Proposal PTK Discovery Learning [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI KELAS V SDN 2 SUNTENJAYA KECAMATAN LEMBANGKABUPATEN BANDUNG BARAT



Oleh Lilis Nurhidayah 1003417 PGSD IPA-B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2014



LEMBAR PENGESAHAN



LILIS NURHIDAYAH 1003417 PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI KELAS V SDN 2 SUNTENJAYA KECAMATAN LEMBANGKABUPATEN BANDUNG BARAT DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING PROPOSAL



Drs. Dharma Kesuma, M.Pd NIP. 195509271985031 001 PENGUJI SEMINAR PROPOSAL



Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd. NIP. 195009081981011001 Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar



Drs. Nana Djumhana, M. Pd NIP. 195905081984031002



LEMBAR PENGESAHAN



PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI KELAS V SDN 2 SUNTENJAYA KECAMATAN LEMBANGKABUPATEN BANDUNG BARAT



Bandung, 24 Maret 2014 Oleh : LILIS NURHIDAYAH 1003417



Mengetahui, PEMBIMBING PROPOSAL



Drs. Dharma Kesuma, M.Pd NIP. 195509271985031 001



A. JUDUL PENELITIAN Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Pembelajaran Konsep Sifat-Sifat Cahaya Di Kelas V SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lembang-Kabupaten Bandung Barat B. BIDANG KAJIAN A. Mata Pelajaran yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) B. Bidang Kajian penelitian ini adalah pembelajaran konsep Sifat-sifat Cahaya. C. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu adalah salah satu mata pelajaran yang penting untuk diberikan kepada peserta didik di Sekolah Dasar (SD). Dalam pembelajarannya Hakikat IPA ada tiga yaitu IPA sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum, sedangkan proses IPA merupakan proses yang dilakukan oleh para ahli dalam menemukan produk IPA. Proses IPA di dalamnya terkandung cara kerja dan cara berpikir. Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah yang antara lain terdiri atas obyektif, berhati terbuka, tidak mencampur adukkan fakta dan pendapat, bersifat hati-hati dan ingin tahu. Oleh karena itu proses pembelajaran IPA harus mengacu pada hakikat IPA baik IPA sebagai produk, proses, dan pengembangan sikap. Di samping itu, menurut permen 22 tahun 2005 menyatakan bahwa pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut



dalam



menerapkannya



di



dalam



kehidupan



sehari-hari.



Proses



pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh karena itu maka pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan peserta didik secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada peserta didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan,



menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ahmad Susanto (2012 : 170-171) bahwa : “pembelajaran IPA atau sains merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap-sikap ilmiah peserta didik terhadap konsepkonsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA.” Dengan pembelajaran yang bermakna maka peserta didik akan mampu memahami mata pelajaran IPA secara keseluruhan tidak terbatas pada hafalan materi semata. Namun hal ini berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi dilapangan. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di SDN 2 Suntenjaya khusunya di kelas V, proses belajar mengajar masih berpusat pada guru. Kegiatan pembelajan IPA masih dilakukan secara konvensional, dengan guru lebih banyak menerangkan materi pembelajaran dan peserta didik hanya berperan sebagai penyimak. Pembelajaran IPA yang demikina tidak atau belum memberi kesempatan maksimal kepada peserta didik untuk mengembangkan kreatiftasnya. Dimana proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkanknya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam proses belajar mengajar, guru hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber pembelajaran. Permasalahan yang kemudian muncul di lapangan sehubungan hal tersebut adalah peserta didik merasa kurang antusias selama mengikuti pembelajaran yang belangsung,



ketika



guru



menerangkan



banyak



diantaranya



yang



tidak



memperhatikan dan sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti mengobrol, bercanda bahkan ada yang keluar masuk ruangan. Dengan model pembelajaran yang masih konvensional membuat peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman konsep peserta didik pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam.



Salah satunya ditandai dengan rendahnya hasil belajar peserta didik. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa secara umum nilai rata-rata kelas hanya mencapai 57 dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan untuk mata pelajaran IPA di sekolah tersebut yaitu 65. Dengan presentase rata-rata 32 % peserta didik di kelas V menguasai mata pelajaran IPA sedangkan 68% peserta didik kurang menguasai dan memahami mata pelajaran IPA. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik kurang menguasai dan memahami mata pelajaran IPA.. Dari pemaparan diatas, menunjukan



