PTK Siklus 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SDN CLAKET PACET MOJOKERTO.



Oleh : WIWIK MUNIROH No. Peserta 2000103922027018 Kelas PGSD-1 PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2020



LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS



PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SDN CLAKET PACET MOJOKERTO



Disusun Oleh : Wiwik Muniroh, S. Pd. SD. No. Peserta 2000103922027018 Kelas PGSD-1



PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2020



HALAMAN PENGESAHAN Nama Lengkap



: Wiwik Muniroh



Tanggal Lahir



: Mojokerto, 29 September 1987



No Peserta



: 2000103922027018



Jurusan



: Guru Kelas SD



Perguruan Tinggi/Sekolah



: Universitas Negeri Surabaya



Email



: [email protected]



Nomor Telepon



: 085791177219



Alamat



: Dsn Mojorot Rt.03/Rw. 01, Desa Petak, Kec. Pacet, Kab. Mojokerto



Judul Laporan Penelitian Tindakan Kelas : PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SDN CLAKET PACET MOJOKERTO Dengan ini saya menyatakan penulisan laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: Penerapan Model Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto telah memenuhi semua syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh bapak dosen.



Mojokerto, Nopember 2020



Yang Memberi pengesahan



Drs. Masengut Sukidi, M.Pd NIP.



Yang Membuat Pernyataan,



Wiwik Muniroh, S.Pd.SD



ABSTRAK Wiwik Muniroh, 2020. Penerapan Model Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto. Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Surabaya Tahun 2020. Dosen Pembimbing Lapangan : Drs. Masengut Sukidi, M. Pd. , dan Guru Pamong: Wulan Cahyaning Ratri, S. Pd.



Kata Kunci



: Model Kooperatif tipe Group Investigation, Pemahaman siswa kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto.



Penelitian ini dilakukan karena proses pembelajaran yang kurang inovatif dan siswa kurang antusias dengan adanya kurikulum baru. Beberapa siswa masih belum mampu memahami pembelajaran Tematik secara maksimal sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan pemahaman dalam pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto ? 2) Bagaimana peningkatan pemahaman siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto ?



Penelitian ini dilakukan di SDN Claket Pacet Mojokerto. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus, setiap siklusnya memiliki 4 tahapan yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berjalan baik karena dapat meningkatkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I 92,30 meningkat pada siklus II menjadi 97,11. Perolehan hasil observasi siswa pada siklus I yaitu 88,46 meningkat pada siklus II menjadi 94,23. 2) Data hasil belajar menunjukkan peningkatan pemahaman siswa pada pra siklus memperoleh persentase hasil belajar 42,85% dengan rata-rata 63,68, pada siklus I memperoleh hasil belajar 77,14% dengan rata-rata 75 dan siklus II memperoleh persentase hasil belajar 94,28% dengan rata-rata 85,14.



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan pembelajaran ini dengan sebaik-baiknya. Penyusunan laporan ini didasarkan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang disusun dan diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas PPG DALJAB Tahun 2020 , harapan peneliti semoga penelitian ini dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran di SDN Claket Pacet Mojokerto. Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan penelitian ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga tidak lepas dari bantuan, Kerjasama dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu demi kelancaran penelitian ini. Peneliti sangat menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu peneliti mohon maaf yang sebesar-besarnya dan peneliti mengharap kritik dan saran demi sempurnanya tulisan ini. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan akan mendapat Ridha alloh SWT, amiiin. Akhir kata semoga penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak.



Claket,



Nopember 2002 Peneliti



DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D.



Latar belakang masalah………………………………………………………………… Rumusan masalah………………………………………………………………………. Tujuan penelitian……………………………………………………………………….. Manfaat penelitian………………………………………………………………………



BAB II KAJIAN PUSTAKA A. B. C. D.



Kajian Teori ……………………………………………………………………………. Hasil penelitian relevan………………………………………………………………… Kerangka berpikir………………………………………………………………………. Hipotesis tindakan………………………………………………………………………..



BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G. H.



Jenis penelitian………………………………………………………………………….. Subjek penelitian………………………………………………………………………… Tempat dan waktu penelitian……………………………………………………………. Prosedur penelitian/desain penelitian/langkah-langkah penelitian……………………… Instrumen penelitian……………………………………………………………………... Metode pengumpulan data………………………………………………………………. Teknik analisis data……………………………………………………………………… Indikator keberhasilan …………………………………………………………………...



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian……………………………………………………………………………. B. Pembahasan penelitian…………………………………………………………………….. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan…………………………………………………………………………………….. B. Saran………………………………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA Lampiran : a. b. c. d.



RPP siklus I, II,III Instrumen penelitian sesuai rumusan masalah Dokumentasi Dokumen lain yang relevan



DAFTAR TABEL Tabel Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional Tabel 3. 1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Tabel 3.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Tabel 3.3 Hasil Nilai Siswa Siklus I Tabel 3.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Tabel 3.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Tabel 3.6 Hasil Nilai Siswa Siklus II Tabel 3.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus III Tabel 3.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Tabel 3.9 Hasil Nilai Siswa Siklus III



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran 1 RPP Siklus I Lampiran 2 RPP Siklus II Lampiran 3 RPP Siklus III Lampiran 4 Tabel Observasi Aktivitas Guru Lampiran 5 Tabel Observasi Aktivitas Siswa Lampiran 6 Dokumentasi Pelaksanaan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran



ialah



kunci



keberhasilan



dari



pendidikan,



baik



dan



buruknya kualitas pendidikan sangat tergantung pada mutu pembelajaran yang dikelola guru. Guru sebagai tenaga professional harus mampu memiliki kreatifitas dan inovasi dalam mewujudkan pembelajaran yang optimal. Adanya timbal balik antara guru dengan siswa mampu menciptakan anakanak bangsa yang kreatif, inovatif, dan berkarakter untuk dapat menjawab tantangan masa depan.



