Rancangan Pabrik Pengolahan Andesit (Pengolahan Bahan Galian Lanjut) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LANJUT



KAJIAN TEKNIS PENGOLAHAN ANDESIT PT. ANDESIT PARAHYANGAN



Oleh : Raditya Aricardo T.H. M. Kesuma Negara Santi Andreas Marojahan G. Ashabul Kahfi Krisna Wisnu Sarwenda



1409055007 1409055017 1509055001 1509055002 1509055009 1509055015



PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2018



LAPORAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN LANJUT



KAJIAN TEKNIS PENGOLAHAN ANDESIT PT. ANDESIT PARAHYANGAN



Oleh : Raditya Aricardo T.H. M. Kesuma Negara Santi Andreas Marojahan G. Ashabul Kahfi Krisna Wisnu Sarwenda



1409055007 1409055017 1509055001 1509055002 1509055009 1509055015



PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2018



KATA PENGANTAR



Segala puji kehadirat Tuhan yang maha Esa yang menciptakan manusia berpasang-pasang dan membekalinya dengan berbagai karakter berfikir, sehingga diciptakan mereka sebagai pemimpin di muka bumi ini. Dengan hanya berucap hamdalah karena atas rahmat Tuhan semata kami berhasil menyelesaikan laporan pengolahan bahan galian lanjut ini. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembentukan makalah ini, terutama kepada : 1. Bapak Muh. Dahlan Balfas,S.T.,M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. 2. Bapak Dr. Shalaho Dina Devy,S.T.,M.Eng. selaku Kepala Program Studi S1 Teknik Pertambangan. 3. Bapak Windhu Nugroho,S.T.,M.T.



selaku Dosen Pengampu mata kuliah



pengolahan bahan galian lanjut. 4. Kedua orang tua yang selalu memotivasi kami dan seluruh teman-teman S1 Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. Pada akhirnya, kami pun hanya bisa kembali menyandarkan seluruh beban kami dan cita-cita kami kepada Tuhan semata. Kami menyadari bahwa tulisan kami ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan. Kami berharap semoga proposal kami ini memberi manfaat kepada semua pihak. Samarinda, 01 Juni 2018 Penulis



ii



DAFTAR ISI Halaman



Halaman Sampul



i



Kata Pengantar



ii



Daftar Isi



iii



BAB I PENDAHULUAN



1



1.1 Latar Belakang



1



1.2 Tujuan



2



1.3 Batasan Masalah



2



1.4 Lokasi Penambangan dan Pengolahan



2



1.5 Pemrakarsa Perusahaan



3



1.6 Profil Perusahaan



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Andesit



5 5



2.1.1 Deskripsi Megaskopis



5



2.1.2 Deskripsi Mineral dan Batuan



6



2.2 Petrogenesa dan Komposisi Andesit



7



2.3 Klasifikasi Thrope and Brown



8



2.4 eksplorasi, Pengeboran, Penambangan dan Peremukan



9



2.4.1 Eksplorasi



9



2.4.2 Pengeboran



9



2.4.3 Penambangan



10



2.4.4 Peremukan



11



2.5 Potensi Andesit di Indonesia dan Kegunaannya



12



BAB III RANCANGAN PENGOLAHAN ANDESIT



16



3.1 Pengolahan dan Penggunaan Alat



16



3.2 Dasar Pemilihan Alat



17



3.2.1 Pemnilihan Alat Hopper



18



3.2.2 Pemilihan Alat Feeder



18



3.2.3 Pemilihan Alat Peremuk



19



3.3 Diagram Alir Pengolahan



19



BAB IV MATERIAL BALANCE



21



BAB V PENJUALAN DAN PEMASARAN



28



5.1 Produk



28



5.2 Pemasaran Produk



28



BAB VI PENUTUP



29



6.1 Kesimpulan



29



6.2 Saran



29



DAFTAR PUSTAKA



30



LAMPIRAN



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pertambangan merupakan usaha kedua terbesar manusia setelah agrikultur. Kedua bidang ini berperingkat sama sebagai industri utama dalam kehidupan manusia. Di Indonesia, pertambangan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan perekonomian masyarakat yang semakin berkembang dalam hal penggunaan mineral-mineral ekonomis untuk pembangunan dan pemenuhan kebutuhan penunjang. Indonesia juga salah satu negara di dunia yang terkenal memiliki sumberdaya alam yang unggul baik itu dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas, termasuk didalamnya adalah sumber daya alam yang merupakan bahan galian atau sumber daya pertambangan. Menurut UU no 4 tahun 2009 penggolongan bahan galian diatur berdasarkan pada kelompok usaha pertambangan sesuai pasal 4 yaitu : a. Pertambangan Mineral b. Pertambangan Baatubara Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digolongkan atas : a. Pertambangan mineral radio aktif b. Pertambangan mineral logam c. Pertambangan mineral bukan logam d. Pertambangan batuan Salah satu bahan galian yang cukup melimpah di indonesia adalah andesit. Andesit adalah jenis batuan beku vulkanik, ekstrusif, komposisi menengah, dengan tekstur afanitik hingga porfiritik. Dalam pengertian umum, andesit adalah jenis peralihan antara basalt dan dasit, dengan rentang silikon dioksida (SiO2) adalah 57-63%. Andesit umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat amerika selatan, atau daerah-daerah 1



dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti indonesia. Nama andesit berasal dari nama pegunungan andes. Andesit banyak digunakan dalam bangunan-bangunan megalitik, candi dan piramida. Begitu juga perkakas-perkakas dari zaman pra sejarah banyak memakai material ini misalnya, sarkofagus, punden berundak, lumpang batu, meja batu, arca dan lain-lain. Di zaman sekarang andesit ini banyak digunakan sebagai material untuk nisan, cobek, lumpang jamu, cungkup atau kap lampu taman dan arca-arca untuk hiasan. Andesit di indonesia banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Papua, NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan beberapa daerah lainnya. Salah satu perusahaan yang berminat dalam mengusahakan andesit ini adalah PT. Andesit parahyangan. PT.



