Psikologi Indigenos [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PSIKOLOGI INDIGENOS Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



PSIKOLOGI INDIGENOS : Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya Penulis : Yosef Dedy Pradipto Yusuf Ratu Agung Penyunting: Yusuf Ratu Agung Desain sampul : Gabriel Sigid Praptono Harto Tata letak : Mughni Abasz Ukuran : 14 x 21 cm, 118 hlm Cet. I, Juni 2021 ISBN: 978-623-6146-44-6 Diterbitkan Oleh: Edulitera (Anggota IKAPI - No. 211/JTI/2019) Imprint PT. Literindo Berkah Karya Jl. Apel No. 28 A Semanding, Sumbersekar, Dau, Kab. Malang (65151) Telp./Fax: (0341) 5033268 Email: [email protected]



Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.



Prakata Penulis



B



uku ini ditulis untuk menjawab kurangnya referensi tentang indigenous psychology di Indonesia. Selama ini kita memahami manusia dan segenap perilakunya dengan pendekatan barat. Pemahaman ini menemukan celah ketika dihadapkan dengan konteks budaya lokal dimana sebuah perilaku muncul. Sebagai pendekatan psikologi yang relatif baru, indigenous perspective juga membuka ruang eksplorasi yang luas untuk terus berkembang, baik dari sisi konteks dan metode. Menuliskan buku ini merupakan ikhtiar untuk memperkaya referensi yang diperlukan dalam eksplorasi psikologi di konteks budaya Indonesia. Buku ini ditulis sebagai rangkaian dari proses mengawal perkembangan psikologi indigenos di Indonesia. Sebuah kredit yang luarbiasa kami sampaikan kepada salah satu pakar dan penggerak Psikologi Indigenos, beliau adalah Prof. Dra. Kwartarini Wahyu Yuniarti, M.Med.Sc., Ph.D, yang telah mengawali dengan menyelenggarakan konferensi-konferensi ilmiah terkait eksplorasi Psikologi Indigenos. Dari upaya awal konferensi inilah kemudian memicu munculnya pusat-pusat studi Psikologi Indigenos di perguruan tinggi Indonesia. Penyematan kata “indigenos” juga melalui diskusi panjang, meskipun bentuk serapan, alih-alih menggunakan kata aslinya indigenous kata ini tidak bisa diwakili dengan kata pribumi (terlepas adanya penyempitan makna). Saat ini ilmuwan psikologi indigenos telah memiliki wadah untuk berkolaborasi dibawah naungan HIMPSI (himpunan Psikologi Indonesia), dalam bentuk asosiasi yaitu APIK (Asosiasi Psikologi Indigenos dan Kultural). iii



Buku ini juga ditulis sebagai kado kelahiran APIK dan milestone awal untuk mengembangkan Psikologi Indigenos di masa yang akan datang. Semoga buku ini membawa manfaat. Bravo Indonesia. Tim Penulis



iv



Pengantar Editor



S



ebagai sebuah buku kajian yang cukup baru, buku ini tangkas dalam menjelaskan psikologi indigenos, sebelumnya indigenous. Mencari kata yang sepadan untuk indigenous tidak semudah mengganti dengan kata pribumi. Karena pribumi akan berdekatan maknanya dengan native. Dalam KKBI sendiri indigenous diserap menjadi kata baru indigenos sehingga lebih bijak kami menggukan kata tersebut dalam tulisan dibuku ini. Buku ini ditulis sebagai bentuk dedikasi keilmuan penulis yang juga menjadi Ketua Asosiasi Psikologi Indigenos dan Kultural (APIK) sebuah wadah ilmuwan psikologi yang memiliki minat kajian sama yaitu Psikologi Indigenos. Buku ini sebagai referensi awal dikemas kompak dan ringan namun tetap mempertahankan bobot konten yang cukup berat. Apabila anda mendapati buku ini ditangan anda, maka anda adalah salah satu orang beruntung. Anda akan dibawa meniti jalan untuk memahami diri sebagai manusia dan bagian dari budaya. Selamat membaca. Editor



v



Daftar Isi



Prakata Penulis ___________________________________iii Pengantar Editor___________________________________ v Daftar Isi _________________________________________ vi Daftar Gambar ___________________________________ viii Memahami Psikologi Indigenos_______________________ 1 Pengantar______________________________________ 1 Pengertian Psikologi Indegenous ____________________ 3 Karakteristik Psikologi Indigenos ____________________ 4 Variabel Budaya dalam Psikologi Indigenos ___________ 10 Tipe-tipe Kontrol Lingkungan Kebudayaan ___________ 15 Model Studi Psikologi Indegenos ___________________ 22 Metode dalam Psikologi Indigenos ___________________ 25 Pengantar_____________________________________ 25 Metode Psikologi Indigenos _______________________ 26 Asal Metode Psikologi Indigenos ___________________ 29 Proses Indigenozation ___________________________ 32 Pendekatan Psikologi Indigenos ____________________ 33 Pendekatan Psikologi Barat dan Timur ______________ 35 Gerakan-gerakan Psikologi________________________ 44 Psikologi Indigenos di Indonesia _____________________ 50 Pengantar_____________________________________ 50 Diskursus & Kajian Psikologi Indigenos ______________ 79 Cultural Sciences Tradition _______________________ 81 Perkembangan Studi Psikologi Indigenos _____________ 82 vi



Daftar Pustaka ___________________________________ 84 Summary ________________________________________ 87 Glosarium _______________________________________ 94 Pertanyaan Penuntun & Latihan _____________________ 96 Milestone ______________________________________ 104



vii



Daftar Gambar



Gambar 1. Wilhelm Wundt __________________________ 1 Gambar 2. Supporting the Indigenization of higher education in B.C. _________________________________ 2 Gambar 3. New guidance on race and ethnicity for psychologists 5 Gambar 4. Teori Heider _____________________________ 6 Gambar 5. Agama, Keberagaman dan Kegamangan ________ 7 Gambar 6. Homo sapiens Perilaku manusia, ilustrasi budaya pop, anak, orang, persahabatan ______________ 9 Gambar 7. Ini Dia Empat Bahasa Aneh di Dunia, Salah Satunya Ada di Malang ___________________ 11 Gambar 8. Kejarlah Ilmu yang Bermanfaat _____________ 13 Gambar 9. Tidak Hanya Pikiran, Emosi Negatif Memiliki Dampak Buruk pada Kesehatan! ____________ 15 Gambar 10. Model Transaksi (Kim, 1999) _______________ 16 Gambar 11. Dr. Albert Bandura_______________________ 16 Gambar 12. Persepsi Realita (Kim, 2003) _______________ 19 Gambar 13. Perubahan Budaya (Kim, 2003) _____________ 20 Gambar 14. Contoh Keberagaman Kebudayaan Indonesia yang Mendunia (Lengkap) _________________ 21 Gambar 15. Looking Back At My Experience As a Korean High School Student With a Month Left Before Graduation _____________________________ 22 Gambar 16. Individualistic Culture and Its Opinions on Poverty 23 Gambar 17. Kumpulan Contoh Metode Penelitian: Pengertian, Jenis, Metode, Tujuan, Kualitatif ___ 25 viii



Gambar 18. Surabaya Cross Culture International Tampilkan Atraksi Seni 13 Negara ____________________ Gambar 19. Peta Konsep/Kognitif: Jenis-jenis Penelitian ____ Gambar 20. Konsep indigenisasi dari jalur dalam dan indigenisasi dari jalur luar. (Hakim, t.thn) _____ Gambar 22. Tahap dan Aktivitas dalam Penyebaran Psikologi di Dunia (Kim, Yang, & Hwang, 2006) _______ Gambar 23. Ilustrasi membaca jurnal___________________ Gambar 24. Ilustrasi lingkungan sehari-hari ______________ Gambar 25. Ilustrasi budaya _________________________ Gambar 26. Ilustrasi penelitian _______________________ Gambar 27. Ilustrasi bahasa __________________________ Gambar 28. Teknik pengumpulan data triangulasi _________ Gambar 29. Ilustrasi memahami sesuatu ________________ Gambar 30. Ilustrasi kebingungan _____________________ Gambar 31. Cross cuture di Jepang _____________________ Gambar 32. Ilustrasi perkembang-an anak _______________ Gambar 34. Ilustrasi gerakan pemuda __________________ Gambar 35. Peta Indonesia __________________________ Gambar 36. Tambang timah di wilayang Bangka Belitung ___ Gambar 37. Contoh kekayaan alam di Indonesia __________ Gambar 38. Tokoh minion __________________________ Gambar 39. Ilustrasi globalisasi _______________________ Gambar 40. Kebudayaan di Indonesia __________________ Gambar 41. Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti ____________ Gambar 42. Batak Toba _____________________________ Gambar 43. Ilustrasi keamanan _______________________ Gambar 44. Mewariskan budaya ______________________ Gambar 46. Salah satu kearifan lokal yang ada di Indonesia __ Gambar 45. Budaya Barat ___________________________ Gambar 47. Ilustrasi budaya di Indonesia _______________ Gambar 49. Ilustrasi peneliti muda ____________________



26 28 31 32 33 34 35 38 40 41 42 43 45 46 49 50 52 53 55 57 58 59 60 61 62 64 64 66 69 ix



Gambar 50. Gambar 51. Gambar 52. Gambar 53.



x



Association of Asian Social Psychology ________ Ilustrasi menganalisa jurnal ________________ Ilustrasi workshop _______________________ Foto acara workshop dan kongres yang dilaksanakan APIK di Yogyakarta (Alfinuha, 2015)_________________________



71 74 75 77



Memahami Psikologi Indigenos Pengantar Psikologi indigenos, selanjutnya ditulis indigenos, merupakan cabang psikologi yang relatif muda. Cabang ini mencoba untuk meluaskan wawasan dan materi dalam psikologi umum. Walau psikologi indigenos dan psikologi umum memiliki tujuan untuk menemukan fakta universal, prinsip, dan hukum perilaku manusia, perbedaannya dapat dilihat dari titik awalnya. Jika psikologi umum bertujuan menemukan prinsip-prinsip yang mekanis dan universal serta memiliki asumsi bahwa teori-teori psikologi yang ada adalah teori yang universal, maka psikologi indigenos merepresentasikan pendekatan yang isi dan konteksnya terpadu dengan jelas dalam rangkaian penelitian. Yang dimaksud dengan isi dalam hal ini seperti contoh makna, nilai, dan kepercayaan, sedangkan konteks Gambar 1. Wilhelm Wundt (Sumber: https://id.pinterest.com/ seperti contoh keluarga, sosial, budaya, pin/664421751248375567/) dan ekologi. Dalam sains, baik teori, prinsip, maupun hukum universal perlu diverifikasi secara teoritis dan empiris, bukan hanya diasumsikan. Psikologi umum telah berupaya untuk mengembangkan teoriteori perilaku manusia yang bersifat objektif, universal, dan dipertimbangkan tanpa konteks dengan meniadakan aspek subjektif dalam fungsi manusia, seperti kesadaran, agensi, makna, dan tujuan. Walaupun konsep agensi dan kesadaran merupakan kajian utama dari para psikolog awal seperti Wilhelm Wundt Dr. Yosef Dedy Pradipto L.Th., M.Hum., M.Si. | Yusuf Ratu Agung, M.A



1



dan William James, konsep tersebut telah dihapus dari mazhab behaviorisme. Sementara itu, menurut Holten (1973), aspek objektif dan subjektif bersifat interdependen dan saling melengkapi. Psikologi indigenos mendukung pemeriksaan pengetahuan, kemampuan, dan kepercayaan yang dimiliki manusia tentang diri mereka sendiri, serta bagaimana mereka berfungsi dalam konteks keluarga, sosial, budaya, the Indigenization of higher dan ekologi. Psikologi indigenos, Gambar 2. Supporting education in B.C. menekankan perolehan penger- (Sumber: https://bccampus.ca/2016/04/19/supportingtian deskriptif mengenai fungsi the-indigenization-of-higher-education-in-b-c/) manusia dalam konteks budaya. Melalui deskripsi teoritis, konseptual, dan empiris, suatu gagasan akan dikembangkan dan diuji coba untuk menjelaskan ketetapan yang terobservasi. Cabang psikologi ini adalah sistem yang berevolusi dari pengetahuan psikologi berdasarkan penelitian yang sesuai dengan fenomena yang diteliti dan konteks ekologi, ekonomi, sosial, budaya, dan sejarah (Yang, 2000). Tujuan dari psikologi indigenos adalah untuk membentuk sains yang lebih sistematis, spesifik, dan teliti yang dapat dibuktikan secara teoritis Indigenization adalah tindakan yang dan empiris. Jika psikologi umum membuat sesuatu menjadi lebih asli. bersifat universal, maka keberadaan psikologi indigenos tidak akan diperlukan. Dalam sains alam, para sarjana tidak perlu mempertanyakan validitas ilmu dari disiplin mereka, tetapi dalam psikologi, teori-teori dianggap dipengaruhi oleh budaya, nilai-nilai, dengan validitas yang terbatas. Mulai dari sekitar tahun 1960, banyak akademisi yang menyadari adanya batasan dari validitas saintifik, generalisasi, dan aplikasi dari teori-teori psikologi. 2



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Pengertian Psikologi Indegenous Tuntutan untuk melakukan indigenization, selanjutnya disebut indigenisasi, dan perkembangan psikologi yang valid secara sosial dan budaya, berkembang setelah psikologi dipercaya sebagai sains yang etnosentris, dibudidayakan dalam dunia yang sudah berkembang, dan kemudian diekspor ke Afrika (Nsamenang, 1995). Di negara Kanada, Berry (1974), juga mengkritik sifat psikologi yang bersifat bergantung pada budaya namun tidak mempertimbangkan konteks budayanya, sehingga menuntut adanya perkembangan psikologi yang sesuai untuk konteks Kanada. Di Perancis, Moscovici (1972), menunjukkan bahwa para psikolog Amerika mengadopsi tema penelitian dengan isi teori dan juga permasalahan yang ada di negaranya sendiri. Azuma (1964), menyatakan bahwa perkembangan universal terbatas, hal ini dikarenakan psikolog Amerika tidak dapat mengerti fenomena yang ditemukan di luar Amerika Serikat. Bahkan beberapa psikolog Amerika menyadari bahwa teori dalam psikologi umum mencerminkan budaya yang ada di Amerika serikat (Murphy & Kovach, 1972; Sampson, 1977; Shweder, 1991). Salah satu kritik untuk psikologi umum datang dari psikologipsikologi yang telah dilatih di Barat. Sejumlah akademisi yang mempelajari psikologi umum di negara barat, menghadapi berbagai permasalahan, serta memiliki berbagai pertanyaan terkait dengan validitas, universalitas, serta aplikasi teori-teori psikologi ketika mereka kembali ke negara masing-masing dan mencoba untuk mendirikan psikologi di negara mereka. Para akademisi ini menunjukkan bahwa setiap budaya seharusnya dimengerti dengan kekhasannya sendiri, termasuk konteks ekologi, sejarah, filsafat, dan agama. Tuntutan untuk indigenisasi dimulai dari krisis model pola dalam psikologi di sekitar akhir tahun 1960-an. Walaupun untuk melakukan indigenisasi sering disamakan dengan penolakan pengaruh neo-kolonial, namun permasalahan dasar dari psikologi umum telah diidentifikasikan sebagai yang tidak tepat Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



3



untuk pendekatan sains alamiah. Teori-teori psikologi yang sudah ada tidak universal karena mereka telah menghilangkan berbagai kualitas yang memperkenankan mereka manusia untuk memahami, memprediksi, dan mengontrol lingkungan mereka. Kontributor dalam volume saat ini setuju bahwa fenomena psikologi perlu dimengerti melalui konteks ekologi, sejarah, filsafat, agama, dan budaya. Kim dan Berry (1993), mendefinisikan psikologi indigenos sebagai studi saintifik mengenai perilaku atau pikiran manusia yang sesuai dengan asalnya, dengan maksud tidak dipindahkan dari benua lain dan dibentuk untuk masyakat tempat asal. Cabang psikologi indigenos mengacu pada pendalaman ilmu, kemampuan, dan kepercayaan masyarakat mengenai diri mereka sendiri, dan mempelajari berbagai aspek dalam konteks alamiah mereka. Teori, konsep, dan metode dikembangkan sesuai fenomena psikologi. Cabang psikologi indigenos juga memeriksa dengan teliti isi dan konteks dari penelitian yang dilakukan, dengan tujuan menciptakan ilmu universal yang lebih teliti dan sistematis, serta dapat diverifikasi secara teoritis dan empiris.



Karakteristik Psikologi Indigenos Terdapat sepuluh karakteristik dari psikologi indigenos yang dapat diidentifikasi. Pertama, psikologi indigenos menekankan pemeriksaan fenomena psikologi dalam beberapa konteks yaitu 1) keluarga, 2) sosial, 3) politik, 4) agama, 5) budaya, 6) ekologi. Yang (2000), telah mengulas berbagai definisi psikologi indigenos, ia kemudian menyimpulkan bahwa “bagaimanapun para psikolog mendefinisikan psikologi indigenos, semua definisi mengekspresikan tujuan dasar untuk mengembangkan sistem ilmu saintifik yang secara efektif mencerminkan, menggambarkan, menjelaskan, atau memahami aktivitas psikologis dan perilaku dalam konteks daerah asal dipandang dari kerangka budaya yang sesuai dan kategori dan teori yang berasal dari budaya sendiri”. Maka psikologi indigenos menekankan 4



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



penemuan dan penggunaan taksonomi alamiah untuk menemukan ketetapan, prinsip umum, dan hukum universal. Selain itu, psikologi indigenos juga memeriksa bagaimana ma- Gambar 3. New guidance on race and ethnicity for psychologists nusia melihat diri mereka (Sumber: https://www.apa.org/monitor/2019/12/ce-corner-race) sendiri, berhubungan dengan orang lain, dan mengatur lingkungan mereka. Kedua, psikologi indigenos bukan ilmu tentang masyarakat adat, kelompok etnis, ataupun orang-orang yang tinggal di negara dunia ketiga. Penelitian indigenos seringkali disamakan dengan penelitian antropologi mengenai masyarakat eksotik yang tinggal di negara tertentu, padahal psikologi indigenos diperlukan oleh semua budaya, native, dan kelompok etnis, baik pada negara-negara yang masih berkembang dari segi ekonomi, maupun industri. Ketiga, indigenos tidak menegaskan atau penggunaan metodemetode tertentu. Psikologi indigenos termasuk dalam tradisi sains yang memiliki aspek penting dalam mencari metode yang sesuai untuk fenomena yang sedang diselidiki. Psikologi indigenos mengacu pada penggunaan berbagai metodologi, seperti kualitatif, kuantitatif, eksperimental, perbandingan, dan analisa filsafat. Hasil dari berbagai metode ini sebaiknya diintegrasikan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif dari suatu fenomena psikologi. Keempat, telah diasumsikan bahwa hanya orang native atau yang berada dalam budaya tertentu, yang dapat memahami indigenos dan fenomena budaya dan seseorang dari luar hanya akan memiliki pema-haman yang terbatas. Walau seseorang telah dilahirkan dan dikembangkan dalam komunitas tertentu memiliki wawasan mengenai fenomena indigenisasi, bukan berarti akan selalu terjadi. Seseorang dari luar dengan pandangan eksternal dapat menyatakan sesuatu merupakan hal yang alamiah walaupun Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



5



sebenarnya hal tersebut bersifat berkebudayaan. Pandangan eksternal dan internal diperlukan untuk memberikan pemahaman komprehensif dan terintegrasi tentang fenomena psikologi. Kelima, psikologi Gambar 4. Teori Heider indigenos berbeda dengan (Sumber: https://www.psikologimultitalent.com/2016/05/ naïve psychology milik Heider memahami-teori-teori-dalam-psikologi.html) (1958), yang telah mengembangkan teori atribusi dan locus control. Teori-teori ini jauh dari pengertian yang dimiliki masyarakat dan memiliki validitas internal dan eksternal yang rendah. Berbagai teori ini telah menghapus pengaruh konteks dan agensi, yang merupakan pusat dari pemahaman manusia tentang konsep sistem kontrol dan sistem kepercayaan. Manusia memiliki pemahaman yang kompleks mengenai diri mereka sendiri dan dunia sosial mereka. Mereka memiliki pemahaman praktis dan episodik, tetapi mereka berkemungkinan tidak memiliki kemampuan analisa untuk mendeskripsikan struktur dan proses yang mendasarinya. Pengetahuan episodik dan analitik merupakan dua tipe pengetahuan yang berbeda. Psikologi umum merepresentasikan konsep, interpretasi, dan penjelasan analitik, dan bukanlah representasi yang akurat tentang psikologi manusia. Maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan psikologi saat ini dapat dideskripsikan sebagai psikologi para psikolog. Dalam psikologi indigenos, para peneliti memiliki tugas untuk menerjemahkan pengetahuan episodik menjadi analitik agar dapat Naïve Psychology teori bahwa diujicoba dan dipastikan. seluruh manusia berusaha untuk Keenam, konsep-konsep memahami hubungan kausalitas antara hal satu dengan hal lainnya indigenos telah dianalisa sebagai meskipun hubungan tersebut contoh dari psikologi indigenos. tidak ada. Seperti konsep philotino di 6



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Yunani, anasakti di India, amae di Jepang, kapwa di Korea, dan jung di Korea telah dianalisa dan berbagai sindrom yang berhubungan dengan budaya telah ditemukan. Gambar 5. Agama, Keberagaman dan Kegamangan Walau berbagai konsep ini (Sumber: https://www.egindo.co/agama-keberagamanmenarik, mereka memiliki dan-kegamangan/) nilai komunikatif yang terbatas untuk orang-orang yang tidak memahami bahasanya. Kemudian, sulit untuk menentukan apakah konseptualisasi telah akurat untuk menilai keuntungan saintifik dari analisa-analisa indigenos ini karena mereka tidak didukung oleh bukti empiris. Analisa deskriptif adalah tahapan awal dalam penelitian psikologi indigenos, tetapi tidak dapat dijadikan sebagai konklusi karena kurang relevan sekaligus kurang berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Studi-studi empiris belum dapat disandingkan atau disamakan dengan penelitian psikologi indigenos. Penyamaan antara psikologi indigenos dengan relativisme kebudayaan, parochialism, dan etnosentris adalah hal yang salah jika dilakukan. Psikologi umum dan psikologi antarbudaya mengkritik psikologi indigenos terutama menyangkut pengumpulan data yang idiosinkratik, fragmentasi, relativisme kebudayaan, etnosentrisme terbalik, melawan arus globalisasi, dan mempertanyakan keuntungan saintifik. Kritik-kritik tersebut tidak memiliki dasar yang mencerminkan kurangnya pemahaman tentang psikologi indigenos dan kemajuan saintifik yang telah terjadi akhir-akhir ini. Ketujuh, banyak psikolog indigenos yang mencari karya filsafat dan keagamaan untuk menjelaskan fenomena indigenos. Mereka menggunakan karya filsafat, seperti karya Confucian atau karyakarya keagamaan seperti Al-Qur’an atau Vedas sebagai penjelasan fenomena psikologi. Kita perlu membedakan pengetahuan Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