bahwa terdapat keterkaitan antara



rendahnya pemahaman peserta didik dengan proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Model, teknik dan sumber belajar yang digunakan oleh guru selama kegiatan pembelajaran kurang cocok dengan mata pelajaran IPA yang tidak hanya menekankan pada penghafalan materi semata. Maka dari itu guru harus lebih kreatif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang akan disampaikan. Sebagai guru yang baik dituntut untuk dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inofatif sehingga dapat tercipta suasana pembelajaran yang kondusif . Hal ini dimaksudkan agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Berpedoman pada fakta-fakta diatas, salah satu alternatif pemecahan masalah yang dapat diambil adalah dengan penerapan model Discoveri Learning sebagai upaya meningkatan kegiatan pembelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat cahaya. Model Discoveri Learning adalah salah satu model pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik untuk terbiasa menemukan, mencari, dan mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. Model pembelajaran ini mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan peserta didik belajar secara aktif dan mandiri. Kegiatan pembelajaran menekankan agar peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengalami dan menemukan sendiri konsep-konsep yang harus ia kuasai. Model Discovery Learning akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta



mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented Dengan demikian diharapkan peserta didik lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan proses pembelajaran konsep dalam mata pelajaran IPA, dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul:



“Penerapan



Model



Discovery



Learning



Untuk



Meningkatkan



Pembelajaran Konsep Sifat-Sifat Cahaya Di Kelas V SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lembang-Kabupaten Bandung Barat” D. RUMUSAN MASALAH Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan , peneliti merumuskan masalah utama dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah penerapan Model Discovery Learning untuk meningkatkan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya di kelas V SDN 2 suntenjaya?”. Secara spesifik rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1.



Bagaimanakah peningkatan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya melalui



2.



penerapan Model Discovery Learning di SDN 2 Suntenjaya? Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan Model Discovery Learning di SDN 2 Suntenjaya?



E. TUJUAN PENELITIAN Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini secara umum adalah “Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai



penerapan



Model



Discovery



Learning



untuk



meningkatkan



pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya di kelas V SDN 2 suntenjaya. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebgai berikut: 1.



Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan Model Discovery Learning di SDN 2 Suntenjaya



2.



Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan Model Discovery Learning di SDN 2 Suntenjaya



F.



MANFAAT HASIL PENELITIAN Adapun manfaat yang dapat diambil



dari penelitian ini adalah sebagai



berikut: 1.



Manfaat teoritis Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan diperoleh suatu model



pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran IPA sebagai salah satu upaya meningkatkan pemahaman pembelajaran IPA khususnya materi SifatSifat Cahaya yang nantinya dapat dijadikan sebagai refrensi bagi



peneliti



selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta didik 1. Meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai materi sifat-sifat 2.



cahaya Mendorong



3.



mengungkapkan pendapat Mendapatkan pengajaran yang konkrit yaitu tidak hanya sekedar



4.



konsep melainkan proses suatu kejadian Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga



peserta



didik



lebih



aktif,



kreatif,



dan



berani



peserta didik termotivasi dan merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran. b. Bagi guru 1. Meningkatnya



kemampuan



guru



dalam



mengatasi



kendala



pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2. Dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk melakukan proses belajar pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan. 3. Melatih keprofesionalan seorang guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik



c. Bagi sekolah 1. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi. 2. Sebagai masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara intensif dan menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif agar kualitas pembelajaran lebih efektif khususnya pada kualitas sekolah. G. KAJIAN PUSTAKA 1. Karakteristik Pembelajaran IPA a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya. Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam bahasa indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Menurut Ahmad Susanto (2012: 167) menyatakan bahwa Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA atau sains merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenaranya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 1) IPA sebagai produk



IPA sebagai disiplin ilmu disebut produk IPA karena isinya merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori IPA. Jika ditelaah lebih lanjut, fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empirik dalam IPA, sedangkan konsep, prinsip, hukum, dan teori-teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik. 2) IPA sebagai proses Memahami IPA bukan hanya memahami fakta-fakta dalam IPA. Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA yaitu memahami bagaimana



mengumpulkan



fakta



dan



memahami



bagaimana



menghubungkan fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik dalam usaha



untuk



memahami



alam



semesta



ini. Prosedur-prosedur



tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses IPA disebut juga keterampilan belajar seumur hidup. Sebab keterampilan ini dapat juga dipakai di bidang lain dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan, di antaranya adalah: Mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, membuat grafik, membuat table data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. 3) IPA sebagai sikap ilmiah Sikap yang dimaksud antara lain: 1) obyektif terhadap fakta, 2) tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung, 3) berhati terbuka, 4) tidak mencampuradukan fakta dengan pendapat, 5) bersifat hati-hati, dan 6) ingin menyelidiki. c. Tujuan Pembelajaran IPA Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD dalam Kurikulum KTSP menurut Depdiknas, 2006 dalam



http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/05/hakikat-ipa.html secara terperinci adalah: 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, 4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan 6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs Tujuan pembelajaran IPA di SD di samping untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Tujuan tersebut dicapai dengan cara mengajarkan IPA yang mengacu pada hakikat IPA dan menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik. Pembelajaran IPA harus berpusat pada peserta didik serta memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan ide atau gagasan, mendiskusikan ide atau gagasan dengan peserta didik lain serta membandingkan ide mereka dengan konsep ilmiah dan hasil pengamatan atau percobaan untuk merekontruksi ide atau gagasan yang akhirnya peserta didik menemukan sendiri apa yang dipelajari. 2. Pembelajaran Konsep a. Pembelajaran



