Proses Produksi Program Acara Talk Show PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROSES PRODUKSI PROGRAM ACARA TALK SHOW "BINCANG BISNIS" DI SURABAYA TV (Penerapan Standard Operasional Prosedure Produksi Program Acara Televisi pada Program Talk Show Bincang Bisnis di Surabaya TV Selama Bulan Juni Hingga Juli 2014)



SKRIPSI Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya "Almamater Wartawan Surabaya" untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi



Disusun Oleh: AHMAD EFENDI NPM



: 09.31.3506



Konsentrasi : Broadcasting



SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA 2014



i



PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI



Skripsi Oleh : Nama



: Ahmad Efendi



NPM



: 09.31.3506



Judul



: PROSES PRODUKSI PROGRAM ACARA TALK SHOW "BINCANG BISNIS" DI SURABAYA TV



Sub Judul



: Penerapan Standard Operasional Prosedure Produksi Program Acara Televisi pada Program Talk Show Bincang Bisnis di Surabaya TV Selama Bulan Juni Hingga Juli 2014



Ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan



Surabaya, 20 Agustus 2014 Pembimbing



Drs. H Mas'ud Sukemi, M.si



ii



PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI



Skripsi oleh Ahmad Efendi ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi



Surabaya, ……………………………. Mengesahkan, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya “Prapanca”



Ketua Stikosa-AWS



Drs. Ismojo Herdono, M.Med.Kom



Ketua Penguji



Drs. Ismojo Herdono, M.Med.Kom



Penguji I,



Dra. NW Ratna Amina, M. Si



Penguji II,



Drs. H Mas'ud Sukemi, M.si



iii



PERNYATAAN ORISINALITAS



Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis: Judul



: PROSES PRODUKSI PROGRAM ACARA TALK SHOW "BINCANG BISNIS" DI SURABAYA TV



Subjudul



: Penerapan Standard Operasional Prosedure Produksi Program Acara Televisi pada Program Talk Show Bincang Bisnis di Surabaya TV Selama Bulan Juni Hingga Juli 2014



yang saya ajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi S-1 Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-AWS adalah benar-benar hasil karya penelitian saya sendiri, bukan hasil menjiplak (plagiat) karya orang lain. Surat pernyataan tentang orisinilitas (keaslian) ini saya buat dengan penuh kesadaran. Saya siap mempertanggungjawabkan dan menerima risiko apapun bila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar*



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Surabaya, 19 Agustus 2014 Saya, pembuat pernyataan:



Ahmad Efendi NPM: 09.31.3506 *Pernyataan yang dicetak dalam huruf miring (cursif) ditulis ulang dengan tulisan tangan



iv



MOTTO DAN PERSEMBAHAN



"Berusaha dan berdoa adalah langkah terbaik dalam mencapai suatu keberhasilan"



Skripsi ini saya persembahkan kepada: Bapak H. Abdul Kholiq dan Ibu Hj. Kamiliyah, terima kasih untuk kesabaran dan doa yang tak pernah putus, serta kasih sayang yang tak mungkin tergantikan



v



ABSTRAK



Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses produksi sebuah program di Surabaya TV, yakni Program Talk Show Bincang Bisnis. Televisi merupakan media massa yang memiliki keunggulan dibandingkan radio dan koran karena sifatnya audio visual. Oleh karena itu, seorang programmer dalam memproduksi sebuah program televisi hendaknya memperhatikan unsur pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak dan menjalankan Standard Operasional Prosedure pertelevisian yang ada. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, sehingga menggunakan pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Sementara, sajian teoritis menggunakan tinjauan tentang produksi program televisi. Untuk menjawab rumusan masalah, maka sebagai hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: Tahapan produksi yang dilakukan kerabat kerja Surabaya TV dalam melahirkan program talk show Bincang Bisnis adalah (1) pra produksi, yang terdiri dari penentuan ide atau gagasan kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data, penulisan naskah dan narasumber (pengisi acara). Setelah itu, biasanya ada tahapan set up and rehearsal. (2) produksi (on air), program Bincang Bisnis diproduksi sekaligus disiarkan karena formatnya live. Sementara pada tahapan akhir yaitu (3) finishing, melalui video tape recorder (VTR). Meski masih terdapat beberapa kekurangan, namun tahapan yang dilakukan kru Surabaya TV dalam memproduksi program Bincang Bisnis telah menggunakan standar dunia pertelevisian berdasarkan Standard Operasional Prosedure (SOP). Kata Kunci: Produksi program talk show, surabaya tv



vi



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul, " Proses Produksi Program Acara Talk Show Bincang Bisnis di Surabaya TV". Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Rosulullah SAW yang telah menunjukkan pada jalan kebenaran dengan agama Islam. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir studi sebagai syarat mencapainya derajat gelar sarjana (S-1) pada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya. Selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, motivasi dan segala bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak H. Abdul Kholiq dan Ibu Hj. Kamiliyah tercinta yang telah membimbing, mengasuh dan mendidik peneliti dengan penuh kasih sayang yang tak terhingga sepanjang masa 2. Bapak Drs. Ismojo Herdono, M.Med.Kom, selaku Ketua Stikosa-AWS 3. Bapak Drs. H Mas'ud Sukemi, M.si, selaku Dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dan telah dengan sabar memberikan pengarahan dalam penelitian skripsi ini 4. Kakak saya, Hamidatul Islamiyah, SE, yang selalu mengingatkan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini



vii



5. Bapak I Nyoman Sudapet, selaku Direktur Utama PT. Surabaya Televisi Indonesia yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di Surabaya TV 6. Timothy Surya Dewata, selaku produser program Bincang Bisnis serta seluruh karyawan Surabaya TV yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini 7. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu



Semoga amal mereka diterima oleh ALLAH SWT sebagai amalan yang sholeh dan diberikan balasan yang setimpal atas kebaikan mereka. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca Akhirnya, dengan mengharapkan ridlo ALLAH SWT semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.



Surabaya, 19 Agustus 2014 Peneliti



Ahmad Efendi



viii



DAFTAR ISI



HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI............................................................ii PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI............................................................iii PERNYATAAN ORISINALITAS.........................................................................iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN...........................................................................v ABSTRAK..............................................................................................................vi KATA PENGANTAR...........................................................................................vii DAFTAR ISI...........................................................................................................ix DAFTAR TABEL..................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................7 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................7 1.3.1



Tujuan Penelitian.................................................................7



1.3.2



Manfaat Penelitian...............................................................7 1.3.2.1 Manfaat Teoritis.......................................................7 1.3.2.2 Manfaat Praktis........................................................8



1.4 Kajian Pustaka..................................................................................8 1.4.1



Komunikasi..........................................................................8



1.4.2



Komunikasi Massa...............................................................9



ix



1.4.3



Televisi...............................................................................10



1.4.4



Program Acara Televisi......................................................11



1.4.5



Program Acara Talk Show.................................................12



1.4.6



Analisi Deskriptif...............................................................14



1.4.7



The Mathematical Theory of Communication or Shannon and Weaver Model.............................................................16



1.4.8



Tinjauan Produksi Program Televisi..................................17



1.4.9



Teknik Kamera...................................................................28



1.4.10 Produksi Multi Kamera......................................................31 1.5 Kerangka Berfikir...........................................................................34 1.6 Metodologi Penelitian....................................................................35



BAB II



1.6.1



Metode Riset......................................................................35



1.6.2



Jenis dan Sumber Data.......................................................35



1.6.3



Tempat dan Waktu Penelitian............................................36



1.6.4



Objek dan Subjek Penelitian..............................................36



1.6.5



Teknik Pengumpulan dan Pencatatan Data........................36



1.6.6



Teknik Analisis dan Interpretasi Data................................38



DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Surabaya TV.....................................................39 2.1.1



Sejarah Berdirinya Surabaya TV.......................................39



2.1.2



Visi dan Misi......................................................................44



2.1.3



Komposisi Program............................................................45



2.1.4



Deskripsi Program Acara...................................................46



2.1.5



Data Surabaya TV..............................................................48



x



2.1.6



Struktur Organisasi.............................................................49



2.2 Gambaran Umum Program Bincang Bisnis...................................51 2.2.1



Deskripsi Program Acara Bincang Bisnis..........................51



2.2.2



Bentuk Penyajian Program Acara Bincang Bisnis.............52



BAB III ANALISIS DATA 3.1 Proses Produksi Program Acara Bincang Bisnis...........................53 3.1.1



Pra Produksi.......................................................................54



3.1.2



Produksi.............................................................................72



3.1.3



Pasca Produksi...................................................................76



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan....................................................................................78 4.2 Saran..............................................................................................79 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



xi



DAFTAR TABEL



Tabel I.1



Tahapan Produksi Program Acara Televisi....................................24



xii



DAFTAR GAMBAR



Gambar I.1



Skema Proses Produksi Acara Televisi..........................................23



Gambar I.2



Produksi Multi Kamera..................................................................32



Gambar I.3



Kerangka Berfikir...........................................................................34



Gambar II.1



Struktur Organisasi Surabaya TV..................................................49



Gambar III.1 Tata Kamera Bincang Bisnis..........................................................67 Gambar III.2 Size Shoot Bincang Bisnis.............................................................68 Gambar III.3 Tahap Pra Produksi Bincang Bisnis...............................................71 Gambar III.4 Tahapan Produksi Bincang Bisnis.................................................74 Gambar III.5 Tahapan Pasca Produksi Bincang Bisnis.......................................77



xiii



DAFTAR LAMPIRAN



1. Daftar Pertanyaan 2. Daftar Riwayat Hidup 3. Berita Acara Bimbingan Skripsi



xiv



ABSTRAK



Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses produksi sebuah program di Surabaya TV, yakni Program Talk Show Bincang Bisnis. Televisi merupakan media massa yang memiliki keunggulan dibandingkan radio dan koran karena sifatnya audio visual. Oleh karena itu, seorang programmer dalam memproduksi sebuah program televisi hendaknya memperhatikan unsur pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak dan menjalankan Standard Operasional Prosedure pertelevisian yang ada. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, sehingga menggunakan pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Sementara, sajian teoritis menggunakan tinjauan tentang produksi program televisi. Untuk menjawab rumusan masalah, maka sebagai hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: Tahapan produksi yang dilakukan kerabat kerja Surabaya TV dalam melahirkan program talk show Bincang Bisnis adalah (1) pra produksi, yang terdiri dari penentuan ide atau gagasan kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data, penulisan naskah dan narasumber (pengisi acara). Setelah itu, biasanya ada tahapan set up and rehearsal. (2) produksi (on air), program Bincang Bisnis diproduksi sekaligus disiarkan karena formatnya live. Sementara pada tahapan akhir yaitu (3) finishing, melalui video tape recorder (VTR). Meski masih terdapat beberapa kekurangan, namun tahapan yang dilakukan kru Surabaya TV dalam memproduksi program Bincang Bisnis telah menggunakan standar dunia pertelevisian berdasarkan Standard Operasional Prosedure (SOP). Kata Kunci: Produksi program talk show, surabaya tv



1



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang melaju pesat saat ini, tidak dapat dipungkiri perkembangan teknologi informasi pun ikut meningkat. Informasi tiap detiknya menghadirkan berbagai macam peristiwa yang terjadi di belahan bumi manapun. Hal ini dapat terjadi karena media massa saat ini terus mengalami kemajuan dalam berbagai bentuknya. Media massa terbagi ke dalam tiga bentuk yaitu, pertama adalah media elektronik berupa televisi dan radio, kedua ialah media cetak berupa koran, majalah, tabloid, buletin dan lain sebagainya, dan yang ketiga ialah media online atau internet. Dengan banyaknya pilihan media massa yang ditawarkan kepada khalayak, membantu khalayak untuk bisa mencari dan mengetahui informasi yang diinginkan. Dari sekian banyak media massa yang hadir di tengah khalayak luas, media televisi menjadi salah satu media massa yang paling banyak digunakan khalayak untuk mengakses informasi. Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk mengobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi adalah teman. Bahkan televisi telah menjadi cermin perilaku



2



masyarakat dan televisi dapat menjadi candu. Dan karena kelebihankelebihannya, televisi menjadi semakin kuat mempengaruhi khalayaknya. Serta tidak dapat dipungkiri bahwa, televisi telah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan masyarakat Indonesia. (Morissan, 2008: 1). Sepuluh tahun belakangan ini, perkembangan dunia pertelevisian semakin pesat. Setelah memasuki era reformasi yang membuat izin mendirikan stasiun televisi tidaklah sesulit zaman orde baru, beberapa stasiun televisi nasional dan puluhan televisi lokal tersebar di berbagai penjuru propinsi di Indonesia. Menjamurnya televisi ini tidak lepas dari karakteristik televisi yang tidak dimiliki medium media cetak dan radio, yaitu menampilkan pesan berupa perpaduan antara gambar bergerak (video) dan suara (audio) sebagai daya tarik utama. Pesan hadir secara "utuh", artinya sumber-sumber informasi berupa manusia, alam, benda, serta isi pesan hadir ke khalayak penonton dalam wujud secara "real" atau seperti aslinya. Penonton dapat melihat sendiri wujud sumber informasi serta mendengar sendiri isi pesannya sehingga dapat menumbuhkan tingkat kepercayaan yang tinggi. Disinilah keunggulan medium televisi. Munculnya stasiun-stasiun televisi lokal maupun nasional membuktikan bahwa stasiun televisi semakin berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi. Di kota Surabaya sendiri terdapat 10 stasiun televisi lokal, diantaranya adalah JTV, SBO, Arek TV, BCTV, MNTV, M&HTV, TV9, Surabaya TV, dan BBS TV. JTV merupakan televisi lokal pertama di Surabaya berdiri tahun 2001. Televisi lokal kedua adalah SBO di tahun 2007, masih tergabung dalam satu jaringan Jawa Pos group. Kemudian



3



disusul dengan hadirnya Surabaya TV yang mengudara di tahun 2004 sebagai televisi lokal ketiga. Urutan ke empat dan seterusnya turut meramaikan persaingan dunia tv lokal adalah lahirnya Arek TV, BCTV, MNTV, M&HTV, BBS TV dan yang terakhir adalah TV9. Surabaya TV sendiri tergabung dalam Kelompok Media Bali Post (KMB) atau satu jaringan dengan Bali TV, Bandung TV, Cakra Semarang TV, Jogja TV, Sriwijaya TV, serta Aceh TV. Bila dicermati perkembangan penyiaran televisi nasional, kadang-kadang kita merasa sangat cemas. Hal ini menunjukkan betapa besar dan kuat pengaruh media yang satu ini terhadap manusia. Tayangan-tayangan ini bisa saja mengubah pikiran dan kesadaran kita. Sayangnya, tidak semua pemilik televisi broadcasting memiliki kehati-hatian dalam memanfaatkannya. Oleh karena itu, dengan kehadiran televisi lokal diharapkan mampu menjadi penetrasi dalam memberikan tayangan program kepada masyarakat yang berada dalam coverage area. Seiring menjamurnya televisi lokal, maka fungsi media pun harus tetap dijalankan, khususnya memperbincangkan masalah potensi-potensi yang dimiliki daerah tersebut. Eksistensi televisi lokal semakin mendapat ruang ketika Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) berdiri 26 Juli 2003 di Bali. Idealnya, sebuah stasiun televisi mampu mendesain sebuah program acara yang menarik. Oleh karena itu, kekuatan suatu stasiun televisi biasanya dilihat dari keunggulan dalam produksi berita. Selain itu, inti kegiatan industri penyiaran (broadcasting) terletak pada programming, rancangan



