Proses Pengolahan Kelapa Sawit Di PT MURINIWOOD INDAH INDUSTY [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai kekayaan alam yang berpotensi untuk



dikembangkan menjadi makanan atau pangan fungsional. Salah satunya kelapa sawit. Minyak sawit dihasilkan dari proses ekstraksi tandan buah segar kelapa sawit , minyak yang dihasilkan merupakan minyak kasar yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) dan minyak dari bijinya disebut dengan Palm Kernel Oil (PKO). Minyak sawit di Indonesia termasuk salah satu komoditif perkebunan yang telah



memberikan banyak kontribusi terhadap pendapatan negara.



Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar pertama di dunia. Oleh karena itu indonesia mempunyai peluang yang sangat besar dalam pengembangan produk pangan maupun non pangan yang berbahan dasar minyak sawit disertai dengan jaminan mutu dan kualitas terhadap produk minyak dan turunannya tersebut (Widarta, 2007). Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 % pericarp dan 20 % kernel yang dilapisi kulit yang tipis. Kadar minyak dalam pericarp sekitar 34 sampai 40 %. Kelapa sawit dapat menghasilkan dua jenis minyak yang sangat berlainan, yaitu minyak yang berasal dari daging buah kelapa sawit disebut minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) (Ketaren, 2005). Mutu minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas, kadar air dan juga kadar kotoran yang masih terdapat dalam minyak kasar yang dapat mempengaruhi mutu dan kualitas dari minyak kasar kelapa sawit. Untuk mendapatkan minyak kasar yang bermutu tinggi dan berkualitas baik perlu dilakukan pengotrolan pada setiap tahapan unit proses serta kinerja dari alat-alat proses, sehingga mutu minyak sawit kasar dari suatu pengolahan dapat tercapai dengan maksimal. Jika mutu yang diinginkan tidak terwujud maka akan mengurangi harga jual dari minyak kasar yang akan dipasarkan.



1



Brondolan merupakan penghasil minyak sawit kasar dan minyak inti, proses pemisahan brondolan dari tandannya dilakukan pada unit penebahan dengan cara bantingan keatas, sehingga ketika tandan jatuh dari atas brondolan akan lepas dari tandannya karena terbentur dengan kisi-kisi dari thresher. Jika proses pemipilan pada brondolan kurang maksimal maka akan mengakibatkan losses pada tandan kosong. Untuk itu perlu diperhatikan kinerja dari alat yang digunakan untuk memipil brondolan dari tandan. Alat yang digunakan ini adalah thresher. Thresher adalah sebuah alat yang digunakan untuk memipil brondolan dari tandan yang digerakkan dengan motor penggerak dengan kecepatan 23-24 rpm, diameter 2100 mm, panjang 6300 mm, serta mempunyai kisi-kisi dengan jarak 570 mm dan berkapasitas 45 ton TBS/jam. Proses penebahan dapat mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan, jika semakin banyak brondolan yang tidak terlepas dari tandannya maka tingkat losses yang ditimbulkan akan semakin tinggi, akibatnya rendemen minyak yang diharapkan tidak terwujud. Jika thresher tidak bekerja dengan maksimal maka proses pemipilan tidak akan berjalan dengan lancar dan akibatnya banyak brondolan yang tidak terpipil, sehingga dapat menimbulkan losses dan mungurangi pencapaian pada rendemen minyak. Sehingga pada setiap awal start pengolahan perlu dilakukan pengecekan pada thresher agar efisiensi kinerja dari thresher dapat tercapai. Standar efisiensi kinerja dari thresher pada PT PKS Muriniwood Indah Industry adalah 95%. Efisiensi unit thresher dapat diketahui dengan menghitung efisiensi thresher sebelum dan sesudah bunch cruisher. Oleh karena itu pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) mengambil judul Tugas Khusus “ Efisiensi Kinerja Unit Thresher di PKS PT Muriniwood Indah Industry ” 1.2



Tujuan Praktek Kerja Lapangan Adapun tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) antara lain adalah:



a.



Mengetahui secara langsung proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi CPO dan Palm Kernel di pabrik kelapa sawit PT. Muriniwood Indah Industry (MII).



b.



Mengetahui proses yang terjadi di thresher terhadap proses pemipilan.



c.



Mengetahui efisiensi kinerja unit thresher.



2



1.3



Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL dilakukan selama ±2 bulan dimulai Senin pada tanggal



19 November 2018 sampai dengan Sabtu 19 Januari 2019 yang berlokasi di PKS PT. Muriniwood Indah Industry (MII) Desa Bumbung Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. 1.4



Metode Pelaksanaan Adapun metode pelaksanaan praktek kerja lapangan di PT. Muriniwood



Indah Industry (MII) antara lain adalah: 1.



Melakukan penyusunan jadwal kegiatan lapangan yang akan dilaksanakan pada PT. Muriniwood Indah Industry (MII)



2.



Melakukan observasi lapangan pada setiap unit pengolahan yang terdapat pada PT. Muriniwood Indah Industry (MII).



3.



Melakukan wawancara dan komunikasi langsung tentang jalannya proses pengolahan dari unit penerimaan buah sampai proses penimbunan minyak kasar dan kernel.



1.5



Keadaan Umum PKS.Murini Wood Indah Industry PKS PT. Muriniwood Indah Industry (MII) adalah salah satu bagian dari



perusahan First Resources. Perusahan First Resources tergabung dalam Grup Surya Dumai. Perusahan ini bergerak dalam bidang perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan (Crude Palm Oil dan Palm Kernel ). PKS PT. Murini Wood Indah Industry (MII) memiliki kebun yang bernama Kebun Duri XIII Desa Bumbung, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dengan luas Hak Guna Usaha (HGU) ±10.336,2 Ha. Dari luas areal tersebut telah ditanami seluas ± 8.992,29 Ha. Kebijakan ini bertujuan untuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar perusahan, Maka PKS PT. MII telah membangun kebun kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. Perusahan ini sebelumnya merupakan industri perkayuan, namun kini telah berganti menjadi industri kelapa sawit. Perusahan ini memiliki pancasila yang dijadikan pedoman, dikenal dengan nama “Pancasila First Resources” yang terdiri dari lima sila yaitu sila pertama loyalitas, sila kedua integritas, sila ketiga kerja keras, sila keempat tanggung jawab, dan sila yang kelima care (peduli). Kapasitas olah pabrik adalah 45 Ton/Jam, dengan sistem jam kerja pabrik menggunakan dua shift pagi dan malam yang bertujuan untuk mengefisienkan



3



kinerja. PKS PT. Muriniwood Indah Industry (MII) didirikan pada tahun 2004 dan baru mulai beroperasi pada tahun 2007. Pada tanggal 21 September 2011 telah dilakukan komisioning Empty Fruit Bunch Press. 1.5.1 Visi dan Misi Perusahaan Visi Menjadi perusahan agribisnis yang berfokus pada kelapa sawit yang terkenal karena keunggulannya. Misi 1. Terus meningkatkan nilai pemegang saham melalui pertumbuhan dan profitabilitas. 2. Menjadi perusahan pilihan karyawan yang memiliki tim berkinerja tinggi. 3. Menjadi produsen yang efisien dengan tingkat produktivitas tertinggi dan biaya produksi yang rendah. 4. Menjadi perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial. 1.5.2



Struktur Organisasi Perusahan Struktur organisasi pada PKS PT.Muriniwood Indah Industry adalah



adanya pembagian tugas dan tanggung jawab, perusahaan ini dipimpin oleh seorang General Manager dan dibantu oleh seorang mill manager kepala dan beberapa asisten.Tanggung jawab dari masing-masing bidang seksi saling berkaitan dengan melalui fungsi masing-masing.



4



Struktur Organisasi PKS PT MII dapat dilihat pada Gambar :1.1



GROUP MANAGER



PRODUCTION CONTROLLER



MILL MANAGER



ASISTEN KEPALA



ASST. MAINTENANCE



ASST.PROSES



ASST.LABOR



KEPALA TIMBANGAN N



Gambar 1.1 Struktur Organisasi PKS PT MII 1.5.3



Logo perusahaan Logo Perusahaan PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut.



Gambar 1.2 Logo PKS PT.Muriniwood Indah Industry (MII)



5



BAB II PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 2.1 Uraian Proses Proses pengolahan buah sawit adalah dengan mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit atau Palm Kernel (PK) yang dilakukan dengan berbagai tahapan, sehingga dapat dihasilkan suatu produk denngan standar tertentu yang dapat diterima dipasaran. Berikut ini adalah tahapan proses pengolahan TBS menjadi CPO dan PK. a.



Unit Penerimaan Buah (Fruit Reception Unit)



b.