Menurut Miftahul Huda (2013;2), pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar adalh proses alamiah seseorang. Salah satu bentuk pembelajaran adalah pemrosesan informasi. Hal ini bisa dianalogikan dengan otak atau pikiran kita yang berperan layaknya komputer dimana ada input dan penyimpanan informasi didalamnya. Yang dilakukan otak kita adalah bagaimana memperoleh kembali materi informasi tersebut. Dengan demikian dalam pembelajaran, seseorang perlu terlibat dalam refleksi dan penggunaan memori untuk melacak apa saja yang harus ia serap, yang harus disimpan dalam memorinya dan bagaimana ia menilai informasi yang telah ia peroleh (Glass dan Hoylyoak dalam Miftahul Huda, 2013;2) b. Konsep Menurut Ratna Wilis Dahar (2006;64) konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus. Suatu konsep diakatakn telah dipelajari atau dipahami apabila yang diajar dapat menampilkan perilakuperilaku tertentu. Macam-macam konsep yang kita pelajari tidak terbatas. Flawel (dalam Ratna Wilis Dahar, 2013;62-63) menyatakan bahwa konsepkonsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu sebagai berikut: 1) Atribut, setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda. Contoh-contoh konsep harus mempunyai atribut yang relevan; termasuk jugga atribut yang tidak relevan. 2) Struktur. Struktur menyangkkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut tersebut. 3) Keabstrakan. 4) Keinklusifan. Ini ditunjukan pada jumlah contoh yang terlibat dalam konsep itu. 5) Generalisasi, makin umum suatu konsep makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan konsep lainnya.



6) Ketepatan, menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh dengan noncontoh suatu konsep. 7) Kekuatan. Kekuatu suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting. c. Pemahaman Konsep Menurut W.J.S Poerwodarminto (1996), pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman peserta didik adalah proses, perbuatan, cara memahami sesuatu. Dan belajar adalah upaya memperoleh pemahaman.Hakekat belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian. Berkaitan dengan hal ini J. Murshell (dalam Ardhana, W., Kaluge, L., & Purwanto. 2003) mengatakan: “Isi pelajaran yang bermakna bagi anak dapat dicapai bila pengajaran mengutamakan pemahaman, wawasan (insight) bukan hafalan dan latihan. Menurut Depdikbud, (1988: 636)Pemahaman diartikan sebagai pengertian yang mendalam. Sedangkan Mrozek (2000) menyatakan, pemahaman merupakan suatu proses memahami arti/makna tertentu dan kemampuan menggunakannya pada situasi lainnya. Selanjutnya, Dubinsky (2000) menyatakan, pemahaman tentang konsep materi pembelajaran IPS merupakan hasil konstruksi atau rekonstruksi dari objek-objek pembelajaran IPS yang dilakukan melalui aktivitas aksi, proses, dan objek yang dikoordinasi dalam suatu skema. Skema merupakan struktur kognitif yang digunakan seseorang untuk mengadaptasi dan mengorganisasikan stimulus (pengetahuan) yang datang dari lingkungan (Hudojo, 2003: 59).Sedangkan Bartlett (dalam Davis & Tall, 1999: 1) menyatakan bahwa skema merupakan penuntun dalam melakukan pengorganisasian informasi (pengetahuan) yang masuk dalam sistem memori pada suatu kumpulan pengetahuan.Secara sederhana, skema diibaratkan sebagai konsep-konsep atau kategori-kategori yang dipergunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan stimulusstimulus (pengetahuan/informasi) yang datang dari luar.



Pembelajaran konsep merupakan proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh yang tepat dan yang tidak tepat dari berbagai kategori. (Bruner, Goodnow dan Austin dalam miftahul huda, 2013;81). Pembelajaran konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan batu pembangun berfikir. Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang peserta didik harus mengetahui aturanaturan yang relevan dan aturan-aturan ini berasal dari konsep-konsep yang telah dipelajarinya. (Ratna Wilis Dahar, 2006;62). Pada dasarnya pembelajaran konsep disini merupakan proses kognitif yang terjadi



di dalam diri seseorang. Adapun tiga proses kognitif tersebut



meliputi : (1) proses perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. (Brunner, dalam Ratna Wilis Dahar, 2006;77) Menurut bruner (dalam Ratna Wilis Dahar, 2006;78) perolehan pengetahuan dari proses kognitif itu dapat disajikan dengan tiga cara yaitu : 1) cara penyajian enaktif, cara penyajian melalui tindakan. 2) Penyajian dengan ikonik, didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar yang mewakili suatu konsep tetapi tidak mewakili sepenuhnya konsep itu. Dan 3) penyajian secara simbolik, penyajian yang menggunakan kata-kata atau bahasa. 3. Model Discovery Learning a. Pengertian model Discovery Learning Menurut