4



penyiaran dalam memilih dan mengatur sesuai dengan segmentasi dan fragmentasi khalayak sasaran. (Ashadi Siregar, 2001: 122). Sejalan dengan perkembangan pertelevisian di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun regional atau sering kita sebut televisi lokal, insan pertelevisian mencoba memberikan program yang dapat menarik perhatian khalayak. Sebuah program yang menarik menjadi alasan bagi masyarakat untuk menikmati hasil produksi sebuah stasiun televisi. Sementara itu, tema yang disajikan dalam pertelevisian tanah air tidak terlepas dari perbincangan tentang sosial-politik, pop culture sampai permasalahan keagamaan, sehingga antara program televisi dengan masyarakat harus ada keterkaitan. Televisi sebagai media massa memiliki fungsi sebagai media penyampai informasi. Program televisi seperti news, infotainment, bahkan talk show mampu memberikan informasi yang sekiranya diperlukan oleh pemirsa televisi. Talk show merupakan suatu sajian perbincangan yang cukup menarik yang biasanya mengangkat isu-isu yang sedang hangat dalam masyarakat. Tema yang diangkat juga bermacam-macam, mulai dari masalah sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, olahraga, dan sebagainya. (Salma M. Hanun, 2005: 233). Suatu berita yang didasarkan pada suatu pendapat, pikiran dan keterangan dari seseorang atau dari beberapa orang dapat diperoleh dengan jalan wawancara. Talk show sebagai bentuk acara yang mendapat kepercayaan dari pemirsa televisi Indonesia mempertunjukkan seni perbincangan, yaitu gabungan antara seni panggung dan keterampilan seni wawancara jurnalistik yang bertujuan untuk memberikan penjelasan atau pendapat mengenai suatu



5



topik, masalah dan peristiwa yang dikemas dalam suatu acara hiburan yang menarik. Talk show pada dasarnya sama dengan paket informasi penerangan lainnya, namun hadir dengan sajian yang berbeda. Pada narasumber atau pesertanya di beri peluang secara terbuka, menarik dan meyakinkan. Format talk show merupakan cerminan kekuatan yang menonjol pada medium televisi, yaitu original (utuh/asli) dan credible (dapat dipercaya). Narasumber yang sangat “vocal” dan memahami permasalahan adalah sebagai salah satu kunci keberhasilan talk show. Agar talk show dapat menarik dan berbobot, pewawancara harus



mendalami



bidang



permasalahan



yang



sedang



dibicarakan dalam acara talk show. (Fred Wibowo, 2007 : 67). Talk show sendiri sebagai media komunikasi sudah lama dikenal, bahkan sejak era kejayaan radio ketika sebuah acara talk show pertama di radio diciptakan oleh John J. Anthony pada tahun 1930 (Radio History by Carla Gesell-Streeter). Sementara di televisi, acara talk show disiarkan untuk pertama kali pada 27 September 1954 oleh jaringan televisi NBC (Aylesworth, 1987), dengan nama program Tonight Show. (Wahyudi, 1996: 90). Memasuki era keragaman televisi swasta, program-program talk show mulai berbenah untuk mencari perolehan rating. Kemasannya pun menjadi lebih variatif, segar, penuh diskusi serta perdebatan dan bahkan interaktif. Para pemirsa bisa langsung bertanya pada narasumber secara langsung via telepon atau SMS.



6



Saat ini, hampir semua stasiun televisi memiliki program talk show yang membahas masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. Tontonan ini pun rupanya mendapat tanggapan yang cukup menggembirakan dari pemirsa. Hal itu setidaknya bisa dilihat dari perolehan rating atau share setiap acara. Tayangan talk show seperti



ini



ternyata digemari oleh



masyarakat di Indonesia, baik kalangan mahasiswa maupun orang tua. Sebagai salah satu televisi lokal di surabaya yang berbasis berita dan ekonomi bisnis, Surabaya TV juga menyajikan suatu program talk show. Salah satu program acara talk show yang ditayangkan secara live oleh Surabaya TV adalah program “Bincang Bisnis”. Bincang Bisnis merupakan program acara talk show



atau wawancara yang mengupas berbagai



permasalahan perekonomian, kebijakan pemerintah, perkembangan bursa saham dan perbankan, serta perkembangan pasar yang meliputi pasar domestik dan internasional. Jika diamati, hasil produksi program talk show baik televisi swasta nasional maupun televisi lokal yang ada di Surabaya, cenderung memiliki format yang sama. Namun jika diamati lebih dalam, program Bincang Bisnis di Surabaya TV ternyata memiliki perbedaan. Sebagai salah satu program ungggulan yang ditayangkan oleh Surabaya TV, program acara Bincang Bisnis selalu menghadirkan narasumber yang berkompeten dibidangnya, seperti pakar ekonomi serta para pelaku usaha. Selain itu, masalah yang diangkat selalu bersifat tematik sesuai calender event. Selain format acara, pengelolaan produksi sebuah stasiun televisi seharusnya memperhatikan Standard Operasional Prosedure (SOP). Oleh



7



karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih jauh, apakah Surabaya TV ketika melaksanakan produksi program talk show Bincang Bisnis telah mengikuti SOP atau tidak?. Pada prinsipnya, SOP ternyata dapat diterapkan untuk berbagai jenis profesi, karena prosedurnya sangat berguna untuk kelancaran suatu kegiatan, apalagi penyelenggaraan siaran televisi demi menghindari kesalahan. (Dedy Iskandar Muda, 2005: 165). 1.2 Rumusan Masalah Dari pemaparan dalam latar belakang masalah penelitian diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: " Bagaimana proses produksi program acara talk show Bincang Bisnis di Surabaya TV? " 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan, bagaimana proses produksi program acara talk show Bincang Bisnis di Surabaya TV dilaksanakan. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoritis a. Sebagai referensi bagi mahasiswa untuk mengetahui bagaimana proses produksi sebuah program acara televisi. b. Sebagai pedoman bagi mahasiswa yang kelak bekerja dalam bidang pertelevisian agar dapat membuat program acara televisi yang baik.



8



c. Penelitian ini diharapkan berguna bagi peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya televisi serta bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. 1.3.2.1 Manfaat Praktis Sebagai bahan masukan bagi produser serta seluruh kru yang terlibat dalam proses produksi program acara talk show Bincang Bisnis di Surabaya TV, agar kemasan program talk show Bincang Bisnis menjadi lebih baik lagi. 1.4 Kajian Pustaka 1.4.1 Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari bahasa Latin: Communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. (Onong Uchjana, 2003: 9). Sedangkan menurut Fisher, komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh komunikasi. Justru itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubiquitos atau serba hadir. Artinya komunikasi berada dimanapun dan kapanpun juga. (Arifin, 2003: 20). Rumusan komunikasi yang sangat dikenal orang adalah rumusan yang dibuat oleh Harold Laswell. Menurut Laswell, (Mulyana, 2002: 62) komunikasi adalah : “who says what in which chanell to whom with what effect”. Jadi, jika dipilah-pilahkan akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi, yaitu:



9







Siapa yang mengatakan



komunikator (communicator)







Apa yang dikatakan



pesan (message)







Media apa yang digunakan



media (channel)







Kepada siapa pesan disampaikan



komunikan (receiver)







Akibat yang terjadi



efek (effect)



1.4.2 Komunikasi Massa Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik. (Mulyana, 2002: 75). Selain pengertian di atas, beberapa ahli komunikasi juga mengemukakan pendapatnya tentang pengertian komunikasi massa, Joseph A. Devito merumuskan komunikasi massa menjadi dua hal, yaitu: “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar pada umunya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang besifat audio atau visual. Komunikasi massa menjadi lebih logis jika didefinisikan menurut bentuknya seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, buku, tabloid, film dan pita”. (Ardianto, 2004: 6).



10



Ciri komunikasi massa ditentukan oleh sifat unsur-unsur yang dicakupnya, yakni sifat komunikator dan sifat efek. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut menurut Alexis S Tan (Nurudin, 2003: 63) adalah: 



To inform (memberi informasi)







To educate (mendidik)







To persuade (mempersuasi)







To entertaint (menghibur) Sebagaimana diketahui komunikasi massa adalah komunikasi



melalui media massa. Jadi membahas komunikasi massa tidak akan lepas dari media massa sebagai media utama dalam proses komunikasi massa itu sendiri. 1.4.3 Televisi Salah satu media dalam komunikasi adalah televisi, dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. (Ardianto, 2004: 125). Menurut Effendy, yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesanya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen. (Onong Uchjana, 2003: 21). Televisi merupakan media massa yang sangat besar manfaatnya, karena dalam waktu yang relatif singkat dapat menjangkau wilayah dan



11



jumlah penonton yang tidak terbatas. (Darwanto Sastro Subroto, 2005: 26). Bahkan, peristiwa yang terjadi pada saat itu juga, dapat segera diikuti sepenuhnya oleh penonton di belahan bumi yang lain. Peranan televisi juga sangat besar dalam membentuk pola pikir, pengembangan wawasan dan pendapat umum, termasuk pendapat umum untuk menyukai produk-produk industri tertentu, disebabkan program siaran yang disajikan semakin lama semakin menarik, meskipun memerlukan biaya yang tinggi, sehingga tidak mengherankan kalau khalayak penonton, betah duduk berlama-lama di depan pesawat televisi. 1.4.4 Program Acara Televisi Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari televisi itu sendiri, dimana televisi seakanakan menghipnotis pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002: 122). Sedangkan program acara televisi, terdiri dari: a. Buletin berita nasional, seperti: siaran berita atau bulletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal. b. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam.



12



c. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar negeri. d. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti: acara memasak, berkebun, dan acara kuis. e. Acara drama, terdiri dari: sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain sebagainya. f. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik dan lain sebagainya. g. Acara bagi anak-anak, seperti: film kartun. h. Acara keagamaan, seperti: siraman rohani, acara ramadhan, acara natal dan lain sebagainya. i. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan. j. Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow. 1.4.5 Program Acara Talk Show Talk show merupakan suatu sajian perbincangan yang cukup menarik yang biasanya mengangkat isu-isu yang sedang hangat dalam masyarakat. Tema yang diangkat juga bermacam-macam, mulai dari masalah sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, olahraga, dan sebagainya. (Salma M. Hanun, 2005: 233). Talk show pada dasarnya sama dengan paket informasi penerangan lainnya, namun hadir dengan sajian yang berbeda. Pada narasumber atau pesertanya di beri peluang secara terbuka, menarik dan



13



meyakinkan. Format talk show merupakan cerminan kekuatan yang menonjol pada medium televisi, yaitu original (utuh/asli) dan credible (dapat dipercaya). Narasumber yang sangat “vocal” dan memahami permasalahan adalah sebagai salah satu kunci keberhasilan talk show. Agar talk show dapat menarik dan berbobot, pewawancara harus mendalami bidang permasalahan yang sedang dibicarakan dalam acara talk show. (Fred Wibowo, 2007 : 67). Berikut jenis-jenis program talk show: a. Program Uraian Pendek atau Pernyataan (The Talk Program) Ketika penonton menyaksikan acara televisi, pada saat itu muncul seorang presenter (penyaji) menceritakan sesuatu yang menarik. Presenter ini muncul di tengah suatu program feature, di antara sajian acara musik, dan di awal suatu acara sebagai pembukaan atau dalam suatu acara cerita menarik yang disajikan secara khusus. b. Program Vox-pop Masyarakat. Suatu program tentang



suatu



menetapkan



yang mengetengahkan pendapat umum



masalah.



tema



yang



Tahap akan



perencanaan dipertanyakan,



dimulai



dari



menetapkan



pertanyaan, mencoba pertanyaan ke beberapa teman, memilih reporter yang cukup terlatih, menentukan siapa yang akan diberi pertanyaan.



14



c. Program Wawancara (interview) Pertama-tama produser atau pewawancara harus menentukan siapa yang akan menjadi tamu. Dipilih seorang tokoh yang populer di masyarakat dalam bidangnya, atau bisa jadi seorang tokoh kontroversi, dimana masyarakat biasanya ingin tahu pandanganpandangannya mengenai suatu peristiwa aktual. Kemudian, membuat



pertanyaan-pertanyaan untuk program talk show



wawancara. d. Program Panel Diskusi Program talk show diskusi adalah program pembicaraan tiga orang atau lebih mengenai suatu permasalahan. Dalam program ini masing-masing tokoh yang diundang dapat saling berbicara mengemukakan



pendapat



dan



presenter



bertindak



sebagai



moderator yang terkadang juga melontarkan pendapat atau membagi pembicaraan. 1.4.6 Analisis Deskriptif Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengeksplorasi dan mengklasifikasikan suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jelas mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Jenis penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel anteseden yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial. (Syamsir Salam, MS Jaenal Arifin, 2006: 13). Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau



15



peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis, atau membuat prediksi. (Jalaluddin Rakhmat, 2004: 24). Penelitian deskriptif ditujukan untuk: 



Mengumpulkan



informasi



aktual



secara



rinci



yang



melukiskan gejala yang ada 



Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek







Membuat perbandingan atau evaluasi







Menentukan



apa



mengahadapi pengalaman



yang



masalah mereka



dilakukan yang



untuk



orang



lain



dan



belajar



dari



menetapkan



rencana



dan



sama



dalam



keputusan pada waktu yang akan datang Metode deskriptif amat berguna untuk melahirkan teori-teori tentatif. Disinilah



perbedaan esensial antara metode deskriptif



dengan metode-metode yang lain. Metode deskriptif merupakan suatu metode untuk mencari teori, bukan menguji teori, hypothesisgenerating, bukan hypothesis testing. Kegiatan ini adalah dimana peneliti melakukan kegiatan analisa dengan terjun langsung ke lapangan dan mengamati langsung keadaan. (Elvinaro Ardianto, 2010: 60). Ciri lain metode deskriptif ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti tidak bertindak sebagai pengamat, ia hanya membuat kategori perilaku, mengamati



16



gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya. Dengan suasana alamiah dimaksudkan bahwa peneliti terjun ke lapangan. Ia tidak berusaha



untuk



memanipulasi



variabel,



karena



kehadirannya



mungkin mempengaruhi perilaku gejala (reactive measures), peneliti berusaha memperkecil pengaruh ini. 1.4.7 The Mathematical Theory of Communication or Shannon and Weaver Model Teori ini menggambarkan bagaimana proses komunikasi massa sebagai sebuah proses yang linier dan searah. Pesan diumpamakan mengalir dari sumber informasi (information source) melalui beberapa komponen menuju kepada komunikan. Dalam proses komunikasi ini terdapat lima komponen termasuk satu komponen yaitu noise (gangguan). (Elvinaro Ardianto dkk, 2009: 30). Sumber informasi (information



source)



menciptakan



sebuah



pesan



untuk



dikomunikasikan. Pesan (terdiri atas kata-kata lisan/tulisan, gambar, musik dan lain-lain) diubah ke dalam bentuk sinyal (signal) oleh pemancar (transmitter) sesuai dengan saluran yang akan digunakan. Pesan dapat diterima/diteruskan melalui saluran kepada penerima (receiver). Saluran adalah media (alat) yang dapat menyalurkan isyarat dari pemancar



kepada penerima. Penerima (receiver) menyusun



kembali sinyal tersebut menjadi sebuah pesan sehingga sampai kepada tujuan (destination). Sementara itu dalam perjalanannya, sinyal memiliki potensi untuk terganggu oleh berbagai sumber gangguan (noise source) yang ada di sekitarnya.



17



Shannon dan Weaver mengidentifikasi masalah (noise) dalam studi komunikasi. Ketiga hal tersebut adalah: a. Level A (masalah teknis) Bagaimana simbol-simbol komunikasi dapat ditransmisikan secara akurat? b. Level B (masalah semantik) Bagaimana simbol-simbol yang ditransmisikan secara persis menyampaikan makna yang diharapkan? c. Level C (masalah keefektifan) Bagaimana makna yang diterima secara efektif mempegaruhi tingkah laku dengan cara yang diharapkan? 1.4.8 Tinjauan Produksi Program Televisi Sebuah program televisi yang menarik tentu akan diminati oleh khalayak,



namun



sebelum



produksi



ditayangkan



yang



perlu



diperhatikan yaitu bagaimana menyajikan program yang baik. Program yang baik, harus meliputi: Program atau isi siaran mempunyai tujuan pendidikan, penerangan, ataupun hiburan, dari segi teknik harus baik dan tidak membosankan. Sedangkan unsur utama penyajian juga perlu diperhatikan yakni teknik, tempo dan gerak atau seni. Dan program yang baik harus berorientasi pada penonton. (Wahyudi, 1996: 188). Produksi merupakan bagian dari program acara yang merupakan dasar awal dari desain produksi atau menjadi muara dari seluruh tahapan produksi, dengan demikian sebuah desain program akan menjadi acuan pokok untuk seluruh kru di dalam melaksanakan



18



produksinya. Oleh karena itu, dalam memproduksi sebuah program televisi harus mempunyai acuan dasar yang jelas. Acuan dasar tersebut tidak dapat pisahkan bahkan akan selalu terkait. Dengan demikian apabila salah satu dari acuhan tersebut tidak ada, maka suatu stasiun



penyiaran



tidak



mungkin



melakukan



kegiatannya.



