Proposal Project Inovasi Gelas Emas Banda [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PROJEK INOVASI “GELAS EMAS” DI BANJAR BANDA, SABA, BLAHBATUH, GIANYAR



OLEH : KELOMPOK 25-29



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI 2020



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Kemajuan pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan meningkatnya usia harapan hidup. Usia harapan hidup dan lansia yang meningkat mencerminkan perbaikan kesehatan, namun hal ini menjadi tantangan di masa mendatang karena menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan ekonomi. Salah satu tantangan yang akan dihadapi adalah ancaman triple burden, yaitu jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi, didominasi penduduk muda dan jumlah lansia yang terus meningkat (Depkes RI, 2015) Peningkatan proporsi jumlah lansia perlu mendapatkan perhatian karena kelompok lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang mengalami masalah kesehatan yang diakibatkan oleh proses menua. Proses menua merupakan proses yang terus berkelanjutan secara alamiah dimulai sejak manusia lahir sampai tua. Usia lanjut terbagi menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 – 70 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun dan usia sangat (very old) di atas 90 tahun. Pada usia lansia biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh akan mati sedikit demi sedikit. Secara individu pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah ekonomi, sosial, mental maupun fisik. Dari aspek perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya adalah menurunya kemampuan musculoskeletal ke arah yang lebih buruk. Lansia adalah orang yang beresiko tingi terhadap penyakit degeneratif seperti penyakit hipertensi, stroke, PPOK, DM, kanker, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit sendi (Riskesdas, 2013).



Berdasarkan 10 penyakit terbesar lansia, salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah rematik (Azizah, 2011). Rheumatoid arthritis merupakan penyakit degenerative sendi yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain reaksi alergi, infeksi, genetik dan arena proses penuaan sehingga tulang mulai kehilangan kartilago (jaringan tulang rawan) yang berfungsi sebagai bantalan antara tulang dan sendi yang kemudian semakin tipis sehingga menimbulkan rasa nyeri pada sendi akibat adanya inflamasi ringan yang timbul karena adanya gesekan-gesekan tulang penyusun sendi (Sridordhor, 2003 dalam Hartatilase, 2015). Kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 14,2 juta jiwa dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,8 juta jiwa (Virda Eny, 2015). Hal ini didukung oleh penelitian dari Qing, Y.Z., 2008 prevalensi nyeri rheumatoid arthritis di beberapa Negara Asean adalah, Bangladesh 26.3%, India 18.2%, Indonesia 31.3%, Filipina 16.3% dan Vietnam 14.9%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2015, jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia berjumlah 30.3% yang menunjukkan bahwa kecenderungan prevalensi rheumatoid arthritis di Indonesia dari tahun 2007 sampai 2015 pada usia lebih dari 15 tahun terdapat 30.3%. Sedangkan di Bali menempati peringkat ke 4 dari 33 provisi di Indonesia, penderita rheumatoid arthritisyaitu terdapat 32.66%. Hasil wawancara dengan ibu CI penyakit terbanyak pada lansia diantaranya rheumatoid arthritis, hipertensi dan diabetes mellitus. Hasil wawancara bersama 48 orang lansia yang berada di daerah Br. Banda, Desa Saba, Blahbatuh, Gianyar sebagian besar mengalami keluhan yang sama yaitu nyeri sendi sekitar 62,5 % atau 30 orang. Salah satu masalah yang sering dialami lansia di rumah adalah tidak terpenuhinya rasa nyaman sebagai respon terhadap penyakit. International Assosiation for the Study Of Pain mendeskripsikan nyeri sebagai respon tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang timbul akibat kerusakan jaringan (Erwati, 2010). Nyeri rheumatoid



arthritis yang timbul sebagai akibat adanya kerusakan jaringan tulang rawan pada daerah sendi merupakan masalah utama musculoskeletal khususnya pada lanjut usia. Pada penderita rheumatoid arthritis dapat dilihat dari kategori dalam skala nyeri baurbanis yaitu jika penderita rheumatoid arthritis merasakan nyeri diantara 1 – 3 maka dikatakan mengalami nyeri ringan, sedangkan jika nyeri berada pada rentang 4 – 7 maka dikatakan nyeri sedang dan jika nyeri berada pada rentang 8 – 10 maka dikatakan nyeri hebat (Potter dan Perry, 2010). Pada umumnya, masyarakat kurang peduli akan bahaya penyakit rheumatoid arthritis padahal dalam waktu singkat, tepatnya kurang dari tiga tahun, rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan kecacatan serius pada persendian yang terserang. Kecenderungan umum yang dilakukan masyarakat bila mengalami gejala pegal, linu, nyeri dan kaku pada sendi atau otot yang besar kemungkinan adalah gejala awal rheumatoid arthritisyang mengambil langkah praktis, yaitu membeli obat penawar pegal, linu dan nyeri yang dijual bebas di warung-warung terdekat. Padahal obat penawar tersebut belum tentu cocok dan aman untuk digunakan. Terlebih, karena penyebab dari gejala pegal, linu dan nyeri tersebut belum diketahui dengan pasti (Junaidi, 2012). Upaya yang selama ini dilakukan lansia untuk mengurangi rasa nyeri adalah, mandi air hangat, membeli obat nyeri tulang dan sendi, balsam, koyo, pijat dan istirahat yang cukup. Masih banyak lanjut usia yang masih mengeluh nyeri dan tidak ada perubahan nyeri yang dirasakan lansia. Besarnya masalah rheumatoid arthritis dan dampak yang ditimbulkan,



perlu



dilakukan



berbagai



tindakan



positif.



Tanpa



pengobatan, umumnya gejala artritis tidak bisa hilang. Penatalaksanaan pada penyakit artritis dapat dicegah dengan terapi farmakologi meliputi pemberian analgetik, anti inflamasi, disease modifying anti rheumatid drugs, relaksan otot, operasi dan terapi komplementer. Dengan obat-obat yang ada pun, seringkali keluhan rematik hanya hilang sementara. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan penderita mencari alternative pengobatan lain, seperti non farmakologi.



Penanganan



penyakit



hipertensi



selain



menggunakan



penatalaksanaan konvensional, dapat juga dilakukan dengan terapi komplementer. Praktik keperawatan komplementer dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri dengan sertifikasi dan kompetensi khusus secara resmi diakui organisasi profesi atau lembaga lain yang berkompeten. Pelaksanaan praktik keperawatan komplementer di Indonesia berdasarkan pada peraturan UU Kep. No. 38 tahun 2014tentang ijin dalam penyelenggaraan praktik perawat pada pasal 30 ayat 2 yang menyebutkan praktik keperawatan dilaksanakan melalui kegiatan “penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif”, Keputusan MENKES RI Nomor 908 /MENKES/SK/VII/2010 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan



keperawatan keluarga pada ruang lingkup pelayanan



keperawatan keluarga yang mencakup upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang rentang kehidupan[CITATION KEM16 \l 1033 ]. Salah satu terapi non farmakologi dengan menggunakan senam rematik (Dalimartha, 2009). Senam rematik merupakan senam yang berfokus dalam mempertahankan rentang gerak sendi secara maksimal. Tujuan dari senam rematik ini adalah mengurangi nyeri sendi dalam menjaga kesehatan jasmani penderita rematik. Keuntungan lain dari senam rematik yaitu badan menjadi lebih lentur, otot tetap kencang, melancarkan peredaran darah, menjaga kadar lemak darah dalam bartas normal, tidak mudah cedera, dan kecepatan reaksi sel tubuh menjadi lebih baik (Heri, 2014). Selain itu adapun terapi non farmakologi yaitu dengan Self help group. Self help group merupakan kelompok informal yang anggotanya saling berbagi pengalaman yang dialami, saling bekerja sama untuk mencapai tujuan dan menggunakan kekuatan untuk melawan masalah dalam hidupnya (Stuart, 2013). Self help group bertujuan membuat pasien dapat mempertahankan dan meningkatkan fungsi diri dan sosial melalui kerjasama dan berbagi dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya. Self help group memahamkan orang bahwa mereka tidak sendiri, dimana



anggotanya



saling



membantu,



mendukung



dengan



menceritakan



pengalaman dan alternatif cara dalam menyelesaikan permasalahannya (Varcarolis, 2010). Jadi self help group merupakan kelompok informal dengan anggota yang mengalami masalah yang serupa sehingga dapat berbagi pengalaman, bekerjasama dan mendukung dalam menyelesaikan masalah terkait diri dan sosial.