Sund



dalam



http://ofiick.blogspot.com/2012/11/m0del-



pembelajaran-penemuan-terbimbing.html,



model



pembelajran



penemuan



terbimbing (Discovery learning) adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental antara lain ialah : mengamati, mencerna, mengerti, menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebgainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri atau



mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing apabila diperlukan atau apabila ada yang dipertanyakan. Sebagaimana diungkapkan oleh Jerome Bruner, Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah sera pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Ratna Wilis Dahar (2006:79). Dari teori belajar Bruner, intinya perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaksi, dan orang mengkanstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan atau diperoleh sebelumnya. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model Discovery adalah model pembelajaran yang mengarahkan siswa kepada data-data serta informasi yang telah disediakan oleh guru untuk diolah sendiri oleh siswa dengan bimbingan guru untuk kemudian siswa sendiri menemukan sebuah prinsip umum dari data dan informasi yang disediakan tersebut. b. Kelebihan model Discovery Learning Dalam



penggunaan



model



discovery



learning



ini



guru



berusaha



meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka model ini memiliki kelebihan sebagai berikut:  Model ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.  Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.  Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.  Model ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing.



 Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.  Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja atau sebagai fasilitator, membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. c. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning adalah sebagai berikut: 1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. 2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). 3) Data collection (pengumpulan data). Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. 4) Data processing (pengolahan data). Data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui



wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis. 5) Verification (pentahkikan/pembuktian). Bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. 6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu. Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. 4.



Aplikasi Model Discovery Learning dalam Pembelajaran IPA Model pembelajaran ini dapat diaplikasikan pada mata pelajaran Ilmu



Pengetahuan Alam materi Sifat-sifat cahaya yang meliputi perencanaannyam tahap-tahap pelaksanaannya dan evaluasinya. 1. Perencanaan a. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). b. Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik. c. Menentukan materi yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). d. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. e. Mengatur materi pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. f. Mempersiapkan penilaian proses dan hasil belajar siswa



2. Pelaksanaan pembelajaran: a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Memberikan rangsangan kepada siswa dengan memberikan permasalahan kepada siswa baik itu pertanyaan, maupun sesuatu yang harus dibuktikan. Permasalahan yang diberikan kepada siswa tentunya berhubungan dengan materi sifat-sifat cahaya baik itu permasalahan berupa sifat-sifat maupun penggunaan bahan tersebut pada alat yang digunakan oleh manusia dikehidupan sehari-hari. b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). Berdiskusi untuk mengidentifikasi sebuah masalah yang telah ditentukan oleh guru. Identifikasi masalah ini bisa dimulai dari contoh alat yang sering siswa lihat dikehidupan sehari-hari mereka yang kemudian mereka analisis serta menggolongkan alat-alat tersebut. c. Data collection (pengumpulan data) Pengumpulan data dilakukan untuk mencari kebenaran data dari hasil identifikasi siswa. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara wawancara, observasi, angket dan sebagainya. Pada materi ini pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara pemberian lembar kegiatan percobaan dan media objek untuk selanjutnya oleh siswa dilaksanakan dengan tujuan membuktikan kebenaran data yang telah didapatkan sebelumnya. Percobaan yang dilakukan akan lebih menekankan pada pembuktian dari sifat-sifat cahaya. d. Data processing (pengolahan data) Data yang telah diperoleh pada saat pengumpulan data kemudian diproses dan disusun secara sistematis oleh siswa, baik itu dengan berupa tabel maupun laporan sederhana yang tidak terstruktur. e. Verification (pembuktian) Setelah data dapat diolah, siswa mencari contoh-contoh benda dan alat yang sering mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mempermudah pekerjaan mereka sesuai dengan sifat serta kegunaan benda tersebut.



f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Menarik kesimpulan dari keseluruhan kegitan yang telah dilaksanakan untuk selanjutnya menjawab dan memecahkan masalah. Kesimpulan yang akan didapatkan oleh siswa adalah berupa sifat-sifat yang dimiliki oleh benda-benda yang digunakan manusia, contoh-contoh benda tersebut sesuai dengan sifatnya serta penggunaan benda tersebut sebagai bahan penyusun alat-alat yang sering digunakan manusia di kehidupan seharihari. H. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu Ichmarunto (2014) dengan judul “Penerapan Model Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Kenampakan Bulan Di Kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Model Discovery pada pembelajaran IPA di Kelas IV SDN 6 Arjawinangun dapat dilaksanakan dengan efektif. Hal ini ditunjukkan pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Data hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum diberikan tindakan dari 25 jumlah peserta didik keseluruhan di kelas IV hanya tujuh orang memenuhi KKM sebesar 70 pada mata pelajaran IPA. Kemudian naik menjadi 10 orang pada siklus I, kemudian pada siklus II naik lagi menjadi 18 orang, dan pada siklus III semua siswa dapat dinyatakan tuntas berdasarkan KKM. Purwanti (2010) dengan judul “Penerapan Guided Discovery Learning dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Bagianbagian Tumbuhan pada Siswa Kelas II SDN Pringo Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang”. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan Guided Discovery Learning. Sebelum tindakan nilai rata-rata 65 dengan ketuntasan 60%. Setelah penerapan Guided Discovery Learning nilai rata-rata siswa pada siklus I naik menjadi 79 dengan ketuntasan belajar 80%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 87,5 dengan ketuntasan belajar 100%. Penerapan Guided Discovery Learning juga meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Rata-rata skor



