PTK Pai [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. sel tumbuhan memiliki kloroplas, sel hewan tidak B. sel tumbuhan tidak memiliki kloroplas, sel hewan punya C. sel hewan mengandung selulosa, sel tumbuhan tidak D. sel hewan tidak memiliki sel membrane inti, sel tumbuhan punya 12. Organel-organel sel terdapat di dalam suatu cairan sel yang disebut … A. Nukleoplasma B. Nucleolus C. Sitoplasma D. Sitosol 13. Organel sel dan fungsinya yang tepat adalah .... A. Nukleus : Mensintesis protein B. Dinding sel : Menguatkan sel C. Mitokondria : Sekresi protein D. Ribosom ; Respirasi sel 14. Seluruh kegiatan dalam sel dikendalikan oleh .... A. Mitokondria B. Nukleus C. Sitoplasma D. Badan Golgi 15. Materi genetik (pembawa sifat keturunan) yang terdapat di dalam nukleus adalah …. A. Vakuola B. Kromosom C. Lisosom D. Plastid 16. Sel darah merah berfungsi untuk . . . . A. proses pembekuan darah B. mengeluarkan CO2 dari dalam tubuh C. mengangkut oksigen keseluruh tubuh D. melawan kuman penyakit yang masuk kedalam tubuh 17. Organel dan bahan-bahan kimia organik pada sel terdapat pada bagian …. A. inti B. membran plasma C. sitoplasma D. membran inti 18. Sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama disebut … A. Sel B. Jaringan C. Organ D. Sistem organ 19. Berikut ini adalah contoh jaringan .... A. Daun, batang, palisade B. Epidermis, xylem, floem C. Tangan, kaki, otot lurik D. Endodermis, epitel, jantung 20. Berikut ini adalah jaringan yang terdapat pada hewan vertebrata, kecuali …. A. Jaringan epitel



B. Jaringan ikat C. Jaringan otot D. Jaringan palisade 21. Cabang ilmu biologi yang khusus mempelajari tentang jaringan adalah …. A. Fisiologi B. Histologi C. Anatomi D. Morfologi 22. Perhatikan gambar irisan melintang batang dikotil berikut ! Letak floem, kambium, dan xylem berturutturut ditunjukkan oleh nomor … A. 1, 2, 3 B. 2, 3, 4 C. 3, 4, 5 D. 2, 4, 5 23. Perhatikan gambar irisan melintang daun berikut ! Jaringan palisade terdapat pada nomor … A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 24. Berdasarkan gambar nomor 23, proses fotosintesis pada daun paling banyak berlangsung pada nomor… A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 25. Jaringan epitel pada hewan dan jaringan epidermis pada tumbuhan memiliki fungsi yang sama yaitu …. A. sebagai penyokong (penguat) B. sebagai pengangkut zat makanan C. sebagai alat penerima rangsang D. sebagai pelindung jaringan yang ada di bawahnya 26. Alat transportasi pada tubuh hewan adalah darah, sedangkan pada tumbuhan peran ini dilakukan oleh …. A. sklerenkim dan kolenkim B. epidermis dan endodermis C. xilem dan floem D. jaringan korteks 27. Jaringan yang mempunyai fungsi sebagai penyokong tubuh, melindungi organ, dan menjadi alat gerak pasif adalah jaringan .... A. tulang B. darah C. saraf D. membran inti 28. Perbedaan fungsi antara otot polos dengan otot lurik adalah …. A. otot lurik ada bagian yang gelap dan terang, sedangkan otot polos tidak ada



B. otot lurik bekerja di bawah perintah, sedangkan otot polos tidak C. otot lurik mempunyai banyak inti dalam satu sel, sedangkan otot polos mempunyai satu inti dalam satu sel D. otot lurik melekat pada tulang, sedangkan otot polos banyak pada saluran pencernaan dan pembuluh darah 29. Pemasukan dan pengeluaran udara pada tumbuhan hijau dilakukan melalui .... A. stomata dan tulang daun B. lentisel dan akar C. stomata dan lentisel D. stomata dan batang 30. Fungsi floem adalah … A. Mengangkut air dari akar ke daun B. Mengangkut garam-garam mineral ke seluruh tubuh C. Mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh D. Mengangkut sisa metabolism dari daun ke seluruh tubuh 31. Jaringan yang berfungsi mengangkut air dan garam-garam mineral ke daun adalah… A. Epidermis B. Floem C. Xylem D. Parenkim 32. Jaringan yang berdinding tipis dan selalu membelah adalah . . . . A. jaringan epidermis B. jaringan parenkim C. jaringan penguat D. jaringan meristem 33. Dibawah ini yang bukan merupakan jaringan pengikat/penyokong adalah . . . . A. jaringan tulang B. jaringan darah C. jaringan otot D. jaringan lemak 34. Tempat berlangsungnya proses fotosintesis pada tumbuhan adalah . . . . A. akar B. batang C. daun D. bunga 35. Jaringan yang menyusun organ mata pada manusia adalah . . . . A. jaringan otot, jaringan ikat, dan jaringan saraf B. jaringan otot, jaringan epitel, dan jaringan embrional C. jaringan saraf, jaringan embrional dan jaringan epitel D. jaringan saraf, jaringan ikat dan jaringan epitel 36. Perhatikan gambar berikut ! Gambar di atas adalah jaringan …



A. Otot polos B. Otot lurik C. Otot jantung D. Otot serabut 37. Jaringan yang berfungsi sebagai pelindung jaringan yang ada dibawahnya dari kerusakan mekanis dan kekeringan adalah . . . . A. jaringan meristem B. jaringan epidermis C. jaringan penguat D. jaringan parenkim 38. Jaringan dalam tumbuhan yang berfungsi sebagai jaringan penguat atau penyokong, yaitu . . . . A. xilem dan floem B. kolenkim dan parenkim C. epidermis dan parenkim D. kolenkim dan sklerenkim 39. Jaringan yang sel-selnya melapisi permukaan tubuh atau rongga dalam tubuh hewan adalah .... A. jaringan epitel B. jaringan embrional C. jaringan otot D. jaringan saraf 40. Jaringan yang berfungsi untuk mengedarkan oksigen dan zat makanan pada hewan adalah . ... A. jaringan otot B. jaringan ikat C. jaringan darah D. jaringan epitelium 41. Jaringan pada hewan yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan adalah . . . . A. jaringan lemak B. jaringan darah C. jaringan embrional D. jaringan tulang 42. Kumpulan berbagai macam jaringan yang melakukan satu tugas atau lebih secara bersama-sama disebut . . . . A. organ B. sistem jaringan C. sistem organ D. organisme 43. Organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh adalah . . . . A. paru-paru B. hati C. ginjal D. jantung 44. Organel sel yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya oksidasi sel adalah . . . . A. lisosom B. mitokondria C. badan golgi D. retikulum endoplasma 45. Dibawah ini yang bukan merupakan organ



ekskresi adalah . . . . A. paru-paru B. kulit C. jantung D. hati 46. Organ berikut yang menyusun sistem gerak pada manusia yaitu . . . . A. tulang dan otak B. otak dan sumsum tulang belakang C. otot dan sumsum tulang belakang D. otot dan tulang 47. Dibawah ini yang bukan merupakan organ penyusun sistem hormon pada manusia adalah .... A. pankreas B. lambung C. hipofisis D. kelenjar tiroid 48. Kajian biologi tentang struktur dan fungsi ginjal dipelajari pada tingkatan . . . . A. sel B. jaringan C. organ D. individu 49. Organ-organ tubuh yang berfungsi sebagai alat indra yaitu . . . . A. hidung, telinga, kulit, lidah dan jantung B. hidung, telinga, mata, jantung dan lidah C. hidung, telinga, paru-paru, mata dan kulit D. hidung, telinga, kulit, mata dan lidah 50. Organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai penawar racun yang masuk kedalam tubuh bersama-sama makanan adalah . . . . A. hati B. paru-paru C. kulit D. ginjal 51. Gangguan yang terjadi pada hati akan mempengaruhi . . . . A. sistem pernapasan B. sistem pencernaan C. sistem koordinasi D. sistem reproduksi 52. Sistem organ pada tubuh saling berhubungan dan bekerja sama dengan sistem organ Lainnya sehingga terbentuk .... A. organ B. sistem organ C. organisme D. jaringan organ 53. Jantung disebut organ karena …. A. Berfungsi memompa darah B. Tersusun dari beberapa jaringan C. Tersusun dari sel-sel D. Merupakan bagian dari sistem peredaran darah 54. Berikut ini merupakan kelompok organ yaitu : A. Jantung, hati, otot polos



B. Tangan, kaki, serabut saraf C. Daun, batang, akar D. Tulang, otot, kulit 55. Sistem organ yang tidak terdapat pada tumbuhan adalah …. A. Sistem transportasi B. Sistem respirasi C. Sistem saraf D. Sistem reproduksi



Nama : ......................................



LATIHAN SOAL IPA KELAS VII “SISTEM ORGANISASI KEHIDUPAN”



NILAI : ......................................