1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Menurunkan resiko kejadian rheumatoid arthritis pada lansia di Banjar Banda, Wilayah Kerja Puskesmas II Blahbatuh. 1.2.2. Tujuan Khusus 1.2.2.1.



Mendeteksi resiko rheumatoid arthritis pada lansia



1.2.2.2.



Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit rheumatoid arthritis pada lansia meliputi : definisi, penyebab, tanda gejala komplikasi dan perawatan di rumah



1.2.2.3.



Memberikan support dan membuat penyelesaian masalah secara lebih baik dengan cara berbagi perasaan dan pengalaman, belajar tentang penyakit dan memberikan asuhan, membantu untuk berbagi ide-ide dan informasi



1.2.2.4.



Mensimulasikan senam rematik sebagai penatalaksanaan pencegahan di rumah.



1.2.2.5.



Mendemonstrasikan pembuatan salah satu terapi komplementer yang bisa diaplikasikan kepada lansia yang menderita rheumatoid arthritis atau yang beresiko untuk menurunkan angka kejadian rheumatoid arthritis pada lansia.



1.3. Manfaat 1.3.1. Sebagai deteksi awal untuk menjaring lansia dengan resiko penyakit rheumatoid arthritis 1.3.2. Meningkatkan pengetahuan lansia mengenai penyakit rheumatoid arthritis meliputi : definisi, penyebab, tanda gejala, komplikasi dan perawatan di rumah 1.3.3. Membantu untuk berbagi ide-ide dan informasi serta memberikan support, meningkatkan kepedulian antar sesama lansia rheumatoid arthritis. 1.3.4. Lansia dapat mengaplikasikan senam rematik dirumah atau dikomunitas lansia (banjar) 1.3.5. Menurunkan rasa nyeri dan melancarkan sirkulasi darah lansia 1.3.6. Sebagai refrensi bagi puskesmas agar senam rematik dapat dijadikan program rutin dalam rangka meningkatkan pengetahuan lansia dalam menurunkan angka nyeri sendi pada lansia yang menderita rheumatoid arthritis 1.3.7. Kompres serai hangat apat dijadikan sebagai salah satu terapi komplementer yaitu yang bisa diaplikasikan kepada lansia yang menderita rheumatoid arthritis atau yang beresiko untuk menurunkan angka kejadian rheumatoid arthritis pada lansia.



BAB II ANALISIS SITUASI .1. Data Pengkajian Desa Saba merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Blahbatuh Gianyar. Desa ini dapat ditempuh dengan jarak 27 km dari pusat kota Denpasar dengan perkiraan waktu sekitar 45 menit dan cukup dekat dengan Desa Wisata Ubud. Desa Saba terdiri dari 8 dusun yaitu, Dusun Blangsinga, Dusun Sema, Dusun Kawan, Dusun Tengah, Dusun Tegallulung, Dusun Banda, Dusun Pinda dan Dusun Saba. Dusun Banda merupakan bagian dari Desa Saba. 1. Keadaan dan kondisi geografis a. Wilayah banjar Banda terdiri dari 446 KK. Berdasarkan sampel survei yang dilakukan pada tanggal 21 Februari 2020, didapatkan jumlah lansia kurang lebih sebanyak 50 lansia dengan jumlah kelompok lansia berusia 60-74 tahun sebanyak 35 orang dan kelompok lansia yang berusia 75-90 tahun sebanyak 15 orang. b. Batas – batas wilayah a) Batas sebelah timur



: Peringsada



b) Batas sebelah barat



: Desa Bonbiyu



c) Batas sebelah selatan : Dusun Pinda d) Batas sebelah utara



: Desa Bonbiyu



2. Keadaan penduduk Dari hasil survei yang telah dilakukan sebagian besar lansia yang disurvei di Banjar Banda mengalami penyakit rheumatoid arthritis yaitu sebanyak 30 orang dari total sampel lansia 50 orang. Tingginya angka rheumatoid arthritis di Banjar Banda disebabkan oleh gaya hidup yang



kurang beraktifitas dan pola makan yang kurang sehat. Sebagian lansia menganggap penyakit yang mereka derita merupakan penyakit yang ringan dan tidak perlu penanganan yang serius. Kedatangan mahasiswa untuk melakukan praktik keperawatan gerontik di Banjar Banda disambut hangat oleh kelian banjar dan diharapkan mampu memperbaiki kualitas kesehatan lansia. Banjar Banda belum memiliki program khusus lansia seperti posyandu lansia, sehingga strategi intervensi yang diberikan untuk mengatasi masalah kesehatan lansia adalah dengan mengadakan skrinning kesehatan, penyuluhan tentang rheumatoid arthritis, Self Help Group, latihan fisik berupa senam Rematik dan demonstrasi pembuatan “Kompres Serai Hangat” sebagai salah satu terapi komplementer yang dapat digunakaan untuk mengurangi nyeri rheumatoid arthritis.



BAB III RANCANGAN PERENCANAAN PROGRAM 3.1. Identitas Program Penyakit rematik pada lansia merupakan suatu hal yang umum terjadi. Rematik pada lansia sudah menjadi penyakit langganan atau penyakit yang sering dirasakan oleh para orang yang sudah lanjut usia atau berumur 60 tahun ke atas. Praktek keperawatan stase gerontik di Banjar Banda mengangkat program dengan tema “GELAS EMAS (Gerakan Lansia Sehat, Enerjik, Mandiri, Aktif, Semangat)”. Terdapat 5 kegiatan dalam program ini diantaranya screening kesehatan, Penyuluhan kesehatan untuk rheumatoid arthritis, Self Help Group, latihan fisik berupa senam rematik dan demonstrasi pembuatan “Kompres Serai Hangat” sebagai terapi komplementer untuk mengurangi nyeri rheumatoid arthritis. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan pengetahuan lansia tentang rheumatoid arthritis, membantu lansia dengan rheumatoid arthritis untuk berbagi ide-ide dan informasi serta memberikan support, meningkatkan kepedulian. Teknik kegiatan yang akan dilakukan adalah lansia akan dikumpulkan menjadi satu di Balai Banjar Banda pada Rabu, 26 februari 2020 pukul 09.00 wita. Kegiatan diawali dengan pendaftaran lansia dilanjutkan dengan skrinning kesehatan, kemudian Penyuluhan kesehatan tentang rheumatoid arthritis, Self Help Group,



terapi senam rematik, serta demonstrasi pembuatan



“Kompres Serai Hangat”. 3.2.



Tujuan Program



3.2.1. Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan dan kualiatas hidup lansia yang menderita rheumatoid arthritis serta menurunkan resiko kejadian rheumatoid arthritis pada lansia di Banjar Banda, Wilayah Kerja Puskesmas II Blahbatuh. 3.2.2. Tujuan Khusus 3.2.2.1. Sebagai deteksi awal untuk menjaring lansia dengan resiko penyakit rheumatoid arthritis 3.2.2.2. Meningkatkan pengetahuan lansia mengenai penyakit rheumatoid arthritis meliputi : definisi, penyebab, tanda gejala, komplikasi dan perawatan di rumah 3.2.2.3. Membantu untuk berbagi ide-ide dan informasi serta memberikan support, meningkatkan kepedulian antar sesama lansia rheumatoid arthritis. 3.2.2.4. Lansia dapat mengaplikasikan senam rematik dirumah atau dikomunitas lansia (banjar)