(Darwanto Sastro Subroto, 2007: 233). Acuan dasar tersebut meliputi: a. Ide Ide merupakan buah pikiran dan ide muncul dari perencanaan program siaran, dalam hal ini produser atau orang lain. Dari ide tersebut ada pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat. b. Pengisi acara Pengisi acara (talent) merupakan profesi yang akan mengisi sebuah program siaran berupa presenter, narasumber, atau artis baik yang masih baru atau yang sudah populer di masyarakat. Umumnya dalam memproduksi sebuah program, pengisi acara memerlukan waktu, dan kerja yang banyak. Sehingga kerjasama yang baik antara kru dengan pengisi acara harus terjalin untuk menghasilkan program yang baik. c. Peralatan Betapapun kecilnya suatu studio, pasti dilengkapi dengan berbagai perlengkapan, misalnya, kamera elektronik, lampu, mikrophone, dekorasi, siklorama dan alat-alat komunikasi yang sangat berguna. Di samping itu, dibangun ruang operasional yang dilengkapi dengan peralatan elektronik serta perekam gambar.



19



Yang penting dilakukan adalah segala peralatan harus ditingkatkan sejalan dengan perkembangan teknologi. d. Kelompok kerja produksi Kelompok kerja produksi merupakan satuan kerja yang akan menangani kerja produksi secara bersama-sama sampai hasil karyanya baik untuk disiarkan. Dalam pelaksanaan



tugas,



kelompok kerja dibagi menjadi tiga satuan kerja yang terdiri dari; satuan kerja produksi, satuan kerja fasilitas produksi, dan satuan kerja operator teknik. e. Penonton Penonton adalah sasaran setiap program siaran yang sifatnya heterogen, karena itu agar lebih efektif dalam penerimaan pesan, penonton yang heterogen tadi disegmentasikan. Sehingga penonton diharapkan memberikan umpan balik setelah mengikuti program siaran, agar dapat dijadikan sebagi bahan upaya penyempurnaan. Sementara itu, Fred Wibowo dalam bukunya Teknik Produksi Program Televisi menyebutkan bahwa sebuah acara televisi sebelum ditayangkan tentunya akan melewati tiga tahapan sesuai dengan Standard Operasional Prosedure (SOP). Tahapan produksi tersebut yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. (Fred Wibowo, 2007: 39)



20



a. Pra Produksi Tahap ini merupakan tahapan awal bagi seorang produser dan harus dilakukan secara rinci dan baik. Dalam tahapan pra produksi dibagi dalam tiga tahap: 1. Penemuan Ide Tahapan ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan. Dari ide tersebut kemudian dilakukan sebuah riset khalayak. Setelah survei dilakukan dan ditemukan data secara valid maka seorang produser atau penulis naskah menulisnya menjadi sebuah naskah kasar. 2. Perencanaan Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja, penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan kru. Selain estimasi dana, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti. 3. Persiapan Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat-menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan.



21



b. Produksi Pada tahap ini, prinsipnya, memvisualisasikan konsep naskah atau rundown acara agar dapat dinikmati pemirsa, dimana pada tahap ini sudah melibatkan bagian lain yang bersifat teknis (engineering), karena harus memvisualisasikan gagasan atau ide saat



brainstorming



maka



harus



menggunakan



peralatan



(equipment) dan operator terhadap peralatan yang dioperasikan atau lebih dikenal dengan istilah production service. (Ciptono Setyobudi, 2012: 55). Dalam pelaksanaan produksi, sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil di dalam adegan (scene). Biasanya sutradara mempersiapkan suatu daftar shoot (shoot list) dari setiap adegan. Sering terjadi satu kalimat dalam skenario (naskah film cerita atau film cerita) dipecah menjadi beberapa shoot diantaranya, Long Shoot (LS), Total Shoot (TS), Close-Up (CU). Shooting list adalah daftar gambar yang akan diambil sesuai dengan urutan pada treatment secara detail. Treatment merupakan pengembangan dari sinopsis yang dibuat produser. Selain itu, pedoman lainnya yaitu story board berupa gambaran tentang visual yang akan diambil berdasarkan shooting list, dibuat dalam kotak-kotak sesuai dengan jenis shoot yang direncanakan. c. Pasca Produksi Pasca produksi merupakan hasil dari semua kegiatan yang telah diproduksi. Tahapan ini biasanya dilakukan evaluasi sebagai



22



tahapan akhir dari keseluruhan produksi dan penayangan program. Pasca produksi lebih berorientasi untuk produksi program-program acara yang bersifat tidak langsung (recording), karena untuk siaran langsung biasanya dilakukan direct langsung pada panel switcher oleh Program Director (PD) untuk kemudian ditransmisikan secara langsung (live) ke pemirsa. Pasca produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, dan mixing. Dalam hal ini terdapat dua macam teknik editing, yaitu: pertama yang disebut editing dengan teknik analog atau linier. Kedua, editing dengan teknik digital atau non linier dengan komputer. Standard Operasional Prosedure dalam memproduksi sebuah program acara dapat dibedakan berdasarkan. 1) Live show: Tahapanya meliputi: 



Pra production







Set up and Rehearsel







Production



2) Delayed Show: Tahapanya meliputi: 



Pra production







Set up and Rehearsel







Production







Post production



23



Ide Kreatif



Brainstroming



Adaptasi



Naskah atau Rundown



Drama



Non-drama



News



A PRODUCTION EQUIPMENT



PRODUCTION



PRODUCTION MANAGEMENT



ENGINERING PEOPLE



PRODUCTION PEOPLE



TECH. DIRECTOR/ ENGINER OPERTAOR



EXECUTIVE PRODUSER (PRODUSER) PRODUCTION DIRECTOR (SUTRADARA)



B OPERATOR



OFFLINE EDITING



ONLINE EDITING



POST PRODUCTION



SUBTITLING



PRODUCTION PEOPLE



MIXING



Gambar I.1: Skema Proses Produksi Acara Televisi



DUBBING



24



Untuk memperkuat penjelasan Fred tentang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan produksi program. Terdapat dua pendapat yang dijadikan referensi dalam produksi acara televisi, yaitu Alan Wurtzel dan Gerald Millerson. Mereka berpendapat sebagaimana yang ditulis Darwanto (Darwanto Sastro Subroto, 2007: 168) sebagai berikut. Alan Wurtzel Pre Production a. Pengembangan konsep b. Menetapkan tujuan dan pendekatan produksi c. Penulisan naskah d. Production meeting bersama anggota inti



Gerald Millerson 1. Ide 2. Naskah kasar 3. Perencanaan awal a. Interpretasi produksi b. Stage desaign c. Tata cahaya d. Make up e. Kostume f. Fasilitas teknik 4. Naskah a. Casting b. Kontrak artis



Set up and Rehearsal Set up a. Penataan dekorasi 5. Perencanaan teknis b. Penataan cahaya a. Pemantapan penyajian c. Penataan suara produksi d. Mempersiapkan video tape b. Perencanaan penyajian dan film playback produksi secara rinci c. Graphic, Properties, Special effects d. Administrasi produksi e. Konstruksi produksi f. Insert: dari kepustakaan film, graphic, pengambilan lokasi untuk fiilm/ video Rehearsal a. Dry rehearsal 6. Rehearsal script b. Camera blocking 7. Pre studio rehearsal c. Run through a. latihan pemain d. Dress Rehearsal b. Pengukuhan produksi c. Penentuan akhir mengenai tata cahaya, fasilitas produksi d. Penentuan efek



25



Production Post Production



e. Review/ edit: insert 8. Camera scipt a. mempersiapkan - Breakdown sheet - Camera cards - Cue card - Promters b. transportasi untuk: - Peralatan - Properties - Kostume 9. Persiapan studio 10. Blocking camera 11. Run trough 12. General rehearsal 13. Video tape recording 14. Pemilihan bahan editing 15. Editing 16. Review 17. Transmisi



Tabel I.1 Tahapan Produksi Program Acara Televisi



Selain pra produksi, produksi, dan pasca produksi sebagai tahapan proses, yang perlu



diperhatikan bagi seorang produser



dalam



merencanakan sebuah produksi program televisi, yakni materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi (Fred Wibowo, 2007: 23). a) Materi Produksi Materi produksi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Onong Uchjana menggambarkan alur dari proses komunikasi massa dimulai dari adanya sebuah peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi di



26



masyarakat yang kemudian diolah oleh komunikator menjadi sebuah ide atau konsep yang akan menjadi sebuah pesan atau informasi yang disampaikan melalui media massa kepada komunikan atau khalayak. (Onong Uchjana, 2003: 311). Suatu kejadian yang istimewa biasanya merupakan materi produksi yang baik untuk program-program dokumenter atau sinetron. Namun masih diperlukan hasil riset yang lebih mendalam. Dari hasil riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang kemudian akan diubah menjadi tema. Tema ataupun konsep program kemudian diwujudkan menjadi treatment. Treatment merupakan sebuah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program. Dari treatment akan diciptakan naskah atau langsung dilaksanakan produksi program. b) Sarana Produksi Sarana merupakan penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu saja diperlukan kualitas alat standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Kepastian adanya peralatan itu mendorong kelancaran sebuah persiapan produksi. c) Biaya Produksi Tidak terlalu sederhana merencanakan biaya untuk suatu produksi. Dalam hal ini, seorang produser dapat memikirkan sampai sejauh mana produksi itu kiranya akan memperoleh dukungan finansial dari suatu pusat produksi atau stasiun televisi.



27



Oleh karena itu, perencanaan buget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkina, yaitu (financial oriented) yaitu perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan keuangan yang ada dan yang kedua adalah perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini tidak ada masalah keuangan (quality oriented). d) Organisasi Pelaksanaan Produksi Suatu program televisi melibatkan banyak orang. Supaya pelaksanaan shooting berjalan lancar, produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksanaan produksi yang serapirapinya. Suatu organisasi pelaksana produksi yang tidak disusun secara rapi akan menghambat jalannya produksi. Dalam hal ini, produser dapat dibantu oleh asisten produser. Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di studio memiliki nama atau istilah yang berbeda. Sutradara disebut pengarah program atau Program Director (PD). Fungsi dan tugasnya mirip sutradara, hanya saja ia bekerja di bagian kontrol. Asisten sutradara disebut Floor Director (FD) tugasnya membantu sutradara mengarahkan pemain dan kru di dalam studio rekaman gambar. Floor Director (FD) disini bertanggung jawab membantu mengkomunikasikan keinginan Sutradara, dari Master Control Room (MCR) ke studio produksi. Pembantu Pengarah Program yang lain adalah switcher, bertugas membantu pengarah acara men-



28



switch kamera melalui tombol di meja kontrol yang ada di ruang Master Control Room (MCR). (Fred Wibowo,2007: 38). Sehingga dalam operasional produksi siaran secara jelas membutuhkan tenaga yang memiliki kemampuan (skill) sesuai dengan job descriptions agar proses produksi program acara berjalan sesuai dengan rencana dengan hasil semaksimal mungkin. Secara sederhana bahwa kebutuhan televisi terhadap Sumber Daya Manusia menjadi pertimbangan utama adalah menyusun struktur organisasi yang ditentukan oleh skala siaran, apakah bersifat nasional atau lokal. Pelaksanaan operasional adalah mereka yang merupakan bagian dari stasiun televisi yang terlibat dalam kerja penyiaran, yakni para teknisi, para perancang dan staf produksi yang membuat acara untuk stasiun televisi itu. (Morissan: 2008, 273). Dalam pengelolaan sebuah program televisi, yang harus diperhatikan yakni satuan kerja dalam pelaksanaan produksi yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab. Adapun tim produksi televisi diantaranya: produser, pengarah acara, penulis naskah, asisten pengarah acara, pengarah teknik, penata suara, penata cahaya, rekayasa dekorasi, pengarah lapangan, cameramen, teknisi. (Darwanto Sastro Subroto: 2007, 56). 1.4.9 Teknik Kamera Sebelum memproduksi sebuah program acara televisi, hal yang perlu dilakukan adalah melakukan persiapan terlebih dahulu atau dalam



29



dunia broadcast lebih dikenal dengan istilah set up aand rehearseal. Set up atau setting merupakan persiapan yang bersifat teknis dan dilakukan oleh tim inti bersama seluruh anggota kerabat kerja. Salah satu persiapan yang dilakukan adalah menata kamera. Juru kamera yang sedang mengambil gambar suatu objek pada dasarnya akan mengikuti suatu teknik pengambilan tertentu. Kondisi dari objek yang menjadi fokus pengambilan gambar pada prinsipnya hanya terdiri atas dua yaitu : 1) bergerak atau dinamis ; 2) statis atau relatif lebih mudah dibanding jika objek itu bergerak. (Morissan, 2008: 103). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penataan kamera, yaitu: a. Komposisi Komposisi adalah suatu seni yang mengatur elemen-elemen dalam sebuah gambar yang akan menjadi pusat perhatian. Sebenarnya masalah komposisi gambar tidak dapat dipelajari secara khusus, sebab komposisi merupakan sesuatu yang benarbenar enak ditonton, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. b. Size Shoot Televisi sebagaimana bidang spesialisasi lainnya, memerlukan bahasa sendiri, demikian halnya bahasa ukuran gambar serta kamera



yang



telah



diformulasikan



secara



internasional.



Penggunaan bahasa yang singkat akibat waktu yang bergerak dengan cepat, maka untuk mengkoordinasikan kerabat kerjanya,



30



pengarah acara harus menggunakan bahasa tadi dalam memberikan komando atau aba-aba. Dan sepanjang kamerawan serta anggota kerabat kerja lainnya benar-benar memahami tentang bahasa ini, pengarah acara akan dapat bekerja dengan penuh konsentrasi sehingga dapat lebih efisien. Dalam pelaksanaan produksi, sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil di dalam adegan (scene). Biasanya sutradara mempersiapkan suatu daftar shoot (shoot list) dari setiap adegan. Ada 8 angle kamera yang sering digunakan, yaitu: Extreme Long Shoot (ELS), Very Long Shoot (VLS), Long Shoot (LS), Ful Shoot (FS), Medium Shoot (MS), Medium Close Up (MCU), Close Up (CU), Extreme Close Up (ECU). (Ciptono Setyobudi, 2012: 35). c. Bingkai Gambar (Framing) Yang perlu



diperhatikan



seorang juru



kamera,



ketika



mengambil gambar adalah menyediakan bingkai (frame) alami ketika mengambil gambar suatu objek. Cara ini akan menarik perhatian pemirsa lebih jauh kepada objek tersebut. Juru kamera dapat meletakkan objek berada di antara dua tanaman yang ada disekitar si objek atau memanfaatkan dua pohon yang ada di tempat itu. Tanaman atau pohon itu akan menjadi "frame" atau tepi gambar bagi objek yang diambil gambarnya. Cara ini adalah teknik yang bermanfaat untuk komposisi gambar.



31



Teknik pengambilan gambar lain yang perlu diperhatikan juru kamera adalah berkaitan dengan ruang kepala (head room), ruang hidung (nose room), dan ruang jalan (walking room). Head room adalah ruang kosong yang berada diatas kepala, yaitu jarak antara ujung kepala subjek dengan tepi layar televisi. Ruang diatas kepala ini harus masuk dalam pengkomposisian kamera. Jika terlalu banyak ruang kosong, yaitu jarak antara ujung kepala dengan tepi atas layar televisi terlalu lebar



maka



gambar



akan



tampak



tidak



seimbang.



Dengan



memperhitungkan ruang kepala yang tepat, subjek tidak tampak tenggelam ke arah tepi bawah layar televisi. Nose room atau lead room adalah ruang yang diperlukan ketika seseorang melihat atau menunjuk pada suatu arah tertentu. Pada saat seseorang melihat atau menunjuk, maka ruang kosong harus tersedia pada arah yang dimaksud. Tanpa nose room gambar akan tampak aneh dan tidak seimbang. Selain menata objek dengan kamera, suatu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah penempatan tinggi rendahnya kamera. Posisi kamera



hendaknya



berada



sejajar



dengan



objeknya.