1



Dibawah ini, pernyataan yang benar mengenai sel adalah …. A. sel adalah makhluk hidup B. sel tidak dimiliki tumbuhan C. sel merupakan bagian terkecil dari makhluk hidup maupun tak hidup D. sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup



6



Pada inti sel makhluk hidup terdapat .... A. pigmen B. materi genetik C. kromosom dan lisosom D. organel



2



Urutan tingkatan organisasi kehidupan dibawah ini yang benar adalah …. A. sel – jaringan – organ – sistem 3organ – organisme B. organisme – sel – jaringan – sistem organ – organ C. organ – sistem organ – organisme – sel jaringan D. jaringan – sel – organ – sistem organ – organisme Ilmuan yang menemukan istilah sel karena menemukan ruang-ruang kosong pada sayatan gabus Quercus suber adalah . . . . A. Schleiden B. Max Schultze C. Robert Hooke D. Hugo Von Mohl



7



Sel tumbuhan lebih kuat dan lebih kaku dibanding sel hewan karena sel tumbuhan memiliki .… A. dinding sel B. membran sel C. seludang protein D. kapsid



8



Cermatilah organisme-organisme berikut! 1) Paramecium 2) Amoeba 3) Hydra 4) Euglena 5) Spirogya Organisme uniseluler ditunjukan oleh nomor A. 1), 2), dan 3) B. 1), 2), dan 4) C. 2), 3), dan 4) D. 2), 3), dan 5) Bagian sel yang dimiliki oleh sel tumbuhan dan sel hewan adalah . . . . A. plastida B. kloroplas C. membran sel D. dinding sel 6. Sel tumbuhan dan sel hewan memiliki perbedaan walaupun secara umum organelnya sama.



9



Perhatikan pernyataan berikut ! 1) Sel dilindungi oleh dinding sel 2) Sel tidak dilindungi oleh dinding sel 3) Memiliki plastid (berisi kloroplas) 4) Memiliki lisosom 5) Vakuola berukuran besar 6) Vakuola berukuran kecil Ciri-ciri sel tumbuhan terdapat pada nomor : A. 1, 3, 5 B. 1, 3, 6 C. 2, 3, 5 D. 2, 4, 6 Organel yang fungsinya untuk pernapasan sel adalah …. A. lisosom B. mitokondria C. badan golgi D. kloroplas



3



4



5



10 Membran sel dapat mengatur masuk dan



keluarnya zat sehingga ada zat yang mudah dan ada yang sulit masuk keluar sel. Berarti membran ini bersifat …. A. selektif permeabel B. semipermeabel C. selektif semipermeabel D. permeabel



(KODE : PTK-0090) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermatabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika. budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntutan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Pendidikan Agama Islam, saat ini kurang memperhatikan diri peserta didik disamping itu juga kurangnya jam pelajaran yang diberikan pada siswa. Sehingga peserta didik kurang memahami apa yang telah disampaikan oleh pendidik. Demikian pula dengan pendidik, mereka juga kurang efektif dalam menggunakan metode maupun pendekatan yang diterapkan kepada peserta didik. Hal ini menambah daftar negatif tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk meningkatkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam maka perlu dirancang suatu pendekatan dan metode yang tepat agar Pendidikan Agama Islam dapat berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, guru memiliki peranan yang sangat penting. Karena guru sebagai Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang lebih maju. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10, dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam penjelasannya yang dimaksud kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepriadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta lain. Yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam dan yang dimaksud dengan kompetensi soaial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Didasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2006 Pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah di atas guru dituntut untuk memiliki komitmen, kemauan keras dan kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang telah disebutkan. Saat ini pendidik masih menggunakan metode yang sama dan kurang bervariasi, hal ini terbukti dengan masih banyaknya guru/pendidik yang masih menggunakan metode ceramah. Metode ceramah adalah mentransfer pengetahuan yang dimiliki oleh guru kepada peserta didik. Peserta didik hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, peserta didik tidak mencari sendiri pengetahuan mereka. Akibatnya, peserta didik sering lupa karena hanya mendengarkan saja dan tidak mengalami secara langsung. Idealnya, proses pembelajaran tidak hanya diarahkan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana menggunakan seluruh pengetahuan yang didapat tersebut untuk memecahkan permasalahan yang ada kaitannya dengan bidang studi yang sedang dipelajari. Kemampuan untuk memecahkan masalah adalah sangat penting bagi siswa untuk masa depannya nanti. Siswa akan terlatih mengembangkan potensi yang sudah dimiliki sebelumnya dan menambah pengalaman bagi individu siswa. Pengalaman tersebut akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk mereka pelajari di dalam kelas dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Model pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa mampu memecahkan permasalahan dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Paradigma konstruktivistik memandang siswa tidak sebagai kertas kosong melainkan sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebab mempelajari sesuatu. Pada model ini, proses belajar dipandang sebagai pemberian makna oleh siswa pada pengalamannya, sedangkan proses mengajar bukan hanya mengarahkan siswa untuk bisa membangun sendiri pengetahuan melainkan juga turut berpartisipasi dengan siswa untuk membentuk pengetahuan baru pada siswa, membuat makna, mencari kejelasan dan bersikap kritis terhadap hal-hal yang telah dipelajari melalui proyek. Peran guru dalam pembelajaran ini adalah mengarahkan siswa bisa belajar pada belajarnya sendiri. Model pembelajaran tersebut memberikan peluang terjadinya proses aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memanfaatkan sumber belajar secara beragam. Model ini juga memberikan peluang kepada siswa untuk berkolaborasi dengan teman bahkan dengan guru-guru dan mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Siswa tidak akan begitu saja menerima pengetahuan dari guru kemudian menyimpannya di dalam kepalanya, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah bagaimana siswa



dapat memecahkan permasalahan dan mengembangkan produk baru untuk dikaitkan dengan pengetahuan yang didapat dari lingkungan sekitarnya kemudian membangun pengetahuan tersebut menjadi pengetahuan menurut alam pemikiran siswa itu sendiri. Konstruktivistik juga beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia itu sendiri. Manusia mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai dengan yang dialami oleh manusia itu sendiri. Bagi konstruktivistik, pengetahuan tidak dapat di transfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Tiap orang harus mengkonstruksi pengetahuaanya sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang yang ingin tahu sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa arah pembelajaran konstruktivistik adalah sejauh mana pengajar atau guru dapat menjadikan pembelajaran pada situasi belajar yang menyenangkan. Jadi, siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan dan pemahamannya mengenai dunia melalui suatu pengalaman dan memikirkan kejadian tersebut. Diharapkan mereka dapat memadukan antara apa yang telah diketahuainya dengan apa yang baru mereka alami. Pemahaman yang dialami siswa tersebut dimaknai sebagai proses pembentukan konstruksi yang dilakukannya dengan memadukan apa yang telah diketahuainya dengan yang baru mereka alami. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstrusi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa mampu membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan dikelas, siswa yang menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Dan inilah yang diterapkan dalam pembelajaran konstruktivistik melalui metode diskusi kelompok. Pada hasil penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Ervina Royani tahun 2005 pada pelajaran geografi menyatakan bahwa, (1) siswa senang dengan cara guru menerangkan pelajaran mata pelajaran tersebut, dan siswa senang belajar dengan diskusi karena lebih mudah memahami materi pelajaran; (2) nilai siswa mengalami peningkatan pada indikator mengemukakan pendapat, memberi saran, melengkapi jawaban, menyanggah dan mendukung jawaban disertai alasan. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa minat dan kemampuan berfikir kritis analitis meningkat dalam mempelajari geografi dengan diterapkannya metode diskusi. Dengan adanya hasil penelitian yang sudah membuktikan bahwa dengan pendekatan konstruktivistik melalui metode diskusi kelompok siswa dapat meningkatkan prestasi belajar pada pelajaran geografi, maka peneliti ingin meneliti apakah pendekatan konstruktivistik dengan metode diskusi kelompok pada ranah kognitif siswa dapat diterapkan pada pelajaran Pendidikan Agama Islam yang konon Pendidikan Agama Islam adalah landasan bagi generasi muda dalam menghadapi suatu hal. Peneliti juga menggunakan diskusi kelompok karena dapat membantu siswa dalam mengumpulkan informasi-informasi yang akan di konstruk dalam pikiran setiap individu, karena setiap individu memiliki pengetahuan awal yang berbeda-beda. Dari pernyataan dan fakta-fakta tersebut, maka peneliti mengangkat sebuah penelitian yang berjudul : Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam Dengan Pendekatan Konstruktivistik Melalui Metode Diskusi Kelompok Pada Siswa Kelas VI SDN X Kec. X. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rumusan penelitian tersebut adalah : 1. Bagaimanakah merencanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang bermutu dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik melalui metode diskusi kelompok pada siswa kelas VI SDN X Kec. X ? 2. Bagaimanakah proses melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang bermutu dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik melalui metode diskusi kelompok pada siswa kelas VI SDN X Kec. X ? 3. Bagaimanakah proses mengevaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang bermutu dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik melalui metode diskusi kelompok pada siswa kelas VI SDN X Kec. X ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan perencanaan Pendidikan Agama Islam yang bermutu dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik melalui metode diskusi kelompok pada siswa kelas VI SDN X Kec. X 2. Mendeskripsikan proses pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang bermutu dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik melalui metode diskusi kelompok pada siswa kelas VI SDN X Kec. X 3. Mendeskripsikan proses mengevaluasi Pendidikan Agama Islam yang bermutu dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik melalui metode diskusi kelompok pada siswa kelas VI SDN X Kec. X D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah peneliti dapat mengetahui penerapan strategi tersebut dilaksanakan secara maksimal dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun manfaat penelitian ini dapat memberikan kegunaan bagi : 1) Bagi guru Dengan dilaksanakannya penelitian ini maka guru sebagai peneliti sedikit demi sedikit mengetahui strategi, media ataupun metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi dasar pembelajaran. Selain itu, guru menyadari bahwa dalam penciptaan kondisi pembelajaran selain penguasaan metode, strategi dan media juga diperlukan kreatifitas yang tinggi sehingga apa yang diterapkan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang sedang belajar. 2) Bagi siswa Dengan dilaksanakannya penelitian ini akan sangat membantu siswa yang bermasalah atau mengalami kesulitan belajar. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik dan metode diskusi kelompok ini, akan memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, mengembangkan daya nalar serta mampu untuk berfikir yang lebih kreatif. Sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. 3) Bagi sekolah



