Rangkuman Kesiapsiagaan Bela Negara [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RANGKUMAN KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Karakter Bangsa diselenggarakan melalui pembinaan kesadaran bela negara bagi tiap warga negara sebagai penguatan jati diri bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam hidup bermasyarakat sesuai peran dan profesi demimenjaga kedaulatan negra, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building. Kesiapsiagaan bela negara diarahkan untuk mengangkal paham-paham, ideologi, dan budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia, merupakan kesiapsiagaan yang terintegrasi guna menghadapi situasi kontijensi dan eskalasi ancaman sebagai dampak dari dinamika perkembangan lingkungan strategis yang juga mempengaruhi kondisi dalam negri yang dipicu oleh faktor ideologi, politik, eonomi, sosial budaya, pertahanan, dan keamanan. Sejalan dengan perkembangan jaman, proses globalisasi mengakibatkan munculnya fenomena baru yang dapat berdampak positif yang harus dihadapi bangsa Indonesia, seperti demokratisasi,penghormatan terhadap hak asasi manusia, tuntutan supremasi hukum, transparansi, dan akuntabilitas. Fenomena tersebut juga membawa dampak negatif yang pada gilirannya dapat menimbulkan ancaman terhadap kepentingan nasional. A. KONSEP KESIAPSIAGAAN Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang berasal dari kata: Samapta yang artinya siap siaga atau siap siaga dalam segala kondisi. Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4)- Samapta yang artinya siap siaga. Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesiapsiagaan merupakan suatu siap siaga yang dimiliki seseorang baik fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam. Menurut KBBI berasal dari kata bela yang artinya menjaga baik-baik, memelihara, merawat, menolong serta melepas dari bahaya. Konsep negara disampaikan oleh beberapa ahli antara lain: Professor R. Djokosoetono, Logemann, Robert M. Mac. Iver, Max Weber,Hegel, Rousseau, George Jellinek, George H. Sultou, Roelof Krannenburg. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa bela negara adalah kebulatan sikap, tekad, dan perilaku warga negara yang dilakukan secara ikhlas, sadar,dan disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. BAB II BELA NEGARA DALAM KERANGKA PELATIHAN DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL A. KERANGKA KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA Pasal 27 dan Pasal 30 UUD 1945 mengamanatkan kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan negara. Setidaknya unsur bela negara antara lain cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan awal bela negara.



BAB III BENTUK KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA DALAM KERANGKA PELATIHAN DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL A. KESIAPSIAGAAN JASMANI Kesiapsiagaan jasmani merupakan kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melaksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Dalam Undang-undang No 23 Tahun 1999 menjelaskan bahwa “kesehatan” adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memugkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis. 1. Manfaat Kesiapsiagaan Jasmani - Memiliki postur yang baik - Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan yang berat - Memiliki ketangkasan yang tinggi 2. Sifat dan Sasaran Pengembangan Kesiapsiagaan Jasmani Sasaran latihan kesiapsiagaan jasmani adalah mengembangkan dan/atau memaksimalkan kekuatan fisik dengan melatih kekuatan fisik akan dapat menghasilkan: tenaga (power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle strength), kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility), koordinasi (coordination),keseimbangan (balance), dan fleksibilitas (flexibility). 3. Latihan, Bentuk Latihan, dan Pengukuran Kesiapsiagaan Jasmani a. Latihan kesiapsiagaan jasmani Latihan merupakan proses memaksimalkan segala daya untuk meningkatkan kondisi fisik. Tujuannya adalah meningkatkan volume oksigen (VO2max) dalam tubuh agar dapat dimanfaatkan untuk merangsang kerja jantung dan paru-paru. Perlu diperhatikan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kesiapsagaan jasmani seseorang. b. Bentuk latihan Berikut beberapa bentuk kesiapsiagaan jasmani yaitu lari 12 menit, pull up, sit up, push up, shutle run, lari 2,4 km dan berenang. Ragam latihan kesiapsiagaan lainnya dapat dilakukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, diantaranya senam, bersepeda, berjalancepat, dan lari maraton. Melalui latihan dapat dihasilkan detak jantung berirama normal dengan daya pompa per menit meningkat, meningkatkan kapasitas O2 yang diangkut dari paru-paru sehingga pembentukan sel darah merah terpicu dan volume darah yang mengalir ke semua jaringan dan organ tubuh akan meningkat (Sumosardjuno, 1992). Aktivitas olahraga yang teratur dan berlangsung lama sebabkan adanya perubahan fisiologis tubuh, seperti: - Perubahan fisik temporer, seperti kenaikan denyut nadi dan meningkatnya suhu tubuh. - Perubahan fisik tetap, berupa pembesaran otot rangka dan peningkatan jumlah myoglobin; pembesaran ukuran jantung. c. Lamanya latihan Lamanya waktu latihan tergantung dari intensitas latihan. Jika intensitas latihan lebih berat, maka waktu latihan dapat lebih pendek dan sebaliknya jika intensitas latihan lebih ringan, maka waktu latihan lebih lama sehingga diharapkan dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka hasil latihan dapat optimal. d. -



Tahap-tahap latihan: Warm up selama 5 menit Latihan selama 15-25 menit Cooling down selama 5 menit



e. Pengukuran kesiapsiagaan jasmani Ukuran yang digunakan untuk mengukur kesiapsiagaan jasmani dengan mengukur daya tahan jantung dan paru-paru dengan protokol tes lari 12 menit yang disebut dengan metode cooper. f. Tips menjaga kesiapsiagaan jasmani Makan makanan bergizi secara teratur dengan porsi cukup. Kualitas asupan makanan bergizi ke dalam tubuh dapat diketahui dengan mengukur berat badan ideal dengan rumus Brocca: BB ideal= (TB-100)-10%(TB-100) - Cukup istirahat Waktu normal untuk tidur adalah sepertiga hari atau sekitar 7-8 jam. Biasakan olahraga, konsumsi air putih, dan buang air segera dan jangan ditunda. B. KESIAPSIAGAAN MENTAL 1. Pengertian Merupakan kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikandiri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwanya baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar diri sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan. Gejala umum bagi seseorang yang terganggu kesiapsiagaan mentalnya dapat dilihat dari beberapa segi yaitu perasaan (terganggu, tidak tentram, gelisah), pikiran (penurunan konsentrasi dsb), sikap perilaku (kenakalan, keras kepala, menipu), dan kesehatan jasmani. 2. Sasaran pengembangan Dengan mengembangkan dan/atau memaksimalkan kekuatan mental dengan memperhatikan modal insani. 3. Pengaruh kesiapsiagaan mental Terhadap perasaan (cara pandang orang menghadapi kehidupan), pikiran (sering lupa dan sulit konsentrasi), sikap perilaku, dan kesehatan badan. 4. Kecerdasan Emosional Emosi berasal dari emotus atau emovere yang artinya mencerca “to strip up” yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Dalam KBBI diartikan sebagai: (1) luapan perasaan yang berkembang dan surut di waktu singkat; (2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis. Dari pengertian emosi menurut Crow&Crow; W James dan Carl Lange; Harvey Carr; dan W.B. Cannon, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Warna afektif yaitu perasaan tertentu yang dialami pada saat mengalami situasi tertentu seperti gembira, senang, putus asa, benci dan sebagainya. Apabila seseorang bisa memanage, mengawasi, dan mengatur emosi, maka orang tersebut dapat dikatakan mempunyai kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah gabungan semua emosional dan kemampuan sosial untuk menghadapi sehiruh aspek kehidupan manusia. 5. Kompetensi Kecerdasan emosional a. kesadaran diri sendiri b. pengelolaan diri sendiri c. kesadaran sosial