Hal



ini



dimaksudkan untuk mengantisipasi efek psikologis yang timbul jika posisi kamera terlalu tinggi atau sebaliknya kamera terlalu rendah. 1.4.10 Produksi Multi Kamera Jika suatu produksi dibagi berdasarkan kamera yang digunakan, maka ada dua jenis, pertama produksi acara televisi menggunakan satu kamera atau singlecam system, kedua jika produksi menggunakan lebih dari satu kamera, multicam system. Terdapat banyak perbedaan di



32



antara ke dua sistem ini, baik dari sisi peralatan yang digunakan maupun dari proses kerjanya. Multi kamera adalah format shooting dengan menggunakan lebih dari satu kamera, dihubungkan melalui satu sistem yang terintegrasi. Jadi, kalaupun menggunakan lebih dari satu kamera ketika tidak terintegrasi satu sama lain maka format tersebut belum bisa dikategorikan sebagai



multicam



system.



Tidak



seperti



pada



sistem singlecam, peralatan yang digunakan pada multicam jauh lebih kompleks, banyak peralatan yang dipergunakan. Semua peralatan tersebut terbagi atas dua tempat, yakni di studio atau dilapangan serta di Master Control Room atau MCR. Secara skematik sederhana adalah sebagai berikut: Kamera terhubung dengan Camera Control Unit (CCU), dari CCU masuk source input ke video mixer, dari video mixer dikeluarkan melalui VTR.



KAMERA 1



CCU



KAMERA



CCU



KAMERA



CCU



VTR



VIDEO MIXER



Gambar I.2: Produksi Multi Kamera



MONITOR



TRANSMITER KAMERA



33



Berkaitan dengan segi teknik dalam aspek produksi, pencarian informasi dikenal dengan tiga sistem: a. News Gathering (ENG) Adalah teknik liputan dengan menggunakan kamera video. Sistem ini adalah praktek jurnalistik sehari-hari dimana seorang reporter bersama seorang kamerawan terjun ke lapangan untuk meliput berita elektronik, sebagaimana jurnalis dari media-media. b. Elektronic Field Production (EFP) Adalah liputan yang lebih bersifat kompleks atau lebih lengkap, karena menggunakan beberapa atau banyak kamera secara serentak atau bersamaan dari sudut-sudut pengambilan yang berbeda. Sistem EFP diterapkan dilapangan, bukan merupakan produksi studio. c. Satelite News Gathering (SNG) Adalah liputan untuk siaran langsung (live) yang menggunakan fasilitas satelit, baik berasal dari News Gathering (ENG) maupun Elektronic Field Production (EFP) Sedangkan dari segi penayangannya, proses produksi sendiri bisa disiarkan secara langsung (live) atau tayang tunda (live on tape). a. Produksi langsung (live) adalah reportase yang dilakukan secara langsung dilapangan serta penyiaran gambar secara langsung kepada khalayak. (Wahyudi, 1996: 93). Apa yang akan dilaporkan dan apa yang akan diambil saat itu, lansung dipancarluaskan atau ditransmisikan, dan secara langsung dapat didengar atau ditonton oleh khalayak pendengar atau pemirsa. Pada siaran langsung (live)



34



diperlukan persiapan dan perencanaan yang cukup matang. Hal ini dikarenakan kesalahan yang terjadi pada waktu produksi dapat langsung dikeyatui oleh khalayak dan tidak dapat diulang. b. Produksi tidak langsung atau siaran tunda dimana hasil reportase tidak disiarkan secara langsung kepada khalayak, tetapi di rekam dulu dalam pita tape (wahyudi, 1996: 94). Kemudian materi tersebut akan disiarkan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Keuntungan dari siaran tunda adalah jika terjadi kesalahan, maka kesalahan tersebut masih dapat diperbaiki atau dihilangkan melalui proses editing. Jadi, materi siaran tunda merupakan materi siap siar. 1.5 Kerangka Berfikir Observasi



Wawancara



Data Produksi Multi Kamera



Dokumentasi



The Mathematical Theory of Communication or Shannon and Weaver Model



Analisis Proses Produksi Program Televisi



Teknik Kamera Kesimpulan Gambar I.3: Kerangka Berfikir



35



1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metode Riset Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Metode ini



disebut



juga



metode



penelitian



survei



atau penelitian



observasional. (Jalaluddin Rakhmat, 2004: 24). Penelitian diskriptif kualitatif merupakan prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat objek penelitian. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa kata-kata tertulis dan lisan dari narasumber melalui wawancara, yaitu produser program Bincang Bisnis. 1.6.2 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data utama atau sumber data utama dalam



penelitian,



bentuknya



berupa



hasil



wawancara



untuk



mendapatkan data secara mendalam, data berupa naskah program acara talk show Bincang Bisnis, rekaman video serta hasil observasi langsung di lapangan. Sementara data sekunder adalah data tambahan yang sifatnya sebagai data penunjang dalam penelitian, bentuknya berupa buku dan data atau informasi dari internet.



36



1.6.3 Tempat dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di stasiun televisi lokal Surabaya TV, yang terletak dikawasan Puncak Permai Square Jl. Raya Darmo Permai III A5-A8 Surabaya, Jawa Timur. Sedangkan untuk waktu penelitian dilakukan setiap hari Jumat pukul 17.00-20.00 Wib selama bulan Juni hingga Juli 2014. 1.6.4 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah program talk show Bincang Bisnis yang diproduksi Surabaya TV. Sedangkan subjek penelitian adalah informan yang paling bertanggung jawab dalam proses produksi program Bincang Bisnis diantaranya produser, pengarah acara, serta semua jajaran yang secara tim



berperan langsung dalam proses



produksi program talk show Bincang Bisnis. Selain itu, orang yang memilki posisi dalam struktur di Surabaya TV seperti pimpinan atau direksi sebagai bagian dari subyek penelitian. 1.6.5 Teknik Pengumpulan dan Pencatatan Data Dalam melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data yang nantinya membantu peneliti dalam penelitian skripsi, antara lain: a. Observasi Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang akan diteliti secara langsung. Berbagai fakta dan data yang diperoleh dari hasil pengamatan itu, nantinya akan dikumpulkan untuk menarik sebuah informasi. Teknik observasi yang digunakan adalah nonpartisipan. Observasi



37



nonpartisipan merupakan metode observasi dimana peneliti hanya bertindak mengobservasi tanpa ikut terjun melakukan aktifitas seperti yang dilakukan kelompok yang diteliti, baik kehadiranya diketahui atau tidak. (Rakhmat Kriyantono, 2009: 110). b. Wawancara Teknik pengumpulan data berupa wawancara langsung dengan subjek penelitian dan narasumber pendukung, diantaranya dengan Manager Program&News Surabaya TV untuk mengetahui seluk beluk Surabaya TV. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan produser serta tim inti produksi untuk mendapatkan data karena mereka adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan terlibat langsung dalam proses produksi program talk show Bincang Bisnis. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada peneliti untuk bertanya, namun tetap terarah pada masalah penelitian yang diangkat. c. Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang diperoleh dari catatan (data) yang telah tersedia atau telah dibuat pihak lain. (Hamidi, 2007: 140). Teknik ini digunakan untuk memperoleh dan mencatat data secara langsung tentang profil Surabaya TV dan hal-hal yang berkaitan dengan program talk show Bincang Bisnis. Data tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk



38



catatan, buku, naskah, hasil paket video dari objek penelitian maupun arsip-arsip yang terkait dengan pembahasan penelitian ini. 1.6.6 Teknik Analisis dan Interpretasi Data Untuk menganalisa data, peneliti terlebih dulu menjelaskan bagaimana proses produksi program talk show Bincang Bisnis di Surabaya TV. Mulai dari tahapan pra produksi hingga pasca produksi. Peneliti melaporkan data dengan memberi gambaran dari proses produksi program talk show Bincang Bisnis di Surabaya TV. Sebagai sumber data, peneliti melakukan observasi secara langsung serta melakukan wawancara dengan informan yang paling bertanggung jawab dalam proses produksi program talk show Bincang Bisnis. Diantaranya, produser serta semua berperan



langsung



jajaran



yang



secara



tim



dalam proses produksi program talk show



Bincang Bisnis. Selain itu, orang yang memiliki posisi dalam struktur organisasi di Surabaya TV seperti manager program & news sebagai bagian dari subyek penelitian. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kemudian akan dideskriptifkan secara kualitatif dengan didukung data-data berbentuk catatan, buku, naskah, hasil paket video dari objek penelitian maupun arsip-arsip yang terkait dengan pembahasan penelitian ini. Maka peneliti mendapat jawaban penelitian dengan menganalisa data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Setelah data dianalisis, langkah terakhir adalah menarik sebuah kesimpulan.



39



BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN



2.1 Gambaran Umum Surabaya TV 2.1.1 Sejarah Berdirinya Surabaya TV Media televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang digemari masyarakat memiliki daya tarik karena program audio visualnya mampu memberikan informasi, hiburan, dan pendidikan yang mudah dicerna, dinikmati dan ditiru. Sehingga pemirsa televisi sangat cepat dapat dipengaruhi oleh media yang satu ini, baik itu positif ataupun negatifnya. Televisi sebagai suatu fasilitas informasi, pendidikan, dan hiburan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Terlebih di kota besar yang masyarakatnya bergerak ekstra cepat dengan aktifitas yang



padat seperti Jakarta, Surabaya,



Bandung dan sebagainya. Latar belakang berdirinya Surabaya TV sendiri adalah Surabaya sebagai merupakan salah satu kota metropolis di Indonesia, dimana sektor ekonomi yang meliputi industri dan perdagangan semakin berkembang. Seiring dengan itu, informasi yang menunjang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk itu Surabaya TV hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut. Dengan berbasis berita dan ekonomi bisnis, Surabaya TV menyajikan program-program yang informatif dan mendukung dunia usaha di Surabaya. Dengan tidak meninggalkan



40



budaya lokal yang beragam dari kota Surabaya namun juga perlu untuk mengembangkannya dari sudut pandang ekonomi bisnis. Sehingga Surabaya TV menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang tepat dan menunjang masyarakat Jawa Timur khusunya kota Surabaya. Surabaya TV resmi mengudara dikawasan Surabaya pada hari Sabtu tanggal 31 Mei 2008, tepat pukul 00.00 wib. Launching stasiun televisi swasta yang tergabung dalam jaringan Kelompok Media Bali Post (KMB) itu, ditandai dengan penandatanganan prasasti peresmian oleh Wali Kota Surabaya saat itu, Drs. Bambang Dwi Hartono MPd. Peresmian Surabaya TV sendiri bertepatan dengan HUT kota surabaya ke-715. Bisa dikatakan acara launching stasiun tv itu merupakan seremoni pertama yang dilakukan Wali Kota Bambang D.H pada hariH peringatan ulang tahun kota Pahlawan. Acara peresmian Surabaya TV sendiri dilangsungkan di studio Surabaya TV, tepatnya di kawasan Ruko Puncak Permai Square jalan Raya Darmo Permai III A5-A8 Surabaya. Dalam acara peresmian tersebut hadir pula anggota DPR RI Soepomo, pejabat pemkot surabaya, muspida dan perwakilan veteran. Soepomo sendiri hadir dalam acara persemian tersebut tidak hanya sekedar sebagai undangan. Politisi senior dari PDI Perjuangan tersebut ternyata punya andil dalam proses pendirian Surabaya TV. Sejarah berdirinya Surabaya TV tak bisa lepas dari perkembangan surat kabar Bali Post. Sebab, Surabaya TV merupakan anak perusahaan



41



jaringan dari grup Kelompok Media Bali Post, atau yang biasa disingkat KMB. Bali Post adalah sebuah surat kabar harian yang terbit di kota Denpasar, Bali. Surat kabar ini terbit dan berpusat di Wisma Gedung Pers Bali Ketut Nadha di jalan Kebo Iwa No.63 A, Denpasar. Harian pagi Bali Post merupakan harian terbesar di kota Denpasar dan merupakan salah satu harian dengan oplah terbesar di Bali. Harian pagi Bali Post menasbihkan dirinya sebagai "Koran Nasional Kota Denpasar". Surat Kabar ini didirikan oleh Ketut Nadha, pelopor pers di Bali dan Nusa Tenggara. Cikal bakal Bali Post adalah harian Suara Indonesia yang diterbitkan Nadha pada 16 agustus 1948, saat revolusi bersenjata di Indonesia masih terjadi. Ketika situasi politik berubah, surat kabar itu harus berganti nama menjadi Suluh Indonesia pada 1966 dan berganti nama lagi menjadi Suluh Marhaen pada 1 juni 1966 hingga 1 mei 1971. Ketut Nadha dan kawan-kawan lalu mendirikan PT. Bali Pers dan menerbitkan harian umum pagi Bali Post dengan surat ijin terbit No.0359/PER/SK/DIRPP/SIT/1971 tanggal 1 september 1971. Kantor pertamanya beralamat di jalan Bisma No.1, Denpasar. Hingga 1976, alamat itu menjadi kantor redaksi surat kabar Suluh Marhaen yang dinaungi Yayasan Gesuri pimpinan Raka Wiratma. Di Bali Post, Ketut Nadha menjadi pimpinan umum, sedangkan Raka Wiratma menjabat sebagai penanggugjawab sekaligus pimpinan redaksi. Sementara



42



Widminarko menjabat sebagai wakilnya. ketiganya menjadi tokohtokoh pers Bali. Ketika pertama terbit, Bali Post megusung jargon "Pengemban Pengamal Pancasilsa". Pada awalnya koran ini hanya terbit empat halaman, sebagaimana lazimnya surat kabar pada masa itu. Pada awal dekade 1980-an, oplahnya tak tersaingi surat kabar lain, seperti Nusa Tenggara dan Karya Bhakti. Tirasnya pada 1980-1984 berkisar 19.20024.500 eksemplar per hari, dan pada 1988 tiras itu naik menjadi sekitar 39.000 eksemplar. Sejak tahun 1990, kantor redaksi Bali Post pindah ke sebuah bangunan dari Wisma Gedung Pers Bali Ketut Nadha di jalan Kebo Iwa no.63 A, Denpasar. Nama bangunan itu sendiri dipersembahkan kepada pendiri Bali Post, Ketut Nadha. Sepeninggal Nadha, tongkat kepemimpinan



dipegang



putranya,



Satria



Naradha,



yang



mengembangkan Kelompok Media Bali Post (KMB). Seiring dengan perkembangan media massa, khususnya dunia pertelevisian pasca disahkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang pertelevisian, pertumbuhan televisi lokal diberbagai daerah semakin pesat. Tidak ketinggalan, KMB mendirikan televisi lokal pertama di pulau dewata, yaitu Bali TV. Terhitung sejak 26 mei 2002 pukul 20:00 WITA, KMB mulai memasuki dunia pertelvisian dengan menyiarkan stasiun televisi Bali TV dengan jangkauan siaran meliputi Bali, sebagian Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur bagian timur.



43



Dengan motto "Matahari Dari Bali", Bali TV hadir sebagai program yang memfokuskan terhadap kebudayaan, adat istiadat dan keunikan yang khas dari pulau dewata. selain itu, motto matahari dari Bali juga berasal dari nama perusahaan tersebut, yakni "Ranadha". jika dijabarkan, arti "Rha" adalah bahasa Yunani yang berarti Matahari, sementara "Nadha" dalam bahasa sansekerta berarti mencerahkan. Dan bila disatukan, maka matahari yang mencerahkan adalah motto dan logo Bali TV hingga saat ini. Bali TV selanjutnya berkembang menjadi stasiun televisi berjaringan dengan beranggotakan beberapa stasiun televisi lokal diberbagai wilayah Indonesia. ABG Satria Naradha, merupakan pimpinan Kelompok Media Bali Post (KMB) sekaligus tercatat sebagai anggota Dewan Pers. Ia termasuk pelopor berdirinya Assosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) dan mendirikan Bali TV, serta membidani kelahiran sejumlah televisi lokal di daerah, seperti Jogja TV, Bandung TV, Cakra Semarang TV, Sriwijaya TV, Surabaya TV dan Aceh TV. Pria lulusan Sekolah Tingi Ilmu Komunikasi Surabaya (STIKOSAAWS) ini menjabat sebagai pimpinan umum dan pimpinan redaksi Bali Post, harian berpengaruh di Bali, hingga menjadi pimpinan kelompok Media Bali Post (KMB). Kelompok media ini membawahi sejumlah media cetak dan elektronik di Bali serta daerah lainnya.