Unit Perebusan (Sterilitation Unit)



c.



Unit Penebahan (Threshing Unit)



d.



Unit Pengempaan (Pressing Unit)



e.



Unit Pemurnian Minyak (Clarification Unit)



f.



Unit Pengolahan Kernel (Kernel Unit)



g.



Unit Pendukung (Utilitas)



2.1.1 Unit Penerimaan Buah (Fruit Reception Unit) Unit penerimaan buah merupakan unit utama dalam proses pengolahan kelapa sawit. Unit ini berfungsi sebagai tempat penerimaan TBS dari kebun yang diangkut menggunakan truk. a. Proses Penimbangan Proses Penimbangan berfungsi untuk menimbang bahan baku serta seluruh hasil produksi dari PT.Muriniwood Indah Industry. Jembatan timbang ini juga dilengkapi dengan load cell yang merupakan suatu peralatan instrumentasi yang berfungsi sebagai sensor dalam proses penimbangan yang dilengkapi dengan perangkat komputer sebagai pembaca indicator, proses penimbangan yang berada didalam kantor penimbangan. Kapasitas jembatan timbang adalah 60 ton. Pada PKS PT.Muriniwood Indah Industry (MII) menggunakan 2 unit jembatan timbang. Cara penimbangan adalah Berat Brutto ( Berat Mobil dan



6



Buah Sawit), Berat Tarra (Berat Mobil) dan Berat Netto (Berat Bersih Buah Sawit). Berat Netto = Berat Bruto – Berat Tarra Jembatan timbang pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut



Gambar 2.1 Jembatan Timbang



b. Proses penimbunan sementara (Loading Ramp) Loading Ramp merupakan tempat penimbunan TBS sementara sebelum dimasukkan ke lori untuk diolah. TBS yang masuk sebaiknya langsung diolah agar kualitas minyak yang dihasilkan terjaga. Semakin lama masa penimbunan buah akan menyebabkan tingginya asam lemak bebas (ALB). Loading Ramp terdiri dari Sortasi (Greading), dengan tujuan untuk mengontrol mutu dan kualitas TBS yang akan diolah. Tempat penimbunan sementara



(Loading Ramp)



berbentuk persegi



panjang dengan kemiringan ±25-270 terhadap sudut horizontal serta ±450 terhadap peron/ramp, yang dilengkapi dengan 16 pintu. Kapasitas Loading Ramp ±280 ton. Pintu loading ramp digerakan dengan menggunakan hydrolick system dimana oli ditransfer dari power pack ke seluruh hydrolick system sehigga dapat menggerakkan pintu loading ramp secara buka dan tutup untuk memudahkan buah sawit masuk ke dalam lori.



7



Lori adalah tempat menampungan TBS yang akan direbus. PKS PT.Muriniwood Indah Industry (MII) memiliki 60 unit lori dengan kapasitas 5,5 ton/lori. Lori dijalankan dengan cara tarikan capstand yang menariknya dengan sling dan bollar sebagai penahan, sehingga lori berjalan sesuai dengan jalur rel nya. Selain itu terdapat jembatan Transfer Carrige yang berfungsi memindahkan jalur lori dari Loading Ramp menuju Sterillizer. CentiLever berfungsi untuk menghubungkan lori ke sterilizer dari rail track. Pada lori dibuat lubang pada bagian dinding dan lantai (bottom) yang bertujuan agar uap yang masuk dapat secara merata menyebar keseluruh bagian lori, serta lubang ini untuk mengalirkan cairan kondensat sehingga system perebusan berjalan sempurna. Loading Ramp pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut



Gambar 2.2 Loading ramp 2.1.2



Unit Perebusan (Sterilizer Unit) Sterilizer adalah bejana berbentuk silinder horizontal sebagai tempat



merebus TBS. Lori yang telah terisi TBS kemudian dimasukan kedalam sterilizer. TBS yang telah mengalami proses perebusan disebut TBR (Tandan Buah Rebus). PKS PT.Muriniwood Indah Industry (MII) memiliki 2 unit sterilizer dengan masing-masing sterilizer dapat memuat 9 unit lori.



8



Fungsi dari proses perebusan adalah sebagai berikut: 1.



Menonaktifkan enzim lipase dan oksidasi penyebab kenaikan asam lemak bebas (ALB).



2.



Menurunkan kadar air dalam buah.



3.



Memecah emulsi minyak sehingga proses ekstraksi minyak lebih efisiensi.



4.



Membantu proses pemisahan antara inti dan cangkang.



5.



Melumatkan daging buah sehingga lebih mudah terpisah dengan biji (nut).



6.



Memudahkan berondol lepas dari janjangan.



7.



Mempermudah proses selanjutnya. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan steam dari Back Pressure



Vessel (BPV) ke sterilizer kisaran waktu 105-120 menit, dengan kondisi operasi tekanan sebesar 2,8 - 3 kg/cm² dan temperatur 130 - 135°C. Sistem perebusan yang digunakan adalah sistem triple peak (tiga puncak). Tekanan puncak pertama 20 psi, tekanan puncak kedua 30 psi dan tekanan puncak ketiga 40-42 psi. Sistem perebusan yang digunakan pada pabrik yaitu triple peak dimana dapat dilihat di Gambar 2.3.



Grafik waktu perebusan 45 40



Tekanan (psi)



35 30 25 20 15 10 5 0



Waktu (Menit)



1



5



19



22



36



39



53



98



113



Gambar 2.3 Siklus Perebusan



9



Proses perebusan menggunakan system Tripple Peak ( tiga puncak). Sebelum masuk puncak pertama, lakukan daerasi atau pembuangan udara selama 5 menit dengan tujuan untuk membuang oksigen didalam sterilizer yang bisa menghambat proses perebusan. Puncak pertama steam di injeksikan dengan mencapai 20 psi selama 14 menit kemudian blow down dengan membuka valve Exhaust (pembuangan steam) dan Condensat (pembuangan cairan kondensat) sampai tekanan 0 psi dengan kisaran waktu selama 3 menit. Puncak kedua tekanan dinaikkan mencapai 30 psi selama14 menit, setelah lakukan blow down sampai tekanan 0 psi selama 3 menit. Sedangkan puncak ketiga tekanan dinaikkan mencapai 40-42 psi selama 14 menit, kemudian dilakukan penahanan 45-48 menit. Setelah mencapai waktu penahanan lalu dilakukan blow down sampai tekanan 0 psi selama ± 15 menit (buka/tutup pintu). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perebusan adalah: 1.



Tekanan uap harus cukup disupply dari Back Pressure Vessel (BPV) dikamar mesin.



2.



Menguras atau mengeluarkan udara dalam rebusan (biasanya dilakukan sebelum mulai perebusan). Untuk menghindari kebocoran dan kelebihan tekanan pada sterilizer.



3.



Waktu perebusan.



4.



Kondisi valve steam harus baik.



5.



Kondisi safety valve juga masih bekerja dengan baik.



6.



Kondisi manometer (alat pengukur tekanan) yang baik.



7.



Losses berupa kandungan minyak yang ada di kondensat pit dan empty bunch.



10



Sterilizer pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut



Gambar 2.4 Sterilizer 2.1.3 Unit Penebahan(Thressing Unit) Unit penebahan adalah proses



untuk memisahkan brondolan dari



tandannya dengan menggunakan alat rotary drum stripper. Sebelum buah sawit atau tandan buah rebus (TBR) masuk kedalam Thresser untuk dipisahkan dengan tandannya dengan cara putaran, terlebih dahulu tandan buah rebus dari Sterilizer dipindahkan ke jalur Tippler dengan bantuan Capstand ditarik menuju rail track tipler yang dipindahkan menggunakan transfer carriage. Tippler adalah alat yang digunakan untuk menuangkan lori yang berisi tandan buah rebus. TBR yang dituangkan, akan ditampung ke bottom tippler. Tandan buah rebus yang ditampung pada bottom tippler akan di pindahkan dengan Bunch feed Conveyer menuju Thresher I dan thresher II. Thresher berfungsi untuk memisahkan brondolan dari tandannya dengan cara putaran. Kecepatan putar pada thresher adalah 23-24 rpm. Dengan adanya putaran tandan buah sawit akan terbanting pada dinding Tromol thresher, sehingga brondolan akan terlepas dari tandannya. Pada PKS PT.Muriniwood Indah Industry ini terdapat tiga unit thresher, dengan system kerja double thresher atau 2 tahap pembantingan pada tiap unit thresher sehingga mampu memisahkan brondolan lebih dari ±94%. Brondolan yang terpisah dari tandannya akan jatuh ke bawah melalui kisi-kisi yang berukuran ± 5,70 cm pada tromol



