PTM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain 1 Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia, karena seperti kita ketahui, bahwa 80% dari persalinan masih ditolong oleh dukun. Dan baru sedikit dukun sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus dukun. Insiden partus lama menurut penelitan adalah 2,8-4,9%.5 Persalinan tidak maju suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks serta turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir. Penyebab persalinan tidak maju antara lain adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua, perut gantung, grandmulti dan ketuban pecah dini. Penatalaksanaan pada persalinan tidak maju (PTM) salah satunya dengan melakukan sectio caesaria.1 Pengaruh persalinan tidak maju pada bayi antara lain adalah perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala serta kematian Janin Pada kasus persalinan tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan : dehidrasi dan ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering), demam, nyeri abdomen.1 Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. 5 B. TUJUAN UMUM Mengerti dan memahami patologi persalinan tidak maju2 C. TUJUAN KHUSUS 1. Menjelaskan definisi PTM2 2. Menjelaskan etiologi PTM2,5 3. Menjelaskan tanda-tanda PTM5 4. Menjelaskan Dampak PTM pada Ibu-Janin2



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI PERSALINAN TIDAK MAJU Persalinan tidak maju yaitu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks serta turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir.1 Menurut American College of Obstetricians and Ginecologist, agar dikatakan partus tak maju harus memenuhi syarat fase laten telah selesai, dengan serviks membuka 4cm atau lebih, dan sudah terjadi pola kontraksi uterus sebesar 200 satuan atau lebih dalam periode 10 menit selama 2 jam tanpa perubahan pada serviks.1 2.2 ETIOLOGI PERSALINAN TIDAK MAJU Sebab-sebab terjadinya partus tak maju ini adalah multikomplek, dan tentu aja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.5 1. Kelainan Tenaga (Kelainan His) His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga mengalami hambatan.2 Jenis-jenis kelainan His:6 1. Inersia Uteri disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam kontraksi uterus lebih aman, singkat dan jarang dari pada biasa. 2. His yang terlalu kuat His yang terlalu kuat dan terlalu efesien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam disebut partus presipitatus. Bahaya dari partus presipitatus bagi ibu adalah perlukaan jalan lahir, khususnya servix uteri, vagina, dan perineum. Sedangkan pada bayi bias mengalami pendarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat. 3. Incoordinate uterine action



Tonus otot meningkat, juga diluar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasanya karena tidak ada sinkronisasi bagian-bagiannya. 2. Kelainan Janin Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.2 3. Kelainan Jalan Lahir Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.2



2.3 TANDA-TANDA PERSALINAN TIDAK MAJU a. Pada ibu5 : 1) Gelisah 2) Letih 3) Suhu badan meningkat 4) Berkeringat 5) Nadi cepat 6) Pernafasan cepat 7) Didaerah sering dijumpai oedema vulva, oedema serviks, kadang cairan ketuban berbau ,terdapat mekoneum b. Janin5 : 1) Djj cepat, hebat, tidak teratur bahkan negative 2) Air ketuban terdapat mekoneum kental kehijau-hijauan, cairan berbau 3) Caput succedenium yang besar 4) Moulage kepala yang hebat 5) Kematian janin dalam kandungan



2.4 PENYEBAB PERSALINAN TIDAK MAJU A. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)



Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak. 2 Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin. 2 Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri. 2 Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. 2 Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal. Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi 2: 1. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendisendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam). 2. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi). 3. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini). b. Presentasi yang abnormal Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.



a.



Presentasi Dahi Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal



dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit. 3 Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.3 b.



Presentasi Bahu Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi



kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina. 2 Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul. 2 c.



Presentasi Muka Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel



pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali



mengarah kearah oksiput.2



Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida. 2



d.



Abnormalitas pada janin



Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.2 e.



