Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Religius [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL TERAPI RELIGI BAGI LANSIA



A. Latar Belakang Masa lanjut usia (lansia) atau menua adalah proses tahapan paling akhir dari siklus hidup seseorang. WHO (2013) menyatakan masa lanjut usia dibagi menjadi 4 golongan, yakni usia pertengahan/middle age, 45-59 tahun, lanjut usia/elderly, 60-74 tahun, lanjut usia tua/old, 75-90 tahun dan usia sangat tua/very old diatas usia 90 tahun. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, proporsi populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia tahun 2013 telah mencapai 737 juta jiwa dan sekitar dua pertiga dari jumlah lansia tersebut tinggal di negara Indonesia. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan jika pada tahun 2013 penduduk lansia di Indonesia 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan hidup (UHH) sekitar 67,4 tahun (4). Biro Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan jumlah lansia pada tahun 2020 menjadi 28,8 juta atau 11,34% dan pada tahun 2025 jumlah penduduk di Indonesia seperlimanya adalah lansia Diproyeksikan pada tahun 2020 populasi lansia meningkat 7,2%, hampir sepadan dengan proporsi lansia di negara-negara maju dan berkembang saat ini. (Rahmawati, 2015) B. Pembahasan Topik Terapi Religius 1) Terapi Religius Kata “therapy” (dalam Bahasa Inggris) bermakna pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahasa arab kata therapy sepadan dengan yang berasal dari, yang artinya menyembuhkan, seperti yang telah digunakan oleh Muhammad abdul aziz al khalidiy dalam kitabnya “ Al Istisya btl Qur’an, firman allah ta’ala yang memuat kata syifa: surah yunus, 10:57, artinya : hal manusia, sesungguhnya telah datang kepada mu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orangorang beriman. (QS. Surah yunus, 10:57) dan Al-Isra 82. Artinya : dan kami turunkan dari Al-quran suatu yang menjadi penawar dan rhmat bagi orang-orang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS Al-Isra 82). Terapi dilihat dari etimologis berasal dari kata Therapy 1



yang bermaksud suatu kaedah rawatan tanpa menggunakan obat-obatan. Adapun kata religi berasal dari bahasa latin. Menurut suatu pendapat demikian Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama, memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam agama selanjutnya terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan tuhan, dan agama lebih lanjut lagi memang mengikat manusia dengan tuhan. Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit. 2) Model-model Terapi Religius a. Terapi dengan kesabaran. Sabar memiliki faedah yang besar dalam mendidik jiwa dan menguatkan kepribadian muslim hingga menambah kekuatannya untuk dapat memikul beban kehidupan dan memperbaharui semangat untuk menghadapi segala permasalahan hidup. Sabar adalah salah satu penyebab datangnya keberuntungan sehingga memperoleh kemenangan dalam menggapai surge yang kekal. b. Terapi shalat Ritual shalat memliki pengaruh yang sangat luar biasa untuk terapi rasa galau dan gudah dalam diri manusia, dengan mengerjakan shalat dengan khusyu’ yakni dengan niat menghadapkan dan berserah diri secara total kepada Allat SWT, serta meninggalkan segala kesibukan maupun problematika kehidupan. c. Terapi zikir Zikir kepada allah bisa membangkitkan rasa aman, tentram, dalam jiwa karena aktivitas ini merupakan sebentuk terapi bagi kegelisahan yang biasa dirasakan orang saat menghadapi dirinya lemah dan tidak mampu menghadapi tekanan dan bahaya.



2



d. Terapi doa Bagi orang-orang yang beriman, dengan berdoa segala kesulitan dapat dihadapi dengan tenang karena dengan berdoa segala kesulitan dapat dihadapi dengan tenang karena dengan berdoa kepada Allah yang maha mendengar dan maha mengabulkan doa, maka harapannya akan bersemi kembali dan kesulitannya bisa diatasi. e. Terapi baca Al-Qur’an Dalam Al-Qur’an sebagai dasar dan sumber ajaran Islam banyak ditemui ayatayat yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental.



C. Tujuan Terapi Religi 1. Tujuan Umum Lansia mampu menyebutkan tentang pengetahuan dalam kegiatan beribadah sehari - hari. 2. Tujuan Khusus a. Lansia mampu menyebutkan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an b. Lansia mampu menyebutkan bacaan dalam sholat c. Lansia mampu menyebutkan do’a dalam kehidupan sehari-hari d. Lansia mampu mengaplikasikan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, bacaan dalam sholat, dan do’a dalam kehidupan sehari-hari D. Metode Pelaksanaan 1. Diskusi 2. Permainan E. Sasaran Sasaran dalam kegiatan TAK adalah Lansia yang mampu berinteraksi dengan orang lain (kooperatif), berjumlah 6 orang.



3



F. Langkah-Langkah 1. Persiapan a. Memilih peserta lansia yang kooperatif b. Membuat kontrak dengan peserta c. Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan.



2. Orientasi a. Memberikan salam terapeutik b. Menanyakan perasaan peserta saat ini c. Kontrak : Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memvalidasi tentang pengetahuan dalam kegiatan beribadah. Menjelaskan aturan main sebagai berikut: 1. Jika ada peserta yang akan meninggalkan tempat harus meminta ijin pada terapis. 2. Jika peserta akan menjawab



pertanyaan dianjurkan untuk angkat



tangan terlebih dahulu. 3. Lama kegiatan 45 menit 4. Setiap peserta wajib mengikuti



kegiatan



dari



awal sampai



dengan selesai



3. Tahap Kerja A. Fase I ( Evaluasi pengetahuan ) a) Terapis memperkenalkan diri. b) Terapis membagikan papan identitas kepada peserta c) Terapis menjelaskan setiap fase permainan yang akan dilakukan. d) Hidupkan musik religi dan edarkan 2 bola searah dengan jarum jam. e) Pada



saat



musik



berhenti, peserta yang memegang bola 1 mendapat



giliran untuk menjawab pertanyaan yang akan diberikan terapis, jika pertanyaan tidak terjawab,



pertanyaan



dilempar



kepada peserta yang memegang bola 2



untuk menjawabnya. f)



Terapis memberikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab pertanyaan sesuai kemampuan.



4



g) Terapis memberi reinforcement positif kepada peserta atas keberanian dalam menjawab. h) Pada fase ini di targetkan setengah dari peserta menjawab.



B. Fase II ( Menginterpretasikan gambar religi ) a) Terapis menjelaskan setiap fase permainan yang akan dilakukan. b) Hidupkan musik religi dan edarkan bola searah dengan jarum jam. c) Pada saat musik berhenti, peserta yang memegang bola mendapat giliran untuk memilih amplop yang akan diberikan oleh terapis. d) Terapis memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan perasaannya setelah melihat gambar di tangannya. e) Terapis



memberi reinforcement



positif



kepada



peserta atas keberanian



dalam mengungkapkan.



4. Tahap terminasi a. Evaluasi Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti TAK Memberi reinforcement positif atas keberhasilan peserta b. Rencana tindak lanjut Terapis meminta peserta untuk mengaplikasikan dalam kehidupannya sehari – hari. c. Kontrak yang akan datang Menyepakati kegiatan berikutnya Menyepakati waktu dan tempat



5. Tahap Evaluasi A. Evaluasi proses a.) Mengadakan kontrak waktu, topik dan tempat pada pembimbing dan peserta sebelum kegiatan TAK. b.) Kegiatan dimulai dengan fase perkenalan, pelaksanaan dan evaluasi c.) Kegiatan TAK dapat berlangsung sampai selesai



5



d.) Semua peserta bisa mengikuti TAK dari awal sampai akhir dan datang tepat waktu e.) Proposal TAK dikonsulkan 1 hari sebelum TAK



B. Evaluasi struktur a.) Leader: Dapat memandu jalannya TAK dengan baik. Dapat memotivasi peserta untuk memberikan pendapatnya. b.) Fasilitator Mampu memotivasi peserta dampingannya mematuhi aturan main yang ada. Mampu



memotivasi peserta dampingannya untuk memberikan pendapat.



c.) Peserta Semua peserta bisa bersemangat mengikuti kegiatan TAK ini.



6



DAFTAR PUSTAKA



Andriyani, Juli. 2013. Terapi Religius Sebagai Strategi Peningkatan Motivasi Hidup Usia Lanjut. Banda Aceh : Kepustakaan IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh Rahmawati, Kurnia dkk. 2015. Pendidikan Kesehatan Terkait Pengetahuan Lansia Terhadap Posyandu Lansia. Banjarbaru : Kepustakaan Universitas Lambung Mangkurat, Fakultas Kesehatan Masyarakat https://dokumen.tips/documents/proposal-tak-gerontik-religi.html, Diakses 21 Oktober 2018, 08.00 WITA



7