3.2.2.5. Menurunkan rasa nyeri dan melancarkan sirkulasi darah lansia 3.2.2.6. Sebagai refrensi bagi puskesmas agar senam rematik dapat dijadikan program rutin dalam rangka meningkatkan pengetahuan lansia dalam menurunkan angka nyeri sendi pada lansia yang menderita rheumatoid arthritis 3.2.2.7. Sebagai salah satu terapi komplementer yaitu yang bisa diaplikasikan kepada lansia yang menderita rheumatoid arthritis atau yang beresiko untuk menurunkan angka kejadian rheumatoid arthritis pada lansia. 3.3. Aktivitas atau Kegiatan Pelaksanaan Program Kegiatan yang akan dilaksanaan pada kelompok lansia Banjar Banda Blahbatuh diantaranya : 1. Melakukan Screening Kesehatan Screening kesehatan merupakan kegiatan untuk mendeteksi sedini mungkin adanya penyakit-penyakit (bila ada), baik yang sudah dirasakan (sudah memperlihatkan gejalagejala) maupun yang belum dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan secara berkala. Proses screening kesehatan menggunakan 4 meja dimana meja 1 : pendaftaran, meja 2 : pemeriksaan berat badan, tinggi badan, meja 3 : pemeriksaan tekanan darah,gula darah, meja 4 : edukasi kesehatan tentang rheumatoid arthritis. 2. Melakukan Implementasi pemberian latihan fisik berupa senam rematik Senam rematik adalah salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam rematik adalah gerakan yang sangat efektif, efisien dan logis karena rangkaian gerakan dilakukan secara teratur dan terorgranisasi bagi penderita rematik (Wahyudi, 2011). Program senam senam rematik merupakan jenis program kegiatan berfungsi mengatasi keluhan yang biasa muncul pada penyakitan rematik, misalnya kekakuan sendi dan nyeri sendi, kelemehan dan ketegangan otot. Senam rematik dirancang untuk memberikan solusi guna mencegah, meringankan gejala rematik serta sebagai terapi tambahan dalam menghadapi permasalahan kesehatan mengenai rematik yang dialami lansia di banjar Banda, Desa Saba, Blahbatuh Gianyar. Serangkaian gerakan senam rematik mencakup beberapa kompenen gerakan, yaitu gerakan menjaga postur tubuh, peregangan otot, latihan luas gerakan sendi, penguatan otot, penguatan kerja jantung dan paru-paru, latihan keseimbanagan, koordinasi, serta



ketahanan otot. Senam rematik ini berfokus pada gerakan sendi sambil meregangkan dan menguatan otot yang membantu sendi untuk menopang tubuh (Wahyuni,2011). Senam rematik dapat dilakukan dalam posisi apapun, baik berdiri maupun duduk. Jika sendi-sendi besar seperti besar seperti sendi panggung atau sendi lutut tubuh tak cukup kuat menahan berat badan, senam dapat dilakukan dengan posisi duduk. Senam rematik dapat dilakukan secara rutin, 3-5 kali dalam seminggu dengan durasi 30-60 menit. 3. Melakukan terapi aktivitas kelompok Self Help Group Strategi pelaksanaan self help group terbagi menjadi dua tahap yaitu diskusi tentang rheumatoid arthritis dan penyuluhan kesehatan tentang rheumatoid arthritis.



KEGIATAN PELAKSANAAN PROGRAM “GELAS EMAS” Gerakan Lansia Sehat, Enerjik, Mandiri, Aktif, Semangat BANJAR BANDA,DESA SABA Kec. BLAHBATUH, Kab. GIANYAR 26 FEBRUARI 2020 1. SKRINNING KESEHATAN A. LATAR BELAKANG Skrinning adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif untuk mendeteksi atau mencari penderita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan (Budiarto, 2012).



Dalam rangka pelaksanaan Pendidikan Keperawatan Gerontik mahasiswa Program Studi NERS Stikes Wira Medika Bali yang diadakan di wilayah Br. Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh. Telah dilakukan pengkajian awal tentang masalah kesehatan yang timbul di wilayah tersebut oleh mahasiswa pada tanggal 21-22 Februari 2020 untuk mendapatkan gambaran umum mengenai masalah kesehatan yang mungkin ada di wilayah ini. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Meningkatkan status kesehatan lansia dengan rentang usia diatas 60 tahun melalui skrinning kesehatan pemeriksaan tekanan darah dan gula darah. 2. Tujuan Khusus 2.1 Setelah diberikan tindakan skrinning kesehatan (rentang usia diatas 60 tahun) selama 1x40 menit diharapkan lansia mampu: a. Mengetahui kesehatan secara dini yang sedang dialami seperti tekanan darah dan gula darah. b. Mengetahui pencegahan dini terhadap penyakit tekanan darah dan gula darah c. Memeriksakan kesehatan secara berkala minimal 6 bulan sekali. 2.2 Setelah mengikuti KIE diharapkan masyarakat mengerti tentang: a. Pengertian hipertensi b. Penyebab hipertensi c. Tanda dan gejala hipertensi d. Penatalaksanaan hipertensi e. Komplikasi hipertensi C. WAKTU DAN TEMPAT 1. Kegiatan skrinning kesehatan dan KIE hipertensi akan dilaksanakan pada: a. Hari/Tanggal : Rabu, 26 Februari 2020 b. Pukul : 09.00 - selesai 2. Tempat Kegiatan skrinning kesehatan akan dilaksanakan di Balai Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.



D. SASARAN Lansia Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. E. ALAT DAN MEDIA a. Alat yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini antara lain: 1. Spignomamometer 2. Termometer 3. Diabetes kit. b. Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini antara lain: 1.



LCD



2.



Laptop



3.



Meja



4.



Kursi



5.



Microphone



6.



Speaker



F. METODE : Pemeriksaan kesehatan dan KIE hipertensi oleh tenaga puskesmas dan mahasiswa profesi ners STIKES Wira Medika Bali. G. SUSUNAN ACARA a. Setting waktu No Kegiatan Waktu Skrinning Kesehatan Masyarakat 1. a. Lansia usia diatas 60 a. Lansia antusias mengikuti 5 menit tahun



melakukan



pendaftaran pengambilan 2.



a.



antrian Lansia



dan nomor



melakukan



pemeriksaan tekanan darah



dan



pemeriksaan



gula



darah



oleh



pemeriksaan kesehatan



tenaga



a. Lansia mengetahui hasil 15 menit dari pemeriksaan



kesehatan



dan



mahasiswa



profesi



Ners STIKES Wira 3



a.



Medika Bali. Tenaga kesehatan Obat



(jika



a. Lansia mendapatkan obat 15 menit



perlu)



(jika perlu) dari tenaga



kepada Lansia. b.



kesehatan



Lansia Profesi Ners STIKES



WIKA



memberikan tentang dan



yang



KIE



diberikan



oleh



Mahasiswa Profesi Ners



Hipertensi



STIKES WIKA



memberikan



leaflet Hipertensi a. Lansia mendapatkan



4.



b. Lansia memahami edukasi



a. Lansia



makanan tambahan



mendapatkan



5



menit



makanan tambahan berupa kacang hijau.



H. RENCANA EVALUASI 1.



Struktur a. Kepanitiaan dibentuk 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. b. Pra planning sudah disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. c. Alat/media sudah disiapkan 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. d. Surat-surat kepada undangan sudah dikirim 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.



2.



Proses a. Skrinning kesehatan dan KIE tentang hipertensi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dan mahasiswa STIKES Wira Medika Bali di Banjar Banda, Desa Saba berjalan lancar dan berlangsung tepat waktu. b. Sasaran yang hadir 100% dari 50 peserta yang diharapkan hadir dan mengikuti acara sampai selesai.



3.



Hasil a. Skrinning kesehatan dan KIE hipertensi dapat diterima dengan hasil 100% dari 50 peserta yang hadir. b. Skrinning kesehatan dan KIE hipertensi dapat bermanfaat dengan hasil 100% dari 50 peserta yang hadir.