keaktifan siswa pada siklus I 3,5 atau 75% dan dikatakan baik, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 3,75 atau 93,75% dan dikatakan sangat baik. Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan Guided Discovery Learning dapat meningkatkan penguasaan konsep bagian-bagian tumbuhan pada siswa kelas II SDN Pringo Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Yunari, Naviah (2012) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Discovery Learning Materi Pecahan Di Kelas III SDN 1 Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung”. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan penerapan model discovery learning, diperoleh peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan pada siswa di kelas III. Peningkatan hasil belajar dari pratindakan, siklus I ke siklus II sebagai berikut. Pada tahap pra tindakan rata-rata nilai kelas 53,73 dengan prosentase ketuntasan 32%. Siklus I dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,16 dengan peningkatan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 10%. Siklus II dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 9,22 dengan peningkatan prosentase ketuntasan secara klasikal sebesar 16 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar Matematika setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning. Merujuk dari beberapa temuan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan model Discovery Learning, peneliti merasa tertarik untuk menggunakan model tersebut dalam meningkatkan pemahaman belajar peserta didik. Peneliti yakin dengan model Discovery Learning ini, akan dapat meningkatkan pembelajaran IPA khususnya materi Sifat-sifat Cahaya.



I.



Kerangka Pikir Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori yang dipaparkan diatas,



dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar khususnya di kelas V SDN 2 Suntenjaya masih terdapat banyak permasalahan pembelajaran yang perlu dicarikan jalan



keluarnya sehingga usaha perbaikan hasil belajar dapat mencapai hasil yang diharapkan (mencapai ketuntasan yang di tetapkan). Salah satunya adalah dengan penerapan model Discovery Learning. Model Discovery Learning diprediksi akan meningkatkan pembelajaran konsep Sifat-Sifat Cahaya pada mata pelajaran IPA dengan alasan-alasan berikut : Materi Pembelajaran IPA Pokok bahasan : Sifat-sifat Cahaya a. Standar Kompetensi: 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model b. Kompetensi Dasar: 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya



Kelebihan model pembelajaran Discovery Learning:  Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.  Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.  Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.  Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing.  Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.  Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.



Pembelajaran Konsep Proses pembelajaran: 1. Perolehan informasi 2. Mentransformasikan informasi yang diterima 3. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan



Peningkatan HAsil Belajar Hasil Belajar Meliputi beberapa aspek 1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotor



Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, kelebihan dari Model Discovery Learning diprediksi dapat meningkatkan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran IPA yang nantinya akan berpengaruh pula pada hasil pembelajaran peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.



Karena pada Model Discovery Learning, menekankan agar peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengalami dan menemukan sendiri konsep-konsep yang harus ia kuasai. Dengan demikian materi pembelajaran yang disampaikan dapat diproses dengan baik oleh peserta didik. Kemudian pada pembelajaran dengan penerapan model discovery learning dapat memberi pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Dalam model ini pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan, pengujian atau penelitian, diskusi, penggalian informasi melalui tugas baca atau wawancara, disamping itu juga pendekatan ini dapat memberi peluang pada peserta didik agar dapat belajar lebih bermakna Keberhasilan penggunaan model discoveri learning dalam pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya dengan sendirinya akan dapat meningkatkan hasil belajar (kognitif, psikomotor), terutama pada pemahaman konsep. Untuk dapat mencapai tujuan perbaikan kualitas pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya pada kelas V di SDN 2 Suntenjaya, peneliti menyusun pembelajaran dengan penerapan model discovery learning melalui pelaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. PTK akan dilaksanakan dengan 3 siklus. Siklus I menekankan kompetensi mediskripsikan, siklus II menekankan kompetensi menguji sifat-sifat cahaya, siklus III menekankan kompetensi relevansi materi dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari . J.



DEFINISI OPERASIONAL Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian judul penelitian, maka



penulis mendefinisikannya sebagai berikut : 1. Model Discovery Learning Model Discovery Learning adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik kepada data-data serta informasi yang telah disediakan oleh guru untuk diolah sendiri oleh peserta didik melalui bimbingan guru untuk kemudian siswa menemukan sendiri sebuah prinsip umum dari data dan informasi yang disediakan tersebut..