(Trianto, Agar



proses



pembelajaran



tercapai



2010) sesuai



dengan



Standar



Nasional



Pendidikan, maka mulai tahun 2013/2014 diberlakukan kurikulum 2013. (Rusman, 2015) Kurikulum



2013



ialah



kurikulum



operasional



berbasis



kompetensi



sebagai



hasil refleksi, pemikiran dan pengkajian lebih mendalam dari kurikulum yang sudah berlaku sebelumnya. Pengembangan kompetensi-kompetensi dalam kurikulum 2013 diarahkan untuk memberikan softskill dan hardskill yang berupa keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi dengan berbagai tantangan, persaingan, perubahan, dan ketidakpastian dalam kehidupan. Kurikulum ini bertujuan untuk menciptakan lulusan anak bangsa yang kompeten dan cerdas dalam membangun integritas sosial, serta mampu membudayakan dan mewujudkan karakter nasional. Dalam implementasi kurikulum 2013, berbagai studi telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pembelajaran. Dimunculkannya berbagai model implementasi kurikulum merupakan salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum. Model implementasi kurikulum yang dianjurkan pada tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) ialah model pembelajaran tematik terpadu. (Mulyasa, 2015) Model pembelajaran tematik terpadu pada hakikatnya adalah suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif dalam mencari, menggali, mengeksplorasi, dan menemukan prinsip-prinsip holistik, autentik, dan berkesinambungan melalui tema-tema yang berisi muatan berbagai mata pelajaran yang diperlukan. Keberhasilan kurikulum 2013 ialah menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter dalam mewujudkan pendidikan



tujuan nasional



untuk



membentuk



watak



dan



peradaban



anak-anak



penerus bangsa yang bermartabat dengan ditentukan melalui berbagai faktor. Faktor tersebut berkaitan



dengan



(PERMENDIKBUD)



aktivitas



guru,



aktivitas



siswa,



fasilitas



dan



sumber



belajar.



Faktor terpenting yang besar pengaruhya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar ialah guru. Oleh karena itu guru dituntut lebih kreatif, inovatif, dan menyediakan fasilitas serta sumber belajar



yang Permendikbud



dapat



menumbuhkan



Nomor



67



minat



Tahun



2013



siswa tentang



untuk



belajar.



Kerangka



Dasar



dan



Struktur Kurikulum SD/MI menyebutkan bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 pada tingkat SD/MI dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu mulai dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik terpadu ialah mengaitkan berbagai mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lainnya ke dalam berbagai tema. Sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik tidak hanya berpatokan pada mata pelajaran saja melainkan lebih menekankan pada keterlibatan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman serta dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Sehingga guru sangat dituntut untuk mampu menuntun siswa berfikir kritis dan analisis. Ada beberapa keuntungan dalam pembelajaran tematik, diantaranya ialah kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dengan siswa lebih fokus pada proses daripada prosesnya untuk belajar secara kontekstual, siswa dapat megembangkan kepercayaan



diri



dan



kemandirian,



siswa



memiliki



keinginan



untuk



dapat



melakukan penelitian sendiri baik di dalam kelas maupun di luar kelas. (Ibnu Hajar, 2013) Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, penggunaan strategi, metode, dan model pembelajaran yang kurang tepat serta kurang menarik. Kondisi yang demikian jika dibiarkan akan berdampak buruk terhadap kualitas pembelajaran tematik dan siswa. Siswa akan tetap pasif dan Kemampuan siswa terlihat rendah pada saat menerima pembelajaran di dalam kelas, dikarenakan siswa kurang memperhatikan guru pada saat menjelaskan pembelajaran terkait dengan materi yang diajarkan, faktor yang menyebabkan yaitu kurangnya kreatifitas dalam memilih metode, strategi, Melihat kondisi pembelajaran di atas maka perlu suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik subtema peredaran darahku sehat. Salah satu alternatif dalam pemecahan masalah di atas yang dapat dilakukan oleh guru demi tercapaianya pembelajaran tematik adalah mampu mendesain pembelajaran dengan baik, membuat suasana pembelajaran menyenangkan, guru dapat menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasai



untuk



menarik



perhatian



siswa



dan



siswa



menjadi



aktif



dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan salah satu model pembelajaran dalam mengajarkan pembelajaran tematik adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Karena dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat terjadi interaksi antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Siswa lebih berani mengungkapkan pendapat dan berani bertanya dengan siswa yang lainnya. Sehingga secara psikis pembelajaran koopertaif tipe Group



Investigation dapat melatih mental siswa untuk belajar bersama dan saling berdampingan untuk



bekerja



sama.



(Rusman,



2013)



Model pembelajaran tipe Group Investigation juga mampu membuat siswa lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran tematik salah satunya yaitu mampu menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajarinya, serta mendorong siswa untuk aktif dalam mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar dan memecahkan suatu masalah. Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation juga disesuaikan dengan karakteristik materi pada pembelajaran tematik tema Sehat Itu Penting, terutama subtema peredaran darahku sehat pembelajaran ke-1, mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia yang memuat materi macam-macam peredaran darah dan fungsinya serta unsur-unsur yang



terdapat



dalam



pantun.