2. PENYULUHAN KESEHATAN A. LATAR BELAKANG



Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat termasuk lanjut usia dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan. Setiap upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat merupakan investasi bagi pembangunan negara. Prinsip non diskriminatif mengandung makna bahwa semua masyarakat harus mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk Lanjut Usia (Lansia). Transisi demografi ke arah menua akan diikuti oleh transisi epidemiologi ke arah penyakit degeneratif seperti rematik, diabetes, hipertensi, jantung koroner, neoplasma. Angka kesakitan penduduk lanjut usia tahun 2014 sebesar 30,46% artinya bahwa setiap 100 orang lanjut usia, sekitar 30 orang diantaranya mengalami sakit. Angka kesakitan penduduk lanjut usia perkotaan 27,20% lebih rendah dibandingkan lanjut usia pedesaan 32,96%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk lanjut usia di perkotaan relatif lebih baik dibandingkan lanjut usia di daerah pedesaan. Bila dilihat perkembangannya, derajat kesehatan penduduk lanjut usia relatif tidak berbeda. Berdasarkan Profil Penduduk Lanjut Usia 2009, ternyata 32,24% lanjut usia mencari pengobatan di Puskesmas, namun masih ada yang mengobati sendiri dengan menggunakan obat modern 60,47% dan obat tradisional 10,87%. Dalam rangka pelaksanaan Pendidikan Keperawatan Gerontik mahasiswa Program Studi NERS Stikes Wira Medika Bali yang diadakan di wilayah Br. Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh. Telah dilakukan pengkajian awal tentang masalah kesehatan yang timbul di wilayah tersebut oleh mahasiswa pada tanggal 21-22 Februari 2020 didapatkan dari 50 lansia mengalami masalah kesehatan dengan mayoritas peradangan sendi (artritis rheumatoid). Kemunduran fungsi tubuh dan kemunduran peran akan sangat berpengaruh pada kemandirian lanjut usia. Pelayanan kesehatan lanjut usia dimulai dari tingkat masyarakat di kelompok-kelompok lanjut usia, dan pelayanan di sarana pelayanan kesehatan dasar dengan mengembangkan Puskesmas Santun Lanjut Usia serta pelayanan rujukannya di Rumah Sakit. Pelayanan di Puskesmas lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif dapat pula dilakukan di luar gedung dengan melibatkan peran aktif masyarakat. Salah satu wadah yang potensial di masyarakat adalah Posyandu Lanjut



Usia yang dikembangkan oleh Puskesmas dimana salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan penyuluhan. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Meningkatkan Pengetahuan Lansia di Banjar Banda Desa Saba Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar wilayah kerja UPTD Kesmas II Blahbatuh. 2. Tujuan khusus a. Pemberdayaan masyarakat melalui Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) Banjar Banda Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar wilayah kerja UPTD Kesmas II Blahbatuh Gianyar b. Para lansia mengerti dengan penyakit yang di derita serta mempunyai keinginan untuk mencegah penyakit yang dialami oleh lansia. C. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu a. Pelaksanaan penyuluhan pada: Hari/tanggal



: Rabu 26 Februari 2020



Pukul



: 10.00 WITA – selesai



b. Tempat Kegiatan akan dilaksanakan di Balai Banjar Banda, Desa Saba Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar. 3. SASARAN Seluruh Lansia di Banjar Banda, Desa Saba Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar 4. ALAT MEDIA Alat dan media yang digunakan antara lain: LCD, Proyektor, Speaker, Laptop, meja, alat tulis, kursi, buku daftar hadir lansia. 5. METODE Metode yang digunakan dalam penyuluhan lansia adalah



a. Ceramah b. Diskusi 6. SUSUNAN ACARA Kegiatan pelaksanaan Penyuluhan Lansia akan dilaksanakan pada hari Rabu 26 Februari 2020 yang akan mengambil tempat di Balai Banjar Banda, Desa Saba Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar dengan susunan acara sebagai berikut:



No. Waktu



Kegiatan



Penanggung Jawab



Pembukaan : 1.



5 menit



1. Salam Pembukaan



Moderator



2. Penyampaian Tujuan Penyuluhan 1. Pelaksanaan Penyuluhan 3



30 menit



3.



2. Sesi Penyajian 3. Sesi Tanya jawab 4. Kesimpulan dari penyuluhan Penutup :



5 menit



Penyaji



Moderator



1. Kesimpulan dari penyuluhan 2. Salam penutup



7. RENCANA EVALUASI 1.



Struktur a. Pra planing sudah disiapkan tiga hari sebelum kegiatan dimulai. b. Surat undangan untuk Pihak puskesmas, Kelian Dusun sudah diberikan tiga hari sebelum kegiatan c. Kehadiran peserta tepat waktu



2. Proses a. Diharapkan sejumlah 80% dari lansia hadir dalam penyuluhan b. Keaktifan peserta minimal 50% dalam kegiatan. c. Kegiatan berlangsung sesuai jadwal. 3. Hasil a. 80% peserta mengerti dan paham mengenai materi penyuluhan yang diberikan.



3. SELF HELP GROUP A. LATAR BELAKANG Lanjut usia (lansia) adalah suatu tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh secara alamiah atau fisiologis agar mampu beradaptasi dengan stress lingkungan. Tanda proses menua umumnya mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan permasalahan pada umur sekitar 60 tahun (Pudjiastuti, 2003). Mereka yang nantinya akan menjadi lansia tersebut harus diantisipasi mulai dari sekarang, sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat. Antisipasi tersebut salah satunya dengan membuat para lanjut usia tetap sehat, mandiri serta produktif bagi masyarakat. Untuk mencapai menua yang sehat tersebut di perlukan upaya peningkatan (promotion) kesehatan, pencegahan penyakit (prevention), pengobatan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitation), sehingga keadaan patologik pun dicoba untuk disembuhkan guna untuk mempertahankan menua yang sehat, oleh karena proses patologik akan mempercepat jalannya proses penuaan, upaya pencegahan harus diutamakan (Darmojo, 2003).



Self help group merupakan kelompok informal yang anggotanya saling berbagi pengalaman yang dialami, saling bekerja sama untuk mencapai tujuan dan menggunakan kekuatan untuk melawan masalah dalam hidupnya (Stuart, 2013). Self help group bertujuan membuat pasien dapat mempertahankan dan meningkatkan fungsi diri dan sosial melalui kerjasama dan berbagi dalam menghadapi tantangan dalam hidupnya. Self help group memahamkan orang bahwa mereka tidak sendiri, dimana anggotanya saling membantu, mendukung dengan menceritakan pengalaman dan alternatif cara dalam menyelesaikan permasalahannya (Varcarolis, 2010). Self help group juga membicarakan tentang rasa ketakutan dan perasaan terisolasi (Townsend, 2009). Jadi self help group merupakan kelompok informal dengan anggota yang mengalami masalah yang serupa sehingga dapat berbagi pengalaman, bekerjasama dan mendukung dalam menyelesaikan masalah terkait diri dan sosial. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Tujuan self help group dalam kelompok adalah memberikan support terhadap sesama anggota dengan cara berbagi perasaan dan pengalaman, belajar tentang penyakit, memberikan kesempatan peserta untuk berbicara tentang permasalahan, saling mendengarkan satu sama lain, membantu sesama anggota kelompok untuk berbagi ide-ide dan informasi serta memberikan support, meningkatkan kepedulian antar sesama anggota sehingga tercapainya perasaan aman dan sejahtera, mengetahui bahwa mereka tidak sendiri. 2. Tujuan Khusus a. Peserta dapat mengidentifikasi masalah yang dialami b. Peserta dapat mengetahui cara penyelesaian masalah c. Peserta dapat memilih cara penyelesaian masalah d. Peserta dapat melakukan cara penyelesaian masalah e. Peserta dapat mengetahui cara mencegah kekambuhan C. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan self help group dalam kelompok usia lansia >60 tahun akan dilaksanakan pada:



Hari/tanggal



: Rabu, 26 Februari 2020



Pukul



:09.00 Wita – Selesai



Tempat



:Balai Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.