6. Manajemen Hubungan sosial Bila seseorang mampu mengendalikan emosinya, maka perlu satu langkah lagi yaitu memanage hubungan sosial. 7. Cara meningkatkan kecerdasan emosional Menurut Norman Rosenthal, cara meningkatkan kecerdasan emosional yaitu: a. Rasakan dan pahami perasaan anda b. Jangan menilai atau mengubah perasaan anda terlalu cepat c. Lihat bila anda menemukan hubungan antara perasaan anda saat ini dengan perasaan yang sama di masa lalu d. Hubungkan perasaan anda dengan pikiran anda e. Dengarkan tubuh anda f. Jika anda tidak tahu bagaimana perasaan anda, minta bantuan orang lain g. Masuk ke alam bawah sadar anda h. Tanyakan pada diri anda i. Tulis pikiran dan perasaan anda ketika sedang menurun j. Tahu kapan waktu kembali melihat keluar 8. Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional Menurut Goleman ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Sedangkan menurut Agustian, faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional yaitu faktor psikologis, faktor pelatihan emosi, dan faktor pendidikan. 9. Melatih kecerdasan emosional Prinsip-prinsip untuk melatih kecerdasan emosional a. Kenali emosi yang anda rasakan b. Minta pendapat orang lain c. Mengamati setiap perubahan emosi dan mood anda d. Menulis jurnal atau buku harian e. Berpikir sebelum bertindak f. Gali akar permasalahannya g. Berintrospeksi saat menerima kritik h. Memahami tubuh anda sendiri i. Terus nelatih kebiasaan tersebut



C. PERATURAN BARIS BERBARIS 1) Baris berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan kerja sama antar peserta diklat. 2) Manfaat mempelajari baris berbaris yaitu guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian peserta diklat senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab 3) Rasa persatuan adalah adanya rasa senasib sepenanggungan serta terbangunnya ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas. 4) Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang hakekatnya tidak lain daraipada keikhlasan menyisihkan pilihan hati sendiri. 5) Rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan yang akan dapat merugikan kelompok 6) Aba aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang ketua/pemimpin yang ditunjuk kepada pasukan/kelompok orang untuk dilakukan pada waktunya secara serentak atau berturut – turut dengan tepat dan tertib. Aba aba peringatan adalah inti perintah yang harus jelas untuk dilaksakan tanpa ragu – ragu, contoh: lencang kanan, duduk siap atau istirahat ditempat Aba – aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksakan aba – aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut – turut. Contoh: gerak, jalan, mulai, 7) Ketentuan pemberi aba – aba a) Pemberi aba – aba harus berdiri dengan sikap sempurna menghadap ke pasukan, kecuali aba – aba yang diberikan itu juga berlaku bagi pemberi aba – aba maka pemberi aba – aba tidak perlu menghadap pasukan. b) Aba diucapkan dengan cara lantang i) Gerak adalah aba – aba pelaksanaan untuk gerakan – gerakan yang menggunakan kaki dan gerakan – gerakan yang menggunakan tubuh serta alat lainnya dalam keadaan berjalan maupun berhenti. ii) Mulai adalah aba – aba pelaksanaan untuk gerakan – gerakan pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan berturut – turut iii) Jalan adalah aba – aba pelaksanaan untuk gerakan – gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat iv) Selesai adalah aba – aba akhir kegiatan c) Langkah biasa adalah aba- aba gerak maju dengan tempo dan langkah tertentu. d) Langkah tegap adalah langkah yang dipersiapkan untuk memberikan penghormatan dan diberi hormat terhadap pasukan.



e) Langkah defile adalah langkah tegap yang menggunakan aba- aba “langkah defile jalan” digunakan pada acara tambahan dari suatu upacara yang kegiatannya dilaksanakan oleh pasukan dalam susunan f) Langkah ke samping adalah langkah untuk memindahkan pasukan kekiri/kekanan dan maksimal 4 langkah. g) Langkah ke belakang adalah langkah untuk memindahkan pasukan ke belakang dan maksimal 4 langkah. h) Langkah ke depan adalah memindahkan pasukan sebanyak – banyaknya 4 langkah ke depan dengan langkah tegap dan tempo yang lebih lambat. i) Langkah lari j) Sikap sempurna adalah sikap siap dalam posisi berdiri/duduk dan tidak ada gerakan tubuh lagi. k) Sikap istirahat adalah sikap posisi berdiri atau duduk dengan rileks. l) Periksa kerapihan 8) Ketentuan umum dalam sikap sempurna a) Sikap sempurna diawali dari sikap istirahat, pelaksanaanya i) Sikap berdiri badan tegak ii) Kedua tumit rapat dengan kedua telapak kaki membentuk sudut 45 iii) Lutut lurus dam paha dirapatkan b) Aba – aba dalam sikap sempurna terdiri dari i) Pada posisi berdiri siap=gerak ii) Posisi duduk “ duduk siap=gerak” iii) Perut ditarik dam dada dibusungkan iv) Pundak ditarik sedikit ke belakang dan tidak dinaikkan v) Kedua tangan lurus dan rapat disamping badan vi) Punggung ibu jari menghadap ke depan merapat pada jahitan celana vii) Leher lurus, dagu ditarik sedikiti ke belakang viii) Mulut ditutup, pandangan mata lurus datar ke depan, bernapas sewajarnya. c) Pelaksanaan sikap sempurna duduk di kursi i) Sikap duduk dengan badan tegak, punggung tidak bersandar pada sandaran kursi ii) Kedua tumit dirapatkan telapak kaki membentuk sudut 45o iii) Berat badan bertumpu pada pinggul iv) Lutut dan paha dibuka selebar bahu v) Untuk wanita yang menggunakan rok lutut dan paha dirapatkan vi) Perut ditarik dan dada dibusungkan sewajarnya vii) Kedua tangan menggemgam lurus kedepan diletakkan diatas lutut viii) Leher lurus, dagu ditarik kebelakang sewajarnya ix) Mulut ditutup, pandangan mata lurus mendatar kedepan d) Sikap sempurna duduk bersila i) Sukap dudu bersila dengan badan tegak ii) Kaki kiri berada di bawah kaki kanan iii) Berat badan bertumpu pada pinggul iv) Perut ditarik dan dada dibusungkan sewajarnya



v) Kedua tangan menggenggam lurus ke depan, diletakkan di atas lutut. vi) Leher lurus, dagu ditarik kebelakang sewajarnya vii) Mulut ditutup, pandangan mata lurus mendatar ke depan. viii) Untuk wanita yang menggunakan rok, kedua kaki dilipat dibawah pinggu,l posisi lutut didepan rapat 9) Ketentuan umum sikap istirahat i) Sikap istirahat di awali dengan sikap sempurna ii) Aba – aba dalam sikap istirahat (1) Istirahat biasa “ istirahat ditempat=gerak” (2) Istirahat perhatian “untuk perhatian, istirahat ditempat=gerak” (3) Istirahat parade “ parade, istirahat di tempat = gerak” iii) Khusus gerakan perhatian dan parade pandangan mata ke pemimpin maksimal 450 10) Pelaksanaan sikap istirahat posisi berdiri i) Kaki kiri dipindahkan ke samping kiri, dengan jarak selebar bahu ii) Kedua tangan dibawa ke belakang, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan. iii) Punggung tangan kiri diletakkan dipinggang/ kopelrim iv) Tangan kanan menggenggam v) Pandangan mata lurus ke depan vi) Khusus istirahat parade posisi kedua kepalan tangan diletakkan di atas pinggang/ kopelrim bagian belakang 11) Sikap istirahat duduk di kursi i) Kedua kaki dibuka selebar bahu ii) Peserta wanuta yang menggunakan celana panjang kedua lutut dan tumit tetap dibuka selebar bahu, untuk yang menggunakan rok, tumit dan lutut tetap rapat iii) Badan dikendorkan iv) Lengan dibengkokkan/ ditekuk, jari – jari tangan dibuka, tangan kiri diletakkan di atas paha kiri, tangan kanan diletakkan diatas paha kanan v) Pandangan mata lurus ke depan 12) Sikap istirahat posisi duduk bersila i) Badan dikendorkan ii) Kedua lengan dibengkokkan di depan badan, dan kedua lengan bersandar di atas paha iii) Tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri iv) Kedua kaki tetap bersila rapat v) Kaki kiri dibawah, kaki kanan di atas vi) Tumpuan berat badan bertumpu pada pinggul vii) Pandangan lurus ke depan viii) Peserta wanita yang menggunakan celana panjang mengikuti ketentuan yang berlaku, yang menggunakan rok kedua kaki dilipat dibawah pinggul posisi lutut didepan rapat 13) Ketentuan umum dalam periksa kerapian i) Diawali dari posisi istirahat ii) Khusus dilaksanakan pada pasukan yang dalam posisi berdiri