2. Pembelajaran Konsep Pembelajaran konsep adalah hasil dari memori kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman konsep. Dengan indikator telah mampu menginterpretasikan informasi atau pengetahuan yang ia dapatkan baik secara enaktif, ikonik maupun simbolik. Mengimplementasikan konsep atau pengetahuan yang telah diperoleh untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi serta ketercapaian nilai KKM. Untuk melihat sejauh mana peningkatan pembelajaran konsep yang telah dilaksanakan, dilakukan dengan pengamatan aktivitas peserta didik dan pendidik selama proses pembelajaran berlangsung, dan tes tertulis maupun lisan secara individual dalam bentuk pre test post test. Hasil pengamatan pre test dan post test nantinya akan dianalisi untuk melihat sejauh mana peningkatan yang terjadi dalam pembelajaran konsep, dan hasilnya dinyatakan secara deskriptif kualitatif.



K. Hipotesis Tindakan Menurut Ir. I Made Wirartha, M.Si, (2006:25) Hipotesis merupakan tesis (kesimpulan) yang hipo (tarafnya rendah).Jadi hipotesis merupakan kesimpulan yang tarafnya rendah, disebut demikian karena belum diuji oleh kenyataan empiriknya.Oleh sebab itu pula disebut kesimpulan teoritik.Dan jika telah teruji oleh data empirik dan ternyata benar maka hipotesis itu menjadi tesis. Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan dalam masalah penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut : “ada peningkatan dalam pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya dengan menggunakan Model Discovery Learning di kelas V SDN 2 suntenjaya” L. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas. Menurut Suharsimi, dkk (2010) penelitian tindakan kelas merupakan siatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama. Menurut Kemmis dan



Mc Taggart, (1988) bahwa penelitian tindakan kelas adalah bentuk refleksi diri secara kolektif yang melibatkan partisipan dalam suatu situasi social untuk mengembangkan rasionalisasi dan justifikasi dari praktik pendidikan. Penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru wali kelas V SDN 2 Suntenjaya. Peneliti berperan sebagai guru untuk melakukan tindakan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang dibuat. 2. Prosedur Penelitian Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.



Jasmanyah76.wordpress.com



Dalam pelaksanaannya penilitian secara rinci terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 1)



Perencanaan tindakan, menggambarkan secara rinci hal-hal



yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, diuraikan sebagai berikut: a. Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah, model, dan media yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran



b. Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) d. Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan kegiatan eksperimen e. Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan dikembangkan. f. Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran 2)



Pelaksanaan tindakan berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti, observer, dan peserta didik dalam pembelajaran. Pelaksanaan dilakukan pada bulan Maret-April 2014. Uraian dari tahapan pelaksanaan adalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dalam tahap ini kegiatan pembelajaran yang dirumuskan diaplikasikan dalam kelas. Dengan rincian kegiatan sebagai berikut:  Peneliti sebagai guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning.  Langkah pembelajaran diawali dengan pengeksplorasian pengetahuan awal peserta didik mengenai materi cahaya, kemudian menyebutkan sifat-sifat



cahaya.



Pada



langkah



ini,



guru



sebagai



motivator



mmembangun motivasi peserta didik.  Pembelajaran dilanjutkan dengan penayangan obyek yang dipilih (media pembelajaran interaktif sifat-sifat cahaya). Penayangan CD interaktif ini menjadi salah satu langkah dalam membangun motivasi peserta didik sekaligus memberikan penginderaan mengenai materi pembelajaran yang dilakukan.  Guru memberikan penjelasan sedikit tentang materi dengan bantuan media diatas, kemudian memberikan pertanyaan kepada peserta didik berhubungan dengan materi yang disampaikan.  Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk melakukan eksperimen berkaitan dengan sifat-sifat cahaya. Kegiatan eksperimen ini dilakukan untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik untuk



menemukan sendiri konsep-konsep dalam materi sifat-sifat cahaya sehingga lebih memahami materi tersebut.  Peserta didik membuat kesimpulan dari hasil pengamatannya berupa laporan sederhana.  Salah satu perwakilan peserta didik mempresentasikan masing-masing hasil percobaan yang telah dilakukan kelompoknya.  Pada akhir pembelajaran, pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan dan merespon kegiatan yang telah dialami. Tahap ini merupakan salah satu bentuk konfirmasi dalam pembelajaran. 3)



Observasi, menggambarkan mengenai pengamatan observer terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan sembilan orang peserta didik. Mengobservasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar serta mengobservasi ketercapaian indikator kognitif dan indikator afektif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh observer dengan menggunakan instrument yang telah disiapkan oleh peserta didik.