44



Berikut ini adalah anak perusahaan kelompok media Bali Post: 



Surat Kabar -



Harian: Bali Post, Bisnis Bali, Denpasar Post, Suara NTB, Bisnis Jakarta, Bisnis Surabaya, Bisnis Banyuwangi







Tabloid: Tokoh, Wiyata Mandala, Lintang



Televisi Bali TV, Jogja TV, Bandung TV, Sriwijaya TV, Cakra Semarang TV, Surabaya TV dan Aceh TV







Radio Bali Radio, Suara Denpasar, Rradio Nasional Denpasar, Perusahaan Siaran Denpasar, Radio Televisi Denpasar.



2.1.2 Visi dan Misi Setiap perusahaan pasti mempunyai visi dan misi dalam menjalankan roda bisnisnya. Begitu pun perusahaan televisi Surabaya TV mempunyai visi dan misi dalam menjalankannya. Visi: - Menjadi tv lokal berbasis berita dan ekonomi bisnis pertama di Surabaya tanpa meninggalkan unsur budaya lokal - Menjadi panduan gaya hidup bagi kalangan bisnis dan masyarakat umum dengan menyajikan proram yang inovatif, edukatif, namun tetap menghibur Misi: - Memberikan informasi terdepan kepada masyarakat serta mewadahi peluang bisnis yang ada di Surabaya



45



- Memberikan alternatif tontonan baru berbasis berita dan ekonomi bisnis dengan tampilan yang berbeda 2.1.3 Komposisi Program a. Demographic: - Sex: both male and female - Age: 



Primary 15-50+ years old







Children 5-15 years old







Tertiary 25+



- Occupation : Student, proffesional, executive, handycraftment, enterpreneur, laborers, not worker. b. Psycographic: - Social class: middle up - Lifestyle: modern - Personality: berwawasan, progresif dan inovatif c. Program source: - Lokal Surabaya = 76% - Lokal Nasional = 7 % - Live = 17 % d. Format: - Recorded = 68% - Live interaktif = 15% - Live = 17%



46



e. Program composition: - Sport = 15% - Children = 4% - Information = 23 % - Education = 25 % - News = 15 % - Profile = 12 % - Entertainment = 13% - Religion = 3% 2.1.4 Deskripsi Program Acara Surabaya TV atau PT. Surabaya Televisi Indonesia mempunyai barbagai macam program acara yang On Air mulai pukul 05.00 – 24.00 WIB. Di bawah ini adalah rincian berbagai macam program acara yang di tayangkan oleh Surabaya TV beserta diskripsi program acaranya:  Penyejuk Hati: program yang berisi siraman rohani, baik Islam, Hindu, Budha, Khonghucu, Katholik, Protestan  Fit & Fresh: program acara olahraga khususnya aerobic yang akan dipandu oleh instruktur aerobic berpengalaman  Warna-warni Kota: program berita yang menyajikan berita terbaru kota Surabaya tiap jam  Seputar Surabaya: program berita yang merangkum peristiwa aktual serta dinamika perkembangan kota surabaya dan sekitarnya yang dikemas secara akurat dan berimbang



47



 Bisnis Surabaya: program berita yang menyajikan informasi kondisi perekonomian secara global kota Surabaya, meliputi kondisi harga emas, hingga harga bahan kebutuhan pokok masyarakat  Bincang



Bisnis:



program



dialog



yang



mengupas



berbagai



permasalahan dalam bidang usaha serta memberikan solusi dan edukasi kepada masyarakat yang hendak memulai usaha sendiri  Surabaya Sport: program berita olahraga yang berlangsung di surabaya dan sekitarnya  Lintas Mancanegara: program berita yang menyajikan berita aktual dari seluruh belahan dunia (relay dari channel Bali TV)  Suluh Indonesia: program berita yang menayangkan peristiwa aktual di berbagai kota di seluruh Indonesia (relay dari channel Bali TV)  Agrobis: program yang mengupas dunia perkebunan, pertanian. Mulai dari masa produksi , kiat usaha , penggunaan bahan hingga mengangkat profil pengusaha  Mozaik Khatulistiwa: program yang mengupas profil-profil tempat wisata (relay dari channel Bali TV)  Komunitas Metropolis: program yang menyajikan profile sebuah komunitas secara mendalam  Corong Budaya: program yang mengangkat nilai-nilai seni dan tradisi sebagai sebagai upaya untuk menjaga kelestariannya  Saksi Sejarah: program tentang penelusuran tempat dan bangunan bersejarah di Surabayadan sekitarnya



48



 Dunia Wanita: program yang mengupas berbagai permasalahan wanita, mulai dari permasalahan rumah tangga dan karir 2.1.5 Data Surabaya TV a. Data Perusahaan -



Nama Instansi/ Perusahaan : PT. Surabaya Televisi Indonesia



-



Alamat Instansi/ Perusahaan : Puncak Permai Square jalan Raya Darmo Permai III A5-A8 Surabaya



-



Pimpinan Perusahaan



: Nyoman Sudapet



-



Jenis Industri/ Jasa



: Stasiun Televisi Lokal



-



Telepon/ Fax



: (031) 7317457/ (031) 7315994



-



E-mail



: [email protected]



-



Website



: http://www.surabayatv.tv



Kantor Perwakilan Jakarta Alamat



: Gedung Pers Pancasila Jl. Gelora VII No. 32 Palmerah Jakarta Pusat



Telepon



: (021) 5356272



Fax



: (021) 53610771



b. Data Teknik: -



Operation frequency: 44 UHF



-



Transmisi: Desa Sambisari 63-64 Surabaya



-



Jangkauan siaran: Gresik, Sidoarjo dan Lamongan



Bangkalan, Mojokerto, Surabaya,



49



2.1.6 Struktur Organisasi



KOORDINATOR LIPUTAN



PRODUSER PROGRAM



PIMPINAN NEWS & PROGRAM



REPORTER/ KAMERAWAN



SEKRETARIS REDAKSI



PRODUSER EKSEKUTIVE



REPORTER/ KAMERAWAN



PRODUSER NEWS



KOORDINATOR GRAFIS



GRAFIS/ PROMO



KOORDINATOR EDITING



EDITING



TRAFFIC



LIBRARY



TEKNIK PRODUKSI



TEKNIK MAINTENACE KOORDINATOR TEKNIK



DIREKTUR



IT



TRANSMISI



KOORDINATOR MCR



CREW MASTER CONTROL ROOM PRESENTER DALAM



KOORDINATOR PRESENTER



SDM/ HRD



PRESENTER LUAR



KOORDINATOR MARKETING



MARKETING



KOORDINATOR KEUANGAN



KEUANGAN (KASIR)



KOORDINATOR UMUM



DRIVER



Gambar II.1: Struktur Organisasi Surabaya TV



IKLAN



OB



50



Komisaris



: ABG. Satria Naradha



Direktur



: Nyoman Sudapet



Manager HRD



: Noor Ariefah Yoesri



Manager Program & News



: Made Sudiksa



Manager Keuangan



: D.M.Dany Widhiari



Assistant Keuangan



: Dita Endraswari



Manager Marketing



: Ery Naviantoro



Iklan



: Anton Cahyadi



Koordinator Teknik



: Eko Suryanto



Crew Teknik



: -



Made Wira



-



Fitro Prasetio



-



Bintang Tri P.



-



Muhamad Ubaidillah



Koordinator Master Control



: Eko Winarto



Crew Master Control



: -



Andi Setiawan



-



Ketut Sumendra



-



Heru Siswantoro



-



Angga Dani F.



-



Indrayadi



-



Arik Apriyanto



Koordinator editing



: Sigit Endra Prayitna



Crew editing



: Abdul hadi



51



Koordinator liputan



: I Gede Fery Saputra



Sekretaris Redaksi



: Susi



Reporter/ Cameraman



: -



Farid Armand



-



Surya Dewata



-



Nyoman Stady



-



Ni Luh Putu Darmashanti



-



Rizky Zainal



-



Agung Dharma



-



Wahyu Hesty



-



Miftahuddin



-



Dedi Hendra



Traffic



: Ike Wulandari



Library



: Hasanudin



2.2 Gambaran Umum Program Bincang Bisnis 2.2.1 Deskripsi Program Acara Bincang Bisnis Program acara Bincang Bisnis merupakan salah satu program acara yang berformat dialog atau talk show di Surabaya TV. Program ini mengupas berbagai permasalahan perekonomian, kebijakan pemerintah, perkembangan bursa saham dan perbankan, serta perkembangan pasar yang meliputi pasar domestik dan internasional. Program acara talk show



Bincang



Bisnis



selalu



menghadirkan



narasumber



yang



berkompeten dibidangnya, seperti pakar ekonomi serta para pelaku usaha dan dipandu oleh seorang presenter secara live.



52



2.2.2 Bentuk Penyajian Program Acara Bincang Bisnis a. Format Acara Acara talk show “Bincang Bisnis” merupakan sebuah tayangan dengan format dialog yang dipandu oleh seorang presenter dengan menghadirkan seorang narasumber. b. Frekuensi Siaran Program acara talk show ”Bincang Bisnis” ditayangkan secara langsung seminggu sekali yakni setiap hari Jumat. c. Durasi dan Jam Tayang Program acara talk show “Bincang Bisnis” berdurasi 60 menit dengan jam tayang pukul 18.00-19.00 wib pada hari Jumat. d. Target Audience Program acara talk show “Bincang Bisnis” memiliki target audience orang dewasa. 



Sifat: Umum







Jenis Kelamin: Laki-laki dan Perempuan







Geografis: Surabaya dan sekitarnya







Segmentasi: Ekonomi bawah, sedang, maupun atas



e. Iklan Dalam Program acara talk show “Bincang Bisnis” dengan durasi tayang 60 menit diselipkan tiga iklan setiap kali tayang.



53



BAB III ANALISIS DATA



3.1 Proses Produksi Program Acara Bincang Bisnis Bincang Bisnis merupakan sebuah program talk show di Surabaya TV yang



mengulas



tentang



isu



perekonomian,



kebijakan



pemerintah,



perkembangan bursa saham dan perbankan, serta perkembangan pasar yang meliputi pasar domestik dan internasional, yang diperbincangkan dengan praktisi perekonomian dan dipandu oleh seorang presenter secara live. Proses komunikasi massa dimulai dari adanya sebuah peristiwa atau kejadian yang sedang terjadi di masyarakat yang kemudian diolah oleh komunikator menjadi sebuah ide atau konsep yang akan menjadi sebuah pesan atau informasi yang disampaikan melalui media massa kepada komunikan atau khalayak. (Onong Uchjana, 2002: 311). Teori ini menjadi dasar dari media massa dalam menyampaikan pesannya kepada penonton di rumah, tak terkecuali bagi Surabaya TV dalam memproduksi program acara talk show Bincang Bisnis. Tim produksi talk show Bincang Bisnis mengangkat sebuah peristiwa atau fenomena yang sedang terjadi di masyarakat untuk diperbincangkan dalam program acaranya melalui media massa kepada penonton di rumah, yaitu masyarakat Kota Surabaya dan sekitarnya. Namun, dalam proses tersebut terdapat rangkaian kegiatan yang harus dilalui tim produksi mulai dari tahap penentuan tema sampai akhirnya di tonton oleh penonton di rumah.



54



Pada dasarnya tahapan baku produksi sebuah program acara televisi merupakan suatu rangkaian prosedur kerja yang berurutan secara ketat sekaligus rumit karena menyangkut banyak profesi dan peralatan. Namun ternyata bisa disederhanakan karena tuntutan kepraktisan dan kecepatan. Mekanisme atau prosedur kerja produksi acara televisi merupakan sebagian penerapan suatu panduan yang disebut Standart Operating Procedur (SOP). Sesuai apa yang di tulis Fred Wibowo dalam bukunya Teknik Produksi Program Televisi (Fred Wibowo, 2007: 39), secara garis besar tahapan produksi suatu program acara di televisi terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap pra produksi, tahap produksi dan tahap pasca produksi. sementara Didalam bukunya Television Production Alan Wurtzel menguraikan prosedur kerja untuk memproduksi program siaran televisi, disebut Four Stage of Television Production. Keempat tahapannya adalah Pre Production Planning, Set Up and Rehearsal, Production dan Post Production. Ketiga tahap ini akan disesuaikan dengan obyek yang ada di masing-masing divisi Surabaya TV dan diselaraskan dengan kajian teoritis yang di dapat dari literatur. 3.1.1 Pra Produksi Tahap pra produksi merupakan tahapan awal bagi seorang produser dalam memproduksi sebuah program acara televisi, dan harus dilakukan secara rinci dan baik. Mengingat program acara talk show Bincang Bisnis bersifat siaran langsung (live), maka tahapan pra produksi sangat diperlukan supaya dalam proses produksinya, acara ini dapat berjalan dengan lancar.



55



Berikut ini adalah beberapa tahapan pra produksi atau fase yang dilakukan dalam talk show Bincang Bisnis di Surabaya TV: a. Menentukan ide atau gagasan b. Observasi/ pengumpulan data c. Penulisan naskah/ script d. Mencari narasumber/ pengisi acara e. Mempersiapkan produksi Tahapan-tahapan ini dilakukan untuk memproduksi program acara talk show Bincang Bisnis. Dimana program acara ini merupakan program acara yang disiarankan secara langsung (live), sehingga diperlukan perencanaan yang matang sebelum tahap produksi. Ciptono Setyobudi



memaparkan bahwa proses pra produksi



sebuah program acara memiliki sebuah alur yang berawal dari sebuah ide atau gagasan baik perseorangan atau kelompok (teamwork), yang diteruskan dengan proses tukar pikiran (brainstorming). (Ciptono Setyobudi, 2012: 55). Ide atau gagasan tersebut bisa berasal dari siapa saja, baik dari produser, asisten produser atau pihak luar. Gagasan atau ide inilah yang kemudian akan diubah menjadi tema yang akan dibahas dalam talk show. Proses pra produksi program talk show Bincang Bisnis, juga diawali dengan proses penentuan ide atau gagasan, namun dalam tahapan ini tidak ada proses tukar pikiran (brainstorming). Dalam perencanaan produksi talk show Bincang Bisnis, hanya dilakukan oleh Timothy Surya Dewata selaku produser program talk show Bincang



56



Bisnis, tanpa adanya kru yang terlibat secara langsung membantu. Jadi dalam proses pra produksi talk show Bincang Bisnis, ide atau gagasan berasal langsung dari produser. Setelah ide itu didapat, langkah berikutnya yakni melakukan observasi atau mengumpulkan data-data terkait permasalahan yang akan dibahas dalam talk show Bincang Bisnis. Dalam penentuan tema yang akan diangkat dalam program talk show Bincang Bisnis, produser biasanya mendapat referensi dari surat kabar atau berita di media massa terkait fenomena apa yang sedang terjadi di masyarakat atau yang tengah ramai diperbincangkan dan membutuhkan penjelasan dari ahlinya guna memberikan pemahaman kepada masyarakat. Tahapan selanjutnya, yakni merubah ide tersebut menjadi sebuah script atau naskah kasar yang nantinya akan digunakan oleh presenter dalam memandu jalannya talk show. Naskah atau script tersebut berisikan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan presenter saat proses on air. Naskah atau lainnya harus sudah siap sebelum jadwal disusun dan dibagikan kepada penanggung jawab unit kerja yang ikut menangani produksi program acara ini sesuai dengan rencana dan pembagian tugas kerja yang telah dimatangkan. Penentuan tema yang akan dibahas dalam dialog Bincang Bisnis di sesuaikan dengan calender event yang terjadi saat itu. Misalnya, saat episode Bincang Bisnis tanggal 27 Juni 2014, program Talk Show Bincang Bisnis mengangkat tema terkait perekonomian Indonesia jelang pilpres 2014. Sementara pada episode 11 juli, program Talk



