Purse Seine [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PURSE SEINE Tugas Mata Kuliah Alat dan Kapal Penangkap Ikan



Kelompok 2 : Septian Arya Rizky



230110150185



Luqman Faishal Shidqi



230110150193



Irfa Nursya’bani



230110150209



Dwi Asri Rozali



230110150204



Bil Ashabi Ruhamak



230110150221



Mohammad Syarifudin



230110150229



Thoriq Ilham



230110150235



Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor 2016



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Alat dan Kapal Penangkap Ikan yang berjudul “Purse Seine”. Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada penyusun selama penyelesaian tugas ini mendapat balasan yang tiada terkira dari Tuhan Yang Maha Esa. Makalah ini telah penyusun usahakan untuk disusun secara sistematis dan tertata dengan yang mana isi makalah di jelaskan secara lebih rinci dengan menggunakan kalimat yang sederhana serta dilengkapi dengan berbagai gambar agar mudah dimengerti dan dipahami. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna. Akhir kata, penyusun berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi pengetahuan yang luas mengenai alat tangkap purse seine.



Jatinangor, September 2016



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Negara Indonesia memiliki lautan yang luas, dimana di dalamnya banyak



mengandung sumber-sumber alam yang sangat melimpah. Sangat disayangkan apabila sumber alam tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu sumber alam tersebut adalah perikanan. Dimana sumber alam ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Hal ini menyebabkan banyak permintaan dari masyarakat berupa produk-produk perikanan. Untuk Mencapai semua itu maka diperlukan alat yang efisien untuk mendapatkan hasil laut dengan jumlah yang maksimal dan aman. Indonesia memiliki keunggulan sumber daya alam yang besar, sumber daya yang ditawarkan untuk dipacu adalah sektor kelautan dan perikanan, dimana luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah 5 juta Km² terdiri dari luas daratan 1,9 juta Km², laut territorial 0,3 Km², sedangkan perairan pedalaman atau perairan kepulauan seluas 2,8 juta Km², ini berarti seluruh laut Indonesia berjumlah 3,1 juta Km² atau sekitar 62% dari seluruh wilayah Indonesia. Perairan jawa yang dipengaruhi oleh sirkulasi angin muson Barat dan Timur merupakan salah satu ekosistem produktif di Indonesia. Angin muson ini selain menentukan sifat-sifat perairan laut Jawa dan aktifitas penangkapan juga berpengaruh terhadap keanekaragaman, penyebaran dan kelimpahan ikan pelagis kecil ( Atmaja dan Nugroho 1999 ). Sumberdaya perikanan pelagis kecil diduga merupakan salah satu sumber daya perikanan yang paling melimpah di Indonesia (Widodo 2000). Sumberdaya ini adalah merupakan sumberdaya neritik, terutama penyebarannnya adalah di perairan yang paling utama yaitu perairan dekat pantai. Didaerah dimana terjadi proses penaikan massa air atau berubahnya air dari satu tempat rendah ke tempat yang tinggi yang disebut ( Upwelling ) . Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis menjadi semakin intensif sejak mulanya beroperasinya armada pukat cincin atau pukan kantong yang berasal dari



Tegal dan Pekalongan pada tahun 1983/1984 di perairan teritorial dan ZEE wilayah Indonesia . Komposisi dari alat tangkap purse seine adalah ikan-ikan pelagis seperti ikan-ikan Layang (Decapterus spp), Bentong (Carrax crumenopthalmus), Kembung (Sardinella sp ), Banyar, Tongkol dan lain-lainya. Pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis ini masih perlu diupayakan mengenai identifikasi tentang beberapa aspek biologi dan aspek penangkapannya di daerah operasi penangkapan pukat cincin terutama dikaitkan dengan komposisi hasil tangkapan. Alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap berupa jaring berukuran besar, dimana cara pengoperasiaannya melingkari ikan yang sedang berkumpul atau yang membentuk gerombolan. Alat ini sangat kuat dan mampu menangkap ikan dengan hasil yang maksimal, sehingga dapat memenuhi segala permintaan dari masyarakat. Alat tangkap ini banyak digunakan sekitar perairan Indonesia . Hal ini dikarenakan biaya pengoperasian dan perawatan yang dinilai mudah dan terjangkau.



1.2 Tujuan Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini 1. Untuk mengetahui cara kerja alat tangkap purse seine. 2. Mengetahui komposisi hasil tangkapan dari alat tangkap purse seine khususnya untuk perairan Indonesia. 3. Mengetahui beberapa aspek biologi ikan hasil tangkapan dengan alat tangkap purse seine. 4. Mengetahui aspek perikanan seperti kapal, alat tangkap, administrasi kapal serta tata cara teknik penangkapan ikan baik dari setting maupun houling. 5. Mengetahui daerah-daerah fishing ground untuk perairan laut Indonesia khususnya bagi pengkapan kapal purse seine. 6. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah AKPI



BAB II PEMBAHASAN



2.1



Definisi Alat Tangkap Purse Seine Diniah (2008) menyatakan bahwa pukat cincin adalah alat penangkap ikan



dari jaring yang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan. Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol. Cara pengoperasian pukat cincin adalah dengan melingkari gerombolan ikan, kemudian tali kolor ( purse line) ditarik ke dan dari kapal hingga bentuk jaring menyerupai mangkuk. Selanjutnya hasil tangkapan dipindahkan ke kapal dengan menggunakan serok atau scoop. Menurut Sadhori (1985), purse seine disebut juga pukat atau jaring kantong, karena bentuk jaring pada saat dioperasikan menyerupai kantong. Alat tangkap ini disebut juga jaring kolor, karena pada bagian bawah jaring dilengkapi dengan tali kolor yang berfungsi untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor tersebut. Von Brandt (2005) menyatakan bahwa karakteristik purse seine terletak pada cincin dan purse line atau tali kolor. Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang lebih pendek dari tali ris bawahnya, sedangkan alat tangkap yang termasuk kelompok ini seperti lampara memiliki tali ris atas yang lebih panjang dari tali ris bawah. Purse seine dikelompokkan ke dalam kelompok surrounding nets. Ada dua tipe purse seine yaitu purse seine tipe Amerika dan purse seine tipe Jepang. Purse seine tipe Amerika berbentuk empat persegi panjang dengan bagian pembentuk kantong terletak di bagian tepi jaring. Purse seine tipe Jepang berbentuk empat persegi panjang dengan bagian bawah jaring berbentuk busur lingkaran dan bagian pembentuk kantong terletak di tengah jaring. Purse Seine adalah alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang bersifat bergerombol dan hidup di dekat perairan. Alat tangkap ini bersifat aktif karena pengoperasiannya bersifat menghalangi, mengurung serta mempersempit ruang gerak dari ikan sehingga ikan tidak dapat melarikan diri dan



