PTK - Geografi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreatifitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fungsi lain dari pendidikan adalah mengurangi kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan karena ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat menjadikan seseorang mampu mengatasi problematika. Geografi



merupakan



ilmu



pengetahuan



yang



sangat



berguna



dalam



menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari – hari dan dalam upaya memahami ilmu pengetahuan lainnya. Tujuan dari pendidikan geografi pada jenjang pendidikan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat menggunakan atau menerapkan dalam kehidupannya. Dengan demikian pendidikan geografi menjadi mata pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan menengah ( SMA )



Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran pendidikan geografi dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Namun



1



dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa sampai saat ini prestasi belajar pendidikan geografi yang dicapai siswa masih rendah. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa disebabkan karena strategi belajar mengajar atau strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih mengikuti metode lama atau dengan kata lain masih salah. Strategi belajar mengajar yang digunakan guru cenderung terpisah pisah satu dengan yang lainnya, misalnya guru memilih dengan menggunakan strategi belajar mengajar ceramah saja, kerja kelompok atau individual saja. Selain itu kedudukan dan fungsi guru cenderung lebih dominan, sehingga keterkaitan guru dalam strategi itu tampak masih terlalu besar, sedangkan keaktifan siswa masih terlalu rendah. Gejala ini sekaligus menggambarkan bahwa penggunaan strategi masih terbatas pada satu atau dua metode mengajar saja, belum meluas dan mencakup penggunaan metode secara luas dan banyak variasinya. Implikasi keadaan ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal. Melihat keadaan dan situasi itu, peneliti sebagai pengajar di kelas harus melakukan sebuah tindakan untuk memperbaiki keadaan tersebut. Tindakan penelitian yang dilakukan harus dapat mengubah pandangan siswa bahwa pendidikan geografi merupakan sesuatu yang menjemuhkan, dan membosankan. Pandangan tersebut menjadi sangat bermasalah



bagi



pembelajaran pendidikan geografi, sekali menutupi diri maka sulit bagi mereka untuk menguasai materi pendidikan geografi, dan lebih buruk bagi



2



jalan yang ditempuh untuk mengatasi kesulitan belajar ini dengan melakukan kecurangan. Ini diindikasikan sebagai cikal bakal kemerosotan moral pelajaran dengan dampak akan makin besar. Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam mengiukuti pembelajaran. Melalui strategi ini mau tidak mau, semua siswa ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan dengan judul : “Peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi dengan Pembelajaran Kooperatif Model Think pair share (TPS) kelas XI.IIS-2 SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima tahun pelajaran 2014/2015 “



B. Identifikasi Masalah Dari uraian tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Rendahnya hasil belajar geografi yang dicapai siswa disebabkan karena strategi belajar mengajar atau strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih mengikuti metode lama atau dengan kata lain masih salah. 2. Strategi belajar mengajar yang digunakan guru cenderung terpisah pisah satu dengan yang lainnya, misalnya guru memilih dengan menggunakan strategi belajar mengajar ceramah saja, kerja kelompok atau individual saja.



3



3. Penggunaan strategi masih terbatas pada satu atau dua metode mengajar saja, belum meluas dan mencakup penggunaan metode secara luas dan banyak variasinya. 4. Kemampuan guru menggunakan metode dalam pembelajaran yang bervariasi masih kuruang, sehingga hasil belajar siswa masih rendah.



C. Rumusan Masalah Dari uraian tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi dengan pembelajaran koopertif model think pair shaere (TPS) kelas XI.IIS-2 SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima tahun pelajaran 2014/2015 ? 2. Bagaimana efektivitas pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas XI.IIS-2 SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima tahun pelajaran 2014/2015?



D. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk mengetahui : 1. Peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi dengan pembelajaran koopertif model think pair shaere (TPS) kelas XI.IIS-2 SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima tahun pelajaran 2014/2015



4



2. Efektivitas pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas XI.IIS-2 SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima tahunpelajaran 2014/2015 . E. Manfaat Peelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Siswa a) Agar siswa dapat meningkatkan motivasi dalam belajar sehingga prestasi dalam pelajaran geografi, dapat meningkat. b) Sebagai sumbangan pemikiran dan diharapkan mampu memberikan ruangan dan wahana baru bagi siswa dengan adanya konsep dan teori untuk menghadapi pendidikan di masa yang akan datang. 2. Bagi Guru a) Untuk memperluas dan menambahkan wawasan serta kreativitas berfikir dalam mengembangkan potensinya sebagai pendidik. b) Diharapkan akan dapat membantu dan mempermudah para guru dalam menyampaikan materi pelajaran khususnya mata pelajaran geografi. c) Agar dapat menambah literatur guru dalam penggunaan metode, media dan strategi pembelajaran. 3. Bagi Sekolah a) Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kreativitas siswa. b) Sebagai informasi atau bahan pertimbangan lembaga dalam membuat dan menetapkan kebijakan dalam kegiatan pembelajaran.



5



4. Bagi Peneliti a) Untuk



mengetahui



sejauh



mana



kemampuan



peneliti



dalam



menerapkan ilmu dan teori yang didapat selama menjadi guru. b) Untuk bahan kajian dalam mengadakan koreksi diri, sekaligus usaha untuk memperbaiki kualitas diri sebagai peneliti (guru) yang professional dalam upaya untuk meningkatkan mutu, proses dan hasil belajar siswa sehingga mencapai hasil yang maksimal.



