Proposal Tab [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS BERMAIN DENGAN TEKNIK MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI DI RSUP PERSAHABATAN RUANG BOGENVIL 2020



Disusun Oleh 1. Sarce. Jidmau 2. Hesta Eminia 3. ...................... 4. ......................



PROGRAM STUDY PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU 2020



BAB I A. Latar Belakang Sumaryoko (2008) menyatakan prevalansi kesakitan anak di Indonesia yang dirawat di rumah cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100 anak, yang ditunjukan dengan selalu penuhnya ruangan anak baik di rumah sakit pemerintah ataupun rumah sakit swasta. Rata-rata anak mendapat perawatan selama enam hari. Selama membutuhkan perawatan yang spesial dibanding pasien lain. Waktu yang dibutuhkan untuk merawat anak-anak 20-45% lebih banyak dari pada waktu untuk merawat orang dewasa (Mc Cherty dan Kozak cit Murniasih, 2009). Respon secara umum yang terjadi pada anak yang dirawat inap antara lain mengalami regresi, kecemasan perpisahan, apatis, ketakutan, dan gangguan tidur, terutama terjadi pada anak dibawah usia 7 tahun (Hockkenberry dan Wilson, 2007). Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Ketika anak menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya anak akan dilarang banyak bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal tersebut mengecewakan anak sehingga dapat meningkatkan kecemasan pada anak (Sumiasih, 2007). Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien anak yang mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang sering dialami seperti menangis, dan takut pada orang baru. Banyaknya stressor yang dialami anak ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang mengganggu perkembangan anak. Lingkungan rumah sakit dapat merupakan penyebab stress dan kecemasan pada anak (Utami, 2014). Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena menghadapi stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak nyaman dan merasakan sesuatu yang menyakitkan (Supartini, 2004). Kecemasan merupakan



perasaan paling umum yang dialami oleh pasien anak terutama usia prasekolah yang sedang menjalani hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan dirumah sakit dan dapat menimbulkan trauma dan stres pada anak yang baru mengalami rawat inap di rumah sakit. Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah (Supartini, 2004). Menurut Wong (2000), hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit sehingga anak harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Kecemasan hospitalisasi pada anak dapat membuat anak menjadi susah makan, tidak tenang, takut, gelisah, cemas, dan tidak mau bekerja sama



dalam



tindakan



medikasi



sehingga



mengganggu



peroses



penyembuhan anak (Stuart, 2007). Masa hospitalisasi pada anak prasekolah juga dapat menyebabkan post traumatic stress disorder (PSTD) yang dapat menyebabkan trauma hospitalisasi berkepanjangan bahkan setelah anak beranjak dewasa (Perkin dkk., 2013). Potter & Perry (2005) menyatakan usia prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3-6 tahun. Pada usia ini, perkembangan motorik anak berjalan terus-menerus. Reaksi terhadap kecemasan yang ditunjukkan anak usia prasekolah yaitu menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Supartini, 2004). Dampak dari hospitalisasi dan kecemasan yang dialami anak usia prasekolah berisiko dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan proses penyembuhan pada anak (Wong, 2004). Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Ketika anak menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya ia akan dilarang untuk banyak bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal tersebut tentunya akan mengecewakan anak sehingga dapat meningkatkan kecemasan pada anak (Samiasih, 2007).



Kecemasan yang dirasakan oleh anak selama hospitalisasi dapat diatasi dengan diberikan terapi bermain. Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada (Katinawati, 2011). Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia prasekolah (Suryanti, 2011). Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan sebutan Terapi Bermain (Tedjasaputra, 2007). Adapun tujuan terapi bermain bagi anak di rumah sakit yaitu, mengurangi perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri (Supartini, 2004). Mewarnai merupakan salah satu permainan yang memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh). Anak dapat mengekspresikan perasaannya dengan cara mewarnai gambar, ini berarti mewarnai gambar bagi anak merupakan suatu cara untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata (Suparto, 2003, dalam Paat, 2010 ). Dengan mewarnai gambar juga dapat memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia pra sekolah sudah sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan perkembangan kemampuan motorik halus dengan mewarnai gambar meskipun masih menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Katinawati (2011) tentang kecemasan anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi menunjukkan adanya perbedaan kecemasan anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain, dimana sebelum diberikan terapi bermain 80% anak mengalami kecemasan sedang dan 20% anak mengalami kecemasan berat dan setelah diberikan terapi bermain 86.7% anak mengalami kecemasan ringan dan 13.3% anak mengalami kecemasan sedang.



Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang diambil dari rekap data di Ruangan Bogenvil, RSUP Persahabatan selama 2 bulan terakhir dari bulan Januari sampai dengan Februari 2020 didapatkan data jumlah pasien anak usia 3-6 tahun sebanyak 70 pasien. Hasil observasi menemukan banyak anak yang menangis terutama saat dilakukan tindakan perawatan. Selain menangis, pasien anak juga tidak mau berpisah dengan orangtua/walinya dan menghindar ketika akan dilakukan tindakan perawatan. di Ruangan Bogenvil, RSUP Persahabatan sudah mempunyai ruang bermain tapi untuk pelaksanaan terapi bermain sendiri belum maksimal. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak 2. TUJUAN KHUSUS a) Anak dapat lebih mengenali warna b) Menurunkan tingkat kecemasan pada anak c) Mengembangkan imajinasi pada anak



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Bermain 1. Definisi Bermain Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara suka rela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Suhendi, 2001). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang



untuk



memperoleh



kesenangan,



tanpa



mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak, Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. 2. Klasifikasi Bermain a. Klasifikasi Bermain Menurut Isi 1) Social affective play Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.



2) Sense of pleasure play Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir. 3) Skill play Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulangulang misalnya mengendarai sepeda. 4) Dramatika play role play Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu. b. Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial 1) Solitary play Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler. 2) Paralel play Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school. 3) Asosiatif play Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya. 4) Kooperatif play Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen (Erlita, 2006).



3. Fungsi Bermain Anak dapat melangsungkan perkembangannya: a. Perkembangan Sensorik Motorik Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu, misalnya meraih pensil. b. Perkembangan Kognitif Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan). c. Kreativitas Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok. d. Perkembangan Sosial Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam kelompok. e. Kesadaran Diri (Self Awareness) Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku terhadap orang lain. f. Perkembangan Moral Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan dengan aturan kelompok. g. Terapi Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak, misalnya : marah, takut, benci. h. Komunikasi Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran (Hurlock, Elizabeth B. 1999). B. Tinjauan Umum Mewarnai Gambar 1. Defenisi Mewarnai Gambar Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi



permainan yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak (Erlita, 2006). 2. Manfaat Mewarnai Gambar a. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”). b. Dengan



bereksplorasi



menggunakan gambar,



anak



dapat



membentuk, mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus. c. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan media kertas gambar dan crayon. d. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata. e. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan negatif. f. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci. g. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah sakit (Erlita, 2006). C. Sasaran 1. Anak usia pra sekolah (3 – 5 tahun) 2. Anak yang dirawat di ruang Bogenvil RSUP Persahabatan 3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi proses terapi bermain 4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai 5. Anak yang dapat memegang crayon 6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar



D. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan 



Waktu



: Menyesuaikan







Tempat



: Ruang Bogenfil RSUP Persahabatan



E. Jenis Permainan Mewarnai gambar F. Media 1. Kertas crayon 2. Pensil warna 3. Karpet 4. Tissue 5. Lembar penilaian G. Metode Ceramah dan demonstrasi H. Pengorganisasian Acara 1. Leader



: Sarce. Jidmau



2. Co Leader



: Hesta. Eminia



3. Fasilitator



: Moxen



4. Observer



: La Ode



I. Pelaksanaan Kegiatan No



Waktu



Kegiatan



Subyek Terapi



1.



5 Menit



Ruangan, alat, anak dan keluarga siap



2.