Sedangkan keunggulan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini ialah meningkatkan hasil belajar yang lebih baik, pada saat siswa berdisikusi fungsi ingatan siswa menjadi lebih aktif, meningkatkan pemahaman siswa serta lebih semangat dan berani dalam mengemukakan pendapat. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melalui investigasi, melatih siswa untuk bekerja secara bersama dalam memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi serta dapat mengembangkan kreativitas siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Berdasarkan hal itu model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman materi serta menjadikan proses pembelajaran menjadi



lebih



Penggunaan



menarik



model



kooperatif



dan



menyenangkan tipe



Group



bagi



siswa.



Investigation



dapat



melibatkan semua siswa menjadi aktif dalam kegiatan proses pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, 1.



Siswa



di kurang



antusias



pembelajaran



guru



memperhatikan tidak



antaranya penjelasan



mengkondisikan



guru,



siswa



:



karena



untuk



siap



dari



awal



menerima pelajaran.



2.



Model



pembelajaran



yang



digunakan



kurang



variatif.



3. Metode yang digunakan terlalu monoton, karena guru hanya menerapkan metode ceramah.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian analisis masalah diatas, adapun pertanyaan yang muncul sebagai rumusan 1.



masalah



Bagaimana



penelitian



penerapan



model



ini



diantaranya,



pembelajaran



kooperatif



adalah tipe



: group



investigation untuk meningkatkan pemahaman siswa di kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto ? 2. Bagaimana peningkatan hasil pemahaman siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto? C. Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti akan memberikan batasan masalah sebagai ruang lingkup dari penelitian ini yaitu pada penerapan model kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah : 1.



Untuk mengetahui secara langsung penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN Claket.



2.



Untuk mengetahui peningkatan pemahaman melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation siswa kelas V SDN Claket.



E. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, batasan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pandangan, saran maupun solusi dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN Claket. Manfaat ini terinci sebagai berikut :



1. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1). Dapat meningkatkan minat belajar siswa. 2). Dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran tematik. 3). Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik. 4). Dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran setelah menggunakan mdel pembelajaran kooperatif tipe group investigation. b. Bagi Guru 1). Sebagai bahan referensi dan rujukan dalam melaksanakan pembelajaran tematik melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.



2). Meningkatkan kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. 3). Dapat memberikan suasana pengalaman belajar mengajar lebih aktif dan menyenangkan. 4). Guru mendapat pengalaman setelah perangkat pembelajaran diterapkan dengan menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi, salah satunya yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. c. Bagi Sekolah 1). Untuk mengidentifikasi permasalahan dan dapat mencari solusi dalam meningkatkan pemahaman siswa terutama pada pembelajaran tematik. 2). Mendapat gambaran dan data tentang peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran tematik melalui model pembelajaran yang bervariasi. 3). Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah.



BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas disingkat PTK atau Classroom Action Research adalah bentuk penelitian berupa tindakan tertentu yang dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. Penelitian tindakan kelas dapat dipakai sebagai implementasi berbagai program yang ada di sekolah, dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa atau keberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai program sekolah. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengubah perilaku mengajar guru, perilaku peserta didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, dan atau mnegubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran. Berikut definisi dan pengertian penenlitian tindakan kelas dari beberapa sumber buku : 1) Menurut Arikunto, dkk (2006), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. 2) Menurut Supardi (2006), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mampu menawarkan



cara



dan



prosedur



baru



untuk



memperbaiki



dan



meningkatkan



profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa. 3) Menurut aqib (2011), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri maupun refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. 4) Menurut O’Brien (Mulyatiningsih, 2011), penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang(siswa) diidentifikasi permasalahnnya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. 5) Menurut kemmis dan Taggart (Padmono,2010), penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosila untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka,



serta pemahaman mereka terhadap praktek-praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek tersebut. b. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Menurut Hopkins (1993), penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (Planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Langkah-langkah penenlitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: Perencanaan (planning), yaitu persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas, seperti : menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan pembuatan media pembelajaran. 1) Pelaksanaan Tindakan ( Acting), yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan serta prosedur tindakan yang akan diterapkan. 2) Observasi (observe), observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan semua rencana ynag telah dibuat dengan baik, tidak ada penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kegiatan observasi dapat dilakukan dengan cara memberikan lembar observasi atau dengan cara lain yang sesuai dengan data yang dibutuhkan. 3) Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas yang terhimpun sebagai bentuk dampak tindakan yang telah dirancang. Berdasarkan langkah ini akan diketahui perubahan yang terjadi. Bagaimana dan sejauh mana tindakan yang ditetapkan mampu mencapai perubahan atau mengatasi masalah secara signifikan. Bertolak dari refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan dalam bentuk replanning dapat dilakukan. https://www.kajianpustaka.com/2019/03/penelitian-tindakan-kelas-ptk.html 2. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan partisipasi dari siswa satu dengan siswa lainnya ke dalam satu kelompok belajar untuk dapat saling berinteraksi. Dalam pembelajaran yang kooperatif, siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya. Model pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan



tanggung jawab siswa, yaitu tanggung jawab melalui mereka belajar untuk dirinya sendiri dan mereka membantu sesama anggota kelompok yang lainnya untuk belajar. Cooperative learning adalah rangkaian kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok, yaitu berupa kelompok kecil. Pembelajaran kelompok merupakan serangkaian kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan cara berkelompok untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran yang telah dirumuskan.(Rusman, 2013) Pembelajaran kooperatif memiliki unsur dasar yang dapat membedakan antara pembelajaran kelompok menggunakan cooperative learning maupun pembelajaran kelompok yang dilakukan secara asal asalan. Dalam pelaksanaan unsur dasar pembelajaran kooperatif yang dialakukan secara benar dapat membantu guru untuk dengan mudah mengelola kelas secara efektif. Proses pembelajaran secara cooperative learning tidak hanya bergantung kepada guru. Siswa dapat saling bekerja sama untuk membelajarkan dengan siswa lainnya. Pembelajaran yang dilakukan dengan berpusat kepada guru kurang efektif apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan dengan rekan sebaya (peerteaching). Menurut (Ibid , 204 ) Ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : 1)



Terdapat peserta didik dalam berkelompok,



2)



Terdapat aturan main dalam berkelompok,



3)



Memiliki upaya belajar dalam berkelompok,



4)



Terdapat suatu kompetensi yang harus dicapai oleh setiap kelompok. Menurut Jhonson dan Sutton dalam pembelajaran kooperatif. memiliki unsur penting yang harus ada, diantaranya ialah sebagai berikut :



1)



Meningkatnya interaksi antar siswa,



2)



Adanya tanggung jawab individual,



3)



Memiliki keterampilan interpersonal dan kelompok kecil,



4)



Adanya proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif. Selain



unsur dalam pembelajaran kooperatif diatas, pembelajaraan kooperatif juga



memiliki prinsip-prinsip yang dapat membedakan dengan model pembelajaran yang lainnya. Menurut Slavin, konsep utama dalam belajar kooperatif adalah sebagai berikut : (a) mendapatkan penghargaan pada setiap kelompok, (b) tanggung jawab secara individual, (c) kesempatan untuk sukses didapatkan secara bersama-sama dengan cara saling membantu antar anggota kelompok guna meningkatkan belajar mereka sendiri.( Trianto, 60-61)



Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Ciri-ciri dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1)



Pembelajaran dilaksanakan secara tim,



2)



Pembelajaran didasarkan pada manajemen kooperatif,



3)



Adanya kemauan untuk bekerja sama,



4)



Adanya keterampilan dalam bekerja sama. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat juga struktur tugas, tujuan, dan



penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja sama dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk dapat bekerja secara bersama pada penyelesaian suatu tugas dengan mengoordinasikan usahanya dalam penyelesaiam tugas. Penerapan model kooperatif, dua individu atau lebih individu saling bergantung dengan satu sama lainnya untuk mencapai satu tujuan bersama. b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut (Hamdani : 2013, 205-207 ) tujuan dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1)



Saling ketergantungan dalam hal positif antara satu siswa dengan siswa lainnya



dalam satu tim, saling membantu, dan saling memberikan motivasi. 2) Adanya akuntabilitas individual dalam mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, selanjutnya kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar dari anggota kelompoknya sehingga dapat diketahui siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa yang dapat memberikan bantuan, 3) Kelompok belajar yang heterogen, melalui kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, suku bangsa, dan lainnya sehingga dapat dengan mudah diketahui siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa yang dapat memberikan bantuan kepada siswa lainnya dalam tim, Adanya pengajaran dalam hal keterampilan sosial yang diperlukan dalam bekerja secara bersama seperti kepemimpinan, mampu berkomunikasi dengan baik, mempercayai orang lain, dan mampu mengelola konflik yang ditemui secara langsung, 1) Pemantauan dari guru tetap dilakukan pada saat proses pembelajaran kooperatif berlangsung dengan melakukan intervensi jika suatu masalah terjadi dalam kerja sama antar anggota kelompok, 2) Guru memperhatikan proses belajar kelompok yang terjadi pada setiap kelompokkelompok belajar,



3) Penekanan diberikan pada penyelesaian tugas juga pada hubungan interpersonal yaitu hubungan antar pribadi yang saling menghargai satu dengan lainnya. c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Adapun beberapa kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif ialah sebagai berikut: 1) Dapat meningkatkan hasil belajar serta meningkatkan daya ingat siswa, 2) Dapat digunakan dalam pencapaian penalaran tingkat tinggi, 3) Dapat mendorong tumbuhnya motivasi dalam diri siswa, 4) Dapat meningkatkan hubungan antar siswa secara heterogen, 5) Dapat menumbuhkan sikap siswa yang positif baik terhadap sekolah maupun terhadap guru dan terhadap lingkungan sosial, 6) Dapat meningkatkan keterampilan hidup untuk bergotong royong kepada sesama. ( Rusman,219 ) Selain kelebihan yang dimiliki, model pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan diantaranya sebagai berikut : 1) Dibutuhkannya banyak waktu dalam memahami pembelajaran kooperatif. Siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan akan dirasa menghambat siswa yang memiliki kemampuan lebih. Sehingga dapat menimbulkan kontra dalam bekerja sama. 2) Siswa tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran menggunakan cooperative learning apabila mereka tidak menerapkan peer teaching dalam proses pembelajaran. 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation disebut sebagai pembelajaran kooperatif yang kompleks. Hal ini disebabkan oleh perpaduan dari beberapa landasan pemikiran, yang berdasarkan pada pandangan kontruktivistik, demokratik, dan pada kelompok belajar kooperatif. Proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe group investigation dapat memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif mulai dari perencanaan sampai pada mempelajari suatu topik dengan cara investigasi. Group investigation merupakan kelompok kecil dalam melibatkan siswa untuk belajar secara bekerja sama. ( Suartika, 2013 )