7



indigenos, filsafat, dan agama dengan psikologi indigenos. Karya filsafat dan agama dikembangkan dengan tujuan tertentu ribuan tahun yang lalu. Maka untuk menggunakan karya ini, kita harus menerjemahkan ide-ide menjadi konsep-konsep psikologi dan menguji dan memastikan validitasnya. Kita tidak dapat berasumsi hanya karena seseorang memiliki ras Cina, maka mereka secara otomatis mengikuti ajaran Confucian, atau Hindu Dharma dapat men-jelaskan perilaku seorang individu karena mereka orang yang berasal dari India. Psikolog telah meng-gunakan karya-karya ini untuk mengembangkan berbagai konsep psikologi, tetapi analisaanalisa ini hanyalah filsafat spekulatif dan mereka belum didukung oleh bukti empiris. Walau mereka dapat memberikan berbagai macam informasi dan juga dasar perkembangan berbagai teori formal, mereka tetap perlu diuji secara empiris dan diverifikasi. Kedelapan, psikologi indigenos diidentifikasikan sebagai bagian dari tradisi sains kebudayaan. Dibandingkan dengan sains fisika dan biologis, manusia tidak hanya memberikan reaksi atau beradaptasi pada lingkungan, mereka juga dapat memahami dan mengubah lingkungan mereka, orang lain, dan diri mereka sendiri. Karena kita adalah agen perubahan, kita merupakan subjek dan objek dari sebuah penyelidikan. Kita memiliki wawasan mengenai dunia kita dan kita meng-komunikasikan pemahaman kita kepada orang lain. Dalam psikologi, walaupun pandangan objektif dari pihak ketiga “diperlukan”, hal Indigenization from Within adalah tersebut tidaklah “cukup”. sebuah cara yang memandang konsep, Kita perlu menambahkan teori dan prinsip sebagai dasar dalam dengan pandangan dari mengembangkan penelitian dan metoden pandangan orang pertama, penelitian ditentukan secara internal. dan analisa orang kedua. Indigenization from Without Kita perlu mendapatkan adalah menggunakan teori dan prinsip yang ada (universal) dan berusaha pemahaman terintegrasi menggunakan dan mengintegrasikannya tentang pandangan orang dlam penelitian yang akan dilakukan. pertama, kedua, dan ketiga 8



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai fungsi manusia. Kesembilan, psikologi indigenos mengacuhkan hubungan antara ilmu humaniora dengan sains sosial. Selain analisa teoritis dan empiris teori Gambar 6. Homo sapiens Perilaku manusia, ilustrasi budaya psikologi, ide dari filsafat, pop, anak, orang, sejarah, dan agama dapat persahabatan memberikan ilmu dan (Sumber: https://www.pngwing.com/id/freewawasan yang berharga. png-hzvxq) Kesepuluh, Enriquez (1993) mengidentifikasikan dua titik awal penelitian di psikologi indigenos, yaitu indigenization from without dan indigenization from within. Indigenization from without melibatkan peng-gunaan teori, konsep, dan metode psikologi yang sudah ada dan mengubahnya agar sesuai dengan konteks budaya lokal. Pendekatan etik di psikologi antar-budaya, penelitian di psikologi budaya, dan indigenisasi, merupakan beberapa contoh dari indigenization from without. Dalam pendekatan ini, peneliti mengubah dan mengadaptasikan teori psikologi untuk mengintegrasikan mereka dengan penge-tahuan budaya lokal. Aspek-aspek yang dapat diverifikasi antar budaya akan ditahan karena kemungkinannya menjadi teori universal untuk budaya. Teori-teori yang ada dalam psikologi kognitif, perkembangan, sosial, dan organisasi telah diubah dan diperpanjang oleh penelitian indigenos. Dalam indigenization from within, teori, konsep, dan metode dikembangkan secara internal, dan informasi indigenos dianggap sebagai sumber pengetahuan utama. Sebagai contoh, salah satu nilai inti dan asumsi yang dimiliki psikolog dari Asia Timur adalah mempertanyakan penekanan dalam individualisme. Di Asia Timur, semua hu-bungan antar seseorang dengan orang Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



9



lain dianggap sebagai hal yang mendasar. Dalam Asia Timur, kata “manusia” dapat diterjemahkan secara mentah menjadi “manusia diperantara”. Berbagai hal yang terjadi antar individual yang membuat kita manusia. Di Korea telah dilakukan penelitian longitudinal dan cross-sectional yang menggambarkan seberapa pentingnya hubungan dekat dengan orang lain.



Variabel Budaya dalam Psikologi Indigenos Dalam psikologi antar-budaya, budaya dideskripsikan sebagai kelompok yang tidak jelas karena kurangnya kesepakatan diantara ahli mengenai definisi, konsep, dan operasionalisasi. Kata culture berasal dari kata latin cultura, yang memiliki makna “untuk menanam”. Tylor (1871) mendefinisikan budaya sebagai “keseluruhan yang kompleks yang termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, tradisi dan berbagai kemamuan dan kebiasaan lain yang didapatkan oleh anggota masyarakat”. Herkovits (1955) mengajukan bahwa “budaya adalah hal yang dibuat oleh manusia dalam lingkungannya”. Triandis (1994) mendifinisikannya sebagai “asumsi yang tidak terutarakan, prosedur operasi standar, cara melakukan sesuatu yang telah diinternalisasikan hingga warganya tidak mempertanyakannya”. Definisi-definisi tersebut berfokus pada produk dari budaya dan tidak meliputi kompleksitas dan dinamika budaya. Budaya telah diteliti sebagai variabel yang quasi-independen, kategori, titik di dimensi, atau hanya sebagai penjumlahan karakteristik individual. Untuk perbandingan antar-budaya, seorang peneliti biasanya memilih budaya menggunaka Human Relations Area Files (HRAF), atau menggunakan dimensi budaya. Budaya diperlakukan seperti itu karena para peneliti tidak dapat mengontrol budaya, dan peneliti tertarik untuk memeriksa pengaruhnya pada perilaku. Dimensi-dimensi budaya ini dan kategori-kategorinya adalah perubahan statistik dari sikap, nilai, dan kepercayaan yang didapatkan di tingkat individu. Perlu dipertanyakan kembali apakan 10



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



penyimpulan statistik ini dapat merepresentasikan kompleksitas budaya secara akurat. Budaya merupakan hal yang muncul dari interaksi antar individu dengan lingkungannya, mengatur lingkungannya, dan merubah lingkungannya. Budaya merepresentasikan penggunaan kolektif dari sumber daya alami dan manusia untuk mencapai hasil yang diinginkan, inilah definisi proses dari budaya. Perbedaan dalam budaya dapat muncul saat manusia mengejar tujuan lain, menggunakan metode dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan tersebut, dan memberikan makna dan nilai berbeda pada hal tersebut. Persamaan budaya Gambar 7. Ini Dia Empat Bahasa Aneh di dapat muncul saat manusia Dunia, Salah Satunya Ada di Malang mengejar tujuan yang sama, (Sumber: https://www.malangtimes.com/ menggunakan metode dan baca/23764/19700101/000000/ini-dia-empat-bahasasumber daya yang mirip aneh-di-dunia-salah-satunya-ada-di-malang-lho) untuk mencapai tujuan, dan memberikan makna dan nilai yang mirip pada hal tersebut. Tujuan kolektif, manusia dan sumber daya alam, metode mencapai tujuan, dan makna dan nilai yang diberikan kepada hal tersebut diintegrasikan dalam membentuk keseluruhan yang bermakna dan koheren. Walaupun manusia belum berubah dari segi genetik, dan biologi selama 7.000 tahun terakhir, namun budaya telah berubah secara dramatis. Kemampuan kita untuk memahami dunia dan berbagi pengetahuan dengan orang lain menjadi dasar kelangsungan hidup kita. Fisiologi kita memberikan modal dasar untuk mencapai tujuan, sedangkan budaya membantu kita untuk menggunakan fisiologi kita untuk mencapai tujuan tersebut. Pengalaman sosialisasi anak mempe-ngaruhi sikap, nilai, dan Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



11



perilaku mereka akan berbeda dengan anak lain yang dikembangkan di budaya lain. Saat anak lahir, walau mereka memiliki potensial untuk mempelajari berbagai bahasa, mereka pada umumnya akan memperlajari satu bahasa, dan saat mereka dewasa mereka akan merasa lebih nyaman menggunakan bahasa mereka, dan bahasa lain akan terasa aneh. Bahasa dan budaya memberikan manusia cara untuk mengatur pikiran mereka, mengomunikasikan dengan orang lain, dan mengatur dunia mereka. Manusia memiliki pencerminan diri dan kreativitas, maka manusia memiliki kemampuan untuk memeriksa nilai, kepercayaan, dan kemampuan yang mereka miliki, dan kemampuan untuk mengubah diri mereka sendiri, orang lain, dan juga budaya mereka. Tanpa budaya, manusia akan bagaikan hewan yang hanya menggunakan insting dasar, hingga manusia tidak akan dapat berpikir, merasakan, atau berprilaku seperti mereka saat ini. Budaya memperbolehkan manusia untuk mengetahui diri mereka sendiri, menilai hal apa yang bermakna, mengkomunikasikannya dengan orang lain, dan mengatur lingkungan kita. Melalui budaya kita dapat berpikir, merasakan, berprilaku, dan mengatur realita kita. Bagaikan kita menggunakan mata kita untuk melihat dunia, kita menggunakan budaya untuk memahami dunia kita. Karena kita berpikir melalui budaya kita sendiri, kita sulit menyadari budaya kita tersebut. Bagi seseorang yang dilahirkan di budaya tertentu , budaya tersebut akan terasa sangat alamiah. Teori-teori psikologi yang ada sulit digunakan untuk menjelaskan konsep indigenos seperti amae dan prestasi akademis pelajar di Asia Timur. Ini dikarenakan teori psikologi didasarkan nilai individualistik yang mencerminkan budaya Barat. Dalam psikologi perkembangan, teori Freudian, Piaget, behavior, dan humanis banyak mengabaikan peran penting orang tua dan budaya. Di Asia Timur, orang tua memiliki peran yang inti dalam perkembangan seorang anak dengan memberikan definisi pada tujuan sosialisasi, mengajarkan kemampuan kognitif, sosial, linguistik, dan relasional, 12



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



serta memberikan lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan anak. Konsep seperti rasa bersalah memiliki konotasi dan kegunaan yang sangat berbeda di Asia Timur. Dalam psikoanalitik Barat dan teori psikologi, rasa bersalah merupakan hal yang didasari kepercayaan yang tidak masuk akal, rasa takut yang tidak sesuai dengan ancamannya, atau harapan yang terlarang. Kegunaan rasa bersalah yang berlebihan dipercayai sebagai penyebab permasalahan perkembangan di akhir-akhir tahap perkembangan pada remaja. Di Asia Timur, rasa bersalah atau berhutang kepada orang tua mereka adalah hal yang wajar. Rasa bersalah dipandang sebagai hal yang penting dalam emosi interpersonal yang mendorong bakti, prestasi, motivasi, dan kedekatan hubungan. Sains memberikan pemahaman yang akurat dan dapat dibuktikan mengenai dunia yang kompleks. Sains fisik seperti astronomi, kimia, dan fisika, merupakan sains yang pertama kali dikembangkan dan memberikan pemahaman mekanis yang sederhana dan elok tentang dunia alami. Ahli kimia menemukan unsur dasar, dan unsur-unsur tersebut digunakan sebagai dasar pemahaman struktur dan bentuk dari objek-objek rumit. Sains biologi kemudian muncul dan memberikan kerangka fisiologi dan pemahaman tentang berbagai makhluk hidup. Fisika kuantum meluaskan batasan dari sains dengan memberikan pemahaman peluang dari fenomena yang dinamis dan berubah-ubah. Pemahaman mengenai dunia dan teknologi telah digunakan untuk mengontrol dan Gambar 8. Kejarlah Ilmu yang Bermanfaat (Sumber: https://www.dakwatuna.com/2015/03/19/ membentuk lingkungan. 65970/kejarlah-ilmu-yang-bermanfaat /#axzz6fwR5v 5gp)



Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



13



Teori-teori psikologi yang • Intentionality adalah perilaku yang ada tidak bersifat universal secara sadar dilakukan oleh seorang karena mereka telah menghilanindividu untuk mencapai suatu tu- gkan kualitas yang memperbojuan tertentu lehkan orang untuk mengerti, • Forethought adalah kemampuan ses- memprediksi, dan mengontrol eorang untuk mempertimbangkan lingkungannya. Dalam model konsekuensi dari suatu tindakan transaksi, perilaku manusia • Self-Reactiveness merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan dapat dijelaskan menggunakan regulasi diri, dengan menyeimbang- tujuan yang mereka miliki, kan kesenjangan antara pencapaian kemam-puan yang mereka diri dan tujuan yang ingin dicapai kembangkan, dan hasil yang membentuk aksi mereka. Manusia adalah agen yang termotivasi untuk mengontrol hidup mereka dan meraih tujuan yang merekan inginkan dan menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan. Bandura (1999) menunjukkan teori kognitif sosial yang berfokus pada kemampuan manusia untuk mengembangkan diri, adaptasi, dan berubah, dan mengidentifikasikan empat bagian dalam agensi manusia: a. Intentionality Self-Reflectiveness merupakan kemampuan b. Forethought seseorang untuk melakukan refleksi atau intropeksi c. Self-reactiveness kedalam dirinya d. Self-reflectiveness Manusia membuat pikiran mengenai aksi yang akan mereka lakukan di masa depan untuk menyesuaikannya dengan berbagai situasi yang selalu berubah, menilai nilai fungsional, mengatur dan menggunakan pilihan yang strategis mengevaluasi kepatenan pikiran mereka sesuai efek yang dihasilkan aksi mereka dan apapun perubahan yang mungkin diperlukan. Pikiran, emosi, dan aksi manusia adalah hal yang muncul dari aktivitas otak dan tidak dapat dikucilkan sebagai mekanisme fisiologis. Walau seluruh perilaku memiliki dasar biologis dan neurologis, badan dan otak tidak me14



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



nentukan perilaku. Mereka digunakan untuk mengontrol lingkungan dan untuk mencapai tujuan kita. Metode bagaimana seseorang dapat mengontrol lingkungannya dapat secara langsung maupun tidak langsung dan dapat dilakukan secara individu maupun bersama orang lain.



Gambar 9. Tidak Hanya Pikiran, Emosi Negatif Memiliki Dampak Buruk pada Kesehatan! (Sumber: suara.com/health/2020/01/21/134355/ tidak-hanya-pikiran-emosi-negatif-memiliki-dampakburuk-pada-kesehatan)



Tipe-tipe Kontrol Lingkungan Kebudayaan Dua tipe pengontrolan lingkungan secara langsung ada dua yaitu primary control dan collective control. Jika seseorang memiliki kontrol secara langsung pada lingkungannya, maka hal tersebut termasuk dalam primary control. Jika orang-orang bekerja sama untuk mengatur lingkungannya maka hal tersebut termasuk dalam kategori collective control. Terdapat juga dua tipe dari kontrol yang dilakukan tidak secara langsung, yaitu secondary control dan proxy control. Jika seseorang mendapatkan bantuan dari orang lain untuk mengatur lingkungannya maka hal itu termasuk dalam proxy control. Jika seseorang beradaptasi pada lingkungan yang ada dan meregulasi diri maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai secondary control. Keampuhan setiap tipe kontrol tergantung pada konteks, individu, pengaturan, dan budaya. Dalam transactional model, kualitas subjektif merupakan hubungan penyebab yang menghubungkan lingkungan dengan perilaku. Dalam model pemeriksaan bagaiman seseorang menginterpretasi dan persepsikan suatu situasi atau peristiwa adalah hal yang penting. Informasi ini dapat didapatkan dari laporan diri. Tahap kedua melibatkan penilaian bagaimana persepsi tersebut mempengaruhi, Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



15



memotivasi, dan menuntun perilaku individu. Dalam penelitian mengenai efektivitas pengaturan, Bandura (1997) memberitahukan satu kelompok bahwa mereka memiliki hasil diatas rata-rata sebagai sebuah bentuk positive feedback dan memberitahukan kelompok lain bahwa hasil yang mereka lakukan dibawah rata-rata sebagai negative feedback. Kemudian ia mengukur self-efficacy mereka dan mereka mendapatkan umpan balik yang telah ditentukan. Ia menemukan bahwa Gambar 10. Model Transaksi (Kim, 1999) umpan balik yang positif meningkatkan self-efficacy dan umpan balik negatif menurunkan self-efficacy. Dalam tahap kedua, ia mengukur kemampuan analisa individu serta kemampuan asli mereka dalam mengatur efektivitas. Para partisipan yang memiliki selfefficacy tinggi ditemukan akan lebih berkemungkinan merasa puas dengan hasil mereka, dan hal kebalikannya terjadi pada partisipan yang memiliki self-efficacy rendah. Gambar 11. Dr. Albert Bandura Usaha yang berhasil dapat (Sumber: www.pinterest.com/pin/ meningkatkan self-efficacy, sehingga 762586149395749479/) Collective Control merupakan jenis pengendalian dimana seseorang mencoba untuk mengontrol lingkungan sebagai anggota kelompok, dan kelompok berfungsi sebagai agen control. Proxy Control mengarahkan pada kontrol oleh orang lain untuk kepentingan diri sendiri. Ini merupakan bentuk kontrol yang dapat digunakan ketika kontrol pribadi baik langsung maupun tidak langsung. Ini merupakan intervensi dari pihak ketiga



16



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



dapat memotivasi individu untuk mencari tujuan yang lebih menantang. Pola yang terbalik dapat dilihat dari hasil yang gagal. Pengalaman yang dikuasai juga dapat menghasilkan perubahan yang drastis pada berbagai aspek kehidupan seseorang. Dalam berbagai penelitian mengenai Self-efficacy menurut Bandura individu yang memiliki phobia (1997:3) merupakan keyakinan terhadap ular yang tersiksa seseorang mengenai kemampuannya selama 20 hingga 30 tahun, dalam menyelesaikan suatu tugas yang Bandura (2004) berhasil diperlukan mencapai hasil tertentu. mengobati mereka dalam beberapa jam saja dengan meningkatkan self-efficacy mereka melalui modeling. Ia menemukan bahwa penaklukan pada rasa takut terhadap ular merubah kehidupan para pasien dan meningkatkan berbagai aspek yang tidak berhubungan dengan phobia ular mereka, seperti mengurangi rasa malu, lebih mengekspresikan diri, dan meningkatkan keinginan mereka untuk menaklukan rasa takut lain. Berbagai penelitian lain dilakukan dan menemukan keumuman yang dapat diprediksi dalam teori sosial kognitif. Bandura mengaplikasikan teorinya untuk membantu orangorang mengontrol kehidupan mereka. Teorinya telah digunakan untuk mengajari anak-anak bermasalah diabetes untuk mengatur kesehatan mereka, karyawan menurunkan tingkat kolesterol, pasien dengan permasalahan jantung mengimplementasikan beberapa perubahan lifestyle, pasien dengan artritis untuk mengatur rasa sakitnya, dan berbagai orang lain untuk memiliki prestasi yang tinggi. Model ini juga sudah digunakan untuk mengembangkan drama di radio dan televisi untuk memelihara perubahan yang terjadi dalam masyarakat tentang pendorongan kesehatan dan pencegahan AIDS di Tanzania, India, dan Mexico untuk menurunkan populasi berlebihan dengan menurunkan tingkat kesuburan, dan meningkatkan hak wanita di Cina. Psikologi indigenos merepresentasikan paradigma transaksional sains dimana seorang individu dipandang sebagai agen dari aksi Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



17



mereka dan agen kolektif melalui budaya mereka. Dalam sains kemanusiaan, manusia adalah subjek dan objek dari suatu penyelidikan. Walaupun pandangan objektif dari pihak ketiga “diperlukan,” hal tersebut tidaklah “cukup”. Kita perlu menambahkan dengan pandangan dari pandangan orang pertama, dan analisa orang kedua. Kita perlu mendapatkan pemahaman terintegrasi tentang pandangan orang pertama, kedua, dan ketiga untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai fungsi manusia. Dalam kehidupan sehari-harinya, manusia memiliki pengetahuan fenomenologi, episodik, dan prosedural untuk mengatur ling-kungan mereka, tetapi mereka mungkin tidak memiliki kemampuan analisa yang cukup untuk mengetahui caranya. Karena mayoritas manusia tidak memiliki kemampuan analisa, maka disinilah tugas seorang peneliti untuk membantu para partisipan untuk menjelaskan aksi mereka dengan analisa. Sebagai contoh, seorang dewasa penutur bahasa Inggris dapat secara bebas mengekspresikan pikiran mereka menggunakan bahas Inggris, tetapi mereka mungkin tidak mengetahui sintaksis tata bahasa atau strukturnya. Dalam hidup manusia, pengetahuan dari pengalaman, dan juga pengtahuan dari analisa merupakan informasi yang berguna dan perlu diintegrasikan. Psikologi indigenos mengacuhkan pemeriksaan ilmu, kemampuan, dan kepercayaan masyarakat mengenai diri mereka sendiri dan mempelajari berbagai aspek dalam konteks alamiah mereka. Cabang ini merepresentasikan pendekatan deskriptif dengan tujuan pertamanya untuk memahami bagaimana manusia berfungsi dalam konteks alami mereka. Cabang ini mengacu pada model transaksional dari fungsi manusia yang menyadari kepentingan agensi, makna, dinamika, dan generatif. Epistemologi, teori, konsep, dan metode perlu dikembangkan sesuai dengan fenomena psikologi yang ada. Tujuannya adalah untuk membentuk sains yang lebih sistematis, universal, dan teliti yang dapat dibuktikan secara teoritis dan empiris. 18



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Budaya telah diteliti sebagai variabel yang quasi-independen, kategori, titik di dimensi, atau hanya sebagai penjumlahan karakteristik individual. Budaya merupakan aspek yang muncul dari banyak individu yang berinteraksi antar satu sama lain, mengatur, dan mengubah lingkungannya. Budaya merepresentasikan penggunaan kolektif dari sumber daya alami dan manusia untuk mencapai hasil yang diinginkan; inilah definisi proses dari budaya. Perbedaan dalam budaya dapat muncul saat manusia mengejar tujuan lain, meng-gunakan metode dan sumber daya lain untuk mencapai tujuat tersebut, dan memberikan makna dan nilai berbeda pada hal tersebut. Kita tidak memandang realita secara langsung atau secara objektif. Saat kita melihat pohon, gambar pohon yang kita lihat diproyeksikan dalam retina. Pohon tiga dimensi tersebut berubah menjadi gambaran dua dimensi. Gambar tersebut kemudian dikirim ke otak kita melalui neurotransmission. Kita tidak memandang pohon tersebut secara langsung atau secara objektif, tetapi pohon tersebut dibangun dalam otak kita untuk dipandang sebagai sebuah pohon. Kita memandang realita melalui organ sensasi dan juga melalui simbol-simbol dan Gambar 12. Persepsi Realita (Kim, 2003) bahasa. Budaya memberikan manusia pengatahuan simbolis untuk mengetahui diri kita, menentukan apa yang bermakna, berkomunkasi antar satu sama lain, dan mengatur lingkungan kita. Pengetahuan simbolis ini telah diubah menjadi bahasa computer yang dapat mengontrol mesin dan menciptakan realita baru dengan julukan cyberspace. Budaya adalah hal yang sangat dasar, bagaikan fisiologi manusia kita. Tanpa budaya manusia tidak akan dapat berpikir, merasakan, Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



