Rangkuman Materi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RANGKUMAN MATERI Mata Kuliah : Psikologi Eksperimen Dosen Pengampu : Syahrul Alim, S.Psi., M.A



OLEH :



ANDI NURAYU KHOFIFAH 4518091051 KELAS C



FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2020



1. Psikologi Eksperimen Pendekatan penelitian eksperimen adalah sebuah desain penelitian kuantitatif untuk menemukan efek dari sebab yang diduga. Eksperimen dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka hubungan sebab-akibat. Dalam penelitian eksperimen perilaku individu diamati dengan cara manipulasi. Penelitian ini bersifat prediktif, yaitu meramalkan akibat dari suatu manipulasi terhadap variabel terikatnya. Menurut Solso dan Mclin (2002) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian dengan memberikan suatu perlakuan langsung dengan manipulasi satu variable untuk mempelajari sebab akibat (Susanti dan Fitriyani, 2015). Macam-Macam Design Eksperimen TrueExperiment 1. Min 2 klp 2. Random Quasy Experiment 1. Hanya 1-2 klp 2. Non random Karakteristik penelitian eksperimen antara lain: a. Adanya manipulasi terhadap variabel independent Variabel yang diberikan manipulasi pada penelitian eksperimen adalah variable independen. Hal ini bertujuan untuk mengukur efek manipulasi terhadap perubahan perilaku. Manipulasi dimaksudkan peneliti memberikan perlakuan atau mengkondisikan keadaan yang berbeda kepada subjek penelitian. b. Memonitor akibat atau efek perlakuan Peneliti perlu memonitor akibat yang ditimbulkan terhadap manipulasi yang diberikan. Monitor ini dilakukan pada variabel dependen. Perubahan yang terjadi pada variable dependen adalah perubahan yang benar-benar disebabkan karena manipulasi yang diberikan dengan cara melakukan observasi. c. Fenomena yang dibuat agar terjadi Fenomena dibuat agar terjadi maksudnya adalah peneliti menciptakan sesuatu agar terjadi. fenomena ini merupakan variabel terikat yang diobservasi dan diukur dalam penelitian. d. Adanya kontrol Kontrol diperlukan dalam penelitian eksperimen agar suatu akibat (variabel dependen) hanya ditimbulkan oleh penyebabnya (variabel independen) dan bukan disebebkan oleh faktor lain. salah satu cara yang dilakukan untuk mengontrol adalah dengan melakukan random assignment terhaddap subjek penelitian. e. Satu faktor divariasikan dan faktor lain tetap konstan Faktor yang divariasikan adalah variabel bebas dengan memberikan jenis atau kuantitas yang berbeda pada kelompok subjek yang berbeda. f. Randomisasi Randomisasi adalah memasukkan subjek penelitian secara acak ke dalam masing-masing kelompok penelitian (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol). Tahapan dalam penelitian eksperimental : 1. Identifikasi masalah 2. Hipotesis 3. Menentukan variabel penelitian dan definisi operasional 4. Subyek penelitian



5. 6. 7. 8.



Desain eksperimen Proses penelitian/mengumpulkan data Uji hipotesis/analisis data Hasil dan pembahasan



2. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang bervariasi yang memiliki kuantitas(jumlah) atau kualitas yang bervariasi. Macam- macam Variabel : 1. Varabel Independen merupakan variable bebas yang dipercaya mempengaruhi variable dependent dengan memberika perlakuan. 2. Variable Dependen merupakan variable terikat atau eksperimen yang diamati perubahannya. Variable dependen merupakan fokus dari peneliti. Perubahan yang terjadi pada variabel dependen dicoba untuk diukur. Apakah perubahannya signifikan atau tidak, perubahannya banyak atau sedikir dan perubahannya bermakna atau tidak. 3. Variabel Kontrol merupakan variabel yang diketahui atau secara teoritis mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat tetapi diharapkan tidak mempengaruhi variabelnya. Validitas Eksperimen (Ketepatan Alat Ukur) Tokoh yang pertamakali menjelaskan tentang validitas adalah Kelly (1927). Tes valid adalah tes yang mampu mengukur apa yang semestinta dia ukur.  Berat = Timbangan  Tinggi = meteran  IQ = IST/CFIT/dll  Personality = EPPS, BIG 5, dll Terdapat 2 macam validitas yaitu : 1. Validitas Internal Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, konstruksi alat tes atau hal yang berkaitan dengan adaptasi atau modifikasi dari alat iti sendiri. Validitas internal mengacu pada efek yang ditimbulkan oleh variabel independen ini benar-benar berasal dari variabel indenpenden bukan dari faktor lain. Sehingga, pemberian perlakuan yang pas terhadap variabel independen ini mutlak adanya dan tentunya tetap harus mengontrol variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Validitas internal bisa ditingkatkan dengan cara mengontrol variabel pengganggu atau variabel ekstraneous. Adapula yang dapat memperngaruhi validitas internal rendah : a. History adalah kejadian-kejadian khusus yang terjadi antara pengukuran pertama dan kedua yang mempengaruhi penelitian. b. Maturity adalah proses yang dialami subyek seiring berjalannya waktu, seperti lapar, haus, dan sakit. Pada penelitian ini, variabel ini sudah dikontrol melalui pemberian treatment yang dilakukan setelah istirahat. c. Testing atau pelaksanaan tes adalah pengaruh pengalaman mengerjakan preexperimental measurentment terhadap skor subyek pada posttest. Pada penelitian ini, variabel ini dikontrol melalui pemberian tes yang berbeda namun bobot soal yang diujikan tetap sama. d. Instrumentation atau alat ukur adalah perubahan hasil pengukuran akibat perubahan penerapan alat ukur, dan perubahan pengamat. Pada penelitian ini, variabel ini dikontrol dengan memberikan alat ukur dengan bobot yang sama. e. Statistical regression terjadi jika kelompok-kelompok dipilih berdasarkan skor ekstrim. f. Selection atau seleksi adalah bias yang terjadi karena perbedaan seleksi subyek pada kelompok pembanding. Pada penelitian ini, variabel ini dikontrol melalui proses matching sebelum menentukan kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. Sehingga antara kelompok eksperimen dan kelompok pembanding menjadi setara atau sama.



g. Eksperimental mortality atau kehilangan dalam eksperimen adalah kehilangan subyek dari satu atau beberapa kelompok yang dipelajari yang terjadi selama penelitian berlansung. Pada penelitian ini, variabel ini dikontrol melalui proses matching yang berdasarkan keaktifan subyek. h. Compensatory rivalry, dimana kontrol grup merasa sedang dievaluasi. 2. Validitas eksternal Merupakan hasil dari penelitian ini yang bisa digeneralisasikan ke dalam berbagai macam keadaan (setting), ataupun orang yang berbeda dari waktu ke waktu. Dimanapun, mau dilingkungan yang berbeda ataupun populasi yang berbeda hasilnya cenderung sama dan tetap valit dari waktu ke waktu. Ketika kita mengharapkan validitas eksternal yang bagus maka kita harus menggunakan keadaan yang natural atau sebagaimana mestinya dan pemilihan sampel secara random. Adapula yang dapat memperngaruhi validitas eksternal rendah : a. Interaksi seleksi dan perlakuan yang berkaitan dengan populasi yang ditargetkan. Karena itu seleksi sampel dilakukan dari populasi yang jelas. b. Interaksi kondisi dan perlakuan yang berkaitan dengan tempat kondisi subyek penelitian. c. History dan perlakuan. Penelitian eksperimen biasanya dilakukan dalam waktu yang pendek dan pada saat yang khusus sebagaimana yang dipilih oleh peneliti. Populasi dan Sampel : Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama (Sukandarrumidi, 2004:47). Kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Aswar, 2007:77). Sehingga dapat disimpulkan “populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian” Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan sumber data (Sukandarrumidi, 2004:50). Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Porsi sampel yg ideal : • Jika subyek kurang dari 100, maka lebih baik dilakukan penelitian sebanyak jumlah populasi tersebut. (penelitian populasi) • Dalam penelitian kuantitatif jika subyek lebih besar dari 100 maka dapat diambil 10 – 15% or 20 – 25 % dari keseluruhan sampel (Arikunto, 1999 :120). • Semakin banyak jumlah sample maka semakin baik (representative) Teknik Sampling Random sampling : Probability sampling merupakan metode sampling yang mensyaratkan bahwa setiap anggota populasinya memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Jenis teknik sampling dengan probability sampiling . 1. Sampel acak sederhana (simple random sampling), 2. sampel acak stratifikasi (stratified random sampling), 3. sampel acak kelompok (cluster random sampl ing), 4. sampling acak sistematik (systematic random sampl ing), 5. sampling bertahap (multistage sampl ing).