Dengan adanya penelitian ini sekolah dapat mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik mereka, dan akan terus memberikan sarana dan prasarana yang memadai bagi peserta didik. Dengan demikian, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan mareka secara optimal. E. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap topik pembahasan, maka penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan konstruktivistik yang menggunakan metode diskusi kelompok untuk menghasilkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang bermutu. F. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan penelitian ini, maka peneliti membagi penelitian ini dalam 6 bab : Bab I : Merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang hal-hal yang menjadi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab II : merupakan pembahasan tentang tinjauan konsep konstruktivistik, metode diskusi dan Pendidikan Agama Islam. Bab III : merupakan penjelasan tentang metode penelitian yang mencakup tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber penelitian, prosedur pengumpulan data, teknis analisis data, pengecekan keabsahan data, serta tahapan-tahapan penelitian. Bab IV : merupakan penjelasan tentang laporan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di SDN X Kec. X serta paparan hasil penelitian dari siklus yang telah dilaksanakan mulai dari pre tes, siklus I, siklus II, serta siklus III. Bab V : merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas VI SDN X dengan pendekatan konstruktivistik. Bab VI : merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran.



UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI PADA SISWA KELAS …. Dapatkan File lengkapnya hubungi 0856 42 444 991 (Kode PTK 133) ABSTRAK Dalam proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat peraga dan sebagainya harus juga mengalami perubahan kearah pembaharuan (inovasi). Dengan adanya inovasi tersebut diatas dituntut seorang guru untuk lebihkreatif dan inovatif, terutama dalam menentukan model dan metode yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup ( life skill) siswa yang berpijak pada lingkungan sekitar.



Penelitian ini berdasarkan permasalahan (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PAI dengan diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas………………… tahun pelajaran……………..( b) Bagaimanakah pengaruh Model pengajaran kolaborasi terhadap motivasi belajar PAI pada siswa kelas…………………. Tahun pelajaran…………. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (a) ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PAI setelah diterapkannya model pengajaran kolaborasi (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar PAI setelah diterapkan model pengajaran kolaborasi. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancanan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas ………………………………………. Tahun pelajaran…………………….. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (73,17%), siklus II (82,93%), siklus III (95,12%) Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa………………………………………………… serta model pembelajarasn ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran PAI



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Masalah



Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan anak didik. Ketika kegiatan belajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas. Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media, metode, partisipasi masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998). Performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998). Optimalisasi komponen ini, menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah melakukan analisis tentang karakteristik setiap komponen dan mensinkronisasikan sehingga ditemukan konsistensi dan keserasian di antaranya untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Karena pembelajaran mulai dari perencana, pelaksanaan dan evaluasinya senantiasa merujuk pada tujuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dimiliki oleh anak didik baik instructional effect (sesuai dengan tujuan yang dirancang) maupun nurturrant effect (dampak pengiring) (Moch. Shochib: 1999). Realisasi pencapaian tujuan tersebut, terdapat kegiatan interaksi belajar mengajar terutama yang terjadi di kelas. Dengan demikian, kegiatannya adalah bagaimana terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain dan dengan anak didik. Interaksi ini merupakan proses komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Arief S Sadiman yang menyatakan proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses interaksi



yaitu proses penyampaian pesan melalui saluran media/teknik/ metode ke penerima pesan. (Arief S, Sadiman, dkk, 1996:13). Sejalan dengan inovasi pembelajaran akhir-akhir ini termasuk di Sekolah Dasar, yaitu: Kolaborasi. Interaksi belajar mengajarnya menuntut anak didik untuk aktif, kreatif dan senang yang melibatkan secara optimal mental dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam belajar merupakan rentangan kontinum dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tetapi idealnya pada kontinum yang tertinggi baik pelibatan aspek mental maupun fisik anak didik. Oleh karena itu, interaksi belajar mengajar dengan paradigma Kolaborasi menuntut anak: (1) Berbuat (2) Terlibat dalam kegiatan (3) Mengamati secara visual (4) Mencerap informasi secara verbal Dengan demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu membelajarkan anak didik berdasarkan problem based learning, authentic instruction, inquiry based learning, project based learning, service learning, and cooperative learning. Pola interaksi yang mampu mengemas hal tersebut dapat mengubah paradigma pembelajaran aktif menjadi paradigma pembelajaran reflektif. Dengan interaksi pembelajaran reflektif dapat membuat anak didik untuk menjadikan hasil belajar sebagai referensi refleksi kritis tentang dampak ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat; mengasah kepedulian sosial, mengasah hati nurani, dan bertanggungjawab terhadap karirnya kelak. Kemampuan ini dimiliki anak didik, karena dengan pola interaksi pembelajaran tersebut, dapat membuat anak didik aktif dalam berfikir (mind-on), aktif dalam berbuat (hand-on), mengembangkan kemampuan bertanya, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan membudayakan untuk memecahkan permasalahan baik secara personal maupun sosial. Agar hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan fungsinya menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar anak didik, dan evaluator. Ini berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang demokratis dan dialogis antara guru dengan anak didik, dan anak didik dengan anak didik (Moh. Shochib: 1999; dan Paul Suparno dkk: 2001). Dengan interaksi pembelajaran yang mengemas nilai-nilai tersebut dapat membuat pembelajaran lingking (link and math atau life skill) dan delinking(pemutusan lingkungan negatif), diversifikasi kurikulum, pembelajaran kontekstual, kurikulum berbasis kompetensi, dan otonomi pendidikan pada tingkat sekolah taman kanak-kanak dengan manajemen berbasis sekolah, dan bertujuan untuk mengupayakan fondasi dan mengembangkan anak untuk memiliki kemampuan yang utuh yang disebut: Pendidikan Anak Seutuhnya (PAS). Pada dasarnya dalam kehidupan suatu bangsa, faktor pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan



kelangsungan hidup bangsa tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung pendidikan adalah suatu usaha sadar dalam menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Tentunya hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, anggota masyarakat dan orang tua. Untuk mencapai keberhasilan ini perlu dukungan dan partisipasi aktif yang bersifat terus menerus dari semua pihak. Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999). Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru mampu menyampaikan semua mata pelajaran yang tercantum dalam proses pembelajaran secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Dengan menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pengajaran kolaborasi Pada Siswa … Tahun Pelajaran … B.



Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:



1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas …. Tahun pelajaran …? 2. Bagaimanakah pengaruh model pengajaran kolaborasi terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas …. Tahun pelajaran …? C.



Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:



1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas … tahun pelajaran …



2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas … tahun pelajaran … 3. Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas … tahun pelajaran D. Kegunaan Penelitian Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan Agama Islam. 2. Sumbangan pemikiran bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan Agama Islam. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam. E. Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Model pengajaran kolaborasi adalah: Suatu model pembelajaran dengan menumbuhkan para siswa untuk bekerja sama dalam kelompk-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama. 2. Motivasi belajar adalah: Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkat laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 3. Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. F. Batasan Masalah 1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas … tahun pelajaran … 2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester genap tahun pelajaran … 3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan…………..



DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional. Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta. Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Univesitas Negeri Surabaya. Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia. Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.



Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.



