PTK Jadi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KOMPETENSI DASAR MENDIAGNOSA KERUSAKAN SISTEM PENDINGIN KELAS XI TKRO 4 SMK PGRI 1 TAMAN TAHUN PELAJARAN 2020/2021 PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksakan PPG



Disusun Oleh: Nama



: Slamet, ST



Nomer PPG



: 20032742710060



Jurusan



: Teknik Otomotif



UNIVERSITAS NEGERI PADANG TAHUN 2020



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan sekarang ini membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kemampuan dan kualitas yang baik untuk dapat bersaing dengan dunia internasional. Dengan pendidikan diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM di Indonesia dalam menghadapi era pasar bebas. Peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari aspek pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan yang telah disebutkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Disini sudah jelas bahwa untuk meningkatkan SDM yang berkualitas baik fisik maupun mental yang baik dibutuhkan pembangunan Peningkatan



kualitas



bidang pendidikan yang baik pula.



pendidikan



tersebut



dapat



diwujudkan



dalam



pembelajaran yang diarahkan untuk membantu peserta didik dalam mengusai kemampuan yang dipelajari guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pendidikan



kejuruan



merupakan



suatu



pendidikan



yang



mempersiapkan peserta didik untuk dapat menguasai keahlian tertentu agar menjadi tenaga kerja yang profesional. Hal ini didasarkan pada kebutuhan tenaga kerja di masa mendatang yang membutuhkan tenaga kerja yang berkualitas. Secara umum di jenjang SMK bertujuan untuk membekali peserta didiknya dengan keahlian tertentu sesuai dengan yang diminati. Hal ini sesuai dengan tujuan SMK yang dijelaskan dalam pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 yang menjelaskan bahwa “Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik 1



2



terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Berdasarkan tujuan tersebut maka untuk menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas dibutuhkan kemampuan yang memadai untuk mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMK PGRI 1 Taman Pemalang, kelas XI Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO) dibagi menjadi lima kelas yaitu kelas TKRO 1, TKRO 2, TKRO 3 TKRO 4 dan TKRO 5. Kelas XI TKRO 1 terdiri dari 39 peserta didik, kelas XI TKRO 2 terdiri dari 37 peserta didik, XI TKRO 3 terdiri dari 40 peserta didik, XI TKRO 4 terdiri dari 39 peserta didik dan XI TRKO 5 terdiri dari 38 peserta didik. Sebagian besar pembelajaran di SMK PGRI 1 Taman masih menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah) dan menulis pada papan tulis yang tidak melibatkan peserta didik secara aktif. Pembelajaran dengan metode ceramah dilaksanakan dengan cara guru menyampaikan materi di depan kelas, sedangkan peserta didik mendengarkan dan mencatat, sehingga pada waktu peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya sebagian besar peserta didik tidak



mengambil



kesempatan tersebut. Hal ini disebabkan



karena peserta didik tidak paham terkait materi yang disampaikan oleh guru. Salah satunya adalah pada mata pelajaran Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan (PMKR) kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin yang masih menggunakan metode pembelajaran ceramah. Permasalahan proses kegiatan belajar mengajar di SMK PGRI 1 Taman Pemalang adalah pada saat proses pembelajaran teori, peserta didik kurang semangat dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut disebabkan karena materi yang disampaikan oleh guru kurang dapat diterima secara maksimal oleh peserta didik, sehingga akan berdampak pada hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik di SMK PGRI 1 Taman masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari banyaknya peserta didik yang hasil belajarnya kurang dari Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yaitu 75 pada mata pelajaran Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu tindakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik. Salah satu tindakan yang dianggap dapat meningkatkan hasil



3



belajar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin adalah penggunakan model Problem Based Learning dalam penelitian tindakan kelas ini. Dalam model pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada di dunia nyata atau di sekitar peserta didik. Selain itu, model ini juga mengajarkan peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok sehingga akan menumbuhkan keaktifan dalam pembelajaran dan akan mudah diingat oleh peserta didik karena peserta didik akan memahami dan mencoba masalah yang ada oleh dirinya sendiri. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning. Dengan demikian, maka penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Kompetensi Dasar Mendiagnosa Kerusakan Sistem Pendingin Kelas XI TKRO 4 SMK PGRI 1 Taman Tahun Pelajaran 2020/2021”. B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan pemaparan latar belakang belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.



Rendahnya



tingkat



keaktifan



peserta



didik



pada



saat



proses



pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan dari guru dan bahkan ada yang tidur didalam kelas. Keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dapat berupa keterampilan peserta didik dalam bertanya, menjawab



pertanyaan,



memberikan



tanggapan,



menyampaikan



pendapat atas materi yang sedang dipelajari, dan kegiatan lainnya. 2.



Hasil belajar peserta didik belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan mata pelajaran Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin masih banyak yang belum mencapai nilai SKM yang telah ditentukan yaitu 75.



4



3.



Proses pembelajaran lebih bersifat satu arah (teacher centered). Proses pembelajaran masih memandang bahwa peserta didik hanyalah objek pembelajaran bukan subjek pembelajaran sehingga peserta didik cenderung bersikap pasif saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini membuat peserta didik kurang kesempatan untuk mengembangkan diri dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Sehingga peserta didik tidak ada dorongan motivasi untuk belajar sendiri mencari pengetahuan yang tidak dimiliki oleh gurunya.



C. ANALISIS MASALAH Dari hasil refleksi terhadap proses pembelajaran kompetensi dasar Mendiagnosa kerusakan sistem pendingin, penulis menemukan masalahmasalah penyebab kurang berhasilnya proses pembelajaran. Masalah-masalah tersebut antara lain: guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah), guru kurang terampil memvariasikan metode, pembelajaran masih bersifat satu arah (teacher centered), dan guru kurang melibatkan peserta didik dalam pembelajaran. Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran, penulis menyadari bahwa dalam mengajar guru menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode cermah dan hanya menjelaskan secara klasikal. Model pembelajaran yang seperti inilah yang membuat peserta didik menjadi bosan. Sebenarnya pengajaran akan lebih menarik bila peserta didik gembira belajar atau senang karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Hal ini dapat terwujud apabila dalam pelaksanaannya guru menggunakan



media



pembelajaran



yang



sesuai



untuk



memperjelas



pemahaman peserta didik. Dalam mengajar guru kurang terampil memvariasikan metode. Dari hasil refleksi guru menyadari bahwa dalam proses pembelajaran pemeliharaan mesin kendaraan ringan khususnya tentang kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin, guru hanya menggunakan satu metode saja yaitu ceramah. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang tertarik



5



untuk mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga pada saat guru memberi pertanyaan banyak peserta didik yang diam dan tidak bisa menjawab. Dari hasil refleksi guru menyadari bahwa guru jarang sekali melibatkan peserta didik dalam pembelajaran pada mata pelajaran pemeliharaan mesin kendaraan ringan. Hal ini menyebabkan peserta didik menjadi tidak termotivasi untuk belajar. Dari masalah-masalah tersebut, penulis membatasi masalah yang ditindaklanjuti yaitu masalah guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional



(ceramah).



Alasan



penulis



memilih



masalah



model



pembelajaran, karena masalah model pembelajaran yang penulis anggap paling mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran konvensional yang kurang tepat diterapkan pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan system pendingin menyebabkan tingkat pemahaman dan ketertarikan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran tidak optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dan ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajarnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah keaktifan dan hasil belajar adalah model pembelajaran problem based learning. Model pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai konteks pembelajaran peserta didik untuk belajar berfikir kritis dan keterampilan dalam menyelesaiakan suatu masalah dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based learning diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin dan akhirnya dapat mencapai SKM yang telah ditetapkan. D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan analisis masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:



6



1. Apakah penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan system pendingin kelas XI TKRO 4 SMK PGRI 1 Taman? 2. Apakah penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan system pendingin kelas XI TKRO 4 SMK PGRI 1 Taman? E. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, analisis masalah dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.



Untuk mengetahui peningkatan keaktifan peserta didik pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin setelah diterapkannya model pembelajaran problem based learning di kelas XI TKRO 4 SMK PGRI 1 Taman.



2.



Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin setelah diterapkannya model pembelajaran problem based learning di kelas XI TKRO 4 SMK PGRI 1 Taman.



F. MANFAAT PENELITIAN Adapun yang diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak berikut ini: 1. Manfaat Praktis



a. Bagi Peserta Didik Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin. Dan juga dapat mengembangkan pola berpikir kritis dalam pemecahan masalah. b. Bagi Guru



7



Dapat



memberikan



masukan



dan



bahan



pertimbangan



model



pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Agar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas serta agar guru lebih terampil dalam memvariasi metode dalam pembelajaran. c. Bagi Sekolah Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi sekolah agar mampu mengoptimalkan kompetensi peserta didik sehingga bermanfaat untuk semua pihak. d. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan peneliti dan sebagai sarana untuk mengaktualisasikan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan sehingga dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang penggunaan model pembelajaran. 2. Manfaat Teoritis



Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan mengenai penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar.



BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas disingkat PTK atau Classroom Action Research adalah bentuk penelitian yang terjadi di dalam kelas berupa tindakan tertentu yang dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Penelitian tindakan kelas dapat dipakai sebagai implementasi berbagai program yang ada di sekolah, dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa atau keberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai program sekolah. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengubah perilaku mengajar guru, perilaku peserta didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, dan atau mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi peningkatan



layanan



profesional



guru



dalam



menangani



proses



pembelajaran. Menurut



Arikunto,



dkk (2006), penelitian



tindakan



kelas



merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Menurut Supardi (2006), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa. Menurut Aqib (2011), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Menurut 8



9



O’Brien (Mulyatiningsih, 2011), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Menurut Kemmis dan Taggart (Padmono, 2010), penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktek tersebut. 2. Karakteristik dan Prinsip Penelitian Tindakan Kelas  Karakteristik utama penelitian tindakan kelas adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan kelas harus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif. Apabila dengan tindakan justru membawa kelemahan, penurunan atau perubahan negatif, berarti hal tersebut



menyalahi



karakter



penelitian



tindakan



kelas.



Adapun



karakteristik yang menunjukkan ciri dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1.



Inkuiri



reflektif.



Penelitian



tindakan



kelas



berangkat



dari



permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practise driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven).  2.



Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan siswa. Penelitian tindak kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan.



3.



Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering mengutamakan pendekatan empiris



10



eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas dapat berjalan dengan baik apabila dalam perencanaan dan pelaksanaannya menerapkan enam prinsip, yaitu sebagai berikut (Hopkins, 1993): 1.



Tugas pertama dan utama guru di sekolah adalah mengajar siswa sehingga apapun metode penelitian tindakan kelas yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmen sebagai pengajar. 



2.



Metode pengumpulan data yang di gunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. 



3.



Metodologi



yang



digunakan



harus



cukup



reliable



sehingga



memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya dan memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang di kemukakannya.  4.



Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang merisaukannya. Bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, guru sendiri memiliki komitmen yang diperlukan sebagai motivator intrinsik bagi guru untuk bertahan dalam pelaksanaan kegiatan yang jelas-jelas menuntut lebih dari yang sebelumnya diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pengajarnya. 



5.



Dalam menyelenggarakan penelitian tindakan kelas, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anak-anak, penelitian tindakan kelas juga hadir



dalam



suatu



konteks



organisasional



sehingga



penyelenggaraannya harus mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi.  6.



Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sejauh mungkin



11



digunakan classroom excedding perspektive, artinya permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas atau mata pelajaran tertentu,melainkan dalam perspektif yang lebih luas ini akan berlebihlebih lagi terasa urgensinya apabila dalam suatu penelitian tindakan kelas terlibat dari seorang pelaku. 3. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Menurut Hopkins (1993), penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan



tindakan



(Planning),



penerapan



tindakan



(action),



mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (Observation and evaluation). Sedangkan prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Gambar dan penjelasan langkah-langkah penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:



Gambar 1. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas



12



1. Perencanaan (Planning), yaitu persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan Penellitian Tindakan Kelas, seperti: menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan pembuatan media pembelajaran.  2. Pelaksanaan Tindakan (Acting), yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan serta prosedur tindakan yang akan diterapkan.  3. Observasi (Observe), Observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan semua rencana yang telah dibuat dengan baik, tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kegiatan observasi dapat dilakukan dengan cara memberikan lembar observasi atau dengan cara lain yang sesuai dengan data yang dibutuhkan.  4. Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas yang terhimpun sebagai bentuk dampak tindakan yang telah dirancang. Berdasarkan langkah ini akan diketahui perubahan yang terjadi. Bagaimana dan sejauh mana tindakan yang ditetapkan mampu mencapai perubahan atau mengatasi masalah secara signifikan. Bertolak dari refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan dalam bentuk replanning dapat dilakukan. 4. Model-model Penelitian Tindakan Kelas  Menurut Mulyatiningsih (2011), terdapat empat model penelitian tindakan kelas, yaitu: a. Model Kurt Lewin  Menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model Penelitian Tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian karena dialah yang pertama kali memperkenalkan action research atau penelitian tindakan. Konsep model ini terdiri dari empat komponen (siklus), yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. b. Model Riel  Model PTK ini membagi proses penelitian tindakan menjadi beberapa tahap,



yaitu:



studi



dan



perencanaan,



pengambilan



tindakan,



13



pengumpulan dan analisis kejadian, refleksi. Untuk mengatasi masalah diperlukan studi dan perencanaan. Masalah ditentukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan sehari-hari. Setelah masalah teridentifikasi kemudian direncanakan tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu dilakukan oleh peneliti. Perangkat pendukung tindakan (media, RPP) disiapkan pada tahap perencanaan. Tahap berikutnya pelaksanaan tindakan, kemudian mengumpulkan data/informasi dan menganalisis. Hasil evaluasi kemudian dianalisis, dievaluasi dan ditanggapi. Kegiatan dilakukan sampai masalah bisa diatasi. c. Model Kemmis dan Taggart  Menurut Kemiss dan Taggart (1988), prosedur penelitian terdiri dari empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus), yaitu: perencanaantindakan dan observasi-refleksi. Model ini sering diacu oleh para peneliti. Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu. Hasil observasi direfleksi untuk menentukan kegiatan berikutnya. Siklus dilakukan terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan hasil belajar maksimum. d. Model DDAER  Desain lengkap PTK disingkat DDAER (diagnosis, design, action and observation). Dalam penelitian ini hal yang pertama dilakukan bukan diagnosis masalah sebelum tindakan diagnosis penelitian. Diagnosis masalah ditulis dalam latar belakang masalah. Kemudian peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan untuk menyelesaikan masalah. B. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar tidak memandang siapa yang mengajarinya, dimana tempatnya dan apa yang diperlajari. Belajar akan menjadi penting karena



14



dapat menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh seseorang. Menurut Sugihartono, dkk (2013:74) belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemapuan yang relative permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Rusman (2017:76) belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas yang merupakan proses mental, misalnya aktivitas berpikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan, mengungkapkan dan menganalisis. Adapun aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya (produk) dan apresiasi. Sedangkan menurut Fathurohman (2017:8) belajar adalah: “Proses mental yang terjadi dalam diri seseorang untuk memperoleh penguasaan dan penyerapan informasi dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik melalui proses interaksi antara individu dengan lingkungan digunakan dengan mendiskripsikan perubahan potensi perilaku yang berasal



dari



munculnya



pengalaman,



perubahan



sehingga



perilaku



yang



menyebabkan bersifat



baik



perubahan dalam aspek pengetahuan, perilaku maupun psikomotorik yang sifatnya permanen”. Menurut Hamdayama (2016:34-45) yang dijelaskan dalam bukunya bahwa teori belajar dapat dikelompokkan menjadi empat teori belajar yaitu teori belajar behavioristik, kognitivistik, humanistik, dan konstruktivistik. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Menurut teori belajar kognitivistik, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu. Berbeda dengan teori belajar humanistik yang berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang



15



perilakunya bukan dari sudut pandang pengamatannya. Sedangkan menurut teori



belajar



konstruktivistik,



belajar



merupakan



proses



pembentukan pengetahuan oleh si pembelajar itu sendiri. Didalam belajar tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Menurut Sugihartono, dkk (2013:74) tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar, dalam aktivitas belajar



pelaku harus menyadari terjadinya perubahan dalam dirinya misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. 2) Perubahan bersifat kontinu dan fungsional, perubahan yang terjadi



didalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya. 3) Perubahan bersifat positif dan aktif, dikatakan positif apabila perilaku



senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan dikatakan aktif apabila perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. 4) Perubahan bersifat permanen, perubahan yang terjadi karena belajar



bersifat menetap atau permanen. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan tingkah laku



dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benarbenar disadari. 6) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku, apabila seseorang



belajar sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui proses interaksi antara individu



16



dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang bersifat permanen sehingga individu dapat menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Dengan adanya belajar maka tingkah laku seseorang akan berubah baik psikologis maupun fisiologisnya. Tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar, karena tingkah laku harus mempunyai ciri-ciri tertentu agar dapat dikategorikan dalam aktivitas belajar. 2. Pembelajaran Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pengertian tersebut mengandung penjelasan bahwa adanya komunikasi dan kerjasama antara peserta didik dan guru untuk menambah pemahaman dan pengetahuan dengan memanfaatkan media/sarana belajar dalam proses pembelajaran. Menurut Sugihartono, dkk (2013:80) pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisai dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Menurut Huda (2015:6) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang menyebabkan terjadinya suatu rekonstruksi pengalaman masa lalu sehingga mempengaruhi perilaku serta kapasitas seseorang atau kelompok. Pembelajaran merupakan proses utama yang diselenggarakan dalam kehidupan sekolah. Sedangkan menurut Suprihatiningrum (2016:75) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan peserta didik belajar. Kegiatan pembelajaran melibatkan berbagai komponen yaitu guru, peserta didik, model, media, lingkungan, sarana dan prasarana pembelajaran yang saling berkaitan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar.