D. SASARAN Kelompok lansia >60 tahun E. ALAT MEDIA Kertas A4 dan Pulpen F. METODE Curah pendapat, tanya jawab, diskusi Berikut ini langkah kegiatan self help group: a. Langkah I: Memahami masalah Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan masalah oleh masing-masing peserta. Setiap peserta mengungkapkan masalah yang dihadapinya. b. Langkah II: Cara untuk menyelesaikan masalah. Kegiatan yang dilakukan adalah peserta saling berbagi informasi bagaimana cara mengatasi permasalahan yang terjadi berdasarkan daftar masalah yang sudah dibuat. Berdasarkan daftar permasalahan yang dipilih masing-masing, tiap anggota mengungkapkan cara mengatasi permasalahan tersebut. c. Langkah III: Memilih cara pemecahan masalah Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan tiap-tiap cara penyelesaian masalah yang ada dalam daftar penyelesaian masalah dan memilih cara penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan faktor pendukung dan penghambat dalam menyelesaikan masalah tersebut. materi tentang rheumatoid arthritis. d. Langkah IV: Melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah. Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang rheumatoid arthritis dan juga cara memanfaatkan tanaman obat keluarga (TOGA) di dalam penyembuhan rheumatoid arthritis.



G. RENCANA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Kepanitiaan dibentuk 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. b. Pra lanning sudah disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. c. Alat/media sudah disiapkan 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. d. Surat-surat kepada undangan sudah dikirim 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. 2. Evaluasi Proses a. Panitia telah siap melakukan Kegiatan self help group dalam kelompok usia lansia >60 tahun di Banjar Banda, Desa Saba. b. Kegiatan self help group dalam kelompok usia lansia >60 tahun berjalan lancar dan berlangsung tepat waktu. c. Sasaran yang hadir 100% dari total peserta yang diharapkan hadir dan mengikuti kegiatan sampai selesai. 3. Evaluasi Hasil a. Kegiatan self help group dalam kelompok usia lansia >60 tahun dapat diterima dengan hasil 100% oleh Lansia. b. Kegiatan self help group dalam kelompok usia lansia >60 tahun dapat bermanfaat dengan hasil 100% bagi Lansia c. Lansia yang menjadi sasaran Kegiatan self help group dalam kelompok usia lansia >60 tahun mampu berpartisipasi dalam kegiatan self help group.



4. SENAM REMATIK A. LATAR BELAKANG Senam rematik adalah salah satu metode yang praktis dan efektif dalam memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam rematik adalah gerakan yang sangat efektif, efisien dan logis karena rangkaian gerakan dilakukan secara teratur dan terorgranisasi bagi penderita rematik (Wahyudi, 2011). Program senam senam rematik merupakan jenis program kegiatan berfungsi mengatasi keluhan yang biasa muncul pada penyakitan rematik, misalnya kekakuan sendi dan nyeri sendi, kelemehan dan ketegangan otot. Senam rematik dirancang untuk memberikan solusi guna mencegah, meringankan gejala rematik serta sebagai terapi tambahan dalam menghadapi permasalahan kesehatan mengenai rematik yang dialami lansia di banjar Banda, Desa Saba, Blahbatuh Gianyar. Serangkaian gerakan senam rematik mencakup beberapa kompenen gerakan, yaitu gerakan menjaga postur tubuh, peregangan otot, latihan luas gerakan sendi, penguatan otot, penguatan kerja jantung dan paru-paru, latihan keseimbanagan, koordinasi, serta ketahanan otot. Senam rematik ini berfokus pada gerakan sendi sambil meregangkan dan menguatan otot yang membantu sendi untuk menopang tubuh (Wahyuni,2011). Senam rematik dapat dilakukan dalam posisi apapun, baik berdiri maupun duduk. Jika sendi-sendi besar seperti besar seperti sendi panggung atau sendi lutut tubuh tak cukup kuat menahan berat badan, senam dapat dilakukan dengan posisi duduk. Senam rematik dapat dilakukan secara rutin, 3-5 kali dalam seminggu dengan durasi 30-60 menit. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Meningkatkan kekuatan otot dan sendi pada lansia 2. Tujuan Khusus



Setelah diberikan latihan fisik berupa senam pada lansia > 60 tahun selama 1x30 menit diharapkan lansia dapat: a. Lansia dapat mengaplikasikan senam rematik dirumah atau dikomunitas lansia (banjar) b. Menurunkan rasa nyeri dan melancarkan sirkulasi darah lansia c. Sebagai referensi bagi puskesmas agar senam rematik dapat dijadikan program rutin dalam rangka meningkatkan pengetahuan lansia dalam menurunkan angka nyeri sendi pada lansia yang menderita rheumatoid arthritis. C. WAKTU DAN TEMPAT Hari/Tanggal



: Rabu, 26 Februari 2020



Pukul



: 10.00-11.00 WITA



Tempat



: Balai Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.



D. SASARAN Lansia Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. E. ALAT MEDIA Proyektor, LCD, Video F. METODE Pemberian latihan fisik yaitu senam pada lansia >60 tahun yang ada di wilayah Banjar Banda oleh mahasiswa Profesi Ners STIKES Wira Medika Bali. G. GERAKAN SENAM Tahap-tahap senam rematik (Dinkes Lombok Timur, 2016) : a. Gerakan diawali dengan gerakan menggenggam pada jari-jari tangan b. Gerakan melebarkan jari-jari tangan c. Gerakan membuka jari-jari tangan perlahan-lahan d. Gerakan menekuk tangan ke atas dan kebawah



e. Gerakan mendekatkan telapak tangan ke arah dada dan mejauhkan f. Gerakan membolak-balikkan telapak tangan g. Gerakan menekuk siku ke arah dalam dan keluar h. Gerakan mengangkat kedua tangan ke atas secara bersama-sama i. Gerakan rotasi kedua tangan ke arah dalam dan ke arah luar j. Gerakan mengangkat kedua bahu k. Gerakan memutar bahu ke arah dalam dan ke arah luar l. Gerakan menyerongkan badan ke kanan dan kiri m. Gerakan menoleh bersamaan dengan badan ke arah kanan dan kiri n. Gerakan membusungkan dada o. Gerakan mebungkukkan dada p. Gerakan jari-jari kaki dengan mengarahkan kaki ke depan dan ke belakang q. Luruskan kaki kanan, lakukan gerakan menekuk telapak kaki kanan ke arah depan dan belakang, begitu juga sebaliknya r. Bentuk kaki seperti segitiga lalu lakukan gerakan menggeser telapak kaki ke arah dalam dan ke arah luar s. Luruskan kaki kanan, lakukan gerakan memutarkan telapak kaki kanan perlahan-lahan, begitu juga sebaliknya t. Luruskan kaki kanan lalu lakukan gerakan tarikan kaki kanan ke atas, begitu juga sebaliknya. H. SUSUNAN ACARA a. Setting waktu No 1.



Kegiatan Demonstrasi Lansia



Waktu >60



tahun



diberikan latihan fisik berupa



senam



yang



dipandu oleh mahasiswa STIKES Wira Medika



I. RENCANA EVALUASI



Masyarakat a. Masyarakat antusias mengikuti 30 menit terapi komplementer



1.



Struktur a. Kepanitiaan dibentuk 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. b. Pra planning sudah disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. c. Alat/media sudah disiapkan 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. d. Surat-surat kepada undangan sudah dikirim 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.



2.



Proses a. Kegiatan senam rematik yang dilakukan oleh mahasiswa STIKES Wira Medika Bali di Banjar Banda, Desa Saba berjalan lancar dan berlangsung tepat waktu. b. Sasaran yang hadir 100% dari 100 peserta yang diharapkan hadir dan mengikuti acara sampai selesai.



3.



Hasil a. Kegiatan senam rematik dapat diterima dengan hasil 100% dari 100 peserta yang hadir. b. Kegiatan senam rematik dapat bermanfaat dengan hasil 100% dari 100 peserta yang hadir.



5. DEMONSTRASI “KOMPRES SERAI HANGAT” A. LATAR BELAKANG Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Dalam rangka pelaksanaan project inovasi dengan tema GELAS EMAS (Gerakan Lansia Sehat, Energik, Mandiri, Aktif dan Semangat) mahasiswa Program Studi NERS Stikes Wira Medika Bali yang diadakan di wilayah Br. Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Telah dilakukan pengkajian awal tentang masalah kesehatan yang mungkin timbul di wilayah tersebut oleh mahasiswa didapatkan mayoritas warga lansia yang ada di wilayah Banjar Banda mengatakan mengalami peradangan



pada sendi-sendi (Artritis Reumatoid). Sehingga dari hasil survey tersebut mahasiswa akan memberikan demonstrasi komplementer untuk mengatasi peradangan sendi yang dialami lansia dengan rebusan serai hangat.