57



Show Bincang Bisnis mengangkat tema terkait perekonomian Indonesia pasca pilpres 2014.  Naskah Bincang Bisnis episode tanggal 27 Juni 2014: PROGRAM PRODUSER PRESENTER TOPIK PEMBICARA



: BINCANG BISNIS : TIMOTHY SURYA DEWATA : IVANNA ROUF : "PEREKONOMIAN INDONESIA APA KABAR?" : SOEKOWARDOJO ( DEPUTI KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV JAWA TIMUR )



PEMILU PRESIDEN SEBENTAR LAGI, DITENGAH GEMPITA MASYARAKAT MEMPERSIAPKAN HAJATAN LIMA TAHUNAN INI, MASIH BANYAK PEKERJAAN RUMAH YANG BELUM DISELESAIKAN OLEH PEMERINTAH, SALAH SATUNYA YAKNI MASALAH EKONOMI. INDONESIA MERUPAKAN NEGARA DEMIOKRASI TERBESAR KETIGA DIDUNIA SETELAH INDIA DAN AMERIKA, SEKALIGUS NEGARA DEMOKRASI TERBESAR DI KAWASAN ASIA TENGGARA. BERBICARA MENGENAI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA DITETNTUKA OLEH TIIGA VARIABEL UTAMA YAKNI, MODAL SOSIAL, MODAL MANUSAIA DAN KUALITAS PEMERINTAH. KETIGA MODAL INI AKA BERFUNGSI DENGAN BAIK JIKA DITOPANG SISTEM POLITIK YANG DEMOKRATIS. SEGMENT I 1. TERKAIT PILPRES NANTI, AKANKAH PELAKSANAAN PILPLES MEMBANTU PERTUMBUHA EKONOMI DIANGKA ASUMSI MAKRO PEMERINTAH? 2. MENGENAI TARGET PERTUMBUHAN EKONOMI YANG DIPATOK PEMERINTAH, BAGAIMANA ANDA MELIHAT BESARAN ANGKA TERSEBUT? 3. BERBICARA MENGENAI PEREKONOMIAN GLOBAL, PROSES PEMULIHAN EKONOMI GLOBAL TERNYATA TAK SEPERTI YANG DIPERKIRAKAN. APAKAH INI BERDAMPAK SIGNIFIKAN TERHADAP PEREKONOMIAN DOMESTIK INDONESIA? SEGMENT II DAMPAKK PEREKONOMIAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DOMESTIK INDONESIA YAKNI PERLAMBATAN INVESTASI KARENA CAPITAL INFLOW TAK SECEPAT TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA, TERUTAMA INVESTASI JANGKA PANJANG. 1. BANYAK PENGAMAT MENGATAKAN, DARI SISI DOMESTIK DAMPAK KENAIKAN BBM YANG BERIMPLIKASI PADA BI RATE MEMPENGARUHI PRIVATE CONSUMTION. MENGAPA DEMIKIAN?



58



2. DENGAN DISELENGGARAKANNYA PILPRES,, APA YANG DIHARAPKAN DARI GOVERMENT CCONSUMTION DARI PEMILU? 3. MENGENAI PEMIILU SENDIRI, APAKAH SAAT INI SUDAH BERDAMPAK PADA PEREKONOMIAN DOMESTIK? SEGMENT III 1. MELOMPAT PADA RANA POLITIK, APAKAH DARI KEDUA CAPRES DAN CAWAPRES KITA SUDAH MEMPUNYAI PRINSIP EKONOMI DAN TIM YANG BAGUS DIMANA BISA BERFIKIR BAGAIMANA MENGGERAKKAN PEREKONOMIAN? 2. BAGAIMANA SEHARUSNYA AGAR PELAKSANAAN PILPRES BERJALAN BAIK, SEHINGGA MEMBUAT INVESTOR YAKIN BAHWA SIAPAPUN YANG TERPILIH NANTINYA DAPAT MEMBUAT SUSTAINABLE PERTUMBUHAN EKONOMI KITA? 3. BAGAIMANA UKM YANG NOTABENE MANDIRI, APAKAH JUGA BISA MENIKMATI DAMPAK POSITIF PILPLRES? SEGMENT IV 1. SALAH SATU VISI DARI CAPRES YAKNI MENINGKATKAN CAPITAL INFLOW, LALU BAGAIMANA DENGAN UKM? DENGAN MEKANISME POLITIK SEPERTI APA PEMERINTAH PROAKTIF MENJADIKAN UKM SEBAGAI PENDORONG KEGIATAN EKONOMI, TANPA MENGESAMPINGKAN USAHA BESAR? 2. SIAPAPUN CAPRES DAN CAWAPRESNYA NATI YANG TERPILIH, PERLUKAH MELAKUKAN PEMBENAHAN PADA POIN TERTENTU SEPERTI FOKUS PADA AGRIKULTUR DAN RESOURCES, BLUEPEINT PENDIDIKAN SERTA BANTUAN PENCARIAN PASAR DAALAM HAL DUKUNGAN KEMAJUAN UKM? 3. HARAPAN RAKYAT I NDONESIA DENGAN TERLAKSANANYA PEMILU TERHADAP PEREKONOMIAN? DAN SIKAP PEMERINTAH YANG SEPERTI APA YANG DIBUTUHKAN INDONESIA KETIKA SUDAH DITETAPKAN PRESIDEN TERPIILIH??



 Naskah Bincang Bisnis episode tanggal 4 Juli 2014: PROGRAM PRODUSER PRESENTER TOPIK PEMBICARA



: BINCANG BISNIS : TIMOTHY SURYA DEWATA : DEDY HENDRA : "MASIHKAH CINTA RUPIAH, SEBAGAI KEDAULATAN BANGSA" : Dr. RUDI PURWONO, SE MSE (REGIONAL CHIEF ECONOMIST BNI)



GERAKAN CINTA PRODUK DALAM NEGERI, TAMPAKNYA TIDAK HANYA DITUJUKAN BAGI PANGAN DAN BARANG INDUSTRI. CINTA TERHADAP RUPIAH PERLU DIGELORAKAN SEBAGAI BAGIAN DARI CINTA PRODUK DALAM NEGERI. JIKA MENENGOK KE BELAKANG, JEBLOKNYA NILAI RUPIAH BUKAN



59



KALI PERTAMA TERJADI. RUPIAH PERNAH TERJUN BEBAS DAN TERPURUK SATU TAHUN MENJELANG PESTA DEMOKRASI (PEMILU) DI NEGERI INI. TAK AYAL, ACAP MUNCUL PERTANYAAN ADAKAH SEMUA PERISTIWA INI MERUPAKAN REKAYASA POLITIK? SEGMENT I 1. BERBICARA MENGENAI CINTA RUPIAH, KITA SEBAGAI MASYARAKAT YANG NOTABENE MEMPUNYAI PILIHAN DALAM MENGGUNAKAN MATA UANG DALAM BERTRANSAKSI, SELAIN KEBANGGAN KEUNTUNGAN APA YANG KITA DAPAT KWTIKA KITA MEMILIH RUPIAH SEBAGAI MATA UANG DALAM BERTRANSAKSI? 2. APA KETERKAITAN ANTARA KECINTAAN TERHADAP RUPIAH YANG DIPLIKASIKAN DALAM TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN PENGUATAN NILAI TUKAR RUPIAH? 3. BEBERAPA KALI RUPIAH SEMPAT TERPURUK, DAN BEBERAPA WAKTU LALU RUPIAH SEMPAT TERPURUK HINGGA MENYENTUH POIN 12RIBU. DALAM KASUSNYA SELAMA INI, APAKAH TERPURUKNYA RUPIAH SEMATA HANYA KARENA GEJOLAK POLITIK, ATAUKAH MERUPAKAN REKAYASA POLITIK? SEGMENT II MEMBAHAS MENGENAI KECINTAAN TERHADAP MATA UANG DOMESTIK INDONESIA, SERING TERPURUKNYA RUPIAH MEMBUAT BANYAK KALANGAN DI SEKTOR KEUANGAN MENGAJUKAN GAGASAN UNTUK MELAKUKAN REDENOMINASI RUPIAH. DALAM KONTEKS INDONESIA, REDENOMINASI BUKAN KARENA SEKEDAR TEKANAN INFLASI YANG SANGAT TINGGI. APALAGI INFLASI SELAMA INI LEBIH DIDORONG OLEH ADMINISTERED PRICE DAN VOLATILE FOODS SEDANGKAN CORE INFLATION CUKUP STABIL. 1. APAKAH KETIKA REDENOMINASI RUPIAH DILAKSANAKAN, POSISI NILAI TUKAR RUPIAH AKAN SEMAKIN KUAT DI BENAK MASYARAKAT DOMESTIK DAN INTERNASIONAL? 2. REDENOMINASI BUKAN HANYA SEKEDAR MENGHILANGKAN ANGKA NOL, APAKAH MASYARAKAT INDONESIA SUDAH PAHAM DAN SIAP DENGAN KEBIJAKAN INI? 3. BISAKAH RUPIAH MENJADI MATA UANG YANG CUKUP DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI PILIHAN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI PEMBAYARAN BAIK DOMESTIK MAUPUN INTERNASIONAL? SEGMENT III TAK KENAL MAKA TAK SAYANG, KALIMAT INI KERAP KITA DENGAR KETIKA MELAKUKAN PENJAJAKAN. SAMA SEPERTI RUPIAH, UPAYA PEMERINTAH UNTUK MENUMBUHKAN RASA CINTA MASYARAKAT TERHADAP RUPIAH TAK MUNGKIN BISA BERJALAN EFEKTIF JIKA MASYARAKAT TAK MENGENAL SECARA PAHAM TENTANG KEUANGAN.



60



1. BAGAIMANA PEMAHAMAN MASYARAKAT MENGENAI LITERASI KEUANGAN DAN PRODUK PERBANKAN? 2. SEBERAPA PENTING PENGETAHUAN TENTANG LITERASI KEUANGAN DAN PRODUK PERBANKAN TERHADAP NILAI KECINTAAN SERTA KEBANGGAAN MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN RUPIAH SEBAGAI MATA UANG DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI PEMBAYARAN? 3. SEBESAR APAPUN KECINTAAN KITA TERHADAP RUPIAH, TAK AKAN BERARTI JIKA ATURAN DALAM BERTRANSAKSI MENGHARUSKAN PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN MATA UANG ASING, MISALNYA DOLAR. KONDISI SEPERTI INI KIAN MARAK DALAM TREN PEMBAYARAN, LALU DIMANA PROTEKSI TERHADAP RUPIAH? SEGMENT IV SEJUMLAH PENGAMAT KEUANGAN MENGIBARATKAN, JIKA INGIN MENYELAMATKAN SESEORANG YANG AKAN TENGGELAM, MAKA DENGAN PELAMPUNG. BUKAN MENGAJARI BAGAIMANA CARA BERENANG YANG BAIK AGAR TIDAK TENGGELAM. 1. BISA DIJELASKAN BERDASARKAN KACAMATA EKONOMI ANDA, BAGAIMANA KETAHANAN RUPIAH TERHADAP GEJOLAK DAN GUNCANGAN PEREKONOMIAN DOMESTIK DAN JUGA GLOBAL? 2. SEKELOMPOK MASYARAKAT MENGAKUI LEBIH BANGGA JIKA BERTRANSAKSI DENGAN DOLAR AS, KARENA MENGANGGAP DOLAR SEBAGAI PRESTIS. YANG MENJADI PERTANYAAN, APAKAH INI MERUPAKAN SINYAL LUNTURNYA SEMANGAT NASIONALISME MENCINTAI RUPIAH SEBAGAI SUATU LAMBANG KEDAULATAN NEGARA? 3. MASYARAKAT SECARA SADAR ATAU TIDAK, MENGAKUI KEKECEWAAN MEREKA TERHADAP DAYA TAHAN RUPIAH DALAM GUNCANGAN, SEHINGGA KEPERCAYAAN MASYARAKAT DOMESTIK DAN INTERNASIONAL MULAI PUDAR. JIKA KITA MENENGOK KEDUA CAPRES, ADAKAH VISI DAN MISI DARI SALAH SATU CAPRES YANG MENYINGGUNG MENGENAI UPAYA DALAM MENGEMBALIKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP RUPIAH DAN MENJADIKAN RUPIAH SEBAGAI MATA UANG YANG CUKUP DIPANDANG DALAM TRANSAKSI PEMBAYARAN INTERNASIONAL?



61



 Naskah Bincang Bisnis episode tanggal 11 Juli 2014: PROGRAM PRODUSER PRESENTER TOPIK



PEMBICARA



: BINCANG BISNIS : TIMOTHY SURYA DEWATA : ERNY SUCIPTO : "MENERAWANG EKONOMI INDONESIA PASCA PILPRES2014: ANTARA KEDAULATAN DAN ARUS GLOBALISASI" : ROSSANTO DWINHANDOYO ( PRAKTISI PEREKONOMIAN UNAIR)



SAAT INI MASYARAKAT MERASAKAN PROGAM KEBIJAKAN MENYANGKUT MASALAH EKONOMI PEMERINTAH SBY-JK DAN SBY-BUDIONO BELUM CUKUP BERHASIL. PROGAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI, BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT), BANTUAN LANSUNG TUNAI SEMENTARA (BLSM) DINILAI BELUM MAKSIMAL DALAM SUMBANGSIH MENYEJAHTERAKAN RAKYAT. SELAIN ITU, HASIL DARI ASIA-PASIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) DI BALI 2013 LALU DISINYALIR AKAN MEMPERPARAH EKONOMI DIMASA YANG AKAN DATANG. PERDAGANGAN BEBAS DIPERKIRAKAN AKAN MEMPERPARAH POSISI INDONESIA, KARENA INDONESIA HANYA MENJADI “PELAYAN” NEGARA BERKEPENTINGAN, SEPERTI AMERIKA DAN TIONGKOK. SEGMENT 1 1. PASCA ATAU SETELAH BERAKHIRNYA PILPRES 2014 DAN DIDAPAT CALON PRESIDEN UNTUK MASA JABATAN 2014-2019. APA HARAPAN INDONESIA PADA PRESIDEN TERPILIH? 2. APA KABAR DENGAN PROGRAM-PROGRAM YANG DIKLAIM PRO RAKYAT NAMUN MEMBEBANI APBN? 3. ADA PIHAK YG PESIMIS DAN MENILAI HASIL DARI ASIA-PASIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) DI BALI 2013 LALU DISINYALIR AKAN MEMPERPARAH EKONOMI DIMASA YANG AKAN DATANG. TANGGAPAN ANDA SEPERTI APA? SEGMENT II 1. SALAH SATU MISI DARI PRESIDEN TERPILIH YAKNI DEREGULASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MELALUI INDUSTRI KREATIF. JIKA MISI TERSEBUT TERLAKSANA, PERUBAHAN SEPERTI APA YG AKAN DIDAPATKAN MASYARAKAT KHUSUSNYA PELAKU INDUSTRI KREATIF? 2. INDUSTRI KREATIF SERING DIGADANG SEBAGAI PAHLAWAN DISAAT PEREKONOMIAN TERGUNCANG, KARENA KARAKTERISTIK INDUSTRI INI YG TAHAN TERHADAP GEJOLAK. SEKUAT ITUKAH? 3. LAYAKNYA SEBUAH PAHLAWAN, INDUSTRI KREATIF JUGA BISA DIBILANG SEBAGAI PAHLAWAN TANPA TANDA JASA DAN CENDERUNG TERLUPAKAN. KENDALA BIROKRASI, PERIJINAN DAN LEGALITAS MENJADI