17



Kegiatan dalam pembelajaran melibatkan komponen-komponen yang saling terkait dan menjunjung upaya tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam program pembelajaran. Komponen dalam pembelajaran meliputi pendidik, peserta didik, model, lingkungan, media dan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Seorang pendidik



harus



mampu



mengatur



komponen-komponen



dalam



pembelajaran dengan baik agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai sehingga terbentuklah interaksi yang aktif antar peserta didik, peserta didik dengan pendidk dan peserta didik dengan media pembelajaran. Didalam pembelajaran mempunyai beberapa hakikat, menurut Suprihatiningrum (2016:75) hakikat pembelajaran diantaranya adalah: 1)



Terjadinya pembelajaran dikarenakan adanya interaksi aktif antara peserta didik dengan pendidik dan lingkungan.



2)



Agar proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien maka diperlukan suatu strategi, model dan media pembelajaran yang sesuai.



3)



Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan



4)



Adanya perkembangan materi pembelajaran dan cara penyampaian agar peserta didik lebih mudah menerima pembelajaran.



5)



Aspek yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah aspek proses dan aspek hasil belajar. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi komunikasi aktif



antara peserta didik dengan guru dalam kegiatan pendidikan. Apabila komponen dalam pembelajaran saling berkaitan dan saling membantu maka proses pembelajaran dapat dikatakan baik. Persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus dipersiapkan dengan jelas agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Menurut Suprihatiningrum (2016:81-85) hal-hal pokok dalam proses pembelajaran diantaranya adalah: 1)



Interaksi pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang didominasi oleh interaksi antara guru dan peserta didik. Interaksi pembelajaran disekolah perlu dipersiapkan dengan benar dan



18



terencana. Peran guru dan peserta didik dalam interaksi pembelajaran ditentukan



oleh



strategi



ataupun



model



pembelajaran



yang



dipergunakan. Interaksi pembelajaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. 2)



Proses pembelajaran dalam perspektif peserta didik. Pembelajaran bila ditinjau dari sudut peserta didik merupakan kegiatan belajar. Peserta didik berupaya untuk mengembangkan kemampuan peserta didik, sikap dan nilai. Kemampuan peserta didik dapat berupa kemampuan intelektual, sosial, afektif dan psikomotorik. Ketika peserta didik belajar didalam kelas guru menjadi pemimbing serta pengawa kegiatan belajar peserta didik. Kegiatan belajar peserta didik dapat berlangsung secara klasikal, kelompok maupun individual. Kegiatan belajar secara klasikal cenderung membuat peserta didik pasif, berbeda dengan kegiatan belajar secara kelompok ataupun individual yang membuat peserta didik cenderung lebih aktif.



3)



Proses pembelajaran dalam perspektif guru. Berdasarkan sudut pandang guru proses pembelajaran merupakan kegiatan mengajar. Secara



sederhana



mengajar



merupakan



proses



penyampaian



pengetahuan kepada peserta didik. Guru dan peserta didik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran karena merupakan suatu keterpaduan sehingga pendekatan atau model mengajar yang digunakan guru sangat menentukan kegiatan yang dilakukan peserta didik. Didalam proses pembelajaran terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor inilah yang dapat menunjang tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran. Berikut adalah faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran menurut Suprihatiningrum (2016:8593) yaitu: 1)



Peserta didik. Peserta didik sering disebut juga sebagai peserta didik, murid, pelajar, mahapeserta didik, anak didik, pembelajaran dan sejenisnya. Pada hakikatnya peserta didik adalah manusia yang memerlukan bimbingan belajar dari orang lain yang mempunyai



19



kelebihan. Karakteristik peserta didik sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena peserta didik yang berperan sebagai penerima materi dan pencapai tujuan pembelajaran. Beberapa karakteristik peserta didik antara lain kemampuan, motivasi, perhatian, persepsi, ingatan, lupa, retensi, transfer dan lain-lain. Masing-masing karakter peserta didik memiliki pengaruh terhadap proses pembelajaran. 2)



Pendidik. Pendidik sering pula disebut pengajar, dosen, guru, pamong, pembimbing, kyai, resi, widya iswara dan lain-lain. Pada hakikatnya pendidik seseorang yang memiliki kemampuan atau kelebihan yang diberikan kepada orang lain melalui proses yang disebut Pendidikan. Seorang harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pribadi (personal),



kompetensi



sosial,



kompetensi



professional



dan



kompetensi pedagogik. 3)



Tenaga non pendidik. Tenaga non pendidik meliputi pimpinan (pengelola), staf administrasi dan tenaga bantu. Pimpinan bertugas mengelola dan mengendalikan lembaga Pendidikan. Staf administrasi merupakan tenaga yang membantu secara administrasi pada masingmasing pengelola. Sedangkan tenaga bantu yang bertugas secara non administrasi seperti sopir, tukang pengantar surat, tenaga pembersih dan



sejenisnya



juga



memilku



peran



penting



dalam



proses



pembelajaran. 4)



Lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pendidik. Lingkungan merupakan situasi dan kondisi tempat lembaga Pendidikan itu berada. Lingkungan dapat berupa keadaan masyarakat maupun lokasi lembaga pendidikan. Berdasarkan dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan



bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang terdapat didalam pendidikan untuk menciptakan kondisi belajar yang baik dengan dipengaruhi oleh beberapa komponen guna mencapai tujuan yang diinginkan. Proses pembelajaran sangatlah berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran. Apabila proses pembelajaran



20



berjalan dengan baik maka tujuan pembelajaran juga akan baik. Seorang pendidik juga sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran sehingga pendidik diharuskan mampu mengelola kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. C. Model Pembelajaran Didalam pembelajaran terdapat beberapa istilah seperti model, metode, strategi, pendekatan, teknik dan taktik. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada metode, strategi, pendekatan, teknik dan taktik. Menurut Ruseffendi (dalam buku Hamdayama 2016:127128), istilah strategi, metode, pendekatan dan teknik telah didefinisikan sebagai berikut: a.



Strategi pembelajaran adalah seperangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut.



b.



Pendekatan pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan.



c.



Metode pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran.



d.



Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan peserta didik. Sedangkan istilah yang terkait dalam strategi pembelajaran yang



mempunyai kemiripan makna, Majid (2014:13-25) juga menjelaskannya sebagai berikut: a.



Model pembelajaran, adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungai sebagai pedoman bagi perancang pengajaran serta para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.



b.



Pendekatan pembelajaran, adalah cara umum yang ditempuh guru dalam proses membelajarkan peserta didik.



21



c.



Metode pembelajaran, merupakan penyajian efektif dari muatan/konten tertentu suatu mata pelajaran sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh peserta didik.



d.



Teknik pembelajaran, dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Teknik pembelajaran juga dikaitkan dengan keterampilan yang berarti perilaku pembelajaran yang sangat spesifik.



e.



Taktik pembelajaran, merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Majid (2014:8) juga berpendapat bahwa strategi pembelajaran



merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Sugihartono (2013:81) pun mengungkapkan bahwa metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Sedangkan Hamdayama (2016:132) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan



dalam menyusun kurikulum,



mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pendidik dalam melakukan proses pembelajaran. Apabila pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka akan terbentuklah model pembelajaran. Model pembelajaran dibentuk dari gambaran pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru dari awal hingga akhir kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan wadah dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut menurut Alwi (2011:49), dapat divisualisasikan sebagai berikut:



22



Gambar 2. Bagan Model Pembelajaran Menurut Kardi dan Nur (dalam buku Majid 2014:14) mengatakan bahwa model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu: a. Rasional



teoritis



logis



yang



disusun



oleh



para



pencipta



atau



pengembangnya. b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar



(tujuan pembelajaran yang akan dicapai). c. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat



dilaksanakan dengan berhasil. d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat



tercapai. Model-model



pembelajaran



mempunyai



berbagai



macam



modelnya, menurut Hamdayama (2016:132-182) macam-macam model pembelajaran adalah sebagai berikut: a.



Model



pembelajaran



inquiry,



merupakan



rangkaian



kegiatan



pembelajaran yang menekankan para proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu



23



masalah yang dipertanyakan. b.



Model pembelajaran kontekstual, merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas peserta didik, peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya monoton dan mencatat, serta pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh komponen pembelajaran kontekstual sehingga dapat dibedakan dengan model yang lainnya yaitu (1) kontruktivisme, mendorong peserta didik agar bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengamatan dan pengalaman; (2) inquiry, didasarkan pada pencarian dan penelusuran; (3) bertanya, sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; (4) learning community, dilakukan dengan membuat kelompok belajar; (5) modeling, dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh peserta didik; (6) refleksi, proses pengkajian pengalaman yang telah dipelajari; (7) penilaian nyata, proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar peserta didik.



c.



Model pembelajaran ekspositori, adalah model pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok peserta didik supaya peserta didik dapat menguasai materi secara optimal. Dalam model pembelajaran ekspositori seorang guru harus memberikan penjelasan atau menerangkan kepada peserta didik dengan cara berceramah. Sehingga menyebabkan arah pembelajarannya monoton karena sangat ditentukan oleh guru.



d.



Model pembelajaran berbasis masalah, biasa disebut dengan problem based learning yang dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan para proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.



e.



Model pembelajaran kooperatif, adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.



f.



Model pembelajaran PAIKEM, merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Pembelajaran ini dirancang



24



agar dapat mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan optimal. g.



Model pembelajaran kuantum, kerangka perencanaan dalam model pembelajaran kuantum adalah TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Contoh pembelajaran kuantum yaitu (1) peta konsep sebagai teknik belajar efektif; (2) teknik memori, adalah teknik memasukkan informasi ke dalam otak sesuai dengan cara kerja otak; (3) sistem pasak lokasi; (4) teknik akrostik, teknik menghafal dengan cara mengambil huruf depan dari materi yang ingin diingat kemudian menggabungkannya.



h.



Model pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Model-model pembelajaran terpadu ada sepuluh jenis yaitu: (1) model penggalan; (2) model keterhubungan; (3) model sarang; (4) model urutan; (5) model bagian; (6) model jaring laba-laba; (7) model galur; (8) model keterpaduan; (9) model celupan; (10) model jaringan.



i.



Model pembelajaran kelas rangkap, pembelajaran ini menekankan dua hal utama yaitu kelas yang digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada peserta didik sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda. Macam-macam model pembelajaran kelas rangkap (PKR) adalah:



j.



1)



Model PKR 221: dua kelas, dua mata pelajaran, satu ruangan



2)



Model PKR 222 : dua kelas, dua mata pelajaran, dua ruangan



3)



Model PKR 333 : tiga kelas, tiga mata pelajaran, tiga ruangan



Model pembelajaran tugas terstruktur, tugas yang terstruktur merupakan tugas yang wajib dikerjakan oleh peserta didik guna mendalami dan memperluas penguasaan materi yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran yang sudah dikaji. Bentuk tugas terstruktur dapat berupa laporan buku,portofolio, makalah individu, dan makalah kelompok



k.



Model pembelajaran portofolio, merupakan karya terpilih dari satu kelas



25



secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk memecahkan masalah. Prinsip dasar model pembelajaran portofolio, yaitu prinsip belajar peserta didik aktif dan kelompok belajar kooperatif. l.



Model pembelajaran tematik, adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Pembelajaran tematik mempunyai beberapa prinsip dasar, yaitu : (1) bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan; (2) bentuk belajar dirancang agar peserta didik menemukan tema; (3) efisiensi



D.



Model Problem Based Learning (PBL) Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (menurut Arends dalam Abbas, 2000:13) Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsepkonsep penting, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah penggunaannya di dalam tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar. Problem Based Learning atau Pembelajaran berbasis masalah meliputi



pengajuan



keterkaitan



antar



pertanyaan disiplin,



atau



masalah,



penyelidikan



memusatkan



autentik,



kerjasama



pada dan



menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyakbanyaknya pada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain



5



26



bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah (Ibrahim 2002 : 5). Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu penilaian tidak hanya cukup dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersamasama. Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut, penilaian ini antara lain asesmen kerja, asesmen autentik dan portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana siswa menunjukkan pengetahuan dan ketrampilannya. Airasian dalam Diah Eko Nuryenti (2002) menyatakan bahwa penilaian kinerja memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks atau lingkungannya, maka disamping pengembangan kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan kurikulum yang memungkinkan siswa dapat secara aktif mengembangkan kerangka berfikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya untuk bagaimana belajar (learning how to learn). Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan siswa akan mudah beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan siswa untuk menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna (Ibrahim, 2000:19). Ketika siswa masuk kelas mereka tidak dalam keadaan kosong, melainkan mereka telah memiliki pengetahuan awal. Berdasarkan pemikiran tersebut maka pembelajaran



mengidentifikasi



komponen-komponen



utama



engine



27



gasoline perlu diawali dengan mengangkat permasalahan yang sesuai dengan lingkungannya (permasalahan kontekstual). Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Autentik, yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. b. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan



masalah



baru



bagi



siswa



yang



pada



akhirnya



menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. c. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. e. Bermanfaat, yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa. Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip debat, laporan, model fisik, video atau program komputer (Ibrahim & Nur, 2000:5-7 dalam Nurhadi, 2003:56).



28



Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama lain (paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil). Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir. Menurut Lepinski (2005) tahap-tahap pemecahan masalah sebagai berikut ini, yaitu: Tahap 1: Penyampaian Ide (Ideas) Pada tahap ini dilakukan secara curah pendapat (brainstorming). Belajar merekam semua daftar masalah (gagasan, dan ide) yang akan dipecahkan. Mereka kemudian diajak untuk melakukan penelaahan terhadap ide-ide yang dikemukakan atau mengkaji pentingnya relevansi ide berkenaan dengan masalah yang akan dipecahkan (masalah actual, atau masalah yang relevan dengan kurikulum), dan menentukan validitas masalah untuk melakukan proses kerja melalui masalah. Tahap 2: Penyajian Fakta yang Diketahui (Known Facts) Pada tahap ini, mereka diajak mendata sejumlah fakta pendukung sesuai dengan masalah yang telah diajukan. Tahap ini membantu mengklarifikasi kesulitan yang diangkat dalam masalah. Tahap ini mungkin juga mencakup pengetahuan yang telah dimiliki oleh mereka berkenaan dengan isu-isu khusus, misalnya pelanggaran kode etik, teknik pemecahan konflik, dan sebagainya. Tahap 3: Mempelajari Masalah ( Learning Issues) Pembelajar diajak menjawab pertanyaan tentang, “Apa yang perlu kita ketahui untuk memecahkan masalah yang kita hadapi?” Setelah melakukan diskusi dan konsultasi, mereka



29



melakukan penelaahan atau penelitian dan mengumpulkan informasi. Pebelajar melihat kembali ide-ide awal untuk menentukan mana yang masih dapat dipakai. Seringkali, pada saat para pebelajar menyampaikan masalah-masalah, mereka menemukan cara-cara baru untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi sebuah proses atau tindakan untuk mengeliminasi ide-ide yang tidak dapat dipecahkan atau sebaliknya ide-ide yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. Tahap 4: Menyusun Rencana Tindakan (Action Plan) Pada tahap ini, pebelajar diajak mengembangkan sebuah rencana tindakan yang didasarkan atas hasil temuan mereka. Rencana tindakan ini berupa sesuatu (rencana) apa yang mereka akan lakukan atau berupa suatu rekomendasi saran-saran untuk memecahkan masalah. Tahap 5: Evaluasi Tahap evaluasi ini terdiri atas tiga hal: 1) bagaimana pebelajar dan evaluator menilai produk (hasil akhir) proses, 2) bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk bekerja melalui



masalah,



dan



3)



bagaimana



pebelajar



akan



menyampaikan pengetahuan hasil pemecahakan masalah atau sebagai



bentuk



pertanggung



jawaban



mereka.