Andesit



Parahyangan



merupakan



perusahaan



yang



bergerak



pada



penambangan dan pengolahan andesit di wilayah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Hasil pengolahan andesit pada perusahaan ini digunakan sebagai bahan bangunan di area Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. 1.2 Tujuan Adapun tujuan berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut : 1. Mendesain rancangan pengolahan andesit PT. Andesit parahyangan 2. Menentukan teknis pemilihan alat pada pengolahan andesit PT. Andesit parahyangan 3. Mendapatkan produktivitas maksimum unit peremuk pada pengolahan andesit PT. Andesit parahyangan



1.3 Batasan Masalah Pada laporan ini hanya akan dibahas mengenai processing plant pada PT. Andesit Parahyangan. Pengolahan andesit juga hanya digunakan untuk suplai bahan bangunan di wilayah sekitar Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. 1.4 Lokasi Penambangan dan Pengolahan



2



PT. Andesit Parahyangan terletak Desa Mukapayung, Sukamulya, Nanggerang, Karyamukti, Burinagara dan Kidangpananjung Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung dengan koordinat 107°29’19” BT dan 6°51’8” LS. Lokasi penambangan dan pengolahan berlokasi di tempat yang sama.



Gambar 1.1 Peta Perusahaan PT. Andesit Parahyangan



1.5 Pemrakarsa Perusahaan Adapun pemrakarsa perusahaan PT. Andesit Parahyangan adalah sebagai berikut : -



General Manager



: Andreas Marojahan Gurning



-



Kepala teknik tambang



: Raditya Aricardo



-



Kepala Engineering Department



: M. Kesuma Bangsa



-



Kepala Processing Plant



: Ashabul Kahfi



-



Kepala HRD Department



: Krisna Wisnu Sarwenda



-



Kepala HSE Department



: Andreas M.G.



-



Kepala pemasaran



: Santi



1.6 Profil Perusahaan



3



Gambar 1.6 Logo Perusahaan



PT. Andesit Parahyangan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Perusahaan ini didirikan oleh salah satu tokoh di wilayah bandung yaitu Andreas marojahan Gurning beserta dengan rekan-rekannya. Perusahaan ini berdiri pada 18 Desember 2017 berdasarkan SK Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat No. 571 tahun 2017 dengan luas IUP 694,27 Ha. Perusahaan in mengusahakan komoditas andesit yang banyak terdapat di Kabupaten Bandung Barat khusunya di wilayah Padalarang. Andesit dari alam diolah menjadi salah satu bahan bangunan untuk mensuplai kebutuhan di wilayah Jawa barat, Banten dan DKI Jakarta.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Andesit Batu alam Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi antara dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan juga daerah - daerah di Indonesia dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti di Majalengka, Cirebon, Tulung Agung dan Bandung Barat. Batu andesit terbentuk dari pembekuan lava yang keluar ke permukaan bumi saat letusan gunung berapi. Nama andesit sendiri berasal dari nama Pegunungan Andes di daerah Amerika Selatan. Batu andesit banyak digunakan dalam bangunan-bangunan megalitik, candi dan piramida. Begitu juga perkakas-perkakas dari zaman prasejarah banyak memakai material ini, misalnya: sarkofagus, punden berundak, lumpang batu, meja batu, arca dan lainnya. Di zaman sekarang batu andesit ini masih digunakan sebagai material untuk nisan kuburan orang Tionghoa, cobek, lumpang jamu, cungkup/kap lampu taman dan arca-arca untuk hiasan. Salah satu pusat kerajinan dari batu andesit ini adalah Magelang. Pusat kerajinan dan pemotongan batu Andesit juga terdapat di daerah Bandung Barat dan Majalengka Jawa Barat. Karena di daerah ini banyak terdapat perbukitan yang merupakan daerah tambang Batu Andesit. 2.1.1



Deskripsi Megaskopis



Adapun deskripsi megaskopis andesit antara lain : a. Jenis Batuan: Batuan Beku b. Warna: Abu – abu c. Struktur: Masif d. Tekstur: Holokristalin, Equigranular Afanitik, Subhedral



5



2.1.2



Deskripsi Mineral dalam Batuan



1. Mineral Utama: K – Feldspar < 10%, Kuarsa < 10% 2. Mineral Tambahan: Hornblende, Biotit, Piroksen, Feldspatoid, Na – Amfibol a) Nama Mineral: Kuarsa 



Rumus Kimia: SiO2







Warna: Bening Mengkilap







Bentuk: Prismatik







Kekerasan: 7







Cerat: Putih







Kilap: Kaca







Pecahan: Concoidal







Belahan: Tidak ada







Transparansi: Transparan







Golongan: Silikat



b) Nama Mineral: Hornblende  Rumus Kimia: Ca2 (Mg, Fe, Al)5 (Al, Si)8 O22 (OH)2  Warna: Hitam  Bentuk: Menjarum  Kekerasan: 5,5 – 6  Cerat: Hitam  Kilap: Kaca  Pecahan: Uneven  Belahan: Sempurna  Transparansi: Opaq  Golongan: Silikat c) Nama Mineral: Biotit 