B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Meningkatkan status kesehatan masyarakat lansia usia > 60 tahun melalui demonstrasi “kompres serai hangat” 2. Tujuan Khusus Setelah diberikan tindakan demonstrasi “kompres serai hangat” pada lansia > 60 tahun selama 1x40 menit diharapkan lansia dapat: a. Memahami pengobatan komplementer untuk mencegah peradangan sendi (artritis reumatoid) b. Memeriksakan kesehatan secara berkala minimal 6 bulan sekali. C. WAKTU DAN TEMPAT 1. Kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” akan dilaksanakan pada: c. Hari/Tanggal : Rabu, 26 Februari 2020 d. Pukul : 10.00-11.00 WITA 2. Tempat Kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” akan dilaksanakan di Balai Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. D. SASARAN Masyarakat Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. E. ALAT MEDIA b. Alat yang digunakan dalam kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” ini antara lain:



1.



Serai



2.



Baskom 2 buah



3.



Waslap 10 buah



4.



Kompor dan panci untuk merebus



c. Media yang digunakan dalam kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” ini antara lain: 1. Meja 2. Kursi 3. Microphone 4. Speaker F. METODE Pemberian demonstrasi “kompres serai hangat” pada lansia >60 tahun yang ada di wilayah Banjar Banda oleh mahasiswa Profesi Ners STIKES Wira Medika Bali. G. SUSUNAN ACARA Setting waktu No 1.



Kegiatan Demonstrasi b. Lansia



Waktu Masyarakat tahun a. Lansia



>60



diberikan



terapi



antusias



mengikuti 10 menit



terapi komplementer



komplementer “kompres serai hangat” yang



dipandu



mahasiswa



oleh



STIKES



Wira Medika



H. RENCANA EVALUASI 1.



Struktur a. Kepanitiaan dibentuk 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. b. Pra planning sudah disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. c. Alat/media sudah disiapkan 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.



d. Surat-surat kepada undangan sudah dikirim 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.



2.



Proses a. Kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” yang dilakukan oleh mahasiswa STIKES Wira Medika Bali di Banjar Banda, Desa Saba berjalan lancar dan berlangsung tepat waktu. b. Sasaran yang hadir 100% dari 100 peserta yang diharapkan hadir dan mengikuti acara sampai selesai.



3.



Hasil c. Kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” dapat diterima dengan hasil 100% dari 100 peserta yang hadir. d. Kegiatan demonstrasi “kompres serai hangat” dapat bermanfaat dengan hasil 100% dari 100 peserta yang hadir.



LAMPIRAN



SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIT REMATIK Pokok Bahasan



: Gangguan Sistem Muskuloskeletal



Sub Pokok Bahasan



: 1. Pengertian Penyakit Rematik 2. Penyebab Penyakit Rematik 3. Gejala Penyakit Rematik 4. Pencegahan Penyakit Rematik 5. Pengobatan Penyakit Rematik



Sasaran



: Lansia di Banjar Banda, Saba, Blahbatuh, Gianyar



Hari/tgl



: 26 Februari 2020



Pukul



: 10.00 Wita



Penyaji



: Kadek Cindy Adinda Puspita, S.Kep.



Tempat



: Banjar Banda, Saba, Blahbatuh, Gianyar



1.



Latar Belakang Rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Rematik bisa menyerang bagian kepala sampai kaki. Rematik juga bisa disebut dengan nama arthritis. Secara umum penyakit ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri di lutut, siku, pergelangan maupun di bagian sendi-sendi lain, gangguan di otot dan tendon. Gejala rematik memang cukup luas. Rematik terdiri dari 150-an jenis. Tetapi ada empat jenis rematik yang paling sering dijumpai di masyarakat kita yaitu osteoarthritis yang disebabkan oleh pengapuran, rematik luar sendi yang menyerang jaringan di luar tulang rawan, rematik peradangan dan rematik yang disebabkan oleh pengeroposan. “Sekitar 50 persen keluhan nyeri sendi disebabkan oleh pengapuran. Pengapuran berarti menipisnya jaringan tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan persendian”, bantalan dalam persendian yang aus itu menyebabkan terjadinya gesekan tulang sehingga menyebabkan nyeri. Pengapuran ini merupakan proses degenerasi yang dimulai pada usia 40 tahun. Kecepatan proses degenerasi berbeda pada tiap-tiap orang. Sendi seseorang bisa mulai bermasalah di usia 40-an. Namun ada orang yang sampai usia 70-an sendinya baik-baik saja. Cepat lambatnya proses tadi ditemukan oleh beberapa faktor resiko, antara lain: mutu tulang rawan dan kelebihan berat badan. Tulang rawan yang bagus akan lebih tahan terhadap kondisi aus. Ibarat ban mobil kalau kualitasnya bagus maka persendian tidak mudah aus walau dipakai lama. Jenis rematik yang paling banyak diderita penduduk dunia adalah arthritis reumatoid (AR) yaitu rematik radang sendi, gout (asam urat) yang disebabkan oleh kadar asam urat yang berlebihan dalam darah, dan osteoarthritis (OR), yaitu pengapuran sendi. Menurut dr. Riardi Pramudiyo, SpPD-KR dari RS. Hasan Sadikin, Bandung, OR adalah penyakit sendi yang paling banyak dijumpai. Penyakit ini bersifat degeneratif, yang angka kejadiannya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Gejala yang menyertainya antara lain, nyeri



pada persendian setelah penderita melakukan aktivitas, atau saat perubahan cuaca dari panas ke dingin. Seperti diungkapkan Riadi, faktor pencetus OR biasanya karena ada penyakit lain atau keadaan tertentu. “Belum diketahui apa penyebab primer, namun penyebab sekundernya bisa karena kegemukan, sehingga beban yang harus disangga oleh lutut terlalu besar, atau karena berlebihan memakai lutut, misalnya pemain bola profesional”. Jenis penyakit rematik lain yang banyak diderita masyarakat indonesia adalah arthritis reumatoid (AR). Penyakit ini paling sering menyerang kelompok usia 20-50 tahun. Gejala yang umu ditemukan adalah sendi kaku saat bangun tidur dan penderita sulit bergerak. Rematik pada orang berusia produktif umumnya disebabkan peradangan. Peradangan ini bisa karena asam urat atau sebab-sebab lain. Rematik karena asam urat ini banyak dijumpai pada pria usia 30-an dan 40-an tahun. Jenis ini, menurut Dr Harry Isbagio, terjadi karena kelebihan hasil metabolisme purin yang tertimbun di persendian. Timbuan ini yang menimbulkan rasa sakit di persendian. Dokter Harry sering menemui kesalahpahaman masyarakat mengenai asam urat. Pasien sering datang berkonsultasi sambil membawa hasil tes asam urat. “mereka bertanya mengapa asam uratnya normal tetapi dokter mendiagnosis terkena rematik. Mereka salah mengerti soal rematik, tidak semua rematik disebabkan asam urat”, jelasnya. Gangguan autoimun seperti pada penyakit lupus termasuk jenis rematik yang disebabkan peradangan. Pada gangguan ini kekebalan tubuh tidak berfungsi sebagai pembasmi bakteri, virus atau benda asing yang memasuki tubuh. Kekebalan tubuh justru merusak jaringan tubuh yang sehat, termasuk jaringan yang ada di persendian. Begitupun dengan RA (Rheumatoid Arthritis). Penyakit itu termasuk peradangan persendian yang penyebabnya masih belum diketahui. Menurut Encyclopedia of Public Health, telah ada indikasi bahwa pola-pola genetik bertanggungjawab terhadap timbulnya penyakit ini. RA bisa menyerang orang pada umur berapa pun, termasuk balita. Peradangan penyakit ini terjadi pada jaringan synovial yang terdapat dalam persendian. Jaringan ini berfungsi untuk menghasilkan cairan pelumas sendi. Pada pasien I MD.S, jaringan ini membengkak dan menunjukkan banyak sel yang meradang. 2. Tujuan A. Tujuan Umum



Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 45 menit diharapkan lansia di Banjar Babakan Blahbatuh, Gianyar mengerti dan memahami tentang Penyakit Rematik. B. Tujuan Khusus Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 45 menit diharapkan lansia di Banjar Babakan Blahbatuh, Gianyar mampu: 1. Memahami tentang Pengertian Penyakit Rematik 2. Memahami Penyebab Penyakit Rematik 3. Memahami Gejala Penyakit Rematik 4. Memahami tentang Pencegahan Penyakit Rematik 5. Memahami tentang Terapi atau Pengobatan Penyakit Rematik



3. Kegiatan Penyuluhan A. Garis besar materi : 1. Pengertian Penyakit Rematik 2. Penyebab Penyakit Rematik 3. Gejala Penyakit Rematik 4. Pencegahan Penyakit Rematik 5. Pengobatan Penyakit Rematik



B. Metode 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Demonstrasi



C. Setting Tempat 5 55



6



6



Keterangan: 1 : Proyektor 2 : LCD 3 : Meja 4 : Undangan



U



B



T



5



6



6



6



6



6



6



6



6



6



6



3



1 2



3 4



4



4



6



6



4



4



4



6



6



D. Langkah – Langkah Kegiatan Penyuluhan NO . 1.



2.