Pebelajar



menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya. Evaluator menilai penguasaan bahan-bahan kajian pada tahap tersebut melalui pebelajar. Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada pemecahan masalah oleh pebelajar maupun dengan cara melakukan proses belajar kolaborasi (bekerja bersama pihak lain). Suatu alat untuk menilai hasil



30



dapat dipakai sebuah rubrik. Rubrik dipakai sebagai suatu alat pengukuran untuk menilai berdasarkan beberapa kategori, misalnya: 1) batas waktu, 2) organisasi tugas (proyek), 3) segi (kebakuan)



bahasa,



4)



kemampuan



analisis,



telaah,



5)



kemampuan mencari sumber pendukung (penelitian, termasuk kajian literatur), 6) kreativitas (uraian dan penalaran), dan 7) bentuk penampilan penyajian. Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik masingmasing, hal inilah yan membedakan model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya. Karakteristik model pembelajaran problem based learning yang dikembangkan Barrow (dalam Liu 2005:2) adalah sebagai berikut: 1) Learning is student-centered



Proses pembelajaran dalam problem based learning lebih menitikberatkan pada peserta didik untuk belajar. Oleh karena itu, problem based learning didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana peserta didik didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. 2) Authentic problems from the organizing focus for learning



Masalah yang disajikan kepada peserta didik adalah masalah yang otentik sehingga peserta didik mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya dimasa yang akan datang. 3) New information is acquired through self-directed learning



Proses pemecahan masalah memungkinkan masih terdapat peserta didik yang belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga peserta didik berusaha untuk mencari sendiri melalui berbagai sumber. 4) Learning occurs in small groups



Pada pelaksanaan problem based learning, agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun



31



pengetahuan



secara



kolaborative,



problem



based



learning



dilaksanakan dalam bentuk kelompok kecil. 5) Teacher act as fasilitators



Pada pelaksanaan problem based learning, guru berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas peserta didik dan mendorong peserta didik agar dapat mencapai tujuan dari pembelajaran. 1. Sintaks model pembelajaran problem based learning Menurut Suprihatiningrum (2013:226) proses pemecahan masalah dalam problem based learning mengikuti 7 langkah, antara lain: (1) mengidentifikasi masalah dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada didalam skenario; (2) menentukan masalah; (3) brainstorming, anggota kelompok mendiskusikan dan menjelaskan masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki; (4) menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; (5) memilih solusi yang paling tepat sebagai penyelesaian masalah; (6) belajar mandiri, peserta didik belajar mandiri untuk mencari informasi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran; (7) setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar mandiri mereka dan saling berdiskusi. Pemecahan masalah dalam problem based learning harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Hal ini agar peserta didik dapat belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan pengalaman belajar dalam memecahkan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang benar. Sedangkan Arends (dalam buku Ngalimun 2016:124) berpendapat bahwa dalam mengimplementasikan problem based learning ada 5 fase/tahapan yaitu: (1) mengorientasikan peserta didik pada masalah; (2) mengorganisasi peserta didik untuk belajar; (3) membimbing



penyelidikan



individu



maupun



kelompok;



(4)



Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan



32



mengevakuasi proses pemecahan masalah. Menurut John Dewey (dalam buku Hamdayama 2016: 144) mengemukakan bahwa sintaks model pembelajaran tersebut terdapat beberapa fase antara lain: (1) merumuskan masalah; (2) menganalisis masalah; (3) merumuskan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji hipotesis; (6) merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Model pembelajaran problem based learning diterapkan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual belajar berperan sebagai orang dewasa melalui pelibatan peserta didik dalam pengalaman nyata atau simulasi. Berdasarkan



pendapat-pendapat



diatas



maka



dapat



disimpulkan bahwa sintaks model pembelajaran problem based learning



yang



memungkinkan



untuk



dikembangkan



dalam



pembelajaran kompetensi sistem bahan bakar adalah sebagai berikut: Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning Tahapan Tahap 1



Kegiatan Guru dan Peserta Didik a. Guru menjelaskan tujuan dan



Orientasi



materi pembelajaran dengan model



peserta



problem based learning



didik pada masalah



b. Guru menjelaskan tahapan dalam



problem based learning c. Guru mendeskripsikan perangkat



yang dibutuhkan dalam problem based learning d. Guru memotivasi peserta didik agar



terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.



33



Tahap 2



a. Guru membagi peserta didik menjadi



Mengorganisasi



kelompok kecil untuk memecahkan



peserta didik



masalah



untuk belajar



b. Guru mendorong peserta didik untuk



mengidentifikasi tugas-tugas Tahap 3



belajar terkait permasalahan a. Guru mendorong peserta didik



Membimbing



untuk mendapatkan informasi yang



penyelidikan



tepat berkaitan dengan materi



individu maupun



pembelajaran



kelompok



b. Guru mendorong siswa melaksanakan



mencoba memecahkan masalah c. Guru mendorong peserta didik untuk



mencai penjelasan dan solusi dari permasalahan yang Tahap 4



dihadapi. a. Guru membantu peserta didik dalam



Mengembangkan



merencanakan dan menyiapkan



dan menyajikan



laporan hasil pemecahan masalah



hasil karya



b. Guru membantu peserta didik untuk



membagi tugas dengan teman kelompoknya terkait pelaksanaan Tahap 5



presentasi. Guru membantu peserta didik untuk



Menganalisis dan



melakukan refleksi atau evaluasi terhadap



mengevaluasi



hasil presentasi dan proses yang



proses pemecahan



digunakan.



masalah 2. Kelebihan dan kelemahan model problem based learning Kurniasih dan Berlin (2015:49-50) berpendapat bahwa kelebihan model pembelajaran berbasis masalah diantaranya adalah: (1) Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif peserta



34



didik; (2) Dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah para peserta didik dengan sendirinya; (3) Meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar; (4) Membantu peserta didik dalam belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi yang serba baru; (5) Dapat mendorong peserta didik mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri; (6) Mendorong kreativitas peserta didik dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan; (7) Dengan model pembelajaran ini akan terjadi pembelajaran yang bermakna; (8) Model ini mengintregasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan; (9) Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam



bekerja,



motivasi



internal



untuk



belajar,



dan



dapat



mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Menurut Hamdayama (2016: 117) juga menjelaskan bahwa kelebihan model pembelajaran problem based learning, antara lain: (1) pembelajaran berpusat pada peserta didik karena peserta didik dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga peserta didik mampu menyerap pengetahuan dengan baik; (2) jiwa sosial peserta didik juga berkembang karena peserta didik dilatih untuk bekerja sama dengan peserta didik lain dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru; (3) peserta didik dapat memperoleh pengetahuan baru dari berbagai sumber. Sedangkan menurut Susanto (2014:88-89) menjelaska bahwa kelebihan dari model pembelajaran problem based learning antara lain: (1) pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup baik untuk memahami isi pembelajaran; (2) pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru; (3) pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik; (4) pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata; (5) pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk



35



mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan; (6) pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan diskusi peserta didik; (7) pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru; (8) pemecahan masalah dapat



memberikan



kesempatan



pada



peserta



didik



untuk



mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran berbasis masalah menurut Kurniasih dan Berlin (2015:50-51), antara lain: (1) model



ini



membutuhkan



pembiasaan,



karena



dalam



teknis



pelaksanaannya yang rumit dan peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi dan daya kreasi yang tinggi; (2) persiapan proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama, hal tersebut karena sedapat mungkin persoalan yang ada harus dipecahkan sampai tuntas, agar maknanya tidak terpotong; (3) peserta didik tidak dapat benarbenar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya; (4) tak jarang guru juga merasa kesulitan, hal tersebut disebabkan karena guru kesulitan dalam menjadi fasilitator dan mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi. Menurut Hamdayama (2016: 117) juga memaparkan kelemahan dari model pembelajaran problem based learning, antara lain: (1) untuk peserta didik yang malas. tujuan pembelajaran ini tidak dapat tercapai; (2) membutuhkan banyak waktu dan dana; (3) tidak semua pelajaran dapat diterapkan model ini. Pendapat lain dari Susanto (2014:90) yang mengungkapkan bahwa kelemahan dari model problem based learning, antara lain; (1) bila peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba; (2) keberhasilan pendekatan pembelajar melalui pemecahan masalah membutuhkan



36



cukup waktu untuk persiapan; (3) tanpa pemahaman mereka untuk berusaha memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar dari apa yang mereka pelajari. Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran problem based learning, antara lain: (1) peserta didik mampu berfikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah; (2) peserta didik akan terbiasa dalam menghadapi suatu masalah yang nyata; (3) menciptakan rasa kebersamaan karena peserta didik akan terbiasa bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi; (4) mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran; (5) mendapatkan pengetahuan atau pengalaman baru; (6) menciptakan pembelajaran yang bermakna dan tidak monoton; (7) peserta didik mampu mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan serta mengaplikasikannya dalam permasalahan yang ada di dunia nyata. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran problem based learning, antara lain: (1) pelaksanaan model pembelajaran problem based learning membutuhkan pembiasaan, waktu yang cukup lama dan dana yang tinggi; (2) pembelajarannya harus dilakukan sampai



selesai



agar



maknanya



tidak



terpotong;



(3)



model



pembelajaran ini tidak bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran; (4) jika peserta didik malas maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai; (5) guru merasa kesulitan dalam menerapkan pembelajaran ini karena guru kurang mampu mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. E. Keaktifan Belajar Keaktifan adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat aktif dalam melakukan kegiatan tertentu. Menurut Sardiman (2016:100) berpendapat bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat



37



dipisahkan. Sedangkan menurut aunurrahman (2016:119) mengungkapkan bahwa keaktifan peserta didik merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami dan dikembangkan setiap guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu keatifan peserta didik perlu didorong untuk memunculkan pontesinya yang diaktualisasikan melalui aktivitasnya agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Karakteristik pembelajaran aktif menurut Bonwell (dalam buku Arifin dan Adhi 2012:5) meliputi sebagai berikut: 1)



Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.



2)



Peserta didik tidak hanya mendengarkan penyampaian materi secara pasif tetapi mengerjakan sesuai dengan materi pelajaran.



3)



Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenan dengan materi pelajaran



4)



Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berfikir kriti, menganalisis dan melakukan evaluasi



5)



Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang aktif selalu berkaitan dengan



aktivitas- aktivitas yang dilakukan peserta didik didalam kelas. Macammacam aktivitas peserta didik menurut Paul B. Diedrich (dalam buku Sardiman 2016:101) adalah: 1)



Visual activities, yang termasuk didalamnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.



2)



Oral activities, seperti menyatakan, merumusan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.



3)



Listening activities, sebagai contoh mendengarkan percakapan, diskusi, musik, pidato.



4)



Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin



5)



Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,



38



diagram 6)



Motor activities, yang termasuk didalamnnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.



7)



Mental activities, sebagai contoh menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.



8)



Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Ada empat strategi dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar dari



peserta didik melalui pengelolaan kegiatan pembelajaran dikelas menurut Yamin dan Ansari (2009:31), yaitu: 1)



Penyediaan pertayaan yang mendorong berpikir dan berproduksi. Penyediaan pertanyaan dapat mengembangkan potensi peserta didik untuk berpikir dengan menyampaikan jenis pertanyaan produktif, terbuka dan imajinatif.



2)



Penyediaan umpan balik yang bermakna. Umpan balik yang bersifat tidak memvonis dapat membuat peserta didik merasa dihargai, dapat berpikir, dan bertanggung jawab untuk menilai mutu gagasannya sendiri.



3)



Belajar secara kelompok. Salah satu cara mengaktifkan peserta didik adalah melalui belajar secara kelompok. Karena belajar secara kelompok menuntut peserta didik untuk melakukan kegiatan secara mandiri dan dapat meningkatkan keterampilan bekerjasama peserta didik.



4)



Penyediaan penilaian yang memberi peluang semua peserta didik mampu melakukan unjuk perbuatan. Sehingga semua peserta didik menjadi lebih terpacu untuk menunjukkan kemampuannya agar dapat diberikan penilaian oleh guru. Sedangkan Usman (2009:26-27) mengemukakan bahwa upaya yang



dapat dilakukan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik adalah: 1)



Mengenali dan membantu peserta didik yang kurang terlibat. Menyelidik apa yang menjadi penyebab dan usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dari peserta didik tersebut.



2)



Menyiapkan peserta didik secara tepat. Persyaratan awal apa yang



39



diperlukan peserta didik untuk mempelajari tugas belajar yang baru. 3)



Menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual peserta didik. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan keinginan peserta didik untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar. Didalam suatu pembelajaran yang aktif juga harus mempunyai



indikator guna melihat tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran. Menurut Djamarah dan Aswan (2010:84-85) menjelaskan bahwa indikator belajar peserta didik aktif dapat dilihat dari komponen aktivitas belajar anak didik yang meliputi: 1)



Anak didik belajar secara individual untuk menerapkan konsep, prinsip, dan generalisasi



2)



Anak didik belajar dalam bentuk kelompok untuk memecahan masalah



3)



Setiap anak didik berpartisipasi dalam melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai cara



4)



Anak didik berani mengajukan pendapat



5)



Ada aktivitas belajar analisis, sintesis, penilaian dan kesimpulan



6)



Antar anak didik terjalin hubungan sosial dalam melaksanakan pembelajaran



7)



Setiap anak didik bisa mengomentari dan memberikan tanggapan terhadap anak didik lainnya.



8)



Setiap anak didik berkesempatan menggunakan berbagai sumber belajar



9)



Setiap anak didik berupaya menilai hasil belajar yang dicapainya



10) Ada upaya dari anak didik untuk bertanya kepada guru dan atau



menerima pendapat guru dalam kegiatan belajar. Aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dapat mengindikasikan keterserapan materi yang mampu dipahami oleh peserta didik tersebut. Menurut Sardiman (1986:55), aktivitas belajar yang ditunjukkan oleh peserta didik ada yang positif dan negatif. Berikut ini merupakan penjelasannya yaitu: a. Aktivitas positif



Aktivitas posisif peserta didik adalah aktivitas yang mendukung



40



pelaksanaan proses belajar dan mengajar seperti aktivitas bertanya, menjawab, diskusi dan membantu teman yang mengalami kesulitan dalam melakukan proses belajar. b. Aktivitas negatif



Aktivitas negatif peserta didik adalah aktivitas yang mengganggu pelaksanaan proses belajar dan mengajar seperti ngobrol sendiri, tidur, dan mengganggu teman lain yang sedang belajar. F. Hasil Belajar Menurut Gagne & Briggs (dalam buku Suprihatiningrum 2016:37) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik. Hasil belajar sangat berkaitan dengan belajar dan proses pembelajaran. Hasil belajar akan maksimal ketika belajar dan proses pembelajaran berjalan dengan baik. Peserta didik dapat dikatakan sudah mencapai hasil belajar ketika peserta didik tersebut telah terjadi perubahan perilaku melalui proses pembelajaran. Perubahan perilaku diperoleh peserta didik ketika sudah menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar. Pendapat lain dari Bloom (dalam buku Rusmono 2012:8) yang mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga ranah tersebut: a. Ranah kognitif



Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Sedangkan Anderson dan Krathwohl (dalam buku Rusmono 2012:8-9) menyebut ranah kognitif dibagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi kognitif terdiri atas enam tingkatan yaitu (1) ingatan; (2) pemahaman; (3) peneraparan; (4) analisis; (5) evaluasi; (6) menciptakan. Sedangkan pada dimensi pengetahuan terdiri atas empat tingkatan yaitu:



41



1)



Pengetahuan faktual, terdiri atas elemen-elemen mendasar yang digunakan pakar dalam mengkomunikasikan disiplin ilmunya, memahaminya, dan mengorganisasikannya secara sistematis.



2)



Pengetahuan konseptual, adalh pengetahuan tentang kategorikategori



dan



klasifikasi-klasifikasi



serta



hubungan



diantara



keduanya, yaitu bentuk-bentuk pengetahuan yang terorganisir dan lebih kompleks. 3)



Pengetahuan prosedural, adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu, mungkin menyelesaikan latihan-latihan yang rutin untuk menyelesaikan masalah.



4)



Pengetahuan



meta-kognitif,



adalah



pengetahuan



mengenai



pengertian umum dan kesadaran akan pengetahuan mengenai pengertian seseorang. b. Ranah afektif



Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Sudjana (2016:22) juga menjelaskan bahwa ranah afektif terdiri dari 5 aspek yaitu: 1)



Penerimaan, merupakan kepekaan peserta didik dalam menerima rangsangan atau stimulasi yang datang dari luar yang berupa masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Sikap yang dapat dilihat dari jenjang kemampuan ini adalah dari perhatian yang diberikan terhadap lingkungan sekitar. Kata kerja operasional yang digunakan dalam jenjang kemampuan penerimaan adalah mendengar, melihat, meraba, memandang, menyukai,



memilih,



mengontrol,



memperhatikan,



mewaspadai,



menggambarkan,



menghindari,



mengikuti,



dan



memberikan. 2)



Jawaban, merupakan reaksi yang diberikan oleh seorang peserta didik akibat rangsangan atau stimulus yang datang. Misalnya respon keaktifan (menjawab) seorang peserta didik terhadap suatu situasi. Kata operasional yang digunakan dalam jenjang kemampuan jawaban



42



ini, antara lain: menunjukkan, melaporkan, menuliskan, minat, reaksi, membantu, menolong, berpartisipasi, melibatkan diri, menyenangi, menyukai, gemar, cinta, puas, dan menikmati. 3)



Penilaian, berkaitan dengan nilai dan kepercayaan



terhadap



rangsangan atau stimulus yang datang. Sikap yang dapat dilihat dari jenjang kemampuan ini adalah apresiasi seorang peserta didik terhadap suatu kondisi atau rangsangan. Kata kerja operasional yang digunakan dalam jenjang kemampuan penilaian, antara lain: melengkapi, mengakui



menerangkan, dengan



tulus,



mengusulkan,



mengambil



mengidentifikasi



diri,



bagian,



mempercayai,



menyatukan diri, menginginkan, menghendaki, beritikad menciptakan ambisi, disiplin, mendedikasi diri, rela berkorban, tanggung jawab, yakin, dan pasrah. 4)



Organisasi merupakan suatu bentuk pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi. Hal ini terlihat dari sikap untuk menyatukan nilai-nilai yang ada, memecahkkan suatu masalah, dan mengonsep suatu nilai. Kata kerja operasional yang digunakan dalam jenjang kemampuan



organisasi,



antara



lain:



mengubah,



mengatur,



menggabungkan, menimbang-nimbang, menyelaraskan, menjalin, menyeimbangkan,



mengidentifikasikan,



menyusun



sistem,



membentuk filsafat hidup, mempertahankan, dan memodifikasi. 5)



Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seorang peserta didik, serta dapat mengontrol pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kata kerja operasioanl yang digunakan dalam jenjang kemampuan karakteristik nilai atau internalisasi nilai, antara lain: sabar, mendengarkan pendapat orang lain, objektif, bijaksana, adil, teguh dalam pendirian, percaya diri, dan berkepribadian.



c. Ranah psikomotorik



Ranah



psikomotorik



mencakup



perubahan



perilaku



yang



menunjukkan bahwa peserta didik telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik tertentu. Sudjana (2016: 30-31) berpendapat bahwa ranah



43



psikomotorik adalah kompetensi peserta didik dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak seorang peserta didik. Dalam ranah psikomotorik berhubungan erat dengan kerja fisik sehingga menyebabkan adanya gerakan tubuh dalam melakukan sesuatu seperti mengelas, mengecat, mengukur, dan sebagainya. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Djamarah dan Aswan (2010:141) faktor-faktor tersebut adalah: a. Faktor individu yaitu berasal dari dalam dirinya yang meliputi: 1) Kematangan.



Tingkat



pertumbuhan



mental



peserta



didik



ikut



mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam belajar. Mengerjakan sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan. 2) Kecerdasan/intelegensi. Faktor kecerdasan anak berkaitan erat dengan



kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah, dimana berfikir memegang peranan yang sangat besar. Oleh karena itu didalam memberikan pelajaran haruslah memperhatikan sifat individual peserta didik, salah satunya adalah kecerdasan tiap peserta didik yang berbeda. 3) Latihan. Sesuatu karena telatih dan seringkali mengulang maka



kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapa menjadi makin dikuasai dan sebaliknya tanpa latihan pengetahuan yang telah dimiliki menjadi berkurang dan bahkan akan hilang. 4) Motivasi. Motivasi ada dua yaitu motivasi instrinsik yaitu motivasi



yang timbul dari dalam diri seseorang, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar diri seseorang tersebut atau berasal dari orang lain. 5) Sifat-sifat pribadi seseorang. Tiap-tiap orang memiliki sifat dan



kepribadian yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sifat-sifat dan kepribadian termasuk faktor yang mempengaruhi hasil belajar. b. Faktor sosial atau dari luar individu yaitu berasal dari orang lain atau



faktor lingkungan yang meliputi: 1)



Keadaan keluarga. Suasana dan keadaan yang bermacam-macam



44



menentukan keberhasilan didalam belajar. Termasuk didalamnya kelengkapan fasilitas belajar dirumah. 2)



Guru dan cara mengajar. Guru sebagai fasilitator dan motivator memiliki peran yang penting didalam proses belajar mengajar.



3)



Alat-alat pengajaran. Faktor guru dan cara mengajar tidak lepas dari alat- alat dan perlengkapan akan membantu mempermudah peserta didik belajar. Prinsip umum dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah



sebagai berikut: a.



Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur



b.



Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.



c.



Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.



d.



Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.



e.



Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.



f.



Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.



g.



Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.



h.



Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.



i.



Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar Sedangkan prinsip khusus dalam penilaian hasil belajar oleh



45



pendidik berisikan prinsip-prinsip penilaian autentik sebagai berikut: a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum. b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran. c. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik. d. Berbasis kinerja peserta didik. e. Memotivasi belajar peserta didik. f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik. g. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya. h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen. j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. k. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus. l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata. m. Terkait dengan dunia kerja. n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata. o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen



G. Mendiagnosa kerusakan sistem pendingin Kompetensi Dasar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin diberikan setelah peserta didik telah menyelesaikan kompetensi dasar menerapkan cara merawat sistem pendingin. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah disusun dalam Spektrum Pendidikan SMK 2009 disusun untuk mengembangkan kemampuan diatas, juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dalam mendiagnosa kerusakan sistem pendingin beserta perbaikan sistem pendingin terutama pada mobil. Pada penelitian ini hanya akan mengambil kompetensi dasar 3.14 Mendiagnosa kerusakan system pendingin yang terdiri dari beberapa indikator. Adapun indikator pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui kerusakan pada sistem pendingin 2. Dapat menentukan cara pemeriksaan kerusakan sistem pendinginan



46



3. Dapat memperbaiki kerusakan sistem pendinginan 4. Dapat mengontrol hasil perbaikan sistem pendinginan H. Penelitian Relevan Adapun penelitian lain yang sesuai dengan penelitian ini, antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Fera Wati (2015) yang berjudul



“Peningkatan Kompetensi Peserta didik pada Materi Mikroprosessor dengan Model Problem Based Learning di SMK Muhammadiyah Prambanan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik mengalami peningkatan yang ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata kognitif siklus I sebesar 44 dan persentase peserta didik lulus sebesar 15% meningkat pada siklus II dengan nilai rata–rata 81 dan pesentase peserta didik lulus 85%. Nilai rata-rata afektif siklus I sebesar 54,2 dan persentase 67.75% meningkat pada siklus II dengan nilai rata–rata 78.2 dan persentase 97,75%. Nilai rata-rata psikomotorik pada siklus I adalah 57,5 dan persentase peserta didik lulus sebesar 0%, meningkat pada siklus II yaitu dengan nilai rata-rata 83,5 dan persentase kelulusan 100%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa model problem based learning dapat meningkatkan kompetensi peserta didik di SMK Muhammadiyah Prambanan. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Anis Khoerun Nisa (2015) yang berjudul



“Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta didik pada Mata Pelajaran Pemrograman Dekstop Kelas XI RPL SMK Ma’arif Wonosari”. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar peserta didik yang ditunjukkan dengan keaktifan peserta didik pada siklus I sebesar 67.97% dan siklus II sebesar 77.97%. Hasil belajar pengetahuan peserta didik rata- rata kelas pada siklus I sebesar 72.50 dan siklus II sebesar 77.81, sedangkan hasil belajar keterampilan peserta didik rata-rata kelas pada siklus I sebesar 74.38 dan siklus II sebesar 88.13.



47



Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar kelas XI RPL SMK Ma’arif Wonosari. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nurtanto dan Herminanto



Sofyan (2015) yang berjudul “Implementasi Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif, Psikomotor, dan Afektif Peserta didik di SMK”. Hasil penelitian yang menunjukkan sebagai berikut: (1) keaktifan peserta didik meningkat sebesar 11,20%; (2) keaktifan peserta didik kategori sangat tinggi sebanyak 36 peserta didik dan kategori tinggi sebanyak 3 peserta didik; (3) hasil belajar peserta didik aspek kognitif, psikomotor dan afektif mengalami peningkatan masingmasing sebesar 5,32%, 5,03%, dan 2,05%; dan (4) hasil belajar peserta didik aspek kognitif, psikomotor, dan afektif yang mencapai kompetensi minimal masing-masing sebanyak 36 peserta didik (92,31%), 36 peserta didik (92,31%), dan 38 peserta didik (97,40%) dari 39 jumlah peserta didik melalui penerapan problem based learning. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, psikomotor, dan afektif peserta didik. 4. Penelitian yang dilakukan oleh FX. Wastono (2015) yang berjudul



“Peningkatan Kemandirian Belajar Peserta didik SMK pada Mata Diklat Teknologi Mekanik dengan Metode Problem Based Learning”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemandirian hasil belajar MDTM peserta didik kelas X TMI SMK Negeri di Kulon Progo yang dapat dilihat dari (1) hasil tes memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebelum tindakan 25% dan setelah tindakan 70%; (2) mampu bertanggung jawab atas permasalahan yang ada sebelum tindakan 37,6% dan setelah tindakan 72%; (3) mampu disiplin dalam proses pembelajaran sebelum tindakan 32% dan setelah tindakan 67%; (4) mampu aktif dan kreatif sebelum tindakan 14% dan setelah tindakan 65%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa metode problem based learning dapat meningkatkan kemandirian hasil belajar peserta didik kelas X TMI SMK Negeri di Kulon Progo.



48



I.



Kerangka berpikir Berdasarkan pada kajian pustaka dan penelitian yang relevan penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2009. Dengan strategi pembelajaran ini penguasaan konsep yang diajarkan akan mudah ditangkap oleh siswa karena dalam pembelajaran ini siswa akan mengalami dan melakukan berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki dalam kehidupan nyata. Pembelajaran berbasis masalah yang peneliti gunakan terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah yang berada di lapangan dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Dalam pembelajaran ini perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif tetapi perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu, untuk mengetahui hasil belajar siswa tidak cukup hanya dilakukan dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka. Hasil belajar akan lebih baik dan tertanam dalam diri siswa melalui suatu proses pembelajaran yang dilakukan sendiri oleh siswa. Untuk itu agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan, dalam penelitian tindakan ini peneliti melakukan pembelajaran dengan pembelajaran berbasis masalah melalui dua siklus dimana dalam setiap siklus dilakukan pendalaman materi dan evaluasi dengan mengutamakan proses pembelajaran agar mendapat hasil yang lebih optimal.



J.



Hipotesis Tindakan Berdasarkan masalah yang terurai di kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah 1. Diterapkannya model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin kelas XI TKRO 4 SMK PGRI 1 Taman.



49



2. Diterapkannya model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin kelas XI TKRO 4 SMK PGRI 1 Taman.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subyek penelitian dalam penelitian ini pada peserta didik kelas XI TKRO 4 di SMK PGRI 1 Taman dengan jumlah 39 peserta didik. Peneliti sebagai pengamat bagi subyek penelitian untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Adapun informasi yang dicari dari subyek penelitian ini adalah proses belajar dan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran mendiagnosa kerusakan sistem pendingin. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMK PGRI 1 Taman Kabupaten Pemalang berlokasi di Jalan Abdul Wahid Hasyim No. 4 Wanarejan Selatan Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan November sampai dengan Desember 2020. Dengan kurun waktu penelitian tersebut, peneliti harus dapat melakukan penelitian dengan maksimal, oleh karena itu peneliti mencoba menggunakan metode problem based learning dalam penelitian ini guna meningkatkan kompetensi dasar mendiagnosa kerusakan sistem pendingin. C. Deskripsi Per Siklus Rencana penelitian ini berupa prosedur kerja dalam suatu penelitian tindakan kelas yang di tempuh secara bertahap. 1. Mengajar : menggunakan model pembelajaran berbasis masalah 2. Evaluasi : siswa mengerjakan tes evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa yang akan diterima sebagai hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus memiliki beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan/tindakan, pengamatan, evaluasi dan refleksi.



50



51



Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber : Arikunto Suharsimi. 2008: 74) 1. Perencanaan (Planning) Kegiatan persiapan pelaksanaan penelitian, yaitu perencanaan penyusunan rencana penelitian dengan tujuan untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan untuk mempermudah langkahlangkah selama pelaksanaan penelitian. Adapun persiapan penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Melaksanakan observasi awal untuk memperoleh data peserta didik kelas XI TKRO 4 SMK PGRI 1 Taman kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan otomotif yang menjadi subjek penelitian b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam tiap pertemuan c. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan dalam pembelajaran d. Membuat instrumen penelitan meliputi : 1. Test kemampuan atau pengamatan kognitif 2. Lembar pengamatan afektif 3. Lembar pengamatan psikomotorik



52



4. Lembar pengamatan guru e.



Menyiapkan lembar instrumen penelitian



2. Tindakan (Action) Dalam tahapan ini pelaksanaannya direncanakan dua pertemuan, dengan uraian sebagai berikut : a.



Siklus I 1) Pertemuan 1 Pertemuan pertama pada siklus pertama berisi penyampaian materi awal sebagai pengetahuan dasar siswa. Semuanya dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut : a) Sebelum pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan serta



memberikan



motivasi



kepada



siswa



dengan



menceritakan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. b) Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut : (1) Mengorientasi siswa pada masalah (2) Guru mengajukan masalah kontekstual yang terkait dengan diagnosa kerusakan pada sistem pendingin. (3) Dilanjutkan dengan pemberian permasalahan secara lisan pada siswa. (4) Mengorganisasikan siswa untuk belajar Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari teman sebangku



dan



meminta



setiap



kelompok



untuk



menggunakan ide dari kelompoknya sendiri menyelesaikan masalah yang diberikan. (5) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, dan Guru mengaktifkan diskusi antar kelompok dan berkeliling memantau kerja masing-masing kelompok serta membantu kelompok yang mengalami kesulitan.



53



(6) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya masingmasing



kelompok



diberi



kesempatan



untuk



mempresentasikan hasil pengamatan kelompoknya dan menanggapi hasil pemecahan kelompok lain. (7) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah dan memberi penguatan terhadap hasil pemecahan masalah siswa. c) Penutup Guru membimbing siswa untuk merangkum atau menarik kesimpulan, selanjutnya memberi PR sebagai tugas dan latihan. 2) Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-2 siklus pertama diawali dengan pembahasan PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, dilanjutkan dengan pengarahan job sheet yang akan dikerjakan. Semuanya dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut : a) Sebelum pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan terlebih dahulu guru bersama siswa membahas PR yang dianggap sulit bagi siswa. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberikan motivasi kepada siswa dengan menceritakan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. b) Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut : (1) Mengorientasi siswa pada masalah Guru mengajukan masalah kontekstual yang terkait dengan job sheet yang akan dikerjakan. Dilanjutkan dengan kerja praktek. (2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 6 kelompok



atau 1 kelompok terdiri dari 6 siswa dan



54



meminta setiap kelompok untuk menggunakan ide dari kelompoknya sendiri. (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru



mensolidkan



masing-masing



kelompok



untuk



mengerjakan job sheet yang ada serta membantu kelompok yang mengalami kesulitan. (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya masingmasing



kelompok



mempresentasikan menanggapi



diberi hasil



kerja



hasil pemecahan



kesempatan



untuk



kelompoknya kelompok



lain.



dan Guru



mengamati siswa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah dan memberi penguatan terhadap hasil pemecahan masalah siswa. d) Penutup Guru membimbing siswa untuk merangkum atau menarik kesimpulan, selanjutnya memberi PR sebagai latihan dan guru membagi siswa menjadi 6 kelompok untuk pertemuan berikutnya. 3) Pengamatan (Observasi) a. Guru kelas penelitian sebagai observer mengamati jalannya kinerja peneliti sebagai guru dalam pengelolaan pembelajaran mendiagnosa kerusakan sistem pendingin berbasis masalah. b. Observasi secara umum memiliki lima tugas, yaitu: 1) Mengamati kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran, 2) Mengamati aktivitas belajar siswa, 3) Mengamati kinerja siswa dalam pembelajaran berbasis masalah, 4) Mengamati kinerja siswa dalam pemecahan masalah, dan



55



5) Mengamati diskusi siswa dalam kelompok. 4) Refleksi Hasil pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya yang dilakukan. Hasil dari siklus pertama digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. b. Siklus II



1) Pertemuan 1 Pertemuan pertama pada siklus kedua berisi penyampaian materi awal sebagai pengetahuan dasar siswa. Semuanya dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut : a) Sebelum pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan serta



memberikan



motivasi



kepada



siswa



dengan



menceritakan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. b) Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut : (1) Mengorientasi siswa pada masalah (2) Guru mengajukan masalah kontekstual yang terkait dengan kerusakan sistem pendingin. (3) Dilanjutkan dengan pemberian permasalahan secara lisan pada siswa. (4) Mengorganisasikan siswa untuk belajar Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari teman sebangku



dan



meminta



setiap



kelompok



untuk



menggunakan ide dari kelompoknya sendiri menyelesaikan masalah yang diberikan. (5) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, dan Guru mengaktifkan diskusi antar kelompok dan



56



berkeliling memantau kerja masing-masing kelompok serta membantu kelompok yang mengalami kesulitan. (6) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya masingmasing



kelompok



diberi



kesempatan



untuk



mempresentasikan hasil pengamatan kelompoknya dan menanggapi hasil pemecahan kelompok lain. (7) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah dan memberi penguatan terhadap hasil pemecahan masalah siswa. c) Penutup Guru membimbing siswa untuk merangkum atau menarik kesimpulan, selanjutnya memberi PR sebagai tugas dan latihan. 2) Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-2 siklus kedua diawali dengan pembahasan PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, dilanjutkan dengan pengarahan job sheet yang akan dikerjakan. Semuanya dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut : a) Sebelum pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan terlebih dahulu guru bersama siswa membahas PR yang dianggap sulit bagi siswa. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberikan motivasi kepada siswa dengan menceritakan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. b) Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut : (1) Mengorientasi siswa pada masalah Guru mengajukan masalah kontekstual yang terkait dengan job sheet yang akan dikerjakan. Dilanjutkan dengan kerja praktek. (2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 6



57



kelompok



atau 1 kelompok terdiri dari 6 siswa dan



meminta setiap kelompok untuk menggunakan ide dari kelompoknya sendiri. (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru



mensolidkan



masing-masing



kelompok



untuk



mengerjakan job sheet yang ada serta membantu kelompok yang mengalami kesulitan. (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Masingmasing



kelompok



mempresentasikan menanggapi



diberi hasil



kesempatan



kerja



hasil pemecahan



untuk



kelompoknya kelompok



lain.