Rumus Kimia: K (Fe, Mg)3 AlSi3O10 (F, OH)2







Warna: Hitam







Bentuk: Lembaran



6







Kekerasan: 2,5







Cerat: Tidak berwarna







Kilap: Kaca







Pecahan: Uneven







Belahan: Perfect







Transparansi: Opaq







Golongan: Silikat



d) Nama Mineral: Piroksen 



Rumus Kimia: (Ca,Mg,Fe,Na,Al,Ti) Si2O6







Warna: Gelap







Bentuk: Prismatik







Kekerasan: 5 – 6







Cerat: Putih







Kilap: Kaca







Pecahan: Uneven







Belahan: Perfect







Transparansi: Opaq







Golongan: Silikat



2.2 Petrogenesa dan Komposisi Andesit Andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah sebagai hasil bentukan lelehan magma diorit. Andesit bertekstur afanitik mikro kristalin dan berwarna gelap. Mineral yang ada dalam andesit ini berupa kalium felspar dengan jumlah kurang 10% dari kandungan felspar total, natrium plagioklas, kuarsa kurang dari 10%, felspatoid kurang dari 10%, hornblenda, biotit dan piroksen. Penamaan andesit berdasarkan kepada kandungan mineral tambahannya yaitu andesit hornblenda, andesit biotit dan andesit piroksen. Nama andesit sendiri diambil berdasarkan tempat ditemukan, yaitu di daerah Pegunungan Andes, Amerika Selatan. Peranan bahan galian ini penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, gedung, jembatan, saluran air/irigasi dan lainnya. Dalam pemanfaatannya dapat



7



berbentuk batu belah, split dan abu batu. Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia membutuhkan bahan galian ini yang terus meningkat setiap tahun. Jenis magma diorit merupakan salah satu magma terpenting dalam golongan kapur alkali sebagai sumber terbentuknya andesit. Lelehan magma tersebut merupakan kumpulan mineral silikat yang kemudian menghablur akibat pendinginan magma pada temparatur antara 1500 – 2500C membentuk andesit berkomposisi mineral felspar plagioklas jenis kalium felspar natrium plagioklas, kuarsa, felspatoid serta mineral tambahan berupa hornblenda, biotit dan piroksen. Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-unsur, silikat, alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium, kalium, titanium, mangan, fosfor dan air. Prosentasi kandungan unsur-unsur tersebut sangat berbeda di beberapa tempat. Sebagai contoh, dalam Tabel 1.4 diperlihatkan komposisi kimia yang terdapat di Desa Kalirejo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Andesit berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna dalam keadaan lapuk berwarna abu-abu kecoklatan. Berbutir halus sampai kasar, andesit mempunyai kuat tekan berkisar antara 600 – 2400 kg/cm2 dan berat jenis antara 2,3 – 2,7, bertekstur porfiritik, keras dan kompak. Tabel 2.2 Komposisi Kimia Andesit Senyawa



Komposisi (%)



SiO2



47,55



Al2O3



18,37



Fe2O3



8,19



CaO



7,11



MgO



2,25



Na2O



1,70



K2O



2,16



TiO2



0,59



MnO



0,22



P2O5



0,30



H2O



0,52



2.3 Klasifikasi Thorpe and Brown



8



Menurut Thorpe dan Brown (1985), klasifikasi batuan beku dapat disesuaikan dengan tabel di bawah.



Gambar 2.3 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Thorpe and Brown (1985)



2.4 Eksplorasi, Pengeboran, Penambangan, dan Peremukan 2.4.1 Eksplorasi Kegiatan eksplorasi andesit dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : 



Penelitian Geologi Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui batas penyebaran secara lateral, termasuk mengumpulkan segala informasi geologi dan pemetaan topografi. Peta topografi pada tahap ini berskala 1 : 500.







Penelitian Geofisika Penelitian yang umum dilakukan berupa pendugaan geolistrik, yaitu penelitian berdasarkan sifat tahanan jenis batuan. Kegiatan ini diselaraskan dengan data geologi permukaan ataupun bawah permukaan. Hasil interpretasi disajikan dalam bentuk penampang geologi yang didasarkan kepada hasil pengolahan data pengukuran geolistrik dengan menghubungkan setiap titik duga satu dengan yang lainya. Keadaan geologi ini akan memperlihatkan penyebaran, baik secara vertikal maupun lateral pada suatu penampang. Pendugaan geolistrik secara umum akan menyajikan data lapisan tanah pucuk dan lapisan andesit.



2.4.2 Pengeboran



9



Kegiatan ini dilakukan untuk pengecekan secara rinci data endapan bagi keperluan perhitungan cadangan: 



Pengambilan contoh Kegiatan ini dimaksudkan untuk keperluan analisis laboratorium dan mekanika batuan.







Perhitungan cadangan Perhitungan cadangan yang terdapat di daerah penyelidikan dilakukan dengan cara metoda penampang (cross section method) yang sangat cocok untuk batuan yang penyebarannya homogen serta ketebalannya relatif merata. Volume cadangan dihitung per luas penampang yang dimensinya adalah di antara dua luas daerah penampang dan ketebalan pada titik-titik eksplorasi di sekelilingnya. Dengan menjumlahkan volume seluruh penampang yang ada di daerah penyelidikan tersebut, maka jumlah cadangan dapat diketahui.



2.4.3 Penambangan Metode penambangan yang biasa diterapkan terhadap andesit adalah tambang terbuka (quarry). Bentuk topografi bahan galian umumnya berbentuk bukit, dan penambangan dimulai dari puncak bukit (top hill type) ke arah bawah (top down) secara bertahap membentuk jenjang (bench). Secara garis besar tahapan kegiatan penambangan dapat diuaraikan sebagai berikut : 



Persiapan (development) Meliputi pembangunan sarana dan prasarana tambang antara lain jalan, perkantoran, tempat penumpukan (stockpile), mobil-isasi peralatan, sarana air, work-shop, listrik (genset), serta poliklinik.







Pembersihan permukaan (land clearing) Perbersihan permukaan lahan yang ditumbuhi pepohonan dan semak belukar dengan alat konvensional atau buldoser.