19



atau berprilaku seperti yang kita lakukan. Melalui budaya kita dapat berpikir, merasakan, berprilaku, dan mengatur realita kita. Bagaikan kita menggunakan mata kita unruk melihat dunia, kita menggunakan budaya untuk memahami dunia kita. Karena kita berpikir melalui budaya kita sendiri, kita sulit menyadari budaya kita tersebut. Bagi seseorang yang dilahirkan di budaya tertentu, budaya tersebut akan terasa sangat alamiah. Keterbatasan manusia merupakan hal yang jelas jika fokus pada fisiologi. Sebagai contoh, seseorang yang tuna rungu, tuna netra, dan tuna wicara akan terperangkap dalam badannya karena kecacatannya, tetapi jika ia mempelajari sign language maka dunia akan terbuka baginya dan ia tidak terperangkap dalam badannya sendiri. Ia akan mempelajari dunianya melalui sign language dan Braille, dan ia dapat mengajarkan orang lain yang memiliki kecacatan. Ia hidup dalam dunia berkebudayaan dengan akses pada simbol-simbol dan teknologi yang memperbolehkannya Gambar 13. Perubahan Budaya (Kim, 2003) untuk berfungsi dan berkontribusi pada masyarakat. Contoh lain adalah Stephen Hawkings yang dapat berkontribusi pada bidang fisika teoritis walaupun ia menderita kecacatan fisik yang parah. Pemahaman simbol merupakan alat yang efektif yang memperbolehkan manusia untuk memahami, memprediksi, dan mengatur lingkungan kita. Untuk memahami seseorang, maka kita perlu mengetahui tentang masa lalu mereka. Seseorang dengan amnesia tidak dapat memiliki sensasi identitas pribadi. Seseorang tanpa masa depan, seperti seseorang yang dipenjara seumur hidup, akan kesulitan hidup di masa kini. Untuk memahami seseorang kuta perlu mengetahui masa lalu, aspirasi masa depan, dan masa kini mereka. 20



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Maka untuk memahami budaya, kita perlu memahami sejarah, dan aspirasi masa kini dan masa depan masyarakatnya. Budaya biasanya memiliki hubungan dengan ilmu tentang masa lalu, seperti sejarah, filsafat, seni, literatur, dan bahasa. Hasil dari suatu budaya merepresentasikan masa lalu, tetapi bukan seluruh budaya. Aspek terpenting dalam budaya adalah masyarakatnya. Berdasarkan pemahaman masa lalu dan masa kini, manusia menyimpulkan kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan. Manusia bekerja Gambar 14. Contoh Keberagaman Kebudayaan secara individu dan berIndonesia yang Mendunia (Lengkap) samaan dalam mencapai (Sumber: https://olympics30.com/kebudayaan-indonesia/) kemungkinan yang ada menggunakan sumber daya dan kemampuan mereka. Budaya yang dibangun manusia dapat memiliki berbagai makna untuk anak mereka. Jika budaya yang diciptakan oleh dan untuk dewasa diberkan pada anak, maka dapat dipandang bagaikan penjara. Jika budaya yang diciptakan dewasa tidak sesuai dengan aspirasi anak mereka, maka anak mereka akan mengubah budaya tersebut. Konflik antar generasi muncul karena dewasa menggunakan masa lalu untuk memahami masa kini dan menggunakannya untuk membentuk masa depan, tetapi remaja tidak memiliki masa lalu yang sama dengan orang tuanya. Karena generasi yang lebih muda tidak terpaku oleh masa lalu, mereka dapat menjelajahi masa depan dengan lebih bebas dan kreatif. Filsafat dapat memberikan peneliti teori formal yang dapat menjelaskan perilaku manusia. Dalam psikolog, analisa empiris diperlukan untuk memastikan apakah ide filsafat atau indigenos memang berpengaruh pada pikiran, perasaan, dan Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



21



perilaku manusia. Terdapat penelitian empiris yang dilakukan di Korea untuk memeriksa dasar kepercayaan dalam hubungan interpersonal. Dalam model Confucian, kepercayaan didasarkan ketulusan, kebenaran, pengetahuan, dan kesopanan.



Model Studi Psikologi Indegenos Penelitian atau studi yang dilakukan memiliki total sampel 1.737 remaja dan orang tua mereka yang terbagi menjadi 274 pelajar SMP, 305 pelajar SMA, dan 579 ibu dan 579 ayah. Mereka mengisi kuesioner yang dikembangkan oleh penulis buku in. Para remaja pertama dipertanyakan untuk menilai kepercayaan mereka terhadap ibu, ayah, guru, dan teman menggunakan skala lima poin, dari “sangat percaya” hingga “sangat tidak percaya”. Para orang tua dipertanyakan kepercayaan mereka terhadap anak, pasangan, dan guru mereka. Mereka kemudian diminta untuk menuliskan Gambar 15. Looking Back At My Experience As a Korean mengapa mereka High School Student With a Month Left mempercayai orang Before Graduation tersebut dengan for(Sumber: https://medium.com/@jhc1499/looking-back-at-myexperience-as-a-korean-high-school-student-with-a-month-leftmat open-ended. Pebefore-graduation-12be985b2b16) nelitian yang serupa dilakukan dengan 251 pelajar SMA dan 268 remaja dalam masa percobaan. Hasil menunjukkan bahwa remaja Korea merasa lebih percaya pada orang tua mereka dibandingkan kepada diri mereka sendiri. Saat mereka dipertanyakan siapa yang mereka paling percayai, mereka memberikan respon berikut: orang tua (pelajar SMA = 62%, remaja dalam masa percobaan = 63%), diri saya sendiri 22



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



(remaja SMA = 19%, remaja dalam masa percobaan = 8%), teman (remaja SMA = 9%, remaja dalam masa percobaan = 15%), anggota keluarga lain (remaja SMA = 7%, remaja dalam masa percobaan = 10%). Hasil ini mengindikasikan peran penting yang dimiliki orang tua. Selain itu, hasil remaja dalam masa percobaan lebih mempercayai orang tua dan temannya dibandingkan diri mereka sendiri jika hasil tersebut dibandingkan dengan hasil remaja SMA. Hasil pengolahan data dari pertanyaan open-ended menunjukkan pola hasil berikut. Respon yang paling sering muncul bagi remaja adalah mereka percaya pada orang tua mereka karena Gambar 16. Individualistic Culture and Its Opinions on Poverty “pengorbanan diri” (Ibu (Sumber: https://borgenproject.org/cultural-opinions-on= 31%, ayah = 30%); poverty/) kemudian karena hubungan darah (Ibu = 21%, ayah = 20%); hormat (Ibu = 11%, ayah = 16%); rasa saling percaya (Ibu = 13%, ayah = 11%); dan tuntunan (Ibu = 10%, ayah = 10%). Saat orang tua dipertanyakan mengapa mereka mempercayai anak mereka, jawaban yang mereka lakukan pada umumnya sesuai dengan anak mereka. Respon yang paling sering muncul bagi ibu dan ayah adalah “ketulusan” (Ibu = 32%, ayah = 31%), kemudian “kejujuran” (Ibu = 31%, ayah = 30%), hubungan darah (Ibu = 16%, ayah = 16%), “harapan” (Ibu = 9%, ayah = 8%), “ketaatan” (Ibu = 6%, ayah = 9%), dan kerajinan (Ibu = 3%, ayah = 5%). Pola yang serupa didapatkan dari pelajar SMA dan remaja dalam masa percobaan. Hasil penelitian membuktikan secara empiris gagasan Confucian bahwa ketulusan yang direpresentasikan pengorbanan orang tua termasuk dalam dasar kepercayaan anak terhadap orang tua mereka. Dasar terpenting yang kedua adalah kebenaran, yang dicerminkan Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



23



penekanan pada hubungan darah. Konsep kesopanan dicerminkan pada respon “dapat diandalkan” oleh remaha dan respon “harapan” dan “ketaatan” dari orang tua. Konsep pengetahuan dicerminkan oleh respon remaja tentang “hormat” untuk orang tua mereka, dan respon orang tua tentang “kerajinan” anak. Penekanan pada hubungan ini kontradiktif dengan teoriteori Barat yang memandang rasa kepercayaan sebagai hal yang individualistik. Selain itu, survei yang dilakukan di Denmark, Jepang, Korea, dan Belanda memberikan bukti bahwa rasa kepercayaan berhubungan dengan budaya berbeda dengan rasa kepercayaan yang berkembang di budaya individualistik. Psikologi indigenos mengacu penciptaan teori-teori yang berdasarkan epistemologi dan sains yang lebih teliti, dengan menekankan pada hubungan antara ilmu humaniora dengan sains sosial. Di abad lalu, psikolog memfokuskan mayoritas perhatian kita pada validitas internal dan eksternal, bukan pada validitas praktis. Dengan kata lain, apakah teori-teori kita membantu pemahaman, prediksi, dan pengaturan perilaku manusia? Bandura (1997) telah menunjukkan teori yang valid dapat diaplikasikan pada berbagai situasi sosial, menggunakan berbagai metode untuk memperngaruhi perubahan pribadi, perubahan komunitas, dan perubahan besar pada masyarakat.



24



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Metode dalam Psikologi Indigenos Pengantar Pada bagian ini, penulis akan membahas metode yang dapat digunakan dalam psikologi indigenos, namun sebelumnya, penulis akan membahas melalui pandangan ilmu psikologi secara umum. Secara garis besar, teori yang dikembangkan dalam psikologi cenderung kurang dalam hal unity dan persetujuan bersama. Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di tahun 1879, dan psikologi semakin maju setelahnya. Kemunculan paham demi paham, seperti psikodinamika, behavioristik, humanistik dan sebagainya belum sepenuhnya menyatukan dan disetujui bersama oleh ahli-ahli yang berkontribusi dalam ilmu psikologi, maka untuk mendapatkan hasil yang baik, dibutuhkan alat ukur seperti kuesioner dan kemudian dianalisa menggunakan metode statistik. Meskipun demikian, sebenarnya ilmu psikologi sendiri masih belum terlalu jelas posisinya, sebagai natural science atau sebagai cultural science (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Gambar 17. Kumpulan Contoh Metode Penelitian: Pengertian, Jenis, Metode, Tujuan, Kualitatif (Sumber: https://moondoggiesmusic. com/contoh-metode-penelitian/#gsc. tab=0)



Setelah diadakannya 2 Asian Association for Social Psychology yang membahas mengenai hubungan antar tiga jenis ilmu, yaitu cultural psychology, indigenos psychology, dan cross-culnd



Dr. Yosef Dedy Pradipto L.Th., M.Hum., M.Si. | Yusuf Ratu Agung, M.A



25



tural psychology, unit penelitian yang digunakan dalam penelitian kultural, psikologi indigenos adalah mentalitas, sedangkan cross-cultural memiliki unit peneliGambar 18. Surabaya Cross Culture International tian mind. Mentalitas Tampilkan Atraksi Seni 13 Negara mengacu pada totalitas (Sumber: https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2019/07 dari konsep yang nyata /22/147426/surabaya-cross-culture-internationaltampilkan-atraksi-seni-13-negara) yang berasal dari kognitif manusia, dan kognitif didefinisikan sebagai proses yang memungkinkan manusia untuk menghasilkan ide (isi secara konseptual), dan manusia mampu menghasilkan pengetahuan dari ide-ide tersebut. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara cultural psychology dan psikologi indigenos, namun keduanya cukup berbeda dengan cross-cultural psychology (Shweder, 2000). Berbagai keterbatasan dalam ilmu psikologi tidak serta merta membuat psikologi mati, tapi kemudian ilmu psikologi semakin berkembang di negara Barat, dan bahkan menjadi sebuah profesi. Sebuah bentuk dari psikologi yang dikembangkan oleh Hartmann (1993) mengenai proto psychology, yaitu sebuah teori yang sudah ada dianalisa kembali secara terbalik ke dalam dunia nyata dan dianalisa kembali cara-cara yang dilakukan hingga mendapatkan teori tersebut. Menurut Hartmann, psikologi merupakan bagian dari natural science dan juga sebagai cultural science, karena psikologi mampu memberikan kontribusi pada kedua ilmu (Kim, Yang, & Hwang, 2006).



Metode Psikologi Indigenos Perkembangan psikologi indigenos dimulai karena muncul pertanyaan mengenai nilai universalitas dari teori umum psikologi yang sudah ada, dengan menggabungkan konten dan konteks 26



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



secara terpisah menjadi perhitungan dan metode yang akan digunakan dalam pendekatan psikologi indigenos. Pemahaman dan pendekatan dalam cabang ilmu ini adalah dengan memasukkan nilai subjektif (budaya, adat, kepercayaan dan sebagainya) yang saling mempengaruhi pada faktor objektif seperti teori, dan prinsip dasar yang sudah ada sebelumnya. (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Kepentingan peran psikologi indigenos semakin meluas karena nilai objektif itu saling berkaitan dengan nilai subjektif yang dimiliki manusia, oleh sebab itu, penelitian harus dilakukan dan memper-hitungkan validitas secara sosial dan budaya. Seorang profesor bernama Kwang-Kuo Hwang yang mendalami ilmunya di Barat, dan kemudian kembali ke negaranya di China menemukan bahwa banyak penelitian dunia Barat yang tidak cukup valid dan sulit untuk diaplikasikan ke negara asalnya (Hwang K.-K., 2012). Seperti yang ia katakan dalam buku Indigenous and Cultural Psychology, prinsip, teori dan hukum yang sudah ditemukan dan dianggap sebagai prinsip umum ternyata tidak begitu universal karena dalam penemuannya, teori atau prinsip tidak memperhitung-kan kualitas-kualitas yang membantu manusia semakin memahami, memprediksi dan mengontrol lingkungannya (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Psikologi indigenos memiliki empat dimensi seperti yang diungkapkan oleh Kim dan Berry (1993) dalam (Setiono) yang terdiri atas: a. pengetahuan psikologi didapatkan dari rakyat setempat. b. psikologi terdiri atas perilaku sehari-hari. c. perilaku dipahami dan diinterpretasi dalam konteks budaya setempat. d. psikologi indigenos berisi pengetahuan yang disesuaikan dengan budaya setempat.



Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



27



Gambar 19. Peta Konsep/Kognitif: Jenis-jenis Penelitian (Sumber: https://jokoprilppi.wordpress.com/2013/10/25/peta-konsepkognitif-jenis-jenispenelitian/)



Beberapa fenomena penelitian yang dibahas dalam psikologi indigenos adalah keluarga, politik, filosofis, sejarah, agama, budaya, dan konteks ekologis agar mendapatkan prinsip umum yang sesuai dengan nilai dan budaya setempat. Tujuan kedua yang ingin dicapai adalah untuk membantu perkembangan suatu daerah secara keseluruhan, bukan mempelajari sebuah etnis atau hal lainnya, seperti yang dilakukan oleh antropolog. Psikologi indigenos tidak memiliki metode penelitian khusus, semua metode ilmiah yang sudah ditemukan seperti kuantitatif, kualitatif, eksperimental, komparatif dan multiple dapat digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan hasil dan pemahaman yang lebih lengkap dan komprehensif mengenai fenomena psikologis yang diteliti (Kim, Yang, & Hwang, 2006). a. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang mengumpulkan informasi atau data tidak dalam bentuk numerik, data biasanya diperoleh dalam bentuk deskriptif, sehingga tingkat kesulitan analisa berada di atas metode kuantitatif. Pemakaian metode 28



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



b.



c.



d.



e.



kualitatif disarankan apabila sedang melakukan penelitian dalam bentuk wawancara kelompok yang tidak terstruktur agar informasi yang diperoleh dalam bentuk open-ended menjadi lebih kaya dan dalam (McLeod S. A., Qualitative Quantitative, 2008). Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang datanya berupa numerik, sehingga dapat diolah secara statistik, dan data yang diperolah dapat diolah menjadi grafik ataupun tabel data mentah (McLeod S. A., Qualitative Quantitative, 2008). Metode eksperimental metode yang memiliki fitur berupa kontrol variabel, pengukuran yang hati-hati, dan mampu menghasilkan hubungan sebab-akibat. Hal yang dianalisa dalam metode eksperimental dikenal dengan nama hipotesis (McLeod S. A., Experimental Method, 2012). Metode komparatif adalah metode yang menggunakan hewan sebagai material untuk lebih memahami prinsip perilaku dari manusia (McLeod S. A., 2015) Metode multiple adalah metode yang menggabungkan beberapa metode seperti diatas dalam melakukan penelitian.



Asal Metode Psikologi Indigenos Peneliti dalam lingkup ini juga tidak harus merupakan orang pribumi (asli) dari daerahnya, orang yang berbeda juga dapat melakukannya dan bahkan dapat cenderung mengetahui secara lebih jelas sebagai seorang luar (outsider). Kelima, perlu diketahui bahwa setiap individu memiliki cara tersendiri dalam memahami dunianya, dan setiap individu memiliki kemampuan praktik dan episodik dalam menjelaskan pengalaman mereka dalam dunia sosial, dan hal ini harus diperhitungkan dalam melakukan penelitian dalam ranah. Poin psikologi indigenos selanjutnya adalah penelitian juga dapat dilakukan dengan sebuah pemahaman ekspresi bahasa yang hanya ada di daerah tersebut, dan maknanya Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



29



sulit untuk diterjemahkan dalam Bahasa lain, contohnya konsep amae di Jepang. Psikologi indigenos memiliki beberapa perspektif, bukan multiple psychologies. Karena penelitian dalam indigenos tidak memisahkan nilai yang dianut, maka terkadang, penjelasan fenomena psikologi indigenos didasarkan pada filosofis dan keagamaan, namun kemudian harus tetap dibuktikan dengan bukti-bukti empiris. Psikologi indigenos adalah bagian dari cultural sciences tradition, yang artinya partisipan bukan hanya sebagai objek, tetapi juga sebagai subjek penelitian. Ranah ini merupakan gabungan dari ilmu-ilmu humaniora (psikologi, filosofi, agama) dengan ilmu social sciences yang dapat menghasilkan insight dan ilmu yang berharga. Poin terakhir adalah ada dua titik mulai dalam melakukan penelitian psikologi indigenos, yaitu indigenization from within dan indigenization from without yang akan dijelaskan lebih lanjut di bawah (Kim, Yang, & Hwang, 2006). a. Indigenization from within maksudnya adalah sebuah cara yang memandang konsep, teori dan prinsip sebagai dasar dalam mengembangkan penelitian, dan metode penelitian ditentukan secara internal. b. Indigenization from without berarti menggunakan teori dan prinsip yang sudah ada (universal) dan berusaha menggunakan dan mengintegrasikannya dalam penelitian yang akan dilakukan (Kim, Yang, & Hwang, 2006).



30



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Gambar 20. Konsep indigenisasi dari jalur dalam dan indigenisasi dari jalur luar. (Hakim, t.thn)



Gambar 21. Skema uni-national dominance in psychology (Kim, Yang, & Hwang, 2006)



Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



31



Proses Indigenozation Proses indigenization yang dikemukakan oleh Adair (1999) terdiri atas empat proses, yakni (1) importation, (2) implantion, (3) indigenization, dan (4) autochthonization.



Gambar 22. Tahap dan Aktivitas dalam Penyebaran Psikologi di Dunia (Kim, Yang, & Hwang, 2006)



Tahap pertama, proses dimulai dengan mengenalkan indigenos dalam kurikulum pembelajaran dan juga mengenalkannya pada mahasiswa di luar. Tahap kedua adalah meminta para pelajar untuk melakukan refleksi kritis mengenai relevansi ilmu yang mereka sudah pelajari dalam konteks negara dan budaya yang mereka punya. Tahap ketiga adalah indigenization, mulai terdapat perubahan pada pendekatan yang lebih sesuai dengan negara dan budaya, yang terdiri atas tiga fase, yaitu: (1) mengartikan bahasa asing menjadi bahasa lokal, termasuk adaptasi alat ukur psikometri; (2) Mengiden-tifikasi isu-isu nasional yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian; dan (3) mengidentifikasi budaya yang unik, dan perilaku untuk diteliti. 32



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Gambar 23. Ilustrasi membaca jurnal (Sumber: https://www.kalderanews.com/ 2020/10/4-cara-singkat-namun-tepatsasaran-baca-jurnal-penelitian/)



Adapun tahap keempat adalah tahap akhir, yaitu mencari lebih banyak ilmu psikologi yang memiliki kaitan dengan budaya, mengajak peneliti atau pelajar lokal untuk lebih menekuni bidang ini. Menekankan pada terciptanya penelitian, jurnal lokal, dan menentukan standar metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan lokal, serta akhirnya terciptalah ilmu indigenos yang mampu berdiri sendiri (Adair, 1999).



Pendekatan Psikologi Indigenos Pendekatan ilmiah dalam ilmu indigenos dan psikologi budaya dapat dilihat dari pendekatan transaksional. Perkembangan ilmu ilmiah juga mempengaruhi cabang ilmu sosial untuk lebih mengarah dan menggunakan pendekatan secara ilmiah dalam menjelaskan fenomena, termasuk dalam cabang ilmu psikologi indigenos. Model transaksional ini dapat menjelaskan individu sebagai agen yang mengatur tujuannya, keahlian yang ingin dikembangkannya dan memandang individu sebagai orang yang temotivasi untuk mengontrol hidupnya sendiri. Hal ini juga dapat dijelaskan dengan model social cognitive yang menyatakan bahwa semua orang memiliki kemampuan untuk berkembang, beradaptasi, berubah, dan menyadari fitur human agency yang dimiliki (niat, perencanaan, bereaksi sendiri, dan mampu merefleksikan diri). Pendekatan transaksional memandang kualitas subjektif individu sebagai sebuah faktor kausal yang menghubungkan lingkungan dan perilaku yang ditampilkan. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan model ini, yaitu pandangan individu terhadap Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



33



situasi dan kedua adalah memeriksa (assess) bagaimana pandangan ini mempengaruhi seseorang dan menimbulkan perilaku, data dapat diperoleh dengan metode self-report (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Pertanyaan-pertanyaan yang secara umum ingin dijawab melalui penelitian psikologi indigenos adalah (Goldman): a. Bagaimana orang awam memahami dan menampilkan diri mereka pada berbagai keadaan mental? Apakah isi dari konsep dan keadaan mental yang dimiliki? b. Bagaimana individu mengatribusikan keadaan-keadaan mental ini a. Kepada orang lain b. Kepada diri sendiri c. Bagaimana individu memperoleh konsep mengenai keadaan mental dan keahlian mereka dalam menggunakan konsepkonsep tersebut. Dalam psikologi indigenos, seorang individu yang berperan sebagai seorang agen tindakannya dan juga sebagai agen kolektivis. Penelitian dalam psikologi indigenos mempelajari mengenai nilai, ilmu, kepercayaan dan faktor subjektif lainnya dalam individu yang dilakukan dalam lingkungan seharihari, dan hasilnya berupa deskriptif yang dapat membantu psikologi untuk mencapai pemahaman tata cara manusia berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam psikologi indigenos adalah untuk mendapatkan 34



Gambar 24. Ilustrasi lingkungan sehari-hari (Sumber: https://id.pinterest.com/ pin/328973947784572437/)



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



pemahaman yang lebih teliti, sistematik dan universal serta dapat dibuktikan secara teoritis dan empiris (Kim, Yang, & Hwang, 2006).