dan Guru



mengamati siswa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah dan memberi penguatan terhadap hasil pemecahan masalah siswa. d) Penutup Guru membimbing siswa untuk merangkum atau menarik kesimpulan, selanjutnya memberi PR sebagai latihan dan guru membagi siswa menjadi



6 kelompok untuk



pertemuan berikutnya. 3) Pengamatan (Observasi) a. Guru kelas penelitian sebagai observer mengamati jalannya kinerja peneliti sebagai guru dalam pengelolaan pembelajaran mendiagnosa kerusakan sistem pendingin berbasis masalah. b. Observasi secara umum memiliki lima tugas, yaitu: 1) Mengamati kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran, 2) Mengamati aktivitas belajar siswa, 3) Mengamati kinerja siswa dalam pembelajaran berbasis masalah,



58



4) Mengamati kinerja siswa dalam pemecahan masalah, dan 5) Mengamati diskusi siswa dalam kelompok. 4) Refleksi Hasil pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya yang dilakukan. Hasil dari siklus kedua digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. D. Metode Pengumpulan Data Data penelitian yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari hasil angket afektif dan kepuasan terhadap pembelajaran, hasil observasi dengan berpedoman pada lembar pengamatan (hasil belajar siswa ranah psikomotor dan performance guru saat mengajar), dan data dari penilaian hasil belajar siswa (aspek kognitif). adapun alat pengumpul data adalah sebagai berikut : 1. Observasi Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Sehingga didapatkan



hasil



perubahan



perilaku



siswa



dalam



memperbaiki



pembelajaran. Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk memperoleh data tentang perhatian siswa terhadap materi dan juga melihat tingkat efektifitas proses suatu hasil pembelajaran. Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematik dimana peneliti merancang bentuk instrumen pengamatan yang akan dilakukan di dalam proses pembelajaran beserta aspek-aspek yang akan diteliti. Hal ini akan sangat membantu peneliti dalam memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan ini dituangkan dalam bentuk lembar observasi tertulis yang memuat skala sikap



siswa



selama



mengikuti



kegiatan



pembelajaran



dengan



menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah. Pengisian dilakukan dengan membubuhkan check (√) pada pilihan yang tepat. Fokus dalam observasi siswa adalah peran aktif siswa dalam mengikuti proses belajar



59



mengajar. Selain itu lembar observasi disusun untuk mengukur kinerja guru dalam pembelajaran. Lembar observasi dalam penelitian ini mempergunakan sistem skala nilai (rating scale) yang penjejangannya menggunakan nilai 5. Skala nilai dengan jenjang skala 5 menurut Margono (2004:160) yaitu : Skala 5 : Sangat Baik Skala 4 : Baik Skala 3 : Sedang Skala 2 : Buruk Skala 1 : Sangat Buruk 2. Metode Tes Slameto (2005: 233-234) menyatakan bahwa tes adalah suatu alat yang disusun untuk mengukur kualitas, stabilitas, ketrampilan atau pengetahuan tertentu dari seseorang. Tes itu sejumlah pertanyaan atau perintah untuk dijawab atau dilakukan sesuai bidang yang diukur. Subjek dalam hal ini harus bersedia mengisi item-item dalam tes yang sudah direncanakan sesuai dengan pilihan hati dan pikiran guna menggambarkan respon subjek terhadap item yang diberikan. Pada penelitian ini metode tes yang digunakan adalah tes kemampuan awal untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa, dan evaluasi yang digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar ranah kognitif individu setelah kegiatan belajar mengajar. E. Analisa Data Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan metode alur yaitu data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan, dikembangkan selama proses pembelajaran. Reduksi data yaitu pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan ini dilakukan pada setiap tindakan dilaksanakan.



60



Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Sedangkan penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi. Dengan demikian analisis data kualitatif dalam penelitian tindakan ini dilakukan semenjak tindakantindakan dilakukan. F. Indikator Keberhasilan Kualitas pembelajaran atau pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Segi proses, pembelajaran atau pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaktidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegiatan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) (Mulyasa, dalam Nuryeti 2009: 24). Penelitian ini dikatakan berhasil apabila masing-masing indikator yang diukur telah mencapai target yang ditetapkan. Berikut ini daftar target dari masing-masing variabel yang diukur. Tabel 3. Daftar Persentase Target Capaian dari Masing-Masing Variabel yang akan Diukur.



Penelitian dapat dikatakan berhasil dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya apabila setiap indikator dari variabel yang diukur sudah



61



mencapai target yang ditentukan. Sebaliknya, jika masing-masing variabel yang diukur belum memenuhi target capaian maka dilanjutkan siklus berikutnya untuk mencapai target yang telah ditetapkan.



DAFTAR PUSTAKA Arikunto, suharsimi. (1996) . Prosedur Penelitian. Jakarta. PT. Rineka Cipta Depdikbud. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Mujiono.( 2000). Proses Belajar Mengajar. Bandung.Remaja Rosdakarya. Rochiati Wiriaatmadja.( 2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Remaja Rosdakarya Sudjana Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: .T. Remaja Rosdakarya. Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Peserta didik. Yogyakarta: Deepublish. Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Erniwati. (2015). Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Melalui Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Snowball Throwing di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Pasaman. Jurnal Pendidikan Indonesia (Vol. 1, Nomor 1, Oktober 2015). Fathurahman, Muhammad. (2017). Belajar & Pembelajaran Modern; Konsep Dasar, Inovasi dam Teori Pembelajaran. Yogyakarta: Garudhawaca. Ningrum, Epon. (2014). Penelitian Tindakan Kelas: Panduan Praktis dan Contoh. Yogyakarta: Ombak. Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia. Sudjana, Nana. (2016). Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.



Lampiran: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Identitas Program Pendidikan Nama sekolah



: SMK PGRI 1 Taman



Mata pelajaran



: Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan



Kom. keahlian



: Teknik Kendaraan Ringan Otomotif



Kelas / Semester Tahun Pelajaran



: XI / Gasal



Alokasi waktu Pertemuan Ke



: 2020/2021 : 8 JP x 30 menit (Daring) 2 JP x 60 menit (Luring/Tatap muka) : 10 dan 11



B. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kompetensi Inti KI (3): Memahami, menerapkan, menganalisis, dan Mendiagnosis pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Teknik Kendaraan Ringan Otomotif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional. KI(4): Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Teknik Kendaraan Ringan Otomotif. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Kompetensi Dasar 3.14. Mendiagnosis kerusakan sistem pendinginan 4.14. Memperbaiki sistem pendinginan C. Indikator Pencapaian kompetensi Kompetensi Dasar 3.14.Mendiagnosis kerusakan pendinginan



Indikator Pencapaian Kompetensi sistem 3.14.1 Mengetahui kerusakan pada sistem pendingin 3.14.2 Menentukan cara pemeriksaan kerusakan sistem pendinginan 4.14. Memperbaiki sistem pendinginan 4.14.1 Memperbaiki kerusakan sistem pendinginan 4.14.2 Mengontrol hasil perbaikan sistem pendinginan



D. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan observasi dan diskusi, peserta didik diharapkan dapat: 1. Setelah melakukan diskusi dan penugasan di Google Classroom peserta didik dapat mengetahui jenis kerusakan yang terjadi pada sistem pendingin sesuai buku literatur dengan teliti, santun, bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain. 2. Setelah melakukan diskusi dan penugasan di Google Classroom peserta didik dapat menentukan cara perbaikan kerusakan pada sistem pendingin sesuai buku literatur dengan teliti, santun, bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain. 3. Setelah melakukan praktik dan diskusi serta eksplorasi materi di internet, peserta didik dapat memperbaiki kerusakan pada sistem pendingin sesuai Service Manual dengan teliti, konsisten, rasa percaya diri, teliti dan disiplin. 4. Setelah melakukan praktik dan diskusi, peserta didik dapat mengontrol dan mengetes hasil perbaikan kerusakan pada sistem pendingin sesuai Service Manual dengan teliti, konsisten, rasa percaya diri E. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) 1. Religiusitas 2. Nasionalisme 3. Kejujuran 4. Kedisiplinan F. Materi Pembelajaran Materi Reguler Cara kerja dan fungsi komponen Pemeriksaan Kerja Pompa Air Pendingin Pemeriksaan radiator dan tutup radiator



Materi Remidial Cara kerja dan fungsi komponen Pemeriksaan Kerja Pompa Air Pendingin Pemeriksaan radiator dan tutup radiator



Materi Pengayaan Perbaikan sistem pendinginan



G. Pendekatan, Strategi/Model, dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Saintifik 2. Model : Problem Based Learning (versi Arends) 3. Model : Blended Learning : Enriched-Virtual Model H. Media Pembelajaran 1. Alat/ Media a. Laptop b. Smartphone c. Aplikasi Googlemeet, Google Classroom (Token : 4vjan5i ) dan Google Form d. Proyektor e. Radiator Cup tester f. Tools box



2. Bahan a. Engine Stand sistem pendingin b. Jobsheet c. Power point 3. Sumber Belajar a. PT. TOYOTA-ASTRA MOTOR TRAINING CENTER. 1995. NEW STEP 1 TRAINING MANUAL. Jakarta : Toyota Astra Motor halaman 3-29 sampai 3-37 b. PT. TOYOTA-ASTRA MOTOR. Pedoman Reparasi Mesin Seri K. Jakarta c. Komponen sistem pendingin : https://www.youtube.com/watch? v=Sq3_yo7gLFk&list=RDCMUCNNNucZEIW19Dyv-8lop2gQ&start_radio=1&t=36 d. Troubleshooting sistem pendingin : https://www.youtube.com/watch?v=-QSKhGpy4I4 e. Troubleshooting sistem pendingin : https://www.youtube.com/watch?v=96X2xCTfhGI I. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan ke - 10 Tahap Pembelajaran Pendahuluan



Deskripsi Kegiatan Online (asinkron) Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan Google Meet dan Google Classroom 1. Orientasi  Peserta didik menjawab salam dari guru dan berdoa menurut kepercayaan masing-masing.  Peserta didik merespon ketika guru memeriksa kehadiran di google meet  Guru membagi peserta didik menjadi 4 kelompok berdasarkan nomer presensi di jurnal kelas 2. Apersepsi Guru meminta salah satu peserta didik menyampaikan materi yang telah di pelajarinya pada pertemuan sebelumnya di google meet 3. Motivasi Guru memberikan gambaran manfaat dari mempelajari perawatan dan perbaikan sistem pendingin berdasarkan dari pengalaman Guru mengingatkan untuk tetap melaksanakan protocol kesehatan dan menjaga pola hidup sehat



Alokasi Waktu 15 menit



Inti



Langkah-langkah proses pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning adalah sebagai berikut: Sintak : Orientasi peserta didik pada masalah  Guru menyajikan power point tentang gangguan pada sistem pendingin, power point tersebut telah tertaut dengan tautan Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=-QSKhGpy4I4  Peserta didik melihat tayangan power point yang didalamnya memutarkan video tentang gangguan sistem pendingin yang tertaut dengan Youtube yang disampaikan oleh guru dengan penuh tanggung jawab  Guru menanyakan dan menugaskan peserta didik untuk melakukan literasi digital mencari kemungkinan yang menyebabkan kerusakan pada sistem pendingin.  Peserta didik memperhatikan permasalahan yang disampaikan oleh



185 menit



guru. Sintak : Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar  Peserta didik secara berkelompok berdiskusi di google classroom mengobservasi gangguan yang terjadi pada sistem pendingin dengan melihatnya di power point yang disajikan  Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah Sintak : Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok  Peserta didik menggali informasi tentang trouble shooting sistem pendingin pada buku manual dan modul yang telah di share di google classroom dan sumber refrensi lain dari internet  Guru memantau keterlibatan peserta didik dalam pengumpulan data



Penutup



Sintak : Mengembangkan dan Menyajikan hasil karya  Peserta didik mendiskusikan kemungkinan penyebab gangguan berdasarkan hasil observasi dan dari hasil penggalian informasi  Berdasarkan hasil diskusi peserta didik mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan penyebab gangguan pada sistem pendingin  Peserta didik membuat hasil diskusi kelompoknya kedalam bentuk catatan yang kemudian akan di presentasikan. Sintak : Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah  Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka di googlemeet  Peserta didik membandingkan hasil diskusi antar kelompok untuk memperoleh hasil dan solusi terbaik yang bisa digunakan.  Peserta didik membuat kesimpulan dari hasil diskusi antar kelompok dari permasalahan penyebab mesin overheat  Setelah diskusi selesai, guru mengevaluasi tentang hasil diskusi dan kesimpulan-kesimpulan yang dibentuk secara mandiri oleh peserta didik tentang gangguan sistem pendingin  Guru menugaskan peserta didik untuk melakukan test secara online di google form : https://forms.gle/49mLjAmmYPAr1hoSA  Peserta didik mendapat tugas observasi di lapangan terkait perbaikan sistem pendingin untuk lebih menguatkan materi yang didapat  Peserta didik memperhatikan motivasi yang disampaikan oleh guru  Peserta didik berdoa dan menjawab salam dari guru di googlemeet



40 menit



Pertemuan ke - 11 Tahap Pembelajaran Pendahuluan



Deskripsi Kegiatan Tatap Muka (Offline) 1. Orientasi  Guru mengucapkan salam dan peserta didik menjawab salam  Guru memimpin peserta didik untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing  Peserta didik merespon ketika guru memeriksa kehadiran 2. Apersepsi Guru mengajak peserta didik untuk mengingat kembali kegiatan pada



Alokasi Waktu 15 menit



Inti



pertemuan yang lalu tentang perbaikan sistem pendingin, dan kesimpulan kerusakan yang sudah didapatkan dari hasil pemeriksaan. 3. Motivasi Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk melanjutkan praktik, dan memberikan arahan praktik untuk langkah perbaikan sistem pendingin. Langkah-langkah proses pembelajaran dengan model pembelajaran 90 menit problem based learning adalah sebagai berikut: 1. Orientasi peserta didik pada masalah  Guru memberikan jobsheet kepada peserta didik untuk bisa lihat terlebih dahulu dan menayangkan power point tentang langkah perbaikan gangguan sistem pendingin.  Peserta didik melihat secara seksama tayangan power point dan jobsheet yang diberikan.  Guru menugaskan peserta didik memperbaiki gangguan dan kerusakan yang telah ditentukan sesuai dengan service manual.  Guru memberikan troubleshooting pada stand sistem pendingin. 2. Mengorganisasikan Peserta didik untuk belajar  Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kelompok belajar.  Peserta didik melakukan uji kerja terhadap sistem pendingin untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi.  Peserta didik membagi tugas untuk menyelesaikan gangguan dan kerusakan yang terjadi pada sistem pendingin.  Peserta didik melakukan pemeriksaan dan pengukuran sesuai dengan yang telah ditentukan sesuai service manual. 3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok  Peserta didik melakukan pemeriksaan dan pengukuran sesuai dengan yang telah ditentukan sesuai service manual.  Guru mengawasi dan menilai pelaksanaan pemeriksaan dan pengukuran sesuai dengan yang telah ditentukan sesuai service manual 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya  Peserta didik mencatat semua hasil pemeriksaan dan pengukuran pada jobsheet yang tersedia dengan penuh tanggung jawab  Peserta didik menggunakan hasil pemeriksaan dan pengukuran untuk menentukan hasil penilaian kerja sistem pendingin  Peserta didik membandingkan hasil pemeriksaan dan pengukuran dengan spesifikasi pada service manual  Peserta didik menyimpulkan hasil pemeriksaan perbaikan gangguan sesuai service manual dan dibuat dalam bentuk laporan kegiatan.  Guru memantau dan membimbing peserta didik dalam pembuatan laporan. 5. Menganalisis dan Mengevaluasi proses pemecahan masalah  Guru menugaskan peserta didik untuk mempresentasikan proses dan hasil perbaikan sistem pendingin dengan menggunakan power point  Peserta didik membuat bahan presentasi tentang proses dan hasil perbaikan pada sistem pendingin.  Peserta didik mempresentasi kan tentang proses dan hasil perbaikan pada sistem pendingin



 Guru membimbing dan menilai pelaksanaan presentasi  Peserta didik lain memberikan tanggapan dan masukan  Guru bersama peserta didik menyimpulkan dari hasil pelaksanaan presentasi perbaikan pada sistem pendingin.  Setelah diskusi selesai, guru mengevaluasi tentang hasil diskusi dan 15 menit kesimpulan-kesimpulan yang dibentuk secara mandiri oleh peserta didik tentang perbaikan sistem pendingin  Peserta didik memperhatikan motivasi yang disampaikan oleh guru  Peserta didik berdoa dan menjawab salam dari guru



Penutup



J. Penilaian No. 1



2



Aspek yang dinilai Penegetahuan, meliputi:  Mengetahui kerusakan pada sistem pendingin  Mendiagnosis kerusakan pada sistem pendinginan Keterampilan, meliputi:  Memperbaiki sistem pendingin  Mengontrol hasil perbaikan kerusakan sistem pendingin Sikap, meliputi:  Ketelitian dan keaktifan  Tanggungjawab  Kejujuran



Teknik Penilaian



Instrumen



Tes Tertulis Tes Online



Soal tes tertulis Soal tes Online : https://forms.gle/49mLjAmmYPAr1hoSA



Tes unjuk kerja



Lembar Jobsheet



Observasi



Lembar observasi



ANALISIS PENILAIAN KISI-KISI SOAL Kompetensi Dasar 3.14 Mendiagnosis kerusakan sistem pendingin



Indikator (IPK) 1. Mengetahui kerusakan pada



sistem pendingin



Materi  Prosedur dan teknik analisis kerusakan sistem pendinginan



Indikator Soal 1. Peserta didik dapat



mengetahui dan menganalisa kerusakan yang kerap terjadi pada sistem pendingin.