Pengupasan lapisan penutup (stripping overburden) Mengupas tanah penutup dilakukan dengan buldoser atau back hoe. Tanah penutup didorong dan dibuang ke arah lembah (disposal area) yang terdekat, namun bila tumpukan hasil pengupasan ini jauh dari disposal area pembuangan-nya dapat dibantu dengan dump truck. 10







Pembongkaran (loosening). Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membongkar andesit dari batuan induknya sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Untuk melaksanakan pekerjaan ini dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan. Dalam kegiatan pemboran perlu ditentukan geometri lubang tembak yang meliputi berden, kedalaman, pemampat, subdrilling dan spasi. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pemboran adalah crawler rock drill (CRD) dan kompresor. Sedangkan untuk kegiatan peledakan digunakan bahan peledak ANFO/ damotin. Dalam kegiatan peledakan ini, untuk mendapatkan ukuran produk yang diinginkan ditentukan melalui perubahan spasi lubang ledak, makin rapat ukuran semakin kecil ukuran produknya.







Pemuatan (loading) Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat muat mekanis berupa backhoe untuk memuat hasil kegiatan pembongkaran ke dalam alat angkut yaitu dump truk.







Pengangkutan (transporting) Bongkahan andesit diangkut ke lokasi unit peremukan menggunakan dump truck menuju stockpile.



2.4.4 Peremukan Pengolahan andesit adalah mereduksi ukuran yang sesuai dengan berbagai kebutuhan. Untuk kegiatan ini dilaksanakan melalui unit peremukan



(crushing



plant). Tahapan pengolahan meliputi : 1. Peremukan dengan primary crusher seperti jaw crusher, cone crusher atau gyratory crusher yang dilanjutkan dengan Secondary crusher. 2. Pengangkutan menggunakan ban berjalan. 3. Pemisahan menggunakan pengayak (screen). 4. Penghalus ukuran dengan rotopactor. Dari proses peremukan akan menghasilkan beberapa macam ukuran antara lain : a. ukuran -700 + 25 mm



11



b. ukuran – 152 + 70 mm c. ukuran – 70 + 31 mm d. ukuran – 31 + 19 mm e. ukuran – 19 + 9 mm f. ukuran -9 + 6 mm g. ukuran -6 ( abu/sirtu) Jenis peralatan pada unit peremukan terdiri dari : a. Pengumpan grizzly getar, suatu alat yang berfungsi sebagai pengatur banyaknya umpan masuk ke dalam jaw crusher dan ayakan pemisah dengan sirtu. b. Pengumpan getar, suatu alat yang berfungsi sebagai pengatur banyaknya umpan masuk ke dalam secondary crusher. c. Peremuk, digunakan untuk memperkecil ukuran yang sesuai dengan permintaan. Alat yang digunakan adalah : 



Peremuk tingkat 1, yaitu jaw crusher jenis single toggle.







Peremuk tingkat II yaitu peremuk berahang II, memakai tipe 80 dan 71, dengan ukuran masing-masing 36 x 10 dan 36 x 4.



Bagan alir proses peremukan terlihat pada lampiran B. Untuk kepentingan lain seperti pembuatan hias, lantai, nisan dan peralatan rumah tangga, perlu dilakukan tahap pengolahan, pemahatan, penghalusan, dan pemolesan. 2.5 Potensi Andesit di Indonesia dan Kegunaannya Krisis ekonomi Indonesia sejak Juli 1997 menyebabkan lumpuhnya dunia usaha di dalam negeri termasuk pula pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, irigasi, dan pengembang sektor perumahan/real estate, sebagai pemakai utama andesit. Dengan membaiknya kurs rupiah terhadap dolar diharapkan akan membawa ke arah pemulihan perekonomian Indonesia sehingga dunia usaha akan bergairah kembali. Cadangan andesit di Indonesia berjumlah milyaran ton, tersebar merata di seluruh daerah Indonesia. Dari kenyataan itu, untuk masa mendatang diperkirakan pengusahaan andesit di Indonesia akan mengalami peningkatan sejalan dengan



12



kembali dimulainya pembangunan perumahan baik RSS, RS maupun real estat, juga pembangunan sektor konstruksi lainnya seperti jalan, jembatan dsb. Identifikasi faktor yang mempengaruhi pasar, baik itu sektor pendukung maupun penghambat pengembangan usaha pertambangan andesit adalah : 



cadangan; potensi andesit di Indonesia jelas memungkinkan dengan jumlah cadangan yang besar dan lokasinya tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia;







tenaga kerja; cukup melimpah, biaya operasi tenaga kerja murah adalah faktor yang menguntungkan baik bagi perusahaan maupun pemerintah;  konsumen; perkembangan sektor kontruksi (jalan dan perumahan) dan sektor industri yang mulai membaik merupakan indikator akan meningkatnya tingkat kebutuhan andesit di sektor ini. Oleh karena itu pengembangan pertambangan andesit dengan berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan sektor ini cukup memberikan harapan.



Perkembangan konsumsi andesit di sektor industri dalam kurun waktu 1987 -1997 menunjukkan kecenderungan yang meningkat dengan laju perubahan tahunan sebesar 0,44%. Jenis industri barang-barang dari semen, genteng, dan barang bukan logam lainnya merupakan pemakai utama komoditas ini. Andesit banyak digunakan untuk sektor konstruksi, terutama infrastruktur seperti sarana jalan raya, jembatan, gedung-gedung, irigasi, bendungan dan perumahan, landasan terbang, pelabuhan dan lain-lain. Untuk menguji kualitas batuan dapat dilakukan dengan uji kuat tarik, kuat tekan, kuat geser, densitas, berat jenis dan lain-lain. Hasil dari uji itu akan diperoleh sifat-sifat elastisitas dari batuan. Sifat ini berperan penting sehubungan dengan pemanfaatan batuan itu sendiri. Uji kuat tarik pada prinsipnya adalah dengan memberi beban atau gaya pada sisi contoh andesit yang berbentuk silinder (penekanan diametral) sampai contoh batuan tersebut pecah. Andesit banyak digunakan di sektor kontruksi. Pemanfaatan yang lain adalah untuk bahan baku pembuatan dimension stone, patung seni dan sebagainya. a. Kontruksi/bangunan Dalam bentuk agregat, andesit banyak digunakan untuk pembangunan jembatan, pembuatan galangan kapal untuk dermaga,