Abnormalitas sistem reproduksi



Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.2



2.5 KOMPLIKASI PTM TERHADAP IBU & JANIN Persalinan tidak maju dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau keduanya sekaligus.2 EFEK PADA IBU Infeksi Intrapartum Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus tak maju, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi persalinan tak maju.2



Ruptur Uteri Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus tak maju, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat terenggang kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai sebuah kista transversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara simfisis dan umbilikus. Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan persalinan perabdominam segera.2 Cincin Retraksi Patologis Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus pada persalinan yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah



uterus. Pada situasi semacam ini cincin dapat terlihat jelas ebagai suatu indentasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus. Konstriksi uterus lokal jarang dijumpai saat ini karena terhambatnya persalinan secara bekepanjangan tidak lagi dibiarkan. Konstriksi lokal ini kadang-kadang masih terjadi sebagai konstriksi jam pasir (hourglass constriction) uterus setelah lahirnnya kembar pertama. Pada keadaan ini, konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anestesi umum yang sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang seksio sesarea yang dilakukan dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi kembar kedua.2 Pembentukan Fistula Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala dua yang berkepanjangan. Dahulu, saat tindakan operasi ditunda selama mungkin, penyulit ini sering dijumpai, tetapi saat ini jarang terjadi kecuali di negara-negara yang belum berkembang.2 Cedera Otot-otot Dasar Panggul Suatu anggapan yang telah lama dipegang adalah bahwa cedera otot-otot dasar panggul atau persarafan atau fasia penghubungnya merupakan konsekuensi yang tidak terelakan pada persalinan pervaginam, terutama apabila persalinannya sulit. Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat. Terdapat semakin besar kekhawatiran bahwa efek-efek pada otot dasar panggul selama melahirkan ini akan menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul. Karena kekhawatiran ini, dalam sebuah jajak pendapat baru-baru ini terhadap ahli kebidanan perempuan inggris, 30 persen menyatakan kecendrungan melakukan seksio sesarea daripada persalinan pervaginam dan menyebutkan alasan pilihan mereka yaitu menghindari cedera dasar panggul.2 Sepanjang sejarah obstetri, intervensi yang ditujukan untuk mencegah cedera dasar panggul telah lama dilakukan. Sebagai contoh, pada tahun 1920 DeLee menyarankan persalinan dengan forseps profilaktik untuk mengurangi peregangan terhadap otot dan saraf pada persalinan kala dua dan untuk melindungi dasar panggul serta fasia di dekatnya dari peregangan berlebihan. Namin, kemajuan dalam bidang obstetri pada abad ke-20 umumnya



difokuskan untuk memperbaiki prognosis neonatus serta morbiditas dan mortalitas ibu akibat preeklamsia, infeksi, dan perdarahan obstetri.2 Contoh klasik cedera melahirkan adalah robekan sfingter ani yang terjadi saat persalinan pervaginam. Robekan ini terjadi pada 3 sampai 6 persen persalinan dan sekitar separuh dari mereka kemudian mengeluhkan adanya inkontinensia alvi atau gas. Walaupun proses persalinan jelas berperan penting dalam cedera dasara panggul, insiden, dan jenis cedera yang dilaporkan sangat bervariasi antara beberapa penelitian. Saat ini masih terdapat ketidakjelasan mengenai insiden cedera dasar panggul akibat proses melahirkan dan informasi tentang peran relatif proses obstetrik yang mendahuluinya masih terbatas.2 EFEK PADA JANIN Partus tidak maju itu sendiri dapat merugikan. Apabila panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus, resiko janin dan ibu akan muncul. Infeksi intrapartum bukan saja merupakan penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan penyebab penting kematian janin dan neonatus. Hal ini disebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus selaput amnion dan menginvasi dseidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakterimia pada ibu dan janin. Pneumonia janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnnya.2 Kaput Suksedaneum Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Kaput dapat hampir mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri belum cakap. Dokter yang kurang berpengalaman dapat melakukan upaya secara prematur dan tidak bijak untuk melakukan ekstraksi forseps. Biasanya kaput suksedanum, bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang dalam beberapa hari.2 Molase Kepala Janin Akibat tekanan janin his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase (molding, moulage). Biasanya batas median tulang parietal yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan tulang disebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang oksiptal terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahanperubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan perdarahan intrakranial pada janin.2



