Proses Pembuatan Wayang Kulit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Proses Pembuatan Wayang Sumber: http://www.wayangwahyu.com/how-to-make-puppets 1. Tatah ( pahat )  Proses Pengukiran (Tatahan) Setelah bahan yang akan dipergunakan untuk membuat wayang dipersiapkan, maka proses selanjutnya adalah pengukiran (tatah). Di samping itu akan diuraikan pula alat-alat yang dipergunakan. Proses ukir dalam membuat wayang kulit Proses nyorek (corek), yaitu membuat sketsa atau membuat gambar wayang pada sehelai kulit yang tlah disediakan. Proses kegiatan ini ada dua cara, pertama adalah : dengan cara “ngeblak”, yaitu membuat wayang dengan menggunakan pola dari wayang yang sudah ada. Caara ini dapat menghindari perubahan bentuk wayang kulit yang telah baik, serta dapat memungkinkan pembuatan wayang yang sama sebanyak-banyaknya. Proses cara ‘ngeblak’ tersebut adalah sebagai berikut: Wayang yang menjadi pola ditempelkan pada sehelai kulit yang telah disediakan kemudian digambar menurut bentuk pola tersebut. Bila wayang yang menjadi pola (yang diblak) diambil, yang tertinggal ialah gambar sketsa bentuk wayang yang sama dengan pola atau blaknya. Menatah Kulit



Alat alat tatah wayang : 1. Pahat pembubuk dengan ujung setengah lingkaran. Jumlah pahat seluruhnya adalah 35 buah 2. Kayu landasan 3. Kayu pemukul 4. Lilin pelicin 5. Batu pengasah PROSES PEMBUATAN GUNUNGAN KANDANG KAMBING [TEMA NATAL]



  4. Sungging ( pewarnaan ) Proses Sungging Di dalam proses sungging yang perlu mendapat perhatian adalah cara mencampur warna dengan baik, menghaluskan  kulit sebelum didasari dan pembuatan ancur yang sesuai dengan kebutuhan. Wayang yang akan disungging terlebih dahulu harus dihaluskan dengan cara menggosok dengan menggunakan botol atau alat lain, agar kulit licin dan bekas pahat rata kembali. Sehingga bila warna dikuaskan akan melekat lebih kuat. Pembuatan ancur (pelekat) yang baik adalah sebagai berikut: Lempengan-lempengan ancur direndam dlam cairan Londho (soda), supaya lempengan tadi lunak atau mudah hancur, kemudian dipanaskan sampai mendidih berulang-ulang. Selama dipanaskan, diaduk-aduk terus-menerus agar rata dan tidak hangus. Sehingga menjadi kental dan lekat, terutama anur yang akan digunakan untuk ‘prada’ dan ‘ngedus’.



Dalam pembuatan ancur yang perlu diperhatikan adalah api, yang harus kecil. Agar ancur tidak cepat hangus, diusahakan agar selama merebus dan setiap kali mulai membuih segera diangkat dari api, dan kemudian diaduk-aduk kembali guna mencegah terjadinya pengkristalan ancur pada permukaan larutan. Untuk warna putih dan warna hitam pada umumnya menggunakan ancur ‘mentah’, yaitu lempengan ancur dicampur dengan bahan warna dan air kapur. PROSES SUNGGING DALAM WAYANG KULIT



Pemasangan pegangan wayang, dengan proses pemanasan untuk membentuk alur. karena pegangan wayang menggunakan tanduk kerbau yang diproses Dalam proses sungging ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan secara berurutan : 1. Andarsari, yaitu memberikan warna putih  kuning, pada seluruh bagian wayang, secara rata dan tipis. Warna ini merupakan dasar untuk warna-warna selanjutnya. 2. Merna, yaitu proses penerapan warna pada wayang. Secara berurutan disebutkan sebagai berikut: 1. Nyemeng (hitam) yaitu memberikan warna hitam pada wayang, dibagian-bagian yang harus dihitam, misalnya pada rambut-rambut, muka, dan sebagainya. 2. Amrada memberikan warna emas pada bagian-bagian wayang yang harus diprada, misalnya pada bagian tubuh, konca dan sebagainya. 3. Amepesi, yaitu membetulkan bagian yang diprada agar sesuai dengan keinginan kita, dalam hal ini menggunakan warna putih. 4. Anjambon, menerappkan warna merah muda pada bagian wayang yang pantas diberikan warna merah muda (jambon). 5. Anjene, mewarnai bagian-bagian wayang dengan warna kuning (jene) ada bagian yang seharusnya diwarnai kuning, misalnya pada bagian konca, ukiran patran dan serta bagian-bagian lain yang nantinya akan diwarnai dengan warna hijau dan oranye. 6. Ngijem nem, untuk proses selanjutnya adalah mewarnai wayang dengan warna hijau muda (ijem nem), diterapkan pada bagian yang sudah diwarnai kuning. Tetapi tidak seluruhnya diwarnai hiju muda, ada sebagian yang diolesi warna oranye. 7. Ambiru, memberikan warna biru muda pada bagian-bagian yang panta diwrnai biru muda. Misalnya pada gelang konca sondr, dan lain sebagainya. 8. Jingga, mewarnai bagian-bagian wayang dengan warna jingga (oranye), diterapkan pada bagian yang telah diwarnai dengan warna kuning.