Proposaltak PK - Kelompok 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MERAK RSJ PROVINSI JAWA BARAT



Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Jiwa



Disusun oleh : Irma Tri Mulia



220112160036



Rafianti Nurfauziah F



220112160079



Rochmah



220112160104



Citra Dwi Lestari



220112160124



Rahmi Sri Awalianti



220112160138



Syifa Nashuha



220112160141



Annisa Rizqonah



220112160088



PROGRAM PROFESI NERS XXXII FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 LEMBAR PENGESAHAN



TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MERAK RSJ PROVINSI JAWA BARAT Disusun oleh: Irma Tri Mulia



220112160036



Rafianti Nurfauziah F



220112160079



Rochmah



220112160104



Citra Dwi Lestari



220112160124



Rahmi Sri Awalianti



220112160138



Syifa Nashuha



220112160141



Annisa Rizqonah



220112160088



Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal ______________________ Mengetahui,



Pembimbing Lapangan



(............................................................)



TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI PADA PERILAKU KEKERASAN



I. LATAR BELAKANG Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Ruang Merak Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, sebagian besar klien masuk RS Jiwa Provinsi Jawa Barat karena pasien memiliki riwayat melakukan perilaku kekerasan. Terdapat 4 orang pasien yang memiliki kriteria perilaku kekerasan. Oleh karena itu, perawat akan melakukan “Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku Kekerasan (TAK PK)” agar klien tidak menciderai diri sendiri maupun orang lain. II. TOPIK KEGIATAN Terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi perilaku kekerasan. III.



TUJUAN 1. Tujuan Umum Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya. 2. Tujuan Khusus Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual, dengan cara: a. Klien mampu mendiskusikan agama dan kepercayaan masing masing klien. b. Klien mampu mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing masing klien. c. Klien mampu menuliskan kegiatan ibadah masing masing klien. d. Klien mampu untuk memilih satu kegiatan ibadah. e. Klien mampu mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.



IV.



LANDASAN TEORI A. Perilaku kekerasan 1. Definisi Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2009). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan dimana hal tersebut untuk



mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart & Sundeen, 2005). 2. Faktor Predisposisi Ada beberapa faktor



yang



mempengaruhi



terjadinya



perilaku



kekerasan yaitu : a. Faktor psikologis Psychoanalytical theory: teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup yang di ekspresikan dengan seksualitas dan kedua insting kematian yang di ekspresikan dengan agresivitas. Frustation-aggresion theory: teori yang dikembangkan oleh pengikut freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan tindakan agrresif mempunyai riwayat perilaku agresif. Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif, mendukung pentingnya peran dari perkembangan presdiposisi atau pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak. Beberapa contoh dari pengalaman tersebut: 1) Kerusakan otak organik, retardasi mental sehingga tidak mampu untuk menyelesaikan secara efektif. 2) Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada masa kanak-kanak, atau seduction parental, yang mungkin telah merusak hubungan saling percaya dan harga diri. 3) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga membentuk pola pertahanan atau koping. b. Faktor sosial budaya Social-Learning Theory: teory yang dikembangkan oleh Bandura (1977) dalam Yosep (2009) ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat



dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap kebangkitan emosionalnya



secara



agresif



sesuai



dengan



respon



yang



dipelajarinya. Pelajaran ini bisa internal atau eksternal. Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif. c. Faktor biologis Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agrsif



mempunyai



dasar



biologis.



Penelitian



neurobiologi



mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus bidatang ternyata menimbulkan perilaku agresif. Rangsangan yang diberikan terutama pada nukleus periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis dll. Jika kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional) dan lobus temporal. Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif: serotonin, dopamin, norepineprine, acetilkolin dan asam amino GABA. Faktor-faktor yang mendukung: 1) 2) 3) 4)



Masa kanak-kanak yang mendukung Sering mengalami kegagalan Kehidupan yang penuh tindakan agresif Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)



3. Faktor Presipitasi Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan (Yosep, 2009): a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.



b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi. c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik. d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat



anaknya



dan



ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa. e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi. f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap 4. Tanda dan Gejala Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : a. Fisik 1) Muka merah dan tegang 2) Mata melotot/ pandangan tajam 3) Tangan mengepal 4) Rahang mengatup 5) Postur tubuh kaku 6) Jalan mondar-mandir b. Verbal 1) Bicara kasar 2) Suara tinggi, membentak atau berteriak 3) Mengancam secara verbal atau fisik 4) Mengumpat dengan kata-kata kotor 5) Suara keras 6) Ketus c. Perilaku 1) Melempar atau memukul benda/orang lain 2) Menyerang orang lain 3) Melukai diri sendiri/orang lain 4) Merusak lingkungan 5) Amuk/agresif d. Emosi Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut. e. Intelektual Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.