62



PERMASALAHAN KLASIK DALAM MENDUKUNG INDUSTRI INI UNTUK MAMPU BERKOMPETISI DI PERKANCAHAN PASAR GLOBAL MAUPUN DOMESTIK. DENGAN MISI PRESIDEN TERPILIH, LANGKAH KONGKRIT DAN KEBIJAKAN SEPERTI APA YG HARUS DITERAPKAN DALAM MEMACU EKSISTENSI INDUSTRI KREATIF? SEGMENT III MENJELANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN 2014, MASYARAKAT DISODORI DENGAN BERBAGAI MACAM PROGAM KEBIJAKAN EKONOMI YANG AKAN DATANG. TERLEBIH DARI CALON PRESIDEN YANG BERTARUNG PADA PEMILIHAN PRESIDEN. MEREKA TELAH MERUMUSKAN LANGKAH STRATEGIS YANG AKAN MENJADI PILIHAN GUNA MENINGKATKAN KUALITAS EKONOMI; MENINGKATKAN MUTU PENGHASILAN MASYARAKAT; MENGELOLAH SDA-SDM; DAN MENGENTASKAN KEMISKINAN. BAIK PARTAI POLITIK ATAUPUN CAPRES, SEMUANYA MEMPUNYAI VISI MENATAP EKONOMI MENDATANG. 1. KONSEP DAN RUMUSAN KEBIJAKAN TERSEBUT MERUPAKAN KEPEDULIAN MELIHAT KENYATAAN KEBIJAKAN EKONOMI SAAT INI YANG DIRASA HOPELESS. SEMUA SAH SAJA MERUMUSKAN KEBIJAKAN YANG AKAN DATANG DEMI TERCAPAINYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. NAMUN DEMIKIAN, TUGAS BERAT PENERAPAN KEBIJAKAN TERSEBUT ADALAH BENTURAN DENGAN GELOMBANG GLOBALISASI, TERLEBIH DISEKTOR EKONOMI. LALU KEBIJAKAN SEPERTI APA YANG TEPAT DIAPLIKASIKAN AGAR BERJALAN BERIRINGAN DENGAN GELOMBANG GLOBALISASI? 2. SEPERTI DIKETAHUI, INDONESIA TELAH TERGABUNG DALAM BEBERAPA KERJASAMA BILATERAL DAN MULTILATERAL DENGAN BERBAGAI NEGARA. BERDASARKAN CATATAN REDAKSI KAMI, BAHWA PADA JULI 2011, INDONESIA MELAKUKAN KERJASAMA PERDAGANGAN BEBAS (FTA) DI BERBAGAI SEKTOR HINGGA 19 KESEPAKATAN. PADA SAAT BERSAMAAN, INDONESIA JUGA TELAH MEMPERSIAPKAN DIRI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PADA 2015 SERTA ASEAN-CHINA (ACFTA) YANG AROMANYA SUDAH TERENDUS SAAT INI. INI ARTINYA, INDONESIA NYEMPLUNG DALAM PERCATURAN PERDAGANGAN BEBAS DUNIA. JIKA PRODUKSI DALAM NEGERI TIDAK MAMPU BERSAING, MAKA BISA DIPASTIKAN UKM-UKM AKAN TERGILAS LAJU LIBERALISASI PERDAGANGAN TERSEBUT? 3. DARI PRESIDEN TERPILIH, APAKAH SUDAH TERLIHAT LANGKAH DALAM UPAYA MENGUATKAN ELEMEN DASAR UKM SERTA DAYA SAINGNYA? 4. PROTEKSI SEPERTI APA YANG AKAN DILAKUKAN PEMERINTAH PADA UKM DALAM RANGKA MELINDUNGI KEBERADAAN USAHA DOMESTIK DARI KEPUNGAN BARIKADE PRODUK DAN USAHA ASING?



63



SEGMENT IV DALAM MENANGGAPI KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM PASAR BEBAS, ADA DUA KUTUB BERSEBERANGAN: PRO DAN KONTRA. KUTUB PENDUKUNG PASAR BEBAS YANG DIANGGAP “NEOLIBERAL” MENDUKUNG SEPENUHNYA DIBUKANYA PASAR BEBAS DI INDONESIA DENGAN ALASAN AKAN MEMBANTU CADANGAN DEVISA. DENGAN PELUANG DAN UNTUNG YANG MENJANJIKAN, PEMERINTAH MENGAMBIL KEBIJAKAN FTA. KUTUB LAINNYA YANG KERAP MENAMAKAN DIRI PENGUSUNG “EKONOMI KERAKYATAN” BERDALIH BAHWA PASAR BEBAS HANYA AKAN MENGGEROGOTI ASET NEGARA. NEGARA AKAN MENJADI KORBAN EKSPLOITASI NEGARA LAIN –SEBUT SAJA AMERIKA DAN TINGKOK- DAN MENJADI PASAR PENJUALAN. MERUPAKAN HAL WAJAR JIKA BERBAGAI KEBIJAKAN DIATAS MENUAI PRO-KONTRA. HAL INI AKIBAT DARI: SISI PERTAMA, KEBIJAKAN DINILAI “MLEMPEM” TANPA HASIL DAN TIDAK MEMBERI IMPLIKASI SIGNIFIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI. SISI KEDUA, PEMERINTAH TETAP OPTIMIS BAHWA FTA DAN PAKET HASIL APEC AKAN MENINGKATKAN EKONOMI INDONESIA. 1. BANYAK PENGAMAT MENGATAKAN, PERDANGAN BEBAS YANG DIHARAPKAN MAMPU MENGANGKAT INDUSTRI DALAM NEGERI TERNYATA HANYA HARAPAN SEMU. ALIH-ALIH MEMBANTU MENGEMBANGKAN, PASAR BEBAS TELAH MEMBUAT TAK BERDAYA INDUSTRI REGIONAL. BAGAIMANA PENILAIAN ANDA? 2. APAKAH CUKUP BERALASAN JIKA MASYARAKAT MENYAYANGKAN SIKAP INDONESIA YANG TERKESAN “MEMAKSAKAN DIRI” DENGAN KETIDAKSIAPAN DALAM PARTISIPASINYA DI MEJA ASEAN? 3. MESKI MEMILIKI KELEBIHAN, KEDUANYA SAMASAMA MEMILIKI KELEMAHAN. PERTAMA KUTUB “NEOLIBERAL”, BAHWA SUDAH MENJADI RAHASIA UMUM JIKA KUTUB TERSEBUT ADALAH KENDARAAN NEGARA ADIDAYA AMERIKA UNTUK MENGUASAI PETA EKONOMI DUNIA. SEHINGGA TUJUAN SEBAGAI POLICE WORLD TETAP TERJAGA. SEBALIKNYA, PERLAWANAN YANG DITUNJUKKAN OLEH PENGUSUNG “EKONOMI KERAKYATAN” JUGA MASIH MEMILIKI CELAH KELEMAHAN. SAAT INI, NEGARA TIDAK BISA MENGHINDARI TAKDIR GLOBALISASI DISETIAP SEKTOR. JIKA KUTUB “EKONOMI KERAKYATAN” MEMAKSA KEMANDIRIAN –YANG TERKENAL DENGAN ISTILAH BERDIKARI- ITU ARTINYA INDONESIA AKAN LEMAH DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. LALU YG MENJADI PERTANYAAN, APAKAH INDONESIA TELAH MEMILIKI SDM YANG MEMADAI? 4. JIKA KITA MENGINGAT SEJARAH INDONESIA, POIN INI MENGINGATKAN KEMBALI SAAT SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA MENGKRITIK KEBIJAKAN SUKARNO YANG AKAN MENERAPKAN APA YANG DISEBUT DENGAN



64



NASIONALISASI ASET. SYAFRUDDIN SAAT ITU KEBERATAN DENGAN KEBIJAKAN SUKARNO KARENA SADAR DIRI BAHWA INDONESIA DIRASA BELUM MAMPU MENGELOLA SEKTOR EKONOMI SECARA MANDIRI. KARENANYA, BANTUAN ASING TETAP DIBUTUHKAN SEBAGAI PENYUMBANG DEVISA. LALU KITA BERBICARA DI MASA PEMERINTAHAN SAAT INI, APAKAH KEADAANNYA MASIH SAMA SEPERTI PADA SAAT PEMERINTAHAN ORDE LAMA DULU? 5. JIKA ROMANTISME PASAR BEBAS YANG TELAH MEMANJAKAN MASYARAKAT INDONESIA MENJADI PILIHAN, PEMERINTAH HARUS MENYIAPKAN DIPLOMAT ULUNG UNTUK TETAP MENJAGA KEKAYAAN NEGARA. APAKAH PENYATAAN SAYA INI BISA DITERIMA?



Selanjutnya, produser



talk show



Bincang Bisnis



mencari



narasumber atau memastikan kesiapan narasumber untuk mengisi acara program talk show Bincang Bisnis. Karena format talk show merupakan cerminan kekuatan yang menonjol pada medium televisi, maka dibutuhkan



narasumber



yang



sangat



“vocal”



dan



memahami



permasalahan adalah sebagai salah satu kunci keberhasilan talk show. Narasumber talk show Bincang Bisnis berasal dari akademisi dari Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga Surabaya ( sebagai narasumber tetap), kepala dinas serta pakar ekonomi atau narasumber lain yang dianggap kompeten dalam membahas tema dalam talk show Bincang Bisnis. Misalnya, pada episode tanggal 27 Juni 2014 yang membahas tentang tema "PEREKONOMIAN INDONESIA APA KABAR?", produser talk show Bincang Bisnis menghadirkan Deputi Kepala Perwakilan BI wilayah IV Jawa Timur, Soekowardojo sebagai narasumber. Sementara saat membahas tema "MASIHKAH CINTA RUPIAH, SEBAGAI KEDAULATAN BANGSA?", talk show Bincang Bisnis menghadirkan Regional Chief Economist BNI, Dr. Rudi



65



Purwono, SE MSE, sebagai narasumber. Sedangkan saat mengangkat tema "MENERAWANG EKONOMI INDONESIA PASCA PILPRES 2014", talk show Bincang Bisnis menghadirkan praktisi perekonomian Universitas Airlangga Surabaya, Rossanto Dwihandoyo, sebagai narasumber. Satu jam sebelum proses shooting berlangsung, produser terlebih dulu memberi arahan kepada pembawa acara/ presenter terkait materi dialog yang akan dibahas. Tahapan ini biasanya dimanfaatkan oleh pembawa acara untuk bertanya kepada produser, mengenai kata, kalimat atau istilah-istilah yang sulit dipahami yang ada didalam naskah. Hal ini dimaksudkan agar presenter (pembawa acara) program talk show Bincang Bisnis dapat mengetahui lebih jelas mengenai konsep serta materi yang akan dibahas dalam talk show, lalu dilanjukan dengan menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh narasumber sebagai pengisi acara. Agar sebuah talk show dapat menarik dan berbobot, pewawancara harus mendalami bidang permasalahan yang sedang dibicarakan dalam acara talk show. (Fred Wibowo, 2007: 67). Setelah melewati tahap perencanaan, tahap selanjutnya adalah Persiapan. Pada tahap ini, semua tim produksi harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum shooting atau proses on air secara langsung (live) berlangsung. Tahapan ini biasa disebut juga dengan tahap Set up and Rehearsal atau tahap pengesetan seluruh halhal yang berhubungan dengan teknis dilapangan baik dekorasi tempat, tata cahaya, tata suara dan tata kamera. Seluruhnya harus melalui proses



66



pengesetan atau diatur agar sesuai terhadap konsep yang telah ditentukan, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan teknis dilapangan saat proses on air secara live berlangsung. Persiapan pertama yang dilakukan sebelum proses produksi talk show Bincang bisnis adalah menyiapkan dekorasi atau tempat dimana akan dilakukan proses shooting. Karena produksi talk show Bincang Bisnis berlangsung di studio (indoor), maka yang bertanggung jawab adalah crew yang bertugas di studio. Persiapan yang dilakukan cukup sederhana, yakni menyiapkan dua buah kursi sebagai tempat duduk presenter dan narasumber, serta sebuah meja. Selain itu, crew yang ada di studio juga menyalakan LCD yang ada dibagian belakang (background). LCD ini berisi bumper talk show Bincang Bisnis. Persiapan lain yang wajib dilakukan adalah menata kamera. Kamera merupakan peralatan produksi televisi yang utama. Semua jenis kamera video pada prinsipnya bekerja dengan cara yang sama yaitu mengubah gambar optik yang dihasilkan oleh lensa menjadi sinyal elektronik yang di namakan sinyal video. Sinyal ini akhirnya di ubah kembali oleh pesawat televisi menjadi gambar yang bisa di lihat oleh pemirsa. Proses produksi program talk show Bincang Bisnis menggunakan 3 buah kamera, dimana kamera tersebut digunakan untuk pengambilan gambar dari tiga sudut yang berbeda juga yaitu dari sudut kiri, tengah, dan sudut kanan. Kamera sebelah kiri berfungsi mengambil gambar presenter yang duduk disebelah kiri. Sedangkan kamera yang berada



67



disebelah kiri mengambil gambar narasumber yang berada disebelah kanan. Sementara kamera yang berada ditengah mengambil gambar secara menyeluruh. Ketiga kamera tersebut diletakkkan diatas sebuah alat penyangga khusus untuk kamera



(tripod). Alat penyangga ini



sangat penting untuk menjaga kestabilan gambar saat proses shooting berlangsung. Out put dari ketiga kamera tersebut terintegrasi satu sama lain ke dalam video mixer yang ada di MCR (master control room).  Format Tata Kamera Talk Show Bincang Bisnis:



1



3 2



Gambar III.1: Tata Kamera Bincang Bisnis



Ket:  Kamera 1 khusus mengambil gambar presenter  Kamera 2 mengambil gambar secara keseluruhan (presenter dan narasumber)  Kamera 3 khusus mengambil gambar narasumber



68



Sementara untuk ukuran gambar atau size shot saat proses on air secara live, Ciptono Setyobudi memaparkan setidaknya ada 8 teknik angle kamera yang digunakan, namun tim produksi talk show Bincang Bisnis hanya menggunakan 2 teknik angle kamera, yaitu medium shoot dan full shoot, dua angle tersebut dirasa sudah cukup untuk digunakan dalam proses on air talk show Bincang Bisnis yang sifatnya formal serta berada di dalam ruangan.  Size Shoot Talk Show Bincang Bisnis episode tanggal 27 Juni 2014:



 Size Shoot Talk Show Bincang Bisnis episode tanggal 4 Juli 2014:



69



 Size Shoot Talk Show Bincang Bisnis episode tanggal 11 Juli 2014:



Gambar III.2: Size Shoot Bincang Bisnis Pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dalam talk show Bincang Bisnis, dalam hal ini terkait komposisi gambar sudah sesuai dengan apa yang disampaikan morissan. Pada saat seseorang melihat atau menunjuk, maka ruang kosong harus tersedia pada arah yang dimaksud (Nose room atau lead room). Tanpa nose room gambar akan tampak aneh dan tidak seimbang. Pemberian ruang diatas kepala (head room) juga tepat. sebab jika terlalu banyak ruang kosong, yaitu jarak



70



antara ujung kepala dengan tepi atas layar televisi terlalu lebar maka gambar akan tampak tidak seimbang. Dengan memperhitungkan ruang kepala yang tepat, subjek tidak tampak tenggelam ke arah tepi bawah layar televisi. Seperti halnya mata manusia, kamera tidak dapat melihat tanpa sinar. Tanpa penyinaran yang baik, kamera yang canggih sekalipun tak akan mampu menghasilkan gambar yang baik. Sebaliknya penataan lighting tak akan bisa membantu kita memperoleh gambar yang kita inginkan apabila kamera tidak bisa melihat dengan baik. Tujuan lighting adalah supaya kamera video cukup mendapatkan cahaya untuk melihat obyek untuk mendapatkan kesan adanya ruang waktu dan suasana dari suatu adegan. Ciptono Setyobudi memaparkan ada 5 hal dasar dalam penataan cahaya yang harus digunakan saat proses produksi sebuah program acara televisi, yaitu key light, fill light, back light, base light dan over exposure (Ciptono Setyobudi, 2012: 38). Namun, dalam proses produksi talk show Bincang Bisnis sendiri hanya menggunakan tata cahaya (lighting) yang sifatnya sederhana. Tidak serumit seperti yang dipaparkan oleh Ciptono Setyobudi tersebut, karena tim produksi hanya menggunakan studio yang kecil dan tidak memerlukan penataan cahaya yang rumit. Proses produksi program talk show Bincang Bisnis hanya menggunakan 3 buah lampu khusus untuk studio yang posisinya sudah di atur sedemikianrupa dan tak bisa dirubah. 1 buah lampu berada ditengah yang berfungsi sebagai pencahayaan secara menyeluruh.