4)



Refleksi, dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan proses belajar mengajar pada siklus I. Kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam beberapa siklus. Apabila pada siklus II



belum juga mengarah kepada perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar maka dapat dilakukan siklus III. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang diinginkan telah tercapai. Refleksi Awal, perencanaan tindakan, pelaksanaaan tindakan, dan refleksi pada siklus II dapat dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus I dan begitu juga dengan siklus selanjutnya. 3. Teknik Pengumpulan Data Sehubungan dengan adanya pertanyaan penelitian yang tersedia, yaitu : 1)



Bagaimanakah peningkatan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan Model Discovery Learning di SDN 2 Suntenjaya?



2)



Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan Model Discovery Learning di SDN 2 Suntenjaya? Maka terdapat dua jenis data yang diperlukan untuk menjawab



pertanyaan tersebut. a. peningkatan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan Model Discovery Learning Data ini dikumpulkan melalui lembar observasi mengenai aktivitas peserta didik dan pendidik selama kegiatan belajar mengajar dikelas, dan dokumentasi pembelajaran yang diambil oleh observer yang kemudian dianalisis secara deskriptip. b. Data peningkatan hasil belajar peserta didik Data ini dikumpulkan melalui penggunaan lembar observasi aktivitas selama melakukan kegiatan praktikum, penilaian produk yang dibuat peserta didik yang menjadi sampel dalam penelitian dan tes yang dibuat oleh pendidik dalam penelitian ini. Data ini kemudian dianalisis secara deskriptif. 4. Instrumen Penelitian Berikut uraian instrument yang digunakan dalam penelitian : a. Tes Instrument ini digunakan untuk memperoleh data



mengenai



pemahaman peserta didik. Instrument ini berupa tes uraian yang mengukur pemahaman peserta didik terhadap materi berdasarkan indikator pemahaman yang telah ditentukan. Dimana dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu pre test untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta didik tentang materi sifat-sifat cahaya dan post test untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman yang didapatkan peserta didik setelah diberikan treatment. b. Lembar Observasi Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas guru dan peserta didik selama kegiatan belajar mengajar di kelas dengan peneran Model Discovery Learning. Instrumen ini digunakan oleh observer untuk sembilan orang peserta didik. c. Dokumentasi Teknik dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen arsip, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.Dokumen sehubungan penelitian



harus sesuai dengan fokus masalah penelitian dan tujuan. Dalam penelitian ini yang dipakai adalah dokumentasi dalam bentuk foto dan video selama pembelajaran berlangsung.



5. Analisis Data Dalam menjawab pertanyaan penelitian, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang akan digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta mentafsirkan mengenai pemahaman dan keaktifan belajar peserta didik yang diperoleh dari tes uraian serta lembar observasi dan dokumentasi untuk untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik. Menurut Takari (2008: 29)Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: a. b.



c.



Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna. Paparan data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, tabel, grafik, atau perwujudan lainnya yang dapat memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil tindakan lainnya. Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat singkat, padat dan bermakna. . 6. Setting Penelitian Setting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:



a.



Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 2 Suntenjaya yang berjumlah 34 peserta didik.



b.



Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah SDN 2 Suntenjaya yang beralamat di Kp. Gandok Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.



c.



Waktu Penelitian



Waktu penelitian ini diprediksi selesai dalam empat bulan yaitu dari Maret-Juni 2014. M. Sistematika Penulisan Hasil penelitian tindakan kelas ini akan dilaporkan dalam bentuk skripsi. Skripsi yang dimaksud terdiri dari 5 bab. BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional. BAB II



Kajian Teori. Dalam bab ini berisi tentang pengertian 1)



Karakteristik Pembelajaran IPA yang di dalamnya membahas: pengertian IPA, hakikat IPA dan tujuan pembelajaran IPA. 2) Pembelajaran Konsep yang didalamnya membahas juga mengenai pengertian pembelajaran, konsep, dan pemahaman konsep. c) Model Discovery Learning yang didalamnya membahas mengenai pengertian model discovery learning, kelebihannya dan langkah-langkah pelaksanaan model tersebut, d) Aplikasi Model Discovery Learning dalam pembelajaran IPA, e) Kajian hasil penelitian yang relevan dan e). Kerangka berfikir. BAB III



Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang metode



penelitian, model penelitian, lokasi dan waktu, subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian dan analisis dan interpretasi data BAB IV



Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini diurakan tentang



penerapan Model Discovery Learning, penyajian data, analisis data tentang penerapan Model Discovery Learning



dalam meningkatkan pembelajaran



konsep sifat-sifat cahaya di SD kelas V. BAB V Simpulan dan Rekomendasi. Dalam bab ini berisikan tentang simpulan dari hasil penelitian serta rekomendasi yang merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian yang ditemukan.



N. JADWAL PENELITIAN Waktu penelitian adalah empat bulan terhitung mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2014. Urutan kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya disajikan pada berikut.



N o 1 2 3 4 5 6 7



Uraian Kegiatan



Bulan Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4



Perencanaan Penyusunan Proposal Pelaksanaan Tindakan Pengumpulan Data Pengelolaan Data Penyusunan Laporan dan Bimbingan Sidang skripsi



O. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, suharsimi, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Azmiyawati, Choiril dan Hadi, Wigati dkk. (2008). IPA Salingtemas untuk kelas



V



SD/MI.



Jakarta:



Pusat



Perbukuan,



Departemen



PendidikanNasional. Dinas Pendidikan dan kebudayaan (2013) Kabupaten Bandung. Huda, Miftahul. (2013). Model-model Pembelajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sulistyanto, Heri dan Wiyono, Edy. (2008). Ilmu pengetahuan alam untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen PendidikanNasional. Susanto, Ahmad. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana



Widodo, A. DKK. (2010). Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press. Wilis Dahar, Ratna. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Jakarta Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya Neni,



s.



(2012).



BAB



II:Kajian



Pustaka.



[Online].



Tersedia:



http://eprints.uny.ac.id/9741/5/BAB%202%20%2008108244136.pdf. (8 Desember 2013) Ichmarunto (2014). “Penerapan Model Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Kenampakan Bulan Di Kelas IV SDN 6 Arjawinangun Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon”.



[Online].



Tersedia:



[Online].



Tersedia:



http://perpustakaan.upi.edu/index.php? option=com_content&view=article&id=112&Itemid=210.



(21



Maret 2014) Nizbah,



Faizal.



(2013).



Hakikat



IPA.



[Online].



http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/05/hakikat-ipa.html.



Tersedia: (8



Desember 2013). Purwanti



(2010).



“Penerapan



Guided



Discovery



Learning



dalam



Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Bagian-bagian Tumbuhan pada Siswa Kelas II SDN Pringo Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang”. [Online]. Tersedia: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/6064. (21 Maret 2014) Samultian, Cayang. (2013). Hakikat Pembelajaran IPA di SD. [Online]. Tersedia:



http://cayangsamultian.blogspot.com/2013/01/hakikat-



pembelajaran-ipa-di-sd.html. (8 Desember 2013)



Suciati, Rien.(2013).Model Pembelajaran Discovery (penemuan).[Online] Tersedia:



http://riensuciati99.blogspot.com/2013/04/model-



pembelajaran-discovery-penemuan.html Sangsukses. (2013). Pengertian Pemahaman Peserta Didik. [Online] Tersedia:http://www.sangsukses.blogspot.com/Pengertianpemahama npesertadidik.html. (2 November 2013) Surya. (2012). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Ipa Dengan Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) Pada Siswa Kelas Vi Sdn Teratak Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011. [Online] Tersedia:



http://suryaeduc.blogspot.com/2012/10/upaya-



meningkatkan-prestasi-belajar-ipa.html#. (21 Maret 2014) Taufikkurahman. (2012). Model Pembelajaran Terbimbing. .[Online] Terseda: http://ofiick.blogspot.com/2012/11/m0del-pembelajaran-penemuanterbimbing.html. (21 Maret 2013) Tepanus, Haris.(2013).Model Pembelajaran Penemuan.[Online] Terseda: http://haristepanus.wordpress.com/2013/07/18/model-pembelajaranpenemuan-discovery-learning/. (21 Maret 2014) Yuliani, Refi Elfira.(2008). Pendekatan Inquiry Dan Discovery.[Online] Tersedia:



http://refi07.wordpress.com/pendekatan-inquiry-dan-



discovery/ Yunari, Naviah. (2012). “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Discovery Learning Materi Pecahan Di Kelas III SDN 1 Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung”. . [Online]



Tersedia:



ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/19118. 2014)



http://karya(21



Maret



LAMPIRAN



No



Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran oleh Guru Skor Keterangan Aspek yang diamati



I Pengamatan KBM A. Pendahuluan 



Memotivasi siswa







Menyampaikan tujuan pembelajaran



B.



C.



II



III



Kegiatan Inti 



Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa







Membimbing kegiatan







Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok







Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar







Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep



siswa



melakukan



Penutup 



Membimbing rangkuman







Memberikan evaluasi



siswa



membuat



Pengelolaan Waktu Antusiasme Kelas 



Siswa Antusias







Guru Antusias Jumlah



Keterangan : Nilai Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik 4 : Baik Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Murid No 1 2



Aktivitas Guru yang diamati Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa/merumuskan masalah



Skor



PresentaseKeterangan



3 4 5 6 7 8 9



Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya Menyampaikan materi/langkahlangkah/strategi Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum pelajaran No Aktivitas Siswa yang diamati 1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan 2 guru 3 Membaca buku siswa 4 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 5 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan 6 guru 7 Menyajikan hasil pembelajaran 8 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 9 Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi/latihan Keterangan : Nilai Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik 4 : Baik Keterangan presentase dan pengkategorian sikap n Presentase (%) = x 100 % N Ket : n : skor yang diperole N : Skor maksimal 81%-100% % : Tingkat presentase yang dicapai 61%-80% 41%-60% 21%-40%