11



thresher, kemudian akan ditampung pada Under Thresher Conveyor yang terletak pada bagian bawah thresher. Selanjutnya, brondolan akan dibawa menuju Bottom Cross Conveyor dan masuk ke dalam Fruit Elevator untuk dibawa ke Top Cross Conveyor dan dibagikan ke digester. Sedangkan tandan kosong dari thresher I dan II jatuh ke Horizontal Empthy Bunch conveyor lalu jatuh ke Unstriped Empty Bunch Conveyor dan naik ke Ban Cruisher untuk dilakukan penggilingan agar brondolan yang masih melekat di tandan mudah terlepas ketika masuk Threser no 3 (Rethreshing) yang berfungsi untuk pembantingan ulang agar brondolan yang masih melekat pada tandan bisa terlepas, dimana cara kerjanya sama dengan thresher I dan II. Sementara itu tandan sawit yang sudah terpisah dari brondolannya akan terlemper keluar dari dalam Drum Thresher. Tandan kosong setelah keluar dari drum thresher kemudian dibawa dengan Horizontal Empty Bunch Conveyor, dilanjutkan dengan Inclined empty bunch conveyor dan jatuh ke Scraper empty bunch Conveyor . Kemudian tandan kosong jatuh di Empty Bunch Press yang berfungsi untuk mengekstraksi minyak yang terdapat pada tandan kosong. Minyak masuk ke Oil Gutter Bunch Press dan di alirkan ke Bak Condensat Tank untuk di pompakan ke sand trap tank, sedangkan janjangan press keluar dari bagian depan empty bunch press lalu jatuh ke fibre scrapper Conveyor dan dibawa menuju Inclined Empty Bunch Conveyor ke tempat penumpukan janjangan press dan siap di aplikasikan kekebun. Thresher pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut



Gambar 2.5 Thresher 12



2.1.4



Unit Pengempaan Unit pengempaan merupakan kelanjutan dari proses pengolahan sawit



selanjutnya setelah dari unit pemipilan. Brondolan pada unit ini akan dilumatkan dengan digester kemudian dipress dengan Screw Press. Untuk menghasilkan minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO), berikut ini adalah penjelasan prosesnya: 1.



Proses Pelumatan Brondolan akan dilumat terlebih dahulu dalam digester dengan tujuan



untuk mempermudah kerja pengempaan sehingga minyak akan mudah dipisahkan



dengan tingkat



kerugian



yang



sekecil-kecilnya.



Pengadukan



berlangsung dengan penambahan uap panas dengan suhu 90-950C untuk mempermudaah proses pelumatan. Pelumatan akan menghasilkan brondolan dalam bentuk bubur dengan menggunakan pisau pengaduk yang berputar dengan kecepatan putar ±24-25 rpm. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pelumatan adalah sebagai berikut: a.



Volume digester harus 3/4 bagian Apabila terjadi kelebihan volume maka brondolan akan tumpah keluar



yang dipengaruhi oleh putaran pisau kempa dan pencacahan brondolan tidak sempurna. b.



Suhu antara 90-950C. Apabila terjadi penurunan suhu maka dapat di tambah dengan cara



membuka valve (keran) steam secara bertahap setelah tercapai suhu yang diinginkan maka dapat di kurangin kembali, sebab dalam pengolahan sawit suhu yang berlebihan juga tidak baik yang dapat menimbulkan emulsifikasi (penyatuan air dengan minyak) dalam hal ini juga tidak boleh di buka terlalu lebar untuk menghindari terjadi luapan dari dalam digester akibat tekanan yang berlebihan. c.



Pengadukan harus optimal Pengadukan dilakukan dengan waktu ± 15 – 20 menit sebelum dilakukan



pengempaan. Pengadukan harus optimal bertujuan untuk mendapatkan masa yang merata sehingga proses ekstraksi minyak maksimal. d.



Pengadukan tidak boleh terlalu lama



13



Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penghalusan fiber atau serat yang terlalu banyak. Karena akan mempersulit pengempaan.



Screw Press pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut



Gambar 2.6 Digester 2.



Proses Pengempaan Proses pengempaan bertujuan untuk mngekstrak minyak dari daging buah



setelah proses pelumatan. Pengekstrak minyak menggunakan sistem Worm Screw yang berputar secara berlawanan arah dengan kecepatan putar 10-11 rpm dan mampu mengempa sebanyak 15 ton TBS/jam . Screw Press bekerja dengan tekanan yang di hasilkan oleh Hydrolic Cone adalah 15-20 bar menggunakan motor listrik dengan daya 40-60 A. Alat ini dilengkapi dengan Press Cage yang berlubang-lubang sebanyak ± 22.000 lubang. Lubang ini berfungsi



sebagai



tempat



keluarnya



minyak



pada



saat



pengepresan



berlangsung. Minyak yang keluar dari screw press masuk Sand Trap Tank melalui Oil Gutter untuk proses pengendapaan pasir dan sampah yg masih terkandung dalam cairan crude oil, sedangkan ampas berupa cake akan keluar melalui ulir Screw dan masuk kedalam Cake Breaker Conveyor menuju unit kernel. Tekanan pada Screw Press harus 20 bar dengan daya motor listrik 45 A. Apabila tekanan



14



press berkurang maka minyak tidak ter-ekstraksi dengan maksimal sehingga losses minyak pada ampas (fibre) tinggi. Jika tekanan press tinggi akan menyebabkan persentase biji (nut) pecah tinggi, sehingga menyebabkan losess biji (nut) meningkat karna mudah terhisap. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Screw Press: a.



Pengepresan tidak boleh menyebabkan cangkang pecah Apabila terjadi pemecahan cangkang maka akan menyebabkan inti



mengalami hancur sehingga minyak CPO akan tercampur dengan minyak PKO yang dihasilkan oleh inti yang pecah. b.



Jam Operasional Press Cage (Hour Meter) Supaya dapat tercapai kapasitas press operator setiap hari harus



melakukan pencatatan jam operasional dari pada press cage yang menjadi parameter untuk pergantian sebab jam operasional dari pada press cage ini adalah 600-800 jam jika melebihi dari 800 jam operasional maka kapasitas press tidak tercapai.



Screw Press pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut



Gambar 2.7 Screw Press



15



2.1.5



Unit Pemurnian Minyak (Clarification Unit) Unit klarifikasi ini berfungsi untuk pemurnian minyak terhadap kotoran, air,



dan pasir agar CPO yang di produksi berkualitas tinggi. Sistem pemurnian dengan gaya sentrifugal dan gaya gravitasi. Hasil minyak yang telah di press dialirkan melalui oil gutter yang berbentuk talang. Pada oil gutter ini minyak ditambahkan dengan dilusion yang berasal dari kondensat perebusan. Adapun tahap-tahap pemurnian adalah sebagai berikut :



1.



Sand Trap Tank Sand trap tank berfungsi untuk memisahkan crude oil dari pasir dan



cangkang halus yang ikut terbawa dari hasil pengempaan. Sand trap tank memiliki prinsip kerja yaitu menggunakan system overflow dan gravitasi yaitu pada bagian dalam alat ini diberikan sekat agar crude oil tersebut menggenang sehingga diharapkan dengan tergenangnya crude oil maka material yang memiliki berat jenis yang lebih besar seperti pasir dan cangkang kecil akan jatuh ke bawah karena gravitasi, sedangkan minyak yang bersih berada pada bagian atas. Dengan system overflow maka minyak akan mengalir ke proses selanjutnya. Tinggi rendahnya kadar pasir dipengaruhi dengan keadaan TBS yang masuk. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses control alat ini yaitu ketika proses sedang berjalan, suhu harus 90-95oC dan harus dilakukan drain pasir setiap hari sebelum proses dan setiap 2 jam sekali ketika proses berlangsung. Sand Trap Tank pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut



Gambar 2.8 Sand Trap Tank



16



2.



Vibrating Screen Vibrating screen merupakan alat pemisah minyak dengan Non Oil Solid



(NOS) yaitu sampah, serat dan pasir yang masih terikut karena tidak terendapkan pada sand trap tank. Vibrating screen bekerja dengan cara menggetarkan saringannya, sehingga minyak akan tersaring dan turun ke Crude Oil Tank. Sedangkan ampas atau kotorannya yang berada diatas keluar menuju Screw Conveyor dan dillanjutkan Fruit Elevator untuk di proses kembali. Vibrating screen pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut



Gambar 2.9 Vibrating screen



3.



Crude Oil Tank Crude Oil Tank (COT) berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel



yang tidak terlarut dan lolos dari ayakan getar. Pada proses di COT ini terjadi gaya gravitasi sama hanya dengan di sand trap tank yang sebelumnya, tetapi di COT yang di pisahkan pasir-pasir halus yang tidak sempat mengendap di sand trap tank dan juga lolos dari proses vibrating screen. Di COT terjadi pemanasan dengan menginjeksikan steam dengan tujuan untuk mencapai suhu 90-950C karena jika didalam tengki tersebut tidak dilakukan pemanasan maka minyak akan membeku dan pemurnian dalam bentuk gravitasi akan terhambat. Di dalam tanki terdapat sekat yang berfungsi untuk memisahkan kotoran dengan minyak.



17



Crude Oil Tank pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.10 berikut



Gambar 2.10 Crude Oil Tank 4.



Vertical Continuous Tank (VCT) VCT merupakan tanki berbentuk tabung dengan bentuk kerucut



dibawahnya yang berfungsi untuk memisahkan minyak, emulsi, air, pasir dan sludge dengan gaya gravitasi. Sebelum minyak di alirkan ke VCT terlebih dahulu di masukkan kedalam balace tank, agar pada saat minyak masuk kedalam VCT tidak terjadi gejolak yang dapat mengganggu proses mengendapkan minyak yang sebelumnnya. Proses pemanasan di VCT dengan menginjeksikan steam. Suhu 90-950C dan proses pengadukan dilakukan dengan lambat dengan panjang mata pengaduk sebesar 1 meter dengan kecepatan ±3 rpm. Tujuan pengadukan ini untuk memecahkan dan memisahkan molekul-molekul antara minyak dengan sludge. Bagian dalam kerucut dilapisi dengan aluminium, untuk memperkecil gaya gesek antara dinding tanki dan kotoran. Hasil dari pengadukan dan pengendapan sludge akan turun kebawah dan minyak akan berada di atas. Minyak yang berada diatas dialirkan secara over flow ke oil tank. Sedangkan sludge yang paling bawah di alirkan secara under flow kedalam Sludge Tank.



18



Vertical Continuous Tank pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.11 berikut



Gambar 2.11 Vertical Continuous Tank 5.



Oil Tank (OT) Oil tank berfungsi untuk menampung dan mengendapkan minyak dari



(VCT) . Pada oil tank minyak dipanaskan dengan uap (steam coil) pada suhu 80850C sehingga kotoran dan air yang masih ada turun ke bawah dan di drain secara periode (setiap jam) ke recleamed tank, sekeliling permukaan luar oil tank dipasang isolasi procwool dengan ketebalan 50mm dan dilapisi plat alumunium. Oil Tank pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.12 berikut



Gambar 2.12 Oil Tank



19



6.



Vacuum Dryer Vacuum Dryer merupakan alat yang berfungsi untuk mengurangi kadar air



dalam CPO secara maksimal yang berbentuk tabung silinder berkapasitas 15 Ton/Jam. Tekanan pada Vacuum Drayer adalah -0,7 s/d -0,8 Bar. Tujuan vacuum dryer untuk mempercepat titik didih air, sehingga mempermudah pemisahan minyak dengan air. Penurunan



kadar air menggunakan vacuum



drayer mencapai 0,35%. Vacuum Dryer pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.13 berikut



Gambar 2.13 Vacuum Dryer



7.



Hot Well Tank Hot Well Tank



adalah tangki yang berfungsi untuk menampung air



keluaran dari proses vacuum drayer



8.



Storage Tank Storage



Tank



adalah



tangki



yang



berfungsi



untuk



tempat



penimbunan/penyimpanan hasil Crude Palm Oil (CPO). Pada Storage Tank minyak tetap dipanaskan pada temperatur 50 -550C dengan tujuan agar minyak tidak membeku dan mencegah bau tengik. Kapasitas storage pada PKS PT.Muriniwood Indah Industry adalah 2500 ton.



20



Storage Tank pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.14 berikut



Gambar 2.14 Storage Tank 9.



Sludge Tank Sludge tank berbentuk tabung dan kerucut di bawahnya dengan Sludge



yang berasal dari VCT di transfer secara underflow. Sludge tank ini bertujuan untuk memisahkan kandungan CPO yang terikut. Sludge yang mengandung minyak di alirkan ke vibrating double deck untuk dipisahkan dengan kotorankotoran yang telah halus. Dari vibrating ini minyak di alirkan ke precleaner tank. Sludge Tank pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.15 berikut



Gambar 2.15 Sludge Tank



21



10.



Pre Cleaner Tank Precleaner Tank adalah tempat penampungan sludge sementara



sebelum di pompakan ke Buffer tank. Kapasitas Precleaner Tank pada PKS PT.Muriniwood Indah Industry adalah 8 ton.



11.



Buffer Tank Berfungsi menampung sludge dari sludge tank atau juga sebagai tanki



distribusi sludge ke seperator agar ada tekanan pengumpanannya. Buffer tank diletakkan dibagian yang tinggi ± 8 meter dari atas separator untuk memberi tekanan pada seperator. Buffer tank dipanaskan sampai suhu 90-950C. Kemudian sludge dialirkan ke sludge seperator. Buffer Tank pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.16 berikut



Gambar 2.16 Buffer Tank



12.



Sludge Separator Setelah minyak dipompakan ke buffer tank, maka minyak tersebut di



transfer secara overflow ke centrifuge. Centrifuge adalah mesin yang dapat memisahkan minyak dengan kotoran berdasarkan massa jenis. System kerjanya menggunakan gaya sentrifugal. separator ini berputar dengan kecepatan putar 1400-1450 rpm. Sludge yang masuk kedalam terdiri dari bahan yang mudah menguap 80-85%, bahan padatan bukan minyak atau non oil solid (NOS) 8-12% dan minyak 5-10%. Pengolahan sludge ini dilakukan karena untuk mengurangi losses.



22



Pada centrifuge ini dilegkapi nozzle yang berperan penting, ukuran lobang nozzle mempengaruhi pemisahan fraksi ringan dan berat. Semakin kecil ukuran nozzle maka daya pisah semakin baik yaitu kadar minyak pada buangan relative kecil, akan tetapi nozzle sangat cepat rusak. Yang diakibatkan gesekan pasir halus. Sludge Separator pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.17 berikut



Gambar 2.17 Sludge Separator



13.



Recleamed Recleamed berfungsi sebagai tempat penampungan minyak dari proses



sludge separator sebelum di umpankan kembali ke tanki Vertical Continuous Tank (VCT).



14.



Fat Fit Fat Fit merupakan bak penampung sludge, tumpahan minyak dan air



cucian PKS.



23



15.



Bak Recovery Bak recovery merupakan bak penampungan sludge dari Fat Fit. Bak



recovery dipanaskan sampai suhu 90 - 950C. Kemudian Minyak yang masih terdapat pada bak recovery akan dilakukan pengolahan kembali dan dipompakan menggunakan recovery oil pump ke bak condensat tank sedangkan sisanya akan dibuang ke Deoling Pond.



2.1.6



Unit Pengolahan Kernel (Kernel Unit) Unit pengolahan kernel adalah unit akhir untuk memperoleh inti sawit.



Tujuan utama dari unit pengolahan kernel ini adalah untuk memisahkan kernel dari nut. Pada unit pengolahan kernel untuk memisahkan serabut dari nut, pemisahan inti dari cangkangnya dan juga pengeringan inti. Alat yang terdapat pada unit pengolahan kernel ini adalah sebagai berikut: 1.



Cake Braker Conveyor (CBC) Ampas yang keluar dari unit press akan berbentuk gumpalan antara fiber



(serabutt) dan nut (biji), sehingga pada CBC gumpalan tersebut akan dipecah sehingga pada kolom fiber cyclone hanya fiber yang akan dihisap. Nut dan fiber pada CBC akan diputar oleh pisau menuju Depericarper dengan kecepatan 70 80 rpm.



2.



Depericarper Merupakan salah satu alat untuk memisahkan serabut dari biji. Alat ini



terdiri dari sparating coloum dan polishing drum. Kedua alat ini mempunyai fungsi untuk membersihkan serabut (fibre) yang melekat pada biji (nut) dan sebagai tempat terjadinya pemisahan antara serabut dengan biji.



24



Depericarper pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.18 berikut



Gambar 2.18 Depericarper



3.



Nut Polishing Drum Polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berputar dengan



kecepatan 17-18 rpm. Akibat dari perputaran ini terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih menempel pada biji terkikis dan terpisah dari Biji. Biji jatuh, selanjutnya biji diangkut oleh wet nut conveyor dan destoner untuk memisahkan batu dan benda - benda yang lebih berat dari biji seperti besi. Biji yang terbawa ke atas jatuh kembali ke dalam air lock dan di tampung oleh nut elevator untuk dibawa ke proses selanjutnya. Nut Polishing Drum pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.19 berikut



Gambar 2.19 Nut Polishing Drum



25



4.



Destoner Cyclone Destoner Cyclone berfungsi untuk memisahkan fiber dan nut yang belum



terpisah pada proses sebelumnya. Dimana fiber dan nut dihisap fan destoner menuju destoner cyclone, fiber terhisap ke pneumatic air lock destoner sedangkan biji (nut) jatuh ke nut grading.



5.



Nut Grading Nut grading drum fungsinya untuk memisahkan antara biji ukuran besar



dengan biji ukuran sedang dan kecil sebelum masuk ke dalam nut silo.



6.



Nut Silo Nut silo berfungsi tempat untuk menampung nut sebelum dipecah di ripple



mill. Pada bagian dalam silo dibuat sekat-sekat segitiga horizontal. Penyekatan bertujuan agar nut didalam silo mempunyai permukaan yang dapat kontak langsung dengan udara lebih luas sehingga udara dapat dengan mudah melalui semua permukaan dari biji (nut). Nut Silo pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.20 berikut



Gambar 2.20 Nut Silo



26



7.



Ripple Mill Ripple mill berfungsi untuk memecahkan biji (nut) agar intinya terlepas dari



cangkangnya sehingga mudah untuk dipisahkan pada proses pemisahan selanjutnya. Ripple mill terdapat 3 unit dengan kapasitas masing-masing sebesar 6-7 ton/hari. Mekanisme penekanan biji (nut) dengan ripple mill yaitu dengan penekanan biji (nut) yang masuk oleh rotor bar pada dinding bergerigi sehingga menyebabkan pecahnya biji (nut). Kecepatan rotor bar yaitu 900 1000 rpm karena putaran yang rendah akan menurunkan efisiensi biji (nut) yang pecah, sedangkan jika kecepatan rotor bar tinggi akan menaikkan efesiensi inti pecah. Hasil pemecahan (cracked mixture) akan dibawa oleh cracked mixture conveyor dan dilanjukan cracked mixture elevator menuju LTDS I. Ripple Mill pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.21 berikut



Gambar 2.21 Ripple Mill 8.



LTDS I (Ligh Tenera Dry Separator) LTDS I Merupakan alat pemisahan antara cangkang dan material ringan



lain dengan inti dan biji utuh. Adanya hisapan udara cangkang yang ringan dan tipis akan terhisap ke LTDS cyclone dan kernel yang berbentuk bulat dan cangkang tebal akan jatuh ke wet kernel conveyor dan sebagian lagi masuk melalui Air lock menuju LTDS II. Sedangkan fraksi berat yang tidak terisap seperti batu, potongan besi dan material lainnya akan jatuh ke lantai.



27



9.



LTDS II (Light Tenera Dry Separator) LTDS II fungsinya sama dengan LTDS I untuk dipisahkan lagi kernel (inti)



dan cangkang dimana fraksi kecil akan terangkat menuju LTDS cyclone oleh hisapan fan dan masuk ke shell hopper melalui air lock dan akan jatuh ke conveyor sebagai bahan bakar untuk boiler. Sedangkan fraksi ringan dan besar akan masuk ke air lock 3 dan jatuh ke feed crecker conveyor clay bath. 10.



Claybath Claybath merupakan tempat terjadinya proses pemisahan kernel dengan



cangkang berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) dengan penambahan CaCO3 dan abu boiler. BJ inti (kernel) basah adalah 1,07 gr/m3, BJ cangkang adalah 1,30 gr/m3 dan BJ air adalah 1 gr/m3. Dengan penambahan bahan kimia sehingga mempengaruhi BJ air menjadi 1,2 gr/m3. Berat jenis inti (kernel) rendah akan mengapung ke permukaan air yang melewati vibrating dengan ukuran 8 mesh dan jatuh ke wet kernel conveyor. Sedangkan cangkang tenggelam akan di transfer melalui Load Shell ke penimbunan cangkang. Calybath pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.22 berikut



Gambar 2.22 Claybath



28



11.



Silo Dryer Silo dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti



produksi. Pengeringan dilakukan dengan cara menghembuskan udara panas dari steam heater. Udara dipanaskan dengan steam dengan suhu 60-800C selama ±14 -15 jam, kemudian oleh blower dihembuskan ke dalam silo. Silo Dryer pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.23 berikut



Gambar 2.23 Silo Dryer



12.



Kernel Silo Bin Merupakan tempat penyimpanan kernel sebelum dipasarkan. KSB terdiri



dari 6 kamar, dengan masing-masing kamar berkapasitas 90 ton/kamar. Kernel Silo Bin pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.24 berikut



Gambar 2.24 Kernel Silo Bin



29



2.1.7



Unit Pendukung (Utilitas) Utilitas merupakan suatu unit pendukung seluruh kegiatan suatu proses.



Utilitas berfungsi sebagai penyedia atau penyuplai bahan, tenaga, energi serta penanggukangan yang dibutuhkan oleh pabrik untuk keperluan proses. Maka dibutuhkan beberapa unit pendukung diantaranya:



1.



Water Treatment Water treatment plant pada pabrik kelapa sawit merupakan unit



pengolahan air untuk menghilangkan sebagian atau semua zat-zat yang tidak diperlukan yang terdapat dalam air sesuai dengan mutu dan kondisi yang diinginkan. Fungsi dan tujuan pengolahan air adalah untuk memproduksi air yang bersih dan jernih, mengurangi biaya boiler water treatment dengan hasil air yang bersih dan jernih.



a.



Water intake Water intake adalah tempat penampungan air sementara dari parit-parit



kecil sebelum dialirkan ke waduk. pH air 6,5-8,5. b.



Waduk Waduk adalah sebagai tempat penampungan air yang berasal dari water



intake. c.



Row Water Tank Row water tank adalah tempat penampungan air kotor yang dipompakan



dari waduk dan berkapasitas 40m3. Pada pipa jalur kapiler ini di injeksikan bahan kimia melalui Chemical Dosing Pump yang fungsi untuk mengalirkan larutan bahan kimia dengan cara injeksi dari tangki larutan kimia ke dalam Clarifier Tank dengan tujuan untuk menjernihkan air dan menaikkan Ph. d.



Clarifier Clarifier berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pembentukan partikel



yang lebih besar dengan sistem pengendapan sehingga flock terbentuk bertambah besar dan semakin berat sehingga mudah mengendap. Alat ini juga dilengkapi kerangan drain untuk membuang endapan lumpur yang terbentuk.



30



e.



Water basin Water basin adalah sebagai tempat penampungan sementara sebelum



dipompakan ke sand filter untuk proses penyaringan. f.



Sand Filter Sand filter berfungsi untuk menyaring sisa-sisa lumpur yang tidak



mengendap di water basin dan di dalam sand filter ada proses filtrasi suspended (tidak terlarut). Pada sand filter juga terjadi proses



backwash (pencucian



kembali) dimana air dipompakan dari bawah naik ke atas dan dibuang. g.



Tanki air bersih Sebagai tempat penimbunan air yang sudah bersih hasil dari pengolahan



dan sebagai tempat pengaturan distribusi air untuk domestik maupun untuk keperluan pabrik. h.



Softener Air dari tanki air bersih dipompakan ke Softerner Tank yang berfungsi



sebagai tempat untuk menghilangkan kandungan kesadahan (Hardness ) air yang terdiri dari Calsium dan Magnesium. Prinsip kerja dari softener ini yaitu : Softener Tank yang berisi Resin dengan basic unsur Na+ akan mengikat setiap kesadahan dari air yang melewati softener ini. Pada Softener Plan ini terjadi penambahan kimia diantaranya :



1. Wilgard 33 ( pengontrolan pH ) Bentuk fisik



: Cairan



Warna



: Putih 0



Berat jenis pada T:25 C



: 1,45



pH ( pada 1% larutan )



: 12,5-13,5



dosis



: 200-500ppm



2. Wilgard 44L ( pencegahan kerak ) Bentuk fisik



: Cairan



Warna



: tanpa warna



Berat jenis pada T:250C



: 1,08-1,12



pH ( pada 1% larutan )



: 10.0-11.0



dosis



: 20-60ppm



31



3. Wilgard 45 ( On-line Cleaning ) Bentuk fisik



: Cairan



Warna



: Coklat



Berat jenis pada T:250C



: 1,2



pH ( pada 1% larutan )



: 10,5-11,5



dosis



: 100-200ppm



4. dan Wilgard 66 ( pengikat oksigen ). Bentuk fisik



: bubuk



Warna



: agak Putih



pH ( pada 1% larutan )



: 8,5



bau



: tidak ada



dosis



: berkisar 30-60ppm



Apabila resin telah penuh dengan kesadahan yang diikat, maka resin tersebut akan jenuh (tidak aktif lagi) dan kita perlu mengaktifkan kembali dengan cara Regenerasi (pengaktifkan kembali ) dengan cara menambahkan NaCl murni. i.