Sorbe dan Dahlgren mengukur diameter kepala janin saat lahir dan membandingkannya dengan pengukuran yang dilakukan 3 hari kemudian. Molase paling besar terjadi pada diameter suboksipitobregmatika dan besarnya rata-rata 0,3 cm dengan kisaran sampai 1,5 cm. Diameter biparietal tidak dipengaruhi oleh molase kepala janin. Faktor-faktor yang berkaitan dengan molase adalah nuliparitas, stimulasi persalinan dengan oksitosin, dan pengeluaran janin dengan eksreaksi rahim vakum. Melaporkan suatu mekanisme penguncian (locking mechanism) saat tepi-tepi bebas tulang kranium saling terdorong ke arah yang lainnya, mencegah molase lebih lanjut dan mungkin melindungi otak janin. Mereka juga mengamati bahwa molase kepala janin yang parah dapat terjadi sebelum persalinan. Holland melihat bahwa molase yang parah dapat menyebabkan perdarahan subdural fatal akibat robeknya septum durameter, terutama tentorium serebeli. Robekan semacam ini dijumpai baik pada persalinan dengan komplikasi maupun persalinan normal.2 Bersamaan dengan molase, tulang parietal, yang berkontak dengan promontorium, memperlihatkan tanda-tanda mendapat tekanan besar, kadang-kadang bahkan menjadi datar. Akomodasi lebih mudah terjadi apabila tulang-tulang kepala belum mengalami osifikasi sempurna. Proses penting ini mungkin dapat menjadi salah satu penjelasan adanya perbedaan dalam proses persalinan dari dua kasus yang tampak serupa dengan ukuran-ukuran panggul dan kepala identik. Pada satu kasus, kepala lebih lunak dan mudah mengalami molase sehingga janin dapat lahir spontan. Pada yang lain, kepala yang mengalami osifikasi tahap lanjut tetap mempertahankan bentuknya sehingga terjadi distosia.2 Tanda-tanda khas penekanan dapat terbentuk di kulit kepala, pada bagian kepala yang melewati promontorium. Dari lokasi tanda-tanda tersebut, kita sering dapat memastikan gerakan yang dialami kepala sewaktu melewati pintu atas panggul. Walaupun jarang, tandatanda serupa timbul di bagian kepala yang pernah berkontak dengan simfisis pubis. Tandatanda ini biasanya lenyap dalam beberapa hari.2 Fraktur tengkorak kadang-kadang dijumpai, biasanya setelah dilakukan upaya paksa pada persalinan. Fraktur ini juga dapat terjadi pada persalinan spontan atau bahkan seksio sesarea. Fraktur mungkin tampak sebagai alur dangkal atau cekungan berbentuk sendok tepat di posterior sutura koronaria. Alur dangkal relatif sering dijumpai, tetapi karena hanya mengenai lempeng tulang eksternal, fraktur ini tidak berbahaya. Namun, yang berbentuk sendok, apabila tidak diperbaiki secara bedah dapat menyebabkan kematian neonatus karena fraktur ini meluas mengenai seluruh ketebalan tengkorak dan membentuk tonjolan-tonjolan permukaan dalam yang melukai otak. Pada kasus ini, bagian tengkorak yang cekung sebaiknya dielevasi atau dhilangkan.2



Kematian Janin Hal ini dialami karena gangguan perfusi pembuluh darah ke janin.



