Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Gangguan Saluran Cerna Bawah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REVISI



LAPORAN KASUS DIETETIK 1 GANGGUAN SALURAN CERNA BAWAH (FISTULA CHRON’S DISEASE) COLECTOMY ABDOMINAL TOTAL DENGAN ILEOSTOMY Dosen Pengampu : Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si. Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi. Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD. Dr. Etika Ratna Noer, S.Gz, M.Si.



Disusun oleh : KARTIKAWATI TAUFIK



22030118130048



Kelas Genap



UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU GIZI 2020



STUDI KASUS DIETETIK 1 SALURAN CERNA BAWAH I.



LATAR BELAKANG Ny. M adalah wanita 33 tahun dengan diagnosis fistula Crohn’s disease yang menjalani colectomy abdominal total (TAC) dengan ileostomi (End Ileostomy). Dia mengalami kesulitan pasca operasi dengan komplikasi ileus, ostomi tinggi, dan kesulitan diet oral. Pasien dirujuk konsul gizi karena output ostomi tinggi dan malabsorpsi. Limbah ileostominya encer dan berair. Anatomi: Ny. M memiliki usus halus untuk ileostomi dan tidak ada usus besar yang tersisa, tidak katup ileocecal (ICV), tidak ada rektum, dan tidak ada anus. Ny. M tidak memiliki potensi lebih lanjut untuk operasi penyambungan kembali usus. Riwayat asupan oral: Penurunan nafsu makan dan asupan oral selama 3 bulan terakhir karena sakit perut, mual, dan diare. Sebelum masuk rumah sakit, Ny. M makan dengan porsi sama dengan yang biasa. Tidak dapat konsumsi suplemen nutrisi. Cairan: minum banyak cairan (kopi, es teh, air), 8 sampai 10 gelas per hari. Asupan saat ini: Ny. M mengonsumsi 50% dari makanan yang disediakan, bisa makan camilan, dan asupan dari oral rehidration solution (ORS) 500 mL setiap hari. Ny. M merasa nafsu makannya perlahan membaik. Riwayat berat: Tinggi: 152,4 cm (60 inci) Berat: 43,2 kg (95 lb), berat BMI: 18,6 kg / m2. Berat badan biasa: 51 kg (112 lb); perubahan berat badan: 15% perubahan 3 bulan (penurunan berat badan yang signifikan). Pemeriksaan fisik: cekung, rongga mata gelap, sedikit depresi di pelipis, skapula menonjol, paha depan dan betis kurus, kehilangan lemak di tulang rusuk, tidak ada edema. Kapasitas fungsional: tingkat energi rendah selama 3 bulan terakhir, tidak dapat pergi ke pertandingan sepak bola putranya, letih dan lelah sepanjang waktu. Pengobatan: loperamide 2 mg sebelum makan dan waktu tidur, multivitamin, tablet rilis berkelanjutan KCl, cairan IV untuk menggantikan kehilangan stoma. Output urin dan ostomi 24 jam: 650 ml dan 2200 ml. Laboratorium terkait: natrium serum (130) rendah, kalium serum (3,4) rendah, magnesium serum (2,0) rendah normal, CRP: tidak tersedia, analisis toksin feses untuk Clostridium difficile negatif. Diet saat ini: diet rendah serat, diet rendah gula sederhana.



II.



SKRINING (DATA UMUM) A. Pemilihan Metode Skrining Berdasarkan kasus Ny. M diketahui bahwa beliau berusia 33 tahun sehingga metode skrining yang tepat digunakan dalam kasus ini adalah menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST). Penggunakan skrining dengan MST merupakan metode yang digunakan untuk menentukan malnutrisi atau berisiko malnutrisi usia dewasa. Alat skrining gizi MST sangatlah cepat, mudah, dan tepat digunakan dengan kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan alat skrining lain. Kelebihan dari alat skrining MST yaitu lebih efisien (dapat digunakan 30 detik), pertanyaan lebih simpel, nilai sensitivitas dan spesifisitas 93-95%, nilai keandalan 90- 97%, dan tidak tergantung pada nilai antropometri dan nilai laboratorium.1 MST dapat dilakukan untuk mengetahui pengukuran malnutrisi dan mengukur tingkat keparahan penyakit. Alat skrining ini terdiri dari 2 pertanyaan awal yaitu mengalami penurnan berat badan dan nafsu makan berkurang, jika skor >2 maka diberikan skrining lanjut dan perlu ditangani oleh ahli gizi.2 Alat skrining lanutan MST terdiri dari 3 pertanyaan yaitu skor IMT, kehilangan BB dalam 3-6 bulan terakhhir, dan efek penyakit akut. Total penjumlahan semua skor akan menentukan seseorang tergolong berisiko rendah, menengah, dan berisiko tinggi B. Pengisian Kuesioner Nama : Ny. M Umur : 33 tahun No RM : Tabel 1. Skrining Awal Risiko Malnutrisi dengan MST NO 1.