Bentuk Butir Soal Tes Tes tulis 1. Kerusakan apa saja yang kerap terjadi pada sistem pendingin 2. Apa yang menyebabkan



mesin lama untuk mencapai suhu kerja



3. Jelaskan penyebab



coolant pada sistem pendingin cepat habis 2. Mengetahui cara



pemeriksaan kerusakan sistem pendingin



2. Peserta didik dapat



mengetahui prosedur pemeriksaan dan penggunaan alat untuk memeriksa kerusakan pada sistem pendingin



4. Alat apa yang digunakan



untuk memeriksa kebocoran pada sistem pendingin



5. Jelaskan cara memeriksa



katup pada radiator cap menggunakan cap tester



Kunci Jawaban Soal: 1. Terjadi kebocoran pada sistem, thermostat macet/rusak, katup pada tutup radiator lemah/rusak. 2. Katup thermostat macet pada kondisi terbuka, sehingga pada saat suhu mesin masih dingin, coolant sudah mengalir ke radiator dan menyebabkan mesin lama untuk mencapai suhu kerja 3. Ada kebocoran pada sistem pendingin. 4. Radiator and cap tester



Kompetensi Dasar



Materi



Bentuk Butir Soal Tes 5. Pasangkan radiator cap pada cap tester, kemudian beri tekanan. Jika katup pada tutup raditor membuka pada tekanan yang tertera pada bodi tutup radiator, maka kondisinya masih baik. Katup membuka pada tekaknan kurang/lebih dari spesifikasi maka katup sudah rusak. Penskoran Jawaban dan Pengolahan Nilai Nilai 4 : jika Jawaban sesuai kunci jawaban dan ada pengembangan Nilai 3 : jika jawaban sesuai kunci jawaban Nilai 2 : jika jawaban kurang sesuai dengan kunci jawaban Nilai 1 : jika jawaban tidak sesuai dengan kunci jawaban Indikator (IPK)



Indikator Soal



Nilai = perolehan skor/skor total*100 Contoh Pengolahan Nilai IPK



No Soal



Skor Penilaian 1



Nilai



1.



1 2 3 4 5



4 4 3 3 3 17



Nilai perolehan KD pegetahuan : rerata dari nilai IPK (17/20) * 100 = 85



. 2. Jumlah



SMK PGRI 1 TAMAN JOB SHEET PROGRAM KEAHLIAN



KODE KOMPETENSI



TEKNIK KENDARAAN RINGAN



JUDUL



JAM



SISTEM PENDINGINAN



8



TINGKAT / SEMESTER XI/3



JOB SHEET PRAKTIK SISTEM PENDINGINAN A. Deskripsi Jobsheet Jobsheet ini merupakan bagian dari perangkat pembelajaran merawat sistem pendingin. Siswa diharapkan dapat menggunakan jobsheet ini dengan baik sebagai alat pencapaian kompetensi merawat sistem pendingin sesuai prosedur tanpa menyebabkan kerusakan komponen B. Tujuan 1. Setelah disediakan peralatan dan jobsheet, siswa dapat melakukan perawatan sistem pendingin sesuai prosedur tanpa menyebabkan kerusakan komponen 2. Setelah mengakses informasi spesifikasi dari pabrik dan hasil perawatan, peserta didik dapat menyimpulkan hasil perawatan sistem pendingin dengan cermat dan teliti 3. Setelah menghidupkan mesin, siswa dapat mengontrol hasil perawatan sistem pendingin dengan cermat dan teliti C. Langkah Praktik 1. Persiapan a. Mempersiapkan Kelengkapan praktik 1) Buku Manual : Pedoman Reparasi Toyota Kijang 2) Tool Set 3) Standart Service Tool (SST) 4) Unit Kendaraan/ Unit Engine Trainer Toyota Kijang 5K b. Keselamatan Kerja 1) Lakukan pekerjaan sesuai prosedur yang benar 2) Pelajari lingkungan kerja diantaranya alat pengaman, alat penanganan bahaya, konstruksi trainer atau kendaraan. 3) Tempatkan kelengkapan praktik pada tempat yang aman 4) Gunakan pakaian praktik 5) Jangan kenakan aksesoris seperti : perhiasan, jam tangan, ikat pinggang 6) Gunakan selalu buku manual 7) Membersihkan kembali area kerja dan perlengkapan 2. Identifikasi Nama Komponen dan Fungsinya



NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9



NAMA KOMPONEN



FUNGSI



3. Langkah Merawat Sistem Pendingin Perawatan yang dilakukan pada sistem pendingin ini diantaranya : a. b. c. d. e. f.



Memeriksa kuantitas air pendingin Memeriksa kualitas air pendingin Memeriksa kerja vacuum valve Memeriksa kebocoran sistem pendingin Memeriksa kondisi tali kipas Pengukuran defleksi tali kipas



a. Periksa kuantitas air pendingin Lihat level ketinggian pada reservoir tank, jika tinggi air kurang, sisi hingga garis FULL Hasil pemeriksaan : ....................................................... Kesimpulan : ...................................................... b. Periksa kualitas air pendingin Kemungkinan bisa tercampur oli, karat atau kotoran Hasil pemeriksaan : .......................................................



Kesimpulan : ...................................................... c. Memeriksa kekuatan tekan dan kerja dari vacuum valve Pasang Radiator cap tester pada tutup radiator berikan tekanan STD : 0,75 – 1,05 kg cm2 Limit: 0,6 kg cm2 Hasil pemeriksaan : ....................................................... Kesimpulan : ...................................................... d. Memeriksa Kebocoran radiator Pasang alat uji Radiator Cap Tester pada dudukan tutup radiator dan berikan tekanan 1,2 kg cm2 Hasil pemeriksaan : ....................................................... Kesimpulan : ...................................................... e. Pemeriksaan secara visual kondisi tali kipas dari kemungkinan : -



Retak berubah bentuk, terlalu kencang atau aus



-



Terkena oli atau gemuk



Hasil pemeriksaan : ....................................................... Kesimpulan : ...................................................... f. Periksa dan stel kekencangan/ defleksi tali kipas



Dengan kekuatan tekanan 10 kg, tekan Tali pada tempat-tempat seperti gambar. Pompa air – Alternator : 7 – 11 mm Engkol –Kompressor : 11-14 mm (selain 5K) 12-16 mm (5K) Hasil pemeriksaan : ....................................................... Kesimpulan : ...................................................... g. Lakukan pelepasan thermostat. Pelepasan thermostat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Mengeluarkan media pendingin mesin 2) Melepas saluran air keluar (selang karet atas) 3) Melepas tutup rumah thermostat, kemudian mengeluarkan thermostat dari rumahnya.



4) Mencelupkan thermostat ke dalam air dan panaskan air secara bertahap, kemudian periksa temperatur pembukaan katup.



Temperatur pembukaan katup: 80° - 90° C. Jika temperatur pembukaan katup tidak sesuai dengan spesifikasi, thermostat perlu diganti. Hasil:........................................ Kesimpulan:............................................ 5) Memeriksa tinggi kenaikan katup. Jika kenaikan katup tidak sesuai dengan spesifikasi, maka termostat perlu diganti. Spesifikasi kenaikan katup pada 95° adalah 8 mm atau lebih.



Hasil:............................... Kesimpulan:................................. 4. Lakukan pemasangan thermostat, adapun pemasangannya dengan cara sebagai berikut: a.



Memasang



gasket baru pada



thermostat. b.



Meluruskan jiggle valve pada thermostat dengan tanda di sisi kanan dan masukkan ke dalam rumah saluran. Posisi jiggle valve dapat digeser, 10° ke kiri atau ke kanan dari tanda.



c.



Memasang saluran air keluar



5. Lakukan pelepasan pompa air dengan cara sebagai berikut: a.



Mengeluarkan media pendingin mesin



b.



Melepas tali kipas, kipas, kopling fluida (jika ada) dan puli pompa air dengan prosedur sebagai berikut: 1)



Merentangkan



tali



kipas



dan



mengendurkan mur pengikat tali kipas 2)



Mengendorkan pivot dan baut penyetel, alternator, kemudian lepas tali kipas.



3)



Melepas mur pengikat kipas dengan kopling fluida dan puli



4)



Melepas mur pengikat kipas dari kopling fluida



c. d.



Melepas pompa air Lakukan pemeriksaan komponen pompa air. Pemeriksaan pompa air dapat dilakukan dengan cara memutar dudukan puli dan mengamati bahwa bearing pompa air tidak kasar atau berisik. Apabila diperlukan, bearing pompa air harus diganti.



e.



Lakukan pemeriksaan kopling fluida dari kerusakan dan kebocoran minyak silicon.



6. Mengontrol kerja sistem pendingin Setelah dilakukan perawatan sistem pendingin, hendaknya pastikan bahwa sistem pendingin yang telah kita periksa dapat bekerja dengan baik dengan cara : a. Buka tutup radiator b. Hidupkan mesin c. Amati aliran air pendingin melalui tangki atas radiator 1) Aliran deras manandakan sirkulasi berjalan dengan baik 2) Tidak mengalir lancar, kemugkinan terdapat kerusakan pada komponen sistem pendingin 3) Terdapat gelembung udara kemungkinan cylinder head melengkung menyebabkan udara luar masuk ke sistem pendingin 4) Air pendingin menyemprot keluar saat distarter kemungkinan tekanan kompresi masuk ke saluran sistem pendingin. 7. Merekomendasi/ menyimpulkan hasil perawatan sistem pendingin Berdasarkan pengumpulan data dari pemeriksaan , mengakses informasi dari manual book dan mengontrol kerja sistem pendingin, maka sistem pendingin dalam kondisi : BAIK / TIDAK BAIK Nama Siswa: Paraf Guru Praktik



1. ____________________



(……………………………) Catatan : Stand Sistem Pendingin yang digunakan dalam praktik sudah ditrouble terlebih dahulu dan tugas peserta didik yang pertama adalah mencari sumber masalah dengan cara mengecek satu per satu komponen sistem pendingin. Kemudian baru dilaksanakan perbaikan



Pedoman Penskoran Keterampilan



No I



II



III



IV



Pencapaian Kompetensi Ya Tidak CK K SK 7,0-7,9 8,0-8,9 9,0-10



Kompetensi/ Sub Kompetensi Persiapan 1.1 Penggunaan pakaian kerja 1.2 Persiapan tools and equipment 1.3 Persiapan buku manual Rata-rata Persiapan Kerja Proses Kerja dan Hasil Kerja 2.1 Mengidentifikasi komponen 2.2 Memeriksa kuantitas air pendingin 2.3 Memeriksa kualitas air pendingin 2.4 Memeriksa kerja vacuum valve 2.5 Memeriksa kebocoran sistem pendingin 2.6 Memeriksa kondisi tali kipas 2.7 Pengukuran defleksi tali kipas 2.8 Menyusun laporan akhir di jobsheet Rata-Rata Proses Kerja dan Hasil Kerja Sikap Kerja 3.1 Kerapihan dalam bekerja 3.2 Kedisiplinan dalam bekerja 3.3 Ketelitian dalam bekerja 3.4 Ketekunan dalam bekerja Rata-Rata Sikap Kerja Waktu Menyelesaikan Pekerjaan 4.1 Selesai sebelum waktu berakhir 4.2 Selesai tepat waktu 4.3 Selesai setelah waktu berakhir



Pengolahan Nilai keterampilan Persiapan Rata-rata skore perolehan Skor Maksimum Bobot NK



10%



Nilai Praktik (NP) Proses dan Sikap Kerja Hasil Kerja 60%



20%



Waktu



∑ NP



10%



Keterangan : 1. Skor perolehan merupakan penjumlahan skor per komponen penilaian 2. Skor maksimal merupakan skor maksimal per komponen penilaian 3. Bobot isi dengan persentase setiap komponen. Total bobot untuk komponen penilaian yaitu 100 4. NK = Nilai Komponen merupakan perkalian dari skor perolehan dengan bobot dibagi skor maksimum



3. Remidial



Bagi peserta didik yang belum memenuhi standar ketuntasan minimal (SKM), maka guru memberikan tugas tambahan PROGRAM REMIDI Sekolah Kelas/ Semester Mata Pelajaran Ulangan Harian Ke Tanggal Ulangan Harian Bentuk Ulangan Harian Materi Ulangan Harian SKM No



Nama Peserta Didik



: SMK PGRI 1 TAMAN : XI / Gasal : Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan : ………………………………………… : ………………………………………… : ………………………………………… : Sistem Pendingin pada Mobil : 78



Nilai Ulangan



Indikator yang belum tercapai



Bentuk Tindakan remidial



Nilai setelah remidial



Keterangan



1 2 3 Dst 4. Pengayaan Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberikan kegiatan pengayaan untuk perluasan dan atau pendalaman materi. Guru memberikan soal pengayaan sebagai berikut : 1. Mencari secara online tentang kerusakan yang sering terjadi pada sistem pedingin 2. Membaca surat kabar, majalah, serta berita online tentang kerusakan yang terjadi pada sistem pendingin Catatan kurikulum dan Kepala Sekolah tentang perbaikan RPP : …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… Pemalang, 13 Juli 2020 Kepala Sekolah Guru Madik



Drs. H. Suyatno, MBA



Slamet, ST



STANDAR KETUNTASAN MINIMAL (SKM) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Tahun Pelajaran



: SMK PGRI 1 Taman : Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan : XI / Gasal : 2020/2021 SKOR KOMPONEN



KD



KOMPETENSI DASAR



3.14. Mendiagnosis kerusakan sistem pendinginan



NO 3.14.1 3.14.2



4.14. Memperbaiki sistem 4.14.1 pendinginan 4.14.2



INDIKATOR Mengetahui kerusakan sistem pendingin



pada



Menentukan cara pemeriksaan kerusakan sistem pendinginan Memperbaiki kerusakan sistem pendinginan Mengontrol hasil perbaikan sistem pendinginan



KOMPLEK SITAS



INTAKE PD



DAYA DUKUNG



75



75



75



JUMLAH SKOR 225



SKM IND 75



75



75



75



225



75



75



75



75



225



75



KD 75



75 75



75



75



225



75



Mengetahui Kepala Sekolah



Menyetujui WKS 1 Bidang Kurikulum



Pemalang, 13 Juli2020 Dibuat oleh Guru Mata Pelajaran



Drs. H. Suyatno, MBA



Nur Khoeron, ST



Slamet,ST



MAPEL



75



75



BAHAN AJAR : BAB I MEMAHAMI SISTEM PENDINGIN



A. Deskripsi Singkat Pada bab ini akan menguraikan materi tentang prinsip kerja sistem pendingin, jenis-jenis sistem pendingin, komponen sistem pendingin dan cara kerja sistem pendingin. Diakhir uraian akan diberikan latihan soal untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari seluruh materi yang terdapat pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat : 1. Menjelaskan prinsip kerja sistem pendingin 2. Menjelaskan jenis-jenis sistem pendingin 3. Menjelaskan komponen sistem pendingin beserta fungsinya 4. Menjelaskan cara kerja sistem pendingin 5. Gangguan-gangguan pada sistem pendingin C. Uraian Materi 1. Prinsip Kerja Sistem Pendingin Menurut neraca panas, pada motor bakar hanya akan diperoleh sekitar 25 persen hasil pembakaran bakar yang dapat diubah menjadi energi mekanik. Sebagian besar panas akan keluar melalui gas buang (kira-kira 34 persen), melalui sistem pendinginan (kira-kira 32 persen) dan sisanya akan melalui kerugian pemompaan dan gesekan.



Gambar 1.1 Neraca panas pada mesin



Berdasarkan neraca panas di atas maka fungsi pendinginan pada motor menjadi penting, karena panas yang akan terserap oleh sistem pendinginan dapat mencapai 32 persen. Bila mesin tidak didinginkan akan terjadi pemanasan yang lebih (overheating) dan akan mengakibatkan gangguan- gangguan sebagai berikut: a. Bahan akan lunak pada suhu tinggi. Contoh: torak yang terbuat dari logam paduan aluminium akan kehilangan kekuatannya (kira-kira sepertiganya) pada suhu tinggi (300ºC), bagian atas torak akan berubah bentuk atau bahkan mencair. b. Ruang bebas (clearance) antara komponen yang saling bergerak menjadi terhalang bila terjadi pemuaian karena panas berlebihan. Misalnya torak akan memuai lebih besar (karena terbuat dari paduan aluminium) daripada blok silinder (yang terbuat dari besi tuang) sehingga gerakan torak menjadi macet. c. Terjadi tegangan termal, yaitu tegangan yang dihasilkan oleh perubahan suhu. Misalnya cincin torak yang patah, torak yang macet karena adanya tegangan tersebut. d. Pelumas lebih mudah rusak oleh karena panas yang berlebihan. Jika suhu naik sampai 250 ºC pada alur cincin, pelumas berubah menjadi karbon dan cincin torak akan macet sehingga tidak berfungsi dengan baik, atau cincin macet (ring stick). Pada suhu 500



ºC pelumas



berubah menjadi hitam, sifat pelumasannya turun, torak akan macet sekalipun masih mempunyai ruang bebas. e. Pembakaran tidak normal. Motor bensin cenderung untuk terjadi ketukan (knocking). Sebaliknya bila motor terlalu dingin akan terjadi masalah, yaitu: a. Pada motor bensin bahan bakar akan sukar menguap dan campuran udara bahan bakar menjadi gemuk. Hal ini menyebabkan pembakaran menjadi tidak sempurna.



b. Pada motor diesel bila udara yang dikompresi dingin akan mengeluarkan asap putih dan menimbulkan ketukan dan motor tidak mudah dihidupkan. c. Kalau pelumas terlalu kental, akan mengakibatkan motor mendapat tambahan tekanan d. Uap yang terkandung dalam gas pembakaran akan terkondensasi pada suhu kira-kira 50 ºC 2. Jenis-jenis sistem pendingin a. Sistem pendinginan udara 1) Sistem pendinginan udara secara alamiah Pada sistem ini panas yang dihasilkan oleh pembakaran gas dalam ruang bakar sebagian dirambatkan keluar dengan menggunakan sirip-sirip pendingin (cooling fins) yang dipasangkan di bagian luar silinder (Gambar 2). Pada tempat yang suhunya lebih tinggi yaitu pada ruang bakar diberi sirip pendingin yang lebih panjang daripada sirip pendingin yang terdapat di sekitar silinder yang suhunya lebih rendah.