Pendekatan Psikologi Barat dan Timur Agar dapat lebih memahami perbedaan antara Barat dan Timur, penjelasan di bawah ini didapatkan berdasarkan penelitian budaya Taiwan (Asia Timur: Confucian), Barat menekankan pada nilai individualisme, sedangkan Timur lebih menekankan pada emosi yang mengikat individu dengan keluarga, dan dinamika keterkaitan berbagai faktor yang juga berinteraksi dengan model yang berbeda. Meskipun begitu, penelitian ini tidak serta merta dapat diaplikasikan kepada semua negara atau daerah di Asia, ada beberapa limitasi, seperti pemahaman makna kata dari sebuah Bahasa, perbedaan budaya antar daerah, dan ada aspek yang tidak diperhitungkan seperti agama dan nilai filosofis, serta tradisi akan selalu berubah (dinamis) sepanjang waktu. Penelitian yang dilakukan harus menggunakan dasar yang empiris. (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Pendekatan dalam psikologi indigenos juga dapat dilihat dari pendekatan kolektif, yang muncul akibat perhatian yang kurang diberikan oleh ilmu psikologi secara umum pada konsep budaya yang menekankan pada (a) ekologi, (b) budaya, (c) politik, dan (d) konteks sejarah.



Gambar 25. Ilustrasi budaya (Sumber: https://id.pinterest.com/ pin/2744449743087395/)



Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



35



Kedua adalah pendekatan dari psikologi indigenos dibutuhkan untuk semua orang, bukan hanya orang yang tinggal di pedalaman atau lainnya, termasuk negara berkembang atau negara baru. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggabungkan beberapa metode yang kemudian akan diharapkan dapat men-jelaskan dengan lebih detil dan komprehensif yang diformulasikan dengan cara constructive realism. Constructive realism adalah mengin-tegrasikan ilmu dan kepraktisannya dakan kehidupan sehari-hari Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendokumentasi, me-nyusun dan menginterpretasikan cara seseorang melihat dan terlibat dalam dunianya. Pema-haman tentang pendekatan yang digunakan dalam psikologi indigenos membuat kita mampu untuk melihat bahwa sebenarnya psikologi berada antara culture blind sekaligus culture bound dan juga menunjukkan batasan dan hal yang melatarbelakangi teori yang dibentuk oleh ilmu psikologi (Kim, Yang, & Hwang, 2006). a. Culture blind berarti sesuatu yang dihasilkan (perasaan, perilaku) berasal dari otak, dan juga. b. Culture bound yang artinya hasil-hasil tersebut tidak murni hanya dihasilkan dari otak saja, tapi juga merupakan hasil dari budaya yang dimiliki. Penelitian yang dilakukan di Filipina dalam rangka menyusun psikologi Filipina juga membutuhkan bantuan dari pendekatan psikologi indigenos, yaitu dilakukan dengan cara field method yang biasanya digunakan oleh para antropolog yang dengan cara ini dapat memperoleh observasi dengan tingkat presisi yang lebih tinggi. Field method adalah metode eksperimen yang dilakukan dengan latar belakang natural, tetapi masih terdapat manipulasi terhadap variabel independen, namun kelemahannya adalah karena tidak bisa mengontrol extraneous variable (McLeod S. A., Experimental Method, 2012). Pendekatan kemudian dilanjutkan dengan metode wawancara, untuk lebih memahami bahan yang 36



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



sedang diteliti, yaitu Bahasa Filipina yang memiliki makna khusus. Menggunakan pendekatan indigenos juga memberikan kesempatan dan variasi yang lebih besar untuk metode yang akan dipilih dalam menyelesaikan penelitian, bisa saja memilih dengan cara yang memang hanya ada di daerah tertentu, karena pada akhirnya yang ingin dicapai adalah pemahaman yang lebih mengenai partisipan penelitian. Hasil penelitian juga dapat diaplikasikan kepada masyarakat dari daerah yang diteliti yang tinggal diluar daerah tersebut, dan hasilnya tetap serupa dengan orang yang tinggal di daerah tersebut (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Beberapa panduan dalam menggunakan pendekatan indigenos dalam penelitian, yaitu (Kim, Yang, & Hwang, 2006), yaitu: 1. Memperhatikan hubungan antara peneliti dan partisipan yang akan berpengaruh signifikan pada kualitas data yang dikumpulkan. 2. Peneliti harus memperlakukan partisipan secara setara. 3. Peneliti harus lebih memperhatikan kesejahteraan (welfare) partisipan dibandingkan dengan pengumpulan data untuk penelitian, jangan sampai partisipan mengalami gangguan yang diakibatkan oleh pengumpulan data oleh peneliti. 4. Dalam memutuskan metode penelitian, harus memperhatikan kesesuaian metode (appropriateness) dengan populasi penelitian dan dibuthkan penyesuaian pada budaya setempat (metode yang menyesuaikan diri dengan partisipan). 5. Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah setempat. Beberapa fitur dari pendekatan metode dalam psikologi indigenos yang membedakannya dari pendekatan lainnya adalah (Enriquez, 1992) dalam (Kim, Yang, & Hwang, 2006), antara lain: 1. Informal culture a. Research design: penentuan desain penelitian adalah sebagai hasil (output), bukan di desain di awal sebagai blueprint. Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



37



Metode sekunder dapat diaplikasikan jika dibutuhkan, contoh survei, dan kuisioner. b. Beliefs, theories: menggunakan metode multi, sesuai dan total agar mendapatkan data yang valid. c. Norms, assumption: memperhatikan dan menyadari akan kehadiran satu sama lain (awereness). 2. Formal culture a. Division of labor: peneliti dan partisipan terlibat dalam sebuah kesatuan. b. Distribution of power: karena dibatasi oleh pemilik (pelaku) budaya, maka peneliti memiliki kuasa yang terbatas pula. 3. Technological procedure a. Problem definition: definisi berasal dari budaya, dan permasalahan yang diangkat harus berdasarkan pada kesadaran yang dihasilkan dari pendekatan indigenos. b. Research design: penentuan desain penelitian adalah sebagai hasil (output), bukan di desain di awal sebagai blueprint. Metode sekunder dapat diaplikasikan jika dibutuhkan, contoh survei, dan kuisioner. c. Data collection: data dikumpulkan juga melalui semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan kualitas data menjadi faktor yang penting yang harus selalu diperhatikan. d. Utilization of findings: digunakan untuk budaya tersebut, biasanya hasil penelitian tidak disebar keluar dari budaya yang bersangkutan. Gambar 26. Ilustrasi penelitian (Sumber: https://www.kajianpustaka.com/ 2019/04/karakteristik-jenis-dan-prosedurpenelitian-kualitatif.html)



38



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam pendekatan psikologi indigenos membawa nuansa baru akan peran peneliti dan partisipan yang selama ini dilihat sebagai dua pihak yang terpisah. Dalam kacamata psikologi indigenos, hal ini ditantang kembali kebenarnya dan dengan ini, metode yang digunakan menghasilkan sebuah perubahan paradigm mengenai peran peneliti dan partisipan (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Pembahasan di atas berfokus pada kelebihan yang dapat ditawarkan oleh metode penelitian yang digunakan dalam psikologi indigenos, namun tetap saja terdapat beberapa batasan atau limitasi dari pengembangan metode (Kim, Yang, & Hwang, 2006). a. Penggunaan bahasa b. Keunikan metode indigenos c. Isu orang dalam dan orang luar d. Bias observer e. Model perencanaan f. Isu etika Penggunaan bahasa yang disarankan adalah bahasa yang asli dari daerah yang diteliti, agar mampu untuk menyampaikan informasi secara lebih rici dan luwes. Apakah yang sebenarnya ingin diciptakan dari kemunculan metode indigenos? Pendekatannya mungkin saja tidak culture-specific, namun metode Culture-specific merupakan yang dikembangkan adalah proses psikologis yang dianggap metode yang paling sebenar oleh beberapa budaya suai dengan isu yang ingin tetapi tidak untuk yg lainnya. diteliti, dan dengan tujuan akhir untuk dapat menciptakan psikologi berdasarkan dan sesuai dengan budaya dan realita indigenos. Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



39



Gambar 27. Ilustrasi bahasa (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/54324739228210530/)



Selain itu, isu mengenai orang dalam dan orang luar (insider, outsider) juga perlu diperhatikan, bahwa setiap pihak dapat membawa faktor subjektivitas (insider) dan objektivitas (outsider), oleh karena itu disarankan, dalam melakukan penelitian sebisa mungkin melibatkan dua pihak ini. Masalah lain yang berkaitan juga adalah bias yang dimiliki oleh para peneliti, yang mungkin dapat mempengaruhi intepretasi hasil penelitian, dalam memastikan konsistensi, dapat dilakukan dengan mengulangi pertanyaan serupa dengan bahasa yang berbeda, serta memastikan validitas dan reliabilitas dari metode dan data yang digunakan (Kim, Yang, & Hwang, 2006).



40



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Menentukan metode yang akan digunakan dalam penelitian harus sangat ‘sensitif ’ dengan budaya namun tetap dalam panduan secara ilmiah. Diperlukan perencanaan yang matang, namun juga harus cukup fleksibel, memperhatikan kedalaman data dan informasi, hati nurani, serta melakukan dokumentasi yang teliti terhadap kontribusi yang unik dari setiap individu. Isu etika juga harus menjadi perhatian, seperti pembahasan sebelumnya, hubungan antara peneliti dan partisipan dibina atas dari ‘unity’, namun jangan sampai peneliti memakai hubungan tersebut sematamata untuk mengumpulkan data, kemudian membuat partisipan merasa diperdaya. Prinsip yang harus dipegang adalah partisipan adalah manusia (Kim, Yang, & Hwang, 2006).



Gambar 28. Teknik pengumpulan data triangulasi (Sumber: https://slideplayer.info/slide/16125789/)



Dengan adanya begitu banyak penelitian, ada sebuah metode yang dikembangkan yang dikenal dengan sebutan cross-indigenos yang dikemukakan oleh Enriquez (1985,1992) yaitu dengan melakukan pendekatan triangulation, terdiri atas (Kim, Yang, & Hwang, 2006): a. Multi-method b. Multi language c. Appropriate field method d. Total method Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



41



Prinsip ini berasal dari cross cultural yang berkembang dari teori dan psikologi yang dikembangkan Barat. Mengutip dari Lagmay dalam Enriquez (1992): “Total” referred not just to social science method, nor just a philosophical approach. The fact that while the method is objective and bias scientific, the approach undeniably involves the total human being, including human judgement and human values” Pemahaman mengenai konteks lokal juga harus didefinikan lagi, karena dengan semakin majunya teknologi, batasan secara geografis tidak lagi sesuai dengan makna lokal, bahkan orang yang jauh sekarang dapat saling berhubungan dan tetap merasa dekat tanpa hadir secara nyata dan konkret. Prediksi dibutuhkan dalam penelitian berbasis psikologi indigenos, dengan adanya prediksi yang diperhitungkan dengan konteks lokal, maka tingkat kebenaran prediksi cenderunng meningkat (Allwood, On The Issue of An Appropriate Culture Concept for Indigenos Psychologies and On The Limits of Philosophy, 2014). Gambar 29. Ilustrasi memahami sesuatu (Sumber: https://www.ngelmu.co/pengertianobservasi/)



“Total” referred not just to social science method, nor just a philosophical approach. The fact that while the method is objective and bias scientific, the approach undeniably involves the total human being, including human judgement and human values.” (Enriquez, 1992) Ada dua metode yang dikenal dalam psikologi kognitif, yaitu strong method dan weak method. Yang dimaksud dengan strong method adalah metode yang menggabungkan berbagai macam 42



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



faktor yang spesifik dan yang umum dalam penelitiannya sehingga menghasilkan yang lebih efektif untuk isunya. Sedangkan Weak method adalah metode yang lebih menggunakan fitur-fitur umum yang ada dalam masyarakat, dan biasanya akan digunakan apabila pilihan untuk strong method tidak bisa digunakan sama sekali. Terdapat kesamaan antara strong method dengan konsep budaya (indigenous) yaitu dalam hal totalitas untuk memahami sesuatu yang spesifik dan dengan cara ini dapat menjelaskan sebuah fenomena pada level yang lebih konkret, sehingga lebih mudah dipahami. (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Dalam melakukan penelitian, psikologi indigenos juga menggunakan dasar filosofis. Apakah dengan menggunakan dasar filosofis, hasil penelitian yang didapatkan masih dapat dipercaya? Menurut Prof Hwang, dasar yang harus diikuti dalam studi psikologi indigenos adalah transcendental realism yang diciptakan oleh Critical Realism, dan ditambah dengan beberapa paradigm filosofis yang dikembang-kan oleh Prof Hwang (Allwood, on The Issue of an Appropriate Culture Concept for Indigenos Psychologies and on The Limits of Philosophy, 2014). Namun akhirnya dibutuhkan kombinasi antara dasar filosofis dan dasar yang tersistematis untuk mendapatkan hasil akhir yang logis dan lebih lengkap. Pengetahuan harus dapat berkembang lebih lagi untuk benar-benar menemukan sebuah dasar yang fundamental dari seGambar 30. Ilustrasi kebingungan mua metode metode yang akan (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/289004 digunakan dalam penelitian 501094417489/) (Hwang, 2014). Limitasi atau tantangan lainnya dalam melakukan penelelitian berbasis psikologi indigenos (Vasliner, 2009) adalah: Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



43



a. Kebingungan antara prinsip generalisasi dan universality, karena tujuan akhir psikologi dan antropologi berbeda. b. Tidak dibedakannya sistem pengetahuan psikologi dan ilmu indigenos sehingga tercipta kebingungan akan dua ilmu ini. c. Masih kurang diketahui bagaimana dan apa cara yang tepat untuk melakukan penelitian. Tetapi, terdapat kelemahan dari pendekatan beberapa filosofis yang dikembangkan oleh Prof Hwang, seperti yang diungkapkan Allwood dalam tulisannya, karena menyebabkan tingkat kebebasan yang semakin tinggi, maka pembaca dapat merasa bingung dalam menentukan pendekatan filosofis apa saja yang digunakan dalam penelitian (Hwang, 2014). Penelitian-penelitian yang dilakukan dalam pengembangan psikologi indigenos harusnya sekarang lebih menggunakan problem focused method untuk menjawab permasalahan, bukan berfokus pada metode yang akan digunakan (Adair, 1999).



Gerakan-gerakan Psikologi Pada bagian ini saya akan memberikan beberapa contoh penelitian yang sudah dilakukan, yang menjadi pelopor untuk pergerakan indigenos di Asia. Gerakan ini awalnya bermula di beberapa negara seperti: a. Taiwan oleh K.K Yang b. Filipina oleh Enriquez c. India oleh Shiha d. Jepang oleh Azuma Gerekan indigenos di Taiwan dikenal dengan nama Confucian, yaitu menggunakan paham yang berkembang dan dianut di daerah (Confucius) dan menggunakannya sebagai dasar untuk mengembagkan Chinise Psychology. Seiring perjalanan waktu, Prof. Hwang menyadari bahwa ilmu, teori dan konsep psikologi yang 44



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



berkembang di Barat juga berasal dari budaya yang mereka miliki, dengan munculnya pemikiran ini, maka diharapkan untuk dapat mengembangkan sebuah ilmu sendiri, yang lebih sesuai dengan negara atau daerah, berani keluar dari konsep dan konteks yang selama ini diterima dari Barat (Hwang, 2012). Penelitian di Filipina yang dilakukan oleh Enriquez membahas mengenai konsep Sikolohiyang Pilipino atau psikologi Filipina yang dimulai dari tahun 1970, yang membahas mengenai penggunaan kata-kata yang mengandung makna tidak langsung (indirect), ini digunakan oleh masyarakat dengan tujuan menjaga dan melindungi perasaan orang-orang sekitar dalam proses interaksi. Nilai yang dianut oleh masyarakat Filipina dikenal dengan sebutan kapua (shared identity), dan ini juga yang menjadi penyebab masyarakat Filipina memiliki tingkat konformitas yang tinggi (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Di India, psikologi indigenos menitikberatkan pada pengaruh konsep filosofis dan agama (Hindu, Buddha, dan dewa-dewa) yang menjadi nilai yang diserap ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat India. Penelitian pelopor yang dilakukan oleh Shiha mendorong lebih banyak lagi penelitian indigenos yang tercipta di India, hingga tahun 2006, sudah ada tiga penelitian yang lebih baru mengenai Psikologi India (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Gambar 31. Cross cuture di Jepang Gerakan psikologi in(Sumber: https://mislanguageschool.co.id/kursus/ bahasa-jepang/agenda/27/cross-culture-betweendigenos di Jepang juga sudah indonesia-japan) mulai. Penelitian yang dilakukan Yamaguchi adalah mengenai konsep amae (interdependen) mengenai konsep “perilaku yang tidak pantas atau permohonan Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



45



(inappropriate behaviour or request) yang tidak biasa atau tidak ada” di ilmu ataupun budaya Barat (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Mencapai psikologi nusantara, dengan semua pembahasan di atas, tidaklah hal yang mustahil bahwa negara Indonesia ingin mengembangkan ilmu psikologi yang sesuai dan dapat diterapkan di Indonesia, dalam hal ini mengutip nama yang diberikan oleh Prof. Yohana, yaitu psikologi nusantara (Prawitasari, 2006). Pengembangan psikologi nusantara pertama digagas oleh Sudiadjo menggunakan konsep filsafat mengenai dekonstruksi yang dimulai oleh Jacques Derrida. Dekonstruksi menurut A. Sumarwan adalah keberanian untuk membongkar kembali teori yang sudah jadi kembali menjadi Gambar 32. Ilustrasi perkembangan anak konstruksi, dalam kaitannya untuk (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/AW membuat psikologi nusantara atTTqRl8842TrbtLTcyaznQtQmrY6L qk-aR-Q-ZrLeoi8JTEIyY-M/) adalah kita harus berani untuk membongkar konsep dan teori yang sudah dikembangkan di Barat dan kemudian membangun teori dan konsep Indonesia (Prawitasari, 2006). Berdasarkan pemaparan Prof. Yohana, bahwa dibutuhkan kerja sama antar ilmu untuk dapat mencapai sebuah hal yang baru, mengubah yang sudah mengakar lama. Beberapa contoh penelitian yang dilakukan untuk mendukung terciptanya psikologi nusantara antara lain: a. “Isin” sebagai kontrol moral dan bentuk penyesuaian diri pada masyarakat Jawa dilakukan pada tahun 2004 oleh Happy Sola Gracia. b. Pemahaman budi luhur pada para abdi dalem Keraton Yogyakarta (2004) oleh Endang Ekowarni, Diana Rahmi Andriani, Andri Kushendarto. 46



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



c. Disertasi doktor mengenai konsep rasa yang dikembangkan oleh Suryomentaram yang ditulis oleh Nanik Prihartanti (2003). Perintisan ini sudah dimulai, dan dibutuh-kan bantuan dari berbagai pihak, khususnya pihak ilmiah untuk lebih mendukung pengem-bangan ilmu ini, dan tentu saja tidak lepas dari bantuan dari banyak pihak, seperti yang disarankan agar diadakan kaji ulang kurikulum jurusan psikologi dan memasukkan psikologi nusantara sebagai bagian dari pembelajaran (Prawitasari, 2006). Menurut Setiono, psikologi indigenos di Indonesia dapat dimulai dengan penelitian terapan psikologi perkembangan, seperti konsep tahap perkembangan, self, orientasi nilai anak, hak anak dan hak orang tua (Setiono). Menurut Amirin (2012: 10), pendidikan di Indonesia harus berbasis multikultural, dengan begitu siswa diajak untuk lebih mengetahui, memahami dan menghargai budaya lokal, gerakan ini dimulai dari Amerika, dan tidak ada salahnya untuk mencoba menerapkannya di Indonesia. Hal ini dapat menjadi salah satu cara untuk lebih mengembangkan psikologi indigenos di Indonesia. Aplikasi dan pendidikan Gambar 33. Nilai budaya dalam struktur pendi- kombinasi dikan (Amirin, t.thn) dengan kearifan local dengan memperhitungan faktor bawaan dari berbagai pihak (dilihat di Gambar 2). Ada limitasi dalam penelitian dalam rangka mengembangkan psikologi indigenos di Indonesia yaitu kurangnya penelitian Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



47



psikologi dasar di Indonesia, sehingga sulit untuk langsung menggunakan konsep dan teori dari Barat karena belum ada penelitian yang diadaptasi di Indonesia (Setiono, t.thn). Selama ini, banyak konsep dan teori yang berkembang di Barat, dan ironisnya adalah ilmu tersebut dianggap sebagai prinsip dasar, padahal dalam ilmu psikologi, berbagai faktor menentukan sebuah perilaku, termasuk budaya. Teori dan konsep dari Barat tidak serta merta menjadi nilai yang universal karena penelitian yang dilakukan juga mengambil nilai dan budaya yang berkembang di Barat, seperti individualisme, yang tidak sesuai dengan nilai dan budaya di Indonesia, yang lebih mengusung kebersamaan. Untuk lebih memahami psikologi indigenos, ada baiknya kita lebih dulu memahami perbedaan antara psikologi indigenos dan kontribusi indigenos. Penelitian dilakukan dalam proyek yang berlainan (discrete). Penelitian dilakukan untuk lebih memahami budaya, konsep unik dalam masyarakat, hal ini disebut kontribusi untuk indigenos, dan semakin banyak kontribusi yang diberikan, akan semakin kaya informasi yang ada untuk membangun psikologi indigenos, tapi ini bukan berarti kontribusi saja yang membangun-nya, melainkan hal lainnya seperti jumlah jurnal nasional, lingkungan sekitar yang mendukung penelitian, dan pengembangan ilmu dasar juga berperan dalam pembuatan psikologi indigenos (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Gerakan ini dimulai oleh para pelajar yang berkesempatan untuk menempuh pendidikan psikologi di Barat, dan ketika kembali ke negara asal, mereka sadar bahwa yang mereka pelajari selama di Barat tidak bisa langsung dan cocok digunakan dalam menjelaskan fenomena yang terjadi di negara mereka, oleh karena itu, lahirlah gerakan psikologi indigenos, dengan melihat nilai dari internal dan mengembangkannya menjadi sebuah konsep atau teori yang lebih cocok dan dapat diaplikasikan pada masyarakat setempat (Kim, Yang, & Hwang, 2006).



48



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Gambar 34. Ilustrasi gerakan pemuda (Sumber: https://arnolduswea.com/ gagasan/menimbang-gerakan-pemudadi-flores-2/)



Poin penting yang perlu dipahami adalah kebutuhan akan ilmu psikologi indigenos itu universal, tetapi tidak sama antar lintas negara: a. sejauh apa transformasi dari teori dan konsep yang sudah ada sebelumnya berbeda-beda di tiap negara dan b. sejauh mana perkembangan ilmu ini sudah berjalan di negara terkait. Semakin kecil presentasi kedua poin tersebut, maka semakin besar usaha yang dibutuhkan untuk mengembangkan psiko-logi indigenos (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Definisi operational psikologi indigenos adalah sejauh mana teori, konsep, pertanyaan penelitian, hipotesis, metode, dan alat ukur merepresentasikan perilaku, dan hasil penelitian merepresentasikan budaya (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Untuk lebih berhasil menanamkan psikologi indigenos di Indonesia dapat dilakukan dengan membuat indigenisasi yang terprogram, penelitian dilakukan secara bersama, bukan secara individual, memperkuat perspektif global mengenai perkembangan psikologi di Indonesia, berpartisipasi dalam penelitian dan acara yang bertaraf internasional. Bisa juga dengan meningkatkan kerja sama kolaboratif antar universitas dalam melakukan penelitian dan melibatkan para peneliti muda dalam ranah psikologi indigenos (Hakim, 2014).



Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



49



Psikologi Indigenos di Indonesia



Gambar 35. Peta Indonesia (Sumber: https://www.abundancethebook.com/peta-indonesia/)



Pengantar Psikologi indigenos terus berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan itu terjadi bukan hanya di dunia bagian Barat saja tetapi di semua bagian. Salah satu tempat berkembangnya psikologi indigenos adalah di Indonesia. Perkembangan terjadi dari hari ke hari dan juga terjadi di hampir seluruh bagian negara ini. Indonesia merupakan negara yang kaya. Kekayaan Indonesia terutama dalam hal sumber daya alam sudah tidak asing lagi di mata dunia. Dalam beberapa hal, Indonesia termasuk dalam peringkat atas kepemilikan sumber daya alam di dunia. Berdasarkan data Indonesia Mining Association, Indonesia merupakan negara peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam hal sumber daya tambang. 50



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Hal ini dibuktikan dengan posisi Indonesia sebagai negara eksportir batubara ke-2 terbesar di dunia dengan jumlah ekspor sebesar 203 juta ton. Posisi ini dibawah Australia yang menduduki peringkat pertama dengan jumlah ekspor batubara sebesar 252 juta ton. Sementara itu, China sebagai produsen terbesar ke-1 hanya mampu menduduki peringkat ke-7 sebagai pengekspor batubara (Batubara, 2011). Selain batubara, Indonesia menduduki berbagai macam peringkat dunia yang berkaitan dengan minyak. Peringkatperingkat tersebut adalah (Batubara, 2011): a. peringkat ke-25 potensi minyak terbesar dengan potensi minyaknya mencapai 4,3 milyar barrel, b. peringkat ke-21 penghasil minyak mentah terbesar yaitu mencapai 1 juta barrel/hari, c. peringkat ke-24 pengimpor minyak terbesar dengan jumlah 370.000/hari, dan d. peringkat ke-22 pengkonsumsi minyak terbesar yang mencapai 1 juta barrel/hari. Dalam hal sumber daya gas alam, Indonesia juga menduduki beberapa peringkat di dunia, yaitu peringkat (Batubara, 2011): a. ke-13 sebagai negara yang memiliki cadangan gas alam terbesar yaitu sebesar 92,9 trillion cubic feet (tcf ), b. ke-8 sebagai negara penghasil gas alam terbesar yaitu sebesar 7,2 tcf, c. ke-18 sebagai pengkonsumsi gas alam terbesar yaitu sebesar 3,8 billion cubic feet (bcf )/hari, dan d. ke-2 sebagai negara pengekspor LNG terbesar yaitu sebesar 29,6 bcf. Berkaitan dengan emas, berdasarkan data United States Geological Survey (USGS), Indonesia menduduki peringkat ke-7 Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



51



terbesar di dunia sebagai negara yang memiliki potensi emas. Indonesia memiliki cadangan emas sebesar 2,3% dari cadangan emas dunia. Sementara itu, sebagai produsen emas terbesar di dunia, Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia (Batubara, 2011). Timah di Indonesia tidak kalah baiknya. Indonesia menduduki peringkat ke-5 untuk cadangan terbesar di dunia yaitu sebesar 8,1% dan juga peringkat ke-2 sebagai negara produsen terbesar di dunia dengan besar 26% dari jumlah produksi dunia. Dua sumber daya alam lainnya yang Indonesia miliki dan menduduki peringkat yang baik adalah dalam hal tembaga dan nikel. Tembaga Indonesia menduduki peringkat ke-7 terbesar dalam hal cadangan dunia (4,1% dari cadangan dunia), dan peringkat ke-2 dalam hal produksi (10,4% dari produksi dunia). Nikel Indonesia menduduki peringkat ke-8 terbesar dunia sebagai negara yang memiliki cadangan nikel terbanyak yaitu sebesar 2,9% dan peringkat ke-4 sebagai produsen terbesar yang mampu memproduksi nikel sebesar 8,6% (Batubara, 2011).



Gambar 36. Tambang timah di wilayang Bangka Belitung (Souce: http://www.gresnews.com/berita/ekonomi/100912-bencana-ekologi-tambang-timahnelayan-bangka-belitung/



52



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Demikian adalah peringkat-peringkat fantastis yang dimiliki Indonesia yang berkaitan dengan sumber daya alam. Sumber daya alam terkait adalah batubara, minyak, gas alam, emas, timah, tembaga, dan nikel. Sumber daya yang sudah dibahas dari satu sumber informasi tersebut baru 7 dari sekian banyak sumber daya alam yang ada di Indonesia. Persebaran sumber daya alam tersebut pun dapat dikatakan cukup merata. Setiap pulau besar di Indonesia pasti memiliki sumber daya alam tertentu yang bisa digunakan dan dikembangkan.



Gambar 37. Contoh kekayaan alam di Indonesia (Sumber: http://martinkosasi.blogspot.com/2017/12/optimalisasi-kekayaan-alam-indonesia.html)



Tidak sampai disitu, Indonesia masih memiliki kekayaan lain diluar sumber daya alamnya. Sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia sebenarnya tidak kalah dibandingkan dengan sumber daya manusia dari negara-negara tetangga bahkan negara besar sekalipun. Putra dan putri bangsa Indonesia banyak yang berprestasi. Sayangnya, kurangnya kemampuan negara dalam memfasilitasi dan juga memberdayakan sumber daya manusia potensial tersebut membuat banyak orang memutuskan untuk berkiprah di luar negeri hingga akhirnya nama mereka menjadi besar, lebih diakui, dijamin, dan ditunjang di tempat tujuannya tersebut. Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



53



Putra dan putri bangsa Indonesia yang berkiprah di luar negeri terdiri dari berbagai kalangan usia. Tidak mengenal batasan usia, orang-orang ini terus mengembangkan kiprahnya di dunia internasional. Beberapa nama yang memiliki karir cemerlang di negeri orang diantaranya adalah Joey Alexander Sila, Pierre Coffin, dan Johny Setiawan. Joey Alexander Sila adalah pianis cilik yang berprestasi di kancah Internasional. Usianya yang baru 11 tahun tidak membatasinya untuk berprestasi. Hal itu terbukti dari pencapaiannya. Ia berhasil meraih penghargaan bergengsi yaitu “Grand Prix 1st International Festival Contest of Jazz Improvisation Skill” yang diselenggarakan pada tanggal 5-8 Juni 2013 di Odessa, Ukraina. Sekalipun usianya baru 11 tahun dan terbilang peserta termuda, ia mampu mengalahkan 43 peserta dari berbagai belahan dunia (Wima, 2015). Siapa yang tidak kenal dengan tokoh Minion? Minion identik dengan bentuk tubuh seperti kapsul berwarna kuning yang lengkap dengan mata, bibir, rambut, tangan dan kaki. Suara dan bahasanya yang khas membuat orang-orang yang melihatnya jadi mudah untuk mengingat. Belum lagi perilakunya yang unik seringkali memunculkan gelak tawa penonton. Dibalik semua gambaran tersebut, ada orang Indonesia yang ikut berperan dalam proses pembuatan film dengan tokoh Minion. Orang tersebut adalah Pierre Coffin, putra dari seorang penulis ternama Indonesia, N. H. Dini. Ia adalah arsitek utama dalam pembuatan film dengan tokoh Minion ini. Dari kesuksesannya tersebut, ia masih akan menjalin kerjasama dengan artis-artis Hollywood papan atas yang tergabung dalam proyek film selanjutnya (Wima, 2015). Johny Setiawan adalah seseorang yang mampu menggemparkan dunia dengan penemuannya. Ia memimpin sebuah tim peneliti di Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), Heidelberg, Jerman. Ia merupakan seorang penemu planet pertama yang mengelilingi bintang baru TW Hydrae. Planet pertama temuannya ini 54



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



disebut TW Hydrae b dan bintang baru TW Hydrae. Mereka menemukannya dengan menggunakan teleskop spektograd F EROS sepanjang 2,2 meter di La Silla Observatory, Chile (10 Orang Jenius yang Berprestasi di Luar Negeri).



Gambar 38. Tokoh minion (Sumber: https://despicableme. fandom.com/wiki/Minions)



Setelah membahas sumber daya alam dan sumber daya manusia, Indonesia masih memiliki hal lain yang patut di banggakan. Hal ini adalah salah satu hal yang dikaji dalam psikologi indigenos. Budaya. Indonesia kaya dengan kebudayaan. Dari Sabang sampai Merauke, terdapat banyak sekali suku dengan latar belakang budaya yang berbeda dan juga bahasa daerah yang berbeda sekalipun tetap menggunakan bahasa ibu yang satu yaitu bahasa Indonesia. Suku-suku yang ada di Indonesia misalnya suku Aceh dari Aceh, suku Batak dari Sumatera Utara, suku Minangkabau dari Sumatera Barat, suku Kerinci dari Jambi, suku Melayu dari Bangka Belitung, dan lain sebagainya. masing-masing suku memiliki kebudayaan dan tata cara adat yang beranekaragam. Pakaian adat, lagu, dan tarian pun memiliki ciri khas masing-masing. Indonesia memiliki lebih dari 583 bahasa (10 Kekayaan Alam Indonesia yang Tak Dimiliki Negara Lain, 2014). Dari sekian banyak bahasa daerah yang dimiliki Indonesia, bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang dominan digunakan karena dua hal, yaitu banyaknya orang Jawa di Indonesia dan persebaran orang Jawa di Indonesia cukup merata. Di pulau Sumatra, Kalimantan, bahkan Papua sekalipun dapat ditemui orang Jawa yang masih menggunakan bahasa daerah mereka. Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



55



Bukti dari kekayaan kebudayaan Indonesia adalah adanya beberapa klaim yang dilakukan oleh luar negeri atas budaya bangsa. Indonesia memiliki sangat banyak keanekaragaman yang kadang terluput dari perhatian masyarakat luas Indonesia bahkan juga pemerintah. Hal ini membuat peluang negara lain untuk mengklaim hak milik Indonesia menjadi lebih besar. Gerak pemerintah yang masih kurang tanggap dan cepat dalam menjaga dan mempatenkan kekayaan bangsa membuat negara-negara lain secara lebih cepat mengklaim hal tersebut. Faktor penyebab lainnya ada beranekaragam juga. Hal tersebut dapat karena antara Indonesia dengan negara pengklaim yang merupakan satu rumpun bangsa sehingga masih ditemui beberapa kesamaan didalamnya. Contoh kasus dari hal ini adalah tarian Reog Ponorogo dari Jawa Timur yang diklaim oleh Pemerintah Malaysia. Arus globalisasi yang besar juga berpotensi untuk membuka peluang negara lain mengklaim kekayaan negara Indonesia. Cepatnya arus informasi masuk dan juga keluar terjadi di berbagai hal. Tidak hanya terbatas soal teknologi dan juga komunikasi, kebudayaan pun demikian. Banyaknya orang luar negeri yang mempelajari budaya Indonesia di Indonesia, ketika kembali ke negaranya, ia memperkenalkan hal tersebut ke warga negaranya yang lain hingga akhirnya merekalah yang memberikan perhatian yang lebih terhadap budaya tersebut yang dapat berujung pada pengklaiman budaya. Contohnya adalah lagu Bengawan Solo yang diklaim oleh warga negara Belanda. Padahal, jelas bahwa pencipta lagu tersebut adalah almarhum Gesang Martohartono yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 1 Oktober 1917. Lagu ini memang diterjemahkan ke berbagai bahasa, setidaknya 13 bahasa (Siapa Pencipta Lagu “Bengawan Solo”, 2015). Tiga diantaranya adalah bahasa Inggris, Jepang, dan Rusia.



56



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Gambar 39. Ilustrasi globalisasi (Sumber: https://www.kompas.com/ skola/read/2019/12/20/100000969/ globalisasi-arti-dandampaknya?page=all)



Beberapa hal yang sudah disebutkan diatas baru sebagian kecil dari berbagai kasus lainnya. Dari informasi-infomasi diatas, semakin jelas bahwa Indonesia memang merupakan negara yang kaya. Ketika psikologi indigenos diterapkan atau dipelajari, ketiga aspek yang sudah dibahas tersebut pasti masuk ke dalamnya menjadi satu kesatuan. Hal ini terjadi karena psikologi indigenos melihat sesuatu hal dalam konteks lingkup tertentu dan dalam suatu lingkup tertentu, didalamnya sudah pasti ada faktor sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berperan yang dilatarbelakangi oleh budaya dan tata cara tertentu yang dianut oleh orang yang bersangkutan di lingkup yang sedang dibahas. Budaya, adat, kepercayaan nilai subjektif lainnya diperhatikan oleh psikologi indigenos lantaran saling mempengaruhi faktor objektif seperti teori dan prinsip dasar yang sudah ada. Merupakan suatu hal yang penting untuk mengetahui lingkup tertentu secara menyeluruh, yaitu dari berbagai aspek atau faktor yang ada didalamnya sehingga akan mempermudah dalam mengetahui jenis atau gambaran hubungan yang terjalin antar faktor-faktor tersebut. Semakin jelas dan lengkap data yang diperlukan beserta dengan data pendukungnya, akan membuat kajian atau pembahasan tentang lingkup tersebut menjadi lebih kaya dan juga detail. Dari segala kekayaan yang dimiliki Indonesia dari berbagai aspeknya, seharusnya dapat menunjang penelitian-penelitian Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



57



psikologi indigenos untuk juga semakin memperkaya bidangnya. Banyak hal yang dapat digali lebih lagi dari berbagai kekayaan. Tantangannya adalah keberadaan sumber terkait. Jika ingin mengetahui lebih banyak tentang sesuatu hal yang baru, sudah pasti harus memberikan usaha yang lebih besar, misalnya dengan cara terjun langsung ke lapangan yang bersangkutan selain melakukan studi pustaka.



Gambar 40. Kebudayaan di Indonesia (Sumber: https://www.inibaru.id/budaya/ ini-6-budaya-asli-indonesia-jangan-sampaidiklaim-negara-lain-1)



Besarnya tantangan ini membuat orang yang akan melakukan penelitian sering kali memutuskan untuk mengambil jalan yang mudah. Jalan tersebut dapat berupa mengganti lingkup yang lebih mudah dijangkau ataupun mengganti lingkup yang memiliki sumber jauh lebih banyak untuk menunjang isi dari penelitian yang dilakukan. Hal ini berakibat pada keberagaman hasil penelitian yang ada serta perkembangannya. Di Indonesia, lingkup yang paling banyak dibahas terbatas pada lingkup Jawa meskipun dengan beragam variabel seperti pola asuh orangtua, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Penelitian-penelitian yang membahas tentang lingkup lainnya masih sangat sedikit ditemukan. Di Indonesia, beberapa ilmuwan psikologi indigenos yang berperan aktif melakukan berbagai penelitian ataupun pengembangan. Lima diantaranya adalah Prof. Sarlito Sarwono, Prof. Kusdwiratri Setiono, Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, Moh. Abdul Hakim dan Irmawati. Adalah Prof. Sarlito Sarwono, seorang guru besar Psikologi, Universitas Indonesia. Beliau menerapkan psikologi indigenos sebagai psikologi asli dari suatu etnik tertentu, 58



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



tidak mengikuti budaya lain, dan terjamin keasliannya. Hal ini dilakukannya karena beliau menemui bahwa apa yang ada di Barat seringkali tidak dapat diaplikasikan di Indonesia, bahkan, apa yang terjadi di satu etnik tertentu belum tentu sesuai dengan etnik lain. Prof. Kusdwiratri Setiono kemudian berpendapat bahwa ada kedekatan antara pendekatan psikologi indigenos dengan pendekatan psikologi lintas budaya. Keduanya dapat saling berinteraksi untuk memberikan hasil yang maksimal dalam membahas suatu topik tertentu. Hubungan sebab-akibat yang mungkin ada pun dapat lebih digali lagi dengan membandingkan atau memudakan kedua hal tersebut. Gambar 41. Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti (Sumber: https://psikologi.ugm.ac.id /kwartarini-wahyu-yuniarti/)



Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, yang merupakan Direktur dari Center of Indigenos and Cultural Psychology (CICP), sedikit berbeda dengan pandangan sebelumnya berpendapat bahwa Indonesia memerlukan psikologi indigenos untuk merubah perilaku dan juga pola pikir masyarakat Indonesia. Sebagian besar mental orang Indonesia masih terpaku pada mental budak ataupun kolonial. Tindakan yang diambil orang Indonesia terhadap isu pada lingkup tertentu cenderung pasif sehingga kurang dapat meng-gerakkan atau membuat dinamika dalam lingkup tersebut menjadi hidup. Hal ini sungguh disayangkan oleh beliau karena dapat berpotensi menghambat perkembangan negara Indonesia ini kedepannya. Jika Indonesia ingin berkembang, dibutuhkan inisiatif dan sikap proaktif dalam menanggapi berbagai isu, situasi, ataupun kondisi di lapangan. Beliau memiliki harapan yang besar untuk Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



59



dapat merubah pola pikir dan juga perilaku masyarakat Indonesia agar dapat menunjang bertumbuhnya dinamika yang baik yang berujung pada perkembangan dalam bidang psikologi indigenos. Moh. Abdul Hakim, merupakan seorang dosen psikologi yang aktif dalam membuat karya ilmiah yang berkaitan dengan bidang psikologi indigenos, memberikan materi-materi, seminar, dan juga perkumpulan dengan rekan-rekan maupun orang-orang yang baru dalam hal psikologi indigenos. Salah satu karyanya adalah sebuah jurnal dengan judul “Dari lokal ke global: Berfikir kontekstual, psikologi indigenos, dan masa depan psikologi Indonesia di arena internasional”. Beliau juga banyak menjalin kerjasama dan berguru dari seorang tokoh psikologi indigenos ternama yaitu Prof. Uichol Kim. Uichol Kim merupakan mentornya.



Gambar 42. Batak Toba (Sumber: https://www.artisanalbistro. com/suku-batak/)



Sementara itu, Irmawati dengan melakukan penelitian berbeda di Tanah Batak, yang sebelumnya didominasi jawasentris. Bermula dari rasa penasarannya terhadap anak-anak Batak yang mampu menjadi sarjana dan memiliki karir yang bagus, Beliau mempertanyakan hal-hal yang mungkin melatarbelakangi hal tersebut. Salah satu hal yang mungkin mempengaruhi adalah pola asuh orangtua atau peran dari keluarga terhadap orang yang bersangkutan. Salah satu penelitian yang dilakukannya adalah dengan judul “Pemberdayaan Kearifan Lokal Melalui Pendekatan Psikologi Ulayat untuk Pembangunan Bangsa” yang dipublikasikan pada tahun 2008. Judul ini adalah judul dari yang sudah dibahas 60



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



sebelumnya. Dalam karyanya tersebut, Beliau banyak membahas tentang kearifal lokal suku bangsa Batak Toba dan juga Bugis. Tidak hanya menjelaskan berbagai sudut pandang dan juga aspekaspek yang ada didalam kedua suku bangsa tersebut, Beliau juga memberikan empat buah saran untuk kedepannya demi kemajuan psikologi indigenos ke arah yang lebih baik (Irmawati, 2008). Saran pertama ditujukan kepada pihak pemerintah, Beliau mengatakan bahwa pihak pemerintah perlu berupaya untuk menggali potensi bangsa melalui kajian-kajian yang strategis untuk dapat meningkatkan kapasitas bangsa secara keseluruhan dengan membangun kesamaan tanpa penyeragaman. Contoh-contoh yang dapat dilakukan adalah dengan menggali potensi kewirausahaan berbasis budaya dan juga mengembangkan industri kreatifitas masing-masing daerah. Dampak positif jika saran ini dapat berjalan dengan maksimal adalah dapat menjadi sumber pemasukan devisa bagi negara maupun daerah serta dapat memperkuat jati diri bangsa yang berakar pada budaya lokal. Saran kedua adalah dalam hal keamanan. Saran Beliau merujuk pada penelitian Mamoto (2008) dalam Irmawati (2008). Dalam penelitian Mamoto dibahas tentang penanganan terorisme oleh Satgas Bom Polri dengan menggunakan pendekatan budaya karena motivasi pelaku berlatarbelakang budaya dan juga keyakinan agama. Dengan begitu, derajat kemanusiaan dalam rangka membangun kepercayaan kemungkinan atau peluang terjadinya dapat lebih besar. Hal ini kemudian menghasilkan partnership culture yang dapat mendatangkan man faat masing-masing secara Gambar 43. Ilustrasi keamanan (Sumber: https://kanalinspirasi.com/jelang-akhir-tahunrasional. polres-gresik-tingkatkan-keamanan/) Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



61



Saran ketiga ditujukan kepada para akademisi dan praktisi disiplin Ilmu Psikologi. Beliau mengatakan bahwa dengan mempelajari bidang psikologi indigenos ini, dapat membantu pengembangan masyarakat dalam berpikir secara kritis, mempersiapkan kehidupan, dan juga dalam hal menciptakan lingkungan sosial yang baik. Untuk dapat mencapai hal tersebut, diperlukan usaha yang lebih besar dalam berbagai hal seperti menciptakan metode atau alat ukur baru, melakukan penelitian, pelatihan, dan publikasi karya-karya ilmiah dibidang psikologi indigenos. Saran keempatnya berkaitan dengan pewarisan nilai-nilai budaya lokal. Dari hasil penelitiannya, ditemukan bahwa pewarisan nilai yang berlaku dari satu generasi ke generasi selanjutnya relatif menetap pada tiga generasi. Hal tersebut kemudian berproses dalam menginternalisasikan nilai-nilai yang dianut sesuai kondisi budaya masing-masing. Dengan begitu, pewarisan nilai-nilai budaya lokal yang melandasi achievement oriented masyarakat perlu untuk dipertahankan bahkan ditingkatkan agar dapat berkontribusi terhadap pembangunan bangsa. Demikian adalah keempat saran dari Irmawati. Gambar 44. Mewariskan budaya (Sumber: https://citraalam. id/pentingnya-mewariskancinta-seni-budaya-kepadaanak-anak)



Jika dilihat dari sudut pandang sejarah bangsa Indonesia yang berkaitan dengan psikologi indigenos, di Indonesia, psikologi indigenos sebenarnya diawali oleh beberapa mahasiswa doktoral yang melakukan penelitian dengan melihat unsur budaya namun karya-karyanya tidak dipublikasi. Beberapa alasan mengapa karya-karya tidak dipublikasi adalah karena penelitian tersebut 62



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



tidak digarap dengan serius atau kurang adanya pengembanganpengembangan. Tidak hanya terbatas pada para peneliti Indonesia, jika digali lebih lagi di internet mengenai psikologi indigenos di lingkup Indonesia, belum banyak hal dapat ditemukan. Kemudian psikologi indigenos mulai terlihat perkembangannya pada tahun 2008 yaitu dari Universitas Gajah Mada. Universitas tersebut mulai mengembangan program yang berdasarkan pada psikologi indigenos yaitu dengan secara sistematis mengundang tokoh-tokoh dari luar negeri untuk berbagi ilmu. Seperti yang sudah dikatakan sebelumya, dalam prakteknya, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi ketika memutuskan untuk melakukan penelitian berbasis psikologi indigenos. Dibutuhkan banyak sekali data secara literatur disamping terjun langsung ke lapangan. Untuk mengatasi hal tersebut, diketahui bahwa untuk menunjang studi literatur dalam penelitian yang dilakukan, peneliti dapat menggunakan penelitian di bidang antropologi demi menunjang kualitas penelitian yang sedang dilakukan. Studi literatur dari penelitian antropologi tersebut dapat membantu peneliti dalam memutuskan perilaku unik yang sifatnya umum dan penting yang kemudian di analisa dari sisi psikologi. Dalam menganalisa, perlu ketelitian penuh. Berbagai teori dari Barat yang mungkin muncul dalam sumber penelitian yang digunakan. Oleh karena itu, perlu ditelaah kembali apakah hal tersebut sesuai dengan konteks atau keadaan Indonesia saat ini. Jika ditemukan ketidaksesuaian dalam konteks atau keadaan Indonesia saat ini, peneliti jelas harus menemukan teori lain atau membentuk teori baru yang memang sesuai dengan konteks atau keadaan Indonesia saat ini. Sekali lagi, apa yang ada dan diterima dari Barat belum tentu dapat diaplikasikan dan diterapkan ke Indonesia. Mudahnya, jika antar etnis di Indonesia saja dapat berbeda, bagaimana dengan negara yang berbeda? Kemungkinan adanya perbedaan antara keduanya menjadi semakin besar. Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