6



BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar Siswa 1. Pengertian Motivasi Belajar Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan. Kata "motif" dapat diartikan sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari pendekatan kata "motif" tersebut dapat ditarik persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang melatar belakangi perbuatan. Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain sebagai berikut: a. Menurut Mc. Donald,"motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan". b. Menurut Tabrani Rusyan,"motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan". c. Menurut Gleitman dan Reiber,"motivasi ialah pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah". Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan



7



energi dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Dalam pembahasan yang penulis maksud di sini adalah motivasi dalam belajar, oleh karena itu sebelum menguraikan apa itu motivasi belajar maka terlebih dahulu diuraikan tentang belajar. Menurut Sumadi Soerya Brata,"belajar adalah membawa perubahan yang mana perubahan itu mendapatkan kecakapan baru yang



dikarenakan



dengan usaha atau disengaja". Menurut L,Crow dan A,Crow, Belajar adalah perubahan tingkah laku (seperti inovasi, eliminasi atau modifikasi respon, yang mengandung setara dengan ketetapan) yang sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh pengalaman. "Pengalaman" yang serupa itu terutama yang sadar, namun kadang-kadang mengandung komponen penting yang tidak sadar, seperti biasa yang terdapat dalam belajar gerak ataupun dalam reaksinya terhadap perangsang-perangsang yang tidak teratur, termasuk perubahan-perubahan tingkah laku suasana emosional, namun yang lebih lazim ialah perubahan yang berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan simbolik atau ketrampilan gerak, tidak termasuk perubahan-perubahan fisiologis seperti keletihan atau halangan atau tidak fungsinya indra untuk sementara setelah berlangsungnya pasangan-pasangan yang terus-menerus. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.



8



Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (f) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran karena mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Fungsi motivasi adalah: (a) mendorong timbulnya suatu tingkah laku atau perbuatan seperti belajar, (b) sebagai pengarah, yaitu mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan, dan (c) sebagai penggerak, menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Dalam konteks pendidikan, motivasi dapat dipandang sebagai proses yang dapat (1) membimbing siswa memasuki pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan terjadinya belajar, (2) menggalakkan dan menggiatkan siswa untuk tetap tekun secara wajar, (3) mempertahankan pemusatan minat pada satu arah pada saat tertentu. Besar kecilnya pengaruh motivasi belajar terhadap seseorang tergantung seberapa besar motivasi itu mampu membangkitkan motivasi seseorang akan melakukan suatu pekerjaan dengan lebih memusatkan pada tujuan



9



dan akan lebih intensif pada proses pengerjaannya. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. 2. Macam-Macam Motivasi Berdasarkan pengertian di atas, motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: a) Motivasi instrintik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat dari diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain. b) Motivasi ekstrintik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain yang akhirnya dapat melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena disuruh oleh orang tua agar mendapat peringkat pertama di kelasnya. Untuk mendorong motivasi belajar terhadap siswa, maka diperlukan prinsip-prinsip motivasi belajar sebagai berikut: (1) pujian lebih efektif daripada hukuman, (2) semua siswa mempunyai kebutuhan-kebutuhan



10



psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan, (3) Motivasi instrintik lebih efektif daripada motivasi esktrintik, (4) jawaban yang serasi memerlukan usaha penguatan, (5) motivasi itu mudah menjalar terhadap orang lain, (6) pujian-pujian yang datangnya dari luar kadangkadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya, dan (7) teknik dan proses mengajar yang bervariasai adalah efektif untuk memelihara minat siswa. 5. Fungsi Motivasi Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan, pertama-tama harus ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu, begitu juga dalam dunia pendidikan, aspek motivasi ini sangat penting. Peserta didik harus mempunyai motivasi untuk meningkatkan kegiatan belajar terutama dalam proses belajar mengajar. Motivasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam belajar sebab motivasi berfungsi sebagai: a. Motivasi memberi semangat terhadap seorang peserta didik dalam kegiatan-kegiatan belajarnya. b. Motivasi perbuatan merupakan Pemilih dari tipe-tipe kegiatan-kegiatan dimana seseorang berkeinginan untuk melakukannya. c. Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku Fungsi motivasi juga dipaparkan oleh Tabrani dalam bukunya "Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar", Yaitu: a. Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan b. Mengarahkan aktivitas belajar peserta didik



11



c. Menggerakan dan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan. Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman, bahwa ada tiga fungsi motivasi, antara lain: a. Mendorong manusia untuk berbuat. b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. c. Menentukan arah perbuatan, yakni menentukan perbutan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. Setiap motivasi itu bertalian erat dengan tujuan atau suatu cita-cita, oleh karena itu semakin tinggi harapan terhadap suatu tujuan, maka semakin kuat motivasi seseorang untuk mencapai tujuan itu. Purwanto mengatakan bahwa manfaat motivasi ada 3 yaitu: a. Motivasi itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motivasi ini berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. b. Motivasi itu menentukan arah, perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan itu, semakin jelas tujuan itu, semakin terbentang jalan yang harus ditempuh. c. Motivasi itu menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan mana yang dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha-usaha pencapaian prestasi. Seseorang melakukan



12



sesuatu usaha karena adanya motivasi, dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menetukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Dengan demikian motivasi itu dipengaruhi adanya kegiatan. 6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Motivasi dalam Belajar Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Belajar dilakukan oleh setiap orang, baik anak-anak, orang dewasa, maupun orang tua dan berlangsung seumur hidup. Dalam lembaga pendidikan, motivasi merupakan salah satu penyebab keberhasilan anak didik dalam belajar. Menurut Dimyati mengatakan bahwa proses belajar siswa, dapat dipengaruhi sebagai berikut: a. Faktor Intern meliputi: sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, mengolah bahan ajar, rasa percaya diri. Kemampuan berprestasi, menggali hasil belajar yang tersimpan. b. Faktor Ekstern meliputi: guru, sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan sekolah, lingkungan sekolah, dan kurikulum. Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa motivasi merupakan penyebab keberhasilan peserta didik dalam belajar. Motivasi merupakan factor inner (batin) yang berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan



13



sehingga besarnya motivasi akan semakin besar kesuksesan belajarnya, seorang siswa yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih dan tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya, sebaliknya siswa yang motivasinya lemah tampak acuh tak acuh dan mudah putus asa, perhatian tidak tertuju pada pelajaran, suka menganggu kelas, dan sering meninggalkan kelas sehingga banyak mengalami kesulitan belajar. Untuk mengetahui adanya motivasi yang ada pada siswa kita harus mengetahui hal-hal yang berpengaruh terhadap motivasi dalam belajar siswa. Menurut Dimyati hal-hal yang berepengaruh terhadap motivasi ada yaitu: a. Cita-cita atau aspirasi siswa b. Kemampuan siswa c. Kondisi siswa d. Kondisi lingkungan e. Unsur-unsur dinamis dala belajar dan pembelajaran f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa



B. Hasil Belajar Siswa 1. Pengertian Belajar Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena “belajar merupakan suatu proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut” (Slameto, 2003: 45).



14



Seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Menurtut Logan, dkk (dalam Sujana, 1998) belajar dapat diartikan “sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan”. Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997: 231) berpendapat bahwa: “belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan



dimana-mana,



seperti



di



rumah



ataupun



dilingkungan



masyarakat. Sudjana (1998) berpendapat bahwa: “belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu” Menurut Sardiman(2006: 56) belajar adalah: “usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya”. Siswa dalam belajar mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (dalam Sardiman, 2006: 55). Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu,



15



pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain. Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Sudjana, 2005: 198) antara lain : a. Perubahan Intensional Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan. b. Perubahan Positif dan aktif Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan. c. Perubahan efektif dan fungsional Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.



16



Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 2. Pengertian Hasil Belajar Siswa Menurut Chaplin, pengertian hasil belajar atau hasil belajar adalah : “Hasil belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari kecakapan kepandaian, keahlian dan kemampuan di dalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi” (1992: 159). Pendapat Chaplin di atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh Poerwadarminta (1993 : 768) adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian hasil belajar menurut pendapat Mochtar Buchari (1986 : 94) adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya



17



yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu. Nasution (1972:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik. Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum.



C. Hakekat Pembelajaran geografi di SMA 1. Pengertian geografi Hakikat geografi sebagai ilmu, selalu melihat keseluruhan gejala dalam ruang, dengan memperhatikan secara mendalam tiap aspek yang menjadi



18



komponen keseluruhan. Geografi sebagai satu kesatuan studi (unified geography), melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, dengan mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala interelasi, interaksi, integrasi keruangan, menjadi hakikat kerangka kerja utama pada geografi dan studi geografi (Nursid Sumaatmadja, 1981: 34). Menurut Ferdinan Von Ricthoffen dalam Gatot Hermanto (2008: 5) menyebutkan bahwa geografi adalah suatu studi tentang gejala dan sifat-sifat permukaan bumi serta penduduknya yang disusun berdasarkan letak dan mencoba menjelaskan interaksi antara gejala dan sifat-sfat itu. Seminar dan lokakarya peningkatan kualitas pembelajaran geografi di Semarang tahun 1988 (Sumaatmadja: 1996), merumuskan geografi sebagai berikut: geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. Berdasarkan konsep ilmu geografi yang dikemukakan, dapat dilihat bahwa geografi dan studi geografi berkenaan dengan: (1) permukaan bumi (geosfer), (2) alam lingkungan (atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer), (3) umat manusia dengan kehidupannya (antroposfer), (4) penyebaran keruangan gejala alam dan kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan, serta (5) analisis hubungan dan keruangan gejala-gejala geografi di permukaan bumi. Oleh karena itu pembelajaran geografi meliputi:



19



1) Alam lingkungan yang menjadi sumber daya bagi kehidupan. 2) Penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya. 3) Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi. 4) Kesatuan regional yang merupakan perpaduan wilayah darat, perairan dan udara di atasnya. Ruang lingkup inilah yang memberikan ciri dan karakteristik pembelajaran geografi yang akan diproses pada pembelajaran geografi, materinya selalu digali dari permukaan bumi pada suatu lokasi untuk mengungkapkan corak kehidupan manusia yang memberikan ciri khas kepada wilayah yang bersangkutan sebagai hasil interaksi faktor-faktor geografis pada lokasi yang bersangkutan. Secara bertahap dan makin lama makin luas dan mendalam, materi-materi geografi itu dalam proses belajar mengajarnya tidak keluar dari ruang lingkup pembelajaran geografi yang menjadi ciri khasnya. 2. Pembelajaran geografi Pembelajaran menurut Degeng dalam bukunya Hamzah B.Uno (2006: 2) adalah upaya membelajarkan siswa. Dalam pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan. Menurut Oemar Hamalik (2007:



25),



pembelajaran



merupakan



20



suatu



proses



penyampaian



pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menggunakan cara menuangkan pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran



geografi



merupakan



pembelajaran



tentang



aspek-aspek



keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Pembelajaran geografi merupakan pembelajaran tentang hakikat geografi yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing (Nursid Sumaatmadja, 2001: 12). Berdasarkan Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), pembelajaran geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi peserta didik didorong utuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk poal muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis dipermukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah. Pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai diperoleh dalam pembelajaran geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif dan bertanggung jawab dalammenghadapi masalah sosial, ekonomi dan ekologis.



21



D. Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share (TPS) 1. Pembelajaran Kooperatif Pengajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001). a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain. Karena



sifatnya



yang



individual



maka



manusia



yang



satu



membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.