20 Menit



Persiapan : 1. Menyiapkan ruangan. 2. Menyiapkan alat-alat. 3. Menyiapkan anak dan keluarga Pelaksanaan : 1. Membuka proses terapi bermain dengan mengucapkan salam, memperkenalkan diri. 2. Menjelaskan pada anak dan



Menjawab salam, Memperkenalkan diri, Memperhatikan



3.



5 menit



keluarga tentang tujuan dan manfaat bermain 3. menjelaskan cara permainan. 4. Mengajak anak bermain. 5. Mengevaluasi respon anak dan keluarga. Penutup : Menyimpulkan, mengucapkan salam



Bermain bersama dengan antusias dan mengungkapkan perasaannya Memperhatikan menjawab salam



dan



J. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a) Apakah waktu pelaksanaan terapi aktivitas telah disepakati dan ditetapkan. b) Apakah tempat dan perlengkapan acara telah dipersiapkan c) Media apa saja yang digunakan dalam kegiatan terapi d) Apakah tim telah terbentuk 2. Evaluasi proses a) Jumlah peserta sesuai jumlah pasien anak di ruang Bogenvil RSUP Persahabatan b) Apakah anak aktif dalam mengikuti kelangsungan acara c) Apakah media dan alat bantu dapat digunakan secara efektif d) Apakah acara bisa berjalan sesuai rencana 3. Evaluasi hasil a) Apakah anak mengetahuai kondisi kesehatannya dan mampu melakukan usaha untuk meningkatkan tumbuh kembang dan status kesehatannya b) Apakah anak mengikuti kegiatan hingga kegiatan selesai



BAB III KEGIATAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK USIA 3 – 5 TAHUN A. Pelaksanaan Kegiatan Pada bab ini akan di uraikan aplikasi satuan acara kegiatan terapi aktivitas bermain pada anak di ruang Bogenvil RSUP Persahabatan pada tanggal di sesuaikan. Dengan kegiatan yang dilaksanakan yaitu, terapi bermain mewarnai gambar. B. Terapi Mewarnai Gambar 1.



Nama Kegiatan Mewarnai gambar



2. Waktu dan Tempat a) Waktu : disesuaikan b) Tempat : Ruang Bogenvil RSUP Persahabatan 3.



Sasaran a) Anak usia toddler (3 - 5 tahun) b) Anak yang dirawat di ruang Bogenfil RSUP Persahabatan c) Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi proses terapi bermain d) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai e) Anak yang dapat memegang crayon f) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar



4. Pelaksanaan Belum dilaksanakan 5. Media Kertas crayon dan pensil warna



6. Hambatan Belum ada hasil/Belum dilaksanakan 7. Evaluasi Belum ada hasil/belum dilaksanakan 8. Dokumentasi



DAFTAR PUSTAKA Euklesia Wowiling. Dkk, 2017. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat Hospitalisasi Di Ruangan Irina E Blu Rsup. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hockenberry M and Wilson D. 2007. Pediatric Nursing. ISBN. Perkins,D.N, & Weber,R.J.(1992).InventiveMind:CreativeinTechnology.New York: University Press Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1,Edisi 4. Jakarta: EGC. Katinawati. 2011. Pengaruh Terapi Bermain Dalam Menurunkan Kecemasan pada Anak Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Jurnal dalam http://www.google.com/search? Yang dikutip pada tanggal 15 Februari 2013 jam 10.00 WIB Sumaryoko. 2008. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Terapi Bermain Anak di RS Sewilayah Boyolali. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://digilib.inimus.ac.id/fiks/disk1 diakses Februari 2016 Supartini. 2014. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC. Syamsiah. 2007. Studi Fisika-Kimia Oseanografi Perairan Tonyaman Kabupaten Polewali Mandar Untuk kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar. Stuart, G. W. 2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC. Tedja Saputra, Mayke S. 2007. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo. Utami, Christina Whidya. 2014.Manajemen Ritel. Jakarta: Salemba Empat.