pondasi



jalan



kereta api,



13



bendungan/dam dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk kebutuhan konstruksi dan bangunan menurut SII. 0378-80. b. Dimension stone Pada pembuatan dimension stone andesit dipotong berdasarkan ukuran tertentu, dipahat, diampelas/diasah, kemudian dipoles agar dapat dimanfaatkan untuk keperluan : batu hias, tegel, dan peralatan rumah tangga. Di sektor konstruksi, konsumsi andesit sebagai indikatornya adalah pemakaian di sub sektor perumahan. Pembangunan perumahan di Indonesia dilakukan melalui dua cara yaitu dibangun oleh perorangan dan melalui pihak lain/investor seperti Perumnas, KPR-BTN, dan Real Estate Indonesia (REI). Pembangunan perumahan di Indonesia dilakukan melalui dua cara yaitu dibangun oleh perorangan dan investor seperti Perumnas, KPR-BTN, dan Real Estate Indonesia (REI). Menurut data dari BPS, dalam kurun waktu tahun 1987 – 1996 melalui Perumnas telah dibangun sebanyak 328.425 unit yang terdiri dari 127.023 unit Perumahan Sederhana, 190.442 unit Perumahan Inti, dan 10.960 unit Rumah Susun (Rusun). Dalam kurun waktu yang sama telah dibangun sebanyak 163.247 unit melalui KPR-BTN yang terdiri dari 143.940 unit melalui developer swasta dan 19.307 unit melalui developer Perumnas. Adapun melalui REI dalam kurun waktu tersebut jumlah terbesar yang dicapai adalah sebanyak 268.432 unit. Khusus untuk KPR-BTN, Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS), pada 2000 BTN mentargetkan sekitar 100.000 unit rumah. Hal ini diperkuat pula oleh perkiraan pemerintah bahwa pada tahun 2000 menyediakan dana sebesar Rp. 1,2 triliun untuk program pembangunan perumahan bagi masyarakat golongan penghasilan rendah. Perekonomian Indonesia yang cenderung membaik diperkirakan kebutuhan akan perumahan terutama tipe yang dibangun melalui KPR-BTN akan semakin meningkat di masa mendatang, dan ini berarti kebutuhan akan andesit juga akan meningkat. Demikian juga halnya dalam pembangun gedung-gedung pusat pertokoan, pusat perkantoran swasta ataupun pemerintahan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan serta sarana irigasi yang setiap tahun diperkirakan akan terus meningkat merupakan peluang bagi pertambangan andesit.



14



Dari sisi teknologi, secara umum penambangan andesit dapat dilakukan secara sederhana atau mekanis/ peledakan. Jumlah investasi yang dibutuhkan relatif kecil sehingga turut mendorong pengembangan usaha pertambangan andesit. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pembangunan pertambangan andesit adalah jumlah pengusahaan andesit non-formal. Selain itu, adanya beberapa kontraktor konstruksi yang juga merupakan pemasok andesit yang keberadaannya tersamar dan sulit diketahui, akan menutup peluang pihak lain yang akan berusaha menjadi pemasok andesit. Masalah lingkungan dan tata guna lahan juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Perusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan akan terjadi. Penggunaan lahan berpotensi andesit untuk kegiatan sektor lain akan berakibat areal yang boleh ditambang menjadi terbatas. Pesatnya kegiatan pembangunan menyebabkan peningkatan pendayagu-naan sumber daya alam termasuk andesit. Kebutuhan bahan galian tersebut bagi pembangunan menjadi sangat besar, di sektor konstruksi maupun di sektor industri. Potensi andesit yang demikian besar patut disyukuri dengan mulai membaiknya perekonomian di dalam negeri dan diharapkan di waktu



mendatang dapat



menarik minat para pengusaha tambang untuk mengembangkan usaha



andesit,



yang berarti pula memperluas lapangan kerja dalam rangka pemberdayaan perekonomian masyarakat.



15



BAB III RANCANGAN PENGOLAHAN ANDESIT



3.1 Pengolahan dan Penggunaan Alat Secara garis besar kegiatan pengolahan andesit terdapat beberapa tahapan yang dilakukan yaitu : a. Feeding (Pengumpanan) Proses pengumpanan bertujuan untuk mendistribusikan andesit yang sebelumnya diambil dari unit penambangan dengan menggunakan wheel loader sehingga umpan akan masuk secara teratur melalui hopper ke pan feeder yang kemudian akan didistribusikan ke dalam alat peremuk.



Gambar 3.1 feeding



b. Crushing (Peremukan) Tujuan dari peremukan ini adalah untuk memperkecil ukuran butir sesuai dengan yang kita inginkan. Adapun untuk menentukan berapa kalii proses peremukan dapat dilihat dari ukuran umpan terbesar yang masuk dengan produk terbesar yang diinginkan oleh konsumen. Dari hasil pembagian antara ukuran umpan yang masuk dengan produk terbesar didapatkan nilai Limiting Reduction Ratio (LRR), sehingga dilihat dari nilai LRR tersebut maka banyaknya proses peremukan dapat ditentukan.



16



Gambar 3.2 Jaw crusher



c. Screening (Pengayakan) Tujuan dari proses pengayakan adalah untuk mengelompokkan produk dari proses peremukan sesuai dengan ukuran butir yang ditentukan berdasarkan permintaaan pasar/konsumen. Dari hasil ayakan terakhir akan ditimbun di suatu tempat yang disebut Stock Pile.