22



Perbedaan antarmanusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antarsesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”. b. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam



pembelajaran



kooperatif



adalah



adanya:



“(1)



saling



ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan” (Abdurrahman & Bintoro, 200:78-79) 1) Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan



23



yang saling membutuhan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi ntuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah. 2) Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. 3) Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudanya dalam belajar kelompok.



Meskipun



demikian,



penilaian



ditujukan



untuk



mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang memerluan bantuan dan siapa anggota kelompok



24



yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan urunan demi kemajian kelompok. Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual. 4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa. Menciptakan suasana belajar kooperatif bukan pekerjaan yang mudah. Untuk menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang cukup pula. 2. Pembelajaran Kooperatif Model TPS ( Think Pair Share ) Metode ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas Maryland dan mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas



25



secara keseluruhan. Metode Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Guru tersebut memilih metode Think-Pair-Share daripada metode Tanya jawab untuk kelompok secara keseluruhan (whole-group question and answer). Lyman dan kawan-kawannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a) Langah 1 – Berpikir (Thinking): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. b) Langkah 2 – Bepasangan (Pairing): Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu su khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untu berpasangan. c) Langkah 3 – Berbagi (Sharing): Pada akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari



26



pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atu separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.



E. Hipotesis Tindakan Dari uraian tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3. Motivasi



dan



hasil



belajar



geografi



dapat



ditingkatkan



dengan



pembelajaran koopertif model think pair shaere (TPS) kelas XI.IIS-2 SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima tahun pelajaran 2014/2015 . 4. Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar geografi kelas XI.IIS-2 SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima tahun pelajaran 2014/2015



27



BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Subjek penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar geografi di SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan bahwa kelas XI-IIS-2 SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima hasil belajarnya dalam pelajaran geografi masih rendah. Motivasi siswa dalam belajar masih rendah sehingga siswa kurang respon terhadap pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara bertahap-tahap sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Jumlah siswa secara keseluruhan dapat disajikan dalam tabel berikut : TABEL 3.1 JUMLAH SISWA KELAS XI.IIS-2 SMA NEGERI 1 WAWO KABUPATEN BIMA TAHUN PELAJARAN 2014/2015



No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



NAMA SISWA



L/P



A.DINDA PUTRI DEWI OLSA



P



AHMADIN



L



ANDRILIA



P



ARIO BASTIAN



L



AZRINA SALSABILAH



P



BEBY APRILLYA WULANDARI



P



ERI SENSURYATI FADHILATUNNISA'A DWI APRIANI FARADILLA



P



FENNY FEBRYANY



P



P P



28



Keterangan



11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



FITRIA RAMDANI



P



I KETUT SURYANTARA



L



IMAM FAJAR



L



IRIN WULANDARI



P



M. ALFIAN ANSHARI



L



M. HAIKAL PUTRA



L



M.FIRDAUS ADHIM



L



MAGFAR RAMADHAN



L



MUH. FURKAN RAMADHAN



L



MUHAMMAD RAMADHAN JAMALULLAIL



L



21 22 23 24 25 26



NUR HAERANI



P



NURHAEDAH



P



NURUL MUSLIMAN



P



RIKI SAPUTRA



L



SAGITA SASMITA



P



SAHWATUN SA'ADAH



P



TOTAL



26 Orang



Sumber Data : Dokumen SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima Tahun Pelajaran 2014/2015 .



B. Setting Penelitian 1. PTK dilakukan pada siswa kelas XI.IIS-2 SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima tahun pelajaran 2014/2015 . 2. Lokasi penelitian Penelitian ini di lakukan di SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima pada siswa kelas XI. IIS-2. 3. PTK dilakukan pada siswa kelas XI.IIS-2, dengan jumlah siswa terdiri dari 26 orang ( Laki = 11 orang ; P = 15 orang ).



C. Rancangan Penelitian 1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus



29



2. Kegiatan dilaksanakan dalam Semester Ganjil tahun pelajaran 2014/2015 . 3. Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai tanggal 13 September sampai dengan 18 Oktober 2016. Dalam pelaksanaan tindakan,rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang meliputi ; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Rancangan



Penelitian



Tindakan



Kelas



(



PTK



)



menurut



( Arikunto,Suharsimi,2006;74 ) adalah seperti gambar berikut : digambarkan sebagai berikut: Permasalahan



Perencanaan tindakan I



Permasalahan baru hasil refleksi



Refleksi



Pelaksanaan tindakan I



Pengamatan/ pengumpulan data I



Perencanaan tindakan II



Apabila permasalahan belum terselesaikan



Refleksi II



Dilanjutkan ke siklus berikutnya



Gambar : 3.1 Alur Penelitian Tindakan kelas



30



Pelaksanaan Tindakan II



Pengamatan/ pengumpulan data II



1. Perencanaan a. Menyusun RPP pada KD. b. Menyiapkan instrumen penelitian untuk guru dan siswa c. Menyiapkan format evaluasi pretes atau pos tes d. Menyiapkan sumber belajar berupa materi diskusi, kertas folio, dan alat tulis lainnya. e. Mengembangkan



skenario



pembelajaran



dengan



pembelajaran



kooperatif model think pair share (TPS) 2. Tindakan a. Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki KD yang dibahas. b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai c. Guru menjelaskan materi pelajaran hari itu dengan menjelaskan langkah kerja model pembelajaran yang digunakan d. Guru membagi kelompok dalam 5 kelompok dengan anggota 3-5 siswa masing masing kelompok. e. Siswa diberi kesempatan membuka kembali hasil bnelajar di rumah yang sudah disiapkan pada masing masing kelompok f. Guru memotivasi seluruh peserta untuk berpartisipasi dalam diskusi kelopmpok dan menuliskan hasilnya pada kertas yang disediakan