iii) Aba – aba (1) Periksa kerapian biasa “ periksa kerapian = mulai = selesai (2) Periksa kerapian parade “ parade periksa kerapian = mulai = selesai” 14) Tata cara periksa kerapian biasa dan parade  Saat aba aba “mulai” melaksanakan sikap sempurna  Badan dibungkukkan 900, kaki lurus  Kedua tanagan tergantung lurus ke bawah, kelima jari dibuka  Selanjutnya merapikan bagian bawah secara berurutan  Dimulai dari kaki kiri dan kaki kanan  Dilanjutkan merapihkan saku celana bagian lutut, sebelah kiri dan kanan (bila menggunakan PDL)  Berikutnya menarik ujung baju bagian bawah ke depan  Menarik ujung baju bagian bawah kebelakang  Merapikan lidah/ tutup saku dada bagian kiri dan kanan  Merapikan kerah baju bagian kiri dan kanan  Membetulkan tutup kepala  Tangan kembali ke sikap sempurna  Setelah aba aba “ selesai” kembali ke sikap istirahat 15) Berhitung dalam formasi bersaf  Dari sikap sempurna berdiri  Aba aba “ hitung=mulai”  Pelaksanaan (1) Setelah aba aba “hitung” barisan yang berada di saf paling depan memalingkan kepala secara serentak ke arah kanan 450, kecuali peserta yang bertindak sebagai penjuru kanan pandangan lurus kedepan (2) Aba aba “ mulai” hitungan pertama satu diawali dari penjuru kanan dengan kepala tidak dipalingkan (3) Untuk urutan kedua dan seterusnya kepala dipalingkan ke arah semula pandangan lurus ke depan (4) Untuk peserta paling kiri belakang melaporkan dari tempat “ kurang....atau lengkap” 16) Berhintung dalam formasi berbanjar i) Dari sikap sempurna berdiri ii) Aba – aba “hitung=mulai” iii) Pelaksanaan (1) Peserta paling depan banjar kanan mengawali hitungan pertama berturut turut kebelakang dengan kepala tetap tegak (2) Peserta paling kiri belakang melaporkan dari tempat “ kurang.....atau lengkap” 17) Ketentuan umum lancang kanan/kiri dan setengan lancang kakan/kiri i) Pasukan dalam sikap sempurna ii) Aba – aba (1) Lencang kanan/kiri=gerak (2) Setengah lencang kanan/kiri=gerak



(3) Lencang depan=gerak iii) Dilaksanakan dalam formasi bersaf atau berbanjar 18) Tata cara lencang kanan/kiri i) Dilaksanakan pada saat pasukan dalam formasi bersaf ii) Pada aba aba pelaksanaan saf paling depan mengangkat lurus lengan kanan mengambil jarak satu lengan sampai menyentuh bahu orang yang berada disebelahnya, tangan menggenggam dan kepala dipalingkan ke kanan iii) Penjuru saf tengah dan belakang , melaksanakan lencang depan satu lengan ditambah 2 kepal, setelah lurus menurunkan tangan secara bersama – sama kemudian ikut memalingkan muka kekanan dengan tidak mengankat tangan iv) Masing masing saf meluruskan diri hingga dapat melihat dada orang orang yang ada disebelah kanan v) Penjuru kanan tidak merubah tempat vi) Setelah lurus aba aba “tegak = gerak” vii) Kepala dipalingkan kembali ke depan bersamaan tangan kanan kembali ke sikap sempurna 19) Tata cara setengah lencang kanan i) Secara umum sama dengan lencang kanan ii) Tangan kanan diletakkan ke pinggang dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri disebelahnya 20) Tata cara lencang depan i) Dilaksakan pada saat barisan dalam formasi berbanjar ii) Penjuru tetap sikap sempurna sedangkan banjar kanan nomor 2 dan seterusnya meluruskan tangan kedepan dengan menggenggam ditambah jarak 2 kepal iii) Banjar 2 dan 3 saf terdepan lencang/setngah lencang kanan, setelah lurus menurunkan tangan serentak iv) Pada aba aba “tegak=gerak” banjar kanan kecuali penjuru serentak menurunkan tangan 21) Gerakan perubahan arah i) Hadap kanan ii) Hadap kiri iii) Serong kanan iv) Serong kiri v) Balik kanan 22) Tata cara hadap kanan i) Aba aba “hadap kanan=gerak” ii) Kaki kiri diajukan melintang ke depan kaki kanan dengan lekukan kai kiri berada di ujung kaki kanan, pandangan lurus iii) Tumit kaki kanan dan badan diputar kekanan 900 dengan poros tumit kaki kanan iv) Kaki kiri dirapatkan kembali ke kaki kanan seperti sikap sempurna 23) Tata cara hadap serrong kanan i) Aba aba hadap serong kanan = gerak ii) Pada aba aba pelaksanaan kaki kiri digeser sejajar kaki kanan, berjarak ± 20cm atau selebar bahu, posisi badan dan pandangan mata tetap lurus ke depan



iii) Kaki kanan dan badan diputar ke kanan 450 dengan poros tumit kaki kanan iv) Tumit kaki kiri dirapatkan ke tumit kaki kanan dengan tidak diangkat 24) Tata cara balik kanan i) Aba aba “balik kanan=gerak” ii) Kaki kiri diajukan melintang di depan kaki kanan, lekukan kaki kiri diujung kaki kanan membentuk hurup T dengan jarak satu kepalan tangan, tumpuan berat badan ada dikaki kiri, badan dan pandangan mata lurus ke depan iii) Kaki kanan dan badan diputar ke kanan 1800 dengan poros tumit kaki kanan. iv) Tumit kaki kiri dirapatkan ke tumit kaki kanan, sikap sempurna 25) Membuka/ menutup barisan (1) Diawali dari sikap sempurna dengan formasi berbanjar (2) Aba aba adalah “buka barisan=jalan” (3) Banjar kanan dan kiri melangkah satu langkah ke samping kiri dan kanan, banjar tengah tetap ditengah (4) Untuk tutup barisan banjar kanan dan kiri satu langkah ke kanan dan kekiri. 26) Jalan ditempat i) Aba aba “jalan ditempat=gerak” ii) Kaki kiri dan kanan diangkat secara bergantian dimulai dengan kaki kiri iii) Posisi lutut dan badan membentuk sudut 900 horizontal iv) Ujung kaki menuju ke bawah v) Tempo sama dengan langkah biasa vi) Badan tegak pandangan lurus ke depan vii) Lengan lurus dirapatkan pada badan dengan tidak dilengangkan 27) Aba aba “henti=gerak” i) Aba aba diberikan pada saat kaki kanan/kiri jatuh ditanah lalu ditambah satu langkah ii) Kaki kiri/kanan dirapatkan pada kaki kiri/kanan menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap sempurna. 28) Panjang, tempo, dan macam langkah i) Langkah biasa 65cm/103 tiap menit ii) Langkah tegap/defile 65cm/103 tiap menit iii) Langkah perlahan 40cm/30 tiap menit iv) Langkah ke samping 40cm/70 tiap menit v) Langkah kebelakang 40cm/70 tiap menit vi) Langkah ke depan 60cm/70 tiap menit vii) Langkah waktu lari 80cm/165 tiap menit 29) Gerakan maju jalan i) Diawali dari sikap sempurna ii) Aba aba “maju=jalan” iii) Kaki kiri dilangkahkan ke depan dengan lutut lurus, telapak kaki diangkat sejajar dengan tanah setimggi ±20cm iv) Tangan kanan dilengangkan lurus ke depan membentuk sudut 90o sejajr bahu jari tangan menggenggam.