Mahasiswa UBH peragakan hasil penelitian teknologi 14/9/2014 Top of Form Bottom of Form SERAMBI Pendidikan Cerita Multimedia Jagad Jawi Enterpreneur Refleksi Terawang Beranda Serambi » didik » PTK PAI SD: PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS III SD



PTK PAI SD: PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS III SD Diberdayakan Oleh Segar dan Sehat on Rabu, 11 September 2013 | 16.17



ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi sifat wajib bagi Allah SWT melalui metode Kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas III SD Negeri Karangmojo 01 Semester I tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas III SD Negeri Karangmojo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 17 yang beragama Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas, pengumpulan data melalui obserIIIasi, wawancara dan tes atau penugasan, sedangkan analisis data dilakukan dengan model interaktif. Sedangkan aktifitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode Kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pendidikan agama Islam materi sifat wajib bagi Allah SWT pada siswa Kelas III SD Negeri Karangmojo 01 Semester I tahun pelajaran 2011/2012. Motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek tekun (nilai rata-rata meningkat 0,7; persentase naik 15,3%; dari kategori tinggi menjadi amat tinggi), aspek tidak mudah menyerah (nilai ratarata naik 1,1; prosentase naik 22,4%; dari kategori tinggi menjadi amat tinggi); aspek minat besar (nilai rata-rata, meningkat 1,5; persentase naik 29,4%; dari kategori tinggi menjadi amat tinggi), aspek teguh pendapat (nilai rata-rata, meningkat 1,0; persentase naik 21,2%; dari kategori tinggi menjadi amat tinggi), dan aspek memecahkan masalah (nilai rata-rata naik 0,5; prosentase naik 10,6%; dari kategori tinggi menjadi amat tinggi). Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 3 siswa (18%) yang mendapat nilai



tuntas menjadi 17 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 14 siswa (82%) dan nilai rata-rata kelas dari 58,4 menjadi 86,9, meningkat sebesar 28,5. Kata kunci : Motivasi dan Hasil belajar, Pendidikan Agama Islam, Metode kooperatif tipe Jigsaw. Latar Belakang Masalah Mengajarkan agama kepada siswa mempunyai karakteristik dan tingkat kesulitan yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Karenanya, pendidikan agama bukan saja menekankan penguasaan materi (IQ) semata, namun yang lebih penting adalah menanamkan aspek kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan emosional (EQ) secara simultan. Oleh karena itu, guru Pendidikan Agama harus mampu merumuskan strategi dan model pembelajaran yang efektif sehingga mampu membentuk kesalihan individu maupun sosial. Berdasarkan hasil pengamatan guru agama Islam pada kelas III SD Negeri Karangmojo 01 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pokok bahasan sifat wajib bagi Allah SWT masih diperlukan adanya peningkatan penguasaan materi (IQ), kecerdasan spiritual (SC), dan kecerdasan emosional (EQ) dalam memahami sifat wajib bagi Allah SWT. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian pada pokok bahasan sifat wajib bagi Allah SWT sebagian besar nilai yang diperoleh siswa belum memuaskan yaitu dengan nilai rata-rata 58,4 (di bawah KKM 70). Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar belum berhasil secara optimal, oleh karena perlu adanya peningkatan melalui beberapa cara dalam rangka peningkatan motivasi dan hasil belajar. Upaya peningkatan hasil belajar siswa tidak lepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru yang kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh hasil belajar yang maksimal. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Sehingga kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. Telah diketahui bahwa keunggulan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompokknya yang lain. Meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan Hal tersebut di atas, mendasari perlunya diadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan dan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Isalam Materi Sifat Wajib bagi Allah SWT Melalui Metode Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas III SD Negeri Karangmojo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012” Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian : Apakah melalui metode Kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pendidikan agama Islam pada siswa Kelas III SD Negeri Karangmojo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan peningkatan motivasi



dan hasil belajar pendidikan agama Islam materi sifat wajib bagi Allah SWT melalui metode Kooperatif tipe jigsaw pada siswa Kelas III SD Negeri Karangmojo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian bagi siswa, Penelitian ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam. Selain itu, melalui penggunaan metode Kooperatif tipe jigsaw siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama islam khususnya materi sifat wajib bagi Allah SWT. Menghilangkan anggapan bahwa belajar pendidikan agama itu sulit dan membosankan. Bagi Guru, penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki metode pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam, sebagai masukan untuk meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam dan dapat meningkatkan rasa percaya diri guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas III SD. Bagi Sekolah dan Pendidikan secara umum penelitian ini memberikan sumbangan positif tentang metode pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas III SD, menanggulangi kesulitan pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas III dan menciptakan kerjasama yang kondusif antara guru pendidikan agama Islam sebagai peneliti dengan sekolah untuk kemajuan sekolah dalam pelajaran pendidikan agama Islam. KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu. Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005: 45), motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (KBBI, 2001:756). Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai. Pengertian belajar menurut Morgan, mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Wisnubrata, 1983:3). Sedangkan menurut Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada



prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang. Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Ada beberapa ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah sebagai berikut: “Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama, ulet menghadapi kesulitan dan tidak muda putus asa, tak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, menunjukan minat yang besar terhadap masalahmasalah belajar, lebih suka belajar sendiri, tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, dan senang mencari dan memecahkan masalah.” Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004:22). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2004:39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981:21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2004:39). "Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 2004:14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri indiIIIidu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Pendidikan Agama Islam di SD Menurut Drs. Ahmad D. Marimba (1962:77) : Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian



yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian yang memiliki nalai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Langgulung (1980:76): Pendidikan Islam ialah Pendidikan yang memiliki 3 macam fungsi, yaitu : 1). Menyiapkan generasi muda untuk memegang perananperanan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri 2). Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda. 3). Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dankesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (surviral) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity) dan kesatuan(integration) suatu masyarakat, maka kelanjutan hidupersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran masyarakat itu sendiri. Menurut Syaibani (2001:87), tujuan pendidikan Islam adalah: 1) Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat. 2) Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat. 3) Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat. Sifat wajib bagi Allah SWT Allah Swt. adalah zat Yang Mahakuasa atas segala hal. Tiada tuhan yang wajib kita sembah, kecuali Allah Swt. Sudah merupakan sebuah kewajiban bahwa setiap muslim harus percaya sifat kesempurnaan Allah Swt. Sifat kesempurnaan Allah Swt. itu sifatnya tak terhingga. Bagaimana cara kita mengenal dan mempercayai kesempurnaan yang tak terhingga itu yang dimiliki oleh Allah Swt.? Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenal sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah Swt.. Sifat tersebut terdiri atas sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz Allah Swt.. Sifat wajib bagi Allah Swt. terdapat 20, sifat mustahilnya juga ada 20. Sementara itu, sifat jaiz bagi Allah Swt. hanya satu. berikut ini terdapat 20 sifat wajib bagi Allah beserta artinya. (Zoharudin, dkk. 2007:16) No. Sifat Artinya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17



18 19 20 Wuju– d Qidam Baqa – ' Mukha – lafatu lil-h• awa – dis• i Qiya – muhu– binafsihiWah• da– niyah Qudrat Ira– dat Ilmu Haya – t Sam'un Basar Qalam Qodiron Muridan Aliman Hayyan Samian Basiron Mutakaliman Ada Dahulu Kekal Berbeda dengan ciptaan-Nya Berdiri dengan sendirinya Esa atau tunggal Berkuasa Berkehendak Mengetahui Hidup Mendengar Melihat Berkata Yang berkuasa Yang berkehendak Yang mengetahui Yang hidup Yang mendengar Yang melihat Yang berbicara Penerapan Metode Kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran PAI Materi Sifat wajib bagi Allah SWT Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistim pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistim penilaian dilakukan terhadap kelompok dan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok” (Wina Sanjaya, 2006:240).



Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: (1) kelompok kecil, (2) belajar bersama, dan (c) pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut:a) Kelompok kooperatif awal (kelompok asal). Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik. B) Kelompok Ahli, anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara bergantian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok inti, beranggotakan 4 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A, B, C, D. 2. Guru membagi wacana / tugas sesuai dengan materi mengenal sifat wajib Allah SWT yang sedang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana / tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok. 3. Guru mengumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru. 4. Dalam kelompok ahli ini siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 5. Semua anggota kelompok ahli diberi tugas untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok inti). Poin a dan b dilakukan dalam waktu 30 menit. 6. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok kooperatif asal. 7. Masing-masing siswa diberi kesempatan secara bergiliran untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok asli. Poin c dan d dilakukan dalam waktu 20 menit. 8. Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masingmasing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi. (10 menit). Kerangka Berpikir Kondisi awal guru belum menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran pendidikan agama Islam materi sifat wajib bagi Allah SWT, maka motivasi dan hasil belajar pendidikan agama Islam masih rendah. Untuk memperbaiki dan meningkatkan motivasi dan hasil belajar sifat wajib bagi Allah SWT perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw. Siklus I menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw tanpa bimbingan guru dan siklus II menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dengan bimbingan guru. Dengan tindakan yang berbeda dari siklus I ke siklus II diharapkan motivasi dan hasil belajar PAI materi sifat wajib



bagi Allah SWT meningkat. Kondisi akhir diduga dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PAI materi sifat wajib bagi Allah SWT pada siswa Kelas III SD Negeri Karangmojo 01 Semester I tahun pelajaran 2011/2012. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: metode kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pendidikan agama islam materi sifat wajib bagi Allah SWT pada siswa Kelas III SD Negeri Karangmojo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di kelas III SD Negeri Karangmojo 01, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.