PENYULUH Pembukaan :



KEGIATAN KELUARGA/PENUNGGU



a. Salam pembukaan



a. Menjawab salam



b. Perkenalan



b. Memperhatikan



c. Mengkomunikasikan tujuan Kegiatan Inti Penyuluhan :



c. Memperhatikan



a. Menyampaikan materi tentang :



a. Menyimak dan memperhatikan



 Pengertian Penyakit Rematik



WAKTU



5 menit



30 menit penyuluhan.



 Penyebab Penyakit Rematik  Gejala Penyakit Rematik  Pencegahan Penyakit Rematik  Pengobatan Penyakit Rematik b. Menanyakan hal - hal yang



b. Memberi kesempatan keluarga 3.



belum jelas.



untuk bertanya. Penutup : a. Menyimpulkan materi yang telah didiskusikan b. Melakukan evaluasi penyuluhan c. Mengakhiri kontrak d. Mengakhiri kegiatan penyuluhan dengan salam



a. Bersama penyuluh menyimpulkan materi b. Keluarga kooperaif dlam



10 menit



menjawab pertanyaan penyuluh c. Keluarga kooperatif d. Menjawab salam



E. Alat Penyuluhan 1. Leaflet 2. LCD 3. Laptop F. Kriteria Evaluasi 1. Evaluasi Proses a. Kegiatan berlangsung tepat waktu b. Semua lansia di Banjar Babakan hadir dalam proses penyuluhan c. Tempat : Banjar Babakan d. Peserta yang aktif bertanya 50% dari total peserta. 2. Evaluasi Hasil a. Lansia paham dan dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian penyakit rematik b. Lansia dapat menyebutkan kembali mengenai penyebab atau etiologi penyakit rematik c. Lansia paham dan dapat menyebutkan kembali mengenai gejala penyakit rematik d. Lansia paham dan mampu menyebutkan pencegahan penyakit rematik e. Lansia paham dan mampu menyebutkan terapi atau pengobatan penyakit rematik.



G. Lampiran – lampiran 1. Materi 2. Leaflet



Lampiran Materi MATERI PENYULUHAN PENYAKIT REMATIK PADA LANSIA DI BANJAR BANDA DESA SABA, BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR



A. PENGERTIAN a. Rematik adalah penyakit kelainan pada sendi yang menimbulkn nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal (sendi, tulang, jaringan ikat dan kaku). Umumnya rematik tidak berbahaya, namun mengganggu karena rasa nyerinya. b. Rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dn struktur di sekitarnya. Rematik bisa menyerang bagian kepala smpai kaki. Rematik biasa disebut juga dengan nama Arthritis. Secara umum penyakit ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri di lutut, siku, pergelangan maupun di bagian sendi – sendi lain, gangguan di otot dan tendon. B. PENYEBAB a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi : 1. Usia 2. Ras kulit hitam lebih besar resikonya dibanding ras lainnya 3. Genetik 4. Gender wanita



5. Penyakit metabolik seperti diabetes 6. Kelainan bawaan seperti tulang kaki bentuk O atau X b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi : 1. Trauma / cidera 2. Benturan berulang 3. Gemuk 4. Rokok 5. Hormon dan kelemahan otot



C. TANDA DAN GEJALA Nyeri Persendian 1. Bengkak (Reumatoid Nodule) 2. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari. 3. Terbatasnya pergerakan 4. Sendi-sendi terasa panas 5. Demam (Pireksia) 6. Anemia 7. Berat badan menurun 8. Kekuatan berkurang 9. Tampak warna kemerahan disekitar sendi 10. Perbahan ukuran pada sendi dari ukuran normal 11. Pasien tampak anemic Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala sepert: 1. Gerkan menjadi terbatas 2. Adanya nyeri tekan 3. Deformitas bertambah pembengkakan 4. Kelemahan 5. Depresi



D. PENCEGAHAN a) Usia, genetic, gender tidak dapat dicegah b) Hindari cidera c) Benturan berulang d) Gemuk dikurangi e) Menghentikan rokok f) Hindari berjalan lebih dari 2 mil/hari, berlari berdiri terlalu lama, dan mengangkat beban > 25 kg yang dilakukan rutin. E. TERAPI ATAU PENGOBATAN  Obat-obatan a) Obat penghilang nyeri golongan OAINS, ampuh menghilangkan nyeri, tapi hatihati iritasi lambung. b) Obat untuk memperbaiki rawan sendi: gol. Glukosamin surfat dan kondroitin sulfat. c) Obat untuk memberi pelumasan sendi ke lutut seperti: suntikan hialunoronatke ruang sendi d) Obat mengatasi sendi bengkak berisi cairan glukokortikoid ke dalam sendi. e) Fisioterapi. Selain dengan obat-obatan, untuk mengurangi rasa nyeri juga bisa dilakukan tanpa obat, misalnya dengan senam rematik “ senam rematik merupakan jenis senam ringan yang berfungsi mengatasi keluahan yang biasa muncul pada penyakit rematik, misalnya kekakuan dan nyeri sendi, kelemahan dan keteganggan otot. Senam rematik merupakan suatu uapaya untuk mencegah dan meringankan gajala-gejala rematik. Selain juga berfungsi sebagai terapi tambahan terhadap penyakit rematik dalam fase tenang. Seman ini adalah salah satu modal untuk memandu mencegah dan memberikan terapi terhadap gejala rematik atau gejala osteoarthritis (Wahyudi, 2008). Latihan ini juga ditujukan bagi mereka yang sehat dan pasien rematik yang berada dalam kondisi normal atau fase tenang. Gerakan rematik mencangkup delapan komponen gerak yaitu: gereak menjada postur tubuh, peregangan otot, latihan luas gerak sendi, penguatan otot, penguatan kerja



jantung dan paru- paru, latihan keseimbangan, koordinasi serta ketahanan otot. Gerakangerakan senam rematik dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan gerak, fungsi, kekuatan dan, daya tahan otot, kapasitas aerobic, keseimbangan, biomedikanik sendi dan rasa posisi sendi. Senam rematik ini konsentrasinya pada gerak sendi sambil memenggerakan dan menguatkan otot, karena otot-otot inilah yang membantu sendi untuk menopang tubuh (Wahyuni, 2008). Senam rematik dapat dilakukan dalam posisi apapun, baik berdiri maupun duduk, tetapi jika sendi-sendi besar seperti sendi panggul atau sendi lutut tubuh tak cukup kuat menahan berat badan, senam dapat dilakukan dengan duduk. Hal ini berprinsip bahwa latihan fisik apapun harus dilaksanakan sesuai kemampuan dan tidak boleh dipaksakan. Begitu halnya ketika melaksanakan senam rematik sebaiknya tidak dipaksakan agar rasa nyeri tidak bertambah. Bila ingin mendapatkan hasil maksimal, senam rematik dapat dibarengi dengan jenis olahraga lain, misalnya berenang dan bersepeda. Senam rematik dilakukan rutin 3-5 kali seminggu denegan durasi 30-60 menit. Apapun manfaat senam rematik yaitu: 1. Tulang menjadi lebih lentur. 2. Otot-otot akan menjadi tetap kencang. 3. Memperlancarkan aliran darah 4. Memperlancar cairan getah bening 5. Menjaga kadar lemak tetap normal 6. Jantung menjadi lebih sehat 7. Tidak mudah menjadi cedera 8. Kecepatan reaksi menjadi lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Alih bahasa: Irawati, et al. Jakarta Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI, Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran. Jakarta, pp: 437, 1 Smeltzer C. Suzanne., Brunner & Suddartha. 2002. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC. Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S.L. 2007. Buku Ajaran Patofisiologi Edisi 7. Jakarta EGC.