31



g. 25 menit kemudian guru membantu menempelkan hasil diskusi di dinding kelas. h. Guru memberikan kesempatan pada masing masing kelompok untuk memamrkan hasil kerja kelompok dengan memberikan kesempatan 3 anggota kelompok bisa berkunjung pada kelompok lain dan 2 menunggu pada standa kelompok masing masing. i. Guru sambil berkeliling memberikan penghargaan pada setiap kelompok j. Selesai berkunjung siswa dipersilakan kembali pada kelompoknya untuk melihat kekurangan masing masing. k. Guru menanyakan pada semua kelompok , kelompok mana yang terbaik hasil diskusinya,guru memberi penghargaan. l. Guru mendiskusikan kembali denghan seluruh siswa bila perlu mengadakan pengembangan materi m. Guru membagikan angket dan memerintahkan siswa mengisi. 3. Pengamatan a. Observasi ( kolaborasi ) mengamati kegiatan guru pada saat pembelajaran dan mengamati kegiatan siswa dengan menggunakan instrumen pengamatan pembelajaran guru dan siswa. b. Guru mengevaluasi respons siswa selama pembelajaran dari angket yang diisi siswa. c. Guru mengevaluasi kegiatannya dengan menggunakan angket guru.



32



4. Refleksi a. Pada tiap siklus siswa yang ada dalam kelompok apakah masih belum mengerti tugas sehingga KBM belum berjalan dengan lancar. b. Siswa yang masih belum dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan tepat c. Siswa yang masih banyak kesulitan untuk menemukan/mencari sumber belajar sehingga hasil yang ditulis belum sempurnah. d. Pada saat diberi kesempatan berkunjung ke kelompok lain adakah siswa yang mau bertanya. e. Pada saat presentasi adakah kelompok yang kurang percaya diri. Berdasarkan hasil refleksi siklus 1 dapat disimpulkan untuk mencari alternatif pada siklus 2 dan siklus 3.



D. Variabel Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini variabel yang diteliti adalah peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi melalui pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) kelas XI.IIS-2 SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima. Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut : Variabel Harapan



:



Variabel Tindakan :



Peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi. Penerapan pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS).



Adapun indikator yang diteliti dalam variabel harapan terdiri dari: 1. Kemampuan meningkatkan hasil belajar siswa pelajaran geografi.



33



2.



Kemampuan siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa pelajaran geografi melalui pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS).



3. Keefektifan pembelajaran geografi melalui pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS).



Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut : 1. Tingkat kualitas perencanaan 2. Kualitas perangkat observasi 3. Kualitas operasional tindakan 4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan kelas 5. Kesesuaian teknik yang digunakan meningkatkan hasil belajar siswa pelajaran geografi. 6. Tingkat



efektifitas



pelaksanaan pembelajaran dengan



penggunaan



Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS). 7. Kemampuan siswa dan guru dalam menerapkan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS). E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data : Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu : 1



Siswa



:



Diperoleh data tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi.



2



Guru



:



Diperoleh data tentang penerapan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS).



34



2. Teknik Pengumpulan Data : Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan observasi dan tes. F. Indikator Keberhasilan Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap sudah berhasil apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa apabila 85 % siswa (kelas yang diteliti) telah mencapai ketuntasan dengan standar ideal 75. Jika peningkatan tersebut dapat dicapai pada tahap siklus 1 dan 2, maka siklus selanjutnya tidak dilaksanakan karena tindakan kelas yang dilakukan sudah dinilai efektif sesuai dengan harapan dalam kurikulum 2015. G. Teknik Analisis Data Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ; 1. Kuantitatif Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan hasil belajar belajar siswa pelajaran geografi dengan menerapkan pembelajaran melalui Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) dengan menggunakan persentase ( % ). 2. Kualitatif Teknik analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan.



35



H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Berikut disajikan rencanakan kegiatan penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal, 13 September – 18 Oktober 2016 ( 6 Minggu efektif ) yang dibuat dalam bentuk gambar diagram ( Gant Chart ) sebagai berikut : TABEL 3.2 JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN Waktu ( Minggu ) ke,... N0



Rencana Kegiatan 1



1



Persiapan



X



Menyusun Konsep Pelaksanaan Menyepakati Jadwal dan Tugas Menyusun Instrumen



X



2



Pelaksanaan



3



Menyiapkan kelas dan alat Melakukan Tindakan Siklus I Melakukan Tindakan Siklus II Melakukan Tindakan Siklus III Menyusun Laporan



3



4



5



6



X X



X X



X X



X X



Menyusun Konsep Laporan Perbaikan Laporan Penggandaan Penelitian



2



X



X



X X



Hasil



X



36



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data dan Temuan Penelitian 1. Perencanaan Tindakan Penelitian ini menggunakan model pembelajaran koopertif model think pair shaere (TPS). Tujuan yang diharapkan pada pertemuan pertama dalam pembelajaran geografi kelas XI.IIS-2 SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima adalah mendeskripsikan materi geografi. Agar tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a) Menyusun instrumen pembelajaran b) Menyusun Instrumen Monitoring c) Sosialisasi kepada siswa d) Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran e) Melakukan refleksi f) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ke dua berdasar refleksi siklus pertama g) Melaksanakan pembelajaran pada siklus kedua h) Melakukan Observasi i) Melakukan refleksi pada siklus kedua j) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus kedua



37



k) Melaksanakan pembelajaran pada siklus ketiga l) Melakukan Observasi m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga n) Menyusun laporan 2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang terdiri dari enam kali pertemuan. Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 40 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 13 s.d 20 September 2016 dan pertemuan kedua pada tanggal 27 September s.d 04 Oktober 2016, dan pertemuan ke tiga 11 s.d 18 Oktober 2016. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan prosedur rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran.