Subjek penelitian adalah motivasi dan hasil belajar PAI materi sifat wajib bagi Allah SWT siswa kelas III SD Negeri Karangmojo 01, dengan jumlah siswa 17 anak. Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian (primer) dan dari bukan subyek (skunder). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik tes, dan teknik non tes. Sedangkan alat pengumpulan data meliputi dokumen, tes dan pengamatan. Dokumen digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa butir soal. Pengamatan menggunakan lembar penilaian yaitu untuk mengetahui motivasi siswa dalam pembelajaran PAI berupa: a) Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama, b) ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin,c) menunjukkan minat yang besar terhadap masalah-masalah belajar, lebih suka belajar sendiri, d) dapat mempertahankan pendapatnya, e) senang mencari dan memecahkan masalah. Untuk memperoleh data yang valid mengenai motivasi dan hasil belajar PAI materi sifat wajib bagi Allah SWT pada siswa kelas III SD Negeri Karangmojo 01 semester I tahun pelajaran 2011/2012 yaitu : 1) motivasi belajar (observasi) divalidasi melalui trianggulasi sumber, yaitu data yang berasal dari siswa, guru dan rekan kolaborator yang merupakan data kualitatif dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal, siklus I dan siklus II. 2) hasil belajar yang berupa nilai test yang divalidasi adalah instrumen test yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) dianalisis menggunakan diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setalah siklus II, kemudian direfleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi. Peningkatan motivasi indikatornya adalah adanya peningkatan motivasi dari rendah menjadi tinggi. Peningkatan hasil belajar PAI materi sifat wajib bagi Allah



SWT indikatornya adalah nilai ulangan harian yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Bagikan : 9



Artikel Sejenis RPP SAINTIFIK KURIKULUM 2013 KELAS V: Benda-benda di Lingkungan Sekitar/Wujud Benda dan Cirinya/5 Contoh Judul PTK Terbaru April 2014.. Apakah Puisi Itu? Bentuk-bentuk Berbicara Contoh Judul PTK Terbaru Desember 2014 Contoh Judul PTK Terbaru Maret 2014 Label: didik 5 Comments 0 Comments



« Prev PostNext Post »Beranda IKLAN OLEH GOOGLE ARSIP BLOG ► 2014 (10) ▼ 2013 (58) ► Desember (3) ► November (9) ► Oktober (1) ▼ September (36) PTK SD: PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN MEDIA NY... PTK SLB: PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJAR... PTK SLB: PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITERA MELALUI... PTK IPA SD: PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IP... PTK IPA SD: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS HASIL BE... PTK SD: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ME... Cerpen: NAmaku Sanjiwani PTK BHS IND SD: PENINGKATKAN KETERAMPILAN DAN HASI... PTK IPA SD: PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR... PTK PAI SD: PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR... PTK SD: UPAYA PENINGKATAN PROSES BELAJAR PENDIDIKA... PTK SD: PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BELAJAR... PTK SD: COOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL JIGSAW U... PTK SD: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATER... PTK SD: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBAC... PTK SD: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP... PTK SD: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI... PTK SD: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KO... PTK SD: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELA... PTK TK: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGENALAN KONSEP BI... PTK SD: PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJ... UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS TENT... PENINGKATAN KETERAMPILAN DAN PRESTASI BELAJAR BAH... Batu Ginjal dan Cara Mendeteksinya Blackberry Messenger Untuk Android Meluncur Septem... PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIK... PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI... Inilah Tampilan Blackberry Messenger (BBM) di And... PENINGKATAN KETERAMPILAN DAN HASIL BELAJAR BAHASA ... PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEM... PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN ME... Upaya Meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembelajaran... Lowongan CPNS Badan Narkotika Nasional (BNN) Lowongan CPNS 2013 di BPN Kementerian Pertahanan (Kemenhan) membuka lowongan... Daftar Kementrian RI yang MEmbuka Lowongan CPNS ► Juli (7) ► Januari (2) ► 2012 (22)



PAMIRSO



86722 SERING DIBACA



PTK SD: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ALAT PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS V SD ABSTRAK Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti, hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Tanjungrejo 01 masih rendah. Hal ini... PTK TK: PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN MELALUI MEDIA KARTU ANGKA PADA KELOMPOK B2 TK ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuan pengenalan konsep bilangan melalui media kartu angka pada ... PTK PAI SD: PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS III SD ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi sifat wajib b... PTK SD: PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN MEDIA NYATA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR AKAR PADA SISWA KELAS IV SD ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA tentang struktur akar melalui penggunaan met... PTK SD: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SD ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mendiskripsikan aktivitas dan hasil belajar IPA materi gaya magnet melalui me... PTK IPA SD: PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD Abstrak Tujuan dalam penelitian tindaka kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan minat belajar IPA tentang bagian-bagian tumbuhan melal... PTK SD: PENINGKATAN SENAM IRAMA MELALUI MUSIK PADA PESERTA DIDIK KELAS III SEKOLAH DASAR A bstrak ... PTK IPA SD: PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI KONSEP STRUKTUR ORGAN TUBUH MANUSIA DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE BAGI SISWA KELAS IV SD Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuo peningkatan motivasi dan hasil belajar siwa dan mengetahui peningkatan motivasi d... PTK IPA SD: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PERMAINAN KARTU MODEL WEBBING MATA PELAJARAN IPA KELAS II SD Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran melalui permainan kartu model webbing dapat meningkatkan pembelaja... PTK SD: UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG KPK DAN FPB MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIRS SHARE BAGI SISWA KELAS IV SD ABSTRAK Adapun tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengatahui peningkatan minat dan hasil belajar matematika te...



LABELS Agro (2) Cerita Anak (3) didik (52) Herbal (13) Lestari Alam (1) news (5) Peluang (7) Ramuat Obat Kuno (4) santai (4) Tips (6) Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template Copyright © 2011. wahhh........... - All Rights Reserved Template Created by Creating Website Published by Mas Template Proudly powered by Blogger



PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN DALAM MELAKUKAN



SHOLAT WAJIB MELALUI STRATEGI MODELLING THE WAY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI MERTAN 01 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Suwarto ABSTRAK



Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan kemampuan melakukan sholat wajib melalui strategi modelling the way pada siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01 Semester I tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01 semester I tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 23 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas, pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan tes atau penugasan, sedangkan analisis data dilakukan dengan model interaktif. Sedangkan aktifitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui strategi modelling the way dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan melakukan sholat wajib pada siswa Kelas IV SD Negeri Mertan 01 Semester I tahun pelajaran 2012/2013 . Aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek membaca rukun sholat (nilai rata-rata meningkat 1,1; persentase naik 21,8%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek membaca syarat sholat (nilai rata-rata naik 0,7; prosentase naik 14,8%; dari kategori baik menjadi amat baik); aspek membaca hal yang membatalkan sholat (nilai rata-rata meningkat 0,7; persentase naik 15,7%; dari kategori baik menjadi amat baik), dan aspek praktek sholat (nilai rata-rata naik 0,9; prosentase naik 18,3%; dari kategori baik menjadi amat baik). Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 7 siswa (30%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 23 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 16 siswa (70%) dan nilai rata-rata kelas dari 60,2 menjadi 85,0, meningkat sebesar 24,8. Kata kunci : Aktivitas. Kemampuan melakukan sholat wajib, Strategi modelling the way. Latar Belakang Masalah Kemampuan melaksanakan sholat dengan baik dan benar merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar pada materi sholat dikelas IV SD, oleh karena itu pembelajaran sholat khususnya pada kemampuan praktek menjadi perhatian guru dan siswa. Pemilihan strategi modeling the way yang akan membantu siswa dan guru dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai, sesuai dengan pendapat Menurut Hisyam Zaini, (2008: 76 ) strategi Modelling The Way memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan keterampilan spesifik yang di pelajari dikelas melalui demonstrasi. Berdasarkan kompetensi dasar yang tercantum pada silabus mata pelajaran PAI di tingkat sekolah dasar pada kelas 4, menuntut kecakapan melakukan gerakan sholat wajib dengan baik dan benar, Nanum pada kenyataannya kebanyakan siswa kelas 4 belum mampu melakukan gerakan sholat dengan baik dan benar. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan praktek sholat yang dilakukan di kelas 4 SD Negeri Mertan 01 terlihat bahwa masih banyak siswa yang belum mampu melakukan gerakan-gerakan sholat dengan baik dan benar, terlebih pada kenyataannya, dari pengalaman selama mengajar, dapat dicermati, bahwa siswa yang lulus dari sekolah dasar bahkan sampai dijenjang SMA pun, masih banyak yang belum mampu melakukan gerakan sholat dengan baik dan benar, Padahal kebanyakan dari mereka adalah beragama Islam, dimana sholat merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap pemeluknya. Hal ini termaktub dalam alqur’an dalam surah Al-Baqarah ayat 43 َّ ‫﴾ َوأَقِي ُموا الص َََّلةَ َوآت ُوا‬ ٤٣﴿ َ‫الرا ِك ِعين‬ ْ ‫الزكَاةَ َو‬ َّ ‫ار َكعُوا َم َع‬ (43) Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku ( Al-baqarah : 43)'