Dalam sejarah pengembangan model pembelajaran tipe group investigation, salah satu tokoh yang terkenal dengan tipe ini yaitu John Deway yang hidup ditahun 1970. Sudut pandang deway terhadap model pembelajaran kooperatif tipe group investigation di dalam kelas merupakan suatu prasyarat dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan yang akan ditemui dalam masyarakat. Model pembelajaran grup investigation, dapat memberikan nilai positif kepada siswa seperti siswa akan lebih termotivasi untuk melakukan sesuatu dalam menghadapi masalah yang terkait dengan kehidupan yang dialaminya. Dalam memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi siswa harus mampu menganalisis terlebih dahulu dan memahami konsepnya. Sehingga siswa dapat mengidentifikasi apa yang akan dipelajari untuk memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi, serta siswa dapat merancang sumber-sumber yang akan diperlukan dalam pemecahan masalahnya. Tujuan Model group investigation yang berorientasi pada siswa yaitu bertujuan untuk mempersiapkan siswa sebagai ahli informasi yang mampu mengkomunikasikan pengetahuan mereka kepada teman-teman dan anggota kelompok lainnya. Selain itu, model group investigation bertujuan untuk menumbuhkan semangat dan semangat kerja tim dalam kelompok untuk menciptakan pembelajaran aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan. (Widya Karmila Sari Acmad, 2018 ) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation diawali oleh tahapan pelaksanaan investigasi siswa dalam mencari atau menemukan informasi di berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar kelas/sekolah. Kemudian siswa melakukan tahap evaluasi dan sintesis terhadap informasi yang telah didapat sebagai bahan dalam pembuatan laporan ilmiah dari hasil kelompok. (Rusman, 221) Ada enam langkah dari model group investigation ini yaitu pemilihan topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi hasil final, dan evaluasi. a. Langkah-langkah Model pembelajaran Group Investigation Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation kelompok ialah sebagai berikut : ( Arends, 2008) 1) Memilih topik Guru telah menyiapkan beberapa topik kemudian siswa memilih satu topik dan diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok.



2) Perencanaan kooperatif Siswa dan guru merencanakan langkah-langkah pembelajaran, tugas, dan tujuan yang sesuai dengan topik. 3) Implementasi Siswa menerapkan rencana yang sudah mereka kembangkan pada tahap kedua. Dalam



kegiatan



proses



pembelajaran



hendaknya



dapat



melibatkan



aktivitas,



keterampilan, dan juga dapat mengarahkan siswa ke dalam jenis-jenis sumber belajar yang berbeda seperti di dalam kelas maupun di luar kelas/sekolah. Siswa diminta untuk saling bertukar pikiran dalam proses diskusi. 4)



Analisis dan sintesis Setelah siswa menganalisis informasi yang telah didapatkan pada tahap ketiga, siswa merencanakan bagaimana informasi yang didapat bisa diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik perhatian dari anggota kelompok lain untuk menyimak ketika proses presentasi dilakukan di depan kelas.



5)



Presentasi hasil final Perwakilan dari setiap kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan berbagai cara yang menarik maupun berbagai bentuk, untuk dapat disampaikan kepada seluruh kelompok yang ada di kelas. Hal ini dilakukan agar seluruh kelompok juga terlibat dalam pekerjaan mereka dan mendapatkan perspektif luas pada topik. Dalam tahap presentasi dikoordiasi oleh guru.



6)



Evaluasi Dalam menangani aspek yang berbeda dari satu topik yang sama, siswa bersama guru dapat mengevaluasi tiap kontribusi kelompok kerja kelas yang dianggap sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi ini dapat berupa penilaia idividu maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dirancang untuk dapat mengembangkan kreativitas siswa, baik secara idividu maupun secara kelompok. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe group investigation juga dapat membantu terjadinya tanggung jawab terhadap tugas masing-masing dalam bekerja secara bersama.



b. Kelebihan dan Kelemahan Group Investigation Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ialah sebagai berikut : 1)



Dapat melatih siswa untuk berfikir mandiri,



2) Dengan keaktifan siswa mulai dari tahap pertama hingga tahap akhir dapat mempertajam gagasan siswa, 3) Melatih siswa terbiasa berfikir kritis dalam menghadapi suatu permasalahan degan cara penyelidikan (investigasi), 4) Dapat meningkatkan komunikasi social siswa dengan sesama anggota kelompok maupun masyarakat. Selain kelebihan yang dimiliki, model pembelajaran kooperatif Tipe group investigation juga memiliki kekurangan diantaranya sebagai berikut : 1)



Membutuhkan pemikiran siswa yang mendalam untuk berfikir kritis, 2) Membutuhkan ketelitian dan keuletan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan melalui investigasi, 3)



Kesulitan komunikasi akan menyulitkan siswa dalam menggali



informasi dari sumber yang diinvestigasi 4. Tingkat Pemahaman Siswa a. Pengertian Pemahaman Pengertian pemahaman telah diungkapkan oleh beberapa para ahli. Menurut Nana Sudjana, pemahaman merupakan hasil belajar. Pemahaman dapat diartikan mengerti tentang sesuatu dengan melihatnya melalui berbagai sudut pandang. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang dikatakan paham apabila dia dapat memberikan penjelasan tentang hal yang telah dipelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri. ( Nana Sudjana, 1995) Dalam pemahaman hasil belajar dikatakan lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar lainnya seperti pengetahuan yang sifatnya berupa hafalan. Karena dalam tingkat pemahaman diperlukan kemampuan untuk menangkap makna atau arti dari sebuah



konsep. Dengan begitu bukan berarti pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab dalam memahami suatu konsep perlu terlebih dahulu untuk mengetahui atau mengenal. ( Nana Sudjana )



b. Tingkatan-tingkatan dalam Pengetahuan Menurut Bloom, kemampuan pemahaman dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu : ( Wowo Sunaryo Kuswana, 2012 ) 1) Menerjemahkan (translation) Menerjemahkan ialah pengalihan arti dari bahasa satu ke Bahasa yang lainnya sesuai dengan pemahaman yang diperoleh dari konsep tersebut. Menerjemahkan mampu memahami makna yang terkandung dalam suatu konsep. Misalnya menerjemahkan dari Bahasa asing atau Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, mengartikan Tut Wuri Handayani, mengartikan suatu istilah, dan sebagainya. 2) Menafsirkan (interpretation)Kemampuan menafsirkan lebih luas dari kemampuan menerjemahkan, kemampuan ini untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan ialah menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan lain yang akan diperoleh berikutnya. Contohnya menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang sebenarnya, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dalam pembahasan, dan lain-lain. 3) Mengeksplorasi (extrapolation)Eksplorasi ialah menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena seseorang harus dapat melihat arti lain dari apa yang telah tertulis. Misalnya dalam membuat perkiraan tentang konsekuensi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupu masalah. Tiga tingkatan pemahaman kadang sulit dibedakan, karena tergantung dari isi yang ada dalam pelaaran. Dalam proses pemahaman, seseorang akan mengalami ketiga tingkatan tersebut secara berurutan.



c. Indikator Pemahaman Menurut Bloom dalam taksonomi yang dikembangkannya, pemahaman termasuk dalam ranah kognitif. Pemahaman merupakan tingkat ke dua dalam taksonomi Bloom.



Indikator yang digunakan oleh taksonomi Bloom dalam mengukur pemahaman adalah sebagai berikut:



(Wowo Sunarya Kuswana :124)



Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional Kategori



Taksonomi Bloom



Taksonomi Bloom Revisi



Melakukan inferensi,







Menafsirkan



Melaporkan, Membandingkan,



(Interpreting)



Membedakan, Memberi contoh, •



Memberi contoh



Membeberkan, Memperkirakan,



(Exampliying)



Memperluas, Mempertahankan,







Memprediksi, Menafsirkan, Menampilkan, Menceritakan,



Meringkas (Summarizing)







Mencontohkan, Mediskusikan,



Menarik inferensi (Inferring)



Menerangkan, • Pemahaman



Membandingkan



Mengabstraksikan, (Compairing)



,



Mengartikan, Mengasosiakan, •



Menjelaskan



Mengekstrapilasi, (Explaining) Mengelompokkan, Mengemukakan, Menggali, Menggeneralisasikan, Menggolongkan, Menghitung, Mengilustrasikan, Menginterpolasi,



Menginterprestasikan, Mengkategorikan, Mengklasifikasi, Mengontraskan, Mengubah, Menguraikan, Menjabarkan, Menjalin, Menjelaskan, Menterjemahkan, Mentranslasi Menunujukkan, Menyimpulkan Merangkum, Meringkas, Mengidentifikasi.



B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penenlitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Kholifah Puspitasari yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Pemahaman Tema 4 Subtema Peredaran Darahku Sehat di Kelas V MI Manna Was Salwa Sidoarjo” . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan pemahaman. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang saya lakukan adalah terletak pada model pembelajaran



yang diterapkan sama-sama melibatkan siswa untuk memcahkan masalah



melalui diskusi dengan pasangannya pada saat pembelajaran berlangsung. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan terletak pada materi, penelitian yang terdahulu menjelaskan materi hanya pada tema 4 subtema peredaran darahku sehat ruang lingkup hanya khusus tentang materi tersebut saja. Sedangkan penelitian yang saya lakukan bersifat umum untuk semua materi. C. Kerangka Berfikir



Selama ini pembelajaran di sekolah saya masih konvensional yang bersifat monoton yang hanya menggunakan metode ceramah sehingga minat dan ketertarikan siswa untuk belajar materi tematik



tentang pembelajaran di kelas V menjadi rendah. Oleh karena itu, menimbulkan



kecenderungan siswa mengalami kebosanan dan rasa jenuh. Hal ini menyebabkan tidak adanya tingkat pemahaman siswa dalam kegiatan belajar mengajar secara maksimal. Peneliti mencoba menerapkan tindakan berupa penerapan model pembelajaran Cooperatve Tipe Group Investigation. Melalui model pembelajaran Cooperative Tipe Group Investigation ini siswa dapat lebih mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Peran guru dalam hal ini hanay mengkoordinasi kegiatan belajar mengajar, menciptakan suasana kelas yang kondusif dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Melalui model pembelajaran Cooperative Tipe Group Investigation ini dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran tematik di kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto. Kerangka berfikir penerapan model Cooperative Tipe Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto, dapat digambarkan dalam bagan berikut :



Pembelajaran



Pemahaman Siswa Kurang Optimal



Konvensional



Penerapan Model Cooperative Tipe Group Investigation Pemahaman Siswa Meningkat



D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan pada kajian pustaka dan kerangka berfikir, maka hipotesis tindakan penelitian ini



yaitu “ Penerapan Model Cooperative Tipe Group Investigation Dapat Meningkatkan



Pemahaman Siswa Kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto “.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas atau classroom action Research. Menurut Suharsimi Arikunto (2008:3) penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiaatn belajar berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan sebagai strategi pemecahan masalah denagn memanfaatkan tindakan nyata kemudian merefleksi terhadap hasil tindakan. Penelitian tindakan cocok untuk meningkatkan kualitas subyek yang akan diteliti. Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN Claket denagn peneraapan model kooperatif tipe group investigation. B. Subjek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto tahun ajaran 2020-2021 dengan jumlah siswa 14. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemahaman siswa kelas V pada pembelajaran tematik tema sehat itu penting terutama subtema peredaran darahku sehat pada pembelajaran ke-1. Pemilihan subyek dan obyek ini diambil dengan pertimbangan bahwa nilai pelajaran siswa kelas V kurang baik. Peneliti melakukan wawancara, dan observasi kepada guru wali kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto. C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Tempat akan dilaksanakan di SDN Claket tepatnya di



Dusun Claket, Desa Claket,



Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Karena dilaksanakan pada saat pandemi dimana pembelajaran saat ini adalah pembelajaran daring, maka peserta didik sudah dibagi kelompok untuk mencari informasi tentang pembelajaran di kelas V. dalam satu kelompok dibagi menjadi 2 orang saja supaya tidak terjadi kerumunan, nanti peserta didik bisa melaporkan hasil informasi pembelajaran yang sudah mereka dapat dari referensi buku lain atau dari internet melalui platform WhatsApp Grub dan zoom meeting. Waktu pelaksanaannya kemungkinan akan dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2020.