6. Probability sampling memungkinkan peneliti membuat pernyataan secara statistik dari sampel. Hal ini karena peneliti dapat memperkirakan sejauh mana suatu statistik sampel berbeda dari parameter populasi . Non random sampling (tdk semua individu berkesempatan sama menjadi sampel). Pengambilan sampel dengan non probability sampling, tidak mensyaratkan bahwa setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Hal ini karena pemilihan sampel didasarkan pertimbangan atas peneliti. Jenis teknik sampling dengan nonprobability sampling diantaranya adalah quota sampling, accidental sampling, purposive sampling, snowball sampling. Ketika menggunakan nonprobability sampling, akan lebih sulit bagi peneliti untuk membuat pernyataan secara statistik dari sampel, sepert i rata-rata, variansi, dll. Namun nonprobability sampling lebih mudah di lakukan dan dapat menghemat biaya



3. Eksperimen Murni Metode eksperimen murni (true experimental) yaitu eksperimen yang paling mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarat eksperimen terutama yang berkenaan dengan pengontrolan variabel, kelompok kontrol, pemberian perlakuan atau manipulasi kegiatan serta pengujian hasil. Pada penelitian eksperimen paling sedikit ada dua kelompok sampel yang telah dianggap memiliki karakteristik sama atau hampir sama yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan khusus (variabel yang akan diuji akibatnya) sedang pada kelompok kontrol diberikan perlakuan secara konvensional atau yang biasa dilakukan sebelumnya. Dalam eksperimen murni semua variabel yang akan diuji pengaruhnya, dikontrol atau disamakan karakteristiknya. Variabel-variabel tersebut diuji dan diukur perubahannya dengan cara membandingkan kondisi awal sampel sebelum diberikan perlakuan dengan kondisi akhir sampel setelah diberikan perlakukan. Sampel-sampel yang dijadikan obyek dalam penelitian harus memiliki karakteristik yang sama, karena hasil dari penelitian ini akan digeneralisasikan keberlakuan terhadap obyek yang sejenis diluar sampel penelitian.  a. The Randomized Posttest Only Control Goup Design) Terdapat dua kelompok dalam rancangan ini. Pemilihan kelompok dilakukan secara acak. Kelompok pertama  menerima perlakuan sedangkan kelompok lainnya tidak mendapatkan perlakuan. Nilai tes akhir menjadi digunakan untuk mengukur hasil perlakuan. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut. Kelompok



Randomisasi



Pretest



Perlakuan



Postest



Ex







-







O2



Ko







-



-



O2



b. b. b. b. b. b.



The Randomized Pretest - Posttest Control Goup Design Rancangan ini merupakan rancangan paling efektif dalam menunjukan hubungan sebab akibat. Rancangan ini melengkapi kelompok kontrol maupun pengukuran perubahan, tetapi juga menyertakan tes awal untuk menilai perbedaan antara dua kelompok. Pada design ini posttest pada kelompok eksperimen dibandingkan dgn pretest yg dimilikinya, posttest pada kelompok control dibandingkan dengan pretest yg dimilikinya, kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut.



Kelompok



Randomisasi



Pretest



Perlakuan



Postest



Ex







O1







O2



Ko







O1



-



O2



  Suatu hal yang penting ialah memperlakukan kedua kelompok dengan cara yang sama. Tujuannya adalah untuk mengukur hasil perlakuan terhadap dua kelompok tersebut.



4. Solomon Four Group Design c. Rancangan Secara Acak Empat Kelompok Solomon ( The Randomize Solomon Four Group Design ) Desain solomon four group ditemukan oleh Solomo:(1949) untuk mengatasi problematika generalisasi, terutama masalah interaksi antara testing dan X. Adapun desain eksperimennya adalah sebagai berikut: Kelompok



Randomisasi



Pretest



Perlakuan



Postest



E-1







O1







O2



K-2







O1



-



O2



E-3







-







O2



K-4







-



-



O2



Rancangan Solomon Four Group Design (SFGD) dapat mengatasi problematika generalisasi pada rancangan pretest-posttest control group design karena rancangan ini menambahkan dua unpretest group atau kelompok yang tidak diberi pre-test. Unpretest group pada baris ketiga berfungsi untuk mengontrol kelompok baris pertama yang dimungkinkan mengalami interaksi antara testing dan X (perlakuan/intervensi/manipulasi). Unpretest pada baris keempat merupakan control terhadap kelompok baris kedua, yang dimungkinkan terkena efek history dan maturation. Seperti contoh : Kelompok



Randomisasi



Pretest Disiplin siswa 35% Disiplin siswa 35%



Perlakuan



Posttest Disiplin siswa Eks 1  punishment 65% Disiplin siswa Ko. 2  35% Disiplin siswa EKs 3  punishment 65% Disiplin siswa Ko. 4  35% Berdasarkan hasil eksperimen diatas terdapat perbedaan disiplin siswa, pada kelompok 1 dengan siswa pada kelompok 2 dan 4, juga antara kelompok 3 dengan siswa pada kelompok 2 dan 4. Sementara itu tidak terdapat perbedaan disiplin ujian antara siswa pada kelompok 2 dengan kelompok 4. Hal itu menunjukkan, pada disiplin siswa 35% terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang telah diberikan perlakuan Punishment.



5. Eksperimen Quasi Di dalam bukunya, Marliani (2013) menyatakan bahwa penelitian eksperimental semu termasuk lebih baik dibandingkan penelitian pre-eksperimental karena sudah melakukan pengontrolan terhadap variabel non-eksperimental. Penelitian eksperimen semu juga menggunakan kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding terhadap kelompok eksperimen. Kebanyakan penelitian eksperimen yang dilakukan di bidang psikologi menggunakan desain penelitian ini. Terdapat 5 design dalam eksperimen kuasi : 1. The One Group Posttest-Only Design Dalam rancangan ini terdapat subjek pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol subjek. Peneliti tidak mengadakan tes awal. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut. Kelompok



Randomisasi



Pretest



Perlakuan



Postest



E



-



-



-



O1



Design ini hanya melihat hasil akhir tanpa ada pretest terlebih dahulu, sehingga hasilnya hanya dilihat akhir saja. 2. The One-group Pretest-Posttest Design Rancangan penelitian ini hampir mirip dengan rancangan sebelumnya, hanya letak perbedaaanya adalah  adanya tes awal dalam rancangan ini diukur sebelum diberikan perlakuan. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut. Kelompok Randomisasi Pretest Perlakuan Postest E



-







O1



O1



3. Posttest-Only design with non-equivalent Groups Posttest-Only design with non-equivalent Groupsi merupakan design penelitian menggunakan satu kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dengan diawali dengan sebuah tes awal (pretest) yang diberikan kepada kedua kelompok, kemudian diberi perlakuan (treatment). Penelitian kemudian diakhiri dengan sebuah tes akhir (posttest) yang diberikan kepada kedua kelompok. Kelompok Randomisasi Pretest Perlakuan Postest E