Kesenjangan-kesenjangan inilah yang membawa peneliti, untuk melakukan penelitian ini, guna meningkatnya aktivitas belajar dan kemampuan dalam melakukan gerakan sholat wajib dengan baik dan benar pada siswa kelas 4 SD Negeri Mertan 01, Tahun pelajaran 2012/2013. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian : Apakah melalui strategi modelling the way dapat meningkatkan aktivitas



dan kemampuan dalam melakukan sholat wajib pada siswa Kelas IV SD Negeri Mertan 01 Semester I tahun pelajaran 2012/2013? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah medeskripsikan aktivitas dan kemampuan dalam melakukan sholat wajib melalui strategi modelling the way pada siswa Kelas IV SD Negeri Mertan 01 Semester I tahun pelajaran 2012/2013. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : Bagi siswa, Penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan dalam melakukan sholat wajib. Selain itu, melalui penggunaan strategi modelling the way siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama islam khususnya materi sholat. Menghilangkan anggapan bahwa belajar PAI itu sulit. Bagi Guru, penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki metode pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam, sebagai masukan untuk meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam dan dapat meningkatkan rasa percaya diri guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam di kelas IV SD. Bagi Sekolah dan Pendidikan secara umum penelitian ini memberikan sumbangan positif tentang metode pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas IV SD, menanggulangi kesulitan pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas IV dan menciptakan kerjasama yang kondusif antara guru sebagai peneliti dengan sekolah untuk kemajuan sekolah dalam pelajaran pendidikan agama Islam. KAJIAN TEORI Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah kegiatan yang melibatkan seluruh panca indera yang dapat membuat seluruh anggota tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar (Sardiman, 2004: 39). Aktivitas memegang peranan penting dalam belajar, sebab pada dasarnya belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan dilakukan secara sengaja (Slameto, 2003:45). Aktivitas belajar merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Tidak ada belajar jika tidak ada aktifitas. Tanpa aktivitas, proses belajar mengajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Mengaktifkan siswa pada dasarnya adalah cara atau usaha untuk mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran (Sudjana: 1989:86). Sedangkan pandangan menurut ilmu jiwa siswa diibaratkan kertas putih kosong yang siap ditulis, unsur luar yang menulis adalah guru (Sardiman, 2007: 98). Dalam hal ini terserah kepada guru mau dibawa kemana dan diapakan siswa tersebut. Karena guru yang memberi dan mengatur, dengan demikian aktivitas guru akan melebihi aktivitas siswa. Guru mendominasi aktivitas dalam pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif. Walaupun sebenarnya siswa tidak pasif secara mutlak, hanya saja proses pembelajaran seperti ini tidak mendorong siswa berfikir dan beraktivitas. Hal ini jelas bertentangan dengan hakikat siswa sebagai subjek belajar. Sedangkan aliran jiwa yang tergolong modern yang mengungkapkan bahwa jiwa manusia yang merupakan suatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri (Sardiman, 2007:99). Siswa dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam hal ini siswa lebih aktif melakukan aktivitas, sedangkan guru bertugas untuk membimbing dan menyediakan fasilitas agar siswa tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian hakikat siswa sebagai subjek belajar dapat terpenuhi, sebab siswalah yang beaktifitas. Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh



seseorang setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Benyamin S. Bloom (Sumarni, 2007:30) menyebutkan ada tiga ranah belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan keluaran dari suatu pemprosesan masukan. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatannya atau kinerja. Perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam dua macam saja yaitu pengetahuan dan keterampilan. Masih menurut Sumarni (2007:30), pengetahuan terdiri dari 4 kategori, yaitu (1) pengetahuan tentang fakta, (2) pengetahuan tentang prosedur, (3) pengetahuan tentang konsep, dan (4) pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri atas empat kategori, yaitu (1) keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif, (2) keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik, (3) keterampilan bereaksi atau bersikap, dan (4) keterampilan berinteraksi. Adapun Soedijarto (Masnaini, 2003:6) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi ini meliputi kawasan kognitif, afektif, dan kemampuan/kecepatan belajar seorang pelajar. Sedangkan Keller (Abdurrahman, 1999:39), mengemukakan hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan lain-lain. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar sedangkan hasil belajar matematika yang dikemukakan oleh Hudoyo (1990:139) adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya.



Pendidikan Agama Islam di SD Pendidikan Agama Islam berarti "usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam" (Zuhairani, 1983:27). Syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan nabi sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan dari satu segi kita lihat bahwa pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya, pendidikan islam tidak bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu, pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal dan juga karena ajaran islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul selanjutnya para ulama, dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas, dan kewajiban mereka (Drajat, 1992:25-28). Pendidikan agama dapat didefenisikan sebagai upaya untuk mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt kepada manusia, upaya tersebut dilaksanakan tanpa pamrih apapun kecuali untuk semata-mata beribadah kepada Allah (Bawani, 1993:65). Ahli lain juga menyebutkan bahwa pendidikan agama adalah sebagai proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia menyadari kedudukannya, tugas dan fungsinya di dunia dengan selalu memelihara hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya serta tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa (termasuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya) (Ali, 1995: 139)



Tujuan Pendidikan Agama itu menjadi dua bagian dengan uraian sebagai berikut : 1) Tujuan Umum, Tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah untuk mencapai kwalitas yang disebutkan oleh al-Qur'an dan hadits sedangkan fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang dasar No. 20 Tahun 2003. 2) Tujuan Khusus, Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan jenjang pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan Pendidikan Agama pada setiap jenjang sekolah mempunyai tujuan yang berbeda-beda, seperti tujuan Pendidikan Agama di sekolah dasar berbeda dengan tujuan Pendidikan Agama di SMP, SMA dan berbeda pula dengan tujuan Pendidikan Agama di perguruan tinggi. Pendidikan Agama Islam di SD/MI bertujuan untuk: 1. menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; 2. mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. (Kemdikbud, 2003:2) Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek: 1. Al-Qur’an dan Hadits 2. Aqidah 3. Akhlak 4. Fiqih 5. Tarikh dan Kebudayaan Islam. Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Sholat Wajib Shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara’. Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi umat muslim, diantaranya yaitu shalat wajib atau shalat lima waktu merupakan shalat yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim apabila telah memenuhi syarat-syarat untuk melaksanakannya. Selain itu shalat hukumnya dapat dikatakan wajib, wajib atau sunnah. Shalat jum’at yang dilaksanakan pada setiap hari jum’at dan dilaksanakan oleh laki-laki hukumnya yaitu wajib ‘ain. Dalil yang mewajibkan shalat.banyak sekali diantaranya yaitu : 1) “Dan dirikanlah shalat, keluarkanlah zakat dan tuntuklah / rukuklah bersama-sama orang-orang yang rukuk.” ( QS, Al-Baqarah : 43)2) “Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan yang jahat (keji) dan yang munkar.” ( QS, Al-‘Ankabut : 45 ). 3)“Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat di waktu usia mereka meningkat tujuh tahun, dan pukullah (kalau enggan melakukan shalat) diwaktu mereka meningkat usia sepuluh tahun. “ ( HR. Abu Dawud ) Shalat wajib ada lima, dan masing-masing mempunyai waktu yang ditentukan. Umat muslim diperintahkan untuk menunaikan berdasarkan dengan waktunya masingmasing. 1) Zhuhur, Awal waktunya setelah condong matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama panjangnya dengan semua itu. 2) Ashar, Waktunya mulai dari habisnya waktu zhuhur, sampai terbenamnya matahari. 3) Maghrib, Waktunya dari terbenamnya matahari sampai hilangnya syafaq