MATERI DEMONSTRASI PENGOBATAN TRADISIONAL HIPERTENSI



Hari / Tanggal



: Rabu, 26 Februari 2020



Tempat



: Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar



Alat dan Bahan



: Serai, waskom, waslap, Air 600 ml (6 gelas),



kompor panci.



1. Manfaat Rebusan Serai hangat Pemberian kompres serai hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang sistem efektor mengeluarkan sinyal yang mulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medula oblongata dari tungkai otak, di bawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan aliran darah ke setiap jaringan bertambah khususnya yang mengalami radang dan nyeri, sehingga terjadi penurunan nyeri sendi pada jaringan yang meradang (Tamsuri, 2012). 2. Cara Pengolahan Rebusan serai hangat a. Bersihkan serai sebanyak 7 batang b. Panaskan 6 gelas air kemudian masukkan serai ke dalam air rebusan hingga menjadi 3-4 gelas c. Basahkan handuk kecil dengan air rebusan serai kemudian tempelkan pada bagian yang nyeri



RUNDOWN ACARA



“GELAS EMAS” 26 FEBRUARI 2020 Jam 07.30-08.00 08.30-09.00 09.00 - selesai



Acara Kumpul panitia dan persiapan kelengkapan acara Briefing panitia 1. Skrinning kesehatan a. Lansia melakukan pendaftaran dan pengambilan nomor antrian b. Lansia melakukan pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan gula darah c. Mahasiswa memberikan KIE 2. Penyuluhan kesehatan Alur acara : a. Mahasiswa



memberikan



penyuluhan b. Mahasiswa melakukan sesi tanya jawab kesimpulan



dari



penyuluhan 3. Self Help Group Alur acara : a. Lansia



yang



telah



selesai



melakukan



proses



skrinning



kesehatan



dibuat



menjadi



kelompok kecil dengan jumlah anggota



5-6



lansia



dengan



didampingi 1 fasilitator b. Lansia akan berbagi pengalaman, pendapat



dan



Seluruh panitia Ketua Panitia Seluruh Panitia



Alur acara



c. Memberikan



Penanggung jawab



hal



lain



yang



berkaitan dengan penyakit yang sedang diderita c. Seluruh anggota akan mendapat giliran



untuk



mengungkapkan



pendapatnya 4. Senam Rematik Alur acara : a. Setelah



mengikuti



kesehatan,



lansia



penyuluhan akan



diajak



mengikuti latihan fisik berupa senam b. Selesai mengikuti senam lansia akan duduk kembali dan diberikan makanan ringan dan aqua 5. Demonstrasi “Kompres Serai Hangat” Alur acara : a. Sembari



menikmati



makanan



ringan, lansia akan diajak untuk mengikuti demonstrasi pembuatan 12.00 12.30 – 13.00 13.00 – selesai



-



kompres serai hangat Pendaftaran Skrinning ditutup



- Estimasi kegiatan selesai Bersih - bersih Evaluasi dari CT dan CI



Seluruh panitia Seluruh panitia Mahasiswa



KEPANITIAAN



Ketua Panitia



: Ni Made Claudia Saraswati, S.Kep



Wakil Ketua Panitia



: Dewa Putu Putrasana, S.Kep



Sekretaris



: Komang Putri Ulantari, S.Kep Ni Wayan Nanda Indriani, S.Kep



Bendahara



: Kadek Cindy Adinda Puspita, S.Kep Ni Nyoman Ayu Komalasari, S.Kep



Sie Ilmiah



: I Wayan Pering Pratama, S.Kep I Gede Ananda Arya Yoga, S.Kep M Andre Marantika, S.Kep



Sie Humas Koordinator



: Komang Sugianto, S.Kep



Anggota



: I Komang Kariana, S.Kep



Sie Konsumsi Koordinator



: Ni Luh Ayu Pitri Yasdani, S.Kep



Anggota



: Ni Kadek Sinta, S.Kep Luh Kadek Norma Wardianti, S.Kep Desak Putu Eka Astuti Permana Dewi, S.Kep Kadek Ayu Sri Juni Lestari, S.Kep Ni Putu Rista Kristina, S.Kep Ni Kadek Ayu Lestari Dewi, S.Kep



Sie Rohani Koordinator



: Ni Kadek Ulan Purnami, S.Kep



Anggota



: Ni Wayan Sulistyari,S.Kep Ni Luh Yogi Suciari, S.Kep



Sie Dokumentasi Koordinator Anggota Sie Acara 1. Skrinning kesehatan



: I Wayan Pering Pratama, S.Kep : I Gede Ananda Arya Yoga, S.Kep



Penanggung Jawab :



Ni Kadek sinta, S.Kep Wayan Pering Pratama S.Kep I Gede Ananda Arya Yoga, S.Kep Ni Wayan Nanda Indriani, S.Kep



2. Penyuluhan kesehatan Penanggung Jawab :



I Komang Kariana, S.Kep I Komang Jaya Sumyarta, S.Kep. Kadek Ayu Sri Juni Lestari, S.Kep. Luh Kadek Norma Wardianti, S.Kep. Ni Nyoman Ayu Komala Sari, S.Kep. Kadek Cindy Adinda Puspita, S.Kep. (penyaji)



3. Self Help Group Penanggung Jawab :



Desak Putu Eka Astuti P.D, S.Kep Dewa Putu Putrasana, S.Kep (Fasilitator) I Putu Deny Suaryana, S.Kep (Fasilitator) Ni Kadek Ulan Purnami, S.Kep (Fasilitator) Ni Made Claudia Saraswati, S.Kep



4. Senam Penanggung Jawab :



Komang Sugianto, S.Kep Ni Putu Rista Kristina, , S.Kep Komang Putri Wulantari, S.Kep Ni Luh Ayu Pitri Yasdani, S.Kep



M Andre Marantika, S.Kep (Instruktur) I Putu Deny Suaryana, S.Kep (Instruktur) Kadek Ayu Sri Juni Lestari, S.Kep. (Instruktur)



5. Kompres Serai Hangat Penanggung Jawab :



I Nyoman Sudiasa, S.Kep. Ni Kadek Ayu Lestari Dewi, S.Kep. Luh De Sri Widiani, S.Kep. Ni Luh Yogi Suciari, S.Kep. Ni Wayan Sulistyari, S.Kep.



DENAH KEGIATAN “GELAS EMAS” 26 FEBRUARI 2020



PANGGUNG



MEJA 3



MEJA 2



MEJA 1



KIE



CEK TENSI DAN GDS



PENDAFTARAN



PROYEKTOR



RANCANGAN ANGGARAN PROGRAM 1. Rencana Anggaran Biaya No 1



Nama Barang Pengadaan



Jumlah 50



Satuan Lembar



2 3



leaflet Konsumsi Canang +



75 1



4 5 6 7



rarapan Serai Baskom Waslap Meja + kursi



10 2 10 3 + 50 TOTAL



Harga Rp. 2000



Total Rp. 100.000



Buah Set



Rp. 5000 Rp. 50.000



Rp. 375.000 Rp. 50.000



Ikat Buah Buah Buah



Rp. 5000 Rp. 25.000 Rp. 5000 Rp. 2000



Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 100.000 Rp. 775.000



2. Rencana Persiapan Alat No 1 2 3 4 5 6 7



Nama Barang Laptop LCD Proyektor Kursi Meja Cuk roll Speaker



Jumlah 1 1 1 50 10 3 1



Satuan Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah