Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu alamiah dasar merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang pola pikir manusia mulai dari sejarah perkembangan awal hingga pemikiranpemikiran yang serba maju mulai dari penelitian-penelitian yang masih menggunakan metode-metode zaman dulu hingga menggunakan metode-metode yang sudah canggih. Salah satu cabang ilmu alamiah adalah Ilmu pengetahuan alam yang bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan suatu cirri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya,bulan, bintang, dan matahari bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris). Dalam cabang ilmu alamiah dasar yang lain terdapat cabang ilmu yang mempelajari tentang metode-metode atau cara-cara mengetahui penelitian yaitu metode ilmiah atau sikap ilmiah yang didalamnya terdapat metode-metode atau cara-cara penelitian atau sistematika penelitian. A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana rasa ingin tahu manusia muncul? 2. Apa itu mitos? 3. Mengapa muncul mitos pro dan kontra? 4. Bagaimana lahitnya IPA modern? 5. Bagaimana cara melakukan pendekatan ilmiah? 6. Apa saja langkah-langkah operasional metode ilmiah? B. Tujuan 1. Mampu menjelaskan proses perkembangan pola piker manusia 2. Menganalisis timbulnya mitos 3. Menjelaskan kelahiran IPA modern 4. Memahami cara melakukan pendekatan ilmiah 5. Mengetahui langkah-langkah operasional metode ilmiah



1



BAB II PEMBAHASAN A. Rasa Ingin Tahu Manusia Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang bendabenda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris). Rasa ingin tahu tidak dimiliki oleh makhluk lain, seperti batu, tanah, sungai dan angin. Angin dan udara memang bergerak dari satu tempat ke tempat lain namun gerakanya itu bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi akibat ari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal. Dengan potensi akal yang dimilikinya maka manusia berusaha untuk memahami akan berbagai fenomena alam yang terjadi. Dan lahirnya pemikiran pemikiran manusia itu berawal dari rasa ingin tahu yang dimiliki oleh manusia. Rasa ingin tahu pada manusia boleh dikatakan tidak akan pernah berhenti karena selalu muncul keinginaan untuk menambah pengetahuan. Rasa ingin tahu itupula yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu demi menemukan jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam pikiranya. Upaya yang dilakukan manusia adakalanya berhasil namun juga bisa gagal. Akan tetapi kegagalan yang ada pada umumnya justru semakin memicu untuk melakukan lebih keras lagi sampai berhasil. B. Mitos Mitos adalah kepercayaan yang muncul karena adanya pengetahuan baru. Legenda adalah cerita yang berdasarkan mitos. Mitos dapat diterima masyarakat karena keterbatasan pengetahuan yang disebabkan terbatasnya penginderaan baik langsung maupun tidak langsung, keterbatasan penalaran manusia dan terpenuhinya hasrat ingin tahunya. Perkembangan



selanjutnya



adalah



manusia



berusaha



memenuhi



kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikiranya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan maupun pengalamanya. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuanya itu. Sebagai contoh: “Apakah pelangi itu?”. Karena tak dapat 2



dijawab, manusia mereka-reka jawaban bahwa pelangi adalah selendang “bidadari”. Jadi, muncul pengetahuan baru yaitu “bidadari”. Contoh lain, “mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabanya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban “yang berkuasa dari gunung itu sedang marah”. Di sinilah muncul pengetahuan baru yang disebut”yang berkuasa”. Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama muncullah anggapan bahwa adanya”yang berkuasa” di dalam hutan lebat, sungai yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan atau adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana rembulan. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos. Cerita yang berasarkan atas mitos di sebut legenda. Mitos timul di sebabkan antara lain oleh keterbatasan alat indera manusia. 1. Alat Penglihatan Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan 10 gambar dalam satu detik jika ukuran partikel terlalu kecil. Demikian juga, jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka tak mampu melihatnya. 2. Alat Pendengaran Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 per detik. Getaran di bawah tiga puluh atau di atas tiga puluh ribu perdetik tak dapat terdengar oleh telinga manusia. 3. Alat Pencium dan Pengecapan Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dikecap maupun diciumnya. Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa yaitu rasa manis, asam, asin dan pahit. Bau seperti parfum dan lainya dapat tercium oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain. 4. Alat Perasa Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin. Namun, ini sangat relative sehingga tidak dapat dipakai sebagai alat observasi yang tepat.



3



Alat-alat indera tersebut berbeda-beda di antara manusia. Ada yang sangat tajam penglihatanya, ada pula yang tidak. Ada yang tajam penciumanya, ada yang lemah. Akibat keterbatasan alat indera kita, maka mungkin saja timbul salah informasi, salah tafsir atau salah pemikiran. Untuk meningkatkan ketepatan alat indera tersebut manusia dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Mitos dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena : a.



Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan oleh keterbatasan penginderaan, baik langusng maupun dengan alat.



b.



Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.



c.



Terpenuhinya hasrat ingin tahunya.



C. Mitos Antara Pro dan Kontra Pada zaman dahulu mitos di percaya oleh masyarakat karena keterbatasn pengalaman dan pemikiran mereka, oleh karena itu mitos adalah jawaban yang memuaskan bagi mereka. Akan tetapi karena manusia mempunyai sifat yang selalu ingin tahu maka sebagian di antara mereka terus mencari jawabannya. Berikut adalah para pelopor  perubahan pola pikir pada masa Yunani Kuno: 1. Anaximander(610-546SM) Seorang pemikir yang berpendapat bahwa alam semesta yang kita lihat berbentuk seperti bola dan bumi sebagai pusatnya. 2. Anaximenes(560-520SM) Berpendapat bahwa unsur dasar pembentukan semua benda adalah air, teori ini merupakan teori pertama tentang tranmutasi unsur-unsur. Akan tetapi, teori ini ditentang oleh Herakleitos (560-470 SM) karena Herakleitos berpendapat bahwa apilah yang menyebabkan adanya transmutasi. 3. Pythagoras(±500SM) Berpendapat bahwa sebenarnya unsur dasar membentuk benda itu ada 4, keempat unsur dasar itu adalah tanah, api, udara dan air. 4. Empedokles(480-430SM) Empedokles menyempurnakan teori Pythagoras dengan memperkenalkan adanya tenaga penyekat atau tarik menarik dan tenaga pemisah atau tolak



4



menolak, kedua tenaga inilah yang mempersatukan atau memisahkan keempat unsur. 1. Plato(427-347SM) Menurut Plato keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya merupakan suatu dupliakat saja dari sesuatu yang kekal dan immateria. 2. Aristoteles(348-322SM) Aristoteles berpendapat sama dengan Anaximander bahwa bumi itu bulat dan merupakanpusat dari alam semesta yang beredar mengelilinginya Alam Semesta Menurut orang Babylonia (± tahun 700-600 SM) alam semesta merupakan suatu ruangan yang terselungkup dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit beserta bintang adalah atapnya. Akan tetapi dengan perkembangan zaman dan semakin lengkap alat untuk penelitian maka terdapat berbagai teori tentang terbentuknya alam semesta.  D. Kelahiran IPA Pada mulanya manusia percaya mitos yang sekarang dinilai sebagai pengetahuan semu (pseduo knowledge). Mengapa? Karena mitos tidak pernah memuaskan maka dicarilah pengetahuan sesungguhnya (pure science). Objek utama yang dipikirkan manusia adalah alam sehingga lahirlah pengetahuan alam (natural science). Untuk menemukan ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah. Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol berdasarkan atas datadata empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat menghasilkan suatu teori dan masih dapat diuji konsistensi serta kemantapannya. Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka. Artinya, dapat diuji ulang oleh siapapun. Jadi, suatu ilmu pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan bilamana cara memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan rasionalisme dan emperisme.



5



Secara lengkap dapat dikatakan bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA bilamana persyaratan berikut: objeknya pengalaman manusia yang berupa gejala-gejala alam, yang dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia. Kapan ilmu pengetahuan (sains) lahir ? secara waktu mungkin sulit untuk ditetapkan tetapi yang jelas sesuatu dinyatakan pengetahuan sains adalah apabila pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach and empiric approach yakni kebenaran yang secara rasional dapat dimengerti dan difahami serta dibuktikan secara fakta dan menggunakan peralatan ilmiah. E. Pendekatan Ilmiah 1. Sikap Ilmiah1 Ilmu pengetahuan memiliki cirri khas yaitu obyektif, metodik, dan sistematis. Sehingga setiap orang yang berada dalam ilmu alamiah akan memiliki sikap ilmiah antara lain: 1. Mencintai kebenaran yang obyektif dan bersikap adil 2. Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolute 3. Tidak percaya pada takhayul 4. Ingin tahu lebih banyak 5. Tidak berpikir secara prasangka 6. Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa bukti nyata 7. Optimis, teliti, dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut ilmiahnya benar.2 8. Jujur ( Wjaib melaporkan hasil pengamatan secara objektif ) 9. Terbuka ( Terbuka menerima pendapat orang lain ) 10. Toleran ( Tidak akan memaksakan pendapatnya kepada orang lain) 11. Skeptis ( Tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti kuat ) 12. Optimis ( Berpengharapan baik ) 13. Pemberani (Berani melawan hal-hal yang akan menghambat kemajuan ) 14. Kreatif (mampu menghasilkan trobosan dan kreasi demi kemajuan. 3 1



2



Mien Roosmini dkk, Ilmu Alamiah Dasar, (Semarang, IKP, 1989)hal 24 Tim Reviewer MKD 2015 UIN SUNAN AMPEL, Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya, Sunan Ampel Press, 2015), hal. 26. 3  Purnama Heri, Ilmu Alamiah Dasar,(Jakarta, PT Rineka Cipta, 2001), hal. 115-119.



6



2. Metode Ilmiah Untuk mencapai kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan itu sendiri dengan faktanya maka dibutuhkan suatu metode atau cara yang tepat 4 yang disebut Metode Ilmiah. Dengan metode ilmiah akan dihasilkan pengetahuan yang bersifat sistematis, obyektif, dan universal. Kita telah mengetahui adanya perkembangan pola pikir manusia dimulai dari zaman Babylonia (kurang lebih 650 SM) dimana orang percaya pada mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintangan. Bahkan percaya adanya banyak dewa, ada dewa angin, dewa matahari, dewa petir dan dewa-dewa lainnya. Pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara , antara lain : a. Prasangka Yaitu suatu anggapan benar padahal baru merupakan kemungkinan benar ataukah salah b. Intuisi Yaitu Pendapat



seseorang



yang



diangkat



dari



perbendaharaan



pengetahuannya terdahulu c. Trial dan Error Yaitu metode coba-coba atau untung-untungan.5 Menurut Almadk (1939), ”metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsipprinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.” Pengetahuan



yang



didapat



dengan



cara-cara



tersebut



diatas



termasuk pada golongan pengetahuan yang tidak ilmiah. Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan memenuhi empat syarat, yaitu : 1) Objektif  ( Kesesuaian dibuktikan dengan hasil pengindraan ) 2) Metodik ( Memperoleh pengetahuan dengan cara tertentu dan terkontrol ) 3) Sistematik (Pengetahuan ilmiah tersusun dalam suatu sistem )



4



Tim Reviewer MKD 2015 UIN SUNAN AMPEL, Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya, Sunan Ampel Press, 2015)hal. 22 5 Purnama Heri, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2001)hal. 110.