PARAMETER



SKOR



Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak direncanakan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir ? - Tidak - Tidak yakin (ada tanda – tanda baju menjadi lebih longgar)



0 0



- Ya, ada penurunan BB sebanyak : a. 1 – 5 kg b. 6 – 10 kg



1 2 3 4



c. 11 – 15 kg d. > 15 kg 2.



- Tidak tahu berapa kg penurunannya Apakah asupan makan pasien berkurang karena penurunan nafsu makan / kesulitan menerima makanan ? - Tidak - Ya TOTAL SKOR



2



0 1 3



Bila skor ≥2, pasien berisiko malnutrisi, segera konsul ke ahli gizi Tabel 2. Skrining Lanjut Risiko Malnutrisi dengan MST Diagnosa Medis : Fistula Crohn’s Disease BB : 43,1 kg LILA : - cm TB : 152,1 kg IMT : 18,65 kg/m2 Tinggi Lutut : - cm



SKOR



PARAMETER 1. Skor IMT - IMT >20 (obesitas >30) - IMT 18,5 – 20 - IMT 5 hari - Tidak ada asupaan nutrisi >5 hari



=0 =1 =2



( ) ( ) (2)



=0 =1



(0) ( )



Jumlah Skor Keseluruhan Hasil 0 : Berisiko rendah, ulangi skrining setiap 7 hari Hasil 1 : Resiko menengah, monitoring asupan selama 3 hari, jika tidak ada peningkatan, lanjutkan pengkajian dan ulangi selama 7 hari. Hasil ≥2 : Berisiko tinggi, bekerjasama dengan Tim Dukungan Gizi/Panitia. Asuhan Nutrisi. Upayakan peningkatan asupan gizi dan memberikan makan sesuai dengan daya terima. Monitoring asupan makanan setiap hari ulangi skrining setiap 7 hari.



3



C. Kesimpulan Kuesioner Berdasarkan



hasil



skrining



dengan



menggunakan



metode



Malnutrition Screening Tools (MST) yaitu metode skrining yang digunakan untuk mengetahui malnutrisi pada dewasa dengan cara sederhana, diperoleh hasil dengan jumlah skor 3 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Ny. M berisiko tinggi mengalami malnutrisi sehingga perlu dilakukan proses asuhan gizi terstandar. Diupayakan peningkatan asupan gizi dan memberikan makan sesuai dengan daya terima. Selanjutnya monitoring asupan makanan setiap hari, dilanjutkan skrining setiap 7 hari.



III.



ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI 1. Pengkajian Data Riwayat Pasien (CH) Tabel 3. Data Riwayat Pasien (CH)



Domain CH-1.1.1 Umur CH-1.1.2 Jenis Kelamin CH-2.1.4 Excretory/ekskresi CH-2.1.5 Sistem pencernaan



CH-2.1.12 Phsycological CH-2.2.1 Medical Treatment



Data



Interpretasi



33 tahun Perempuan Output urin 24 jam sebesar 650 mL Fistula Chorn’s Disease (sedang dilakukan colectomy abdominal total dengan ileostomy) Output ostomi tinggi sebesar 2200 mL, limbah ileostomi encer dan berair Tidak dapat mengonsumsi suplemen zat gizi Colectomy abdominal total (TAC) dengan



Dewasa Urine yang dikeluarkan normal kesulitan pasca operasi dengan komplikasi ileus, ostomi yang tinggi, dan kesulitan diet oral. Terdapat keluhan sakit perut, mual, dan diare. Malnutrisi dan malabsorbsi (mineral natrium dan kalium)



Gangguan oral



Memiliki usus kecil, dari ileum menuju lubang stoma, outputnya langsung menuju



CH-2.1.12 Surgical Treatment



Ileostomy (End Ileostomy) Pemotongan katup ileocecal (ICV), rektum, dan anus



ke kantong stoma Tidak memiliki potensi lebih lanjut untuk operasi penyambungan usus