akhirnya tertangkap. Pengoperasian alat tangkap Purse Seine dilakukan dengan 2 (dua) tahap yaitu setting dan hauling. Keberhasilan proses setting dan hauling sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecepatan melingkar jaring, kecepatan tenggelam pemberat serta kecepatan penarikan tali kolor, dimana faktor-faktor ini dapat mempengaruhi tingkat efisiensi serta keberhasilan pengoperasian alat tangkap purse seine. Hal ini dikarenakan sebagian besar hasil usaha masih pada pemilik alat atau armada yang sebagian juga pemilik rumpon. Rumpon juga berfungsi sebagai tempat ikan berkumpul (Fish Agregating Device) dan merupakan tempat atau lahan utama dalam pengoperasian alat ini. Daerah penangkapan small purse seine masih tergantung pada keberadaan rumpon yang di pasang sebelumnya di perairan yang menjadi target operasi penangkapannya. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap ini telah banyak diusahakan orang saat ini, yang mana dalam pengoperasiannya ditujukan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis dalam jumlah yang besar. Ikan yang ditangkap adalah ikan yang memiliki nilai ekonomis penting serta pasaran yang sangat baik untuk saat-saat sekarang ini.



2.2



Nama Daerah Alat Tangkap Purse Seine Subani dan H.R Barus (1989), mengatakan purse seine pertama kali



diperkenalkan di Indonesia oleh Balai Penelitian Perikanan Laut pada tahun 1970, yaitu dengan cara melakukan kerja sama dengan pengusaha di Batang Jawa Tengah yang selanjutnya diaplikasikan di Muncar Jawa Timur pada tahun 1973 dan 1974. Kalangan masyarakat nelayan tradisional di Indonesia telah lama mengenal purse seine atau sejenisnya (bentuk dan pengoprasiannya) dengan nama berbeda-beda seperti pukat langga (di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam), Pukat langgar (di Sumatra Utara), Goma giob (di Sulawesi Utara dan Maluku), dan Gae (di Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan).



a) Pukat Langgar Pukat langgar adalah purse seine disebut “pukat langgar” karena pada waktu penangkapan, jaring harus dilanggarkan pada jurusan gerakan kawanan ikan lalu dibuat lingkaran pada gerombol ikan tersebut sehingga terkurung (Subani, 1989). b) Pukat Senangin Di daerah perikanan Sumatera Utara, yaitu Pangkalan Brandan ada semacam pukat yang disebut “pukat senangin”. Pukat senangin adalah pukat cincin yang bentuknya seperti pukat langgar, jadi berupa empat persegi panjang. Ia seluruhnya dibuat dari benang katun atau bahan benang sintetik lainnya. Menurut besar kecilnya mata pukat senangin dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: “pengauk”, “penghambat” dan “pengasar”. Pengauk adalah yang biasa disebut sentung (kantong) yaitu merupakan jaring yang bermata paling kecil (# 2 cm). Penghambat, biasa juga disebut penjarang. Sedangkan pengasa, adalah bagian jaring yang bermata besar. Bagian ini terdapat disepanjang ris atas dan bawah dan merupakan sambungan atau pelebaran pengauk. dan penghambat. Ia hanya terdiri lima mata dengan besar mata (#) 5 cm. Pada ris atas diikatkan pelampung, yang jumlah seluruhnya 500-600 buah, berbentuk bulat telur yang berlubang di bagian tengahnya. Panjang pelampung ± 10 cm, 07 cm. Jarak pelampung satu sama lain 25 cm. Pada tali ris atas dan bawah bagian dalamnya diikatkan pengasar (Subani, 1989). c) Gae Gae adalah pukat cincin. Nama “gae” terutama dikenal di daerah Kalimantan Timur (kota Baru, Pegatan) dan Sulawesi Selatan. Pada prinsipnya gae ini sama dengan pukat langgar maupun pukat senangin. Bentuknya empat persegi panjang, gae ini terdiri dari: bagian jaring, tali temali, pemberat, pelampung, cincin dan tali cincin (Subani, 1989). d) Soma Giob Disebut “soma giob”, ada pula yang menyebut “jaring giob” dan “soma giopu”, tidak lain adalah pukat cincin (purse seine). Berbeda dengan pukat langgar, pukat senangin maupun gae, soma giob ini tidak lagi



berbentuk empat persegi panjang, tetapi sudah mirip pukat cincin yang sekarang sedang berkembang dan banyak dijumpai baik di pantai Utara Jawa, pantai Selatan (Cilacap, Perigi) maupun daerah perikanan lain di luar Jawa. Soma giob sudah lama ada di Indonesia Timur (Air Tembaga, Menado, Gorontalo, Maluku/Ambon, Ternate dan Tidore) (Subani, 1989).



Gambar.1 Purse Seine Sumber : www.europacifictuna.com



2.3



Bagian Kapal dan Alat Tangkap Purse Seine Konstruksi purse seine menurut Subani dan Barus (1988), terdiri atas: A.



Bagian jaring terdiri atas jaring utama, jaring sayap, dan jaring kantong.



a.



Jaring utama (body), yaitu badan jaring terletak pada bagian kiri



dan kanan dari pada kantong. Material pembentuknya adalah nylon PACf 210 D/6, yang berfungsi sebagai pengiring ikan kebagian jaring. Dengan demikian maka ikan-ikan akan dengan mudah terkumpul pada bagian kantong. b.



Jaring sayap (wing), sayap terletak pada bagian kiri dan kanan



badan jaring, dengan material pembentuknya nylon PACf 210 D/6. sayap jaring berfungsi sebagai alat untuk mengiring ikan kedalam areal tangkap dari alat ini.



c.



Jaring kantong (bund), bagian kantong yang terletak dibagian



jaring dengan material pembentuknya PACf 210 D/9. Yang dimaksudkan dengan kantong adalah bagian jaring yang pada waktu penarikan tali kolor dengan serentaknya membentuk suatu kantong, yang nantinya akan berfungsi sebagai tempat untuk mengurung/mengumpulkan ikan karena berfungsi sebagai penadah maka kantong memiliki ukuran mata jaring yang lebih kecil dibandingkan dengan mata jaring yang terletak pada kantong dan sayap sehingga diharapkan ikan-ikan yang telah terkumpul pada bagian kantong tidak dapat meloloskan diri.



Gambar.2 Konstruksi dari badan jaring pukat cincin Sumber : www.gma.org



B.



Srampatan (selvedge) Dipasang pada bagian pinggiran jaring yang berfungsi memperkuat



jaring sewaktu dioperasikan, terutama saat penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan dipasang pada bagian atas, bawah dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang sama, yakni PE 380 sebanyak 20 mata pada bagian atas, 25 mata pada bagian bawah dan 20 mata pada bagian samping. C.



Tali temali Terdiri atas tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah, tali pemberat,



tali kolor, dan tali selambar.



a.



Tali pelampung (float line), digunakan untuk dapat menempatkan



pelampung dan merupakan penghubung antara pelampung yang satu dengan pelampung yang lain. Bahan PE b.



Tali ris atas, berfungsi sebagai tempat untuk mengantungkan



daging jaring, selain itu pula untuk mempermudah penarikan alat digunakan dan sebagai pengikat tali pelampung atau merupakan penghubung antara tali pelampung dan juga berfungsi sebagai tempat untuk mengikat pepetan sebelah atas. Bahan PE c.



Tali ris bawah, berfungsi sebagai tempat untuk mengantungkan



daging jaring, selain itu pula untuk mempermudah penarikan alat dan sebagai pengikat tali pelampung atau merupakan penghubung antara tali pelampung dan juga berfungsi sebagai tempat untuk mengikat pepetan sebelah bawah. Bahan PE d.



Tali pemberat, berfungsi untuk menempatkan/memasang pemberat



dan sebagai penghubung pemberat yang satu dengan yang lain, serta berfungsi sebagai penghubung dengan jaring pada tepi bagian bawah. Bahan PE e.



Tali kolor, berfungsi untuk mengantungkan cincin Tali yang



dipasang untuk dapat menghubungkan cincin-cincin yang terletak dibawah bridle line pada bagian bawah yang dimaksudkan untuk menutup bagian sisi tepi jaring pada waktu ‘’pursing’’. Bahan kuralon



Gambar.3 Tali kolor pada cincin yang dipasang pada pemberat, tali ris bawah, srampad/papetan (salvage) bawah dan badan jaring, serta tali cincin dan tali kolor Sumber : www.wildplanetfoods.com



f.



Tali cincin, pengikat cincin yang dipasang diantara tali pemberat



dengan cincin sepanjang bahagian dasar dari pada jaring. Bahan PE g.



Bridle line, tempat untuk mengantungkan tepi jaring (selvage)



sebelah samping yang berfungsi untuk menarik tali pemberat serta tali kolor kepermukaan h.



Tali sama-sama, dipasangkan pada bagian ujung sebelah kiri dan



kanan jaring yang dapat berfungsi untuk mempertemukan kedua ujung jaring serta dapat berfungsi sebagai alat bantu (perahu semang) sebagai tanda untuk dapat mengetahui ujung jaring pada waktu penebaran (setting) i.



Tali bantu, dipasang untuk memisahkan sero dengan tali jangkar.



Tali ini juga khusus dipakai untuk membantu dalam penangkapan dengan cara melingkar sero. D.



Pelampung



Sesuai dengan namanya sudah barang tentu pelampung ini berfungsi sebagai alat untuk mengapungkan sesuatu alat atau bagian-bagian alat tertentu adari suatu jenis alat sesuai dengan tujuannya. Ada beberapa fungsi dari pelampung pada pukat cincin yaitu : a.



Sebagai pengapung untuk memberikan adanya daya apung pada alat



secara keseluruhan yang dioperasikan dipermukaan air. b.



Sebagai material pengapung untuk mempertahankan jaring pukat



cincin agar selalu berada di permukaan air. c.



Sebagai tanda atau batas mengurung ikan pada saat operasi



penangkapan, sehingga ikan tidak lolos melewati permukaan air. Pelampung yang digunakan pada bagian sayap dan badan jaring adalah pelampung dengan tipe Y-30 dan tipe Y-8, sedangkan pelampung yang digunakan pada bagian kantong adalah pelampung dengan tipe Y-60 karena pada bagian kantong memiliki beban yang sangat besar, yang diakibatkan oleh adanya hasil tangkapan sehingga perlu adanya gaya apung yang sangat besar pula.



Gambar.4 Pemasangan pelampung pada tali pelampung, tali ris atas, srampad/papetan (salvage) atas dan badan jaring Sumber : www.wildplanetfoods.com E.



Pemberat (singker) Pemberat pada jaring berfungsi untuk dapat menarik jaring kebawah



secara fertikal agar jaring dapat terentang dengan sempurna. Material pembentuk pemberat yang digunakan adalah timah hitam yang diletakan pada bagian sayap dari pada jaring. F.



Cincin Terbuat dari besi digantungkan pada tali pemberat dengan tali



cincin. Cincin merupakan tempat lewatnya tali kolor, cincin yang terletak tepat ditengah jaring yang telah diberi tanda khusus untuk dapat memudahkan pada saat penyusunan alat kembali.



2.4



Ukuran Kapal Purse Seine Kapal pukat cincin adalah kapal yang secara khusus dirancang dan dibangun



untuk digunakan menangkap ikan dengan alat penangkap jenis purse seine atau disebut juga pukat cincin yang sekaligus menampung, menyimpan, mendinginkan dan mengangkutnya. Kapal pukat cincin di Indonesia mempunyai ukuran berkisar antara 30-200 GT. Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan bahwa penggunaan pukat cincin akan dibatasi dengan memperbolehkan kapan dengan ukuran maksimal 200 GT, lebih dari ukuran yg ditentukan kemungkinan kapal tersebut akan dialih fungsikan misalnya menjadi kapal pengangkut ikan. Tiap kapal pukat cincin ukuran di atas 30 GT seharusnya minimal dilengkapi dengan power block yang berfungsi untuk membantu menarik jaring dari dalam air ke atas dek kapal, atau di kapal-kapal pukat cincin Indonesia fungsi power block dapat diganti



dengan capstan yang dipasang di atas dek kapal. Alat bantu penangkapan lainnya yang disarankan adalah pukat cincin winci, davit, skif boat. Selain itu, juga diperlukan alat bantu penangkapan seperti echo sounder, yaitu alat yang digunakan untuk mencari posisi schooling fish agar operasi penangkapan menjadi lebih efektif. Kapal pukat cincin di atas 30 GT telah dilengkapi dengan alat bantu navigasi. Alat bantu navigasi yang minimal harus ada di atas kapal adalah gyro compass dan SSB. Radar dan gyro compass digunakan untuk mengetahui posisi dan SSB sebagai alat komunikasi. Contoh, Kapal-kapal Pukat cincin yang digunakan oleh nelayan di PPN Pekalongan adalah kapal-kapal yang terbuat dari kayu. Kapal Pukat cincin yang ada di PPN Pekalongan mempunyai ukuran 50-150 GT dengan kekuatan mesin ratarata 200-350 HP atau daya kuda. Ukuran (panjang) alat tangkap Pukat cincin (Purse seine) yang digunakan berkisar 400-900 meter. Kapal pukat cincin untuk menangkap ikan pelagik (makarel, sarden, juvenile tuna) umumnya menggunakan kapal berukuran > 30-100 GT dengan panjang > 15-50 meter dan berkekuatan > 90-1000 HP. Untuk menangkap ikan yang berukuran besar seperti tuna umumnya menggunakan kapal berukuran > 100400 GT dengan panjang > 45-110 m dan berkekuatan > 1000 HP. Jaring yang digunakan sepanjang 1500-2000 m dengan kedalaman jaring 120-250 m



Gambar.5 Kapal-kapal purse seine Sumber : greenfishbluefish.wordpress.com



Badan Standarisasi Nasional melakukan pembakuan bentuk konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) 75-150 GT dengan memberikan batasan nilai perbandingan ukuran utama kapal yang terdiri dari panjang dengan lebar, tinggi, sarat air, dan lebar dengan tinggi dengan sarat air kapal yaitu : L/B = 4,45 – 5,15 L/D = 9,55 – 11,10 L/d = 10,50 – 12,25 B/D = 1,90 – 2,30 B/d = 2,20 – 2,55 D/d = 0,95 – 1,15 Batasan koefisien bentuk konstruksi kapal pukat cincin yang terdiri dari koefisien balok, gading besar, garis air serta koefisien prismatik memanjang dan melintang yaitu : Cb = 0,555 – 0,580 Cm = 0,860 – 0,905 Cw = 0,760 – 0,795 Cpl = 0,630 – 0,660 Cpv = 0,700 – 0,745 Batasan kecepatan kapal, nilai perkalian ukuran utama kapal dan nilai perbandingan tonase kapal dengan perkalian ukuran utama kapal yaitu Vs



= 9,50 – 11,00 knot



Lx B x D



= 365 – 425 m3



GT/L x B x D = 0,205 – 0,235 Batasan ukuran panjang kapal adalah nilai perbandingan antara ukuran-ukuran panjang kapal, terdiri dari Lwl/Lbp



= 1,00 – 1,15



Ldl/Lbp



= 1,10 – 1,25



Loa/Lbp



= 1,15 – 1,30



2.5



Konstruksi dan Material Kapal Konstruksi prototip pukat cincin (purse seine) yang diusulkan untuk



dioperasikan di perairan Maluku yang materialnya harus dibuat gambarnya terlebih dahuku supaya dapat direncanakan penempatan masing-masing bagian jaring secara tepat. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penempatan material yang tidak tepat serta kemungkinan pemborosan penggunaan material. Sketsa konstruksi prototip pukat cincin yang diusulkan penggunaannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.



E2 D1



D2 C24 C23 C22



C1-4



A2 C21 B2-4 B2-3 B2-2



C1-3 C1-2 C1-1



A1 B2-1



B1-4 B1-3 B1-2 B1-1



E1



Gambar 6. Sketsa konstruksi prototip pukat cincin (purse seine) yang diusulkan Pengukuran berat material pembentuk jaring sangat diperlukan, supaya diketahui berat masing-masing material tersebut.



Dengan diketahuinya berat



material, maka dapat diperhitungkan gaya-gaya yang bekerja pada pukat cincin sehingga bentuk dan kedudukan pukat cincin di dalam air yang diinginkan pada waktu operasi penangkapan dapat tercapai.



250 meter



Sayap



Perut



Kantong



Perut



Sayap



50 meter



Gambar 7. Konstruksi dari badan jaring pukat cincin sebelum pengembangan. 350 meter



Sayap



Perut



Kantong



Perut



Sayap 70 meter



Gambar.8 Konstruksi dari badan jaring pukat cincin sesudah pengembangan.



Gambar.9 Bentuk Purse Seine Mini



Gambar.10 Kapal Purse Seine



Gambar 11. Ukuran Kapal Purse Seine



Tabel 2.1 Spesifikasi prototip pukat cincin (purse seine) yang diusulkan



Bagian Jaring Kantong A1 A2 Badan



Sayap



Bagian Jaring



Ukura n Benan g



Ukuran Mata jaring (inch)



PACf 210



D/9



1



58



1218



20



1056



PACf 210



D/9



13/4



58



4176



20



720



PACf 210



D/9



1



20



420



41



2378



PACf 210



D/9



1



20



420



38



2204



PACf 210



D/9



11/4



20



900



37



1702



PACf 210



D/9



13/4



20



800



35



1330



PACf 210



D/9



1



20



420



41



2378



PACf 210



D/9



1



20



420



38



2204



PACf 210



D/9



11/4



20



900



37



1702



PACf 210



D/9



13/4



20



800



35



1330



PACf 210



D/9



13/4



19.5



761



33



1221



PACf 210



D/9



13/4



17



663



31



1147



PACf 210



D/9



11/4



17



748



29



1363



PACf 210



D/9



11/4



17



748



28



1361



PACf 210



D/9



13/4



19.5



761



33



1221



PACf 210



D/9



13/4



17



663



31



1147



PACf 210



D/9



11/4



17



748



29



1363



PACf 210



D/9



11/4



17



748



28



1363



Ukura n Benan g



Ukuran Mata jaring (inch)



Material



Material



Panjang Act (m) Jlh (m)



Lebar Act (m)



Panjang Act (m) Jlh (m)



Jlh (m)



Lebar Act (m)



Jlh (m)



Pepetan D1



PECf 380



D/12



2



28.5



827



0.20



10



D2



PECf 380



D/12



2



28.5



827



0.20



10



E1



PECf 380



D/12



2



359



0.25



11



E2



PECf 380



D/12



2



359



11.12 9



0.25



11



11.12 9 Materi al



Diameter (mm)



Tali Tarik



PE



18



2.550



2



Tali Pelampung



PE



10



35.900



1



Tali Ris Atas



PE



10



35.900



1



Tali Ris Bawah



PE



10



35.900



1



Tali Pemberat



PE



10



35.900



1



Tali Samping



PE



8



2.900



4



Tali Cincin



PE



20



41.000



1



Synteti c fibre



70, 150



10, 17, 20



75, 1354, 358



Cincin (oval)



Timah hitam



110



-



86



Pemberat (oval)



Timah hitam



9,12



5,5



108



Tali



Pelampung (oval)



Panjang (cm)



Keterangan : Act = Jumlah dalam keadaan tertata Jlh = Jumlah mata jaring Pada Tabel 2.1 di atas dapat dilihat bahwa ada dua ukuran mata jaring pada bagian kantong, tiga ukuran mata jaring pada bagian badan, dan dua ukuran mata jaring pada bagian sayap. Ukuran mata jaring pada bagian kantong lebih kecil dibandingkan dengan ukuran mata jaring di bagian badan dan sayap jaring. Pengukuran berat material pembentuk jaring sangat diperlukan, supaya diketahui berat masing-masing material tersebut.



Dengan diketahuinya berat



material, maka dapat diperhitungkan gaya-gaya yang bekerja pada pukat cincin sehingga bentuk dan kedudukan pukat cincin di dalam air yang diinginkan pada waktu operasi penangkapan dapat tercapai.



Jumlah (buah)



Tabel 2.2. Berat material yang dipergunakan untuk pembuatan pukat cincin (purse seine) Material



Berat/m (gr)



Berat/Buah (gr)



1. Tali Ris Atas



Polyethylene



53.27



-



2. Tali Ris Bawah



Polyethylene



53.27



-



3. Tali Pelampung



Polyethylene



53.27



-



4. Tali Pemberat



Polyethylene



53.27



-



5. Tali Kolor



Polyethylene



158.73



-



Syntetic Fibre



-



255,00



-



98,00



-



46,00



-



398,68



-



1.140,00



No.



Bagian Jaring



6. Pelampung Kantong 7. Pelampung 8. Badan 9. Pelampung 10. Sayap



2.6



Pada Pada



Syntetic Fibre



Pada



Syntetic Fibre



Pemberat



Timah Hitam



Cincin



Timah Hitam



Tenaga Kerja Kapal Purse Seine



Jumlah Tenaga Kerja Pada Kapal Purse Seine Berdasarkan Ukuran Kapal Mini Purse Seine No



Kapal



1 65 GT 2 67 GT Jumlah Rata-rata



Juru Wakil Juru Juru Penata Pembawa Penata Mudi Nahkoda Mesin Masak Pemberat Perahu Jaring



1 1 2 1



1 1 2 1



2 2 4 2



1 1 2 1



3 3 6 3



2 2 4 2



18 19 37 18



Big Purse Seine No



Kapal



1 2



97 GT 98 GT 101 GT



3



Juru Wakil Juru Juru Penata Pembawa Penata Mudi Nahkoda Mesin Masak Pemberat Perahu Jaring



Jumlah Rata-rata



1 1



2 2



3 3



1 2



1 2



4 4



25 25



1



1



3



2



2



4



28



3 1



3 1



9 3



5 2



12 4



6 2



79 26



Setiap tenaga kerja pada kapal purse seine memiliki peran dan tugas yang berbeda. Tugas dan fungsi jabatan pada kapal mini purse seine sama terhadap tugas dan fungsi jabatan pada kapal big purse seine. Tugas yang paling berat ditanggung oleh nahkoda karena nahkoda merupakan kepala operasi penangkapan serta bertanggungjawab langsung kepada nelayan pemilik purse seine. Tugas tiap tenaga kerja pada kapal purse seine dapat dilihat pada tabel berikut. Tugas Tenaga Kerja Berdasarkan Jabatan Pada Kapal Purse Seine No Jabatan 1 Nahkoda 2 3



Wakil Nahkoda Juru Mesin



4



Juru Masak



5



Penata Pemberat Pembawa Perahu Penata Jaring



6 7



Tugas Kepala operasi dalam penangkapan ikan dan menentukan lokasi daerah penangkapan ikan (fishing master) Menggantikan tugas nahkoda saat istirahat/berhalangan dan memperbaiki kerusakan pada jaring Mengoperasikan, memperbaiki dan merawat mesin kapal purse seine Menyiapkan konsumsi berupa makanan dan minuman untuk seluruh tenaga kerja pada kapal purse seine Menurunkan dan menarik pemberat hingga selesai ditarik ke atas kapal Menentukan waktu pelingkaran jaring hingga jaring selesai ditarik Menyusun, menurunkan dan menarik jaring ke atas kapal



Sumber: Alan, W., Hendrik, & Nugroho, F. 2015. Sistem Bagi Hasil Usaha Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Kota Padang, Sumatera Barat. JOM FAPERIKA Vol. 2.



Nelayan penggarap terdiri atas juru mudi sekaligus sebagai fishing master, juru mesin dan anak buah kapal (ABK). Dalam satu unit armada mini purse seine, jumlah ABK 14 - 16 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut: Juru mudi (fishing master)



1 orang



Juru mesin



1 orang



Pembawa perahu lampu



2 orang



Penata pelampung



2 orang



Penarik badan jarring



6 - 7 orang



Penata pemberat



1 orang



Penata tali kolor



2 orang



Sumber: Ghaffar, A. M. 2006. Optimasi Pengembangan Usaha Perikanan Mini Purse Seine di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Institut Pertanian Bogor. Dalam satu unit armada mini purse seine jumlah ABK yang dibutuhkan sebanyak 25 orang sedangkan big purse seine dibutuhkan ABK sebanyak 30 orang. Jumlah ABK kapal purse seine mempunyai nelayan terbanyak, karena armada perikanan jenis purse seine sebagai kapal perikanan padat karya (membutuhkan tenaga yang banyak saat menarik pukat naik keatas kapal) dengan pembagian tugas antara lain juru mudi (fishing master) atau yang sering disebut tekong, juri mesin atau masinis (kwanca), pembawa perahu (skoci), penata pemberat, juru masak (stoker) dan penata jaring.



2.7



Alat Bantu Alat Tangkap Purse Seine A. Rumpon Rumpon adalah alat bantu pengumpul ikan yang berupa benda atau



struktur yang dirancang atau dibuat dari bahan alami atau buatan yang ditempatkan secara tetap atau sementara pada perairan laut. Pemasangan tersebut dimaksud untuk meningkatkan hasil tangkapan dimana mempunyai kontruksi menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat diperairan laut yang berfungsi sebagai tempat berlindung, mencari makan, memijah, dan berkumpulnya ikan.



Sehingga rumpon ini dapat diartikan tempat berkumpulnya ikan dilaut, untuk mengefisienkan operasi penangkapan pagi para nelayan. Adanya ikan di sekitar rumpon menciptakan suatu hubungan makan dan dimakan, dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga sejak rumpon dipasang di perairan. Hal ini dikarenakan proses pembusukan daun yang terjadi. Selanjutnya hewan hewan kecil dari golongan zooplankton akan datang untuk mencari makan. Akhirnya ikan-ikan kecil berdatangan disekitar rumpon, begitu pula halnya dengan ikan ikan besar akan datang untuk mencarimakan dengan memangsa ikan-ikan pelagis kecil (siahaan, 2005). Teknologi rumpon laut dalam baru dikembangkan di Indonesia sekitar tahun 1985 untuk penangkapan ikan pelagis berukauran besar ataupun kecil. Jenis-jenis rumpon Rumpon terdiri dari rumpon hanyut dan rumpon menetap. 1). Rumpon hanyut adalah rumpon yang ditempatkan tidak menetap, tidak dilengkapi dengan jangkar dan hanyut mengikuti arah arus. 2). Rumpon menetap, adalah rumpon yang ditempatkan secara menetap dengan menggunakan jangkar dan/atau pemberat, yang terdiri dari : (1). Rumpon permukaan, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi dengan atraktor yang ditempatkan di kolom permukaan perairan untuk mengumpulkan ikan pelagis. (2). Rumpon dasar, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi dengan atraktor yang ditempatkan di dasar perairan untuk mengumpulkan ikan demersal.



Wilayah Pemasangan Rumpon dan Perizinannya Rumpon dapat dipasang diwilayah : 1). Perairan 2 mil laut sampai dengan 4 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah 2). Perairan diatas 4 mil laut sampai dengan 12 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah 3). Perairan diatas 12 mil laut dari Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia.



Pemasangan rumpon tersebut baik oleh perorangan maupun perusahaan berbadan hukum wajib memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang. Pengajuan izin tersebut ditujukan kepada: a.



Bupati/Walikota atau Pejabat yang bertanggung jawab di bidang perikanan,



untuk pemasangan rumpon di wilayah perairan 2 mil laut sampai dengan 4 mil laut ; b.



Gubernur atau Pejabat yang bertanggung jawab di bidang perikanan, untuk



pemasangan rumpon di wilayah perairan diatas 4 mil laut sampai dengan 12 mil laut ; c.



Direktur Jenderal (Perikanan Tangkap) atau Pejabat yang ditunjuk, untuk



pemasangan rumpon di wilayah perairan diatas 12 mil laut dan Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia ; yarat Pemasangan dan Pemanfaatan Rumpon Pemasangan rumpon yang dilakukan oleh perorangan atau perusahaan perikanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a.



tidak mengganggu alur pelayaran ;



b.



jarak antara rumpon yang satu dengan rumpon yang lain tidak kurang dari 10



mil laut ; c.



tidak dipasang dengan cara pemasangan yang mengakibatkan efek pagar (zig-



zag). Komponen dan kontruksi rumpon terdiri dari: •



Pelampung



Sebagai alat pengapung yang dibuat dari besi plat yang dibentuk seperti tabung. •



Atraktor/Pemikat



Merupakan pemikat yang bertujuan untuk memikat ikan disekeliling rumpon yang terbuat dari daun nyiur atau daun kelapa. •



Tali-temali



Guna sebagai pengikat pelampung dan pemberat bahannya terbuat dari polyethylene kemudian ditambahkan kawat baja untuk mengikat atraktor supaya cepat tenggelam dan tidak mengapung.







Pemberat



Gambar. 12 Rumpon Sederhana



B. Lampu /Cahaya Lampu marupakan salah satu alat bantu dalam usaha penangkapan purse seine. Fungsi lampu untuk penangkapan ikan dengan alay purse seine adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan, cahaya yang digunakan juga bermacam macam seperti obor, lampu listrik, petromaks. Fungsi lampu/cahaya dalam operasi penangkapan ikan untuk daya Tarik melalui cahaya, karena Ikan tertarik oleh cahaya yaitu melalui penglihatan dan rangsangan melalui otak. Sebutan untuk peristiwa tertarik nya ikan oleh cahaya yaitu phototaxis. Sebutan untuk ikan-ikan yang menyukai cahaya atau dapat ditarik melalui cahaya yaitufototaxis (Contohnya ikan-ikan pelagis dan sebagian besar



ikan-ikan kecil domersal), sedangkan sebutan untuk ikan-ikan yang tidak menyukai cahaya/akan menjauhi cahaya yaitu fotophobi atau fototaxis negatif. Perbandingan antara penglihatan manusia dengan ikan melalui cahaya biruhijau yang dapat diterima mata yaitu ; manusia 30% dan ikan 75%, sehingga dapat dikatakan tingkat sensitifitas mata ikan 100 kali lipat dari sensitifitas mata manusia. Maka dari itu ikan yang hidup diperairan lepas sejak pagi sampai sore dapat memantau mangsanya dari kejauhan 100 meter. Terdapat 2 macam peristiwa tertariknya ikan pada cahaya : 1.



Peristiwa langsung, yaitu ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul.



2.



Peristiwa tidak langsung, yaitu cahaya dapat memancing plankton atau ikan



– ikan kecil untuk dapat berkumpul yang berfungsi sebgai umpan utama.



Gambar.13 Lampu Penangkap Ikan



2.8 Ikan Target dan Tangkapan Selain Target Ikan target alat tangkap purse seine ini adalah ikan pelagic yang hidupnya di sekitar permukaan dan bergerombol. Karena itulah digunakan alat bantu tangkap untuk mengumpulkan ikan target. Ikan target dari alat tangkap purse seine, yaitu :



1. Teri 2. Cumi-cumi 3. Bentang 4. Kembung 5. Bonga 6. Layang 7. Ikan Layaran 8. Skipjack Tuna 9. Yellowfin Tuna 10. Bigeye Tuna 11. Tongkol krai (Frigate tuna) 12. Tongkol como (Kawa-kawa/ Eastern little tuna) 13. Tenggiri (Narrow-barred Spanish mackerel) 14. Cucut botol (Longnose velvet dogfish) 15. Cucut martil/capingan (Scalloped Hammerhead sharks, Wingehead) 16. Cucut lanjam (Spinner shark) 17. Selar kuning (Yellowstripe scad) 18. Sunglir (Rainbow runner) 19. Tetengkek (Torpedo scad) 20. Japuh (Rainbow sardine) 21. Tembang (Goldstripe sardinella) 22. Lemuru (Bali sardinella) 23. Siro (Spotted sardinella) 24. Slengseng (Spotted chub mackerel) 25. Golok-golok (Dorab wolf-herring) 26. Alu-alu/ Manggilala/Pucul (Great barracuda) 27. Cendro/Saku/Kacangan/Kajang/Loncong (Needle fishes) 28. Manyung (Giant catfish) 29. Bawal hitam (Black pomfret) 30. Bawal putih (Silver pomfret) 31. Swanggi (Purple-spotted bigeye)



32. Layur (Hairtails) 33. Peperek (Slipmouths or Pony fishes) 34. Beloso/Buntut kerbo (Greater lizardfish) 35. Kuniran (Sulphur goatfish) 36. Kurisi (Threadfin bream) 37. Pari kembang/Pari macan (Stingrays) 38. Ikan kakap merah/Bambangan (Red snappers) 39. Kakap putih (Barramundi, Giant sea perch) 40. Lencam (Emperors) 41. Ekor kuning (Redbelly yellowtail fusilier) 42. Kupas-kupas (Wire-netting leatherjacket) 43. Salmon 44. Udang Jerbung/Udang putih (Banana prawn/ White shrimp) Sedangkan ikan yang tertangtap tetapi bukan ikan target atau by catch yaitu : 1. Hiu 2. Penyu 3. Lumba-lumba 4. Pari



2.9



Inovasi Alat Pukat cincin di Teluk Apar memiliki rancang bangun berbeda dengan yang



umum dioperasikan di wilayah perairan Indonesia. Dalam rancangannya tidak menggunakan pemotongan jaring (tappering) khususnya untuk membentuk bagian bawah jaring. Hal lain yang membedakan pukat cincin yang dioperasikan nelayan Teluk Apar adalah penggunaan material dalam konstruksinya. Rancang bangun dan konstruksi alat tangkap akan menentukan kinerja produktif, disamping faktor eksternal lain seperti cara pengoperasian, ketrampilan nelayan dan kondisi daerah penangkapan. Penelitian pukat cincin di Teluk Apar bertujuan untuk mengetahui karakteristik yang menentukan kinerja alat tangkap dan produktivitanya. Tulisan ini berisi hasil analisis karakteristik teknis alat tangkap pukat cincin yang dioperasikan oleh nelayan di perairan Teluk Apar, Kalimantan Timur. Informasi