Gambar 3.3 screening



3.2 Dasar pemilihan Alat Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan alat yang akan digunakan dalam industri pengolahan hasil pertambangan adalah sebagai berikut : 1. Pertimbangan segi ekonomis



17



Pertimbangan dari segi ekonomis ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan modal yang tersedia dengan alat yang akan dipilih dan biaya pendukung lainnya. Jadi dalam hal ini sebuah perusahaan tidak boleh salah dalam menentukan peralatan yang digunakan. 2. Pertimbangan segi teknis Pertimbangan secara teknis berguna untuk mengetahui alat yang akan dipilih agar sesuai dengan kondisi yang ada, baik masalah material, lokasi, kapasitas, serta produk yang diharapkan. 3.2.1 Pemilihan Alat Hopper Hopper merupakan alat seperti piramida terpancung, bagian bawah disesuaikan dengan feeder (reciprocating plate feeder). Hopper sebaiknya berkapasitas lebih besar daripada kapasitas vessel dump truck yang digunakan untuk mencurahkan (125-150% dari kapasitas dump truck). Dalam menghitung kapasitas hopper digunakan persamaan sebagai berikut : Ct



= 0,33 x T x [La + Lb + (La x Lb)] 0.5 ................................ (1)



Dengan, Ct



= Kapasitas hopper



T



= Tinggi



La



= Luas atas



Lb



= Luas bawah



3.2.2 Pemilihan Alat Feeder Feeder merupakan alat yang berfungsi untuk mengatur masuknya umpan ke dalam peremuk (crusher). Hal-hal yang mempengaruhi dalam pemilihan feeder adalah sebagai berikut : a. Ukuran umpan terbesar b. Keadaan material, kandungan tanah, air, dan lain-lain. c. Banyaknya umpan. d. Ukuran produk yang dikehendaki.



18



3.2.3 Pemilihan Alat Peremuk Pemilihan crusher didasarkan oleh beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut : a. Harga Reduction Ratio (nisbah reduksi). b. Karakteristik material (kekerasan, kandungan air, bulk density material dan lain-lain). c. Produksi tiap jam dari kapasitas alat. d. Cara pemasukkan umpan. Kapasitas crusher dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Y menurut Tagart, T = 0,6 L . S ............................................................... (2) Dengan,



T



= Kapasitas Crusher



L



= Panjang lubang penerimaan



S



= Lebar discharge opening



Y menurut Kurimoto Tc = T x C x M x F x G .................................................... (3) Dengan, Tc



= Produksi Crushing (ton/jam)



T



= Kapasitas Katalog



C



= Faktor keadaan dan macam umpan



M



= Faktor keadaan kandungan air



F



= Faktor distribusi ukuran material



G



= Faktor bulk density (1 untuk 1,6 ton/m 3 )



Tf



= Perhitungan banyaknya umpan (ton/jam)



3.3. Diagram Alir Pengolahan Berikut ini adalah diagram alir pengolahan andesit PT. Andesit Parahyangan.



19



Gambar 3.3 Diagram Alir Pengolahan Andesit PT. Andesit Parahyangan



20



BAB IV MATERIAL BALANCE



Target



produksi



yang



direncanakan



adalah



929



ton/hari,



perusahaan



memberlakukan satu shift per hari sehingga target produksi per harinya adalah 100 ton/jam. Ukuran umpan terbesar yang berasal dari tambang adalah +700 mm dengan distribusi ukuran umpan sebagai berikut : a. -700 + 100 mm



= 40 %



b. -100 + 50 mm



= 32 %



c. -50 + 25 mm



= 26,1%



d. - 25 mm



= 1,9 %



Umpan



tersebut



kemudian



diklasifikasikan



menjadi



2



produk



dengan



menggunakan vibrating grizzly feeder merk Nordberg dengan efisiensi 99% dan spasi bar 25 mm yang detail produknya sebagai berikut : a. -700 + 25 mm



= 97,1%



b. -25 mm



= 1,9 %



Ukuran produk yang dihasilkan dalam serangkaian unit pengolahan PT. Andesit Parahyangan adalah sebagai berikut : a. -31 + 19 mm b. -19 + 9 mm c. -9 + 6 mm d. -6 mm e. -25 mm Untuk produk -25 mm merupakan produk dari vibrating grizzly feeder dan tanpa pengolahan lanjutan sudah menjadi produk penjualan. Selain -25 mm merupakan produk dari pengolahan lanjutan hingga menjadi produk penjualan.+ 1. Peremuk I



21



Jenis crusher yang digunakan adalah Jaw Crusher. Umpan terbesar yang berasal dari unit sebelumnya (vibrating grizzly feeder) adalah 700 mm dan reduction ratio yang diinginkan 4,605 sehingga ukuran terbesar produk yang dihasilkan adalah :



ukuran terbesar umpan Ukuran terbesar produk =



700 mm =



RR



= 152 mm 4,605



Berdasarkan ukuran terbesar produk yang dihasilkan diperoleh setting dengan ukuran 70 mm. Produk dari jaw crusher kemudian diklasifikasikan menurut distribusi ukuran menggunakan unit selanjutnya yaitu screen I. 2. Screen I Screen I yang digunakan adalah double deck vibrating screen yang terdiri atas dua deck dengan pengaturan sebagai berikut : a.



Deck I



Opening



: 70 mm



Effisiensi



: 99 % Berat material yang lolos



Effisiensi =



x 100% Berat material yang seharusnya lolos



Berat material yang seharusnya lolos = 97,1 tpj Berat material yang lolos



= 0,99 x 97,1 tpj = 96,129 tpj



Distribusi ukuran produk screen I deck I adalah sebagai berikut: a. -152 + 70 mm



: 30 % x 96,129 tpj



= 28,84 tpj



b. -70 + 31 mm



: 40 % x 96,129 tpj



= 38,45 tpj



c. -31 + 10 mm



: 22 % x 96,129 tpj



= 21,15 tpj



d. -10 mm



: 7% x 96,129 tpj



= 6,73 tpj



22



Tabel 4.1 Distribusi ukuran Deck I Screen I



Ukuran



Oversize



Undersize



Distribusi



( mm )



( tpj )



( tpj )



(tpj )



- 152 + 70



28,84



- 70 + 31



6,45



28,84 32



38,45



- 31 + 10



21,15



21,15



- 10



6,73



6,73



59.88



96,129



Total



35,29



Produk undersize pada deck I screen I akan dilanjutkan pada deck II screen I sedangkan produk oversize akan menjadi umpan bagi peremuk II. b.