v) Tangan kiri dilenggangkan ke belakang dengan sudut 300, jari tangan menggenggam. vi) Kaki kiri dihentakkan, selanjutnya kaki kanan dilangkahkan ke depan setelah kaki kiri tepat pada posisinya, untuk ayunan tangan setelah langkah pertama depan 45 belakang 30 30) Langkah biasa i) Diawali sikap sempurna, aba aba maju=jalan ii) Hanya Langkah pertama kaki dihentakkan, kaki lurus, telapak kaki diangkat ±20cm, Tangan kanan dilengangkan lurus ke depan membentuk sudut 90o sejajr bahu jari tangan menggenggam.Tangan kiri dilenggangkan ke belakang dengan sudut 300, jari tangan menggenggam. iii) Langkah selanjutnya sama, untuk ayunan tangan setelah langkah pertama depan 45 belakang 30 31) Langkah tegap i) Dari sikap sempurna aba aba “maju=jalan” ii) Langkah pertama kaki dihentakkan, dengan lutut lurus, telapak kaki diangkat sejajar dengan tanah setimggi ±20cm. Tangan kanan dilengangkan lurus ke depan membentuk sudut 90o sejajr bahu jari tangan menggenggam.Tangan kiri dilenggangkan ke belakang dengan sudut 300, jari tangan menggenggam. iii) Langkah selanjutnya sama dan dilakukan secara bergantian, 32) Langkah ke samping i) Dari sikap sempurna ii) Aba aba “...langkah ke kiri/kanan=jalan” iii) Kaki kanan/kiri dilangkahkan ke samping kanan/kiri. Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kanan/kiri, sikap sempurna. 33) Langkah ke belakang i) Dari sikap sempurna ii) Aba aba “....langkah ke belakang=jalan” iii) Kaki kiri melangkah ke belakang sejau 40cm dan sesuai dengan tempo yang telah ditetapkan iv) Melangkah sesuai jumlah yang diperintahkan v) Lengan tidak boleh dilenggangkan, sikap sempurna 34) Langkah ke depan i) Dari sikap sempurna ii) Aba aba “...langkah ke depan= jalan” iii) Kaki kiri melangkah ke depan bergantian dengan kaki kanan sesuai dengan jumlah yang diperintahkan iv) Lengan tidak boleh dilenggangkan, sikap badan sempurna 35) Langkah berlari dari sikap sempurna i) Aba aba “lari maju=jalan” ii) Pada aba aba peringatan Kedua tangan dikepalkan dengan lemas dan diletakkan ke pinggang sebelah depan. iii) Kedua siku sedikit kebelakang, badan agak dicondongkan ke depan iv) Pada aba aba pelaksanaan, kaki kiri dihentakkan dan selanjutnya lari



36) Langkang berlari dari langkah biasa i) Aba aba” lari jalan” ii) Pada aba aba peringatan sama seperti berlari dari sikap sempurna iii) Aba aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ketanah kemudian ditambah satu langkah dan lari 37) Langkah berlari ke langkah biasa i) Aba aba “langkah biasa=jalan” ii) Aba aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ketanah ditambah tiga langkah iii) Kaki kiri dihentakkan, bersamaan dengan itu kedua lengan dilenggangkan iv) Berjalan dengan langkah biasa 38) Langkah berlari ke berhenti i) Aba aba “henti=gerak” ii) Aba aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ditanah ditambah tiga langkah iii) Selanjutnya kaki dirapatkan kemudian kedua kepalan tangan diturunkan, sikap sempurna 39) Langkah merdeka dari langkah biasa i) Aba aba “langkah merdeka=jalan” ii) Peserta berjalan bebas tanpa terikat ketentuan baik panjang, macam, dan tempo langkah iii) Atas pertimbangan ketua kelas segera dapat diijinkan berbuat sesuatu dan dalam keadaan lain terlarang (berbicara, buka topi, dan menghapus keringat) iv) Langkah merdeka biasanya dilakukan untuk menmpuh perjalanan jauh/ lapangan yang tidak rata. Peserta tetap dilarang meninggalkan barisan v) Kembali kelangkah biasa. Untuk melaksanakan gerakan ini diberi petunjuk “samakan langkah” vi) Setelah langkah barisan sama, ketua kelas dapat memberikan aba aba peringatan dan pelaksanaan “langkah biasa=jalan” 40) Ganti langkah dari langkah biasa atau langkah tegap i) Aba aba “ganti langkah=jalan” ii) Aba aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ke tanah kemudian ditambah satu langkah iii) Sesudah itu ujung kaki kanan/kiri yang sedang dibelakang dirapatkan pada tumit kaki sebelahnya bersamaan dengan itu lenggang tangan dihentikan tanpa dirapatkan pada badan. iv) Selanjutnya disesuaikan dengan langkah baru yang disamakan langkah pertama tetap sepanjang satu langkah 41) Berhimpun dari istirahat bebas i) Aba aba “berhimpun=mulai=selesai ii) Pada waktu aba aba peringatan seluruh peserta mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh pada pemberi aba aba iii) Pada aba aba pelaksanaan seluruh peserta mengambil sikap untuk lari, selanjutnya lari menuju depan ketua kelas dengan jarak 3 langkah



iv) Pada waktu seluruh peserta sampai ditempat, mengambil sikap istirahat v) Setelah aba aba selesai, sikap sempurna, balik kanan selanjutnya menuju tempat masing masing 42) Berkumpul i) Formasi bersaf (1) Dari istirahat bebas, aba aba ‘bersaf kumpul=mulai=selesai” (2) Pemimpin memanggil satu ohrang sebagai penjuru “peserta...sebagai penjuru” (3) Penjuru menghadap penuh kearah pemimpin, mengambil sikap sempurna dan mengulangi kata kata pemanggil “siap peserta....sebagai penjuru”. (4) Mengambil sikap berlari menuju pemanggil dan berhenti ± 6 langkah didepannya dan menghadap penuh. (5) Pemimpin memberi aba aba “peleton 1=bersaf kumpul”. Peserta mengambil sikap sempurna dan menghap penuh (6) Setelah aba aba “mulai” peserta mengambil sikap berlari menuju kepenjuru (7) Peserta menempatkan diri dibelakang dan samping kiri penjuru, membentuk formasi bersaf (8) Penjuru mengucapkan “luruskan” (9) Setelah aba aba selesai pasukan mengambil sikap istirahat ii) Berkumpul formasi berbanjar (1) Dari ishtirahat bebar, aba aba “berbanjar kumpul=mulai (2) Tata caranya sama dengan bersaf kumpul, bedanya pasukan membentuk barisan berbanjar 43) Gerakan perubahan arah i) Dari langkah biasa (1) Aba aba “henti=gerak” (2) Aba aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah satu langkah (3) Selanjutnya berhenti dan sikap sempurna ii) Posisi sedang jalan ditempat (1) Aba aba “henti=gerak” (2) Aba aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ditanah ditambah satu gerakan kemudian kaki kiri/kanan dirapatkan selanjutnya mengambil sikap sempurna iii) Hadap kanan/kiri berhenti (1) Dari berjalan, aba aba “hadap kanan/kiri henti=gerak” (2) Untuk hadap kanan henti, Apabila aba aba pelaksanaan jatuh pada kaki kiri ditambah satu langkah, apabila jatuh pada kaki kanan ditambah dua langkah (3) Untuk hadap kiri henti, apabila aba aba jatuh pada kaki kiri ditambah dua langkah, apabila jatuh pada kaki kanan tambah satu langkah (4) Gerakan selanjutnya sama seperti hadap kanan/kiri dan sikap sempurna iv) Hadap serong kanan/kiri berhenti (1) Dari berjalan, aba aba “hadap serong kanan/kiri henti=gerak” (2) Tata cara sama seperti hadap kanan/kiri henti. v) Balik kanan henti