Feed tank Tempat penampungan air sebelum dipompakan ke Daerator. Suhu pada



Feed Tank ini adalah 850C-950C j.



Daerator Gas yang terlarut dalam air Feed (Dissolved Gasses) seperti Oxygen,



Carbondioksida dan Ammonia dapat menyebabkan korosi pada Feed Water Lines, Heater, Economisers, Boiler, dan Condensate Lines, untuk menghilangkan gas terlarut tersebut maka diperlukan proses daerasi dengan menggunakan alat yang dinamakan daerator 2.



Boiler Boiler



merupakan



bejana



bertekanan



yang



digunakan



untuk



menghasikan uap yang dipakai untuk menggerakkan turbin uap sebagai pembangkit tenaga di pabrik kelapa sawit, selain itu uapnya juga digunakan untuk proses perebusan dan keperluan pemanasan lainnya. Boiler bekerja mengkonversikan panas yang dihasilkan dari bahan bakar, mengubah air



32



menjadi uap yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin sebagai pembangkit tenaga listrik.



Fungsi dan tujuan dari boiler : a. Menggerakkan turbin untuk menghasilkan tenga listrik sebagai penggerak mesin-mesin pengolahan b. Menghasilkan steam untuk unit-unit pengolahan c. Mendapatkan



efisiensi



penggunaan



listrik



yang



maksimal,



yaitu



menghasilkan steam sesuai kapasitas boiler sehingga dapat mengurangi penggunaan mesin genset. 3.



Unit Pembangkit Tenaga Uap Stasiun pembangkit tenaga uap adalah stasiun yang di lengkapi dengan



alat dan mesin untuk mengubah uap menjadi energi listrik untuk di alirkan ke semua stasiun dan juga perumahan. Ada pun alat dan mesin yang terdapat di stasiun ini adalah : a.



Turbin Uap yang berasal dari boiler akan di kirim ke mesin turbin oleh pipa. Pada



unit tersebut tenaga uap akan di ubah menjadi tenaga listrik untuk menggerakkan atau memutar generator. b.



Back Pressure Vessel (BPV) BPV berfungsi sebagai wadah penampung uap yang berasal dari uap



buangan turbin dan di alirkan ke setiap stasiun untuk menjalankan mesin mesin melalui kran pump dan pipa besar. Bejana ini dilengkapi dengan:  Make up valve yang berfungsi untuk menaikkan atau menambah tekanan.  Safety valve dan surplus valve yang berfungsi untuk membuang kelebihan steam.  Kerangan-kerangan berfungsi untuk distribusi steam ke stasiun pengolahan.  Steam trap berfungsi untuk membuang condensate.  Pressure gauge dan recorder berfungsi untuk mengukur dan mencatat tekanan.



33



4.



Unit Pengolahan Limbah Pengolahan limbah adalah proses penghilangan bahan-bahan yang



berbahaya agar aman dibuang ke lingkungan. Fungsi dan tujuan dari pengolahan limbah adalah 4.1 Untuk mendapatkan limbah akhir yang sesuai dengan kebutuhan Land Aplikasi 4.2 Mendapatkan limbah akhir yang sesuai standar baku mutu ( jika dialirkan keluar/kesungai) 4.3 Untuk mengurangi dan menghindari terjadinya pencemaran lingkungan Proses pengendalian air limbah PKS adalah perombakan secara an aerobic yang berlangsung tanpa membutuhkan oksigen, untuk mendapatkan senyawa-senyawa limbah menjadi energi dan nutrisi yang sesuai untuk kebutuhan land aplikasi. Mekanisme penanganan limbah cair dari pabrik ke instalasi pengolahan air limbah ( IPAL) adalah sebagai berikut: air limbah yang dihasilkan dari proses produksi di PKS mempunyai kisaran BOD 25000ppm. Limbah yang dihasilkan dari pabrik barupa :



1.



Limbah padat Limbah padat yang dihasilkan dari pabrik semuanya dimanfaatkan,



contohnya cangkang dan fibre yang digunakan sebagai bahan bakar pada boiler sedangkan jangkos di aplikasikan ke lapangan sebagai pupuk. 2.



Limbah cair Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik bersumber dari air kondensat, air



cucian pabrik, air claybath dan sebagainya. Limbah cair ini semuanya di tampung dan diolah dikolam limbah dan setelah memenuhi syarat air Buangan dapat dibuang ke sungai atau dapat dimanfaatkan untuk mengairi kelapa sawit melalui system Land Aplication serta dapat dimanfaatkan sebagai sumber energy dengan aplikasi biogas.



a.



Deoling Pond Sebagai tempat penampungan air setelah Bak Recovery yang berfungsi



untuk pengutipan minyak kembali hingga kadar 0,4%.



34



b.



Cooling pond Air limbah dari Deoling Pond di pompakan menuju Cooling Pond dengan



tujuan untuk pendinginan air limbah agar suhu mencapai ± 400C c.



Kolam 1 dan II Air limbah dari Cooling Pond dialirkan ke kolam 1 dan 2 yang berfungsi



sebagai tempat penampungan sementara sebelum di alirkan kekolam 3,4,5 dan 6, dimana setelah sampai pada kolam 6 akan langsung di transfer ke land aplikasi. d.



Land aplikasi Adalah sistem pemanfaatan air limbah ke kebun klapa sawit dengan



menggunakan Flat-bad. 5.



Laboratorium Laboratorium pabrik merupakan sensor bagi managemen pabrik dalam



mengatur proses efisiensi dan kualitas produk akhir. Oleh karena itu, laboratorium pabrik harus berfungsi secara efisien dan mengeluarkan data yang akurat untuk membantu managemen pabrik. Fungsi utama Laboratorium pabrik adalah : a.



Setiap hari mengambil sample, menganalisa dan mencatat kualitas produksi agar dapat mengetahui ketidaknormalan dan melaporkan kepada managemen pabrik untuk ambil tindakan segera.



b.



Secara konstan mengukur ketepatan losis minyak dan kernel selama pengolahan untuk diinformasikan kepada managemen pabrik jika ada ketidaknormalan sehingga dapat diambil langkah perbaikan.



c.



Secara teratur mengambil sample air boiler, air raw dan air limbah untuk dianalisa dan dilakukan langkah perbaikan atau kontrol rutin.



35



2.2



Efisiensi Pemisahan Buah Pada Thresher



2.2.1 Latar Belakang Thresher berfungsi untuk memisahkan brondolan dari tandannya dengan cara putaran. Kecepatan putar pada thresher adalah 23-24 rpm. Dengan adanya putaran tandan buah sawit akan terbanting pada dinding Tromol thresher, sehingga brondolan akan terlepas dari tandannya. Pada PKS PT.Muriniwood Indah Industry ini terdapat tiga unit thresher, dengan system kerja double thresher atau 2 tahap pembantingan pada tiap unit thresher sehingga mampu memisahkan brondolan lebih dari ±94%. Brondolan yang terpisah dari tandannya akan jatuh ke bawah melalui kisi-kisi yang berukuran ± 5,70 cm pada tromol thresher, kemudian akan ditampung pada Under Thresher Conveyor yang terletak pada bagian bawah thresher. Selanjutnya, brondolan akan dibawa menuju Bottom Cross Conveyor dan masuk ke dalam Fruit Elevator untuk dibawa ke Top Cross Conveyor dan dibagikan ke digester. Sedangkan tandan kosong dari thresher I dan II jatuh ke Horizontal Empthy Bunch conveyor lalu jatuh ke Unstriped Empty Bunch Conveyor dan naik ke Ban Cruisher untuk dilakukan penggilingan agar brondolan yang masih melekat di tandan mudah terlepas ketika masuk Threser no 3 (Rethreshing) yang berfungsi untuk pembantingan ulang agar brondolan yang masih melekat pada tandan bisa terlepas, dimana cara kerjanya sama dengan thresher I dan II. 2.2.2 Tujuan Tujuan tugas khusus yang dilakukan adalah : 1. Mengetahui tujuan dari Thresher. 2. Mengetahui cara kerja Thresher. 3. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pemipilan pada thresher. 4. Mengetahui alat pelengkap pada Thresher. 5. Mengetahui perawatan yang dilakukan pada Thresher. 6. Untuk mengetahui efisiensi pemisahan buah pada Thresher.