63



Gambar 45. Budaya Barat (Sumber: https://www.yukepo.com/ hiburan/life/remaja-yang-senangbudaya-barat-dibandingkan-budayanasional-pasti-buruk-belum-tentuini-alasannya/)



Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, psikologi indigenos adalah studi ilmiah tentang perilaku manusia atau pikiran yang asli atau sumbernya didasarkan pada konteks lingkup manusia tersebut berada, tidak berasal lingkup lain dan dirancang hanya untuk manusia yang berada pada konteks atau lingkup tersebut saja (Kim & Berry, 1993 dalam Yuwanto, 2014). Sementara itu psikologi indigenos yang Barat dikembangkan dengan berbasis kepada penelitian-penelitian dengan konteks Barat. Konsep, teori, model psikologi yang digunakan adalah dengan konteks dan setting umur dari lingkup Barat yang diteliti, berlaku universal yang berarti tidak semua hal dapat diterapkan pada perilaku individu dengan konteks budaya dan setting Barat. Berkaitan dengan hal ini, Prof. Dr. Rainer K. Silbereisen, President Internatinal Union of Psychological Science (IUPS) menyatakan bahwa sekalipun ada perbedaan yang cukup besar antara psikologi indigenos dengan setting Barat dan bukan Barat,



Gambar 46. Salah satu kearifan lokal yang ada di Indonesia (Sumber: https://nenielse99. wordpress.com/2011/09/27/ kearifan-lokal-budaya-bali/)



64



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



bukan berarti psikologi indigenos dengan setting Barat tidak termasuk dalam psikologi indigenos. Psikologi indigenos bukan hanya merupakan kritik terhadap psikologi Barat, melainkan suatu upaya untuk dapat menunjukkan pemahaman manusia yang disertai dengan perilakunya yang tepat dan sesuai dengan konteks budaya Indonesia, Asia, ataupun western. Jadi, psikologi Barat tetap merupakan psikologi indigenos, namun dalam penyebutannya ada yang memang disebut western psychologj dan eastern Psychology (Yuwanto, 2014). Sambil berjalannya waktu, ditemukan bahwa sebenarnya psikologi indigenos memiliki sinonim. Sinonim psikologi indigenos diantaranya psikologi nusantara, psikologi ulayat, dan psikologi pribumi. Dikatakan sinonim karena antara psikologi indigenos dengan ketiga psikologi lainnya memiliki urgensi yang sama, yaitu untuk psikologi Indonesia dapat memunculkan ciri khasnya. Psikologi nusantara lebih cenderung melihat kearifan lokal Indonesia untuk menerangkan suatu perilaku yang muncul dari masyarakat. Perilaku tersebut muncul berdasarkan kepada pengalaman dan pemikiran dari orang yang berkaitan itu sendiri. Banyaknya kearifan lokal yang ada di Indonesia membuat bidang ini dapat terus berkembang karena dapat mengangkat konsep perilaku orang Indonesia itu sendiri. Psikologi nusantara dapat dikatakan suatu psikologi lintas budaya. Psikologi nusantara, dalam prakteknya melakukan perbandingan antar-budaya untuk menemukan persamaan dan perbedaan psikis yang ada di dalam suatu kelompok budaya tertentu. Hal ini kemudian didukung dengan nama dari psikologi nusantara itu sendiri. Kata nusantara merujuk pada keutuhan atau keseluruhan dari Indonesia yang meliputi berbagai pulai di Indonesia yaitu Jawa, Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Bali, dan lain-lain. Nusantara, sesuai dengan namanya tidak merujuk pada satu atau beberapa saja, melainkan secara kesatuan atau menyeluruh. Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



65



Gambar 47. Ilustrasi budaya di Indonesia (Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2019/03/30/21441421/cek-fakta-jokowi-sebut-ada714-suku-dan-1001-bahasa-di-indonesia)



Sinonim kedua adalah psikologi ulayat. Berdasarkan sebuah Kongres Ikatan Psikologi Sosial di Universitas Indonesia yang dilaksanakan di Jakarta, tahun 1999, kata “ulayat” akhirnya dicetuskan. Istilah tersebut diambil dari antropologi dan hukum yang memiliki arti sangat mirip dengan kata “indigenos”. Psikologi ulayat mempelajari tentang perilaku dan pemikiran suatu kelompok budaya tertentu yang tidak berasal dari luar, melainkan muncul dan berkembang dalam kelompok budaya itu sendiri. Apa yang muncul dan berkembang itu merupakan hasil kesepakatan dari nenek moyak, para pendahulu, dan para sesepuh yang kemudian diteruskan dari generasi ke generasi secara turuntemurun. Penurunan ini dilakukan dengan cara getok-tular yang berarti diturunkan tanpa ada dokumen legal dan cetak biruya. Psikologi dipahami dari konteks khusus yaitu konteks waktu, lokasi, lingkungan alam, dan juga sosial serta budaya setempat.



66



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Sinonim ketiga adalah psikologi pribumi. Dalam psikologi pribumi, terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan. Yang pertama, perilaku manusia tidak mungkin hanya dilihat dari satu perspektif yang sama saja secara mutlak. Yang kedua, adanya paradoks globalisasi yang menginginkan penyeragaman di seluruh sendi kehidupan manusia di dunia. Pada tahun 1994, psikologi pribumi secara resmi ditetapkan sebagai arah dalam penelitian unggulan di fakultas psikologi. Perkembangan psikologi indigenos pun terus terjadi di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada akhir tahun 2009. Pada akhir tahun 2009, didirikan Center of Indigenos and Cultural Psychology (CICP) yang merupakan fondasi awal kerjasama riset yang dilembagakan (Hakim). Hal lain yang dilakukan oleh CICP adalah merencanakan aktifitas riset yang memiliki jangka panjang. Hingga saat ini, CICP sudah mengeluarkan banyak sekali jurnal psikologi indigenos yang beragam. Terdapat empat hal positif yang muncul sebagai hasil dari terbentuk dan berkembangnya CICP di Indonesia ini (Hakim). Hal positif yang pertama adalah adanya gerakan indigenisasi yang terprogram dengan lebih jelas. Adanya lembaga ini memperbesar kemungkinan atau peluang bagi para peneliti untuk saling bekerjasama dalam suatu proyek penelitian dan dapat menarik lebih banyak orang lagi untuk ikut terlibat. Dengan “menularkan virus” ini, perkembangan psikologi indigenos di Indonesia dapat berkembang dengan pesat dan menjangkau lebih banyak orang lagi untuk terlibat. Kedua, adanya CICP ini mampu memperkuat perspektif internasional. Hal ini terindikasi dengan trend internasionalisasi para akademisi psikologi Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi dari peneliti Indonesia dala mengikuti forum-forum ilmiah internasional. Contohnya, dalam forum Binneal Conference of Asian Association of Social Psychology (BCAASP) ke-8 yang diselenggarakan di India pada tahun 2009, Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



67



Indonesia menyumbang peserta sebanyak kurang dari 50 orang. Disamping itu, hanya sebanyak 7 orang yang mempresentasikan studi psikologi indigenos didepan peserta lainnya. Jumlah ini adalah jumlah yang tergolong sedikit jika dibandingkan dengan jumlah peserta yang diberikan oleh negara-negara lain seperti Jepang, India, Cina, Korea, dan lain sebagainya yang ikut serta. Gambar 48. Perspektif Internasional (Sumber: https://www.gurupendidikan. co.id/pengertian-multikultural/)



Keadaan tersebut berubah cukup signifikan pada dua tahun setelahnya. Ketika forum yang sama diadakan dua tahun setelahnya, yaitu BCAASP ke-9 yang diselenggarakan di Kunming, China, Indonesia mampu menyumbang peserta sebanyak 117 orang (Liu, 2011 dalam Hakim). Angka ini merupakan angka terbanyak kedua setelah China sebagai tuan rumah. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa lebih dari separuh peserta yang ikut serta mempresentasikan studi psikologi indigenos. Hal inilah yang memancing perhatian dari ranah Internasional atau dunia. Dunia menyoroti pergerakan yang cukup signifikan yang dilakukan oleh Indonesia dalam bidang psikologi indigenos. Hal ini terus memberikan buah yang baik bagi Indonesia hingga akhirnya Indonesia dipercaya untuk menyelenggarakan International Conference of Indigenos and Cultural Psychology (ICICP) untuk pertama kalinya pada tahun 2010 di Yogyakarta. Pada tahun 2011, hal ini dilakukan lagi di Bali secara berturut-turut. Kemudian, pada tahun 2013 Indonesia diberikan kepercayaan lebih besar lagi untuk menyelenggarakan BCAASP ke-10 di Yogyakarta. 68



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Ketiga, terbentuknya CICP mendorong adanya kerjasama atau proyek penelitian kolaboratif antar universitas di Indonesia. Ada tujuh unit penelitian psikologi indigenos yang melakukan hal ini. Ketujuh unit tersebut adalah Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) di Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta; Center of Indigenous and Health Psychology (CIHP) di Prodi Psikologi Universitas Udayana, Denpasar; Center for Indigenous and Peace Psychology (CIPP) di Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang; Center for Indigenous and Islamic Psychology (CIIP) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah, Surakarta; Center for Community and Indigenous Psychology (CCIP) di Prodi Psikologi Universitas Sebelas Maret, Surakarta; Pusat Pemberdayaan dan Pengembangan Keluarga (PPPK) Universitas Diponegoro, Semarang; dan Unit Penelitian Psikologi indigenos UIN Syarif Kasim, Riau.



Gambar 49. Ilustrasi peneliti muda (Sumber: https://edukasi.kompas.com/read/2018/05/17/21203981/7-langkah-dukung-anak-jadipeneliti)



Yang terakhir namun tidak kalah penting adalah mendorong keterlibatan dan pengembangan para peneliti muda. Keterlibatan Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



69



ini tidak hanya sebatas dalam melaksanakan penelitian sesuai teknis dan prosedur yang digunakan oleh peneliti, melainkan juga dalam hal-hal yang menuntut keterampilan lebih seperti analisis data, penulisan naskah ilmiah, dan presentasi di forum-forum ilmiah nasional bahkan juga internasional. Tentu saja hal ini dibawah bimbingan para dosen senior dan juga Prof. Uichol Kim sendiri. Untuk mendukung poin terakhir yang tertera diatas, ada kenyataan lain bahwa hampir seluruh pusat studi seperti yang sudah dijelaskan pada poin ketiga dikelola dan dimotori oleh akademisi muda. Para akademisi muda ini berusia dibawah 40 tahun dengan orientasi psikologi indigenos yang kuat. Jika dilihat dalam skala Asia, dalam sebuah tulisan menyambut satu dekade usia Association of Asian Social Psychology (AASP), Liu dan Ng (2007) menyatakan bahwa identitas psikologi Asia sudah mulai jelas. Psikologi di Asia pun sudah mendapatkan posisi yang layak dalam bidang akademia secara global. Sayangnya, psikologi di Asia, salah satunya juga di Indonesia, belum dapat merepresentasikan gambaran secara keseluruhan tentang masingmasing negara dan lingkup-lingkup kecil di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan psikologi di berbagai negara di Asia yang sekalipun sudah ada sedikit kemajuan, hal tersebut tidak sampai di ranah global. Sekalipun banyak programprogram yang mengusungkan penelitian psikologi, namun hasil yang dipublikasikan dengan baik masih sangat sedikit jumlahnya. Hal ini menjadi semakin memprihatinkan ketika mengetahui bahwa hal tersebut masih sangat sulit ditemui dalam ranah internasional. Padahal, biaya yang dikeluarkan negara Indonesia untuk memfasilitasi penelitian-penelitian psikologi seperti yang setiap tahunnya keluar dari lembaga pemerintah, Dikti, sudah cukup besar. Seharusnya, dengan bantuan besar yang sudah diberikan dari pihak pemerintah, lebih banyak lagi penelitian yang berbobot 70



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



dapat muncul dari para peneliti baik tua maupun muda yang ada di Indonesia untuk lebih mengembangkan psikologi indigenos. Dengan begitu, biaya besar yang dikeluarkan menjadi tidak siasia dibandingkan hanya memakainya untuk hal-hal lain diluar penelitian, ataupun untuk penelitian namun penelitian yang dilakukan dengan cara kurang maksimal atau dilakukan dengan cara yang mudah saja. Kepraktisan ini dapat mengakibatkan hasil yang dapat menjadi kurang maksimal. Jika penelitian dapat digarap dengan sungguh-sungguh, sudah pasti dapat memberikan hasil yang jauh lebih baik lagi.



Gambar 50. Association of Asian Social Psychology (Sumber: https://asiansocialpsych.org/)



Dibawah ini adalah data yang memperlihatkan pergerakan psikologi di ranah Asia. Kehadiran Psikologi dari Negara-Negara Asia di Ajang Internasional Negara. Tabel 1. Kehadiran psikologi dari negara-negara Asia di ajang internasional negara (Adair, 2004) Entri di PsycLit



Partisipasi dalam kongres



17217 8382 2594 1925 909 688 456



643 179 68 65 18 28 12



Dengan kehadiran signifikan Jepang India Cina Hong Kong Taiwan Korea Singapura Kehadiran tidak terlalu signifikan



Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



71



Entri di PsycLit Malaysia Filipina Pakistan Thailand Bangladesh Indonesia



234 204 201 145 110 60



Partisipasi dalam kongres 11 12 1 3 1 4



Dari tabel diatas diketahui bahwa Indonesia menempati posisi terakhir dari sekian banyak negara di Asia yang diulas. Dalam hal literatur psikologi, baru ada 60 dari Indonesia. Dalam hal keikutsertaan dalam kongres, baru ada 4 dari Indonesia. Hal ini sangat jauh berbeda dengan negara Malaysia yang masih masuk ke dalam kategori “kehadiran yang tidak terlalu signifikan” pada peringkat pertama. Negara Malaysia yang masuk dalam literatur psikologi ada sebanyak 234, sementara dalam hal keikutsertaan dalam kongres, ada sebanyak 11. Jarak Indonesia dengan Malaysia saja sangat jauh, apalagi jika Indonesia dibandingkan dengan kategori “dengan kehadiran signifikan”, negara dengan peringkat pertama yaitu Jepang. Jepang, dalam hal literatur psikologi mencapai angka yang sangat besar yaitu sebesar 17.217, sementara dalam hal keikutsertaan dalam kongres, Jepang mencapai angka 643. Angka ini sungguh berkalikali lipat lebih besar dibandingkan Indonesia. Hal ini dapat terjadi dengan berbagai macam alasan, mulai dari alasan yang kecil sampai dengan alasan yang besar yang mungkin muncul berkaitan dengan keadaan yang terkait. Seperti yang dinyatakan Prawitasari (2006) dalam jurnal Hakim, ia menganilisis keadaan dari jurnal nasional Indonesia yang sudah terakreditasi, yaitu Anima dari Universitas Surabaya dan juga Jurnal Psikologi dari Universitas Gajah Mada. Dari kedua jurnal yang sudah terakreditasi tersebut, ditemukan bahwa artikel terpublikasi yang menunjukkan kedekatannya dengan konteks kultural Indonesia 72



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



sangatlah sedikit. Keadaan ini terjadi dalam konteks waktu 20042005. Jika ditelaah lebih dalam lagi, hal ini terjadi karena hal-hal yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu penelitian psikologi yang dilakukan masih bergantung pada penelitian psikologi dari Barat, khususnya Amerika Serikat yang ketika diterapkan di Indonesia belum tentu sesuai. Perlu ada banyak pertimbangan dan modifikasi jika ingin mengambil penelitian-penelitian dari Barat. Namun, hal ini tidak diindahkan dengan cara pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti Indonesia. Peneliti Indonesia mengumpulkan untuk penelitian yang sedang dilakukannya hanya dengan menggunakan survei. Hal ini dilakukan karena cara pengumpulan data dalam bentuk survei sangat mudah untuk dilakukan. Peneliti pun hanya melakukan penelitian yang bersifat sekali jalan (one-shot study). Atas apa yang terjadi ini, dapat dilihat bahwa di Indonesia, dalam mengidentifikasi agenda riset yang memiliki jangka panjang yang berkaitan dengan penelitian-penelitian semacam ini masih tergolong sulit. Kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang mudah atau paling praktis menjadi salah satu faktor penghambat dalam melakukan penelitian jangka panjang karena penelitian jangka panjang sudah pasti memerlukan usaha, tenaga, dan waktu yang lebih besar untuk diberikan. Fokus yang tinggi terhadap penelitian pun sangat dibutuhkan ketika ingin melakukan penelitian jangka panjang. Rasa jenuh yang mungkin muncul pada diri peneliti dapat menghalangi hal ini dan menghambat produktivitas seorang peneliti. Jika kemampuan peneliti dalam mengendalikan atau mengontrol hal-hal tersebut dalam dirinya, kemungkinan penelitian jangka panjang dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang memuaskan menjadi kecil. Selanjutnya, berbagai perkembangan psikologi indigenos di Indonesia selain bergerak dari berbagai unit psikologi indigenos di beberapa kampus seperti yang sudah dijelaskan diatas, penelitianpenelitian yang dilakukan, dan juga program-program sistematis Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



73



Gambar 51. Ilustrasi menganalisa jurnal (Sumber: https://www.bola.com/ragam/ read/4379886/37-kata-kata-inspiratiftentang-buku-cocok-jadi-caption-diinstagram)



lainnya yang ada pada masing-masing unit, perkembangan psikologi indigenos di Indonesia dapat dilihat dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan yang semakin dapat menggambarkan atau memperkaya informasi tentang keadaan psikologi indigenos di Indonesia. Salah satunya adalah dengan menganalisa dan jurnal-jurnal yang dipublikasikan. Salah satu jurnal yang dapat menggambarkan perkembangan psikologi indigenos di Indonesia adalah jurnal yang berjudul “Implementasi Pendekatan Multikultural Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia. Informasi yang dapat memperkaya pengetahuan tentang perkembangan di psikologi indigenos di Indonesia adalah adanya perrnyataan yang mengatakan bahwa sekalipun Indonesia memiliki banyak etnisitas dan budaya dengan berbagai latarbelakang ras, etnis, dan budaya, yang lebih menonjol adalah subetnis dan subkultur kedaerahannya. Selain itu, didapatkan bahwa budaya di Indonesia lebih akomodatif sifatnya dibandingkan “dominatif ” dan sebagian merupakan budaya yang “isolated” berada di daerahnya masing-masing, tidak terlampau intensif berhubungan apalagi bersinggungan dengan budaya lainnya yang ada di Indonesia (Amirin, 2014). Berkaitan dengan pendidikan multikulturalnya, di Indonesia lebih tepat dipandang sebagai pendekatan yang mengupayakan agar nilai-nilai budaya kedaerahan (suku bangsa) dan agama di indonesia dapat dipahami, dihargai, dan dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan Kewarganegaraan yang berlandaskan pada semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dan falsafah Pancasila. Hal ini dilakukan dengan mengedepankan toleransi dan kerukunan antar budaya dan pemeluk agama (Amirin). 74



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Dalam waktu 1 tahun terakhir, mungkin ada beberapa program ataupun penelitian yang berkaitan dengan psikologi indigenos yang dipublikasikan dalam skala nasional maupun internasional. Konferensi, kongres, ataupun workshop pun dilakukan. Salah satu workshop dan kongres yang terjadi dalam 1 tahun terakhir ini adalah workshop dan kongres yang bertajuk Psikologi indigenos. Workshop dan Kongres ini diselenggarakan oleh Asosisasi Psikologi Indigenos dan Kultural (APIK) (Alfinuha, 2015) yang sudah diselenggarakan pada 24-26 Januari 2016 di Jogja (Omah Petroek). Pemilihan tempat ini dinilai Ketua Panitia sangat relevan dan sesuai dengan tema workshop. Workshop dan Kongres ini diikuti oleh 45 orang peserta yang terdiri dari berbagai Universitas di seluruh Indonesia.



Gambar 52. Ilustrasi workshop (Sumber: https://sarjanaekonomi. co.id/workshop/)



Workshop dan Kongres ini menghadirkan tiga orang pembicara yang sangat ahli di bidangnya yaitu psikologi indigenos. Pembicara pertama adalah Jhanira Gavala MsocSc, PGDipEdPsyc (incorporating culture into psychological services). Pembicara kedua adalah Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, MmedSc, Ph.D (kultur pendidikan dan praktek psikologi di Indonesia), salah satu tokoh yang kiprah dan opininya sudah dibahas diatas. Pembicara ketiga adalah Moh. Abdul Hakim, MA (how to make scientific publication). Pembicara ketiga ini juga sudah dibahas sebelumnya. Dalam workshop dan kongres ini, pembicara pertama, Jhan, menjelaskan tentang psikologi indigenos di Aotearoa (bahasa Maori dari NZ). Beliau membawakan materi yang memang sesuai dengan bidangnya. Beliau tergabung dalam Maori and Psychology Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



75



Research Unit (MPRU) di Massey University. Dalam penjelasannya, ia memaparkan tentang super hero concept dalam suku Maori. Hal penting yang dikatakannya menyangkut psikologi indigenos adalah tentang penelitian psikologi indigenos yang akan lebih baik jika diarahkan pada believe system, moral, values, religion, family, and cultural capacity as a strong foundation. Pembicara kedua, Prof. Kwartarini Wahyu Yuniarti, MmedSc, Ph.D yang akrab dipanggil Prof. Bo menyatakan bahwa perlu adanya keberpihakan dan usaha dari akademisi untuk mengeksplorasi lebih lagi potensi dari suatu bangsa yang dalam hal ini adalah bangsa Indonesia. Sekali lagi, serupa dengan pembahasan sebelumnya, Prof. Bo menyatakan bahwa inisiatif masyarakat Indonesia masih sangat minim yang terlihat dari produktivitas para akademik dalam bidang kepenulisan artikel psikologi. Hal ini yang mendasari Prof. Bo untuk memberikan semangat sederhana bagi orang-orang yang datang untuk mulai menulis. Sementara itu, pembicara ketiga menyatakan hal yang mendukung dua pendapat sebelumnya. Beliau berpendapat bahwa di Indonesia program-program terkait psikologi indigenos belum tertata dengan baik sehingga hal-hal progresif masih kurang dirasakan. Padahal, ketika dilihat dari kenyataan di lapangan, pihak-pihak yang mencari informasi mengenai psikologi indigenos tergolong banyak. Salah satunya adalah Asean Social Journal Psychology (ASJP) yang mencari mengenai psikologi indigenos untuk pemmberdayaan komunitas dan local wisdom. Setelah ketiga pembicara memberikan materi dibidangnya masing-masing, akhirnya lengkap sudah informasi yang perlu disampaikan demi mencapai tujuan dilaksanakannya workshop dan juga kongres ini. Dengan dilaksanakan workshop dan kongres ini, diharapkan psikologi indigenos di Indonesia dapat lebih berkembang. Perkembangan psikologi indigenos ini diharapkan bergerak dimulai dari 45 orang yang hadir dalam workshop dan kongres yang dilakukan ini. Dari semangat 45 orang ini diharapkan 76



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



juga dapat “menularkan virus” kepada orang-orang disekitarnya untuk bersama-sama mengembangkan psikologi indigenos dengan cara serupa maupun dengan cara lain yang lebih inovatif. Sekali lagi, berbagai upaya berusaha untuk dilakukan dengan maksimal dalam mengembangkan psikologi indigenos di Indonesia. Seberapapun skala kegiatan yang dilakukan, kecil, sedang, ataupun besar, diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam perkembangan psikologi indigenos di Indonesia. Terdapat dua istilah yang banyak dikenal masyarakat yaitu “pelan-pelan yang penting ter-laksana” dan “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”. Kedua istilah tersebut dapat menggambarkan perjalanan perkembangan psikologi indigenos di Indonesia dari pertama kali muncul hingga saat ini.