terkait hasil tangkapan disajikan untuk memberikan gambaran mengenai tingkat produktivitas pukat cincin. Pukat cincin cakalang merupakan modifikasi dari pukat langgar, senangin, gae yang dikembangkan dalam ukuran skala besar (panjang ± 1.000 m, lebar antana 60-70 m). Berbeda dengan pukat-pukat cincin pukat cakalang ini pada prinsipnya berbentuk empat persegi panjang dengan besar mata bervariasi mulai dan 1 inc (untuk bagian jaring yang nantinya berfungsi sebagai kantong) sampai 4 inci yang terdapat pada sisi tenluar. Secara garis besar, besar mata untuk tiap bagian jaring secara berurut adalah 1 inci, 1,5 inci,2 inci, 3 inci dan 4 inci. Pada keempat pinggiran jaring terdapat srampatan (selvedge) yang bahannya dan polyethilen (PE) yang ukuran matanya secara keseluruhan adalah 2 inci (2”) yang terdiri dari pinggiran atas 10 mata, bagian samping kiri/kanan 20 mata (20 #), dan pinggiran bawah 15 mata. Dalam pengoperasiannya menggunakan perahu/kapal berukuran 520 GT (33-120 PK). Dalam pengoperasiannya dilakukan dengan mencari gerombolan ikan (cakalang), kemudian jaring dilingkarkan dimulai dan ujung jaring yang bermata kecil sampai akhirnya pada bagian jaring yang mempunyai ukuran mata terbesar. Walaupun sasaran penangkapan terutama adalah cakalang, namun hasilnya ternyata tidak hanya cakalang tetapi juga jenis-jenis ikan lain (Subani, 1989).



BAB III PENUTUP 3.1



Kesimpulan Purse seine adalah alat penangkapan ikan yang berbentuk kantong



dilengkapi dengan cincin dan tali purse line yang terletak dibawah tali ris bawah berfungsi menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali purse line tersebut sehingga jaring membentuk kantung. Disebut pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin. Fungsi cincin dan tali kerut tersebut adalah jaring yang semula tidak berkantong akan terbentuk kantong pada tiap akhir penangkapan. Purse seine dapat dibedakan atas berbagai segi. Ada yang membedakan berdasarkan ada tidaknya kantong, sehingga dikenal ada purse seine berkantong dan purse seine tanpa kantong.



Akan tetapi, ada juga yang



membedakan berdasarkan jumlah kapal yang digunakan sehingga dikenal one boat purse seine dan two boats purse seine. Ada pula yang menggolongkan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan sehingga kita kenal tuna purse seine, sardine purse seine, dan sebagainya. Berdasarkan tipenya kita kenal ada tipe Amerika dan tipe Jepang. Alat bantu penangkapan yang dapat digunakan yaitu lampu, rumpon, ataupun echo sounder. Purse seine merupakan alat tangkap yang bagus dan efisien, tetapi penggunaan rumpon terkadang menimbulkan beberapa masalah seperti laju migrasi yang melenceng akibat ikan yang berkumpul di rumpon dan juga overfishing. Pada penggunaan purse seine pun dapat terjadi tertangkapnya ikan yang bukan targen dan telah dilindungi seperti penyu, hiu, lumba-lumba, dan pari.



DAFTAR PUSTAKA



Subani W, Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian http://pkspl.ipb.ac.id/berita-pukat-cincin-dibatasi.html. Diakses pada tanggal 5 September 2016 01.34 WIB



http://sisni.bsn.go.id/index.php/sni_main/sni/detail_sni/7451. Diakses pada tanggal 5 September 2016 01.40 WIB



M. Ben-Yami. 1994. Purse seining manual FAO and Fishing News Books. http://www.fao.org/fishery/fishtech/40/en. Diakses pada tanggal 5 September 2016 pukul 02.16 WIB



http://www.academia.edu/11494340/TEKNIK_PENGOPERASIAN_ALAT_TAN GKAP_PURSE_SEINE_PADA_KAPAL_TIMUR_LAUT_00. Diakses pada tanggal 5 September 2016 pukul 20.13 WIB



https://www.scribd.com/doc/217772751/Tinjauan-Pustaka. Diakses pada tanggal 5 September 2016 pukul 20.00 WIB



Alan, W., Hendrik, & Nugroho, F. 2015. Sistem Bagi Hasil Usaha Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Kota Padang, Sumatera Barat. JOM FAPERIKA Vol. 2. http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERIKA/article/view/5562 Diakses 04 September 2016



Ghaffar, A. M. 2006. Optimasi Pengembangan Usaha Perikanan Mini Purse Seine di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Institut Pertanian Bogor.



http://www.damandiri.or.id/file/mukhlisaipbbab4.pdf Diakses 04 September 2016



http://dkp.padangpariamankab.go.id/2014/02/alat-tangkap-ikan-yang-terbuat-daribahan-sintetis/. Diakses pada tanggal 5 September 2016 pukul 19.16 WIB



Ayodyoa, 1972. Kapal Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nedelec. 2000. FISH LAMPS. Japanese Fishing Gear and Methods Textbook for Marine Fisheries Research Course. Japan. 18 Oktober 2010 (terhubung berkala) http:// fisheries.com/index.html Rahman, Riza. 2010. Purse Seine (Pukat Cincin). rizarahman.staff.umm.ac.id/files/2010/03/M_7_Purse-Seine.pdf Ridwan, Rino. 2011. Operasi Penangkapan dengan Purse Seine. http://ridnoridwan.blogspot.com/2011/03/operasi-penangkapan-denganpurse-seine.html Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/96-artikel/artikel-penangkapanikan/118-penggunangan-dan-pemanfaatan-rumpon-sebagai-alat-bantupenangkapan-ikan Diakses pada tanggal 5 September 2016 pukul 20.16 WIB



http://image.slidesharecdn.com/tugasmatakuliah-130703191610phpapp02/95/tugas-mata-kuliah-mesin-dan-alat-bantu-penangkapan-ikan-alatbantu-purse-seine-8-1024.jpg?cb=1372879021 Diakses pada tanggal 5 September 2016 pukul 20.21 WIB



http://ilmuikan.com/mengapa-ikan-tertarik-oleh-cahaya-berikut-penjelasannya/ https://id.wikipedia.org/wiki/Rumpon Diakses pada tanggal 5 September 2016 pukul 20.31WIB