Kesimpulan: Ny. M berusia 33 tahun, memiliki gangguan fistula Crohn’s Diseasae sehingga kesulitan pasca operasi dengan komplikasi ileus, ostomi yang tinggi, dan kesulitan diet oral, output ostomi tinggi dan malabsorpsi, limbah ileostomi-nya encer dan berair sehingga mengganggu meabolisme. Saat ini sedang diberikan Colectomy abdominal total (TAC) dengan Ileostomy (End Ileostomy) dan pemotongan katup ileocecal (ICV), rektum, dan anus sehingga tida ada usus besar yang tersisa. 2. Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/Makanan (FH) Asupan SMRS Tabel 4. FH SMRS Ny. M



Domain FH-1.1.1.1 Total Energy Intake



FH-1.2.1.1 Oral Fluid



FH-1.2.2.1 Amount of food FH-1.4.3 Asupan kafein FH-1.5.1.1 Total Lemak Intake



Data makan dengan porsi sama dengan yang biasa



Interpretasi Kurang, karena terdapat penurunan nafsu makan dan asupan oral selama 3 bulan terakhir 8 – 10 gelas per hari Asupan cairan baik dari teh, kopi, kemungkinan dan air putih mencukupi, karena estimasi kebutuhan cairan 2100 mL, sedangkan asupan cairan 2500 mL (119% tercukupi) makan dengan porsi Kurang, karena terdapat sama dengan yang biasa penurunan nafsu makan dan asupan oral selama 3 bulan terakhir Konsumsi teh dan kopi dapat dipr(tidak ediksi) setiap hari makan dengan porsi sama dengan yang biasa



Kurang, karena terdapat penurunan nafsu makan dan asupan oral selama 3 bulan terakhir



FH-1.5.2.1 Total Protein Intake



makan dengan porsi sama dengan yang biasa



FH-1.5.3.1 Total Karbo Intake



makan dengan porsi sama dengan yang biasa



FH-1.2.2.3 Meal/Snack pattern



-



Kurang, karena terdapat penurunan nafsu makan dan asupan oral selama 3 bulan terakhir Kurang, karena terdapat penurunan nafsu makan dan asupan oral selama 3 bulan terakhir -



FH-1.2.2.5 Food Variety



-



-



Kesimpulan: Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak dijelaskan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat secara mendetail. Asupan Ny. M sebelum masuk RS (SMRS) makan dengan porsi sama dengan yang biasa, dikatakan kurang karena hal tersebut diketahui terdapat penurunan nafsu makan dan asupan oral selama 3 bulan terakhir. Untuk cairan sudah mencukupi dan Ny. M memiliki kebiasaan konsumsi teh dan kopi setiap hari. Asupan MRS Tabel 5. FH MRS Ny. M



Domain FH-1.1.1.1 Total Energy Intake



Data Interpretasi 50% dari makanan yang Kurang dikonsumsi



FH-1.2.2.1 Amount of food



Penurunan nafsu makan sehingga kebutuhan asupan kurang terpenuhi



FH-1.5.1.1 Total Lemak Intake



50% dari makanan yang dikonsumsi (½ bagian dari makanan yang disediakan) 50% dari makanan yang dikonsumsi



FH-1.5.2.1 Total Protein Intake



50% dari makanan yang dikonsumsi



Kurang



FH-1.5.3.1 Total Karbo. Intake



50% dari makanan yang dikonsumsi



Kurang



FH-1.6.1 Asupan Vitamin



Multivitamin



pemberian vitamin dengan kombinasi beberapa vitamin (Vit. A, C, D, B12, B1, B2, B3, B6, B9) untuk mengganti vitamin



Kurang



FH-1.2.1.1 Oral Fluid



FH-1.2.2.3 Meal/Snack pattern



Oral rehidration solution (ORS) 500 ml



-



(kemungkinan kurang bervaiasi)



FH-1.2.2.5 Food Variety FH-1.3.2.1 Complementarys Medicine



yang tidak dapat diasup secara oral dari makanan Kurang, perlu ditingkatkan baik melalui oral, infus, ORS Kebutuhan = 1900 ml Pengeluaran = 2850 ml -



Loperamide 2 mg (sebelum makan dan tidur)



Merupakan obat untuk mengatasi diare, mengurangi jumlah feses pada pasien ileostomy, sehingga usus memiliki waktu yang lama untuk menyerap cairan dan zat gizi makanan



Cairan IV



Cairan intravena (infus), melalui jarum ke dalam pembuluh vena, digunakan untuk menggantikan kehilangan cairan akibat stoma



Kesimpulan: Berdasarkan data riwayat asupan pada masuk RS (MRS) dapat disimpulkan bahwa tidak dijelaskan asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat Ny. M secara mendetail. Namun, estimasi kebutuhan Ny. M sebesar 50% kurang dari kebutuhan karena berdasarkan dari konsumsi makanan sebanyak ½ dari makanannya. Asupan makan, cairan, dan variasi makanan Ny. M setelah masuk RS juga masih kurang dan kurang bervariasi, namun terdapat penambahan konsumsi obat loperamide 2 mg yang dikonsumsi sebelum makan dan tidur, multivitamin dan cairan IV untuk menggantikan kehilangan dari stoma.