Gambar 53. Foto acara workshop dan kongres yang dilaksanakan APIK di Yogyakarta (Alfinuha, 2015)



Dalam mengembangkan psikologi indigenos, terdapat cara yang dapat dilakukan. Menurut Hakim, cara-cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penelitian, mempublikasikan penelitian yang sudah dilakukan dengan bahasa Inggris yang baik. Networking dan juga social skill pun sangat diperlukan demi Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



77



menunjang terlaksananya perkembangan dibidang psikologi indigenos dengan cepat dan tepat sasaran. Semakin baik networking seseorang apat membantu untuk menjalin kerjasama yang baik dengan banyak orang sehingga dapat melakukan proyek-proyek yang lebih besar dengan orang-orang yang dikenal. Sementara itu, social skill seseorang lebih berperan dalam teknis pelaksanaannya ketika harus turun ke lampangan, pengolahan data, sampai dengan publikasi hasil penelitian terkait ataupun dalam pelaksanaan program lain diluar proyek penelitian.



78



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Diskursus & Kajian Psikologi Indigenos



P



sikologi indigenos merupakan cabang psikologi yang relatif muda yang mencoba untuk meluaskan wawasan dan materi dalam psikologi umum. Walau psikologi indigenos dan psikologi umum memiliki tujuan untuk menemukan fakta universal, prinsip, dan hukum perilaku manusia, perbedaannya dapat dilihat dari titik awalnya. Psikologi umum bertujuan menemukan prinsipprinsip yang mekanis dan universal, dan juga memiliki asumsi bahwa teori-teori psikologi yang ada adalah teori yang universal, tetapi psikologi indigenos merepresentasikan pendekatan yang isi (contoh: makna, nilai, dan kepercayaan) dan konteksnya (contoh: keluarga, sosial, budaya, dan ekologi) terpadu dengan jelas dalam rangkaian penelitian. Psikologi indigenos merepresentasikan paradigma transaksional sains dimana seorang individu dipandang sebagai agen dari aksi mereka dan agen kolektif melalui budaya mereka. Dalam sains kema-nusiaan, manusia adalah subjek dan objek dari suatu penyelidikan. Walaupun pandangan objektif dari pihak ketiga diperlukan, hal tersebut tidaklah cukup. Kita perlu menambahkan dengan pandangan dari pandangan orang pertama, dan analisa orang kedua. Kita perlu mendapatkan pemahaman terintegrasi tentang pandangan orang pertama, kedua, dan ketiga untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai fungsi manusia. Psikologi indigenos mengajukan penciptaan teori-teori yang berdasarkan epistemologi dan sains yang lebih teliti. Psikologi indigenos mengajukan hubungan antar ilmu kemanusiaan dengan sains sosial. Di abad lalu, psikolog memfokuskan mayoritas Dr. Yosef Dedy Pradipto L.Th., M.Hum., M.Si. | Yusuf Ratu Agung, M.A



79



perhatian kita pada validitas internal dan eksternal, bukan pada validitas praktis. Dengan kata lain, apakah teori-teori kita membantu pemahaman, prediksi, dan pengaturan perilaku manusia? Bandura (1997) telah menunjukkan teori yang valid dapat diaplikasikan pada berbagai situasi sosial, menggunakan berbagai metode untuk mempengaruhi perubahan pribadi, perubahan komunitas, dan perubahan besar pada masyarakat. Kepentingan peran psikologi indigenos muncul semakin meluas karena nilai objektif itu saling berkaitan dengan nilai subjektif yang dimiliki manusia, oleh sebab itu, penelitian di bidang ini harus dilakukan dan memperhitungkan validitas secara sosial dan budaya. Beberapa topik fenomena penelitian yang dibahas dalam psikologi indigenos seperti keluarga, politik, filosofis, sejarah, agama, budaya, dan konteks ekologis agar mendapatkan prinsip umum yang sesuai dengan nilai dan budaya setempat. Psikologi indigenos tidak memiliki metode penelitian khusus, semua metode ilmiah yang sudah ditemukan seperti kuantitatif, kualitatif, eksperimental, komparatif dan multiple dapat digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan hasil dan pemahaman yang lebih lengkap dan komperhensif mengenai fenomena psikologis yang diteliti (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Beberapa contoh penelitian yang sudah dilakukan, yang menjadi pelopor untuk pergerakan indigenos di Asia. Gerakan ini awalnya bermula di beberapa negara seperti Taiwan oleh K-K Yang, Filipina oleh Enriquez, India oleh Shiha, dan Jepang oleh Azuma Disamping itu, psikologi indigenos memiliki beberapa perspektif, bukan multiple psychologies. Karena penelitian dalam indigenos tidak memisahkan nilai yang dianut, maka terkadang, penjelasan fenomena psikologi indigenos didasarkan pada filosofis dan keagamaan, namun kemudian harus tetap dibuktikan dengan bukti-bukti empiris.



80



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Cultural Sciences Tradition Psikologi indigenos adalah bagian dari cultural sciences tradition, yang artinya partisipan bukannya hanya sebagai objek, tapi juga sebagai subjek penelitian. Di dalam psikologi indigenos ada dua titik mulai dalam melakukan penelitian psikologi indigenos, yaitu indigenization from within dan indigenization from without (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Indigenization from within maksudnya adalah sebuah cara yang memandang konsep, teori dan prinsip sebagai dasar dalam mengembangkan penelitian, dan metode penelitian ditentukan secara internal. Sementara itu, indigenization from without berarti menggunakan teori dan prinsip yang sudah ada (universal) dan berusaha menggunakan dan mengintegrasikannya dalam penelitian yang akan dilakukan (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Bicara tentang pendekatan ilmiah, pendekatan ilmiah dalam ilmu indigenos dan cultural psychology dapat dilihat dari pendekatan transaksional. Perkembangan ilmu ilmiah juga mempengaruhi cabang ilmu sosial untuk lebih mengarah dan menggunakan pendekatan secara ilmiah dalam menjelaskan fenomena, termasuk dalam cabang ilmu psikologi indigenos. Penelitian dalam psikologi indigenos mempelajari mengenai nilai, ilmu, kepercayaan dan faktor subjektif lainnya dalam individu yang dilakukan dalam lingkungan sehari-hari, dan hasilnya berupa deskriptif yang dapat membantu psikologi untuk mencapai pemahaman tata cara manusia berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam psikologi indigenos, terdapat beberapa batasan atau limitasi dari pengembangan metode (Kim, Yang, & Hwang, 2006) yang terdiri dari penggunaan bahasa, keunikan metode indigenos, isu orang dalam dan orang luar, bias observer, model perencanaan, dan juga isu etika. Indonesia merupakan negara yang sangat kaya. Kekayaan yang dimiliki Indonesia terdiri dari kekayaan alam, manusia, Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



81



dan kebudayaan. Dari semua itu, seharusnya penelitian psikologi indigenos dapat terbantu untuk terus dikembangkan. Banyak hal yang dapat digali lebih lagi dari berbagai kekayaan sekalipun ada beberapa tantangan seperti keterbatasan sumber terkait di awalawal munculnya psikologi indigenos di Indonesia.



Perkembangan Studi Psikologi Indigenos Secara historis, psikologi indigenos mulai terlihat perkembangannya pada tahun 2008 yaitu dari Universitas Gajah Mada. Sambil berjalannya waktu, ditemukan bahwa sebenarnya psikologi indigenos memiliki sinonim. Sinonim psikologi indigenos diantaranya psikologi nusantara, psikologi ulayat, dan psikologi pribumi. Selanjutnya, pada tahun 1994, psikologi pribumi secara resmi ditetapkan sebagai arah dalam penelitian unggulan di fakultas psikologi. Perkembangan psikologi indigenos pun terus terjadi di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada akhir tahun 2009. Pada akhir tahun 2009, didirikan Center of Indigenos and Cultural Psychology (CICP) yang merupakan fondasi awal kerjasama riset yang dilembagakan (Hakim, T.thn). Hal lain yang dilakukan oleh CICP adalah merencanakan aktifitas riset yang memiliki jangka panjang. Hingga saat ini, CICP sudah mengeluarkan banyak sekali jurnal psikologi indigenos yang beragam. Terdapat empat hal positif yang muncul sebagai hasil dari terbentuk dan berkembangnya CICP di Indonesia ini. Hal positif yang pertama adalah adanya gerakan indigenisasi yang terprogram dengan lebih jelas. Kedua, adanya CICP ini mampu memperkuat perspektif internasional. Ketiga, terbentuknya CICP mendorong adanya kerjasama atau proyek penelitian kolaboratif antar universitas di Indonesia. Yang terakhir namun tidak kalah penting adalah mendorong keterlibatan dan pengembangan para peneliti muda. Ada tujuh unit penelitian psikologi indigenos yang terus melakukan pengembangan pada konteks dan isu indigenos 82



PSIKOLOGI INDIGENOS: Telaah Relasi Manusia Pada Konteks Budaya



Indonesia, dan setiap unitnya mempunyai academic exellence yang direpresentasikan sesuai dengan namanya. Ketujuh unit tersebut adalah CICP di Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta; Center of Indigenos and Health Psychology (CIHP) di Prodi Psikologi Universitas Udayana, Denpasar; Center of Indigenous and Peace Psychology (CIPP) di Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang; Center for Indigenos and Islamic Psychology (CIIP) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah, Surakarta; Center for Cummunity and Psikologi indigenos (CCIP) di Prodi Psikologi Universitas Sebelas Maret, Surakarta; Pusat Pemberdayaan dan Pengembangan Keluarga (PPPK) Universitas Diponegoro, Semarang; dan Unit Penelitian Psikologi indigenos UIN Syarif Kasim, Riau. Perkembangan psikologi indigenos terus terjadi dari hari ke hari. Berbagai penelitian yang hasilnya dipublikasikan, workshop dan kongres, serta kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan psikologi indigenos terus berkembang dan dibawa oleh siapapun dari dimanapun sehingga orang Indonesia dapat semakin mengenal psikologi indigenos dan ikut terus berperan dalam mengembangkannya. Beberapa contoh mengenai hal tersebut sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Banyak orang yang menginginkan psikologi indigenos terus berkembang. Hal ini terlihat dari berbagai upaya yang dilakukan masing-masing orang dalam berbagai bidang terkait. Melalui saran, pemberitahuan mengenai dampak positif, dan lain sebagainya diutarakan agar berbagai tindakan selanjutnya yang akan dilakukan dapat berjalan dengan maksimal dan lebih baik dari sebelumnya. Pada akhirnya Psikologi Indigenos merupakan ikhtiar untuk memahami diri sebagai sebuah bangsa dan hidup bersama, sehingga bisa berkontribusi untuk kemajuan bersama. BRAVO PSIKOLOGI INDIGENOS!



Yosef Dedy Pradipto | Yusuf Ratu Agung



83



Daftar Pustaka Adair, J. G. (1999). The concept and its pratical implementation . Indigenization of Psychology. Alfinuha, S. (2015). Psikologi indigenos: Saatnya Menentukan Mainstream Keilmuan dari Tanah Air. Malang: http://psikologi. uin-malang.ac.id. Allwood, C. M. (2013). On The Advantages of an Empiracally Oriented Culture Concept in Indigenos Psychologies. Allwood, C. M. (2014). On The Issue of An Appropriate Culture Concept for Indigenos Psychologies and On The Limits of Philosophy. Amirin, T. M. (t.thn.). Implementasi Pendekatan Pendidikan Multikultural Kontektual Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. Batubara, A. B. (2011, November 11). Potensi Sumber Daya Tambang Indonesia. Diambil kembali dari I’m Abdullah: http://mineritysriwijaya.blogspot.co.id/2011/11/potensisumberdaya-tambang-indonesia.html Hakim, M. A. (t.thn.). Dari lokal ke global: Berfikir kontekstual, psikologi indigenos, dan masa depan psikologi Indonesia di arena internasional. Hwang, K. K. (2012). Foundations of Chinese Psychology: Confucian Social Relation. New York: Springer. Hwang, K.-K. (2012). Foundations of Chinese Psychology: Confucian Social Relation. Dalam U. Kim, K.-S. Yang, & K.K. Hwang, Indigenos and Cultural Psychology (hal. vii). New York: Springer. 84



Irmawati. (2008). Pemberdayaan Kearifan Lokal Melalui Pendekatan Psikologi Ulayat untuk Pembangunan Bangsa. Kim, U., Yang, K.-S., & Hwang, K.-K. (2006). Indigenos and Cultural Psychology: Understanding People in Context. New York: Springer. McLeod, S. A. (2008). Qualitative Quantitative. Diambil kembali dari www.simplypsychology.org/qualitative-quantitative.html McLeod, S. A. (2012). Experimental Method. Diambil kembali dari www.simplypsychology.org/experimental-method.html McLeod, S. A. (2015). Comparative Psychology. Diambil kembali dari www.simplypsychology.org/comparative-psychology.html Prawitasari, J. E. (2006). Psikologi Nusantara: Kesanakah kita menuju? Buletin Psikologi Volume 14. Setiono, K. (t.thn.). Psikologi Indigenus dan Indigenisasi Sebagai Acuan Penelitian dan Terapan dalam Psikologi Perkembangan di Indonesia. Shweder, R. A. (2000). The psychology of practice and the practice of three psychologies. Asian Journal of Social Psychology. Siapa Pencipta Lagu “Bengawan Solo”. (2015, Maret 10). Diambil kembali dari Siapa.co.id: http://siapa.co.id/2015/03/10/siapapencipta-lagu-bengawan-solo/ Vasliner, J. (2009). . Integrative Psychological and Behavioral Science. ). Integrating psychology within the globalizing world: a requiem to the post-modernist experiment with Wissenschaft. Wima, P. (2015, Januari 29). 18 Anak Negeri dengan Prestasi Mendunia yang Membuatmu Makin Termotivasi Mengejar Mimpi. Diambil kembali dari Hipwee: http://www.hipwee. com/motivasi/15-orang-yang-bikin-kamu-bangga-jadi-orangindonesia/ Yuwanto, L. (2014, September 1). Western Psikologi indigenos dan Eastern Psikologi indigenos. Diambil kembali dari Universitas 85



Surabaya: http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_ detail/140/Western-Indigenos-Psychology-dan-EasternIndigenos-Psychology.html



Pranala Luar : 10 Kekayaan Alam Indonesia yang Tak Dimiliki Negara Lain. (2014, September 20). Diambil kembali dari Pusaka Indonesia: http:// www.pusakaindonesia.org/10-kekayaan-alam-indonesia-yangtak-dimiliki-negara-lain/ 10 Orang Jenius yang Berprestasi di Luar Negeri. (t.thn.). Diambil kembali dari [D.O]: http://dokuliah.blogspot. co.id/2014/07/10-orang-jenius-yang-berprestasi-di.html



86



Summary



P



sikologi indigenos dan psikologi umum memiliki tujuan menemukan fakta universal, prinsip, hukum perilaku manusia tetapi memiliki beberapa perbedaan. Psikologi umum bertujuan menemukan prinsip-prinsip yang mekanis dan universal dalam upaya untuk mengembangkan teori-teori perilaku manusia yang bersifat objektif, universal dan dipertimbangkan tanpa konteks. Psikologi indigenos merepresentasikan pendekatan yang mengandung makna, nilai, dan kepercayaan serta menekankan perolehan pengertian deskriptif mengenai fungsi manusia dalam konteks budaya. Tujuan dari Psikologi indigenos adalah untuk membentuk sains yang lebih sistematis, universal, dan teliti yang dapat dibuktikan secara teoritis dan empiris. Telah ada panggilan untuk melakukan indigenization dan perkembangan psikologi yang valid secara sosial dan kultural. Menurut Nsamenang (1995) psikologi adalah sains yang etnosentris, dibudidayakan dalam dunia yang sudah berkembang dan kemudian diekspor ke Afrika. Berry (1974) dari Kanada juga mengkritik sifat psikologi yang bergantung pada budaya dan sekaligus tidak mempertimbangkan budaya, ia meminta adanya perkembangan psikologi yang sesuai untuk Kanada. Moscovici (1972) dari Perancis menunjukkan bahwa para psikolog Amerika mengadopsi tema penelitian dan isi teori serta permasalahan yang ada di negaranya sendiri. Azuma (1964) menyatakan bahwa perkembangan universal bersifat terbatas, karena psikolog Amerika tidak dapat mengerti fenomena yang ditemukan diluar negara mereka.



87



Terdapat sepuluh karakteristik dari psikologi indigenos yang dapat diidentifikasikan. Pertama, psikologi indigenos menekankan pemeriksaan fenomena psikologi dalam beberapa konteks yaitu Keluarga, Sosial, Politik, Agama, Budaya, Ekologi. Kedua psikologi indigenos bukan ilmu yang hanya mempelajari masyarakat Native, kelompok etnis melainkan semua budaya dari setiap negara. Ketiga Psikologi indigenos mengacukan penggunaan berbagai metodologi, seperti kualitatif, kuantitatif, eksperimental, perbandingan, dan analisa filsafat. Keempat pandangan eksternal dan internal diperlukan untuk memberikan pemahaman komprehensif dan terintegrasi tentang fenomena psikologi. Kelima Psikologi indigenos berbeda dengan naïve psychology milik Heider (1958) karena para peneliti memiliki tugas untuk menerjemahkan pengetahuan episodic menjadi analitik agar dapat diujicoba dan dipastikan. Keenam Psikolog umum dan antar-budaya mengkritik psikologi indigenos dalam pengumpulan data yang bersifat idiosinkratik, kritik-kritik tersebut mencerminkan kurangnya pemahaman tentang psikologi indigenos. Ketujuh banyak psikolog indigenos mencari karya tulis filsafat dan keagamaan untuk menjelaskan fenomena indigenos tetapi karya-karya tetap perlu diuji secara empiris dan diverifikasi. Kedelapan, psikologi indigenos diidentifikasikan sebagai bagian dari tradisi sains kebudayaan sehingga mendapatkan pemahaman terintegrasi tentang pandangan orang pertama, kedua, dan ketiga diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai fungsi manusia. Kesembilan, psikologi indigenos mengacukan hubungan antar kemanusiaan dengan sains sosial. Kesepuluh, Enriquez (1993) mengidentifikasikan dua titik awal penelitian di psikologi indigenos, yaitu: Indigenization from without dan Indigenization from within. Teori-teori psikologi yang ada sulit digunakan untuk menjelaskan konsep indigenos seperti amae dan prestasi akademis 88



pelajar di Asia Timur. Ini dikarenakan teori psikologi didasarkan nilai individualistic dikarenakan teori psikologi didasarkan nilai individualistic yang mencerminkan budaya Barat. Konsep seperti rasa bersalah memiliki konotasi dan kegunaan yang sangat berbeda di Asia Timur, rasa bersalah atau berhutang kepada orang tua mereka adalah hal yang wajar. Rasa bersalah dipandang sebagai hal yang penting dalam emosi interpersonal yang mendorong bakti, prestasi, motivasi, dan kedekatan hubungan. Bandura (1999) menunjukkan teori kognitif sosial yang berfokus pada kemampuan manusia untuk mengembangkan diri adaptasi dan mengidentifikasikan empat bagian dalam agensi manusia: Intentionality, Forethought, Selfreactiveness, Self-reflectiveness. Metode bagaimana seseorang dapat mengontrol lingkungannya dapat secara langsung maupun tidak langsung dan dapat dilakukan secara individu maupun bersama orang lain. Dua tipe pengontrolan lingkungan secara langsung ada dua yaitu: Primary control, Collective control. Terdapat juga dua tipe dari kontrol yang dilakukan tidak secara langsung, yaitu: Secondary control, Proxy control. Budaya biasanya memiliki hubungan dengan ilmu tentang masa lalu, seperti sejarah, filsafat, seni, literatur, dan bahasa. Hasil dari suatu budaya merepresentasikan masa lalu, tetapi bukan seluruh budaya. Budaya yang dibangun manusia dapat memiliki berbagai makna untuk anak mereka. Jika budaya yang diciptakan oleh dan untuk dewasa diberkan pada anak, maka dapat dipandang bagaikan penjara. Jika budaya yang diciptakan dewasa tidak sesuai dengan aspirasi anak mereka, maka anak mereka akan mengubah budaya tersebut. Bandura (1997) telah menunjukkan teori yang valid dapat diaplikasikan pada berbagai situasi sosial, menggunakan berbagai metode untuk memperngaruhi perubahan pribadi, perubahan komunitas, dan perubahan besar pada masyarakat. Psikologi indigenos atau psikologi pribumi memiliki empat dimensi seperti yang diungkapkan oleh Kim dan Berry (1993) dalam (Setiono) yang terdiri atas pengetahuan psikologi didapatkan dari 89



rakyat setempat, psikologi terdiri atas perilaku sehari-hari, perilaku dipahami dan diinterpretasi dalam konteks budaya setempat dan psikologi indigenos berisi pengetahuan yang disesuaikan dengan budaya setempat. Psikologi indigenos tidak memiliki metode penelitian khusus beberapa contohnya adalah metode kualitatif yang mengumpulkan informasi tidak dalam bentuk numerik, metode kuantitatif yang datanya berupa numerik, sehingga dapat diolah secara statistic, metode eksperimental yang memiliki fitur berupa kontrol variable dan mampu menghasilkan hubungan sebab-akibat, Metode Komparatif yang menggunakan hewan sebagai material untuk lebih memahami prinsip perilaku dari manusia, Metode Multiple adalah metode yang menggabungkan beberapa metode seperti diatas dalam melakukan penelitian. Pendekatan ilmiah dalam ilmu indigenos dan cultural psychology dapat dilihat dari pendekatan transaksional. Model transaksional ini dapat menjelaskan individu sebagai agen yang mengatur tujuannya, keahlian yang ingin dikembangkannya dan memandang individu sebagai orang yang temotivasi untuk mengontrol hidupnya sendiri. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan model ini, yaitu pandangan individu terhadap situasi dan kedua adalah Metode dalam memeriksa (assess) bagaimana pandangan ini mempengaruhi seseorang dan menimbulkan perilaku, data dapat diperoleh dengan metode self-report (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Pendekatan dalam psikologi indigenos juga dapat dilihat dari pendekatan kolektif, yang muncul akibat perhatian yang kurang diberikan oleh ilmu psikologi secara umum pada konsep budaya yang menekankan pada: ekologi, budaya, politik, konteks sejarah. Beberapa panduan dalam menggunakan pendekatan indigenos dalam penelitian, yaitu: Pertama memperhatikan hubungan antara peneliti dan partisipan yang akan berpengaruh signifikan pada kualitas data yang dikumpulkan. Prinsip kedua adalah peneliti harus memperlakukan partisipan setara. Tiga, peneliti 90



harus lebih memperhatikan kesejahteraan (welfare) partisipan dibandingkan dengan pengumpulan data untuk penelitian, jangan sampai partisipan mengalami gangguan yang diakibatkan oleh pengumpulan data oleh peneliti. Prinsip keempat adalah dalam memutuskan metode penelitian, harus memperhatikan kesesuaian metode (appropriateness) dengan populasi penelitian dan dibuthkan penyesuaian pada budaya setempat (metode yang menyesuaikan diri dengan partisipan). Lima Bahasa yang digunakan adalah Bahasa daerah setempat. Beberapa fitur dari pendekatan metode dalam psikologi indigenos yang membedakannya dari pendekatan lainnya adalah (Enriquez, 1992) dalam (Kim, Yang, & Hwang, 2006) Informal culture yang terdiri aras Value&ideologies: pengetahuan dilihat sebagai praksis, kesadaran, identitas dan keikutsertaan, Beliefs&theories: menggunakan metode multi, sesuai dan total agar mendapatkan data yang valid, Norms & assumption: memperhatikan dan menyadari akan kehadiran satu sama lain. Formal culture yang terdiri atas Division of labor (peneliti dan partisipan terlibat dalam sebuah kesatuan). Distribution of power karena dibatasi oleh pemilik budaya, maka peneliti memiliki kuasa yang terbatas pula. Technological procedure yang mengandung Problem definition (definisi berasal dari budaya, dan permasalahan yang diangkat harus berdasarkan pada kesadaran yang dihasilkan). Terdapat kesamaan antara Strong method dengan konsep budaya yaitu dalam memahami sesuatu yang spesifik, dengan cara ini dapat menjelaskan sebuah fenomena pada level yang lebih konkret sehingga lebih mudah dipahami (Kim, Yang, & Hwang, 2006). Limitasi atau tantangan lainnya dalam melakukan penelelitian berbasis psikologi indigenos adalah kebingungan antara prinsip generalisasi dan universality karena tujuan akhir psikologi dan antropologi berbeda (Vasliner, 2009), tidak dibedakannya system pengetahuan psikologi dan ilmu indigenos sehingga tercipta kebingungan akan dua ilmu ini dan kekurangan pengetahuan tentang bagaimana serta apa cara yang tepat untuk melakukan penelitian. 91