(1) Dari berjalan, aba aba “balik kanan henti=gerak” (2) Untuk balik kanan aba aba pelaksanaan jatih pada kaki kiri ditambah satu langkah, jatuh pada kaki kanan ditambah dua langkah (3) Gerakan selanjutnya seperti balik kanan dan sikap sempurna 44) Belok kanan/kiri i) Dari sikap sempurna, aba aba “belok kanan/kiri maju=jalan ii) Penjuru dapat merubah arah 900 kekanan/kekiri dan mulai berjalan kearah tertentu iii) Peserta lainnya belok setibanya ditempat penjuru belok 45) Tiap tiap banjar dua kali belok kanan/kiri i) Dari sikap sempurna, aba aba “tiap tiap banjar dua kali belok kanan/kiri maju=jalan” ii) Penjuru tiap banjar melangkah satu langkah kedepan kemudian dua kali belok kanan arah 1800 iii) Peserta lainnya belok ditempat penjuru belok 46) Dua kali belok kanan/kiri i) Dari berjalan aba aba “dua kali belok kanan/kiri=jalan” ii) Untuk dua kali belok kanan aba aba jatuh pada saat kaki kiri penjuru jatuh ditanah ditambah satu langkah, untuk dua kali belok kiri jatuh pada kaki kanan ditambah satu langkah iii) Penjuru depan merubah arah 900 kekanan/kiri iv) Pada hitungan keempat kaki kiri tidak dirapatkan, langsung dilangkahkan seperti gerakan maju jalan setelah dua langkah berjalan kemudian melakukan gerakan belok kanan/kiri jalan lagi v) Peserta lain belok setibanya dipenjuru 47) Perubahan arah pada waktu berlari i) Hadap kanan/ kiri lari (1) Dari berlari, aba aba “ hadap kanan/kiri maju=jalan” (2) Untuk hadap kanan , apabila aba aba jatu pada kaki kiri ditambah 3 langkah, Apabila aba aba jatuh pada kaki kanan ditambah 4 langkah (3) Untuk hadap kiri, apabila aba aba jatuh pada kaki kiri ditambah empat langkah, apabila jatuh pada kaki kanan ditambah 3 langkah (4) Kaki tidak dirapatkan langsung dilangkahkan dan berlari ii) Hadap serong kanan /kiri lari, tata caranya sama dengan hadap kanan/kiri lari iii) Balik kanan lari (1) Dari berlari, aba aba “balik kanan maju=jalan” (2) Apabila aba aba jatuh pada kaki kiri ditambahkan tiga langkah, apabila aba aba jatuh pada kaki kanan ditambahkan empat langkah (3) Membuat gerakan balk kanan. (4) Peserta yang paling belakang menjadi penjuru depan dan penjuru depan menjadi belakang iv) Dua kali belok kanan/kiri lari (1) Dari berlari, aba aba “ dua kali belok kanan/kiri maju=jalan (2) Untuk dua kali belok kanan, apabila aba aba jatuh pada kaki kiri ditambah empat langkah, apabila jatuh pada kaki kanan ditambah tiga langkah.



(3) Untuk dua kali belok kiri, apabla aba aba jatuh pada kaki kiri ditambah tiga langkah, apabila aba aba jatuh pada kaki kanan ditambah empat langkah (4) Penjuru depan merubah arah 1800 ke kanan/kiri (5) Selanjutnya dua kali belok kanan/kiri dan berlari (6) Peserta lain mengikuti dua kali belok kanan/kiri setibanya dipenjuru v) Tiap tiap banjar dua kali belok kanan/kiri lari (1) Dari berlari, aba aba “ tiap tiap banjar dua kali belok kanan/kiri=jalan (2) Tata cara sama seperti dua kali belok kanan/kiri lari 48) Gerakan haluan kanan/kiri hanya dilakukan dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa merubah bentuk i) Dari berhenti ke berhenti (1) Aba aba “haluan kanan/kiri=jalan” (2) Pada aba aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan ditempat denga memutarkan arah secara perlahan hingga 900 (3) Bersamaan dengan itu masing masing saf mengikuti mulai maju jalan dengan rapi tanpa melenggang, meluruskan saf kemudian jalan ditempat (4) Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak lurus (5) Kemudian pemimpin memberikan aba aba “henti gerak”, pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah satu langkah, kemudian seluruh pasukan berhenti dan sikap sempurna ii) Dari berhenti ke berjalan (1) Aba aba “haluan kanan/kiri maju=jalan” (2) Pada aba aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan ditempat denga memutarkan arah secara perlahan hingga 900 (3) Bersamaan dengan itu masing masing saf mengikuti mulai maju jalan dengan rapi tanpa melenggang, meluruskan saf kemudian jalan ditempat (4) Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak lurus (5) Kemudian pemimpin memberikan aba aba “maju jalan”, pasukan maju jalan dengan gerakan biasa iii) Dari berjalan ke berhenti (1) Aba aba “haluan kanan/kiri=jalan” (2) Tata cara sama dengan haluan kanan/kiri dari berhenti ke berhenti iv) Dari berjalan ke berjalan (1) Tata cara sama dengan haluan kanan/kiri darri berhenti ke berjalan 49) Gerakan melintang kanan/ kiri hanya dilakukan dalam bentuk berbanjar guna merubah bentuk pasukan menjadi bersaf i) Dari berhenti ke berhenti (1) Aba aba “melintag kanan/kiri jalan (2) Melintang kanan, pada aba pelaksanaan hadap kanan kemudian melaksanakan haluan kiri (3) Melintang kiri, pada aba aba pelaksanaan hadap kiri kemudian haluan kanan (4) Pasukan melaksanakan haluan kanan/kiri yaitu penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan hingga 900



(5) Bersamaan dengan itu masing masing saf mengikuti mulai maju jalan dengan rapi tanpa melenggang, meluruskan saf kemudian jalan ditempat (6) Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak lurus (7) Kemudian pemimpin memberikan aba aba “henti gerak”, pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah satu langkah, kemudian seluruh pasukan berhenti dan sikap sempurna