(awal senja) merah. 4) Isya’, Waktunya mulai dari tebenam syafaq ( awal senja ), hingga terbit fajar. 5) Subuh, Waktunya dari terbit fajar shidiq, hingga terbit matahari. Ada lima waktu yang tidak boleh ditempati untuk melakukan shalat, kecuali shalat yang mempunyai sebab yaitu : 1. Setelah shalat shubuh hingga terbitnya matahari; 2. Ketika terbitnya matahari hingga sempurna dan naik sekurang-kurangnya setinggi tombak ( >10 derajat dari permukaan bumi ); 3. Ketika matahari rembang ( diatas kepala ) hingga condong sedikit ke barat; 4. Setelah shalat ashar hingga terbenam matahari; 5. Ketika mulai terbenamnya matahari hingga sempurna. Rukun salat : (1) niat, (2) berdiri tegak bagi yang mampu, (3) takbiratul ihram, (4) membaca surah al-Fatihah, (5) rukuk dengan tuma’ninah, (6) iktidal dengan tuma’ninah, (7) sujud 2 kali dengan tuma’ninah, (8) duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah, (9) duduk tasyahud akhir dengan tuma’ninah, (10) membaca tasyahud akhir, (11) membaca salawat atas Nabi Muhammad pada tasyahud akhir, (12) membaca salam yang pertama, (13) tertib atau berurutan. Sunnah salat : (1) mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, (2) mengangkat kedua tangan ketika akan rukuk, setelah rukuk, dan berdiri dari tasyahud awal, (3) meletakkan kedua tangan di atas dada, (4) pandangan ke tempat sujud, (5) membaca tasbih ketika rukuk dan sujud, (6) membaca salam kedua. Syarat sah salat : (1) suci badan, pakaian dan tempat dari najis, (2) suci dari hadas kecil dan besar, (3) menutup aurat, (4) menghadap kiblat, (5) sudah masuk waktu salat, (6) melakukan rukun salat. Syarat wajib salat : (1) Islam, (2) berakal, (3) balig. Yang membatalkan salat : (1) berhadas kecil atau besar, 92) terkena najis, (3) berkatakata dengan sengaja, (4) terbuka aurat, (5) mengubah niat, (6) makan atau minum, (7) bergerak lebih dari 3 kali, (8) mendahului gerakan imam, (9) murtad Stategi Modelling The Way Metode Modeling The Way sebagai metode pengajaran adalah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan cara guru memberikan skenario suatu sub bahasan untuk didemonstrasikan siswa di depan kelas, sehingga menghasilkan ketangkasan dengan keterampilan atau skill dan profesionalisme (DepDikBud, 1993:219). Metode Modeling The Way merupakan salah satu metode mengajar yang dikembangkan oleh Mel Silbermam, seorang yang memang berkompeten dibidang psikologi pendidikan. Metode ini merupakan sekumpulan dari 101 strategi pengajaran. Sebuah metode yang menitik beratkan pada kemampuan seorang siswa untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Karena siswa dituntut untuk bermain peran sesuai dengan materi yang diajarkan. Ada sebuah pendapat, metode Modeling The Way merupakan metamorfosa dari metode sosiodrama. Yakni sebuah metode dengan cara mendramatisasikan suatu tindakan atau tingkah laku dalam hubungan sosial. Dengan kata lain guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan atau peran tertentu sebagaimana yang ada dalam kehidupan masyarakat (sosial). Hendaknya siswa diberi kesempatan untuk berinisiatif serta diberi bimbingan atau lainnya agar lebih berhasil (Sriyono dkk, 1992:520). Metode ini mempunyai kelebihan sebagai berikut: 1) Mendidik siswa mampu menyelesaikan sendiri problema sosial yang ia jumpai; 2) Memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa; 3) Mendidik siswa berbahasa yang baik dan dapat menyalurkan pikiran serta perasaannya dengan jelas dan tepat; 4) Mau menerima dan menghargai pendapat oranglain; 5) Memupuk perkembangan kreativitas anak. Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut: 1) Pemecahan problem yang disampaikan oleh siswa belum tentu cocok dengan keadaan yang ada di masyarakat, 2) Karena waktu yang terbatas, maka kesempatan berperan secara wajar kurang terpenuhi, 3) Rasa malu dan tekut akan mengakibatkan ketidak wajaran dalam memainkan peran, sehingga hasilnyapun kurang memenuhi harapan (Sriyono dkk, 1992: 118).



Penerapan Strategi Modelling The Way pada Pembelajaran PAI Materi Sholat Wajib Hisyam Zaini dkk, dalam bukunya Strategi Pembelajaran Aktif mengungkapkan bahwa metodeModeling The Way memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan spesifiknya di depan kelas melalui demonstrasi. Siswa diberi waktu untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana mereka mengilustrasikan keterampilan dan teknik yang baru



saja dijelaskan. Strategi ini akan sangat baik jika digunakan untuk mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan tertentu. langkah-langkah yang dipakai adalah sebagai berikut: 1) Pertama, setelah pembelajaran suatu topik tertentu, identifikasi berupa situasi umum dimana siswa dituntut untuk menggunakan keterampilan yang baru dibahas. 2) Kedua, bagi kelas kedalam beberapa kelompok menurut jumlah siswa yang diperlukan untuk mendemostrasikan skenario. 3) Ketiga, beri waktu 10-15 menit untuk menciptakan skenario. 4) Keempat, beri waktu 5-10 menit untuk berlatih. 5) Kelima, secara bergiliran tiap kelompok mendemonstrasikan skenario masing-masing. Beri kesempatan untuk memberikan feed back pada setiap demonstrasi yang dilakukan. Kerangka Berpikir



Kondisi awal guru belum menggunakan strategi modelling the way dalam pembelajaran melakukan sholat wajib, maka aktivitas dan kemampuan melakukan sholat wajib masih rendah. Untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas dan kemampuan melakukan sholat wajib maka perlu adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menerapkan strategi modelling the way. Siklus I menggunakan strategi modelling the way tanpa bimbingan guru dan siklus II menggunakan strategi modelling the way dengan bimbingan guru. Dengan tindakan yang berbeda dari siklus I ke siklus II diharapkan aktivitas dan kemampuan melakukan sholat wajib meningkat. Kondisi akhir diduga dengan menggunakan strategi modelling the way dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan melakukan sholat wajib pada siswa Kelas IV SD Negeri Mertan 01 semester I tahun pelajaran 2012/2013. Hipotesis Tindakan



Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: strategi modelling the way dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan melakukan sholat wajib pada siswa Kelas IV SD Negeri Mertan 01 Semester I tahun pelajaran 2012/2013. METODE PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Desember 2012. Penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Mertan 01, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah aktivitas dan kemampuan melakukan sholat wajib siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01, dengan jumlah siswa 23. Sumber Data Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu data yang berasal dari subyek penelitian (primer) dan dari bukan subyek (skunder). Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik tes, dan teknik non tes. Sedangkan alat pengumpulan data meliputi dokumen, tes dan pengamatan. Dokumen digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan melakukan sholat wajib sebelum penelitian yaitu berupa daftar nilai/laporan penilaian, pengolahan dan analisi. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan siswa melakukan sholat wajib yang berupa butir soal. Pengamatan menggunakan lembar penilaian yaitu untuk mengetahui aktivitas siswa dalam melakukan sholat wajib berupa: 1) Membaca dan memahami berbagai literature untuk mengetahui rukun shalat; 2) membaca dan menghafal syarat sah dan syarat wajib shalat; 3) membaca dan menghafal tentang halhal yang membatalkan shalat; 4) praktek sholat wajib. Validitas dan Analisis Data Untuk memperoleh data yang valid mengenai aktivitas dan kemampuan dalam melakukan sholat wajib pada siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01 semester I tahun pelajaran 2012/2013 yaitu: 1) aktivitas belajar (observasi) divalidasi melalui trianggulasi sumber, yaitu data yang berasal dari siswa, guru dan rekan kolaborator yang merupakan data kualitatif dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan pengamatan dan refleksi dengan membandingkan proses kondisi awal,



siklus I dan siklus II. 2) hasil belajar yang berupa nilai test yang divalidasi adalah instrumen test yang berupa butir soal dengan content validity diperlukan kisi-kisi soal. Data yang berupa angka (data kuantitatif) dianalisis menggunakan diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setalah siklus II, kemudian direfleksi. Prosedur Tindakan Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan/observasi dan refleksi. Indikator Keberhasilan Peningkatan aktivitas indikatornya adalah adanya peningkatan aktivitas dari kurang baik menjadi baik. Peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan sholat wajib indikatornya adalah nilai ulangan harian yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal Hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum diadakan penelitian dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut. Tabel 1 Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal No



Uraian



Nilai Ulangan Harian



1



Nilai terendah



50



2



Nilai tertinggi



70



3



Nilai rerata



60,2



4



Rentang nilai



20



Gambar 1 Grafik Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal



Gambar 2 Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Kondisi Awal Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil nilai ulangan harian Pendidikan Agama Islam sebelum diadakan penelitian pada siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01 tahun pelajaran 2012/2013 ada 16 siswa (81%) yang dinyatakan belum tuntas, dengan nilai siswa terendah 50, nilai tertinggi 70 dan nilai rata-rata kelas 60,2. Deskripsi Siklus I Hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa materi sholat wajib pada Siklus I dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut. Tabel 2 Nilai Aktivitas Belajar Siklus I No Aspek-aspek 1



2



3



4



Membaca dan memahami berbagai literature untuk mengetahui rukun shalat membaca dan menghafal syarat sah dan syarat wajib shalat membaca dan menghafal tentang hal-hal yang membatalkan shalat praktek sholat wajib



Jumlah RataSkor rata 78 3,4



Persentase Kategori 67,8



Baik



85



3,7



73,9



Baik



82



3,6



71,3



Baik



78



3,4



67,8



Baik



Gambar 3 Grafik Aktivitas Belajar Siklus I Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas tentang hasil pengamatan aktivitas belajar materi sholat wajib siklus I pada siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01 semester I tahun pelajaran 2012/2013, yang meliputi aspek 1) Membaca dan memahami berbagai literature untuk mengetahui rukun shalat; 2) membaca dan menghafal syarat sah dan syarat wajib shalat; 3) membaca dan menghafal tentang hal-hal yang membatalkan shalat; 4) praktek sholat wajib, diperoleh skor rata-rata aktivitas kategori baik. Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut. Tabel 3 Nilai Ulangan Harian Siklus I No



Uraian



Nilai Ulangan Harian



1



Nilai terendah



60



2



Nilai tertinggi



100



3



Nilai rerata



75,2



4



Rentang nilai



40



Gambar 4 Grafik Nilai Ulangan Harian Siklus I



Gambar 5 Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Siklus I Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas diketahui hasil nilai ulangan harian PAI materi sholat wajib siklus I pada siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01 tahun pelajaran 2012/2013 masih ada 3 siswa (13%) yang dinyatakan belum tuntas, dengan nilai siswa terendah 60, nilai tertinggi 100 dan nilai rata kelas 75,2. Deskripsi Siklus II



Hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PAI materi sholat wajib pada Siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut. Tabel 6 Nilai Aktivitas Belajar Siklus II No Aspek-aspek 1



2



3



4



Membaca dan memahami berbagai literature untuk mengetahui rukun shalat membaca dan menghafal syarat sah dan syarat wajib shalat membaca dan menghafal tentang hal-hal yang membatalkan shalat praktek sholat wajib



Jumlah RataSkor rata 103 4,5



Persentase Kategori 89,6



Amat baik



102



4,4



88,7



Amat baik



100



4,3



87,0



Amat baik



99



4,3



86,1



Amat baik



Gambar 7 Grafik Aktivitas Belajar Siklus II Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas diketahui hasil pengamatan aktivitas belajar PAI materi sholat wajib siklus II pada siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01 tahun pelajaran 2012/2013, yang meliputi aspek 1) Membaca dan memahami berbagai literature untuk mengetahui rukun shalat; 2) membaca dan menghafal syarat sah dan syarat wajib shalat; 3) membaca dan menghafal tentang hal-hal yang membatalkan



shalat; 4) praktek sholat wajib, diperoleh skor rata-rata aktivitas dalam kategori amat baik. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik berikut. Tabel 5 Nilai Ulangan Harian Siklus II No



Uraian



Nilai Ulangan Harian



1



Nilai terendah



70



2



Nilai tertinggi



100



3



Nilai rerata



85,0



4



Rentang nilai



30



Gambar 8 Grafik Nilai Ulangan Harian Siklus II



Gambar 9 Grafik Nilai Ketuntasan Belajar Siklus II Berdasarkan Tabel dan Gambar grafik diatas diketahui hasil nilai ulangan harian PAI materi sholat wajib siklus II pada siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01tahun pelajaran 2012/2013. Semua siswa yang berjumlah 23 anak (100%) dinyatakan tuntas, dengan nilai siswa terendah 70, nilai tertinggi 100 dan nilai rata kelas 85,0. Pembahasan Hasil pembahasan dalam penelitian ini ada 3 hal, meliputi tindakan, aktivitas, dan kemampuan siswa dalam melakukan sholat wajib. Tabel 6 Tindakan per Siklus No 1



Kondisi Awal Belum menggunakan strategi modelling the way



Siklus I Menggunakan strategi modelling the way tanpa bimbingan guru



Siklus II Menggunakan strategi modelling the way dengan bimbingan guru



Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kondisi awal, pelaksanaan pembelajaran melakukan sholat wajib pada siswa kelas IV SD Negeri Mertan 01semester I tahun pelajaran 2012/2013 belum menggunakan strategi modelling the way. Pada siklus I menggunakan strategi modelling the way tanpa bimbingan guru. Dilanjutkan siklus II menggunakan strategi modelling the way dengan bimbingan guru. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengkombinasikan penggunaan metode agar siswa lebih paham. Tabel 7 Aktivitas Belajar Siswa per Siklus No Kondisi Awal 1 Siswa: Aktivitas dan kemampuan melakukan sholat wajib siswa masih kurang.



Siklus I



Siklus II



Refleksi



Membaca rukun sholat: Nilai rata-rata: 3,4 Persentase: 67,8% Kategori:baik



Membaca rukun sholat : Nilai rata-rata: 4,5 Persentase: 89,6% Kategori: amat baik



Membaca syarat sholat: Nilai rata-rata 3,7 Persentase: 73,9% Kategori:baik



Membaca syarat sholat: Nilai rata-rata 4,4 Persentase: 88,7% Kategori: amat baik



Aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek membaca rukun sholat (nilai ratarata meningkat 1,1; persentase naik 21,8%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek membaca syarat sholat (nilai ratarata naik 0,7;



Membaca hal yang membatalkan sholat: Nilai rata-rata 3,6 Persentase: 71,3% Kategori:baik



Membaca hal yang membatalkan sholat : Nilai rata-rata 4,3 Persentase: 87,0% Kategori:amat baik



Praktek sholat: Nilai rata-rata: 3,4 Persentase; 67,8% Kategori:baik



Praktek sholat: Nilai rata-rata: 4,3 Persentase; 86,1% Kategori:amat baik



prosentase naik 14,8%; dari kategori baik menjadi amat baik); aspek membaca hal yang membatalkan sholat (nilai ratarata meningkat 0,7; persentase naik 15,7%; dari kategori baik menjadi amat baik), dan aspek praktek sholat (nilai rata-rata naik 0,9; prosentase naik 18,3%; dari kategori baik menjadi amat baik)



Tabel di atas menunjukkan bahwa dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan tentang aktivitas belajar. Aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek membaca rukun sholat (nilai rata-rata meningkat 1,1; persentase naik 21,8%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek membaca syarat sholat (nilai rata-rata naik 0,7; prosentase naik 14,8%; dari kategori baik menjadi amat baik); aspek membaca hal yang membatalkan sholat (nilai rata-rata meningkat 0,7; persentase naik 15,7%; dari kategori baik menjadi amat baik), dan aspek praktek sholat (nilai rata-rata naik 0,9; prosentase naik 18,3%; dari kategori baik menjadi amat baik). Tabel 8 Hasil Belajar Siswa per Siklus No 1



Kondisi Awal Ulangan harian pada kondisi awal diperoleh nilai belum tuntas sebanyak 16 siswa (70%) dan yang tuntas sebanyak 7 siswa (30%). Nilai rata-rata kelas: 60,2



Siklus I



Siklus II



Refleksi



Ulangan harian pada siklus I diperoleh nilai belum tuntas sebanyak 3 siswa (13%) dan yang tuntas sebanyak 20 siswa (87%). Nilai rata-rata kelas: 75,2



Ulangan harian pada siklus II diperoleh nilai belum tuntas sebanyak 0 siswa (0%) dan yang tuntas sebanyak 23 siswa (100%) Nilai rata-rata kelas: 85,0



Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 7 siswa (30%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 23 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 16 siswa (70%) dan nilai rata-rata kelas dari 60,2 menjadi 85,0, meningkat sebesar 24,8.



Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 7 siswa (30%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 23 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 16 siswa (70%) dan nilai rata-rata kelas dari 60,2 menjadi 85,0, meningkat sebesar 24,8. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui strategi modelling the way dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan melakukan sholat wajib pada siswa Kelas IV SD Negeri Mertan 01 Semester I tahun pelajaran 2012/2013. Aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: aspek membaca rukun sholat



(nilai rata-rata meningkat 1,1; persentase naik 21,8%; dari kategori baik menjadi amat baik), aspek membaca syarat sholat (nilai rata-rata naik 0,7; prosentase naik 14,8%; dari kategori baik menjadi amat baik); aspek membaca hal yang membatalkan sholat (nilai rata-rata meningkat 0,7; persentase naik 15,7%; dari kategori baik menjadi amat baik), dan aspek praktek sholat (nilai rata-rata naik 0,9; prosentase naik 18,3%; dari kategori baik menjadi amat baik). Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 7 siswa (30%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 23 siswa (100%). Terjadi peningkatan sebanyak 16 siswa (70%) dan nilai rata-rata kelas dari 60,2 menjadi 85,0, meningkat sebesar 24,8. Implikasi Implikasi hasil penelitian ini adalah: a) membantu siswa yang lambat dalam melakukan sholat wajib dengan baik dan benar, b) memberikan pengaruh yang positif baik dalam pendidikan dan sosial pada guru dan pada siswa, c) merupakan cara praktis untuk membantu siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya tentang melakukan sholat wajib. Saran Saran bagi Guru: pergunakan metode yang bervariasi dan sesuai dengan memperhatikan materi dan kondisi siswa dan gunakan alat peraga yang mudah diterapkan kepada siswa, sederhana tetapi dapat meningkatkan aktivitas siswa. Menginggatkan siswa tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan. Mengajar dan mendidik siswa secara professional. Saran bagi Kepala Sekolah: Berikan dorongan dan aktivitas kepada guru untuk selalu melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Lengkapi sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar. DAFTAR PUSTAKA A.M. Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Abdurahman. 1999. Pendidikan bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Ali, M. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Angkasa Bawani, Imam. 1993. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam. Surabaya: Al Ikhlas. DepDikBud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka



Drajat, Zakiah, 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara Hudoyo. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Malang : IKIP Malang.



Kemdikbud, 2003. Agama Islam SDMI.http://litbang.kemdikbud.go.id/content/01_%20AGAMA%20ISLAM%20SD-MI%281%29.pdf Sardiman 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Sriyono, dkk. 1992.Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana. 1989. Penelitian dan penilaian dalam Pendidikan. Bandung: C.V. Sinar Baru



Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensido Offset. Sumarni. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta



Zuhaerini, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Nasional. Biodata Penulis: Nama : Suwarto, S.Ag. NIP : 19571110 198405 1 002 Tugas : Guru Mata Pelajaran Agama Islam Unit Kerja : SD Negeri Mertan 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo