Pupuk Organik Cair [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM HORTIKULTURA PUPUK ORGANIK CAIR (POC)



Dosen Pengampu : Shinta, S.Si., M.Si Ir.Hj.Liliek Harianie A.R.,M.P



Disusun oleh : Nama



: Denis Amalia



NIM



: 16620061



Kelas / Semester



: B / VI



Tanggal Praktikum



: 18 Februari 2019



Asisten Praktikum



: Safira Rachmadani Nur Effendi Lila Biarrohmah Riska Aqidatatud Dzaroini



LABORATORIUM JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2019



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahun. Meningkatnya penduduk Indonesia menyebabkan kebutuhan pangan juga meningkat, sedangkan lahan untuk pemenuhan kebutuhan pangan semakin menurun. Kualitas lahan tanam yang menurun ini disebabkan karena beberapa hal, satu diantaranya adalah kondisi tanah yang penuh dengan cemaran bahan kimia, sehingga nutrisi tanah berkurang drastis atau bahkan hilang. Pencemaran bahan kimia di lahan tanah seperti pemakaian pupuk anorganik lamakelamaan akan membuat tanah dalam keadaan sakit (soil fatigue). Solusi agar kondisi lingkungan tetap mendukung untuk pemenuhan kebutuhan pangan adalah penggunaan bahan organik dalam kegiatan pertanian. Marpaung (2014) menjelaskan bahwa pemberian pupuk organik dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia, menyumbangkan unsur hara bagi tanaman dan meningkatkan serapan unsur hara oleh tanaman. Allah SWT berfirman dalam Al-quran Surah Al-Anfal ayat 73 yang artinya berbunyi : “Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka melindungi sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah (saling melindungi), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar”. (Al-Anfal : 73) Manusia adalah makhluk dengan derajat paling tinggi yang dikaruniai akal dan mendapat perintah istimewa yaitu sebagai khalifah di bumi. Kegiatan manusia yang terbuai dengan dunia terkadang menyebabkan manusia lupa akan kewajibannya. Arti ayat Al-Anfal ayat 73 menjelaskan bahwa manusia diperintahkan Allah untuk menjaga, seperti menjaga lingkungan. Ayat tersebut juga menjelaskan akibat dari kelalaian manusia untuk menjaga, yaitu kekacauan dan kerusakan. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan petani yang berlebihan dalam penggunaan pupuk kimia dan berdampak buruk pada kondisi tanah. Untuk mengatasi hal tersebut petani seharusnya memiliki solusi untuk menanggulangi kerusakan yang terjadi, agar produktivitas dalam bertanam tetap maksimal dan juga menghasilkan produk tanam pangan yang sehat yang bergizi. Oleh karena itu, praktikum mata kuliah “Hortikultura” tentang “Pupuk Organik Cair” penting dilaksanakan karena pupuk organik cair memiliki beberapa kelebihan yang akan berdampak positif bagi lingkungan maupun hasil pertanian. Kelebihan dari pupuk organik cair seperti mudah terurai dan mudah diserap oleh tanaman. Pupuk organik cair juga akan menghasilkan tanaman pangan lebih sehat jika dikonsumsi oleh manusia dengan



memanfaatkan bahan organik sisa rumah tangga atau industri. Kegiatan pembuatan pupuk organik cair juga merupakan ilmu bagi manusia untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi.



1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu : 1. Untuk mengetahui proses pembuatan pupuk organik cair (POC). 2. Untuk mengetahui indikator pengamatan keberhasilan pembuatan pupuk organik cair (POC).



1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum ini yaitu : 1. Praktikum pembuatan pupuk organik cair ini dapat digunakan sebagai referensi dan ilmu pengetahuan bagi pembaca. 2. Memberikan informasi tentang proses pembuatan pupuk organik cair (POC). 3. Memberikan informasi tentang indikator pengamatan keberhasilan pembuatan pupuk organik cair (POC).



BAB II METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum mata kuliah peminatan Hortikultura tentang “Pupuk Organik Cair” dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2019 hari Senin pukul 14.00 WIB sampai pukul 15.40 WIB yang bertempat di Green House Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Malang. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : 1. Timba dan tutup timba ukuran 10 L



1 buah



2. Pengaduk kayu



1 buah



3. Selang bening



1 meter



4. Gelas ukur plastic ukuran 500 cc



2 buah



5. Botol plastik ukuran 1,5 L



5 buah



6. Lakban hitam besar



1 gulung



7. Alat tulis



1 set



8. Alat dokumentasi



1 set



3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu : 1. Air cucian beras



5 liter



2. Molase (tetes tebu)



500 ml



3. Air kelapa



1250 ml



4. Ragi



1 butir



5. EM4



100 ml



3.3 Cara Kerja Cara kerja pada praktikum ini yaitu : 1. Disiapkan alat dan bahan



2. Dilubangi bagian tutup ember plastik sebesar selang bening 3. Dimasukkan selang bening pada lubang tutup ember 4. Dimasukkan 5 liter air cucian beras ke dalam ember 5. Dilakukan pengadukan pada setiap penambahan bahan 6. Dimasukkan 1250 liter air kelapa ke dalam ember 7. Ditambahkan 500 liter molase (tetes tebu) ke dalam ember 8. Ditambahkan 1 butir ragi tape ke dalam ember 9. Dimasukkan 100 ml EM4 ke dalam ember 10. Ditutup ember dengan tutup yang telah tersedia 11. Difermentasikan campuran bahan pupuk selama 10 hari 12. Didokumentasikan proses pembuatan pupuk organik cair 13. Diamati hasil jadi pupuk organik cair 14. Dianalisis hasil pupuk organik cair



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari pembuatan pupuk organik cair ini yaitu : Parameter Pengamatan Warna Bau Kepekatan



Hari ke-0 Fermentasi



Hari ke-10 Fermentasi



Cokelat bening



Cokelat pekat



Bau segar



Bau menyengat tajam



Cair



Sedikit pekat



3.2 Proses Pempuatan Pupuk Organik Cair (POC) Hasil dari proses pembuatan pupuk organic cair yaitu : No. 1.



Gambar



Keterangan Persiapan alat : timba dengan tutup sebagai wadah fermentasi dalam pembuatan pupuk organik cair



2.



Persiapan bahan : EM4 dengan takaran 100 ml



3.



Persiapab bahan : penakaran air cucian beras sebanyak 5 liter



4.



Persiapan bahan : 1 butir ragi



5.



Proses penuangan air cucian beras sebanyak 5 liter pada pembuatan pupuk organik cair dalam ember



6.



Penambahan bahan air kelapa 1250 ml pada ember



7.



Proses pengadukan bahan air cucian beras, air kelapa dan molase (500 ml) pada ember



8.



Penambahan ragi pada campuran bahan pupuk



9.



Penakaran EM4 100 ml



10.



Penambahan EM4 pada ember sekaligus proses pengadukan



11.



Pemasangan selang pada tutup ember yang sudah dilubangi dan penutupan celah ember dan tutup dengan lakban hitam dan difermentasi selama 10 hari



3.3 Pembahasan Topik pertama praktikum mata kuliah “Hortikultura” adalah pembuatan pupuk organik cair. Pengertian pupuk menurut Alcantara (2016) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan sebagian unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hadisuwito (2012) menyatakan bahwa berdasarkan asalnya, pupuk dapat dikelompokan menjadi pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral yang telah diubah melalui proses produksi sehingga menjadi senyawa yang mudah diserap olah tanaman, sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik maupun mahluk hidup yang telah mati, dan telah mengalami proses pembusukan oleh mikroorganisme sehingga akan terurai dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Praktikum pembuatan pupuk organik cair menggunakan bahan-bahan berupa air cucian beras sebagai bahan utama, air kelapa, EM4, molase dan ragi, sedangkan alat yang digunakan yaitu ember (timba) yang lengkap dengan tutup embernya, selang bening kecil, pengaduk kayu dan lakban. Bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan yang memiliki



kandungan nutrisi baik. Untuk membuat pupuk organik cair dari bahan baku air cucian beras 5 liter, dibutuhkan campuran bahan air kelapa sebanyak 1250 ml, EM4 100 ml, molase 500 ml dan ragi sebanyak 1 butir. Bahan-bahan yang sesudah sesuai takaran kemudian dicampur dalam satu wadah ember dan diaduk menggunakan pengaduk kayu. Tutup ember yang digunakan sebelumnya telah dilubangi terlebih dahulu sebesar selang bening. Lubang yang telah terbentuk pada tutup ember kemudian dipasangi selang bening sebagai jalan keluar bagi CO2 hasil fermentasi anaerob. Ember yang telah berisi campuran bahan-bahan ditutup dengan tutup ember secara rapat dan ditambah dengan lakban diantara celah ember dan tutup ember. Bahan-bahan pupuk organik cair dibiarkan dalam ember tertutup selama 10 hari dan pupuk siap digunakan pada hari ke-10 tersebut. Penggunaan lakban pada proses pembuatan pupuk organik cair ini untuk menghindari oksigen masuk pada ember karena pembuatan pupuk ini menggunakan prinsip fermentasi anaerob. Hal ini sesuai dengan Nur (2016) yang menyatakan bahwa pengomposan atau pembuatan pupuk organik merupakan suatu metode untuk mengkonversikan bahanbahan organik menjadi bahan yang lebih sederhana dengan menggunakan aktivitas mikroba. Proses pembuatannya dapat dilakukan pada kondisi aerobic dan anaerobik. Pengomposan aerobik adalah dekomposisi bahan organik dengan kehadiran oksigen (udara), produk utama dari metabolis biologi aerobik adalah karbodioksida, air dan panas. Pengomposan anaerobik adalah dekomposisi bahan organik tanpa menggunakan oksigen bebas; produk akhir metabolis anaerobik adalah metana, karbondioksida dan senyawa tertentu seperti asam organik. Simamora et al. (2005) pupuk organik cair adalah pupuk yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi. Didalam proses fermentasi senyawa organik terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti gula, gliserol, asam lemak dan asam amino. Air cucian beras dipilih karena air cucian beras merupakan bahan ramah lingkungan dengan kandungan nutrisi tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhasanah (2011) yang menyatakan bahwa limbah cucian beras merupakan hasil buangan yang berasal dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) yang tidak lagi memiliki nilai ekonomis, air cucian beras mengandung banyak nutrisi yang terlarut didalamnya diantaranya adalah 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90% vitamin B6, 50% mangan, 50% fosfor, 60% zat besi. Wardiah (2014) juga menyatakan bahwa kandungannya air cucian beras antara lain karbohidrat, nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, sulfur, besi dan vitamin B1. Penggunaan air kelapa pada pembuatan pupuk organik cair disebabkan karena menurut Nurman (2017) air kelapa merupakan cairan endosperm yang mengandung senyawa



organik. Senyawa organik tersebut diantaranya adalah auksin dan sitokinin. Auksin berfungsi dalam menginduksi pemanjangan sel, mempengaruhi dominansi apikal, penghambatan pucuk aksilar dan adventif serta inisiasi perakaran, sedangkan sitokinin berfungsi untuk meransang pembelahan sel dalam jaringan dan meransang pertumbuhan tunas. Warisno (2004) menyatakan juga bahwa air kelapa dapat menjadi media tumbuh dan berkembang biaknya mikroba. Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein, lemak, gula, sejumlah vitamin, asam amino dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula yang terdapat dalam air kelapa dapat menjadi sumber makanan bagi mikroba. Kadar gula dalam air kelapa yaitu 3 gram per 100 ml air kelapa dan menurun seiring dengan bertambahnya umur buah kelapa. Proses pembuatan pupuk organik cair ini menerapkan proses fermentasi anaerob. Fermentasi yang terjadi memerlukan starter untuk mulai fermentasi. Starter yang digunakan pada praktikum ini adalah EM4. EM4 Hadisuwito (2012) merupakan campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan. Efek EM4 bagi tanaman tidak terjadi secara langsung. Penggunaan EM4 akan lebih efisien bila terlebih dahulu ditambahkan bahan organik yang berupa pupuk organik ke dalam tanah. EM4 akan mempercepat fermentasi bahan organik sehingga unsur hara yang terkandung akan terserap dan tersedia bagi tanaman. EM4 merupakan bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. EM4 juga bermanfaat memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik serta menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Proses mempercepat proses pengomposan dengan bantuan effective microorganisms (EM4) berlangsung secara anaerob. Bau hasil pupuk yang dihasilkan dapat hilang bila proses berlangsung dengan baik. Jumlah mikroorganisme fermentasi di dalam EM4 sangat banyak sekitar 80 genus. Dalam proses fermentasi bahan organik, mikroorganisme akan bekerja dengan baik bila kondisinya sesuai. Proses fermentasi akan berlangsung dalam kondisi anaerob, pH rendah (3-4), kadar garam dan kadar gula tinggi, kandungan air sedang 30-40%, adanya mikroorganisme fermentasi, dan suhu sekitar 40-50oC (Indriani, 2002). Bahan penting lain yang digunakan pada pembuatan pupuk organik cair adalah tetes tebu (tetes tebu). Wijaya (2008) menyatakan untuk mempercepat proses pembuatan diperlukan penambahan starter mikroorganisme dan aditif tetes tebu (molasses). Tetes tebu berperan dalam pertumbuhan mikroba, karena mengandung sumber karbon dan nitrogen bagi ragi dalam proses fermentasi. Prinsip fermentasi yaitu pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan organisme. Mikroorganisme inilah yang digunakan untuk menjaga keseimbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang menjadi faktor penentu dalam proses fermentasi.



Molasses merupakan hasil samping dari industri gula yang didapat setelah sukrosanya dikristalkan dan sentrifuge dari sari gula tebu (Jamilah, 2017). Molasses mengandung karbohidrat yang cukup tinggi untuk kebutuhan mikroorganisme, sehingga dapat dijadikan bahan alternatif untuk sumber energi dalam media fermentasi. Sumber energy yang dihasilkan bermanfaat untuk pertumbuhan sel mikroorganisme dan dapat meningkatkan kandungan unsur hara terutama pada C-Organik untuk mengoptimalkan kualitas fermentasi pupuk organik cair menjadi lebih tinggi (Herawati, 2017). Kelebihan molasses selain mudah didapat dan harganya murah yaitu kandungan gula yang terdapat pada molasses membuat cairan ini menjadi sumber energi yang tersedia bagi mikroorganisme. Ragi dalam proses pembuatan pupuk organik cair juga berperan penting dalam penyedia organisme yang berperan untuk menjalankan fermentasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Elfarisna (2014) ragi mengandung kapang, khamir, dan bakteri. Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Pupuk organik cair yang telah di fermentasi selama 10 hari dapat dibuka dari ember. Pupuk hasil fermentasi dapat dilihat keberhasilanya dari indikator warna, bau dan kepekatan. Hasil yang diperoleh adalah pupuk berbau menyengat, tekstur dari hasil pupuk lebih kental dari sebelum fermentasi dan warna cokelat pekat (Tabel 1.1). Pupuk organik cair yang dihasilkan pada praktikum ini menunjukkan hasil bahwa pembuatan pupuk organik cair kurang berhasil karena dapat dilihat dari bau hasil fermentasi. Kegagalan dari pembuatan pupuk ini dikarenakan beberapa hal seperti komponen bahan pupuk, waktu pembuatan, lama fermentasi, pH dan kadar air. Kegagalan juga dapat disebabkan oleh air cucian beras yang tidak segar lagi atau jumlah ragi yang dipakai. Pupuk organik cair dipelajari proses pembuatannya karena pupuk ini merupakan pupuk yang cepat terurai, cepat diserap, ramah lingkungan, dibuat dari bahan-bahan organik dan dapat langsung dipakai setelah proses fermentasi selesai. Penggunaan pupuk organik cair memiliki keunggulan yakni tidak merusak tanah dan tanaman, pemanfaatan limbah organik sebagai pupuk dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah, karena memiliki kandungan unsur hara (NPK) dan bahan organik lainnya. Pupuk organik mengandung unsur karbon dan nitrogen dalam jumlah yang sangat bervariasi dan imbangan unsur tersebut sangat penting dalam mempertahankan atau memperbaiki kesuburan tanah. Nisbah karbon nitrogen tanah harus selalu dipertahankan setiap waktu karena nisbah kedua unsur tersebut merupakan salah satu kunci penilaian kesuburan tanah (Hadisuwito, 2012).



Menurut Susetya (2012) bahwa pupuk organik yang cair adalah pupuk yang dapat memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair, jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan. Pupuk organik yang berbentuk cair dalam pemupukan lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat, pupuk organik cair mempunyai kelebihan dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Pupuk organik cair mempunyai banyak



kelebihan



diantaranya,



pupuk



tersebut



mengandung



zat



tertentu



seperti



mikroorganisme jarang terdapat dalam pupuk organik padat dalam bentuk kering. Tabel 1.1 Pupuk organik cair (POC) sebelum fermentasi dan sesudah fermentasi 10 hari Gambar Hari Ke-0 Fermentasi



Gambar Hari Ke-10 Fermentasi



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Kesimpulan pada praktikum ini yaitu : 1. Praktikum pembuatan pupuk organik cair menggunakan bahan-bahan berupa air cucian beras, air kelapa, EM4, molase dan ragi. Proses pembuatan pupuk cair ini menggunakan prinsip fermentasi anaerob sehingga campuran bahan yang sudah tercampur di dalam ember harus ditutup rapat agar O2 tidak dapat masuk dan pada tutup timba diberi celah selang sebagai jalan CO2 sebagai hasil dari proses fermentasi. Pembuatan pupuk organik cair menggunakan waktu 10 hari fermentasi. 2. Indikator pengamatan keberhasilan pupuk organik cair adalah warna, bau dan kepekatan. Hasil dari pupuk organik cair setelah 10 hari fermentasi adalah berwarna cokelat tua, bau menyengat tajam dan agak sedikit kental sehingga dapat dikatakan pembuatan pupuk kurang berhasil.



4.2 Saran Saran dari praktikum ini yaitu untuk praktikum selanjutnya diharapkan semua pihak yang terlibat dalam praktikum disiplin waktu dan perlu review untuk praktikan mengenai topik praktikum.



DAFTAR PUSTAKA Alcantara, Martinez dan Maryrus Martinez. 2016. Liquid Organic Fertilizers for Sustainable Agriculture : Nutrient Uptake of Organic versus Mineral Fertilizers in Citrus Trees. PLOS ONE | DOI:10.1371/journal.pone.0161619 Elfarisna., Rita Tri Puspitasari., Yati Suryat., dan Nosa T. Pradana. 2014. Isolasi Mikroba yang Dapat Menghilangkan Bau Pada Pupuk Organik Air Limbah Cucian Beras. Jurnal Matematika, Sains, Dan Teknologi. Volume 15. Nomor 2 Hadisuwito, Sukamto. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta : Agromedia Pustaka Herawati, Jajuk., Indarwati., and Ernawati Munadi. 2017. Effect of Basic Fertilizer Doses And Liquid Organic Fertilizer Concentration On Soybean Yield. Journal of Agricultural Biotechnology and Sustainable Development. Vol 9. No 6 Indriani. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya Jamilah, Sri Mulyani dan Juniarti. 2017. The Application of Liquid Organic Fertilizer of Chromolaena odorata on Ratooned Rice Plants Cultivation. Asian Journal of Applied Research for Community Development and Empowerment. Vol 1 Marpaung, AE, Karo, B, dan Tarigan, R. 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Dan Teknik Penanaman Dalam Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Kentang. Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 15. Nomor 2 Nur, Thoyib., Ahmad Rizali Noor, Muthia Elma. 2016. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Sampah Organik Rumah Tangga Dengan Penambahan Bioaktivator EM4 (Effective Microorganisms). Konversi. Volume 5. Nomor 2 Nurhasanah, A., Widodo, W. T., Asari, A., dan Rahmarestia, E. 2011. Perkembangan Digester Biogas di Indonesia. Jurnal Pertanian. Volume 2 Nurman, Elza Zuhry, dan Isna Rahma Dini. 2017. Pemanfaatan ZPT Air Kelapa Dan POC Limbah Cair Tahu Untuk Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.). Jom Faperta Ur. Vol.4 No.2 Simamora, S dan Salundik. 2005. Meningkatkan Kualitas Kompos. Jakarta : Agromedia Pustaka



Susetya, Darma. 2012. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik (Untuk Tanaman Pertanian dan Perkebunan). Yogyakarta : Pustaka Baru Press Wardiah, Linda dan Hafnati Rahmatan. 2014. Potensi Limbah Air Cucian Beras Sebagai Pupuk Organik Cair Pada Pertumbuhan Pakchoy (Brassica Rapa L.). Jurnal Biologi Edukasi Edisi 12. Volume 6. Nomor 1 Warisno. 2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco. Jakarta : Media Pustaka Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi Alami Tanaman. Jakarta : Prestasi Pustaka