Deck II



Opening



: 31 mm



Effisiensi



: 99 %



Berat material yang seharusnya lolos = 59,88 tpj Berat material yang lolos



= 0,99 x 59,88 tpj = 59,28 tpj Tabel 4.2 Distribusi ukuran Deck II Screen I



Ukuran



Oversize



Undersize



Distribusi



( mm )



( tpj )



( tpj )



( tpj )



- 70 + 31



32



- 31 + 19



6,15



- 19 Total



38,15



32 14,4



20,55



6,73



6,73



21,13



59,28



Produk undersize dari deck II screen I akan dilanjutkan pada screen II sedangkan produk oversize akan menjadi umpan pada peremuk II. 3. Peremuk II



23



Crusher yang digunakan adalah Cone crusher. Ukuran umpan terbesar yang berasal dari screen I adalah 70 mm dengan Reduction Ratio (RR) 2,26 sehingga diperoleh ukuran produk terbesar sebagai berikut : ukuran terbesar umpan



70 mm =



Ukuran terbesar produk = RR



= 31 mm



2,26



Berdasarkan ukuran terbesar produk diperoleh setting dari crusher II adalah 19 mm. Dengan distribusi ukuran produk Crusher II sebagai berikut : - 31 + 19 mm



: 40 % x 73,41 tpj



:



29,36 tpj



- 19 + 9 mm



: 30 % x 73,41 tpj



:



22,02 tpj



- 9 + 6 mm



: 17 % x 73,41 tpj



:



12,47 tpj



- 6 mm



: 13 % x 73,41 tpj



:



9,54 tpj



4. Screen II ( Triple Deck Vibrating Screen ) Screen II terdiri atas 3 deck : Distribusi umpan yang masuk pada screen II : a. -31 + 19 mm = (29,36 + 14,4) tpj = 43,76 tpj b. -19 + 9 mm



= (22,02 + 6,73) tpj = 28,75 tpj



c. -9 + 6 mm



= 12,47 tpj



= 12,47 tpj



d. - 6 mm



= 9,54 tpj



= 9,54 tpj



a. Deck I Opening



= 19 mm



Effisiensi



= 99 %



Berat material yang seharusnya lolos = 94,52 tpj Berat material yang lolos



= 0,99 x 94,52 tpj = 93,57 tpj



24



Tabel 4.3 Distribusi ukuran Deck I Screen II



Ukuran



Oversize



Undersize



Distribusi



( mm )



( tpj )



( tpj )



( tpj )



- 31 + 19



43,76



- 19 + 9



3,51



43,76 24,29



27,8



- 9+6



12,47



12,47



- 6



9,54



9,54



46,3



93,57



Total



47,27



Produk oversize akan menjadi Produk I dengan ukuran – 31 + 19 mm, sedangkan produk undersize akan dilanjutkan pada deck II. b. Deck II



Distribusi umpan yang masuk pada Deck II : - 19 + 9 mm



= 24,29 tpj



- 9 + 6 mm



= 12,47 tpj



- 6 mm



= 9,54 tpj



Opening



= 9 mm



Effisiensi



= 99 %



Berat material yang seharusnya lolos



= 46,3 tpj



Berat material yang lolos



= 0,99 x 46,3 tpj = 45,83 tpj



Tabel 4.4 Distribusi ukuran Deck II Screen II



Ukuran



Oversize



Undersize



Distribusi



( mm )



( tpj )



( tpj )



( tpj )



- 19 + 9



24,9



-9+6



2



-6 Total



25,85



24,29 10



12



9,54



9,54



19,54



45,83



25



Produk oversize akan menjadi Produk II ukuran - 19 + 9 mm, sedangkan produk undersize akan dilanjutkan pada deck III. c.



Deck III



Distribusi umpan yang masuk pada Deck III : - 9 + 6 mm



= 10 tpj



- 6 mm



= 9,54 tpj



Opening = 6 mm Effisiensi = 99 % Berat material yang seharusnya lolos



= 19,54 tpj



Berat material yang lolos



= 0,99 x 19,54 tpj = 19,34 tpj



Tabel 4.5 Distribusi ukuran Deck III Screen II



Ukuran



Oversize



Undersize



Distribusi



( mm )



( tpj )



( tpj )



( tpj )



-9+6



10



-6



3



6,34



9,34



Total



13



6,34



19,34



10



Produk oversize akan menjadi Produk III dengan ukuran – 9 + 6 mm, sedangkan produk undersize menjadi Produk IV dengan ukuran – 6 mm. Dari perhitungan Material Balance yang telah dilakukan, diperoleh lima Produktan dengan distribusi ukuran sebagai berikut :



26



Tabel 4.6 Produk Hasil Pengolahan Andesit PT. Andesit Parahyangan



Ukuran



Tonase



(mm)



( tpj )



I



- 25



1,9



2,01



II



- 31 + 19



47,27



50,1



III



- 19 + 9



25,85



27,4



IV



- 9+6



13



13,78



V



- 6



6,34



6,72



94,36



100



Produk



Jumlah Total



% Berat



Dari jumlah umpan masuk proses pengolahan 100 ton/jam, produk yang dihasilkan adalah 94,36 ton/jam sehingga recovery dari proses pengolahan adalah 94,36%.



27



BAB V PENJUALAN DAN PEMASARAN



5.1



Produk



Produk yang diproduksi disesuaikan dengan kegunaan setiap ukuran material . Ukuran produk disesuaikan dengan aggregat dalam campuran bahan beton. Berikut spesifikasi harga untuk setiap ukuran : Tabel 5.1. Daftar harga produk



5.2



No



Ukuran ( mm )



Produk



Harga per Ton



1



Ukuran -31 + 19



Batu Pecah



Rp 60,000



2



Ukuran -25



Batu Pecah



Rp 64,000



3



Ukuran -19 + 9



Batu Pecah



Rp 65,000



4



Ukuran -9 + 6



Batu Pecah



Rp 69,000



5



Ukuran -6 (Sirtu)



Pasir Batu



Rp 90,000



Pemasaran Produk



PT. Andesit Parahyangan memasarkan produknya kepada konsumen sebagai bahan konstruksi dan bahan campuran beton untuk wilayah sekitar Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten.