71



sementara 2 lampu lainnya di letakkan di bagian kiri dan kanan dan di arahkan ke arah presenter serta narasumber. Dalam dunia pertelevisian tidak hanya kualitas gambar atau video yang perlu diperhatikan, namun bagian suara juga merupakan unsur yang penting. Fungsi audio di dalam program televisi tidak hanya menyajikan informasi dari gambar (visual) saja, tetapi juga untuk menciptakan suatu suasana sebagai pendukung adegan, sehingga penonton bisa ikut merasakan peristiwa atau adegan yang sedang di pertunjukkan.



Ide Kreatif



Observasi/ Pengumpulan Data



Naskah atau Rundown



Penentuan Narasumber



Set up and Rehearsal



Dekorasi



Tata Kamera



Tata Cahaya



Gambar III.3: Tahap Pra Produksi Bincang Bisnis



Tata Suara



72



3.1.2 Produksi Tahap produksi merupakan kegiatan shooting untuk memproduksi suatu



paket



acara



televisi.



Ciptono



Setyobudi



(2012:



55)



menyampaikan bahwa tahap produksi pada prinsipnya adalah memvisualisasikan konsep naskah atau rundown acara agar dapat dinikmati pemirsa, dimana pada tahap ini sudah melibatkan bagian lain yang bersifat teknis (engineering), karena harus memvisualisasikan gagasan atau ide saat brainstorming maka harus menggunakan peralatan dan operator terhadap peralatan yang dioperasikan atau lebih dikenal dengan istilah production service. Proses produksi dalam talk show Bincang Bisnis merupakan proses dimana kru produksi sudah mulai proses shooting secara live di studio. Secara garis besar, Ciptono Setyobudi menggambarkan alur produksi dengan membaginya menjadi 2 bagian terpisah, yaitu yang bersifat teknis (service) seperti Technical Director, Maintenance Engineering dan operator perangkat itu sendiri seperti Cameraman, Audioman, (manajemen)



Lightingman bagian



dan



Production



sebagainya Department



yang



dikoordinasi



seperti



Executive



Producer, tim Creative maupun Production Director yang akan mengarahkan program tersebut di lapangan (Ciptono Setyobudi, 2012: 55). Agar pelaksanaan shooting berjalan lancar, proses produksi suatu program televisi biasanya melibatkan banyak orang. Namun hal itu tidak berlaku dalam proses produksi talk show Bincang Bisnis. Proses



73



produksi talk show Bincang Bisnis, sifatnya sederhana, tidak serumit seperti apa yang disampaikan Ciptono Setyobudi dan tidak melibatkan banyak orang, karena sebagian sistem yang digunakan telah diatur secara otomatis. Saat proses produksi talk show Bincang Bisnis berlangsung, hanya ada 4 orang yang bertugas, tiga orang bertugas di MCR (Master Control Room) yakni operator playbox atau server, Audioman dan operator Character Generator yang sekaligus merangkap sebagai Switcherman. sementara seorang lagi yakni Cameraman yang bertugas di studio untuk mengatur kamera. Dalam susunan orgasisasi pelaksana produksi talk show Bincang Bisnis juga tidak ada pengarah program atau Program Director (PD) yang bertugas di Master Control Room (MCR). Selain itu, juga tidak ada yang seorang Floor Director (FD) yang bertanggung jawab membantu mengarahkan pemain dan kru di dalam studio rekaman gambar. Saat proses on air talk show Bincang Bisnis, yang memiliki andil besar dan cukup sibuk adalah tim yang berada di MCR (Master Control Room) karena mereka bertanggung jawab memberikan tayangan dengan kualitas gambar dan suara yang jernih tanpa ada noise yang dapat mengganggu tercapainya pesan yang disampaikan oleh narasumber dan presenter.



74



Crew Poduksi: - Cameraman - Audioman - Operator CG - Operator Playbox



Produser



Produksi



Transmiter VTR



Gambar III.4: Tahapan Produksi Bincang Bisnis



Sementara berkaitan dengan segi teknik dalam aspek produksi di televisi ada tiga macam, yaitu: Elektronic News Gathering (ENG), Elektronic Field Production (EFP) dan Stellite News Gathering (SNG). Secara detail teknik yang digunakan pada proses produksi program talk show Bincang Bisnis, tidak sesuai dengan ketiga teknik diatas. Tetapi teknik yang digunakan hampir sama dengan teknik Elektronic Field Production (EFP) dan teknik Stellite News Gathering (SNG). Dimana program acara ini dilakukan di ruang tertutup, dalam hal ini adalah studio dan menggunakan kamera studio secara serempak dengan tiga pengambilan gambar dari beberapa sudut yang berbeda. Selain itu program talk show Bincang Bisnis menggunakan fasilitas satelit dengan jenis siaran langsung (live). Program acara talk show Bincang Bisnis menggunakan fasilitas satelit karena paket acara ini bersifat langsung (live), yang tayang setiap hari Jum’at pukul 18.00-19.00 WIB. Dengan begitu maka program acara dapat dinikmati saat itu juga oleh seluruh masyarakat yang ada Surabaya dan sekitarnya.



75



Proses produksi program talk show Bincang Bisnis juga sesuai dengan The Mathematical Theory of Communication or Shannon and Weaver Model, yang menjadi sumber informasi (information source) adalah narasumber dan presenter dari talk show Bincang Bisnis, mereka menyampaikan pesan (message) berupa informasi dan penjelasan mengenai tema yang tengah diangkat, sebuah fenomena atau peristiwa yang ramai



diperbincangkan



oleh



masyarakat.



Pesan



tersebut



disampaikan melalui proses on air secara live yang diubah ke dalam bentuk sinyal (signal) oleh pemancar (transmitter) sesuai dengan saluran yang akan digunakan. Surabaya TV memanfaatkan saluran atau channel yang mereka miliki sebagai media (alat) untuk menyalurkan isyarat dari pemancar kepada penerima



yang menyusun kembali



sinyal tersebut menjadi sebuah pesan sehingga sampai kepada tujuan (destination) yaitu penonton di rumah. Namun, saat proses penyampaian pesan tersebut berlangsung, terdapat gangguan (noise) yang berpotensi mengganggu keefektifan komunikasi. Selama mengikuti proses on air talk show Bincang Bisnis, peneliti melihat yang menjadi noise yang mengganggu keefektifan penyampaian pesan pada pemirsa di rumah adalah noise yang ditimbulkan oleh clip on yang digunakan oleh narasumber maupun presenter, noise ini termasuk dalam Level A (masalah teknis). Peletakan clip on yang tidak tepat pada narasumber dan presenter dapat menimbulkan suara-suara lain yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu kejernihan suara yang dikeluarkan oleh narasumber dan



76



presenter. Selain itu, gangguan lainnya yakni, tidak meratanya daya jangkauan penerimaan siaran Surabaya TV di beberapa wilayah di surabaya. Hal ini mengakibatkan siaran program talk show Bincang Bisnis tidak dapat dinikmati seluruh masyarakat. 3.1.3 Pasca Produksi Pasca produksi merupakan hasil dari semua kegiatan yang telah diproduksi. Tahapan ini biasanya dilakukan evaluasi sebagai tahapan akhir dari keseluruhan produksi dan penayangan program. Pasca produksi lebih berorientasi untuk produksi program-program acara yang bersifat tidak langsung (recording), karena untuk siaran langsung biasanya di direct pada panel switcher oleh Program Director (PD) untuk kemudian di transmisikan secara langsung (live) ke pemirsa. Tahap pasca produksi meliputi: a. Melakukan editing baik suara maupun gambar b. Pengisian grafik pemangku gelar atau berupa insert visualisasinya c. Pengisian narasi d. Pengisian sound efek dan ilustrasi e. Melakukan evaluasi terhadap hasil produksinya, di dalam evaluasi ini dapat saja hasil produksi tadi dinyatakan layak siar, tetapi dapat pula masih diberikan beberapa catatan misalnya, masalah ilustrasi, sound efek, editing gambar dan sebagainya sehingga masih harus dilaukakan perbaikan



77



Pasca Produksi



Non aktif peralatan



Editing



Gambar III.5: Tahapan Pasca Produksi Bincang Bisnis



Dikarenakan program talk show Bincang Bisnis yang sifatnya tayang secara langsung (live) maka tidak banyak yang harus dilakukan oleh kru produksi saat proses on air selesai, bahkan tidak ada rapat khusus setelah on air untuk mengevaluasi proses siaran. Kru di studio hanya akan menonaktifkan kamera, mematikan lampu (lighting) dan semua alat-alat yang digunakan selama proses on air berlangsung. Namun tidak hanya itu, salah satu kru yang berada di divisi editing juga akan mengedit rekaman dari talk show Bincang Bisnis untuk ditayangkan keesokan harinya (tayang ulang). Pengeditan yang dilakukan pun hanya dilakukan secara sederhana, yakni dengan memotong segmen iklan, kemudian merekam ulang kedalam kaset mini dv. Hal itu dilakukan untuk pengarsipan di bagian library, sehingga sewaktu-waktu jika program tersebut diperlukan dapat dengan mudah mencarinya.



78



BAB IV PENUTUP



4.1 Kesimpulan Setelah melakukan proses penelitian dan pengumpulan data di Surabaya TV, khususnya pada program acara talk show Bincang Bisnis, serta mengikuti proses produksi yang dilakukan oleh tim prodksi talk show Bincang Bisnis, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Secara keseluruhan proses produksi program talk show Bicang Bisnis sudah sesuai dengan Standart Operational Procedure (SOP) proses produksi program acara televisi, yaitu dengan beberapa tahapan yang dimulai dari pra produksi, produksi dan pasca produksi. Namun, dikarenakan keterbatasan peralatan dan Sumber Daya Manusia (SDM), maka dilakukan penyesuaian-penyesuaian dalam proses produksi tersebut, tentunya tanpa menghilangkan kualitas dari sebuah penayangan program acara televisi. 



Tahapan pra produksi dalam talk show Bincang Bisnis terbagi dalam 2 tahap, yaitu tahap di luar studio serta tahap didalam studio dan Master Control Room (MCR). Tahap di luar studio, meliputi proses perencanaan penentuan tema dan penentuan narasumber. Sedangkan tahap di dalam studio dan Master Control Room (MCR) yakni mempersiapkan peralatan yang akan digunakan saat proses produksi.



79







Tahap



produksi



merupakan



tahap



dimana



tim



produksi



memvisualisasikan konsep gagasan saat pra produksi melalui proses on air secara live. 



Tahap pasca produksi, segala kegiatan yang dilakukan tim produksi setelah



proses on air, yaitu



menonaktifkan peralatan yang



digunakan selama proses on air dan mengedit rekaman dari talk show Bincang Bisnis untuk ditayangkan ulang, serta sebagai pengarsipan di bagian library agar



sewaktu-waktu jika program



tersebut diperlukan dapat dengan mudah mencarinya. b. Selama proses produksi talk show Bincang Bisnis ada beberapa faktor yang menjadi pendukung dalam jalannya produksi dan ada juga penghambat yang menjadi kendala tersendiri bagi tim produksi dalam upaya menciptakan sebuah program yang berkualitas. Faktor pendukung dari jalannya produksi adalah adanya peralatan-peralatan yang sudah mendukung, kapabilitas narasumber, tema yang sesuai calender event. Sedangkan untuk faktor penghambat dari proses produksi talk show Bincang Bisnis antara lain dari kedisplinan narasumber, Sumber Daya Manusia (SDM) dan kemampuan presenter dalam memandu program. 4.2 Saran Selama melakukan penelitian di Surabaya TV pada program talk show Bincang Bisnis, peneliti menilai bahwa meskipun dengan kondisi Sumber Daya Manusia yang masih terbatas, namun para kru bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Oleh karena itu, peneliti memiliki beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan sumbangan



80



pemikiran dan masukan bagi televisi lokal Surabaya TV dalam proses produksi selanjutnya yang diharapkan dapat menciptakan sebuah perubahan ke arah yan lebih baik. Berikut saran dari peneliti: a. Proses pra produksi dalam tahap pengangkatan tema diharapkan memiliki tim kreatif guna menambahkan ide-ide baru pada tema yang akan diangkat sehingga proses on air menjadi lebih segar walaupun tema yang diangkat sifatnya formal, mengenai kebijakan publik. Tim kreatif disini juga dapat membantu melakukan riset kepada masyarakat mengenai tema apa yang mereka harapkan untuk diangkat dalam talk show Bincang Bisnis sehingga tahapan tukar pikiran (brainstorming) bisa terjadi. b. Produser hendaknya menambah segment interaktif, sehingga khalayak atau penonton dapat langsung berdialog secara langsung dengan narasumber yang ada di studio melalui telepon, sehingga tercipta komunikasi dua arah. c. Melakukan koordinasi yang baik dengan tim produksi, sehingga tidak ada keterlambatan informasi mengenai tema dan narasumber. d. Pembagian yang jelas mengenai jabatan bagi kru dalam proses produksi, seperti



bagian



technical



support,



art



support



dan



production operation. Sehingga kru dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik dan fokus tanpa harus melaksanakan pekerjaan secara merangkap. e. Mengadakan rekuitmen anggota sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Surabaya TV dengan lebih mengedepankan skill calon karyawan.



DAFTAR PUSTAKA



Ardianto, Elvinaro. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010. Ardianto, Elvinaro dan Lukti Komala. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Effendy, Onong Uchjana. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press, 2007. Iskandar Muda, Dedy. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Publik Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana, 2009. M. Hanum, Salma. Sukses Meniti Karir Sebagai Presenter. Yogyakarta: Absolut, 2005. Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: kencana, 2008. Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Nurrudin. Komunikasi Massa. Malang: Cespur. 2004. Rahmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.



Salam, Syamsir, MS Jaenal, Arifin. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Setyobudi, Ciptono. Teknologi Broadcasting TV. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Siregar, Ashadi. Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi Melihat Radio. Yogyakarta: LP3Y, 2001. Subroto, Darwanto Sastro. Produksi Acara Televisi. Yogyakata: Duta Wacana University Press, 2007. Wahyudi, J.B. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Bandung: Alumni, 1996. Wibowo, Fred. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book, 2007.



Sumber Lain: Profil Program Bincang Bisnis Wawancara dengan Manager Progran&News Surabaya TV, Made Sudiksa Wawancara dengan Produser Bincang Bisnis, Timothy Surya Dewata http://id.wikipedia.org/wiki/Surabaya_TV http://www.dikiumbara.wordpress.com/2008/08/14/produksi-televisi-part-3/ http://communicationtheory.org/shannon-and-weaver-model-of-communication/



DAFTAR PERTANYAAN



Manajer Program: Bagaimana gambaran identitas Surabaya TV? Meliputi: 1. Sejarah dan perkembangan Surabaya TV? 2. Terkait eksistensi Surabaya TV selama ini, apa visi dan misi Surabaya TV? 3. Bagaimana kondisi Sumber Daya Manusia Surabaya TV? 4. Apa saja program yang ada di Surabaya TV? Produser Program Bincang Bisnis: 1. Bagaimana deskripsi program Bincang Bisnis? 2. Sejak kapan program Bincang Bisnis mulai diproduksi? 3. Apa latar belakang dan visi misi program Bincang Bisnis? 4. Apa saja materi Bincang Bisnis? 5. Siapa saja target audience (segmentasi penonton)? 6. Sejauh mana jangkauan siar Bincang Bisnis? 7. Bagaimana proses produksi program Bincang Bisnis? 8. Apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum produksi program? 9. Siapa saja yang termasuk unit pelaksanaan kerja dalam tim produksi program Bincang Bisnis? 10. Apa tugas dan tanggung jawab masing-masing yang termasuk dalam tim produksi? 11. Bagaimana pengemasan sebuah program, khususnya program Bincang Bisnis agar lebih menarik dan mudah dipahami oleh penonton serta pemilihan topiknya seperti apa?



12. Sarana apa saja yang digunakan untuk dipakai setiap kali produksi? 13. Bagaimana penataan dekorasi tentang tata letak dekornya? 14. Bagaimana tahapan produksi program Bincang bisnis? yang meliputi pra produksi, produksi dan pasca produksi? 15. Bagaimana alur produksi Bincang Bisnis saat on air? 16. Ada berapa jumlah kamera yang digunakan setiap proses pengambilan gambar program Bincang Bisnis, serta shot yang sering digunakan? Pertanyaan Umum: 1. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi terkait proses produksi Bincang Bisnis?