7



4) Berlaku umum (Pengetahuan tidak hanya berlaku atau diamati oleh satu orang, tapi semua orang berhak melakukan eksperiment )6 3. Kriteria Metode Ilmiah Supaya



suatu



metode



yang



digunakan



dalam



penelitian



disebut



metodeilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:. 1) Berdasarkan Fakta 2) Bebas dari Prasangka 3) Menggunakan Prinsip Analisa 4) Menggunakan Hipotesa 5) Menggunakan Ukuran Obyektif Metode Ilmiah John Dewey yaitu Cara-cara non ilmiah (unscientific) membuat manusia tidak merasa puas sehingga meraka berfikir dengan cara deduktif dan induktif. Metode ini diperkenalkan oleh John Dewey antara lain: 1) The Felt Need (adanya suatu kebutuhan) : Seseorang merasakan adanya suatu



kebutuhan yang menggoda perasaannya sehingga dia berusaha



mengungkapkan kebutuhan tersebut. 2) The



Problem



dirasakan pada



(adanya tahap



suatu masalah)



the



felt



need



: Dari kebutuhan



diatas,



diteruskan



yang dengan



merumuskan,menempatkan dan membatasi permasalahan (kebutuhan). Penemuan



terhadap



kebutuhan



dan masalah



boleh dikatakan



para meter yang sangat penting dan menentukan kualitas penelitian. Studi



linteratur,



diskusi,dan pembimbingan



dilakukan sebenarnya



untuk men-define kebutuhan dan masalah yang akan diteliti. 3) The hypothesis (menyusun hipotesis) : Jawaban atau pemecahan masalah sementara yang masih merupakan dugaan yang dihasilkan misalkan dari pengalaman, teori dan hukum yang ada. 4) Collection of Data as Avidance (merekam data untuk pembuktian) :membuktikan hipotesis dengan eksperimen, pengujian dan merekam data di lapangan. Data-data dihubungkan satu dengan yang lain untuk 6



Drs. Margono, Ilmu Alamiah Dasar,(Surakarta, UNS, 1984). Hal. 71.



8



ditemukan kaitannya. Proses ini disebutkan dengan analisis. Analisis dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis. 5) Concluding



Belief (kesimpulan



yang



diyakini



kebenarannya)



:



Berdasarkan analisis yang dilakukan pada tahap ke-4, dibuatlah sebuah kesimpulan



yang



diyakini



mengandung



kebenaran,



khususnya



untuk kasus yang diuji. 6) General Value of the Conclusion (memformulasikan kesimpulan umum) Kesimpulan yang dihasilkan tidak hanya berlaku untuk kasus tertentu, tetapi merupakan kesimpulan (bisa berupa teori, konsep dan metode) yang bisa berlaku secara umum, untuk kasus lain yang memiliki kemiripan-kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan diatas. 1. Langkah-langkah Operasional Salah satu syarat ilmu pengetahuan ialah bahwa materi pengetahuan itu harus diperoleh melalui metode ilmiah. Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini tidak harus selalu berurutan, langkah demi langkah, seperti yang tercantum berikut ini, yang penting ialah pemecahan masalah untuk mendapatkan kesimpulan umum (generalisasi) hanya berdasarkan atas data dan diuji dengan data, bukan oleh keinginan, prasangka,kepercayaan, atau pertimbangan lain. Menurut Drs. Maskoeri Jasin langkah-langkah penerapan metode ilmiah itu ada 3 (tiga), yaitu: 1) Menentukan dan memberikan batasan kepada masalah 2) Menentukan hipotesis atau rumusan pemecahan masalah yang bersifat sementara 3) Menguji dan mengadakan verifikasi kesimpulan



Adapun langkah-langkah operasional untuk melakukan metode ilmiah yaitu: a. Penemuan atau penentuan masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita menghadapi berbagai masalah. Dengan adanya masalah ini maka otak kita mulai berfikir. Masalah tersebut harus