Gambar 2.1 Pendinginan udara secara alamiah 2) Sistem pendinginan oleh tekanan udara Udara yang menyerap panas dari sirip-sirip pendingin harus berbentuk aliran atau udaranya hrus mengalir agar suhu udara di sekitar sirip tetap rendah sehingga penyerapan panas tetap berlangsung sempurna. Hal ini dapat dicapai dengan jalan menggerakkan sirip pendingin atau udaranya. Bila sirip pendingin yang



digerakkan



atau



mesinnya



bergerak



seperti



pada



sepedamotor. Pada mesin stasioner aliran udaranya diciptakan dengan



cara



dihubungkan



menghembuskannya langsung



dengan



melalui



poros



blower



engkol



yang



Gambar



3



menunjukkan pendinginan udara menggunakan kipas/blower yang terpasang pada roda gila (flywheel fan), yang dianggap tidak efisien karena tanpa pengarah aliran (shroud). Agar aliran udara pendingin lebih dapat mendinginkan sirip-sirip digunakan pengarah



Gambar 1.3 kipas udara pada fly wheel tanpa pengarah



Gambar 1.3 kipas udara pada fly wheel dengan pengarah b. Sistem Pendinginan Air Sistem pendinginan air lebih rumit dan lebih mahal jika dibandingkan dengan sistem pendingin yang lain. Namun sistem pendinginan ini juga memiliki kelebihan diantaranya lebih aman sebab ruang bakar dikelilingi oleh air pendingin, juga bertindak sebagai peredam suara mesin Sistem pendingin air dilengkapi radiator, kipas, thermostate, water jacket, pompa air dan slang karet



Gambar 1. 4 Konstruksi Pendingin air Pada sistem ini sebagian panas dari hasil pembakaran dalam ruang bakar diserap oleh air pendingin setelah melalui dinding silinder. Oleh karena itu di luar silinder dibuat mantel air (water jacket). Pada sistem pendinginan air ini air harus bersirkulasi. Adapun sirkulasi air dapat berupa 2 (dua) macam, yaitu: 1) Sirkulasi alamiah/Thermo-syphon Pada sistem pendinginan air dengan sirkulasi alamiah, air pendingin akan mengalir dengan sendirinya yang diakibatkan oleh perbedaan massa jenis air yang telah panas dan air yang masih dingin



Gambar 1.5 Prinsip sirkulasi alamiah Agar air yang panas dapat dingin, maka sebagai pembuang panas dipasangkan radiator.



Gambar 1.6 Sirkulasi alamiah di mesin Air yang berada dalam mantel air dipanaskan oleh hasil pembakaran sehingga suhunya naik, sehingga massa jenisnya akan turun dan air ini didesak ke atas oleh air yang masih dingin dari radiator. Agar pembuanganpanas dari radiator terjadi sebesar mungkin maka pada sistem pendingin dilengkapi juga dengan kipas. 2) Sirkulasi dengan tekanan Pada sirkulasi dengan tekanan pada prinsipnya sama dengan sirkulasi alam, tetapi untuk mempercepat terjadinya sirkulasi maka pada sistem dipasang pompa air



Gambar 1.7 Sirkulasi dengan tekanan 3. Komponen utama sistem pendingin a. Radiator Komponen ini berfungsi untuk mendinginkan cairan pendingin yang telah menjadi panas setelah melalui saluran water jacket. Radiator terdiri dari tangki air bagian atas ( upper water tank) dan radiator core pada bagian tengahnya. Cairan pendingin masuk ke upper tank dari selang atas (upper house). Upper tank dilengkapi dengan tutup radiator untuk menambah air pendingin dan dihubungkan slang ke reservoir tank sehingga air pendingin atau uap berlebihan dapat ditampung.



Gambar 1.8 komponen pada radiator Inti Radiator (radiator core) terdiri dari pipa-pipa dimana cairan pendingin melaluinya dari upper ke lower tank. Juga dilengkapi dengan sirip-sirip yang didinginkan oleh kipas udara akibat gerakan dari kendaraan, yang mengalir melalui sirip-sirip pada saat kendaraan sedang berjalan



Gambar 1.9 radiator core Tutup radiator berfungsi untuk menaikkan titik didih air pendingin dengan jalan menahan ekspansi air pada saat air menjadi panas sehingga tekanan air menjadi lebih tinggi daripada tekanan udara luar. Di samping itu pada sistem pendinginan tetutup, tutup radiator berfungsi untuk mempertahankan air pendingin dalam sistem meskipun dalam keadaan dingin atau panas.



Gambar 1.10 Konstruksi tutup radiator Tutup Radiator merupakan salah satu komponen yang berada pada upper tank radiator yang bertekanan dan menutup rapat. Ini memungkinkan naiknya temperatur pendingin 100o C tanpa terjadi



mendidih. Penggunaan tutup radiator yang bertekanan (pressure cap) diutamakan sebab efek pendinginan radiator bertambah dan membuat perbedaan suhu antara udara luar dan cairan pendingin. Pada tutup radiator dilengkapi relief valve dan vacuum valve. Bila volume pendingin bertambah saat temperatur mulai naik, maka tekanan juga akan bertambah. Bila tekanan naik hingga mencapai 0.3-1,0 kg/cm 2 pada 110-120oC reliev valve akan membuka dan membebaskan kelebihan tekanan melalui overflow pipe.



Gambar 1.11 Cara kerja Relief Valve Temperatur cairan pendingin berkurang setelah mesin berhenti dan membentuk ruangan vakum di dalam radiator. Vacuum valve akan membuka secara otomatis untuk menghisap udara segar mengganti kevakuman dalam radiator. Kemudian cairan pendingin dalam radiator pada tekanan atmosfir bila mesin sudah benar-benar menjadi dingin.



Gambar 1.12 Cara kerja Vacuum Valve b. Pompa Air Pompa air berfungsi untuk menyirkulasikan air pendingin dengan jalan membuat perbedaan tekanan antara saluran isap dengan saluran tekan pada pompa. Pompa air yang biasa digunakan adalah pompa sentrifugal. Pompa air ini digerakkan oleh mesin dengan bantuan tali kipas (“V” belt) dan puli dengan perbandingan putaran antara pompa



air dengan mesin sekitar 0,9 sampai 1,3. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengalirkan air pendingin sesuai dengan operasi mesin.



Gambar 1.13 Konstruksi pompa air c. Kipas Pendingin Kipas berfungsi untuk mengalirkan udara pada inti radiator agar panas yang terdapat pada inti radiator dapat dipancarkan ke udara dengan mudah. Kipas pendingin dapat berupa kipas pendingin biasa (yang diputarkan oleh mesin) atau kipas pendingin listrik. Kipas pendingin biasa digerakkan oleh putaran puli poros engkol. Poros kipas biasa sama dengan poros pompa air sehingga putaran kipas sama dengan putaran pompa.



Gambar 1.14 Kipas pendingin dengan motor lstrik



Bila suhu air pendingin dibawah 83 ºC temperature switch ON dan relay berhubungan dengan masa. Fan relay coil terbuka dan motor tidak bekerja. Bila suhu air pendingin di atas 83 ºC, temperature switch akan OFF dan sirkuit relay ke masa terputus. Fan relay tidak bekerja, maka kontak poin merapat dan kipas mulai bekerja. d. Katup Termostat Katup termostat berfungsi untuk menahan air pendingin bersirkulasi pada saat suhu mesin yang rendah dan membuka saluran adri mesin ke radiator pada saat suhu mesin mencapai suhu idealnya. Katup termostat biasanya dipasang pada saluran air keluar dari mesin ke radiator yang dimaksudkan agar lebih mudah untuk menutup saluran bila mesin dalan keadaan dingin dan membuka saluran bila mesin sudah panas.



Gambar 1.15 Katup Termostat e. Tangki Cadangan (Reservoir Tank) Tangki cadangan (reservoir tank) dihubungkan ke radiator dengan slang overflow. Bila volume cairan pendingin berekspansi disebabkan naiknya temperatur, maka cairan pendingin yang berlebihan dikirim ke tanki cadangan. Bila temperatur turun, maka cairan pendingin yang ada dalam tanki cadangan akan kembali ke radiator. Ini untuk mencegah terbuangnya cairan pendingin dan untuk menjamin agar tetap



dapat



mengirimkan



penambahan secara tetap.



cairan



pendingin



saat



diperlukan



Gambar 1.16 Tangki Cadangan (reservoir tank) 4. Cara Kerja Sistem Pendingin Proses pendinginan adalah proses berpindahnya energi panas atau kalor dari zat yang bertemperatur lebih tinggi ke zat lain yang bertemperatur lebih rendah. Cara kerja sistem pendinginan air pada mesin dapat dijelaskan pada saat mesin sudah hidup, mulai dari kondisi temperatur mesin masih dingin atau bertemperatur udara luar atmosfir, kemudian diharapkan mesin cepat panas atau cepat mencapai temperatur kerja yang diinginkan (80°C s.d 1000 C) dan selanjutnya mempertahankan temperatur kerja mesin tersebut, jangan sampai temperatur mesin dibawah batas tersebut dan juga jangan sampai temperatur mesin diatas batas atas tersebut diatas (overheating).



Gambar 1.17 Kerja sistem pendingin a. Saat Temperatur Mesin Dingin Sampai Temperatur Kerja Pada saat mesin masih dingin (bertemperatur udara atmosfir) dan kemudian mesin dihidupkan, maka di dalam silinder terjadi proses pembakaran yang berulang-ulang, sehingga komponen mesin dan air pendingin temperaturnya semakin meningkat. Bersamaan dengan itu, pompa air (6) berputar, maka terjadi sirkulasi air hanya di dalam rongga blok motor dan kepala silinder (1). Air tidak dapat bersirkulasi melewati radiator (4), karena termostat (5) masih tertutup. Oleh karena sirkulasi air hanya di dalam mesin dan air tidak didinginkan radiator, maka komponen mesin dan air menjadi cepat panas atau disebut dengan mesin telah panas, mencapai temperatur kerja yang diinginkan (80°C s.d 1000 C). b. Saat temperatur kerja stabil



Setelah mesin panas atau mencapai temperatur kerja, temperatur mesin tidak boleh naik lagi melebihi batas atas temperatur kerja, karena akan mengakibatkan panas mesin berlebihan (overheating), harus diupayakan temperatur kerja mesin stabil pada rentang temperatur yang diinginkan (80°C s.d 1000 C). Supaya temperatur mesin tidak naik lagi, maka air pendingin yang panas harus disirkulasikan dan didinginkan radiator. Oleh karena itu saat mesin panas termostat harus membuka, sehingga sirkulasi air tidak hanya di dalam mesin, tetapi melewati termostat (5), slang bagian atas (2), radiator (4), slang bagian bawah (3), pompa air (6) dan ke dalam mesin (1), termostat dan seterusnya. Akibatnya panas air pada radiator akan berpindah ke sirip-sirip radiator dan terus berpindah ke udara yang melewati radiator. Dengan sirkulasi air yang terus menerus melewati radiator dan didinginkan oleh udara yang selalu lewat dari depan kendaraan ke arah mesin, maka temperatur air yang cenderung semakin panas akan didinginkan, sehingga mesin akan terjaga tidak melebihi batas panas temperatur kerja. Kipas yang berputar akan menjamin kecukupan aliran udara yang melewati radiator. 5. Gangguan-gangguan pada sistem pendingin a. Kekurangan atau kehabisan air pada radiator dan reservoir. b. Sabuk penggerak (fan belt) pompa air kendor atau putus. c. Slang-slang air radiator tidak tersambung dengan baik, retak-retak atau bocor. d. Radiator kotor atau bocor. e. Termostat tidak dipasang atau rusak dalam kondisi terbuka terus atau f. Termostat rusak dalam kondisi tertutup terus. g. Tutup radiator tidak menutup dengan rapat atau katup pelepas dan katup vakumnya tidak dapat terbuka. h. Seal pompa air bocor. D. Rangkuman



Bagian-bagian sistem pendinginan mesin yang perludipelihara/diservis adalah : radiator, tutup radiator, tangki reservoir, kipas, pompa air dan termostat. b. Radiator berfungsi untuk mendinginkan air atau membuang panas air ke udara melalui sirip-sirip pendinginnya. Cara kerjanya adalah membuang panas secara konveksi dan radiasi. Radiator perlu diservis karena untuk mengalirnya air pendingin dengan sirip yang sangat banyak c. Tutup radiator berfungsi untuk menaikkan titik didih airpendingin dengan jalan menahan ekspansi air pada saat air menjadi panas sehingga tekanan air menjadi lebih tinggi dari pada tekanan udara luar. Tutup radiator perlu diservis dari kemungkinan kebocoran perapatnya dari tekanan. d. Pompa air berfungsi untuk menyirkulasikan air pendingin dengan jalan membuat perbedaan tekanan antara saluran isap dengan saluran tekan pada pompa. Pompa air perlu diservis karena pompa bekerja menyirkulasikan air yang tidak boleh ada kebocoran dalam pompa. e. Tangki reservoir berfungsi untuk menampung air pendingin ketika terjadi kenaikan tekanan air karean suhu tinggi dalam radiator sehingga air akan meluap. Ketika suhu air pendingin turun terjadi kevakuman maka air dalam tangki reservoir akan diisap kembali ke dalam radiator. f. Kipas berfungsi untuk mengalirkan udara pada inti radiator agar panas yang terdapat pada inti radiator dapat dipancarkan ke udara dengan mudah. Kipas pendingin dapat berupa kipas pendingin biasa (yang diputarkan oleh mesin) dan kipas pendingin listrik yang digerakkan oleh motor listrik. Kipas perlu diservis dari kemungkinan kotor dan porosnya yang aus, serta tali kipasnya yang kendor. g. Katup termostat berfungsi untuk menahan air pendingin bersirkulasi pada saat suhu mesin yang rendah dan membuka saluran dari mesin ke radiator pada saat suhu mesin mencapai suhu idealnya. Katup termostat perlu diservis dari kemungkinan tidak berfungsi secara baik.



E. Latihan Soal



1. Jelaskan fungsi dan cara kerja radiator dalam sistem pendinginan air serta alas an mengapa harus diservis. 2. Jelaskan fungsi dan cara kerja tutup radiator dalam sistem pendinginan air 3. Jelaskan fungsi dan cara kerja tangki reservoir dalam sistem pendinginan air 4. Jelaskan fungsi dan cara kerja kipas pendinginan serta alasan perlunya diservis. 5. Jelaskan mengapa pompa air perlu diservis 6. Jelaskan fungsi dan cara kerja termostat pada sistem pendinginan air pada mesin. F. Kunci Jawaban 1. Radiator berfungsi untuk mendinginkan air atau membuang panas air ke udara melalui sirip-sirip pendinginnya. Cara kerjanya adalah membuang panas secara konveksi dan radiasi. Radiator perlu diservis karena untuk mengalirnya air pendingin dengan sirip yang sangat banyak 2. Tutup radiator berfungsi untuk menaikkan titik didih air pendingin dengan jalan menahan ekspansi air pada saat air menjadi panas sehingga tekanan air menjadi lebih tinggi daripada tekanan udara luar. Tutup radiator perlu diservis dari kemungkinan kebocoran perapatnya dari tekanan 3. Pompa air berfungsi untuk menyirkulasikan air pendingin dengan jalan membuat perbedaan tekanan antara saluran isap dengan saluran tekan pada pompa. Pompa air perlu diservis karena pompa bekerja menyirkulasikan air yang tidak boleh ada kebocoran dalam pompa. 4. Tangki reservoir berfungsi untuk menampung air pendingin ketika terjadi kenaikan tekanan air karena suhu tinggi dalam radiator sehingga air akan meluap. Ketika suhu air pendingin turun terjadi kevakuman maka air dalam tangki reservoir akan diisap kembali ke dalam radiator. 5. Kipas berfungsi untuk mengalirkan udara pada inti radiator agar panas yang terdapat pada inti radiator dapat dipancarkan ke udara dengan mudah. Kipas pendingin dapat berupa kipas pendingin biasa (yang diputarkan oleh



mesin) dan kipas pendingin listrik yang digerakkan oleh motor listrik. Kipas perlu diservis dari kemungkinan kotor dan porosnya yang aus, serta tali kipasnya yang kendor. 6. Katup termostat berfungsi untuk menahan air pendingin bersirkulasi pada saat suhu mesin yang rendah dan membuka saluran dari mesin ke radiator pada saat suhu mesin mencapai suhu idealnya. Katup termostat perlu diservis dari kemungkinan tidak berfungsi secara baik. BAB II MERAWAT BERKALA SISTEM PENDINGIN A. Deskripsi Singkat Pada bab ini kita akan membahas perawatan/ pemeliharaan komponen sistem pendingin. Perawatan berkala ini sangat penting dilakukan untuk menjaga usia komponen dan performa mesin. B. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah disediakan peralatan dan jobsheet, siswa dapat melakukan perawatan sistem pendingin sesuai prosedur tanpa menyebabkan kerusakan. 2. Setelah mengakses informasi spesifikasi dari pabrik dan hasil perawatan, peserta didik dapat menyimpulkan hasil perawatan sistem pendingin dengan cermat dan teliti 3. Setelah menghidupkan mesin, siswa dapat mengontrol hasil perawatan sistem pendingin dengan cermat dan teliti C. Materi Merawat Komponen Sistem Pendingin 1.