36



2.2.3 Metodologi Metodologi yang dilakukan dalam PKL adalah observasi kelapangan, interview dengan asisten proses, operator thresher, mandor proses dan juga dengan metode kepustakaan. 2.2.4 Tujuan Thresher Tujuan dari thresher adalah untuk memisahkan antara brondolan dari tandannya dengan cara membanting tandan buah rebus ke dalam drum thresher. Thresher berupa drum silinder panjang yang mempunyai kisi-kisi dan berputar secara horizontal denngan kecepatan putar 23-24 rpm. 2.2.5 Cara Kerja Thresher Proses yang terjadi pada unit Thresher adalah proses bantingan tandan buah didalam thresher dengan cara bantingan dalam drum yang berputar. Proses pemipilan ini berlangsung dimulai dari pertama masuk buah ke Thresher drum satu untuk proses bantingan tandan buah didalam drum yang berputar hingga Thresher drum no tiga. Drum Thresher dibentuk dari besi plat yang berkisi – kisi disekeliling drum sebagai tempat pengeluaran brondolan hasil dari proses bantingan yang akan masuk ke conveyor under Thresher. Setelah keluar dari Thresher drum I dan II tandan buah akan jatuh ke Horizontal Empty Bunch Conveyor untuk ditransfer ke Ban Cruisher melewati Unstriped Empty Bunch Conveyor untuk dilakukan pembantingan ulang pada Thresher drum III agar brondolan yang masih melekat pada tandan bisa terlepas maksimal. Kemudian tandan kosong ditransfer menggunakan Horizontal Empty Bunch Conveyor menuju unit Empty Bunch Press menggunakan Inclined Empty Bunch Coveyor. Hasil dari proses penebahan tandan buah masing – masing akan masuk ke pengolahan berikutnya. Brondolan dari proses bantingan akan jatuh dan masuk ke conveyor under Threser yang berada pada bagian bawah Thresher, brondolan tersebut selanjutnya akan masuk ke bottom cross conveyor untuk mengantar brondolan menuju Unit Pengempaan melalui Fruit Elevator.



37



2.2.6 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Proses Pemipilan pada thresher Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemipilan adalah sebagai berikut : 1. Thresher drum harus bersih dari kotoran yang menempel di kisi – kisi drum. Hal ini dapat mempengaruhi efisiensi bantingan, karena kisi – kisi tidak bisa bekerja dengan sempurna akibat kotoran – kotoran yang menghambat pada proses pemipilan, bahkan akan terjadi kerusakan pada thresher drum. 2. Buah harus bebas dari benda keras (besi) yang mungkin terikut TBR, karena benda keras seperti besi akan merusak Thresher, bahkan akan menghambat proses pemipilan, sehingga pemipilan tidak sempurna. 3. Pemasukan buah ke Thresher harus bertahap agar buah yang menempel pada tandan dapat rontok keseluruhannya dengan sempurna, karena buah yang dimasukkan secara bersamaan akan mengakibatkan thresher tidak bisa membanting TBR dengan maskimal, sehingga buah tidak terpipil dengan sempurna yang akan mengakibatkan turunnya efesiensi. Putaran thresher terbaik adalah tandan dapat terangkat tinggi dan sekaligus terjatuh pada dasar drum.



2.2.7 Peralatan Pada Thresher Peralatan pada thresher adalah sebagai berikut : a. Thresher Drum Thresher drum adalah drum yang berputar pada roller untuk proses penebahan atau bantingan tandan buah. Pada sekeliling drum terdapat plat – plat miring sebagai pembanting dan penghantar tandan buah dalam thresher, sehingga tandan buah akan terbanting bergerak dari ujung ke ujung drum thresher. Data – data teknik thresher drum : 1. Diameter drum 2300 mm dan panjang drum 6300 mm. 2. Drum dari besi plat berkisi – kisi tempat pengeluaran brondolan dengan ukuran 57 mm. 3. Terdapat 2 buah roller sebagai pendukung sumbu putar. 4. Thresher drum digerakkan oleh elektromotor n= 1450 rpm.



38



b. Horizontal Empty Bunch Conveyor Horizontal empty bunch conveyor adalah conveyor pengantar tandan yang masih ada brondolan yang menempel yang telah diproses dari bantingan pertama untuk dikirim ke ban cruisher dan janjangan kosong yang keluar dari thresher no 3 jatuh ke Horizontal empty bunch conveyor dan dikirim ke inclined empty bunch conveyor. Data – data teknik horizontal empty bunch conveyor : 1. Panjang conveyor 27320 mm dan lebar 750mm. 2. Conveyor digerakkan oleh elektromotor n=1450 rpm.



c. Ban Cruisher Ban Cruisher adalah alat yang berfungsi untuk penggilingan tandan buah dengan menggunakan 2 pasang poros yang memiliki gigi – gigi yang berputar berlawan arah antara pasangannya. Dari empty bunch crhuser selanjutnya akan dilanjutkan menuju Thresher 3 untuk dilakukan bantingan ulang. d. Inclined Empty Bunch Conveyor Inclined empty bunch conveyor adalah alat yang digunakan untuk mentransfer tandan kosong untuk dilanjutkan menuju unit empty bunch press. Data – data teknik horizontal empty bunch conveyor : 1. Panjang conveyor 51300 mm dan lebar 750mm 2. Conveyor digerakkan oleh elektromotor n=1450 rpm e. Conveyor Under Thresher Conveyor under thresher adalah alat yang digunakan untuk mentransfer hasil penebahan menuju bottom cross conveyor. Conveyor under thresher digerakkan oleh elektromotor. f. Bottom Cross Conveyor Bottom Cross Conveyor adalah conveyor bawah melintang model ulir atau screw yang digunakan untuk mentransfer brondolan dari conveyor under thresher menuju Fruit Elevator.



39



2.2.8 Perawatan Pada Thresher Untuk menjaga keawetan dari mesin – mesin yang ada di unit threshing, ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain : 1. Melakukan pembersihan terhadap seluruh bagian – bagian alat yang ada di thressing unit, seperti kisi – kisi dan conveyor. 2. Memeriksa Oli hydrolic apakah masih dalam level yang diinginkan. 3. Melumasi semua bagian – bagian bearing pada as sproket maupun rantai. 4. Membersihkan tandan yang menyumbat pada lobang – lobang thresher. 5. Memperhatikan kondisi chain conveyor apakah sudah mengalami aus atau sudah mengalami longgar. 6. Selalu mengecek control panel pada threshing unit. 2.2.9 Cara Menghitung Efisiensi Thresher 1. Setelah di horizontal empty bunch conveyor selepas thresher sebelum ban cruisher. Mulai hitung tandan kosong. Hitung 400 tandan kosong dan catat brondolan yang masih tertinggal di tandan kosong. 2. Mengganti posisi inclined empty bunch conveyor selepas thresher 3 dan mulai hitung tandan kosong. Hitung 400 tandan kosong, lalu hitung jumlah brondolan yang masih tertinggal di tandan kosong. 3. Dihitung efesiensi pemisahan pada thresher sebelum ban cruisher dan thresher sesudah ban cruisher.



Nilai yang diperlukan : Total % Buah yang belum terpipil pada thresher sebelum ban cruisher Total % Buah yang belum terpipil pada thresher sesudah ban cruisher % Efesiensi thresher sebelum dan setelah ban cruisher



40



2.2.10 Efisiensi Pemisahan Buah Pada Thresher Efisiensi thresher adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengghitung kinerja dari thresher, perhitungan pada efisiensi ini diukur dari unstiped bunch (USB) yang terdapat pada keluaran tiap-tiap thresher dengan mengambil sampel sebanyak 400 tandan keluaran dari drum thresher. Pengamatan untuk perhitungan efisiensi kinerja thresher dilakukan selama 10 hari, dimulai dari tanggal 10 desember hingga 20 desember 2018. Grafik efesiensi kinerja thresher pada PKS PT MII dapat dilihat pada gambar 2.25 berikut



102.00% 100.00% 98.00% 96.00%



Thresher sebelum Ban Cruisher



94.00%



Thresher sesudah Ban Cruisher



92.00% 90.00% 88.00% hari hari hari hari hari hari hari hari hari hari ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5 ke 6 ke 7 ke 8 ke 9 ke 10



Gambar 2.25 Grafik efisiensi thresher



Rata-rata efesiensi pemisahan pada thresher sebelum melewati ban cruisher adalah 96.8%, efisiensi ini termasuk tinggi, dan sudah sesuai dengan yang diharapkan pabrik dengan efesiensi minimal 95%. Hal ini disebabkan karena bahan baku yang sudah memenuhi standar olah, thresher yang selalu dirawat, serta proses disterilizer yang sudah sempurna sehingga akan menghasilkan efesiesi yang tinggi. Adanya efesiensi kurang dari 95% pada thresher sebelum ban cruisher adalah karena jenis buah yang diolah tergolong dari jenis hard bunch dan buah kurag matang, karena ditandai dengan masih banyaknya brondolan yang melekat pada tandannya.