D. Langkah-langkah Penelitian 1. Siklus I Ada 4 tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Arikunto, 2010:20 ). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a) Tahap perencanaan Tindakan Tahap perencanaan tindakan merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini. Pada tahap ini dibuat perencanaan tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menelaah kurikulum 2013 untuk menentukan Kompetensi dasar yang akan diterapkan dalam PTK kelas V SDN Claket, Kec. Pacet, Kab. mojokerto 2) Merencanakan tindakan pembelajaran dengan membuat RPP 3) Menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik yang dikirim melalui WAG 4) Menyusun lembar evaluasi sesuai materi yang diajarkan 5) Menyiapkan instrumen untuk pengumpulan data b) Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap ini adalah tahap pelaksanaan tindakan atau penerapan RPP melalui PTK. Pelaksanaan PTK pada siklus ini dilaksanakan 1 kali dalam setiap pertemuan. Adapun kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan pada siklus ini melalui platform Wag dan zoom meeting adalah: 1) Guru membagi siswa berpasangan untuk melakukan daring bersama pasangannya. 2) Guru melakukan apersepsi dan memberi motivasi kepada siswa untuk selalu menjaga kesehatan 3) Guru menayangkan video pembelajaran tentang peredaran darah manusia dan pantun. 4) Siswa bersama pasangannya menyimpulkan tentang sistem peredaran darah manusia dan ciri-ciri pantun melalui video yang sudah dibagikan guru pada zoom meeting. 5) Masing-masing



pasangan



diberi



kesempatan



untuk



menyampaikan



hasil



kesimpulannya secara bergantian melalui zoom meeting. 6) Guru memberikan kesempatan pada pasangan lain untuk menanggapi hasil kesimpulan temannya. 7) Siswa bersama teman pasangannya mengerjakan latihan soal yang berkaitan dengan video pembelajaran. 8) Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang pembelajaran yang sudah dilakukan 9) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 10) Memberikan Penilaian



c) Tahap Pengamatan Pada tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan penerapan model kooperatif group investigation. Selama proses pembelajaran berlangsung guru mengamati proses pembelajaran dengan cara siswa diminta untuk mengirimkan foto melalui WAG pada saat pembelajaran mengenai materi tema 4 subtema 1 pembelajaran 1 dengan kelompok yang sudah dibagi , dimana setiap kelompok dibagi menjadi 2 orang dalam pembelajaran daring sesuai dengan tempat tinggal mereka. Sehingga peserta didik masih bisa untuk memecahkan masalah dengan menggunakan model kooperatif grub investigation dengan mengguanakan protokol kesehatan di rumah dengan baik. d) Tahap refleksi Refleksi ini merupakan suatu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Setelah melakukan proses pembelajaran melalui platform WAG dan zoom , maka dilakukan refleksi dengan cara sebagai berikut: 1) Menentukan keberhasilan dan kekurangan pada siklus I 2) Melakukan perbaikan pada sikus I jika dirasa kurang perlu adanya perbaikan 3) Merencanakan tindakan siklus II.



2. Siklus II Ada 4 tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Arikunto, 2010:20 ). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a) Tahap perencanaan Tindakan Tahap perencanaan tindakan merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini. Pada tahap ini dibuat perencanaan tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menelaah kurikulum 2013 untuk menentukan Kompetensi dasar yang akan diterapkan dalam PTK kelas V SDN Claket, Kec. Pacet, Kab. mojokerto 2) Merencanakan tindakan pembelajaran dengan membuat RPP 3) Menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik yang dikirim melalui WAG 4) Menyusun lembar evaluasi sesuai materi yang diajarkan 5) Menyiapkan instrumen untuk pengumpulan data b) Tahap Pelaksanaan Tindakan



Tahap ini adalah tahap pelaksanaan tindakan atau penerapan RPP melalui PTK. Pelaksanaan PTK pada siklus ini dilaksanakan 1 kali dalam setiap pertemuan. Adapun kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan pada siklus ini melalui platform Wag dan zoom meeting adalah : 1) Guru melakukan pembukaan dengan salam dan dilanjutkan dengan membaca do’a yang dipandu melalui aplikasi zoom meeeting. 2) Guru melakukan apersepsi dan memberi motivasi kepada siswa untuk selalu menjaga kesehatan 3) Guru menayangkan video pembelajaran pada media power point. 4) Siswa bersama pasangannya menyimpulkan makna dan amanat pantun yang sudah dibaca oleh salah satu temannya pada video pembelajaran yang sudah ditayangkan pada media power point. 5) Siswa bersama pasangannya berkreasi membuat pantun tenatng organ peredaran darah. 6) Guru memberikan kesempatan pada pasangan lain untuk menanggapi hasil kesimpulan temannya. 7) Siswa dimnita untuk mengamati tayangan video tentang gangguan kesehatan organ peredaran darah pada media power point 8) Siswa diminta untuk membandingkan dan menganalisis gangguan kesehatan organ peredaran darah pada tayangan video pembelajaran tersebut. 9) Siswa bersama teman pasangannya mengerjakan latihan soal yang berkaitan dengan video pembelajaran. 10) Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang pembelajaran yang sudah dilakukan 11) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 12) Guru memberikan evaluasi pengetahuan yang berupa link GF melalui WAG 13) Guru memberikan salam dan berdo”a pada akhir pembelajaran. c) Tahap Pengamatan Pada tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan penerapan model kooperatif group investigation. Selama proses pembelajaran berlangsung guru mengamati proses pembelajaran dengan cara siswa diminta untuk mengirimkan foto melalui WAG pada saat pembelajaran mengenai materi tema 4 subtema 1 pembelajaran 1 dengan kelompok yang sudah dibagi , dimana setiap kelompok dibagi menjadi 2 orang