2.6 PENATALAKSANAAN PERSALINAN TIDAK MAJU  Persalinan pervaginam Kelainan Kontraksi Uterus Membuat kontraksi uterus adekuat, dikatakan kontraksi uterus yang adekuat (4x dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik)  Persalinan perabdominal Chefalo Pelvic Disporpotion (CPD) CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan kita dapatkan persalinan yang macet. Dalam hal ini pemilihan cara persalinan yaitu degan persalinan perbadominal (SC). Malposisi Letak Janin Bila tejadi malposi atu malpresentasi pada janin secara umum4 : 1) Lakukan evaluasi cepat kondisi ibu (TTV) 2) Lakukan evaluasi kondisi janin DJJ, bila air ketuban pecah lihat warna air ketuban : a) Bila didapatkan mekoneum awasi yang ketat atau intervensi b) Tidakada cairan ketuban pada saat ketuban pecah menandakan adanya pengurangan jumlah air ketuban yang ada hubungannya dengan gawat janin. 3) Pemberian bantuan secara umum pada ibu inpartu akan memperbaiki kontraksi atau kemajuan persalinan 4) Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf 5) Bila terjadi partus lama lakukan penatalaksanaan secar spesifik sesuai dengan keadaan malposisi yang didapatkan.4 BAB 3 LAPORAN KASUS



STATUS ORANG SAKIT  Nama



: Ny. E



 Umur



: 28 Tahun



 Agama



: Islam



 Pekerjaan



: PNS



 Suku



: Mandailing



 Bangsa



: Indonesia



 Pendidikan



: S1



 Nama Suami : Tn. S  Umur



: 28 Tahun



 Agama



: Islam



 Pekerjaan



: PNS



 Suku



: Mandailing



 Bangsa



: Indonesia



 Pendidikan



: S1



 Alamat



: Jln. Menteng VII gg.ikhlas no.12



 No. RM



: 23.24.64



 Tanggal Masuk: 19-Mei-2015  Pukul



: 01.30 WIB



 Ny. E, 28 Tahun ,G1P0A0, Mandailing, Islam, S1, PNS, IRT i/d Tn S. , 28th, Mandailing, Islam, S1, PNS, datang ke RS Haji Medan pada tanggal 19 MEI 2015 pukul 01.30 WIB. KU



: mules-mules mau melahirkan



Telaah : Hal ini dialami pasien sejak tanggal 18 mei 2015 Pkl. 10.00 WIB, Mulas dirasakan hilang timbul, riwayat keluar lendir darah (+), disadari pasien pada pkl 12.00. Lalu pasien ke tempat bidan yang berada di dekat rumahnya dan mendapatkan perawatan. Namun hingga pukul 00.00 tidak ada tanda-tanda kemajuan persalinan maka bidan tsb merujuk ke Rumah Sakit Haji Medan. riwayat keluar air-air dari kemaluan (-). BAB (+) normal ,BAK(+) normal. RPT /RPO



:-/-



HPHT



: 09-08-2014



TTP



: 16-05-2015



ANC



: Bidan 6x



Riwayat persalinan



: Hamil ini



USG TAS: -



JT,LK,JH



-



BPD= 94,3



-



FL= 74,4 mm



-



AC= 359,8mm



-



Air ketuban cukup



-



EFW= 3700gr Kesan: IUP (38-40) minggu



Status Present : 



Sens



: Compos mentis



Anemis : -







TD



: 120 / 80 mmHg



Ikterik







HR



: 80 x / i



Syanosis : -







RR



: 20 x / i



Dypsnoe : -







T



: 36,5 oC



Oedem



:-



:-



Status Obstetri :  Abdomen



: Membesar Asimetris



 TFU



: 3 Jari bpx ( 30 cm )



 Tegang



: Kiri



 Terbawah



: Kepala



 Gerak



: (+)



 His



: 2x20”/10’



 DJJ



: 140 x / I reguler



 EBW



: 3500 – 3700 gram



 VT



: Cx sacral ,Ø 3 cm, Efficement :80 % ,sel. Ket (+), kepala H II



,uuk ?  ST



: Lendir darah (+), air ketuban (-)



 Dx : PG + KDR (38-40mg) + JT+PK + JH + inpartu  Lapor supervisior



: dr. Muslich P., Sp.OG



 Rencana : partus spontan pervaginam , awasi his ,kontraksi (his) , DJJ , kemajuan persalinan (partograf)



Gambar 1: Partograf 19-Mei-2015 pkl. 08.00 Lapor dr. Muslich P. Sp.OG Advis -> CITO SC