Psikologi indigenos terus berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan itu terjadi bukan hanya di dunia bagian Barat saja tetapi di semua bagian Ketika psikologi indigenos diterapkan atau dipelajari, ketiga aspek yang sudah dibahas tersebut pasti masuk ke dalamnya menjadi satu kesatuan. Hal ini terjadi karena psikologi indigenos melihat sesuatu hal dalam konteks lingkup tertentu dan dalam suatu lingkup tertentu, didalamnya sudah pasti ada faktor sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berperan yang dilatarbelakangi oleh budaya dan tata cara tertentu yang dianut oleh orang yang bersangkutan di lingkup yang sedang dibahas. Budaya, adat, kepercayaan nilai subjektif lainnya diperhatikan oleh psikologi indigenos lantaran saling mempengaruhi faktor objektif seperti teori dan prinsip dasar yang sudah ada. Pada tahun 1994, psikologi pribumi secara resmi ditetapkan sebagai arah dalam penelitian unggulan di fakultas psikologi. Terdapat empat hal positif yang muncul sebagai hasil dari terbentuk dan berkembangnya CICP di Indonesia ini. Hal positif yang pertama adalah adanya gerakan indigenisasi yang terprogram dengan lebih jelas. Kedua, adanya CICP ini mampu memperkuat perspektif internasional. Hal ini terindikasi dengan trend internasionalisasi para akademisi psikologi Indonesia. Ketiga, terbentuknya CICP mendorong adanya kerjasama atau proyek penelitian kolaboratif antar universitas di Indonesia. Yang terakhir namun tidak kalah penting adalah mendorong keterlibatan dan pengembangan para peneliti muda. Keterlibatan ini tidak hanya sebatas dalam melaksanakan penelitian sesuai teknis dan prosedur yang digunakan oleh peneliti, melainkan juga dalam hal-hal yang menuntut keterampilan lebih seperti analisis data, penulisan naskah ilmiah, dan presentasi di forum-forum ilmiah nasional bahkan juga internasional. Perkembangan terus terjadi dari hari ke hari. Berbagai penelitian yang hasilnya dipublikasikan, workshop dan kongres, serta kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan psikologi indigenos 92



terus berkembang dan dibawa oleh siapapun sehingga orang Indonesia dapat semakin mengenal psikologi indigenos dan ikut terus berperan dalam mengembangkannya. Psikologi merupakan ilmu yang cukup baru berkembang di dunia. Perkembangannya didasari karena ilmu psikologi yang sudah berkembang tidak dapat diaplikasikan di wilayah non-barat. Penelitian dapat dilakukan dengan metode yang sudah ada, misalnya metode eksperimen dan sebagainya, namun juga disarankan dalam melakukan penelitian an penelitian menggunakan beberapa metode dan harus berasal dari daerah terkait. Di Indonesia sendiri, penelitian masih sangat sedikit, dan masih terpusat di Jawa, sehingga psikologi indigenus belum dapat dikatakan berkembang di Indonesia.



93



Glosarium Culture blind Culture bound



Forethought Indigenization from Within



Indigenization from Without



Intentionality



Metode eksperimental



Metode komparatif



94



adalah sesuatu yang dihasilkan (perasaan, perilaku) berasal dari otak adalah hasil-hasil tersebut tidak murni hanya dihasilkan dari otak saja, tapi juga merupakan hasil dari budaya yang dimiliki. adalah kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan konsekuensi dari suatu tindakan. adalah sebuah cara yang memandang konsep, teori dan prinsip sebagai dasar dalam mengembangkan penelitian dan metode penelitian ditentukan secara internal. adalah menggunakan teori dan prinsip yang sudah ada (universal) dan berusaha menggunakan dan mengintegrasikannya dalam penelitian yang akan dilakukan. adalah perilaku yang secara sadar dilakukan oleh seorang individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. adalah metode yang memiliki fitur berupa kontrol variabel, pengukuran yang hati-hati, dan mampu menghasilkan hubungan sebab-akibat. adalah metode yang menggunakan hewan sebagai material untuk lebih memahami prinsip perilaku dari manusia.



Metode kualitatif Metode multiple Naïve Psychology



Native People Self Reactiveness



Self Reflectiveness Strong method



Weak method



adalah metode yang mengumpulkan informasi tidak dalam bentuk numerik, data biasanya diperoleh dalam bentuk deskriptif. adalah metode yang menggabungkan beberapa metode seperti diatas dalam melakukan penelitian. teori bahwa seluruh manusia berusaha untuk memahami hubungan kausalitas antara hal satu dengan hal lainnya meskipun hubungan tersebut tidak ada. merupakan penduduk asli yang tinggal atau mendiami suatu wilayah adat. merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan regulasi diri, dengan menyeimbangkan kesenjangan antara pencapaian diri dan tujuan yang ingin dicapai. merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan refleksi atau instrospeksi ke dalam dirinya. adalah metode yang menggabungkan berbagai macam faktor yang spesifik dan yang umum dalam penelitiannya sehingga menghasilkan yang lebih efektif untuk isunya. adalah metode yang lebih menggunakan fitur-fitur umum yang ada dalam masyarakat, dan biasanya akan digunakan apabila pilihan untuk strong method tidak bisa digunakan sama sekali.



95



Pertanyaan Penuntun & Latihan A. Pertanyaan Multiple Choice 1. Fenomena yang diangkat dalam psikologi indigenos adalah, kecuali: a. Sosial b. Budaya c. Ekologi d. Ekonomi 2. Berikut ini manakah yang merupakan fokus pada kemampuan setiap manusia dalam pengembangan diri, beradaptasi, dan berubah menurut Bandura dalam teori kognitif sosial? a. 1,3 Benar b. 2,4 Benar c. 1,2,3 Benar d. 1,2,3,4 Benar 3. Empat dimensi yang dikemukakan oleh Kim and Berry (1993) dalam (Setiono) adalah, kecuali a. Pengetahuan psikologi berasal dari lingkungan terdekat b. Pengetahuan psikologi berdasarkan hasil observasi ilmiah c. Pengetahuan berdasarkan budaya yang sudah disesuaikan d. Pengetahuan yang dipahami dan diinterpretasi sesuai dengan budaya 4. Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti fenomena psikologis menurut Kim, Yang, & Hwang pada tahun 2006, adalah.. 96



a. Metode Kualitatif, Metode Kuantitatif, Metode Multiple, Metode Komparatif, dan Metode Eksperimental b. Metode Kuantitatif, Metode Observasi, Metode Multiple, Metode Komparatif, dan Metode Kualitatif c. Metode Multiple, Metode Kuantitatif, Metode Kualitatif, Metode Observasi, dan Metode Ilmiah d. Metode Kuantitatif, Metode Kualitatif, Metode Observasi, Metode Ilmiah, dan Metode Konvensional 5. Terdapat empat tahapan dari indigenasi dari jalur dalam, manakah yang bukan merupakan tahapan indigenisasi dari jalur dalam? a. Indentifikasi konsep, teori, dan metode b. Elaborasi semantic c. Asimilasi budaya versi indigenos d. Aplikasi dan penggunaan 6. Manakah yang termaksud dari arti pendekatan Technological Procedure a. Data Collection : data dikumpulkan juga melalui semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan kualitas data menjadi faktor yang penting yang harus selalu diperhatikan. b. Utilization of findings: digunakan untuk budaya tersebut, biasanya hasil penelitian tidak disebar keluar dari budaya yang bersangkutan. c. Research design: penentuan desain penelitian adalah sebagai hasil (output), bukan di desain di awal sebagai blueprint. Metode sekunder dapat diaplikasikan jika dibutuhkan, contoh survei, dan kuisioner. d. Research design: penentuan desain penelitian adalah sebagai hasil (output), bukan di desain di awal sebagai blueprint. Metode sekunder dapat diaplikasikan jika dibutuhkan, contoh survei, dan kuisioner.



97



7. Pendekatan Triangulation terdiri dari, kecuali : a. Multi-method b. Total Method c. Multi Language d. Observation Method 8. Dimanakah dari lima negara tersebut yang bukan merupakan pelopor gerakan indigenos di Asia? a. Taiwan b. India c. Indonesia d. Jepang 9. Urutkan fase indigenization sesuai dengan negara dan budaya a. 1-2-3 b. 2-3-1 c. 3-1-2 d. 3-2-1 10. Apa yang dikategorikan dari Formal Culture? a. Division of Labor & Distribution of Power b. Problem Definition & Data Collection c. Utilization of Findings & Problem Definition d. Research Design & Norms Assumption 11. Berikut ini manakah yang merupakan batasan dari pengembangan metode penelitian indigenos? a. Keunikan metode indigenos b. Isu sosial c. Penggunaan metode d. Bias hasil 12. Indonesia pernah menduduki peringkat dunia pada produksi minyaknya, manakah yang bukan peringkatnya? a. peringkat ke-25 potensi minyak terbesar dengan potensi minyaknya mencapai 4,3 milyar barrel 98



b. peringkat ke-24 pengimpor minyak terbesar dengan jumlah 370.000/hari c. peringkat ke-21 penghasil minyak mentah terbesar yaitu mencapai 1 juta barrel/hari d. peringkat ke-3 pengkonsumsi minyak terbesar yang mencapai 1 juta barrel/hari 13. Isilah titik-titik pada berikut…. a. Memory b. Skill c. Five Senses d. Capturing 14. Berikut ini adalah proses Indigenation yang dikemukakan oleh Adair (1999), yaitu: 1. Important 2. Implantion 3. Indigenization 4. Automaticalism a. 1,2,3 b. 1,3 c. 2,4 d. 1,2,3,4 15. Konsep siapa yang dihapus dalam behaviorism dan diubah menjadi aspek objektif dan subjektif yang bersifat interdependen dan saling melengkapi? a. Wilhelm Wundt & William James b. Anna Freud c. Abraham Maslow d. Sigmund Freud Kunci Jawaban : 1. D 2. D 3. B 4. A 5.C 6. D 7.D 8.C 9.C 10.A 11.A 12.D 13.C 14.A 15.A



99



B. Pertanyaan Benar & Salah 1. Indigenization from without adalah penelitian psikologi indigenos yang melibatkan teori, konsep, dan metode psikologi yang sudah ada dan mengubahkan supaya sesuai dengan budaya yang ada. (B/S) Jawaban : Benar. 2. Cultural Psychology, Psikologi indigenos, dan Social Psychology meruapakan pembahasan ada 2nd Asian Association for Social Psychology (B/S) Jawaban: Salah. Pembahasan yang dibahas adalah Cultural Psychology, Psikologi indigenos, dan Cross-Cultural Psychology 3. Indigenization From Within adalah teori dan prinsip yang ada yang akan digunakan untuk diintegrasikan dalam penelitian yang akan dilakukan (B/S) Jawaban : Salah. Indigenization from within adalah cara memandang sebuah konsep atau prinsip sesuai dengan penelitian dan metode yang ditetapkan secara internal, sedangkan mengintegrasikan dalam penelitian adalah artis dari indigenization from without 4. Mengindentifikasi kultur dan perilaku yang unik dalam penelitian adalah contoh dari Indigenization menurut kutipan dari Adair tahun 1999. (B/S) Jawaban : Benar. 5. Konsep budaya yang ditekankan pendekatan kolektif pada psikologi indigenos adalah, Ekologi, Budaya, Politik, dan Konteks Sejarah. (B/S) Jawaban : Benar 6. Bagian dari Formal culture adalah Division of Labor dan Beliefs theories. (B/S) 100



Jawaban : Salah. Bagian dari formal culture adalah division of labor dan distribution of power, sedangkan beliefs theories adalah bagian dari informal culture 7. Strong method adalah penggabungan factor spesifik dan umum untuk penelitian yang menghasilkan tingkat efektivitas yang tinggi pada isu tertentu, dan Weak Method asdalah metode dengan fitur umum yang terdapat pada masyarakat yang biasanya tidak digunakan oleh strong method. Pernyataan tersebut adalah Metode pada psikologi kognitif. (B/S) Jawaban : Benar. 8. Pelopor Indigenos di Asia adalah Taiwan, Filipina, India, dan Jepang. Jepang mewakili Azuma sebagai pelopornya. (B/S) Jawaban : Benar. Taiwan oleh K-K Yang, Filipina oleh Enriques, India oleh Shiha, dan Jepang oleh Azuma 9. Kurikulum, Lingkungan Siswa, Pedagogi, dan Sifat guru merupakan nilai budaya pada struktur pendidikan (B/S) Jawaban: Salah. Kurikulum, Bawaan Siswa, Pedagogi, dan Bawaan Guru merupakan nilai budaya dalam pendidikan 10. Psikologi indigenos adalah teori, konsep, pertanyaan, penelitian, hipotesis, metode, dan alat ukur yang mempresentasikan sebuah perilaku yang akan menunjukan hasil penelitian yang mencerminkan sebuah negara (B/S) Jawaban : Benar.



101



C. Essai 1. Perkembangan Psikologi indigenos di Indonesia ada yang bergerak di sektor batubara, Sebutkan peringkat yang pernah diraih Indonesia. a. peringkat ke-25 potensi minyak terbesar dengan potensi minyaknya mencapai 4,3 milyar barrel, b. peringkat ke-21 penghasil minyak mentah terbesar yaitu mencapai 1 juta barrel/hari, c. peringkat ke-24 pengimpor minyak terbesar dengan jumlah 370.000/hari, dan d. peringkat ke-22 pengkonsumsi minyak terbesar yang mencapai 1 juta barrel/hari. 2. Sebutkan dan Jelaskan 10 Karakteristik Psikologi indigenos yang dapat diidentifikasi a. Pertama Indigenos menekankan fenomena psikologi (Keluarga, Sosial, Politik, Agama, Budaya, dan Ekologi) b. Kedua, psikologi indigenos mencakup semua budaya, native, dan kelompok suku atau etnis dalam semua bagian negara dari ekonomi, negara industrik dan lainnya c. Ketiga, tidak ada metode khusus pada penelitian indigenos, tradisi sains punya aspek yang penting dalam metode yang sesuai untuk diselidiki pada suatu kasus d. Keempat, Orang native akan memahami indigenos dan budaya di lingkup tersebut, namun tidak menutup kemungkinan orang diluar native punya pemahaman tersebut, namun terbatas. e. Kelima, Psikologi indigenos memiliki kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan mereka, punya analisis dan mengdeskripsikan sebuah struktur dan proses. f. Keenam, Konsep indigenos sudah dianalisa dengan sindrom yang berdasarkan budaya-budaya yang ada. Misalnya Kapwa di Korea.



102



g. Ketujuh, psikologi indigenos mencakup filsafat dan keagamaan h. Kedelapan, Psikologi indigenos merupakan identifikasi dari tradisi sains dari sebuah budaya i. Kesembilan, psikologi indigenos mencakup hubungan antara kemanusiaan dan sains sosial j. Terakhir, Identifikasi titik awal penelitian psikologi indigenos adalah Indigenization from without dan From Within. 3. Sebutkan Metode yang terdapat pada penelitian psikologi indigenos a. Metode kualitatif, metode yang mengumpulkan informasi tidak berdasarkan angka, biasanya berdasarkan sebuah deskripsi sehingga tingkat analisanya cukup tinggi. Biasanya digunakan dengan teknik wawancara b. Metode Kuantitatif, metode yang berdasarkan angka biasanya mengolah data dengan statistic yang hasilnya berupa table dan grafik c. Metode eksperimental, metode yang mengontrol variable untuk mengukur dan menghasilkan hubungan sebabakibat pada analisis tersebut akan muncul hipotesis d. Metode komparatif, metode yang menggunakan hewan untuk memahami perilaku manusia e. Dan Metode multiple adalah metode yang menggabungkan beberapa metode untuk penelitian 4. Sebutkan proses indigenization dan berikan 2 contohnya a. Importation, (Mendapatkan beasiswa menempuh pendidikan di luar negri dan aktif dalam studynya) b. Implantation (Menyelesaikan sekolah dan menjadi psikolog serta menggunakan textbook untuk panduan penelitian) c. Indigenization (mengindentifikasi perilaku dan memiliki pemikiran yang unik pada budaya yang dipelajari) d. Autochthonization (Mempromosikan jurnal dan melakukan penyuntingan buku atau publikasi). 103



Milestone



Wilhelm Wundt, (1893-1920).



Yang Kuo-Shu (1932-2018).



Dalam sains, baik teori, prinsip, maupun hukum universal perlu diverifikasi secara teoritis dan empiris, bukan hanya diasumsikan. Psikologi umum telah berupaya untuk mengembangkan teori-teori perilaku manusia yang bersifat objektif, universal, dan dipertimbangkan tanpa konteks dengan meniadakan aspek subjektif dalam fungsi manusia, seperti kesadaran, agensi, makna, dan tujuan. Wundt juga mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia pada abad 20.



Cabang psikologi Indigineous ini adalah sistem yang berevolusi dari pengetahuan psikologi berdasarkan penelitian yang sesuai dengan fenomena yang diteliti dan konteks ekologi, ekonomi, sosial, budaya, dan sejarah.



Mendefinisikan psikologi indigenos sebagai studi saintifik mengenai perilaku atau pikiran manusia yang sesuai dengan asalnya, dengan maksud tidak dipindahkan dari benua lain dan dibentuk untuk masyarakat tempat asal.



Uichol Kim, (1958- ).



104



John Berry, (1939- )



Fritz Heider, (1896-1988).



Virgilio Enriquez, (1942-1994).



Mendefinisikan psikologi indigenos sebagai studi saintifik mengenai perilaku atau pikiran manusia yang sesuai dengan asalnya, dengan maksud tidak dipindahkan dari benua lain dan dibentuk untuk masyarakat tempat asal.



Manusia memiliki pemahaman yang kompleks mengenai diri mereka sendiri dan dunia sosial mereka. Mereka memiliki pemahaman praktis dan episodik, tetapi mereka berkemungkinan tidak memiliki kemampuan analisa untuk mendeskripsikan struktur dan proses yang mendasarinya. Pengetahuan episodik dan analitik merupakan dua tipe pengetahuan yang berbeda. Mengidentifikasikan dua titik awal penelitian di psikologi indigenos, yaitu: • Indigenization from without • Indigenization from within Indigenization from without melibatkan penggunaan teori, konsep, dan metode psikologi yang sudah ada dan mengubahnya agar sesuai dengan konteks budaya lokal. Pendekatan etic di psikologi antar-budaya, penelitian di psikologi budaya, dan indigenization, merupakan beberapa contoh dari indigenization from without. Dalam pendekatan ini, peneliti mengubah dan mengadaptasikan teori psikologi untuk mengintegrasikan mereka dengan pengetahuan budaya lokal. Aspek-aspek yang dapat diverifikasi antar budaya akan ditahan karena kemungkinannya menjadi teori universal untuk budaya. Teori-teori yang ada dalam psikologi kognitif, perkembangan, sosial, dan organisasi telah diubah dan diperpanjang oleh penelitian indigenos. Dalam indigenization from within, teori, konsep, dan metodi dikembangkan secara inter-



105



nal, dan informasi indigenos dianggap sebagai sumber pengetahuan utama. Sebagai contoh, salah satu nilai inti dan asumsi yang dimiliki psikolog dari Asia Timur adalah mempertanyakan penekanan dalam individualism. Di Asia Timur, semua hubungan antar seseorang dengan orang lain dianggap sebagai hal yang mendasar. Dalam Asia Timur, kata “manusia” dapat diterjemahkan secara mentah menjadi “manusia diperantara”. Maka, berbagai hal yang terjadi antar individual yang membuat kita manusia.



Mendefinisikan budaya sebagai “keseluruhan yang kompleks yang termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, tradisi dan berbagai kemamuan dan kebiasaan lain yang didapatkan oleh anggota masyarakat.



Edward Burnett Tylor, (1832-1917).



Mengajukan bahwa budaya adalah hal yang dibuat oleh manusia dalam lingkungannya.



Melville J. Herskovits, (1895-1963).



Mendefinisikan budaya sebagai asumsi yang tidak terutarakan, prosedur operasi standar, cara melakukan sesuatu yang telah diinternalisasikan hingga warganya tidak mempertanyakannya.



Harry Triandis, (1926-2019).



106



Albert Bandura, (1925- ).



Menunjukkan teori kognitif sosial yang berfokus pada kemampuan manusia untuk mengembangkan diri, adaptasi, dan berubah, dan mengidentifikasikan empat bagian dalam agensi manusia:, 1. Intentionality 2. Forethought 3. Self-reactiveness 4. Self-reflectiveness



Psikologi merupakan bagian dari natural science dan juga sebagai cultural science, karena psikologi mampu memberikan kontribusi pada kedua ilmu.



Heinz Hartmann, (1894-1970). Mencapai psikologi nusantara, tidaklah hal yang mustahil bahwa negara Indonesia ingin mengembangkan ilmu psikologi yang sesuai dan dapat diterapkan di Indonesia, dalam hal ini mengutip nama yang diberikan oleh Prof. Yohana, yaitu psikologi nusantara.



Johana E. Prawitasari



107



108