3. Pengkajian Antropometri (AD) Tabel 6. Antropometri (AD)



Domain AD-1.1.1 Tinggi Badan AD-1.1.2 Berat Badan



Data 152,4 cm



AD-1.1.4 Perubahan Berat Badan



Mengalami penurunan BB yang tidak diharapkan sebesar 7,8 kg dalam 3 bulan yang lalu Sebelum : 22 kg/m2 Sesudah : 18,6 kg/m2



Sebelum : 51 kg Sesudah : 43,2 kg



AD-1.1.5 Indeks Masa Tubuh



Interpretasi Mengalami penurunan sebesar 7,8 kg (15,3 % dalam 3 bulan) Penurunan berat badan sebesar 15,3 % (BB hilang >10% dalam 3 bulan terkahir  berisiko malnutrisi) Normal (Kemenkes RI)



Kesimpulan : Berdasarkan data TB dan BB Ny. M sebesar 152,4 cm dan 43,2 kg diperoleh IMT sebelum dan sesudah sakit sebesar 22 kg/m2 dan 18,6 kg/m2 yang termasuk normal. Terjadi penurunan berat badan sebanyak 7,8 kg dari sebelum sakit 51 kg, menjadi 43,2 kg. Persentase penurunan berat badan sebesar 15,3% dalam 3 bulan yang lalu, sehingga berisiko mengalami malnutrisi. 4. Pengkajian Data Biokimia (BD) Tabel 7. Data Biokimia (BD)



Domain BD-1.2.5 Sodium BD-1.2.7 Kalium BD-1.2.8 Mangesium BD-1.4.5 Gastric residual volume



Nilai Normal



Satuan



Interpretasi



130 mEq/L



135-145



mEq/L



Rendah



3,4 mEq/L



3,5-5,0



mEq/L



Rendah



2,0 mg/dL



1,2-2,2



mg/dL



Normal



mL



Tinggi, Berisiko malnutrisi



Data



Output ostomi 1200-2000 2200 mL, encer dan berair



BD-1.4.8 Toksiologis



Toksin feses (Clostridium difficile)



-



-



-



mg/L



-



Normal



-



Negatif



BD-1.6.1 CRP BD-1.12.5 Volume urine Kesimpulan:



Tidak tersedia



0,1-20



650 mL



400-2000



Berdasarkan data biokimia Ny. M diatas, dapat dikatakan bahwa kadar natrium serum (130 mEq/L) termasuk rendah, serum kalium (3,4 mEq/L) termasuk rendah hal tersebut disebabkan karena diare, serum magnesium (2,0 mg/dl) normal, residu pencernaan berupa output ostomi tinggi (2200 mL), CRP : tidak tersedia, analisis toksin feses untuk Clostridium difficile menandakan negatif. Hal ini menandakan kadar bakteri C. difficile sedikit sehingga belum tentu penyebab diare adalah bakteri, serta volume urine 650 mL termasuk normal. 5. Pengkajian Data Klinis/Fisik (PD) Tabel 8. Data Fisik Klinis (PD)



Domain PD-1.1.1 Overall Appearance PD-1.1.4 Extremit es, muscles and bones PD-1.1.5 Digestive System



Data Lelah dan letih, kekuatan melemah



Nilai Normal Satuan Interpretasi -



Skapula menonjol, paha depan dan betis kurus, kehilangan lemak di tulang rusuk, tidak ada edema, sakit perut Mual, diare, limbah ileostomy encer dan berair



-



-



-



-



-



Mengalami gangguan saluran pencernaan fistula Crohn’s Disease menjalani colectomy abdominal total (TAC) dengan ileostomi (End



Usus kecil untuk ileostomi dan tidak ada usus besar yang tersisa, tidak ada katup ileocecal



PD-1.1.6 Head and Eyes



(ICV), tidak ada rektum, dan tidak ada anus. Ny. A tidak memiliki potensi lebih lanjut untuk operasi penyambungan kembali usus. Mata cekung, rongga mata gelap



Ileostomy)