41



Sedangkan rata-rata pemisahan pada thresher setelah melewati ban cruisher adalah 98.2%, ada peningkatan sebesar 1.4% dari pemisahan pada thresher sesudah melewati ban cruisher. Peningkatan ini terjadi karena pada thresher 3 dibantu oleh ban cruisher yang berfungsi untuk penggilingan tandan buah dengan menggunakan 2 pasang poros yang memiliki gigi-gigi berputar berlawanan arah antara pasangannya, sehingga brondolan yang masih melekat ditandannya dari proses bantingan pertama dapat membrondol atau lepas dari tandannya pada proses bantingan kedua, yang akan membantu proses pemipilan pada thresher 3. Dengan



adanya



3



thresher



yang



disusun



dengan



seri,



dapat



meningkatkan efesiensi pemisahan dan menurunkan losses. Tinggi efisiensi berarti banyaknya brondolan yang dapat terpisah dari tandannya.



Efisiensi pemisahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Tingkat kematangan buah Perlakuan yang tidak tepat pada sortasi, sangat mempengaruhi pemipilan buah pada thresher. Pada proses sortasi inilah yang akan mengelompokkan bahan baku yang akan diproduksi. Pengelompokan buah yang tidak tepat akan mendapatkan perlakuan yang tidak tepat pula pada perebusan. Bahan baku mentah dan kurang matang akan menyulitkan proses pemisahan pada thresher, karena buah mentah dan kurang matang ini memiliki ciri fisik tandan buah yang keras, akibatnya masih banyak buah yang tertinggal pada tandan. Kematangan buah sangat berperan penting dalam menentukan efesiensi, hal ini tergantung buah yang masuk, semakin banyak buah mentah dan kurang matang yang diproduksi, maka brondolan yang tertinggal dijanjangan semakin banyak, dan akibatnya efesiensi dari thresher menjadi rendah.



2. Perebusan Pada proses perbusan juga berperan penting dalam efesiensi dari thresher. Proses perebusan yang kurang sempurna seperti waktu perebusan akan menyulikan pemipilan pada thresher.



42



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1



Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :



1.



Proses pengolahan Tandan Buah Segar ( TBS ) menjadi minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan kernel terdiri dari unit utama dan unit pendukung. Unit utama dimulai dari Unit Penerimaan Buah, Unit Rebusan, Unit Pemipilan, Unit Pengempaan, Unit Pemurnian Minyak, dan proses pengolahan Inti Sawit (Kernel). Sedangkan unit pendukung adalah unit laboratorium, unit pengolahan air, boiler, pembangkit listrik dan pengolahan limbah



2.



Rata-rata efisiensi pemisahan pada thresher sebelum melewati ban cruisher adalah 96.8%, efisiensi ini termasuk tinggi, dan sudah sesuai dengan yang diharapkan pabrik dengan efesiensi minimal 95%



3.



Rata-rata pemisahan pada thresher sesudah ban cruisher adalah 98.2%. ada peningkatan sebesar 1.4% dari pemisahan pada thresher setelah melewati ban cruisher.



4.



Hal-hal



yang



mempengaruhi



efesiensi



pemisahan



adalah



tingkat



kematangan buah, dan perlakuan perebusan pada sterilizer.



3.2



Saran Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penulis mengenai proses



Pengolahan Minyak Kelapa Sawit di PKS PT.Muriniwood Indah Industry adalah sebagai berikut : 1.



Untuk kinerja alat dari proses perlu diperhatikan sehingga efesiensi kerja alat untuk meningkatkan perolehan produk crude palm oil dan kernel dapat tercapai.



2.



Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemipilan pada unit thresher adalah kondisi mesin yang harus dijaga dan selalu memperhatikan kisi-kisi pada thresher.



3.



Seluruh karyawan diharapkan agar menggunakan alat pelindung diri (APD), agar tidak terjadi kecelakaan kerja.



43



DAFTAR PUSTAKA Ketaren, 2005. Teknologi Pengolahan Sawit. Bandung



Pahan, I. 2006 .Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya



Sunarko.2007 .Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta : PT Agro Media Pustaka.



[PKS JS] Pabrik Kelapa Sawit Muriniwood Indah Industry (MII). 2017. Standar OperasionalProsedur Pabrik Kelapa Sawit Muriniwood Indah Industry (MII). Bangkinang Seberang: PKS PT.Muriniwood Indah Industry (MII).



44



Daftar Lampiran LAMPIRAN 1 Flow Chart Proses Pengolahan Kelapa sawit menjadi CPO di PKS PT.Muriniwood Indah Industry



45



LAMPIRAN 2 Cara Menghitung Efesiensi Pemisahan Buah Pada Thresher



Perhitungan : % Total Buah yang tidak terpipil sebelum melewati bunch cruisher = 5 𝑥 100 400



=



𝑁1 𝑥 100 400



=



= 1.25%



% Total Buah yang tidak terpipil sesudah melewati bunch cruisher = 2 𝑥 100 400



𝑁1 𝑥 100 400



= 0.5%



% Efesiensi = Thresher sebelum bunch cruisher = 100 – Sebelum Bunch cruisher = Thresher sesudah bunch cruisher = 100 – sesudah Bunch cruisher



46



LAMPIRAN 3 Data pengamatan GENERAL DATA Date



USB Sebelum ban cruisher



Efesiensi Thresher



Sesudah ban cruisher



Sebelum ban



Sesudah



cruisher



cruisher



1



2.25%



1.5%



97.5%



98.5%



2



3.5%



1.75%



96.5%



98.25%



3



6.25%



3.75%



93.75%



96.25%



4



3%



2%



97%



98%



5



1%



0.25%



99%



99.75%



6



1%



0.25%



99%



99.75%



7



1.25%



0.25%



98.75%



99.75%



8



2%



1%



98%



99%



9



7.25%



4.25%



92.75%



95.75%



10



4.5%



3.25%



95.5%



96.75%



ban



47



LAMPIRAN 4 Gambar Unit Thresher



48



LAMPIRAN 5 Rekap Jurnal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan



Nama



: Adlu Adil Saleh



NIM



: 201611003



Periode PKL



: 19 november 2018 s/d 19 januari 2019



Nama Instansi/Perusahaan



: PKS PT. Muriniwood Indah Industry



Alamat Instansi/Perusahaan



: Desa Bumbung, Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau



Dosen Pembimbing



: Hanifah Kahiriah,SST,.MT



Pembimbing Lapangan



: Robby Nugraha



Tanggal



Nama Praktek



19 november



Proses



2018



Uraian Kegiatan 



Observasi pabrik







Pengenalan unit sterilizer dan alur proses



21 november



Proses







2018



Mempelajari Unit Klarifikasi







Menghitung % nut yang diolah dari tbs yang diolah



22 november



Proses







2018



Mempelajari Unit Sterilisasi







Mempelajari sistem LTDS I dan II



23 – 27



Proses







november 2018



Mempelajari bagian Storage Tank







Proses pemasaran CPO







Pengoperasian tipler







Perhitungan losses pada LTDS



28 november- 1



Proses







desember 2018



Mempelajari unit pengolahan kernel







Pengoperasian Tipler



49







Pengoperasian Capstand







Mempelajari unit Klarifikasi



3 – 8 desember



proses







2018



Mempelajari unit pengolahan kernel







Mempelajari unit screw press







Menghitung % nut yang diolah







Pehitungan efesiensi thresher



10 – 14



Proses







desember 2018



Pehitungan efesiensi thresher







Pengoperasi Tipler







Perhitungan losses ripple mill







Perhitungan losses LTDS







Percobaan bantingan pada thresher



17 – 21



Maintenance







desember 2018



Penjelasan tentang maintenance







Mengamati Perbaikan atau perawatan pada lori







Percobaan pengelasan







Penjelasan tentang mesin-mesin unit pengolahan







Perhitungan bagianbagian unit thresher



26 – 29



Laboratorium







desember 2018



Analisa ALB, Kadar Air , Kadar Kotoran







Pengambilan sampel uji



50



2-12 januari



Laboratorium







Perhitungan % nut to FFB







Ekstraksi Losses







Analisa ALB, Kadar Air ,



2019



Kadar Kotoran 



Pengambilan sampel uji







Sortasi TBS yang akan diolah







Mengikuti sonding







Mengikuti pemasaran CPO dan Kernel







Perhitungan rendemen hasil pengolahan







Perhitungan jartes unit Water Treatment



 14-19 januari



Laboratorium







2019



Analisa ALB, Kadar Air , Kadar Kotoran







Perhitungan % nut to FFB







Presentasi hasil PKL







Pemasaran CPO







Revisi laporan dengan pembimbing



51