PEMERIKSAAN LABORATORIUM 19 Mei 2015 Jenis Pemeriksaan



Hasil



Satuan



Nilai Rujukan



Darah Rutin Haemoglobin



10,9



g/dL



12 - 16



Hitung Eritrosit



4.1



10^6/µL



3.9 - 5.6



Hitung Leukosit



12.700



/ µL



4000 - 11000



30.6



%



36 - 47



202.000



/ µL



150,000 - 450,000



MCV



75.6



fL



80 - 96



MCH



26.8



pg



27 - 31



MCHC



35.6



%



30 - 34



Eosinofil



2



%



1-3



Basofil



0



%



0-1



N. Stab



0



%



2-6



N. Seg



74



%



53 - 75



Limfosit



18



%



20 - 45



Monosit



6



%



4-8



Hematokrit Hitung Trombosit Index Eritrosit



Hitung Jenis Leukosit



LAPORAN OPERASI 



pasien tidur terlentang di meja operasi dalam anestesi spinal, dilakukan aseptis dan antisepsis dengan alkohol dan betadine.







Daerah operasi dipersempit dengan duk steril







Insisi linea mediana diperdalam lapis demi lapis sampai dengan peritoneum.







Peritoneum dibuka kemudian tampak uterus gravidarum atterm, plica vesica uterina disayat dan disisihkan.







SBR disayat secara tajam ditembus dan diperbesar secara tumpul. Ketuban -







Mencari kepala bayi diluksir, , lahir bayi laki-laki dengan BB= 3700 gram, PB=50cm, cacat(-), Afgar score 7-8 anus (+), tali pusat diklem dan dipotong.







Placenta implantasi di fundus dilahirkan lengkap secara manual dan dilakukan pengecekan sisa placenta.







Luka Segmen Bawah Rahim dijahit jelujur terkunci dengan chromic catgut no 2-0.







Dilakukan reperitonealisasi plica vesica uterina jelujur tidak terkunci dengan chromic catgut no. 2-0 perdarahan dirawat, dilakukan eksplorasi rongga abdomen, tuba dan ovarium dekstra dan sinistra dalam batas normal.







Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, peritoneum dengan chromic catgut no 1-0 secara jelujur tidak terkunci menggunakan polisorb no.I, subkutis dengan jelujur tidak terkunci, menggunakan chromic catgut no 2-0, kulit dg chromic catgut no 1-0 subkutikuler.



Follow Up Tangal 20 Mei 2015 (Tabel 4)



Tanggal



Jam



20/05/15



06.00



Follow Up Status Present S: Sakit daerah luka operasi O: Keadaan umum : Sedang Kesadaran : Compos mentis



Anemis : -



Tekanan darah : 120/80 mmHg



Ikterik : -



Nadi : 80 x/menit



Syanosis : -



Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36,5° C Status Lokalisata



Dypsnoe : Oedem : -



Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) TFU : 2 jari di bawah pusat p/v : (-) lochia rubra: (+) kontraksi (+) kuat l/o : tertutup verban ,kesan: kering Asi : (-)/(-) BAK : + via Kateter uop: 50cc/jam kesan : jernih BAB : - , Flatus : + Dx/ Post SC a/i Partus Tak Maju + NH1 Th : IVFD RL + oxytosin 10 iu 20gtt/mnt Inj cefriaxone 1 gr / 12jam Inj ketorolac 30 mg / 8 jam R : mobilisasi bertahap 21/05/15



06.00



Status Present S: Sakit daerah luka operasi O: Keadaan umum : Sedang Kesadaran : Compos mentis



Anemis : -



Tekanan darah : 120/80 mmHg



Ikterik : -



Nadi : 76 x/menit



Syanosis : -



Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36,5° C Status Lokalisata Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) TFU : 2 jari di bawah pusat



Dypsnoe : Oedem : -



p/v : (-) lochia rubra: + kontraksi (+) kuat l/o : tertutup verban ,kesan: kering Asi : (+)/(+) BAK : + BAB : - , Flatus : + Dx/ Post SC a/i Partus Tak Maju + NH2 Th : IVFD RL 20gtt/mnt Tab cefadroxil 2x50 mg Tab As. Mefenamat 3x 500 Tab B complex 2x1 R : aff kateter + aff infus 22/05/15