Sirkuit Sistem Pendingin Sebelum kita melangkah pada tahap perawatan, hendaknya kita pahami dulu gambar sirkuit sistem pendingin tentang bagaimana komponen sistem pendingin bekerja.



Gambar 2.1 Sirkuit Sistem Pendingin 2. Perawatan berkala yang dilakukan pada kendaraan g. h. i. j. k. l.



Memeriksa kuantitas air pendingin Memeriksa kualitas air pendingin Memeriksa kerja vacuum valve Memeriksa kebocoran sistem pendingin Memeriksa kondisi tali kipas Pengukuran defleksi tali kipas



3. Air Pendingin h. Periksa kuantitas air pendingin Lihat level ketinggian pada reservoir tank, jika tinggi air kurang, sisi hingga garis FULL



i. Periksa kualitas air pendingin Kemungkinan bisa tercampur oli, karat atau kotoran



4. Radiator Merawat radiator dilakukan secara berkala bersamaan dengan tune up mobil bertujuan untuk mempertahankan performa mesin



a. Memeriksa Kebocoran radiator Pasang alat uji Radiator Cap Tester pada dudukan tutup radiator dan berikan tekanan 1,2 kg cm2



b. Memeriksa kekuatan tekan dan kerja dari vacuum valve Pasang Radiator cap tester pada tutup radiator berikan tekanan STD : 0,75 – 1,05 kg cm2 Limit: 0,6 kg cm2 c. Periksa sirip dan inti radiator dan perbaiki sirip yang menghambat saluran air dengan menggunakan obeng pipih d. Pemeriksaan pipa-pipa dan bagian yang disolder pada tangki atas dan bawah dari kemungkinan bocor, kalau perlu diperbaiki atau diganti 5. Tali Kipas a. Pemeriksaan secara visual kondisi tali kipas dari kemungkinan : -



Retak berubah bentuk, terlalu kencang atau aus



-



Terkena oli atau gemuk



b. Pemeriksaan persinggungan tali Kipas dengan puli



c. Periksa dan stel kekencangan/ defleksi



tali kipas Dengan kekuatan tekanan 10 kg, tekan Tali pada tempat-tempat seperti gambar. Pompa air – Alternator : 7 – 11 mm Engkol –Kompressor : 11-14 mm (selain 5K) 12-16 mm (5K) 6. Termostat a. Celupkan termostat ke dalam air dan periksa suhu pembuka katup dengan jalan memanaskan air sedikit demi sedikit. b. Ganti termostat jika kayup tetap tertutup pada temperatur kerja atau tidak tertutup papat waktu menutup Jenis suhu rendah: Katup mulai membuka pada 80-84oC Katup akan membuka selebar lebih dari 8 mm pada suhu 84oC. Jenis suhu tinggi : Katup mulai membuka pada 86-90oC Katup akan membuka selebar lebih dari 8 mm pada suhu 100oC 7. Pompa Air



Gambar 2.2 Komponen Pompa Untuk servis pompa air dilakukan dengan membongkar, membersihkan, mengganti seal-seal yang bocor, memastikan kerapatannya dan merakit kembali. Pembongkaran pompa tidak termasuk pada perawatan berkala. Pekerjaan ini dilakukan saat terjadi gejala-gejala kerusakan pompa saja seperti, bunyi berisik pada pompa, tidak mengalirnya air pendingin dsb. Tindakan perawatan/ servis pompa diantaranya :



a. Memanaskan bodi pompa Bertujuan untuk menghilangkan kotoran Maupun kerak-kerak yang terdapat di dalam pompa. Dengan cara merebus bodi pompa pada temperatur 80o C b. Melepas bantalan rotor Melepas bantalan rotor menggunakan SST. Periksa kondisi bantalan rotor jika putaran kasar dan berbunyi segera ganti komponen 8. Memeriksa/ Mengontrol hasil perawatan sistem pendingin a. Mengontrol sirkulasi air pendingin Setelah dilakukan perawatan sistem pendingin, hendaknya pastikan bahwa sistem pendingin yang telah kita periksa dapat bekerja dengan baik dengan cara :



d. Buka tutup radiator e. Hidupkan mesin f. Amati aliran air pendingin melalui tangki atas radiator 5) Aliran deras manandakan sirkulasi berjalan dengan baik 6) Tidak mengalir lancar, kemugkinan terdapat kerusakan pada komponen sistem pendingin 7) Terdapat gelembung udara kemungkinan cylinder head melengkung menyebabkan udara luar masuk ke sistem pendingin 8) Air pendingin menyemprot keluar saat distarter kemungkinan tekanan kompresi masuk ke saluran sistem pendingin. b. Mengontrol kekencangan tali kipas Kekencangan tali kipas yang tidak sesuai spesifikasi yakni terlalu kencang atau terlalu kendor akan mengakibatkan bunyi berisik c. Mengontrol kerja bantalan rotor pada pompa Bantalan yang sudah aus akan mengakibatkan timbulnya suara berisik pada mesin. D. Rangkuman Perawatan berkala pada sistem pendingin antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Memeriksa kuantitas air pendingin Memeriksa kualitas air pendingin Memeriksa kerja vacuum valve Memeriksa kebocoran sistem pendingin Memeriksa kondisi tali kipas Pengukuran defleksi tali kipas



E. Latihan Soal 1. Sebutkan langkah-langkah pemeriksaan dan perbaikan pada unit radiator ? 2. Jelaskan cara memelihara termostat dengan benar! F. Kunci Jawaban 1. Pemeriksaan dan perbaikan radiator dilakukan sebagai berikut:



a. Pemeriksaan pipa-pipa dan bagian yang disolder pada tangki atas dan bawah dari kemungkinan bocor, kalau perlu diperbaiki atau diganti b.



Periksa sirip dan inti radiator dan perbaiki sirip yang menghambat saluran air dengan menggunakan obeng pipih.



c. Bila yang tersumbat dari intinya melebihi 20 persen radiator harus diganti d. Periksalah slang radiator dan jika ternya rusak atau keras harus diganti e.



Periksalah katup pengatur pada tutup radiator dan katup vakum dari kemungkinan pegasnya yang lemah atau dudukannya kurang rapat. Jika katup membuka pada tekanan di bawah harga spesifikasi atau ada kerusakan lain , tutup radiator harus diganti.



2. Cara memelihara termostat adalah sebagai berikut : Untuk menservis termostat dilakukan dengan cara: a. Membuka termostat dari sistem pendinginan b. Memeriksa termostat dengan cara: 1) Menaruh termostat pada tempat yang berisi air. 2) Periksalah suhu saat pembukaan katup dengan jalan manikkan suhu air sedikit demi sedikit.



Termostat harus diganti bila ternyata



terdapat kerusakan, c. Memasang kembali termostat pada sistem.



Lampiran LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA



Satuan Pendidikan



: SMK PGRI 1 Taman



Mata Pelajaran



: Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan



Kelas/ Semester



: XI TKRO 4 / 3



Kompetensi Dasar



: Mendiagnosa kerusakan sistem pendingin



Pertemuan Ke



: .........................



Hari/tgl



: ..........................2020



Alokasi Waktu



: ......JP (.........X......menit)



A. NO



Aspek Penilaian : Keaktifan proses belajar Kriteria Penilaian



1



Bertanya kepada guru



2



Menjawab pertanyaan guru



3



Melaksanakan keja proyek



4



Diskusi dengan kelompok



5



Bekerjasama dalam kelompok



6



Mengamati alat peraga



7



Mendengarkan penjelasan guru



8



Percaya diri dalam kegiatan pembelajaran Jumlah Skor Prosentase nilai Kualifikasi nilai



Kategori Ya Tidak



Skor



B.



Penilaian: 1.



Penilaian kemampuan aktivitas proses belajar siswa dilakukan dengan cara memberi tanda cek (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan fakta yang diamati



2.



Bobot skor penilaian: jika faktanya ada di beri skor 10, jika tidak di beri skor 0 (nol)



3.



Rumus untuk menentukan nilai kemampuan aktivitas proses belajar adalah: Nilai =



X 100



C. Untuk menentukan atau menginterprestasikan taraf kemampuan aktivitas belajar



siswa



dengan



nilai



yang



dicapai



adalah



menggunakan



standar/kriteria penilaian sebagai berikut : Taraf kemampuan (dalam %) 90 – 100 80 – 89 70 – 79 60 – 69 ≤ 59



Kualifikasi nilai Amat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang



Nilai huruf A B C D E



LEMBAR OBSERVASI GURU Satuan Pendidikan Nama Guru Kelas Semester Mata Pelajaran Kompetensi Dasar



: : : : : :



SMK NU Bandar Slamet, ST XI TKRO 4 3 Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan Mendiagnosa kerusakan sistem pendingin ASPEK YANG DIAMATI



Petunjuk umum : Target pencapaian Nilai 2 diatas 75 % Berilah tanda (√) pada tabel No



Aspek yang diobservasi



1 2 3 4 5



Persiapan Mengajar Membuka Pelajaran Memotifasi Siswa Penguasaan Materi Penyajian sesuai dengan



6 7



urutan materi Metode Bimbingan terhadap



8 9 10



kesulitan siswa Pemberian evaluasi Ketepatan alokasi waktu Media yang digunakan



Kemunculan Ada Tidak



Kriteria Penilaian Observasi Guru 1. Persiapan Mengajar



Penilaian 1 2 3



Komentar



Skor 1



: Guru tidak ada persiapan



Skor 2



: Guru mempersiapkan dengan hanya membawa alat agenda mengajar



Skor 3



: Guru membawa agenda mengajar, perangkat mengajar dan alat peraga pembelajaran



2. Membuka Pelajaran Skor 1



: Guru tidak membuka pelajaran



Skor 2



: Guru membuka pelajaran dengan membaca salam



Skor 3



: Guru membuka pelajaran denga membaca doa, salam dan mengabsen siswa



3. Memotifasi siswa Skor 1



: Guru tidak memotivasi siswa



Skor 2



: Guru memotivasi siswa tetati tidak berhubungan dengan pembelajaran



Skor 3



: Guru memotivasi siswa dengan hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran



4. Penguasaan Materi Skor 1



: Guru tidak menguasai materi



Skor 2



: Guru kurang menguasai materi



Skor 3



: Guru menguasai materi



5. Penyajian sesuai dengan urutan materi Skor 1



: Materi disajikan secara tidak urut



Skor 2



: Materi disajikan sebagian urut



Skor 3



: Materi disajikan dengan urut



6. Metode Skor 1



: Disampai hanya dengan ceramah



Skor 2



: Disajikan dengan ceramah dan job sheet



Skor 3



: Disajikan dengan ceramah, job sheet dan pembahasan



7. Bimbingan Terhadap siswa Skor 1



: Siswa tidak dibimbing



Skor 2



: Hanya siswa tertentu yang di bimbing meskipun banyak siswa yang membutuhkan



Skor 3



: Membimbing semua siswa yang membutuhkan bimbingan



8. Pemberian evaluasi Skor 1



: Tidak ada evaluasi



Skor 2



: Ada evaluasai tetapi tidak sesuai dengan materi



Skor 3



: Evaluasi sesuai dengan materi



9. Ketepatan alokasi waktu Skor 1



: Tidak tepat, waktunya terlalu banyak



Skor 2



: Kurang, waktunya lebih sedikit



Skor 3



: Tepat waktu



10. Media yang digunakan Skor 1



: Buku paket



Skor 2



: Buku paket, LCD



Skor 3



: Buku paket, LCD dan alat peraga



KRITERIA PENILAIN PSIKOMOTORIK SISWA 1. Menyiapkan alat dan bahan



Skor 1



: Tidak tahu bentuk fisik alat dan bahan



Skor 2



: Dapat menyiapkan alat dan bahan tetapi masih kurang



Skor 3



: Dapat menyiapkan alat dan bahan dengan bantuan guru



Skor 4



: Dapat menyiapkan alat dan bahan dengan sedikit bantuan guru



Skor 5



: Dapat menyiapkan alat dan bahan dengan benar



2. Melakukan pemeriksaan Skor 1



: Tahu cara kerja alat yang digunakan



Skor 2



: Tahu cara kerja alat yang digunakan dan dapat mengetahui cara memeriksa



Skor 3



: Dapat menggunakan ala yang digunakan dan dapat memeriksa dengan bantuan guru



Skor 4



: Dapat menggunakan ala yang digunakan dan dapat memeriksa dengan sedikit bantuan guru



Skor 5



: Dapat menggunakan ala yang digunakan dan dapat memeriksa dengan baik



3. Merapikan kembali alat dan bahan Skor 1



: Tidak mengembalikan alat dan bahan setelah melakukan praktek



Skor 2



: Kadang-kadang mengembalikan alat dan bahan



Skor 3



: Mengembalikan alat dan bahan tetapi kurang rapi



Skor 4



: Mengembalikan alat dan bahan dengan sebagian besar tertata rapi



Skor 5



: Mengembalikan alat dan bahan dengan tertata rapi



4. Mengkomunikasika data hasil pemeriksaan Skor 1



: Tidak membuat laporan



Skor 2



: Membuat laporan dengan sembarangan



Skor 3



: Membuat



laporan



dan



tidak



sesuai



dengan



standar



operasioanal prosedur Skor 4



: Membuat laporan dan dengan standar operasioanal prosedur tetapi kurang lengkap



Skor 5



: Membuat laporan dan dengan standar operasioanal prosedur dengan lengkap



5. Mempresentasikan hasil pemeriksaan Skor 1



: Tidak membuat laporan dan tidak presentasi



Skor 2



: Membuat laporan dan presentasi dengan sembarangan



Skor 3



: Membuat laporan dan presentasi tidak sesuai dengan standar operasioanal prosedur



Skor 4



: Membuat laporan dan presentasi sesuai dengan standar operasioanal prosedur tetapi kurang lengkap



Skor 5



: Membuat laporan dan presentasi sesuai dengan standar operasioanal prosedur



KRITERIA PENILAIAN AFEKTIF SISWA 1. Kerjasama Skor 1



: Melaksanakan tugas sendiri



Skor 2



: Berdiskusi dengan satu teman



Skor 3



: Berdiskusi dengan beberapa teman



Skor 4



: Berdiskusi bersama tetapi kurang kompak



Skor 5



: Berdiskusi denga kelompok



2. Kejujuran Skor 1



: Mencontek laporan teman



Skor 2



: Laporan dibuat dengan sembarangan



Skor 3



: Laporan dibuat berdasarkan temuan sendiri, tetapi kurang benar



Skor 4



: Laporan di buat berdasarkan temuan kelompoknya sendiri



Skor 5



: Laporan dibuat dengan benar



3. Sikap Skor 1



: Membuat keramaian saat kegiatan pembelajaran



Skor 2



: Tidak membuat keramaian dan melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan kegiatan pembelajaran



Skor 3



: Tidak membuat keramaian dan tidak melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan kegiatan pembelajaran



Skor 4



: Memperhatikan pelajaran



Skor 5



: Memperhatikan pelajaran dan berani bertanya atau menjawab pertanyaan



4. Disiplin Skor 1



: Telat masuk kelas



Skor 2



: Mengikuti kegiatan pembelajaran dengan tidak tertib



Skor 3



: Mengumpulkan tugas



Skor 4



: Mengumpulkan tugas sesuai dengan batas waktu yang ditentukan



Skor 5 5. Toleransi



: Mengikuti pembelajaran dengan tertib



Skor 1



: Berbicara sendiri saat orang lain menyampaikan pendapat



Skor 2



: Mendengarkan pendapat orang lain



Skor 3



: Menyanggah pendapat orang lain dengan kurang sopan



Skor 4



: Menyanggah pendapat orang lain degan sopan



Skor 5



: Menghargai pendapat orang lain



6. Tanggung jawab Skor 1



: Membuat keramaian dan melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan kegiatan pembelajaran



Skor 2



: Tidak membuat keramaian dan melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan kegiatan pembelajaran



Skor 3



: Tidak membuat keramaian dan tidak melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan kegiatan pembelajaran



Skor 4



: Melaksanakan praktek sesuai dengan instruksi yang disyaratkan



Skor 5



: Mampu melaksanakan praktek dan mempresentasikan hasil dengan benar