SIKLUS 1 a) Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolaan pembelajaran. b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 s.d 20 September 2016 di SMA Negeri 1 Wawo



38



Kabupaten Bima tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 38 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I. adalah seperti pada tabel berikut :



Tabel 4.1 : Destribusi Hasil Tes Mata Pelajaran geografi pada Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18



NAMA SISWA A.DINDA PUTRI DEWI OLSA AHMADIN ANDRILIA ARIO BASTIAN AZRINA SALSABILAH BEBY APRILLYA WULANDARI



ERI SENSURYATI FADHILATUNNISA'A DWI APRIANI FARADILLA FENNY FEBRYANY FITRIA RAMDANI I KETUT SURYANTARA IMAM FAJAR IRIN WULANDARI M. ALFIAN ANSHARI M. HAIKAL PUTRA M.FIRDAUS ADHIM MAGFAR RAMADHAN



39



Skor 75 76 50 45 45 85 55 60 60 60 60 60 75 81 55 55 56 70



Keterangan Tidak Tuntas Tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √



80 76



√ √



21 22 23 24 25 26 Jumlah Total Skor Maksimum Individu



76 79 80 60 60 60 1694 100



√ √ √



-



√ √ √ -



Skor Maksimum Kelas



2600



-



-



19 20



MUH. FURKAN RAMADHAN MUHAMMAD RAMADHAN JAMALULLAIL NUR HAERANI NURHAEDAH NURUL MUSLIMAN RIKI SAPUTRA SAGITA SASMITA SAHWATUN SA'ADAH



Ketrangan : Jumlah siswa yang tuntas



: 10 Orang



Jumlah siswa yang belum tuntas



: 16 Orang



Klasikal



: belum tuntas.



Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa untuk pelajaran geografi adalah 65.15% atau ada 6 siswa dari 26 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 38.46% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS). c) Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:



40



(1) Guru



kurang



baik



dalam



memotivasi



siswa



dan



dalam



menyampaikan tujuan pembelajaran (2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu (3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. d) Revisi Rancangan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang dilakukan. 2) Guru



perlu



mendistribusikan



waktu



secara



baik



dengan



menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan 3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.



SIKLUS II a) Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan



41



Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 September s.d 04 Oktober 2016 di SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima tahun pelajaran 2014/2015 . Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut; Tabel 4. 2 : Destribusi Hasil Tes Mata Pelajaran Geografi dengan Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share (TPS) Pada Siklus II Keterangan No NAMA SISWA Skor Tidak Tuntas Tuntas A.DINDA PUTRI DEWI OLSA 1 83 √ AHMADIN 2 85 √ ANDRILIA 3 69 √ ARIO BASTIAN 4 59 √ AZRINA SALSABILAH 5 56 √ BEBY APRILLYA WULANDARI 6 59 √ ERI SENSURYATI 7 55 √ FADHILATUNNISA'A DWI 8 76 √ 9 10



APRIANI FARADILLA



76 64



FENNY FEBRYANY



42



√ √



11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



FITRIA RAMDANI I KETUT SURYANTARA IMAM FAJAR IRIN WULANDARI M. ALFIAN ANSHARI M. HAIKAL PUTRA M.FIRDAUS ADHIM MAGFAR RAMADHAN MUH. FURKAN RAMADHAN MUHAMMAD RAMADHAN JAMALULLAIL NUR HAERANI



79 70 79 75 61 59 56 59 87 86



21 22 NURHAEDAH 23 NURUL MUSLIMAN 24 RIKI SAPUTRA 25 SAGITA SASMITA 26 SAHWATUN SA'ADAH Jumlah Total Skor Maksimum Individu



56 86 56 76 76 79 1822 100



Skor Maksimum Kelas



2600



√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -



-



-



-



Ketrangan : Jumlah siswa yang tuntas



: 14 Orang



Jumlah siswa yang belum tuntas



: 12 Orang



Klasikal



: belum tuntas.



Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa pelajaran geografi adalah 70.07 % dan ketuntasan belajar mencapai 53.84 % atau ada 14 siswa dari 26 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan cukup lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran selalu diadakan tes 43



sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS).



c) Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut : 1) Memotivasi siswa 2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep 3) Pengelolaan waktu d) Revisi Pelaksanaaan Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III antara lain: 1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. 2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.



44



4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.



SIKLUS III a) Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b) Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 11 s.d 18 Oktober 2016 di SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar



mengajar



mengacu



pada



rencana



pelajaran



dengan



memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses



45



belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut ; Tabel 4.3 : Destribusi Hasil Tes Mata Pelajaran Geografi dengan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) pada Siklus III Keterangan No NAMA SISWA Skor Tidak Tuntas Tuntas A.DINDA PUTRI DEWI OLSA 1 84 √ AHMADIN 2 90 √ ANDRILIA 3 75 √ ARIO BASTIAN 4 75 √ AZRINA SALSABILAH 5 80 √ BEBY APRILLYA WULANDARI 6 75 √ ERI SENSURYATI 7 76 √ FADHILATUNNISA'A DWI 8 80 √ 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



APRIANI FARADILLA FENNY FEBRYANY FITRIA RAMDANI I KETUT SURYANTARA IMAM FAJAR IRIN WULANDARI M. ALFIAN ANSHARI M. HAIKAL PUTRA M.FIRDAUS ADHIM MAGFAR RAMADHAN MUH. FURKAN RAMADHAN MUHAMMAD RAMADHAN JAMALULLAIL NUR HAERANI



21 22 NURHAEDAH 23 NURUL MUSLIMAN 24 RIKI SAPUTRA 25 SAGITA SASMITA 26 SAHWATUN SA'ADAH Jumlah Total Skor Maksimum Individu



46



75 80 81 76 79 77 75 81 77 76 79 81



√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √



91 76 85 80 82 80 2066 100



√ √ √ √ √ √ -



-



Skor Maksimum Kelas



2600



-



-



Ketrangan : Jumlah siswa yang tuntas



: 26 Orang



Jumlah siswa yang belum tuntas



: - Orang



Klasikal



: Sudah Tuntas.



Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif pelajaran geografi sebesar 79,72% secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 100 % ( termasuk kategori tuntas ). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya



peningkatan



kemampuan



guru



dalam



menerapkan



pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS), sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai.



c) Refleksi Pada tahap ini dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS). Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 47



(1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masingmasing aspek cukup besar. (2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. (3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. (4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. d) Revisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) dengan baik, dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS), dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.



48



B. Analisis Hasil Kegiatan Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan hasil sebagai berikut :



Tabel 4.4 : Analisis Hasil Tes Tentang Pembelajaran Geografi Dengan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) sebelum dan sesudah diberi tindakan. Skor sebelum Skor setelah Skor setelah No Responden Tindakan Tindakan 1 Tindakan 2 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 1



A.DINDA PUTRI DEWI OLSA



75



83



84



2



AHMADIN



76



85



90



3



ANDRILIA



50



69



75



4



ARIO BASTIAN



45



59



75



5



AZRINA SALSABILAH



45



56



80



6



BEBY APRILLYA WULANDARI



85



59



75



7



ERI SENSURYATI



55



55



76



8



FADHILATUNNISA'A DWI APRIANI



60



76



80



9



FARADILLA



60



76



75



10



FENNY FEBRYANY



60



64



80



11



FITRIA RAMDANI



60



79



81



12



I KETUT SURYANTARA



60



70



76



13



IMAM FAJAR



75



79



79



14



IRIN WULANDARI



81



75



77



15



M. ALFIAN ANSHARI



55



61



75



16



M. HAIKAL PUTRA



55



59



81



17



M.FIRDAUS ADHIM



56



56



77



18



MAGFAR RAMADHAN



70



59



76



19



MUH. FURKAN RAMADHAN



80



87



79



49



20



MUHAMMAD RAMADHAN JAMALULLAIL



76



21



NUR HAERANI



76



56



91



22



NURHAEDAH



79



86



76



23



NURUL MUSLIMAN



80



56



85



24



RIKI SAPUTRA



60



76



80



25



SAGITA SASMITA



60



76



82



26



SAHWATUN SA'ADAH



60



79



80



1694



1822



2066



Skor Maksimum Individu



100



100



100



Skor Maksimum Kelas



2600



2600



2600



Jumlah Total



86



81



Analisis Data Deskriptif Kuantitatif 1. Pencapaian motivasi dan hasil belajar siswa melalui sebelum dan sesudah diberi tindakan sebelum diberi tindakan = 2010x 100% = 65.15% 2600 2. Pencapaian peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) sebelum dan sesudah diberi tindakan setelah diberi tindakan = 1822 x 100% = 70.07 % 2600 3. Pencapaian peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) sebelum dan sesudah diberi tindakan setelah diberi tindakan, pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan akademik = 2066x 100% = 79,47%. 2600



50



Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa A. Terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar setelah diberi tindakan yaitu terjadi 65.15% menjadi 70.07% ada kenaikan sebesar = 4,92 % B. Dari sebelum tindakan ( siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai dengan ( siklus 3 ) 58,06 % menjadi 70.07 %, dan dari ( siklus 2 ) ke (siklus 3 ) juga ada peningkatan sebanyak 79,47 % - 70.07 % = 9,39 %. C. Rata – rata siswa sebelum diberi tindakan naik 38.46 % pada silklus I, meningkat 53.84% pada siklus II, dan siklus III menjadi 100 %. D. Dari tindakan siklus 2 dan setelah tindakan ( siklus 3 ) 70.07 % menjadi 79,47 % berarti ada peningkatan motivasi dan hasil belajar sebanyak 79,47% - 70.07 % = 9,39%. Refleksi dan Temuan Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat dikatakan sebagai berikut : a. Pertemuan pertama kegiatan belajar-mengajar dengan menerapkan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) belum berhasil karena dalam pembelajaran masih terlihat siswa yang bermain, bercerita, dan mengganggu siswa lain; b. Model Pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) dalam hal peningkatan prestasi belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas. c. Mungkin karena proses belajar mengajar yang dilakukan adalah pembelajaran dengan Pembelajaran kooperatif model think pair share 51



(TPS) yang baru mereka laksanakan sehingga siswa merasa kaku dalam menerapkannya. d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada pertemuan kedua dan ketiga proses kegiatan belajar - mengajar berjalan baik, semua siswa aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, seluruh siswa langsung aktif belajar.



C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran dengan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru ( ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III ) yaitu; 65.15% ; 70.07 % ; 79,47%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.



52



3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran geografi



dengan menerapkan pembelajaran dengan



pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) yang paling dominan



adalah



bekerja



mendengarkan/memperhatikan



dengan penjelasan



menggunakan guru,



dan



alat/media, diskusi



antar



siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana persentase untuk aktivitas di atas cukup besar.



Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa untuk pelajaran geografi menerapkan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 38 orang siswa yang hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai ; 65.15% ; 70.07 % ; 79,47 %. Dari analisis data di atas bahwa pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) diterapkan pada pembelajaran geografi kelas XI-



53



IIS-2 yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada siswa kelas XI.IIS-2, oleh karena itu diharapkan kepada para guru SMA dapat melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran koopertif model think pair shaere (TPS) di kelas XI. Berdasarkan kerikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) siswa dikatakan tuntas apabila siswa telah mencapai nilai standar ideal 70 mencapai ≥ 85 %. Sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai ≥ 75 pada ( siklus 3 ) mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam KTSP yaitu mencapai 100 % Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.



54



BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima mata pelajaran geografi yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu; 65.15% ; 70.07% ; 79,47%. 2. Penerapan dengan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) pada pelajaran geografi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 3. Penerapan dengan pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) dapat meningkatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi pelajaran berikutnya.



B. Saran-Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar di SMA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :



55



1. Untuk melaksanakan Model dengan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pemberian model dengan Pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, di mana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMA Negeri 1 Wawo Kabupaten Bima 2014/2015 .



56



tahun pelajaran



DAFTAR PUSTAKA A. Sardiman. 1990, "Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar", Jakarta: CV. Rajawali Pers. Ahmadi Abu, 1993. Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses. Solo: C.V Aneka, Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta. ________________.2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya B. Uno, Hamzah. 2007, "Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di bidang Pendidikan", Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar.1992, "Psikologi Belajar dan Mengajar", Bandung: Sinar Baru. __________. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Nur,Muhammad,1977.Proses penyusunan instrumen.Bandung : Pascasarjana IKIP Bandung ( tidak dipublikasikan. Nursid Sumaatmadja. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: alumni. _______________,1996. Manusia Dalam Konteks Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta.



Sosial,



Budaya



dan



Suryabrata, Sumadi. 1984, "Psikologi Pendidikan", Jakarta: Rajawali Press. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktif. Jakarta : Prestasi Pustaka.



57



Lampiran 1



58



No



DAFTAR HADIR SISWA DALAM KEGIATAN PENELITIAN KEHADIRAN L I II III IV V NAMA / Tgl. Tgl. Tgl. Tgl. Tgl. P 13-09 20-09 27-09 04-10 11-10 2016



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26



A.DINDA PUTRI DEWI OLSA AHMADIN ANDRILIA ARIO BASTIAN AZRINA SALSABILAH BEBY APRILLYA WULANDARI



ERI SENSURYATI FADHILATUNNISA'A DWI APRIANI FARADILLA FENNY FEBRYANY FITRIA RAMDANI I KETUT SURYANTARA IMAM FAJAR IRIN WULANDARI M. ALFIAN ANSHARI M. HAIKAL PUTRA M.FIRDAUS ADHIM MAGFAR RAMADHAN MUH. FURKAN RAMADHAN MUHAMMAD RAMADHAN JAMALULLAIL NUR HAERANI NURHAEDAH NURUL MUSLIMAN RIKI SAPUTRA SAGITA SASMITA SAHWATUN SA'ADAH



2016



2016



2016



2016



VI Tgl. 18-10 2016



P L P L P P P P P P P L L P L L L L L L P P P L P P



Bima, 13 September 2016 Peneliti



_______________________ Lampiran : 2



59



LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) Sekolah :______________________ Kelas/Semester :______________________ Pokok Bahasan :______________________



Nama Guru :_______________ Tanggal :_______________ Pukul :_______________



Bertikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek ( √ ) pada kolom yang sesuai. No I



Dilakukan ya tdk



Aspek yang diamati Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Menyampaikan



Tujuan



Pembelajaran 2. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya 3. Memotivasi Siswa II



B. Kegiatan Inti Melatih



siswa



dalam



Belajar



mengajar 1. Secara



klasikal



menjelaskan



materi dalam belajar mengajar yang akan digunakan 2. Memodelkan



pembelajaran



dengan pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) dalam proses belajar mengajar 3. Membimbing



siswa



tentang



geografi dengan pembelajaran kooperatif model think pair share



(TPS)



dalam



proses



60



1



Penilaian 2 3 4



belajar mengajar 4. Memeriksa pemahaman siswa terhadap materi kegiatan belajar geografi



dalam



belajar



mengajar 5. Memberikan latihan mandiri 6. Menyampaikan



tujuan



dan



motivasi 7. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan 8. Memberikan latihan terbimbing 9. Memberikan pemahaman dan memberikan umpan balik 10. Memberikan latihan mandiri III



Kesesuaian Metode



IV



C. Penutup Membimbing siswa materi



merangkum



pelajaran



V



Pengelolaan Waktu



VI



Suasana Kelas 1. Siswa antusias 2. Guru antusias Bima,___,__________2016 Pengamat



Keterangan : 1. Tidak Baik 2. Kurang Baik 3. Cukup Baik 4. Baik



___________________



Lampiran : 3



61



LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) Sekolah :______________________ Kelas/Semester :______________________ PokokBahasan :______________________



Nama Guru :_______________ Tanggal :_______________ Pukul :_______________



Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek ( V ) pada kolom yang sesuai.



No I



Dilakukan ya tdk



Aspek yang diamati Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Menyampaikan



Tujuan



Pembelajaran 2. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya 3. Memotivasi Siswa II



B. Kegiatan Inti 1. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan 2. Memberikan latihan terbimbing 3. Memberikan pemahaman dan memberikan umpan balik 4. Memberikan latihan mandiri



III



Kesesuaian Metode



IV



C. Penutup Membimbing siswa materi



merangkum



pelajaran



62



1



Penilaian 2 3 4



V



Pengelolaan Waktu



VI



Suasana Kelas 1. Siswa antusias 2. Guru antusias Bima,____,__________2016 Pengamat



Keterangan : 1. Tidak Baik 2. Kurang Baik 3. Cukup Baik 4. Baik



____________________



63