-



-







O1



K



-



-



-



O2



4. Untreated Control Group Design with Dependent Pretest & Posttest Samples Rancangan kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan dengan sampel praperlakuan dan pascaperlakuan yang sama. Dimana kelompok eksperimen diberikan perlakuan dan kelompok kontrol tidak. Sehingga, membandingkan hasil antara pretest dan posttest dan antara membandingkan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok



Randomisasi



Pretest



Perlakuan



Postest



E



-



O1







O1



K



-



O2



-



O2



5. Untreated Control Group Design With Dependent Pretest and Posttest Samples Using Switching Replications Rancangan ini akan memberikan perlakuan juga kepada kelompok kontrol sesudah kelompok perlakuan diukur pascaperlakuan. Jadi pada tahap pertama, kelompok eksperimen menerima perlakuan sedang kelompok kontrol tidak menerima perlakuan. Namun pada tahap kedua, kelompok kontrol beralih fungsi sebagai kelompok eksperimen karena menerima perlakuan sedang kelompok yang semula menerima perlakuan berganti menjadi kelompok tanpa perlakuan Kelompok Randomisasi Pretest Perlakuan Postest Perlakuan Postest E



-



O1







O2



-



O3



K



-



O1



-



O2







O3



6.



ALAT UKUR 1. STEADINESS TESTER-GROOVE TYPE Steadiness Tester-Groove Type adalah suatu bentuk pengujian terhadap stabilitas tangan. Selain digunakan untuk mengukur stabilitas tangan alat ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan motorik halus seseorang, antara lain kemampuan mengarahkan gerakan tangan /lengan serta ketangkasan jari. Tujuan/Manfaat : untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari stress, kegelisahan, kelelahan, konsumsi bahan kimia (kafein,alkohol, narkotika), usia lanjut dan lain sebagainnya yang berpengaruh terhadap stabilitas tangan dan motorik halus. Dalam kehidupan sehari-hari. alat ini dapat digunakan dalam pelaksanaan ujian masuk teknisi mesin, tukang las, kedokteran, baik dokter umum, dokter gigi, dokter bedah dan lain sebagainnya. Cara Penggunaan : Dalam mengoperasikan steadiness tester- groove type ini, subjek diminta memegang stick danmenggerakannya kesamping pada lintasan lurus yang makin menyempit. Alat akan mencatat secara otomatis lamannya waktu dan jumlah error yang terjadi setiap kali lintasan tersentuh oleh stick. 2. STEADINESS TESTER-HOLE TYPE Steadiness tester-hole type ini juga merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat stabilitas tangan. Selain itu,alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan motorik halus, diantarannya mengarahkan arah gerakan, tingkat gemetaran (tremor), presisi, kecepatan gerak tangan, lengan dan ketangkasan jari. Tujuan/Manfaat : Alat ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh dari variable stress, kegelisahan, konsumsi bahan kimia ( kafein, alcohol, narkoba ), usia, kelelahan, kebugaran dan lain-lain. Cara penggunaan : Alat ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh dari variable stress, kegelisahan, konsumsi bahan kimia ( kafein, alcohol, narkoba ), usia, kelelahan, kebugaran dan lain-lain. 3. MIRROR TRACER Mirror tracer masuk dalam kategori motor memori, yaitu kemampuan untuk melakukan suatu gerakan yang telah dimiliki seseorang dalam memorinya. Pengujian motor memori selalu melibatkan aspek persepsi, enconding, dan pengaksesan kembali atau recall informasi kinetik yang telah tersimpan. Tujuan/Manfaat :



Mirror tracer sebagai alat motor memori melibatkan kemampuan koordinasi tangan dengan dengan mata dalam merespon bayangan terbalik sebuah objek yang terlihat melalui cermin. Aspek yang diukur adalah ketepatan penelusuran dan kecepatan gerakanya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada pengendara mobil saat jalan mundur, merias diri, dan lain-lain. Cara Penggunaan : Subjek diminta untuk menelusuri suatu pola sambil melihat bayangan dicermin, sehingga secara visual nampak dalam posisi terbalik. Alat ini memiliki sebuah tabir yang letaknya diatas pola bintang yang berfungsi untuk mencegah subjek memandang secara langsung gerakan tangannya pada saat menelusuri pola. Waktu yang dibutuhkan dan banyaknya kesalahan atau error yang dilakukansecara otomatis akan tercatat dalam panel scoring. Kesalahan atau eror apabila penelusuran pola bintang keluar dari pola yang tersedia. 3. TWO ARMS COORDINATION TEST Alat ini juga masuk dalam motor memori test, hanya saja dalam two arm coordination test sangat diperlukan koordinasi tangan dan mata untuk bergerak bersama secara efektif dari telapak tangan, lengan dan siku-siku yang dipandu oleh pandangan mata ketika mengoperasikan alat ini. Tujuan/Manfaat : two arm coordination test ini adalah untuk menguji koordinasi kedua tangan dan mata serta konsep kecapatan yang berlawanan akurasinya. Dalam kehidupan sehari-hari, koordinasi kedua tangan sangatlah dibutuhkan misalnya pada seorang sopir, pilot, juru ketik dan lain sebagainya. Cara penggunaan : Subjek diminta menelusuri pola berbentuk bintang dengan menggerakkan stangan ke kanan- ke kiri atau melebar-menyempit sehingga pena penelusur dapat bergeser menelusuri pola bintang. Pada saat menelusuri pola bintang, diusahakan untuk tidak keluar dari lintasan yang berbentuk bintang, karena apabila keluar dari lintasan, maka secara otomatis akan tercatat dalam panel scoring  sebagai kesalahan atau error. Selain itu, subjek harus berusaha melakukannya secepat mungkin, karena waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas ini secara otomatis juga tercatat pada counter waktu panel scoring. 4. DEPTH PERCEPTION APPARATUS Dalam depth perception apparatus ini, aspek persepsi sangatlah utama. Persepsi adalah proses untuk memilih, memilah, dan mengartikan informasi yang diperoleh melaluiindera. Persepsi seseorang tergantung pada panca indra yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan peraba. Tujuan/ Manfaat : Depth perseption adalah kemampuan visual untuk menggambarkan dunia ini dalam tiga dimensi, sehingga seseorang dapat menafsirkan secara tepat jarak dari suatu objek.Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan yang membutuhkan ketepatan perkiraan, kesejajaran posisi, misalnya adalah saat mengemudikan mobil agar dapat sejajar dengan mobil lain. Cara penggunaan : Dengan menggunakan depth perception apparatus, subjek diuji untuk menentukan apakah dua buah objek telah berada dalam posisi sejajar (berkedalaman sama). Salah satu objek dibuat memiliki posisi