D. Keprotokolan Tinjauan Mata Diklat Membekali peserta diklat prajabatan dengan kemampuan memahami konsep keprotokolan dan melaksanakan keprotokolan tersebut melalui pembelajaran tentang peraturan dan praktek pengaturan tata tempat, upacara sipil, kegiatan apel, dan tempat sesuai kaidah peraturan keprotokolan yang berlaku. Di penghujung pembelajaran peserta menghasilkan produk pembelajaran yang menunjukan hasil internalisasinya sebagai bekal dalam mengaktualisasikan makna pelaksana aturan dan praktek keprotokolan di tempat kerjanya. Tujuan Mata Diklat Peserta diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang konsep keprotokolan dan kemampuan melaksanakan pengaturan keprotokolan melalui pembelajaran tentang konsep keprotokolan yang meliputi kepengertian dan praktek pengaturan tata tempat, tata upacara sipil, kegiatan apel dan tata tempat sesuai kaidah peraturan keprotokolan yang berlaku. Konsep Keprotokolan Keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau kebiasan kebiasaan mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah disepakati dapat dicapai. Esensi dalam tatanan tersebut antara lain mencakup : a. Tata cara, yang menentukan tindakan yang harus dilakukan dalam suatu acara tertentu b. Tata krama, yang menentukan pilihan kata-kata, ucapan dan perbuatan yang sesuai dengan tinggi rendahnya jabatan seseorang c. Rumus-rumus dan aturan tradisi yang telah ditentukan universal didalam bangsa itu sendiri Pengaturan tata upacara merupakan salah satu bagian utama dari pengertian dan pemahaman tentang keprotokolan selain tata tempat dan tata penghormatan. Konsep keprotokolan dalam modul ini adalah hal yang lebih difokuskan kepada kemampuan dalam pengaturan berbagai bentuk upacara. Adapun bentuk upacara yaitu; a. Upacara bendera yakni upacara pengibaran Bendera Kebangsaan yang diselenggarakan dalam rangka peringatan hari hari besar nasional b. Upacara bendera pada acara kenegaraan yakni upacara bendera dalam acara kenegaraan dalam rangka peringatan hari kemerdekaan RI c. Upacara bendera pada acara resmi yaitu upacara bendera yang bukan dilaksanakan oleh negara, melainkan instansi pemerintah d. Upacara bukan upacara bendera yaitu upacara yang tidak berfokus pada pengibaran bendera kebangsaan, namun bendera telah diikatkan pada tiang bendera.



Tata Tempat Berdasarkan PP No 62 tahun 1990 tata tempat adalah aturan mengenai urutan tempat bagi pejabat negara, pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan atau acara resmi. Pada hakekatnya mengandung unsur siapa yang mendapat hak prioritas dalam urutan tata tempat. Tata Upacara Upacara adalah serangkaian kegiatan yang diikuti oleh sejumlah pegawai sebagai peserta upacara, disusun dalam barisan di lapangan atau ruangan dengan bentuk segaris atau U, dipimpin oleh seorang inspektur upacara dan setiap kegiatan, peserta upacara melakukan ketentuan-ketentuan yang baku melalui perintah pemimpin upacara dimana seluruh kegiatan tersebut direncanakan oleh penganggung jawab upacara dalam rangka mencapai tujuan upacara. Manfaat Tata Upacara Sipil ini adalah pembinaan disiplin dan dilakukan secara terus menerus. Upacara dilakukan secara tertiba dan teratur menurut urutan urutan upacara. Tata upacara adalah aturan melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan dan acara resmi. Pelaksanaan Kegiatan Apel Apel adalah suatu kegiatan berkumpul untuk mengetahui kehadiran dan kondisi personil dari suatu instansi perkantoran atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan secara rutin. Apel dilakukan dilapangan dengan tertib khidmat serta sungguh sungguh. Manfaat apel adalah dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi serta kesiapan personel yang dipimpinnya, menyampaikan perhatian, instruksi-instruksi dan pengumuman serta menjalin rasa kebersamaan dan kesetiakawanan. Tata Penghormatan Tata penghormatan meluputi tata cara pemberian penghormatan dan penyediaan kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk tercapainya kelancaran upacara. Dalam acara resmi, pejabat negara, pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat tertentu mendapat penghormatan berupa; a. Pemberian tata tempat b. Penghormatan bendera negara c. Penghormatan lagu kebangsaan d. Penghormatan jenazah bila meninggal dunia e. Pemberian bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan Etika Keprotokolan a. Etika Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah a. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat Dengan demikian, etika dapat juga disimpulkan sebagai suatu sikap dan perilaku yang menunjukan kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk menaati



ketentian dan norma kehidupan melalui tutur sikap dan perilaku yang baik serta bermanfaat yang berlaku dalam suatu golongan, kelompok dan masyarakat serta pada institusi formal maupun informal.



RANGKUMAN MODUL KESIAGAAN BELA NEGARA HAL 73-112



b. Moral Moral berasal dari bahasa Latin mores yang mempunyai arti kebiasaan, adat sehingga moral dapat didefinisikan sebagai nilai – nilai dan norma – norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan niai yang berkenaan dengan baik dan buruk. c. Etiket Etiket adalah bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia dengan cara yan baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan menimblkan komunikasi, hubungan baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain. 2. Etika Keprotokolan Protokol berasal dari bahasa Yunani “protokollum’ yang mengandung kata “protos” (pertama) dan “kollum” (diletakkan) atau bisa juga disebut perekat yang pertama. Protokol menyangkut kaidah/norma/aturan yang berlaku, dalam menghadapi acara resmi atau kenegaraan baik untuk kegiatan – kegiatan di dalam negeri maupun antar Negara secara resmi. Prinsip dasar yng melandasi etika dalam pelayanan keprotokolan adalah untuk membuat setiap orang nyaman, senang, dan merasa penting tanpa melihat latar belakang status,jabatan, suku bangsa, agama dsb 3. Bentuk Etiket Secara Umum a. Etiket Kerapihan Diri dan Cara Berpakaian Dalam pelaksanaan tugas kedinasan, hal yang paling utama dan pertama menjadi patokan dan ukuran adalah penampilan diri. Ada 4 hal yang perlu diperhatikan bagi seorang ASN yang professional : 1. 2. 3. 4.



Berpenampilan rapi dan menarik Postur tubuh yang tepat Kepercayaan diri yang positif Keterampilan komunikasi yang baik



b. Etiket Berdiri Bagi pria, berdiri dengan tegak, kaki dibuka selebar bahu, sedangkan bagi wanita berdiri dengan posisi badan tegak serta kedua tumit kaki dirapatkan. Kedua tangan sebaikya tetap bergantung dengan santai di samping badan. c. Etiket Duduk Posisi dan cara duduk juga dapat mencerminkan kepribadian dan etiket kita.



d. Etiket Berjalan Dilakukan dengan langkah yang wajar, posisi badan tegak dengan dada sedikit dibusungkan seta menahan perut agar terlihat kesan berwibawa. Tidak diperkenankan memasukkan tngan ke dalam saku ccelana maupun baju serta melakukan sikap lain yang kurang pantas. e. Etiket Berkenalan dan Bersalaman Saat berjabat tangan dilakukan dengan penuh kehangatan dan dengan genggaman yang erat dan bersemangat. Genggaman yang tepat akan memberikan efek psikologis positif pada lawan bicara dan tentunya akan memberi kesan positif pada diri kita. f. Etiket Berbicara Dengan menjaga sikap dan cara yang baik dan benar akan menimbulkan kehangatan serta komunikasi yang baik dengan lawan bicara sehingga dapat memudahkan dalam melakukan pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari – hari. g. Etiket dalam Jamuan Pengetahuan tentang table manners bagi setiap petugas protocol adalah mutlak dan wajib dimiliki karena keterlibatan dalam pelaksanaan tugas pada acara jamuan resmi yang dilaksanakan di instansi masing – masing maupun di tempat lainnya tidak dapat dihindari. E. KEWASPADAAN DINI Kemampuan kewaspadaan dini adalah kemampuan ynag dikembangkan untuk mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer secara optimal sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman. PENGERTIAN INTELLIJEN 1. Pengetahuan, yaitu informasi yang sudah diolah sebagai bahan perumusan kebijakan dan pengamiblan keputusan 2. Orgnisasi, yaitu suatu badan yang digunakan sebagai waah yang diberi tugas dn kewenangan untuk menyelenggarakan fungsi dan aktivitas intellijen 3. Aktivitas, yaitu semua usaha, pekerjaan, kegiatan an tindakan penyelenggaraan fungsi penyelidikan, penngamanan, dan penggalangan. TIGA FUNGSI INTELLIJEN 1. Penyelidikan Serangkaian upaya, pekerjaan, eiatan dan tindakan yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi intellijen serta menyajikan sebagai bahan masukan uuntuk perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan 2. Pengamanan Mencegah dan/atau melawan upaya, pekerjaan, kegiatan intellijen dan/atau pihak lawan yang merugikan kepentingan dan keamanan nasional.