-



Dehidrasi, kekurangan vitamin



Kesimpulan : Dari data klinis dan fisik Ny. M di atas dapat disimpulkan bahwa Ny. M terlihat lelah, letih, tulang skapula menonjol, paha depan dan betis kurus, kehilangan lemak di tulang rusuk, tidak ada edema. Pada bagian mata cekung, rongga mata gelap mengindikasikan dehidrasi dan kekurangan vitamin. Pada sistem pencernaan mengalami fistula Crohn’s Disease sehingga Sakit perut, mual, diare, limbah ileostomy encer dan berair. Tidak ada usus besar yang tersisa, ICV, tidak ada rektum, dan tidak ada anus. Ny. M tidak memiliki potensi penyambungan usus kembali. 6. Comparative Standar (CS) Perhitungan Kebutuhan Makronutrien dan Mikronutrien  di Lampiran Tabel 9. Comparative Standar (CS) Domain CS 1.1.1 Total Perkiraan Kebutuhan Energi CS 1.1.2 Metode Total Perkiraan Kebutuhan Energi CS 2.1 Total Perkiraan Kebutuhan Lemak CS 2.2 Total Perkiraan Kebutuhan Protein CS 2.3 Total Perkiraan Kebutuhan Karbohidrat Cs. 2.4 Total Perkiraan Kebutuhan Serat CS-3.1 Total Perkiraan Kebutuhan Cairan CS-5.1 BMI



MRS



Interpretasi



1300 kkal



30 kkal/kgBB ESPEN



36 gr



25% dari Energi



36 gr



25% dari Energi



179 gr 7,5% dalam 3 bulan (15,3%), kehilangan lemak pada tulang rusuk, kehilangan otot, mual, diare, sakit perut, estmiasi asupan energy 50% dari kebutuhan.



V.



INTERVENSI GIZI A. Perencanaan (Planning) 1. Tujuan Intervensi Gizi a. Mempertahankan berat badan pasien agar status gizi normal. b. Meningkatkan asupan oral pasien berdasarkan kebutuhan gizinya dengan meningkatkan nafsu makan melalui makanan sesuai selera pasien. c. Mengurangi output ostomi 10% dalam 3 bulan terkahir, sehingga dapat berisiko malnutrisi. Malnutrisi disini ditandai dengan penurunan BB yang signifikan dan banyak, hal ini disebabkan karena Ny. M tidak nafsu makan, memiliki gangguan saluran cerna yaitu fistula Crohn’s Disease dengan ileostomy, selain itu terdapat keluhan diare dan output ileostomy yang tinggi.2 Diare terjadi kemungkinan karena adanya infeksi sehingga dari beberapa penyebab tersebut menjadikan penurunan BB yang banyak dan penyerapan makanan di pencernaan tidak maksimal. Berdasarkan data biokimia Ny. M diperoleh bahwa kadar natrium serum (130 mEq/L) termasuk rendah, serum kalium (3,4 mEq/L) termasuk rendah hal tersebut disebabkan karena diare menyebabkan cairan elektrolit dan mineral banyak yang terbuang. Sedangkan serum magnesium (2,0 mg/dl) mencapai kadar normal, residu pencernaan berupa output ostomi tinggi (2200 mL) hal ini berkaitan dengan diare yang dialami oleh Ny. M. Tes CRP : tidak tersedia, CRP merupakan tes atau uji untuk mengukur jumlah protein dalam darah (C-Reaktif Protein). Jika kadar CRP tinggi disebabkan infeksi dan dapat menunjukkan adanya peradangan. namun Ny. M tidak terindikasi bahwa kadar CRP-nya tinggi sehingga tidak berisiko adanya infeksi dalam saluran cerna. Selanjutnya terdapat analisis toksin feses untuk Clostridium difficile3, analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya infeksi dan peradangan pada salurna cerna. Pada Ny. M kadarnya negatif, maka menandakan kadar bakteri C. difficile sedikit sehingga belum tentu penyebab diare Ny. A adalah bakteri. Ny. M memiliki volume urine 650 mL, hal ini dapat dikatakan termasuk normal sebab volume urin normal orang dewasa adalah 400 – 2000 mL.4 Berdasarkan data fisik klinis, dapat dikatakan bahwa Ny. M terlihat lelah, letih, tulang skapula menonjol, paha depan dan betis kurus, kehilangan lemak di tulang rusuk, tidak ada edema. Pada bagian mata cekung, rongga mata gelap mengindikasikan dehidrasi dan kekurangan vitamin. Pada sistem pencernaan mengalami fistula Crohn’s Disease sehingga Sakit perut, mual, diare, limbah ileostomy encer dan berair. Tidak ada usus besar yang tersisa, ICV, tidak ada rektum, dan tidak ada anus. Ny. M tidak ada potensi penyambungan kembali usus. Sebagian besar BB yang hilang sehingga