f. Spiritual Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar. g. Sosial Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran. h. PerhatianBolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual. 5. Rentang Respon Menurut Yosep (2007) perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik). Respon Adaptif



Asertif



Respon Maladaptif



Frustasi



Pasif



Agresif



Kekerasan



Gambar 1. Rentang Respon Setiap orang mempunyai kapasitas berperilaku asertif, pasif dan agresif sampai kekerasan. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa : a. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan. b. Frustasi



d.



: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternatif. c. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya. Agresif : perilaku yang menyertai marah terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol. e. Kekerasan: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol. Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanivestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia ”tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan.” Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon yang tidak normal (maladaptif). 6. Mekanisme Koping



Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah: a. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain. b. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/ keinginan tidak baik. c. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan. d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan. e. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan bermusuhan pada objek yang berbahaya. f. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang yang dianggap berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang harga diri rendah (HDR), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain tidak dapat diatasi maka akan muncul halusinasi berupa suara-suara atau bayangbayangan yang meminta klien untuk melakukan kekerasan. Hal ini data berdampak



pada keselamatan



dirinya dan orang lain



(resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini yang menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif). V. KRITERIA PASIEN Kriteria pasien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktifitas kelompok ini adalah: a. Klien dengan riwayat perilaku kekerasan. b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang. c. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative). VI.



PROSES SELEKSI



a. Berdasarkan observasi klien sehari-hari b. Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan mengenai prilaku klien sehari-hari c. Hasil diskusi kelompok d. Berdasarkan asuhan keperawatan e. Adanya kesepakatan dengan klien. VII.



URAIAN STRUKTUR KELOMPOK 1. Tempat Ruang rawat inap Merak di RSJ Provinsi Jawa Barat 2. Hari/Tanggal Selasa, 12 September 2016 3. Waktu Waktu TAK dari jam 09.30 - 10.15 WIB



4. Media a. Leaflet b. Speaker c. Kertas HVS dan pulpen 5. Pengorganisasian Leader : Annisa Rizqonah Co Leader : Rochmah Observer : Rafianti Nurfauziah Fasilitator : 1. Rahmi Sri Awalianti 2. Syifa Nashuha 3. Citra Dwi Lestari 4. Irma Tri Mulia Nama klien peserta TAK a) Klien 1 : Tn. A b) Klien 2 : Tn. D c) Klien 3 : Tn. Z d) Klien 4 : Tn. B 6. Struktur Penugasan 1. Leader : Annisa Tugas : a. Memimpin TAK : merencanakan, mengontrol, dan mengendalikan jalannya TAK b. Membuka acara TAK c. Memimpin perkenalan d. Menjelaskan topik, tujuan dan lamanya TAK



e. Menjelaskan proses kegiatan f. Menetralisir masalah g. Menutup kegiatan TAK 2. Co. Leader : Rochmah Tugas : a. Membacakan tata tertib b. Mengambil alih tugas leader apabila jalannya TAK pasif dan menyerahkannya kembali kepada leader apabila jalannya TAK sudah normal kembali c. Membantu leader dalam menjelaskan aturan main kegiatan d. Menjelaskan teori sesuai topik e. Mengingatkan leader jika ada tahapan yang terlewati 3. Fasilitator : Irma, Rahmi, Syifa, dan Citra Tugas : a. Memfasilitasi kegiatan TAK 1) Mempertahankan kehadiran peserta 2) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta 3) Mempertahankan dan meningkatkan rasa percaya antara fasilitator dan peserta 4) Meningkatkan kepercayaan diri peserta 5) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok 4. Observer : Rafianti Tugas : a. Mengobservasi jalannya kegiatan TAK dari awal sampai akhir b. Mengobservasi semua perilaku klien dan peran anggota terapis c. Mengidentifikasi segala hambatan yang terjadi selama kegiatan berlangsung d. Mengevaluasi jalannya TAK dari awal sampai akhir e. Menilai jalannya kegiatan dan menentukan juara f. Mengumumkan penilaian 7. Langkah-langkah Kegiatan 1) Persiapan a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi



b. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana yang tenang dan nyaman) 2) Orientasi a. Salam terapeutik Mengucapkan salam terapeutik b. Perkenalan Perkenalan



dengan



menyebutkan



nama



lengkap,



nama



panggilan, alamat asal dan hobi c. Membuka pembicaraan dengan topik umum Membuka pembicaraan dengan topik umum yaitu salah satunya dengan menanyakan perasaan klien hari ini d. Validasi kontrak (topik, waktu, dan tempat) a)