9



dirumuskan sedemikian rupa hingga memungkinkan untuk dianalisis secara logis dan kemudian mudah untuk dipecahkan. b. Perumusan kerangka masalah Langkah ini merupakan usaha untuk mendeskripsikan permasalahannya secara lebih jelas. Unsur-unsur yang membentuk kerangka ini dapat diturunkan secara empiris. Jadi dalam langkah perumusan kerangka permasalahan ini, kita sudah mulai berfikir secara empiris dan secara rasional.  c. Pengajuan Hipotesis Hipotesis adalah kerangka pemikiran sementara yang menjelaskan hubungan antara unsur-unsur yang membentuk suatu kerangka permasalahan. Kerangka  pemikiran sementara diajukan tersebut disusun secara deduktif  berdasarkan premis-premis atau pengetahuan yang telah diketahui kebenarannya. d. Deduksi Hipotesis Kadang-kadang, dalam menjembatani permasalahan secara rasional dengan pembuktian secara empiris membutuhkan langkah perantara. e. Pengujian Hipotesis Langkah ini merupakan usaha untuk mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan deduksi hipotesis. Jika fakta-fakta tersebut sesuai dengan konsekuensi



hipotesis,



berarti



bahwa



hipotesis



yang



diajukan



terbukti/benar, karena didukung oleh fakta-fakta yang nyata. Jadi kriteria untuk menetukan apakah suatu hipotesis itu benar atau tidak ialah kenyataan empiris, apakah hipotesis tersebut didukung oleh fakta atau tidak. Langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut diatas tersusun dalam urutan yang teratur, langkah yang satu merupakan persiapan bagi langkah berikutnya. f. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta (data) untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Di dalam ilmu alamiah suatu kesimpulan bersifat



10



sementara (tentatif), kesimpulan adalah sesuatu yang harus diajukan. Pengujian-pengujian seperti itu memerlukan data tambahan. Dengan demikian generalisasi baru akan diperoleh dan terjadilah proses yang berkesinambungan, secara terus menerus dan dengan demikian akan diperoleh kemajuan. Bagaimana data diperoleh guna menguji terhadap generalisasi tersebut? Data



(yaitu



catatan



dengan observasi dilakukan



observasi



bebas (bare



dalam kondisi



secara



teliti)



observation), yaitu yang



tidak



dapat



diperoleh



observasi



yang



terkendali (uncontrolled



condition), dan kedua denganobservasi eksperimental (experimental observation) yaitu



observasi



yang dilakukan



dalam



kondisi



terkendali (controlled condition) Data yang diperoleh dianggap sah bila kedua observasi itu dapat diulangi oleh pengamat yang lain kecermatan yang lain. kecermatan dan kejujuran merupakan persyaratan bagi pencari kebenaran.



11



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Proses perkembangan pola piker manusia dimulai ketika rasa ingin tahu manusia akan sesuatu seperti benda-benda di sekitarnya bahkan dirinya sendiri. Dengan potensi akal yang dimilikinya maka manusia berusaha untuk memahami akan berbagai fenomena alam yang terjadi. Rasa ingin tahu pada manusia boleh dikatakan tidak akan pernah berhenti karena selalu muncul keinginaan untuk menambah pengetahuan. Rasa ingin tahu itupula yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu demi menemukan jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam pikiranya. Bahkan terkadang mereka menerka-nerka apa yang terjadi dan munculah mitos. Karena kurangnya pengetahuan jaman dahulu, mereka menganggap bahwa mitos adalah jawaban yang memuaskan bagi mereka. Lalu muncullah mitos pro dan kontra sehingga mareka menemukan jawaban atas kebenaran mitos dahulu, dan lambat laun mitos hilang dan di tinggalkan masyarakat.



12



DAFTAR PUSTAKA



Roosmini, Mien, dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Semarang: IKIP, 1989 Tim Reviewer MKD 2015 UIN SUNAN AMPEL, Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar, Surabaya: Sunan Ampel Press, 2015 Heri, Purnama, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001 Margono, Ilmu Alamiah Dasar, Surakarta: UNS, 1984



13