3. Penggalangan Mempengaruhi sasaran agar menguntungkan kepentingan dan keamanan nasional. KEWASPADAAN DINI DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH Untuk mewujudkna ketenteraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang dilakukan dengan upaya kewaspadaan din oleh masyaraka dibentuklah Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM). FKDM adalah wadah bagi elemen masyarakat yang dibentuk dalam rangka menjaga dan memelihara kewaspadaan dini masyarakat, termasuk wakil – wakil Ormas. Ormas adalah organisasi kemasyarakatan non pemerintah yang bervisi kebangsaan yang dibentuk oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela, berbadan hokum dan telah terdaftar serta bukan organisasi sayap politik. Pembentukan FKDM dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah. FKDM memiiki hubungan yang bersifat konsultatif. Dalam rangka pembinaan FKDM dibentuk Dewan Penasehat FKDM ynag memilki fungsi : 1. Membantu kepala daerah merumuskan kebijakan dalam memelihara kewaspadaan dini masyarakat 2. Memfasilitasi hubungan kerja antara FKDM dengan pemerintah daerah dalam memelihara kewaspadaan dini masyarakat. FKDM ada beberapa jenis : 1. 2. 3. 4.



FKDM Provinsi FKDM kabupaten/kota FKDM kecamatan FKDM desa/kelurahan



KEWASPADAAN DINI DALAM PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA Dalam penyelenggaraan perthanan negara, kemampuan kewaspadaan dni dikembangkan untuk mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan nirmiliter secara optimal sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman. Di sisi lain kewaspadaan dini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai dampak ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa mnejadi ancaman bagi kedaulatan, keutuhan NKRI dan keselamatan bangsa. Pembanguanan kelembagaan pertahanan militer maupun nonmiliter diselenggarakan guna mewujudkan kekuatan yang terintegrasi dalam ppengelolaan pertahanan negara melalui penguatan dan penataan lang serta restrukturisasi kelembagaan. DETEKSI DINI DAN PERINGATAN DINI DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH Dalam rangka mengantisipasi ancaman terhadap integritas nasional dan tegaknya kedaulaan NKRI, perlu dilaksanakan deteksi dini dan peringatan dini di daerah yang perlu didukung dengan koordinasi yang baik antar aparat unsur itellijen secara professional yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006 tentang Komunitas Intellijen Daerah. Komunitas Intellijen Derah atau



kominda adalah forum komunikasi dan koordinasi unsur intellijen dan unsur pimpinan daerah di provinsi dan kabupaten/kota. DETEKSI DINI DAN PERINGATAN DINI DALAM SISTEM KEAMANAN NASIONAL Keamanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa dan NKRI ynag menjamin keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan warga negara, masyarakat dan bangsa, terlindunginya kedaulatan dan keutuhan wilayah negara, serta keberlangsungan pembangunan nasional dari segala ancaman. Ancaman memiliki haikat yang majemuk, berbentuk fisik atau nonfisik, konvensional atau nonkonvensional, global atau local, segera atau mendatang, potensial atau aktual, militer atau nonmiliter, langsung atau tidak langsung, daari luar negeri atau dalam negeri, serta degan kekerasan senjata atau tanpa kekerasan senjata. DETEKSI DINI DAN PERINGATAN DINI Upaya melakukan penilaian terhadap ancaman dapat terwujud denga baik apabila intellijen negara sebagai bagian dari system keamanan nasional yang merupakan lini pertama mampu melakukan deteksi dini dan peringatan din terhadap berbagai bentuk dan sifat ancaman, baik yang potensial maupun aktual. Ruang lingkup intellijen negara meliputi : 1. 2. 3. 4. 5.



Intellijen dalam negeri dan luar negeri Intellijen pertahanan dan/atau militer Intellijen kepolisian Intellijen penegak hokum Intellijen kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.



IMPLEMENTASI DAN APLIKASI KEWASPADAAN DINI BAGI CPNS Sebagai abdi negara dan masyarakat, CPNS memiliki kewajiban untuk mengantisipasi ancaman terhadap integritas nasional dan tegaknya kedaulatan NKRI. Hal ini dapat diimplementasikan dengan “kesaadaran lapor cepat” terhadap setiap potensi ancaman baik di lingkungan pekerjaan maupun pemukiman, mendorong terbentuknya FKDM di lingkungan masing – masing atau berkontribusi pada Kominda. F. KESEHATAN JASMANI DAN MENTAL Kesehatan jasmani adalah kemampuan untuk menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, di mana orang dengan kesehatan jasmani yang kurang tidak mampu untuk melakukannya. Sebagai ASN, selain jasmani yang sehat juga dibutuhkan jasani yang bugar. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen – komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan dan komponen yang berhubungan dengan keterampilan. Komponen kebugaran jasmani yang berhbungan dengan kesehatan dan dapat diukur adalah : 1. 2. 3. 4. 5.



Komposisi tubuh Kelenturan / fleksibilitas tubuh Kekuatan otot Daya tahan jantung paru Daya tahan otot



POLA HIDUP SEHAT → Segala upaya guna menerapkan kebiasaan baik dalam



Pola hidup sehat



menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan Wujud pola hidup sehat



→ - Perilaku - Makanan - Gaya hidup



Kebiasaan baik dalam pola hidup sehat 1.



Makan sehat



→ Gizi seimbang



→ Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) -



Makan karbohidrat ½ dr kebutuhan energi



-



Batasi konsumsi lemak & minyak ¼ dr kebutuhan energi



2.



Berpikir sehat



→ Berpikir positif, berpikir kedepan, optimis, bersyukur



-



Minum air 2L/ 8 gelas per hari



-



Kebutuhan akan vitamin & mineral



→ Penunjang kesehatan mental - Istirahat sehat : tidur 6-8 jam sehari - Aktivitas sehat : aktivitas fisik, tidak minum alkohol, tidak konsumsi narkoba - Lingkungan sehat : hindari polusi, tidak merokok



Manfaat berperilaku pola hidup sehat 1.



Menghindarkan diri dari penyakit



2.



Menjaga fungsi tubuh berjalan optimal



3.



Meningkatkan mood & ketenangan hati



4.



Memiliki penampilan sehat/percaya diri



5.



Dapat berpikir positif dan sehat



6.



Menjaga daya tahan tubuh



Ciri jasmani sehat 1.



Normalnya fungsi alat-alat tubuh, terutama organ vital



2.



Punya energi cukup untuk melakukan tugas harian



3.



Kulit, rambut, dan kuku sehat (tingkat nutrisi tubuh)



4.



Memiliki pemikiran yang tajam



Beberapa gangguan kesehatan jasmani orang kantoran 1.



Psikosomatis (gangguan yang dipengaruhi faktor psikologis)



2.



Nyeri punggung, mata lelah, gangguan tidur



3.