dalam pembelajaran daring sesuai dengan tempat tinggal mereka. Sehingga peserta didik masih bisa untuk memecahkan masalah dengan menggunakan model kooperatif grub investigation dengan mengguanakan protokol kesehatan di rumah dengan baik. d) Tahap refleksi Refleksi ini merupakan suatu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Setelah melakukan proses pembelajaran melalui platform WAG dan zoom , maka dilakukan refleksi dengan cara sebagai berikut: 1) Menentukan keberhasilan dan kekurangan pada siklus I 2) Melakukan perbaikan pada sikus I jika dirasa kurang perlu adanya perbaikan 3) Merencanakan tindakan siklus II. 3. Siklus III Tahapan pada siklus III ini sama dengan tahapan pada siklus II, dimulai dari tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan sampai dengan tahap refleksi. Yang membedakan pada tahap refleksi apabila sudah mencapai hasil yang diinginkan maka tidak perlu mengadakan ke tahap selanjutnya atau siklus IV. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi adalah pemusatan perhatian dan pencatatan secara sistematis tentang fenomena yang dimiliki dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2006 : 156) . pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa observasi adalah mengumpulkan data dengan mengamati secara langsung objek yang diamati. Senada dengan pengertian tersebut, Syaodi (2013:220) mengemukakan bahwa observasi (observation ) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan pada cara siswa belajar. Tujuan dilakukan pengamatan adalah untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dan kualitas aktivitas pembelajaran. Dalam hal ini observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi permasalahan yang ada di dalam kelas. Sehingga kegiatan ini dapat membantu untuk memberikan pandangan awal untuk menentukan ketercapaian yang akan dilakukan dalam langkah selanjutnya untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini.



Pedoman observasi akan menggunakan bentuk checklist. Checklist atau daftar cek merupakan daftar dari semua aspek yang akan diobservasi dengan langkah observer hanya ceklis pada lembar observasi yang telah disediakan. 2. Tes Hasil Belajar menurut Arikunto (2010:193), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, peengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam hal ini, teknik pengumpulan data melalui tes digunakan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa. Jadi, tes digunakan bertujuan untuk mengukur keberhasilan siswa dan mendapatkan data prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif grub investigation untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN Claket, Kec. Pacet, Kab. Mojokerto. F. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi Untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan aktivitas guru, maka digunakan lembar observasi. Pengisian lembar obserasi ini dilakukan oleh satu observer yaitu guru yang dibuat sesuai komponen-komponen kegiatan siswa dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran. Selain itu lembar observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat aktivitas siswa dan guru saat pelaksanaan model pembelajaran kooperatif grub investigation untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN Claket, Kec. Pacet, Kab. Mojokerto. 2. Lembar soal tes Lembar tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa sesudah kegiatan pembelajaran dengan PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SDN CLAKET PACET MOJOKERTO.



G. Teknik Analisis Data Analisis data digunakan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Analisis data yang digunakan dalam penelitia ini adalah analisis data kualitatif dan kuantitaif. ( Nana sudjana, 106 ) a. Data Kualitatif Data yang berhubungan dengan kualitas tertentu seperti baik, kurang, cukup, dan sebagainya. Dalam hal ini data kualitatif berupa hasil observasi tentang aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran. b. Data Kuantitatif Data yang dapat diolah dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik. Data tersebut dapat disimbolkan dengan berupa angka-angka. Data kuantitatif pada penelitian ini berupa nilai presentase pelaksanaan pembelajaran



dan nilai rata-rata presentase ketuntasan



pemahaman siswa kelas V SDN Claket Pacet Mojokerto. Data hasil observasi ini dianalisis menggunakan statistik dengan mendeskripsikan aktifitas siswa dalam mengelola pembelajaran cooperative grup investigation untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran tentang aktifitas siswa, maka digunakan rumus sebagai berikut : 1). Menghitung Persentase Pelaksanaan Pembelajaran P=



∑f x 100 % N



Keterangan : P



: Persentase



∑f



: jumlah aktifitas yang terlaksana (jumlah semua nilai)



N



: jumlah aktifitas keseluruhan (jumlah keseluruhan siswa) (winarsunu, 2010:20) Tingkat keberhasilan ditentukan dengan menggunakan kriteria penilaian sebagai berikut :



81%-100%



= sangat baik



61%-80%



= baik



41%-60%



= cukup



21%-40%



= rendah



0%-20%



= sangat rendah (Riduwan & sunarto, 2009:23)



2. Analisis Data Tes Hasil Belajar Setelah diperoleh data tes hasil belajar, maka untuk dilakukan analisis data untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus: P=



∑ siswa yang tuntas belajar x 100 % ∑ siswa



Selanjutnya ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : >80%



= sangat tinggi



60%-70%



= tinggi



40%-59%



= sedang



20%-39%



= rendah