Proposal Seminar Maret Lengkap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEMINAR KESEHATAN NASIONAL “Preparing The Golden Generation For 4.0 Era”



PROPOSAL “PREPARING THE GOLDEN GENERATION FOR 4.0 ERA”



PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU TAHUN 2018



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jl. Harapan No. 50 Lenteng Agung Jakarta Telp. (021) 78894045



SEMINAR KESEHATAN NASIONAL “Preparing The Golden Generation For 4.0 Era”



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Morbiditas dan mortalitas pada ibu adalah masalah besar di seluruh negara terutama bagi negara miskin serta negara berkembang. Kematian ibu ini disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, serta masa nifas atau penanganannya sedangkan kesakitan ibu disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan atas komplikasi ringan sampai berat berupa komplikasi permanen atau menahun yang terjadi setelah masa nifas (Prawirohardjo, 2010). Angka Kematian Ibu (AKI)termasu ksalah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal darisuatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan



atau



penanganan



(tidaktermasuk



kecelakaanataukasus



insidental)selama kehamilan, melahirkan dan dalam masanifas(42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitung kan lama kehamilannya per100.000kelahiran hidup. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu kewaktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal



SEMINAR KESEHATAN NASIONAL “Preparing The Golden Generation For 4.0 Era”



setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (WHO, 2014). Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014). Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target yang ditentukan okeh Substainable Development Goals (SDGs) dalam 1,5 dekade ke depan mengenai angka kematian ibu adalah penurunan AKI sampai tinggal 70 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2012). Adapun penyebab dari tingginya angka kematian ibu di dunia dan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung meliputi: perdarahan



SEMINAR KESEHATAN NASIONAL “Preparing The Golden Generation For 4.0 Era”



(42%), eklamsi (13%), abortus (11%), partus lama (9%) dan penyebab lainnya (15%). Sedangkan penyebab tidak langsung diantaranya: faktor pendidikan rendah, sosial ekonomi rendah, sistem pelayanan kesehatan yang kurang memadai dan lain-lain (Mochtar, 2012). Penyebab langsung kematian ibu oleh karena perdarahan sampai saat ini masih memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun dinegara maju, terutama pada kelompok sosial ekonomi lemah. Perdarahan dapat terjadi sebelum persalinan (antepartum bleeding) seperti abortus, plasenta previa, dan solusio plasenta. Selain itu perdarahan juga dapat terjadi sesudah persalinan (post partum bleeding)seperti atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta, dan inversi uterus (Hadijanto B, 2012). Kematian ibu juga masih banyak diakibatkan faktor resiko tidak langsung, seperti 65% ibu hamil mengalami keadaan 4 terlalu (terlalu muda menikah, terlalu tua untuk hamil, terlalu sering melahirkan dan terlalu banyak hamil), keterlambatan (3 Terlambat), yaitu terlambat mengambil keputusan dan mengenali tanda bahaya, terlambat dirujuk, dan terlambat mendapat penanganan medis. Salah satu upaya pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong  oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (Profil Kesehatan Indonesia, 2012). Penyebab kematian bayi yaitu Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) 38,94%, asfiksia lahir 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian



SEMINAR KESEHATAN NASIONAL “Preparing The Golden Generation For 4.0 Era”



perinatal dipengaruhi oleh kondis ibu saat melahirkan (Depkes, 2012).Pada 2016 hasil riset Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka kematian bayi (AKB) mencapai 25,5. Artinya, ada sekitar 25,5kematian setiap 1.000 bayi yang lahir. Namun demikian, AKB di Indonesia masih termasuk tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang sudah di bawah 10 kematian per 1.000 kelahiran bayi (Databoks, Katadata Indonseia 2016). Pendidikan seks (sex education) adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih trend-nya “sex education” sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal. Inti penting untuk mencegah biasnya sex education maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Dengan adanya seks edukasi yang berkualitas dapat memberikan gambaran dan perencanaan yang matang terhadap program kehamilan yang berkualitas dan terjangkau. Dari perencanaan itulah maka para ibu dapat mengelola gaya hidup sehat agar tetap cantik setelah melahirkan.



SEMINAR KESEHATAN NASIONAL “Preparing The Golden Generation For 4.0 Era”



Setelah melahirkan, banyak ibu baru yang kurang memikirkan penampilan lalu membenci cermin karena tidak tahan melihat wajah sendiri. Kulit wajah terlihat kusam, mata terlihat berkantung, dan ada noda-noda menghitam di kulit. Sesaat setelah melahirkan, harapan pertama Anda adalah hilangnya hiperpigmentasi pada wajah dan melasma. Namun hal ini tidak terjadi karena hormon Anda belum stabil, dan akan terus berlangsung selama 6 bulan setelah Anda melahirkan. Salah satu problematika bayi dan balita terkini adalah gagal tumbuh (weight faltering). Gagal tumbuh (weight faltering) buka hanya masalah kurang nutrisi. Dampak yang ditimbulkan pun amat besar. Anak berisiko stunting dan otaknya tidak bias berkembang. Dalam bahasa Indonesia weight faltering sering disebut gagal tumbuh. Namun istilah lebih tepat yakni kenaikan berat badan yang tidk adekuat atau tidak sesuai dari yang seharusnya. Kondisi ini ditandai dengan BB bayi turun dan tidak bertambah. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata saat bayi berusia 3 bulan, 33% kenaikan BB-nya tidak adekuat dan semakin lama semakin tinggi. Pada usia 6 bulan, angkanya 68%. Artinya asupan ASI tidak cukup untuk tumbuh. Pada anak dengan BB