Puisi Doa Orang Lapar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PUISI DOA ORANG LAPAR W.S RENDRA



Kelaparan adalah burung gagak yang licik dan hitam jutaan burung-burung gagak bagai awan yang hitam Allah ! burung gagak menakutkan dan kelaparan adalah burung gagak selalu menakutkan kelaparan adalah pemberontakan adalah penggerak gaib dari pisau-pisau pembunuhan yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin Kelaparan adalah batu-batu karang di bawah wajah laut yang tidur adalah mata air penipuan adalah pengkhianatan kehormatan Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu melihat bagaimana tangannya sendiri meletakkan kehormatannya di tanah karena kelaparan kelaparan adalah iblis kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran Allah ! kelaparan adalah tangan-tangan hitam yang memasukkan segenggam tawas ke dalam perut para miskin



Allah ! kami berlutut mata kami adalah mata Mu ini juga mulut Mu ini juga hati Mu dan ini juga perut Mu perut Mu lapar, ya Allah perut Mu menggenggam tawas dan pecahan-pecahan gelas kaca Allah ! betapa indahnya sepiring nasi panas semangkuk sop dan segelas kopi hitam Allah ! kelaparan adalah burung gagak jutaan burung gagak bagai awan yang hitam menghalang pandangku ke sorga Mu



POLITISI ITU ADALAH



Karya: WS Rendra



Para politisi berpakaian rapi. Mereka turun dari mobil langsung tersenyum atau melambaikan tangan. Di muka kamera televisi mereka mengatakan bahwa pada umumnya keadaan baik, kecuali adanya unsur-unsur gelap yang direkayasa oleh lawan mereka. Dan mereka juga mengatakan bahwa mereka akan memimpin bangsa ke arah persatuan dan kemajuan. “Kuman di seberang lautan tampak. Gajah di pelupuk mata tak tampak.” Itu kata rakyat jelata. Tapi para politisi berkata: “Kuman di seberang lautan harus tampak, sebab kita harus selalu waspada. Gajah di pelupuk mata ditembak saja, sebab ia mengganggu pemandangan.” Ada orang memakai topi. Ada orang memakai peci. Ada yang memakai dasi. Ada pula yang berbedak dan bergincu. Kalau sedang berkaca menikmati diri sendiri para politisi suka memakai semuanya itu. Semua politisi mencintai rakyat. Di hari libur mereka pergi ke Amerika dan mereka berkata bahwa mereka adalah penyambung lidah rakyat. Kadang-kadang mereka anti demostrasi. Kadang-kadang mereka menggerakkan demonstrasi. Dan kalau ada demonstran yang mati ditembaki, mereka bekata: itulah pengorbanan yang lumrah terjadi di setiap perjuangan. Lalu ia mengirim karangan bunga dan mengucapkan pernyataan dukacita. Para politisi suka hari cerah, suka khalayak ramai, dan bendera-bendera. Lalu mereka akan berkata: “Kaum oposisi harus bersatu



menggalang kekuatan demi perjuangan. Dan sayalah yang akan memimpin kalian.” Ada orang suka nasi. Ada orang suka roti. Tapi politisi akan makan apa saja asal sambil makan ia duduk di singgasana. Memang tanpa mereka tak akan ada negara Jadi terpaksa ada Hitler, Netanyahu, Amangkurat II, Stalin, Marcos, dan sebagainya. Yah, kalau melihat Indonesia dewasa ini, para mahasiswa dibunuh mati, dan lalu politisi hanya tahu kekuasaan tanpa diplomasi, sedang massa tanpa daulat pribadi, maka politik menjadi martabak atau lumpia. Lalu ada politisi berkata kepada saya: “Mas Willy, sajakmu seperti prosa. Tidak mengandung harapan, tidak mengandung misteri. Cobalah mengarang tentang pemandangan alam dan misteri embun di atas kelopak melati.” Sampai di sini puiai ini saya sudahi. 19 November 1998 Cipayung Jaya WS Rendra



SAJAK ORANG KEPANASAN Oleh : W.S. Rendra Karena kami makan akar dan terigu menumpuk di gudangmu… Karena kami hidup berhimpitan dan ruangmu berlebihan… maka kami bukan sekutu Karena kami kucel dan kamu gemerlapan… Karena kami sumpek dan kamu mengunci pintu… maka kami mencurigaimu Karena kami telantar dijalan dan kamu memiliki semua keteduhan… Karena kami kebanjiran dan kamu berpesta di kapal pesiar… maka kami tidak menyukaimu Karena kami dibungkam dan kamu nyerocos bicara… Karena kami diancam dan kamu memaksakan kekuasaan… maka kami bilang : TIDAK kepadamu Karena kami tidak boleh memilih dan kamu bebas berencana… Karena kami semua bersandal dan kamu bebas memakai senapan… Karena kami harus sopan dan kamu punya penjara… maka TIDAK dan TIDAK kepadamu Karena kami arus kali dan kamu batu tanpa hati maka air akan mengikis batu



DAKU MELIHAT INDONESIA Jika aku berdiri di pantai Ngliyep Aku mendengar lautan Indonesia bergelora Membanting di pantai Ngeliyep itu Aku mendengar lagu – sajak Indonesia Jikalau aku melihat Sawah menguning menghijau Aku tidak melihat lagi Batang padi menguning – menghijau Aku melihat Indonesia Jika aku melihat gunung-gungung Gunung Merapi, gunung Semeru, gunung Merbabu Gunung Tangkupan Prahu, gunung Klebet Dan gunung-gunung yang lain Aku melihat Indonesia Jikalau aku mendengar pangkur palaran Bukan lagi pangkur palaran yang kudengarkan Aku mendengar Indonesia Jika aku menghirup udara ini Aku tidak lagi menghirup udara Aku menghirup Indonesia Jika aku melihat wajah anak-anak di desa-desa Dengan mata yang bersinar-sinar (berteriak) Merdeka! Merdeka!, Pak! Merdeka! Aku bukan lagi melihat mata manusia Aku melihat Indonesia!