menyebabkan tanda fisik seperti tersebut, terlebih lagi dengan adanya tanda – tanda tersebut dapat dikatakan bahwa Ny. M mengalami malnutrisi. Berdasarkan data asupan makanan sebelum masuk rumah sakit (SMRS), Ny. M memiliki kebiasaan minum 8 – 10 gelas per hari baik dari teh, kopi, dan air putih. Hal ini kemungkinan kebutuhan cairan dapat tercukupi, karena estimasi kebutuhan sebesar 2300 mL, sedangkan estimasi asupan cairan 2500 mL. Namun perlu dihindari konsumsi teh dan kopi setiap hari karena dapat menyebabkan tingginya kadar urin. Asupan makan Ny. M masih sedikit dan kurang bervariasi, walaupun porsi makan seperti biasa akan tetapi ada penurunan asupan makan dalam 3 bulan terakhir, Sehingga asupan kebutuhan kurang terpenuhi. Pada saat masuk rumah sakit (MRS), asupan makanan Ny. M hanya 50% yang dikonsumsi, sehingga kebutuhan makronutrien baik lemak, karbohidrat, dan protein kurang terpenuhi. Selain itu, diberikan multivitamin dengan tujuan mengganti vitamin dan mineral yang hilang dan kurang dapat diasup secara oral dari makanan. Selain itu Ny. M juga diberikan loperamide 2 mg yang diberikan sebelum makan dan sebelum tidur, hal ini bertujuan supaya mengatasi diare, mengurangi output ileostomy, sehingga penyerapan cairan zan zat dapat lebih maksimal. Selanjutnya diberikan cairan IV (intravena), saya mengasumsikan cairan IV dberikan melalui infus sebanyak 20 tpm. Cairan IV diberikan supaya dapat menggantikan cairan dan elektrolit dari tubuh. Tidak hanya itu, Ny. M juga diberikan ORS (Oral rehidration solution) dengan komposisi sodium chloride 2.6g, potassium chloride IP 1.5g, sodium citrate 2.9g, dextrose I.P 2.9g, dextrose IP (anhydrous) 13.5g.7 ORS bertujuan untuk mengganti mineral yang hilang akibat diare Ny. M sehingga dapat mencegah dehidrasi. Ny M mengalami masalah slow introduction oral intake, sehingga asupan makanan diberikan sedikit demi sedikit. Kebutuhan energi dimulai dari 30 kkal/kgBB atau sebesar 1300 kkal. Protein yang diberikan tinggi mulai dari 1,5 gr/kgBB atau 65 gr untuk mengatasi malnutrisi pada Ny M. Diberikan lemak cukup 25%, dan sisanya adalah karbohidrat. Saat ini asupan Ny M dirasa masih kurang, sebab beliau hanya mengonsumsi sebesar 50%.



Berdasarkan seluruh pengkajian gizi yang telah dilakukan didapatkan diagnosis gizi yang sesuai pada kondisi pasien. Pertama, Malnutrition (NI5.2) P) berkaitan dengan penyakit kronis yaitu fistula Crohn’s disease yang menjalani colectomy abdominal total dengan ileostomy (E) ditandai dengan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan >7,5% dalam 3 bulan (15,3%), kehilangan lemak pada tulang rusuk, kehilangan otot, mual, diare, sakit perut, estmiasi asupan energy 50% dari kebutuhan. Intervensi yang diberikan kepada Ny M yaitu diet rendah sisa dan edukasi konseling. Diet rendah sisa memiliki prinsip pembatasan serat maksimal 8 gram dengan memberikan soluble fiber. Pemberian ini dimaksudkan untuk tidak memberatkan pencernaan terutama kerja usus, sebab pada Ny M mengalami fistulizing Crohn’s colitis yang menjalani kolektomi perut total dengan pengangkatan usus besar hingga anus dan ileostomi. Konsumsi serat jenis insoluble fiber perlu dihindari. Sesuai dengan prinsip diet rendah KH sederhana, maka pemilihan karbohidrat diutamakan dari karbohidrat kompleks dan menghindari KH sederhana seperti gula, madu, makanan manis-manis, dsb. Pemberian asupan yang kaya vitamin dan mineral seperti vitamin A, C, D, asam folat, vitamin B12, B6, kalsium, zat besi, magnesium, dan seng juga diperlukan untuk menunjang kesehatan pasien. Pada Ny M sebaiknya menghindari konsumsi minuman berkafein, alkohol, minuman tinggi karbohidrat sederhana, dan cairan hipertonik. Penderita diare sering kali menderita intoleransi laktosa temporer karena terjadi kerusakan mukosa usus dan penurunan bioavailabilitas laktase. Hal tersebut menandakan bahwa sebaiknya Ny M tidak mengonsumsi susu terlebih dahulu. Penelitian membuktikan bahwa pemberian prebiotik dan probiotik pada pasien IBD dapat memperbaiki mikrobiota usus dan mengurangi inflamasi pada usus. Pada Ny M saya memberikan buah pisang yang mengandung prebiotik, FOS, dan inulin yang bermanfaat untuk usus. Pada