06.00



Status Present S: kepala pusing O: Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis



Anemis : -



Tekanan darah : 120/80 mmHg



Ikterik : -



Nadi : 80 x/menit



Syanosis : -



Pernafasan : 22 x/menit Suhu : 36,6° C Status Lokalisata Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) TFU : 3 jari di bawah pusat p/v : (-) lochia rubra + kontraksi (+) kuat l/o : tertutup verband kesan: kering Asi : (+)/(+) BAK : + , BAB : - , Flatus : + Dx/ Post SC a/i Partus Tak Maju + NH3 Th/R IVFD RL 20gtt/mnt Tab cefadroxil 2x50 mg Tab As. Mefenamat 3x 500 Tab B complex 2x1



23/05/2015



06.00



Status Present



Dypsnoe : Oedem : -



S: O: Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Tekanan darah : 120/70 mmHg Nadi : 96 x/menit Pernafasan : 22 x/menit



Anemis : -



Suhu : 36,5° C



Ikterik : -



Status Lokalisata



Syanosis : -



Abdomen : Soepel, Peristaltik (+)



Dypsnoe : -



TFU : 3 jari di bawah pusat Oedem : -



p/v : (-) l/o : ganti verban kesan : kering Asi : (+)/(+) BAK : + , BAB : - ,Flatus : + Dx/ Post SC a/i Partus Tak Maju + NH4 Th : IVFD RL 20gtt/mnt Tab cefadroxil 2x50 mg Tab As. Mefenamat 3x 500 Tab B complex 2x1



R : PBJ ,control poly ginekologi tgl 24/5/2015



BAB 4



KESIMPULAN Persalinan tidak maju yaitu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks serta turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir.1 Tanda persalinan tidak maju pada ibu yaitu {Gelisah, Letih, Suhu badan meningkat, Berkeringat, Nadi Cepat. Pernapasan cepat, oedem vulva, oedem serviks, dan cairan ketuban berbau terdapat mekoneum}. Kemudian tanda persalinan tidak maju pada janin yaitu { Djj Cepat, Air ketuban terdapat mekoneum kental kehijau-hijauan, cairan berbau, Caput succedenium yang besar, Moulage kepala yang hebat, Kematian janin dalam kandungan }. Jika sudah dijumpai kasus tersebut maka penanganan yang pada umumnya adalah dilakukannya tindakan seksio sesarea untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi baik pada ibu maupun janin. Pada teori tanda PTM Pada ibu : Gelisah,Letih,Suhu badan meningkat, Berkeringat, Nadi cepat, Pernafasan cepat, sering dijumpai oedema vulva, oedema serviks, kadang cairan ketuban berbau ,terdapat mekoneum. Pada Pasien dijumpai adanya : Gelisah, Letih, Suhu badan meningkat, Berkeringat, Pernafasan cepat, cairan ketuban berbau dan terdapat mekoneum .



DAFTAR PUSTAKA 1.



Komplikasi Persalinan. Universitas Sumatera Utara. www.scribd.com. Diakses 1 Juni 2015 Pukul 20.00 WIB.



2.



Prawiroharjo, S. 2012 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka . Depkes RI. Jakarta.



3.



Uswah 2012 Persalinan lama. http://uswahmidwife.blogspot.com/2012/02/persalinanlama.html . Diakses 29 Mei 2014 Pukul 21.00 WIB



4.



Putra, A.D., Moegni, E.M. 2006. Lesi Prakanker Serviks. Dalam: Aziz, M.F., Andrijono, Saifuddin, A.B. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Edisi 1. Jakarta.



5.



Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric. Edisi 2, jilid 1. EGC. Jakarta.384-386.



6.



Prawiroharjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi 4, Cetakan 2.Jakarta: PT Bina Pustaka. 564-566.