Persendian, nyeri leher, pusing, nyeri kepala, penyakit kulit, gangguan ginjal



Mental



→ Interaksi antara pikiran dan emosi manusia



Kesehatan mental



→ Sistem kendali diri yang bagus (berpikir sehat)



Cara menjaga kesehatan mental



→ - Memelihara kesehatan otak - Memperhatikaan kesehatan jasmani (makan, olahraga dan relaksasi - Menejemen stress



Sistem berpikir Hubungan kesehatan jasmani, mental, sosial, dan spiritual 1.



Sistem 1



2.



Sistem 2



Kesehatan Berpikir Berpikir



→ Limbik (komponen → otak tua) / paleocortex mendiominasi kerja otak → Cortex prefrontal → (komponen otak baru)/ neocortex yang mendominasi kerja otak



Membantu merespon sebuah kejadian yang membutuhkan keputusan cepat Buta pikiran→tidak bisa berpikir dg waras



Bekerja lambat, penuh usaha, analitis, rasional Pengambilan keputusan menjadi sangat rumit namun tepat (akurasi dan validitas data adl komponen penting) - Analisis tajam→kesimpulan tepat Bekerja dengan Sistem 2 lebih baik daripada Sistem 1



→ Kemampuan seseorang menggunakan logika dan timbangan rasional dalam memahami dan mengatasi berbagai hal dlm kehidupan



Kesehatan berpikir



→ Memahami kesalahan berpikir - Berpikir ‘ya’ atau ‘tidak’ sama sekali - Generalisasi berlebihan - Magnifikasi-minimisasi - Alasan emosional - Memberi label - Membaca pikiran



Contoh sesat berpikir: Egosentric righteousness



→ Merasa paling tahu dan benar, menutup telinga dari pendapat orang lain, arogans sektoral



Egocentric memory



→ Kehilangan kontrol pikiran→sesuatu yang salah jadi benar



Egocentric blindness



→ Tidak mempercayai fakta yang akurat dan dpt dipertanggungjawabkan



Overgeneralization



→ Membuat generalisasi (pukul rata) terlalu cepat atas setiap kejadian yang kurang menyenangkan thdp semua kejadian



Egocentric oversimplification



→ Mengabaikan hal-hal rumit→mau enaknya aja



Dinamika berpikir sehat



→ Hubungan saling mempengaruhi antara bagian cortex prefrontalis (bagian dpn otak) dan sistem limbic (bagian dalam otak)



Kendali Diri (self control) Kendali diri



→ Kemampuan manusia untuk selalu dapat berpikir sehat dalam kondisi apapun. Berkaitan dengan integritas dan karakter.



Wujud kendali diri



→ Kesehatan mental Kesehatan spiritual



Contoh kendali diri



→ Seseorang mengendarai mobil, untuk bisa mengendarai mobil dengan baik seseorang harus sering mengendarai mobil. Harus belajar menghadapi kesulitan di jalanan untuk menjadi pengendara yang baik.



Menejemen stress Stress



→ Ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi



Stress yang bersifat positif (eustress)



→ Contoh : Kenaikan jabatan yang membuat seseorang



Stress yang bersifat negatif (distress)



→ Contoh : Kematian seseorang yang dicintai



beradaptasi



Fase stress (Hans Seyle) : 1. Fase 1 (Alarm reaction)



2. Fase 2 (Stage of resistance)



3. Fase 3 (Stage of exhaustion)















-



Ada sesuatu yang bersifat stresor



-



Denyut jantung bertambah



-



Suhu tubuh meningkat



-



Keringat banyak



-



Nafas makin cepat



-



Tidak tenang dan tidak fokus



-



Tubuh kebal thdp stresor karena berulang



-



Tubuh beradaptasi dg stresor



-



Tanda alarm berkurang



-



Tubuh mengalami kelelahan akibat stresor



-



Tanda alarm muncul lagi dan bisa berakibat fatal bagi tubuh



Mengidentifikasi stres : Activating event



→ Kenali stresor



Beliefs



→ Kepercayaan/pikiran/persepsi tentang stresor



Consequence



→ Akibat yang timbul



Penyebab stres : 1. Kehidupan keluarga 2. Kejadian sehari-hari yang penuh tekanan 3. Cara berpikir 4. Ketidakmampuan melakukan koping



5. 6.



Kepribadian yang khas Dukungan sosial



Cara mengelola stres Gladeana



Elkin & Adamson











-



Anticipation : menyiapkan respon positif thdp stressor



-



Identification : mengenal sumber stresor



-



Developing : membiasakan mengelola stres







Mengelola sumber stres







Mengubah cara berpikir







Mengelola respon stres tubuh



Emosi Positif Kesehatan spiritual : 1. Makna hidup



→ Penghayatan yang bersifat unik, bermanfaat, menginspirasi sesuatu yang bernilai bagi kehidupan manusia Kata kunci : inspiring, legacy



2. Emosi positif



→ Kemampuan mengelola pikiran & perasaan sehingga seseorang memiliki nilai kehidupan yang mendasari kemampuan bersikap tepat Kata kunci : syukur, sabar, ikhlas



3. Pengalaman spiritual



→ Pengalaman unik terkait hubungan dengan Tuhan Kata kunci : estetika, takjub, penyatuan



4. Ritual



→ Tindakan terstruktur melibatkan aspek motorik, kognisi dan afeksi yang menutur pada suatu tata cara. Kata kunci : kebutuhan, rasa kehilangan sesuatu (jika tidak dilaksanakan)



Komponen emosi positif : 1. Senang terhadap kebahagian orang lain 2. Menikmati bahwa segala sesuatu diciptakan atas tujuan tertentu (mengambil hikmah) 3. Optimis 4. Berdamai dengan keadaan apapun 5. Mampu mengendalikan diri



6. Bahagia ketika melakukan kebaikan



Komponen makna hidup : 1.



Menolong orang dengan spontan



2.



Memegang teguh janji



3.



Memaafkan



4.



Jujur



5.



Menjadi teladan bagi org lain



6.



Mengutamakan keselarasan dan kebersamaan



KEGIATAN DALAM KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA → PNS yg mampu meminimalisir hal yang tidak diinginkan



PNS yg samapta



terkait dg pelaksanaan kerja → Mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan



Manfaat kesiapsiagaan



dari dalam maupun luar



Berbagai permainan kesiapsiagaan Nama games 1. Birma crosser



2. Hell barier



Tujuan



Makna



Melatih percaya diri



Mengetahui apakah melaksanakan



menghadapi ujian dan



tugas dengan baik, kunci



rintangan kehidupan



keberhasilan, penyebab kegagalan



Melatih mengerjakan dg



Mengetahui apakah melaksanakan



tahapan untuk mencapai



tugas dengan baik, kunci



puncak



keberhasilan, penyebab kegagalan, perasaan ketika berhasil



3. Flying fox



Melatih keberanian dan



Menghilangkan rasa takut sebelum



ketegasan dalam menggambil



memutuskan sesuatu



keputusan 4. Toxic waste



Melatih proses berpikir,



Komunikasi, teamwork,



imajinasi, aksi, berfantasi,



kepercayaan, pemberian



mengambil risiko, membuat



wewenang, risk-taking, problem



solusi



solving, decision making, dan leadership



5. Pipa bocor



Berlatih mengatasi masalah



Komunikasi, teamwork, kepercayaan, pemberian wewenang, risk-taking, problem solving, decision making, dan leadership



6. Evakuasi bambu



Melatih kerjasama dan



Strategi, teamwork, leadership,



komunikasi



komunikasi



7. Blind walk



Melatih keseimbangan otak



Strategi, disiplin, teamwork



8. Atomic bom



Melatih kerjasama, membentuk Strategi, teamwork, leadership, sikap pemimpin jeli dan jujur,



komunikasi



melatih komunikasi dan ketelitian 9. Caraka malam



Menanamkan loyalitas dan kemampuan menyimpan rahasia organisasi



Komitmen, integritas