penderita



diare,



vili



usus



mengalami



atrofi



sehingga



menyebabkan absorbsi air dan zat gizi terganggu. Oleh karena itu, diperlukan pemberian cairan dan elektrolit yang cukup. Pemberian larutan rehidrasi oral (ORS) tetap dilanjutkan untuk menjaga cairan dan elektrolit tubuh. Pada Ny M



diberikan asupan dengan porsi kecil tapi sering untuk mengatasi mual. Pemberian makanan dilakukan secara oral dalam bentuk lunak. Makanan diolah dengan cara direbus, dikukus, ditim dan mengurangi makanan yang digoreng, berbumbu pedas, dan mengandung gas.5 Selain pemberian diit, Ny M juga diberikan intervensi berupa edukasi dan konseling. Edukasi dan konseling dilakukan secara rutin mengenai penyakit fistula crohn’s colitis, ileostomy, diare, serta pemilihan makanan yang tepat. Pada sesi edukasi diberikan pengetahuan mengenai managemen tingginya output ostomi dan menjaga status hidrasi pasien. Ahli gizi juga perlu menanyakan permasalahan/kendala pasien dalam konsumsi diet yang diberikan. Koordinasi dengan tim kesehatan lain juga sangat diperlukan untuk mencapai tujuan intevensi gizi. Langkah



terakhir



yaitu



memonitoring



dan



mengevaluasi



perkembangan kondisi Ny M. Monev dilakukan terutama pada dua indikator, yaitu asupan makan dan output ostomi pasien. Dengan intervensi yang diberikan, diharapkan pasien mampu menghabiskan makanan yang diberikan dan output ostomi menjadi stabil dan mulai mengental (tidak encer lagi). VIII.



PENUTUP/KESIMPULAN Berdasarkan hasil proses asuhan gizi terstandar yang dilakukan didapatkan hasil bahwa Ny M mengalami malnutrisi sehingga diperlukan proses asuhan gizi terstandar lebih lanjut. Ny. M mengalami fistula Crohn’s colitis dengan kolektomi perut total dan ileostomi sehingga mengalami gejala seperti diare, tingginya output ostomi, kurang nafsu makan, penurunan berat badan dan malabsorbsi. Intervensi yang diberikan kepada Ny M yaitu diet rendah sisa dan diet rendah karbohidrat sederhana. Pembatasan konsumsi serat dan mengutamakan serat jenis soluble fiber diperlukan untuk mengatasi gangguan pencernaan yang terjadi. Pemberian cukup cairan dan elektrolit juga diperlukan untuk menunjang kesehatan Ny M. Selain itu edukasi dan konseling juga diberikan kepada Ny M untuk meningkatkan pengetahuan dan mencari solusi bersama-sama perihal kendala yang dialami. Monitoring dan evaluasi dilakukan memantau asupan makanan dan output ostomi pasien agar stabil kembali.



IX.



LAMPIRAN A. Leaflet



B. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi 1. TB = 152,4 cm 2. BB







BB SMRS



= 51 kg







BB MRS



= 43,2 kg



3. IMT •



IMT SMRS = BB/TB2 = 51/(1,524)2 = 51/2,322576 = 22 kg/m2 (normal menurut kemenkes)







IMT MRS



= BB/TB2 = 43,2/(1,524)2 = 43,2/2,322576 = 18,6 kg/m2 (normal menurut kemenkes)



4. Perhitungan Kebutuhan MRS Makronutrien dan Cairan Pasien slow introduction oral : Energi mulai 30 kkal/kgBB •



Energi mulai 30 kkal/kgBB Energi = 30 x 43,2 = 1296 kkal = 1300 kkal







Protein 1,5-2 gr/kgBB Protein



= 1,5 x 43,2 = 64,8 gr = 65 gr







Lemak



= 25% x 1300 = 325 / 9 = 36,1 gr = 36 gr







Karbohidrat = {1300 – (65 x 4) – (36 x 9)} / 4 = (1300 – 260 – 324) / 4



= 716 /4 = 179 gr •



Cairan



= mulai dari 1300 ml



Ny. M mengonsumsi ORS (Oral Rehydration Salts) sebanyak 500 mL per sajian Maka asupan elektrolit dan mikronutrien dari ORS yang dikonsumsi Ny. M dalam sehari adalah Composition 



Sodium chloride



: 2.6g







Potassium chloride IP



: 1.5g







Sodium citrate



: 2.9g







Dextrose I.P



: 2.9g







Dextrose IP (anhydrous)



: 13.5g



Concetration in mmol/Litre 



Sodium



75







Potassium



20







Chloride



65







Citrate



10







Dextrose



75







Total osmolarity



=245



C. Hasil Analisis Rekomendasi Menu Menggunakan Nutrisurvey ==========================================================



Analysis of the food record ========================================================== Food Amount energy carbohydr. BREAKFAST bubur nasi daging ayam telur ayam pisang ambon Drinking water



50 g 40 g 30 g 50 g 200 g



36,4 kcal 114,0 kcal 46,5 kcal 46,0 kcal 0,0 kcal



8,0 0,0 0,3 11,7 0,0



g g g g g



Meal analysis: energy 242,9 kcal (19 %), carbohydrate 20,0 g (11 %) 1. BREAK Yoghurt skimmed singkong putih



150 g 50 g



57,0 kcal 65,5 kcal



6,3 g 15,9 g



Meal analysis: energy 122,5 kcal (9 %), carbohydrate 22,3 g (12 %) LUNCH nasi tim daging sapi Carrot fresh makaroni Drinking water



75 g 40 g 20 g 25 g 200 g



87,8 kcal 107,6 kcal 5,2 kcal 88,3 kcal 0,0 kcal



19,3 0,0 1,0 17,7 0,0



g g g g g



10,8 0,5 0,8 36,5 15,0 12,9 0,0



g g g g g g g



Meal analysis: energy 288,8 kcal (22 %), carbohydrate 37,9 g (21 %) 2. BREAK kentang susu skim / tak berlemak cair Mayonnaise for salads 50% fat tepung maizena gula pasir tepung susu skim Drinking water



50 g 10 g 15 g 40 g 15 g 25 g 200 g



46,5 kcal 3,5 kcal 72,3 kcal 152,4 kcal 58,0 kcal 92,0 kcal 0,0 kcal



Meal analysis: energy 424,8 kcal (32 %), carbohydrate 76,4 g (43 %) DINNER nasi tim bayam segar



50 g 25 g



58,6 kcal 9,3 kcal



12,9 g 1,8 g



cumi-cumi segar Carrot fresh minyak kelapa sawit Drinking water



45 g 10 g 5g 200 g



66,1 kcal 2,6 kcal 43,1 kcal 0,0 kcal



2,3 0,5 0,0 0,0



g g g g



Meal analysis: energy 179,6 kcal (14 %), carbohydrate 17,4 g (10 %) susu kedelai



100 g



54,0 kcal



5,1 g



Meal analysis: energy 54,0 kcal (4 %), carbohydrate 5,1 g (3 %) ==========================================================



Result ========================================================== Nutrient analysed recommended percentage content value value/day fulfillment energy water protein fat carbohydr.



1312,7 kcal 1067,0 g 66,0 g(20%) 35,8 g(24%) 179,1 g(55%)



2036,3 kcal 2600,0 g 60,1 g(12 %) 69,1 g(< 30 %) 290,7 g(> 55 %)



64 % 41 % 110 % 52 % 62 %



DAFTAR PUSTAKA 1. Mahan LK, Raymond JL. Medical Nutrition Therapy for Lower Gastrointestinal Tract Disorders. In: Krause’s Food & Nutrition Care Process. 14th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier Inc.; 2017. 2. Academy T, Ni I. Nutrition DiagnosticTerminology Nutrition DiagnosticTerminology. 2013:2-3. 3. L. Clifford McDonald, Dale N. Gerding, Stuart Johnson, Johan S. Bakken et al. Clinical Practice Guidelines for Clostridium difcile Infection in Adults and Children: 2017 Update by the Infectious Diseases Society of America (IDSA) and Society for Healthcare Epidemiology of America (SHEA). Clin Pract Guidel Clostridium difficile Infect. 2018. 4. Medika LWS, Anang TWi. Hubungan Asupan Kalium dan Natrium dengan Dehidrasi pada Remaja di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali. Media Publ Penelit. 2017;15(1). 5. Pakar Gizi Indonesia. Asuhan Gizi Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2020.