Topik



: Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi



b)



Waktu



: Selasa, 12 September 2016



c)



Tempat : Ruang Merak



perilaku kekerasan



e. Menjelaskan tujuan a) Tujuan Umum Peserta TAK mampu mengendalikan perilaku kekerasan sesuai dengan yang biasa dilakukannya. b) Tujuan Khusus Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa dilakukannya. f. Menjelaskan aturan main a) Peserta TAK harus hadir paling lambat 5 menit sebelum acara dimulai. b) Selama kegiatan berlangsung, semua anggota kelompok tidak diperbolehkan meninggalkan ruangan. c) Selama kegiatan berlangsung, semua anggota kelompok tidak mengganggu anggota yang lainnya. d) Selama kegiatan berlangsung semua anggota kelompok tidak diperkenankan makan, minum, dan merokok.



e) Setiap anggota kelompok yang akan berbicara harap mengacungkan



tangan,



dan



berbicara



apabila



dipersilahkan oleh leader. f) Bagi peserta yang akan pergi ke toilet, dipersilahkan sebelum acara dimulai g) Peserta tidak diperbolehkan membicarakan hal-hal lain di luar topik TAK. h) Peserta yang melanggar aturan, diperingatkan dan tidak diperkenankan mengikuti kegiatan selanjutnya. 3) Kerja f. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai papan nama g. Terapis memandu peserta untuk melakukan senam otak sebelum memulai kegiatan h. Menanyakan agama dan kepercayaan masing masing klien. i. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing masing klien. j. Menuliskan kegiatan ibadah masing masing klien. k. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah. l. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih. m. Memberikan pujian pada penampilan klien. 4) Terminasi a. Evaluasi a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK. b) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari. c) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar. b. Tindak lanjut a) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi. b) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi social yang asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.



c) Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien. c. Kontrak yang akan datang a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur. b) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya. d. Do’a e. Salam terapeutik VIII. EVALUASI DAN DOKUMENTASI 1. Evaluasi Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut: Sesi 4 : TAK Stimulasi persepsi perilaku kekerasan Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual



No



Nama Klien



Mempraktikkan



Mempraktikkan



Kegiatan ibadah pertama



Kegiatan ibadah kedua



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Petunjuk: a) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.



b) Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua kegiatan ibadah pada saat TAK. Beri tanda centang jika klien mampu dan tanda silang klien tidak mampu. 2. Dokumentasi Dokumentasikan kemampuan yang dimilki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.Contoh : klien mengikuti sesi 4 , TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal). IX. ALAT BANTU 1. Media yang digunakan a. Name tag b. Kertas HVS c. Buku catatan dan spidol/pulpen d. Pemutar Musik/ lantunan ayat suci Al-Qur’an e. Jadwal kegiatan klien 2. Metode a. Dinamika kelompok b. Diskusi dan tanya jawab c. Bermain/simulasi X. SETTING TEMPAT 1. Terapis, klien, dan observer duduk bersama dalam lingkaran. 2. Ruangan nyaman dan tenang.



L



Co-L



F1 P1



F3 P3 F2



F4



P2



F4 O1



:



Keterangan :



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Terapis = Leader dan Co Leader O = Observer F = Fasilitator P = Klien L = Leader Co-L = Co-Leader



XI. PELAKSANAAN WAKTU



KEGIATAN



09.30-09.35



PENANGGUNG JAWAB CO Leader



Orientasi 1.



Salam terapeutik



2.



Orientasi



3.



Evaluasi validasi



4.



Kontrak



09.35-10.05



a. Klien mampu mendiskusikan agama dan Leader, terapis, fasilitator kepercayaan masing masing klien. b. Klien mampu mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing masing klien. c. Klien mampu menuliskan kegiatan ibadah masing masing klien. d. Klien mampu untuk kegiatan ibadah. e. Klien mampu



memilih



satu



mendemonstrasikan



kegiatan ibadah yang dipilih. Terminasi 10.05-10.15



1.



Evaluasi



2.



Tindak lanjut



3.



Kontrak yang akan datang



Leader, terapis, co leader, observer



DAFTAR PUSTAKA Keliat, Budi Anna dan Akemat.2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.Jakarta:EGC Farida Kusumawati,dkk.. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC