau sebanyak dua kelas, kelas pertama berjumlah 20 siswa kelas V11-A sebagian kelas eksperimendan kelas kedua berjumlah 20 siswa V11-B sebagian kelas kontrol. Berdasarkan karakteristik yang telah dijelaskan maka pemilihan sampel dilakukan dengan thenik purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang dilakukan dengan cara menganbil subjek bukan didasarkan dengann atas strata, randon atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Sampel diambil dengan thenik purposive sampling sebanyak dua kelas, yang terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengkumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Dan dalam penelitian yang digunakan untuk mengukur atau melihat keberhasilan belajar siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest kepada masing-masing kelompok, yaitu kelas eksperimen dan



kelas kontrol. Teknik pengumpullan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam yaitu: 1. Tes Untuk kemampuan siswa dalam memperoleh nilai dikelas maka perlu dilakukan tes yang dapat mengetahui kemampuan siswa dalam mencapai nilai yang sesuai dengan nilai SKBM. Menurut Suharsim Arikunto, ”tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Dari pemaparan diatas telah disimpilkan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu melalui cara-cara yang telah ditentukan. Tes ini berupa tes pilihan ganda sebanyak 20 butir soal yang valid yaitu dengan tes awal (pretest) dan tes ahir (posttest). Tes awal (pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan elajaran diberikan kepada peserta didik, karna itu butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. Sedangkan tes ahir (posttest) adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yakni telah diajarkan kepada peserta didik. 2. Observasi Menurut Suharsimi Arikunto, “observassi atau yang pula dngan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra”. Peneliti melakukan pengamatan pada siswa sebelum belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi.



Lembar observasi ini terdiri dai duaa yaitu lembar observasi aktivitas guru dalam belajar mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar obsevasi proses kegiatan belajar mengajar yaitu untuk mengadakan pencacatan secara sistematis mengenai aktivitas belajar siswa, aktivitass guru dan proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar kartun. 3. Wawancara Untuk mengetahui dan mencari hasil yang releven maka peneliti memerlukan adanya wawancara dari kelas V11-A sebagai sampel agar mendapat invormasi yang jelas. Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi dikelas. Wawancara tindakan dilakukan untuk mengetahui penggunaan media gambar terhadap siswa. Table 1.2 Teknik pengumpulan data Sumber Data



Jenis Data



Teknik



Instrumen



Pengumpulan Siswa



Hasil belajar siswa



Data Melakukan tes



Butir soal



sebelum terlibat dalam



awal



pilihan ganda



media gambar kartun



sebanyak 20



pada pelajaran IPS



butir soal



Siswa



Siswa



Hasil belajar siswa



Melaksanakan



Butir soal



setelah terlibat dalam



tes ahir



pilihan ganda



media gambar kartun



sebanyak 20



pada pelajaran IPS Lembar observasi yang



butir soal Butir



Observasi



ditunjukan kepada guru Siswa



dan siswa Lembaran wawancara



pertanyaan Wawancara



yang ditunjukan kepada



Butir pertanyaan



siswa



E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian inia adalah sebagai berikut: 1. Tes Hasil Belajar Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian adalah tes objektif yang berupa pilihan ganda. Masing-masing soal intem pada soal pilihan ganda terdiri dari 4 alternatif jawaban dengan satu jawaban benar. Soal yang digunakan dalam penelitian berjumlah 20 soal yang telah diujui coba validitas dan reliabilitasnya. Kisi-kisi instrumen tes penelitian ini dapat dilihat dari tabel 1.3 sebagai berikut ini:



Kelas/semester



: VIII/Ganjil



Mata Pelajaran



: Ilmu Pengetahuan Sosial



Standar Kompetensi



: Memahami Penyakit Sosial Dan Masalah



Penyimpangan Sosial



Tabel 1.3 Kisi-kisi Tes Stabdar



Kompetensi Dasar



Mareri pokok



Indikator



Nomor Soal



kometensi Memahami



Mengidentifikasi



Penyimpangan



Penyimpangan



1*,2*, 3, 4,



penyakit sosial



berbagai penyakit



sosial dalam



sosial dalam



6, 7, 8*, 12*,



dan masalah



sosial (miras,judi,



keluarga dan



keluarga dan



13*, 23, 24,



penyimpangan



narkoba, HIV/Aids,



masyarakat



masyarakat



26, 37, 39,



sosial



PSK dan sebagainya) sebagai Faktor-faktor



Mengidentifikasi



5, 14, 15, 17,



akibat



penyimpangan



faktor-faktor



18, 19*, 20*,



penyimpangan



sosial



penyimpangan



21, 27*, 33*,



sosial



36*, 38*,



sosial dalam



keluarga dan masyarakt



Bentuk-bentuk



Memahami



9*, 10, 11*,



penyimpangan



berbagai penyakit



16, 22, 25,



sosial



masyarakat akibat



28*, 29*, 30,



penyimpangan



32, 40*



sosial Mengidentifikasika



31*, 34*,



n sifat-sifat



35*



penyimpangan sosial



Keterangan : *butir soal yang valid Jumlah butir soal yang valid sebanyak 29 soal, sedangkan yang digunakan hanya



20



butir



soal,



butir



soal



yang



tidak



digunakan



yaitu



7,14,16,17,18,21,22,37, dan 39. 2. Observasi Observasi dilakukan untuk mengadakan pencatatan mengenai aktivitas siswa dalam belajar mengajar dengan menggunakan media gambar kartun pada kelas eksperimen dan tidak menggunakan media gambar kartun atau menggunakan LKS pada kelas kontrol saat



pembelaajaran dikelas. Data yang diperoleh dari lembar observasi bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dengan menggunakan media pembelajaran. Observasi yang dilakukan setiap pertemuan sebanyak dua kali pertemuan dan opservasi dilakukan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dibuat pada kedua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Wawancara Wawancara adalah satu metode pengumpulan data



dengan



mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung keadaan responden. Wawancara memiliki sifat yang luwes, pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subyek, sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap dapat digali dengan baik. Wawancara yang digunakan didalam penelitian ini adalah tetapi wawancara tidak berstruktur, karena bisa mendapatkan informasi secara langsung dengan cara ramah tamah. F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Sebelum diberikan kepada sampel penelitian, soal terlebih dahulu diuji cobakan kepada siswa kelas VII Negri 2 Kulisusu Utara. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan seperti valditas, reliabilitas, tingkat kesukaran maupun daya pembeda. 1. Uji Validitas



Validitas adlah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes dapat mengukur apa yang eharusnya diukur.validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilayan terhadap konsep yang dinilai sehinga betul-betul mengukur apa yang harus diukur. Adapun pengukuran validitas tiap butir soal dengan menggunakan anates dan jumlah butir soal yang valid sebanyak 29 soal, sedangkan yang digunakan sebanyak 20 butir soal. Penguji validitas soal dalam penelitian ini menggunakan rumus product moment. Rumus yang digunakan adalah: 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji reliabilitas untik butir soal pilihan ganda yang dilakukan denngan menggunakan rumus Alpha. 3. Uji Tingkat Keukaran Tingkat kesukaran merupakan proposi atau atau perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Pengujian taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui tingkat mudah atau sukarnya suatu soal. Soal terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggih usaha memecahkannya dan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. 4. Pengujian Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara



siswa



yang



berkemampuan rendah.



berkemampuan



tinggi



denagan



siswa



yang



DAFTAR PUSTAKA Angkowo R dan A Kosasih, 2007, Optimalisasi Media Pembelajaran, Jakarta: PT Grasindo. Sukiman (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Insan Madani. Nana Sudjana. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daryanto. (2010). Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujaun Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media



http:// www.google.com/ teori hasil belajar menurut para ahli. Pdf http: // www. Google.com/ penelitian yang relevan dengan penerapan media pembelajaran terhadap hasil belajar. Pdf



http:// www. Google.com/ pengaruh penggunaan media gambar kartun terhadap hasil belajar matematika siswa tahun 2011/2012.”pdf. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.