tetap, sedangkan yang satu dapat digeser melalui tombol maju mundur sehingga dapat disejajarkan. Subjek mengatur posisi untuk melihat kedua buah objek melalui jendela hingga tidak melihat bagian bawah atau atas dari benda, sehingga tidak ada tanda yang dapat membantunya untuk menebak-nebak. 5. ROEDER MANIPULATIVE APTITUDE TEST Roeder Manipulative Aptitude Test merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan koordinasi antara ketajaman visual dengan kecepatan gerakan motorik tangan. Tujuan/Manfaat : Alat tes ini dapat digunakan untuk menguji kemampuan koordinasi visual-motorik. Contoh pekerjaan yang menggunakan kemampuan koordinasi visual motorik adalah operator telefon Cara Penggunaan : Pengoperasian roeder manipulative aptitude test ini diawali dengan memilih batas waktu pada counter (misalnya pada batas tak terhingga waktu tergantung dari waktu start dan stop). Langkah kedua yaitu melakukan pengujian dengan meletakkan satu unit benda ke lubang papan sesuai dengan pasanganya, maka waktu mulai dihitung (start otomatis). Jika semua unit benda terpasang pada papan, maka counter akan berhenti ( stop otomatis ). Selanjutnya counter akan mencatat lama waktu pengerjaan yang tertera pada display. Apabila batas waktu dipilih nilai tertentu misalnya 10 menit, maka perhitungan waktu akan mulai saat pertama kali kita meletakkan unit benda gambar papan (start otomatis) dan berhenti sendiri setelah 10 menit meskipun pengerjaan belum selesai. 6. REACTION TIMES APPARATUS Alat ini didesain untuk mengukur kecepatan reaksi subjek terhadap stimulus berupa sinyal lampu merah dan hijau. Masing-masing bisa dimunculkan di bagian kiri atau kanan secara acak. Di sekeliling sinyal lampu merah atau hijau itu diberi stimulus pengganggu berupa lampu yang bisa dinyalakan dengan efek berputar cepat atau lambat baik searah atau berlawanan arah jarum jam. Selain lampu yang dinyalakan dan berputar dengan kecepatan yang kita tentukan, dalam alat ini juga terdapat stimulus pengganggu berupa nada bising. Tujuan/Manfaat : Upaya mengukur human reaction time (selang waktu antara saat munculnya stimulus hingga seseorang memberikan respon). Cara Penggunaan : Subjek diminta memegang panel respon yang berisi tombol merah dan hijau. Subjek diminta untuk memencet satu  tombol merah atau hijau yang terlihat dalam kotak apparatus. Misalnya jika melihat lampu merah, maka subjek diminta segera memencet tombol merah pada panel yang dipegangnya. Dalam menggunakan alat ini, waktu yang digunakan subjek untuk bereaksi terhadap stimulus akan tercatat secara otomatis, dan tugas eksperimenter adalah mengontrol selang waktu (timing) yang



digunakan antara memunculkan satu stimulus ke stimulus berikutnya dan memilih faktor pengganggu mana yang dikenal. 7. MULLER LYER APPARATUS Ilusi Muller Lyer merupakan sebuah ilusi optik yang terjadi saat seseorang salah mempersepsi panjang salah suatu ruas garis dari dua garis dengan panah yang beragam arah, dimana salah satu garis dibatasi oleh anak panah yang mengarah kedalam dan garis yang lain dibatasi oleh anak panah yang mengarah keluar, satu diantara dua garis tersebut dapat digerakan ke dalam dan keluar. Pengamat yang mengamati garis dengan anak panah tersebut, akan mengalami kesalahan dalam mempersepsi panjang ruas garis tersebut. Tujuan/ manfaat : Untuk mengetahui adanya ilusi dalam penglihatanseseorang, unt uk mengetahui hubungan antara fungsi fisiologis dengan persepsi seseorang, Cara penggunaan : Subjek diminta untuk menggeser-geser salah satu ruas garis, sampai dia meyakini keduannya telah “nampak” sama panjangnya. Meski secara fisik panjangnya sama dapat dibuktikan dengan mistar pengukur) namun persepsi visual dari si subjek tetap “menganggap” bahwa salah satu garis tersebut seolah lebih panjang.



DAFTAR PUSTAKA Ari, Suherman Pujiati dan Rusliah Nur. (1989). Penggunaan R dalam Psikologi, Penerbit: Berbagi NET. Academic Publisher. Pratisti Wiwien D dan Yuwono Susatyo. 2018. Psikologi Eksperimen Usia Dini. Muhammadiyah Surakarta



Universitas



Wulanyani Ni Made Swasti dan Suarya Luh Made Karisma Sukmayati. 2017. Modul Praktikum Mata Kuliah Psikologi Eksperimen. Universitas Udayana Power Point Pertemuan Ke 2 Power Point Pertemuan Ke 3 Power Point Pertemuan Ke 3 Lanjutan.