28



BAB VI PENUTUP



6.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari proses pengolahan ini adalah sebagai berikut a. Target produksi yang direncanakan adalah 929 ton/hari, perusahaan memberlakukan satu shift per hari dan target produksi pada proses pengolahan per harinya adalah 100 ton/jam. b. Umpan terbesar dari run of mine berukuran 700 mm dan diproses pada pabrik pengolahan sehingga menjadi 5 jenis produk dengan ukuran masing-masing. c. Recovery proses pengolahan PT. Andesit Parahyangan adalah 94,36%.



6.2 Saran Adapun saran untuk perencanaan pabrik pengolahan selanjutnya adalah sebagai berikut : a. Sebaiknya jenis produk hasil pengolahan lebih diperbanyak. b. Sebaiknya recovery pengolahan lebih ditingkatkan.



29



DAFTAR PUSTAKA



Balfas, M.D. 2015. Geologi untuk Pertambangan Umum. Yogyakarta : Graha Ilmu. Noor, Djauhari. 2014. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan. Nugroho, Windhu. 2016. Diktat Pengolahan Bahan Galian. Samarinda : Universitas Mulawarman. Sukandarrumidi. 2008. Bahan Galian Industri. Yogyakarta : UGM Press.



30



LAMPIRAN A



DIAGRAM ALIR PENAMBANGAN



QUARRY



PENGUPASAN TANAH PENUTUP



PENGUPASAN BATUAN LAPUK



PEMUATAN



PELEDAKAN



PENGEBORAN



PENGANGKUTAN



CRUSHING PLANT



PEMASARAN



LAMPIRAN B DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN



LAMPIRAN C PETA ADMINISTRASI



PETA TOPOGRAFI



PETA GEOLOGI REGIONAL



PETA DAERAH ALIRAN SUNGAI



PETA DENAH LOKASI IUP



LAMPIRAN D BATAS IUP PT.ANDESIT PARAHYANGAN



1. 107° 29' 04.6621" E, 6° 50' 52.0403" S 2. 107° 29' 38.1663" E, 6° 50' 52.0311" S 3. 107° 29' 36.9142" E, 6° 51' 05.5223" S 4. 107° 29' 47.3770" E, 6° 51' 08.3393" S 5. 107° 29' 47.3770" E, 6° 51' 17.9973" S 6. 107° 29' 36.1093" E, 6° 51' 21.6190" S 7. 107° 29' 30.8779" E, 6° 51' 36.5085" S 8. 107° 29' 15.5860" E, 6° 51' 37.7157" S 9. 107° 29' 10.3546" E, 6° 51' 28.0577" S 10. 107° 28' 56.2700" E, 6° 51' 25.6432" S 11. 107° 28' 53.0506" E, 6° 51' 03.9127" S 12. 107° 29' 04.6621" E, 6° 50' 52.0403" S 13. 107° 29' 04.6621" E, 6° 50' 52.0403" S



LAMPIRAN E DENAH PABRIK PENGOLAHAN



LAMPIRAN F LUAS STOCKPILE



Berat jenis batu andesite



= 1,6 ton/m³



Angle of repose



= 38º



Waktu kerja



= 61,5 jam/minggu



Volume kerucut



= ⅓ л r² T



Tan T



= T/r



T



= r tan α



r



=



3



3V л tan α



1. Stock Pile I (Produk -25 mm) Berat



= 1,9 tpj 1,9 tpj x 61,5 jam/minggu = 73,03 m3/minggu



= 1,6 ton/m 3 r



3



3 (73,03)



=



= 4,47 m 3,14 tan 38º



t



= 4,47 tan 38º



L



=



= 3,49 m = 3,14 x (4,47 m )2



л r²



= 62,74 m2 2. Stock Pile II (Produk -31+19 mm) Berat



= 47,27 tpj 47,27 tpj x 61,5 jam/mgu = 1816,94 m3/minggu



= 1,6 ton/m3 3 r



3 (1816,94)



=



= 13,05 m 3,14 tan 38º



t



= 13,05 tan 38º



L



=



= 10,19 m = 3,14 x (13,05 m )2



л r²



= 535,02 m2 3. Stock Pile III (Produk -19+9 mm) Berat



= 25,85 tpj 25,85 tpj x 61,5 jam/mgu = 993,61 m3/minggu



= 1,6 ton/m3 3 r



3 (993,61)



=



= 10,67 m 3,14 tan 38º



t



= 10,67 tan 38º



L



=



= 8,34 m = 3,14 x (10,67 m )2



л r²



= 357,67 m2



4. Stock Pile IV (Produk -9+6 mm) Berat



= 13 tpj 13 tpj x 61,5 jam/minggu = 499,69 m3/minggu



= 1,6 ton/m 3 r



3



3 (499,69)



=



= 8,49 m 3,14 tan 38º



t



= 8,49 tan 38º



L



=



= 6,63 m = 3,14 x (8,49 m )2



л r²



= 226,45 m2 5. Stock Pile V (Produk -6 mm) Berat



= 6,34 tpj 6,34 tpj x 61,5 jam/minggu = 243,69 m3/minggu



= 1,6 ton/m3



3 r



3 (243,69)



=



= 6,68 m 3,14 tan 38º



t



= 6,68 tan 38º



L



=



л r²



= 5,22 m = 3,14 x (6,68 m )2 = 140,19 m2



Luas untuk 5 stockpile untuk 5 produk dari PT. Andesit Parahyangan adalah 1322,07 m2.