11 0 291 KB
RANGKUMAN MATERI RANGKAIAN ARUS SEARAH
1.
Arus Listrik •
2.
Arus listrik dalam pengantar (konduktor) adalah aliran muatan listrik.
Karakteristik Arus Listrik •
Dalam penghantar yang mengalir adalah muatan listrik negatif (elektron).
• • • • • • • • • • • • • •
E
F
I
•
Arah arus ditetapkan sebagai berikut: Bila yang bergerak muatan positif, arah arus sama dengan arah aliran muatan; bila yang mengalir muatan negatif, arah arus berlawanan dengan arah airan muatan.
• 3.
Kuat Arus Listrik (I) • •
4.
Dalam rangkaian arus listrik selalu dari kutub positif ke kutub negative di luar batere.
q t Satuan: coulomb/detik, juga debut ampere (A); ampere = coulomb/detik.
Didefinisikan: I =
Arus Searah dan Arus Bolak-balik. •
Sumber tegangan dapat dibedakan atas sumber tegangan searah dan sumber tegangan bolak-balik. Simbol:
-
+
(a)
(b)
•
Sumber tegngan searah menghasilkan arus searah (DC, direct current), sumber tegangan bolak-bolak menghasilkan arus bolak-balik (AC, alternating current)
P
Q
A
P
B
(a)
5.
Analisis Rangkaian Arus Searah
6.
Hambatan (Resistansi) dan Hukum Ohm.
Q
A
B (b)
•
Bila penghantara dihubungan dengan sumber tegangan, timbul arus listrik.
•
Sebaliknya pengahantara yang mengahantarkan arus listrik membangkitkaan beda potensial antara ujung-ujung penghantar.
•
Kemampuan materi mengahantarkan (mengalirkan) arus listrik tidak sama.
•
Yang kemampuannyaa besar, daya hantarnya besar atau hambatannya kecil; sebaliknya yang kemampuannya kecil, daya hantarnya kecil atau hambatannya besar.
•
Besarnya hambatan (resistansi, R) didefinisikan : R=
7.
Hubungan antara R, V, dan I. Hukum Ohm. •
Bila nilai hambatan beban tertentu konsatan (tidak bergantung nilai V), persaman R=
8.
volt V ; Satuan: , juga disebut ohm (). I amper
V , disebut hokum Ohm I
Energi dan Daya Listrik. •
Bila ada arus listrik dalam suatu penghantar (beban) berarti ada perpindahan muatan dari dua titik yang beda potensialnya tidak sama. .
•
Bila selama t, muatan q berpindah, dari satu titik ke titik lain yang beda potensialnya V, W = q. V
•
Q = It W = (V)
•
(V) = IR W = I2Rt
•
Usaha yang diubah menjadi energi yang berubah menjadi energi panas (energi kalor).
•
Satuaan energi = satuan usaha = coulomb-volt = volt-amper-detik = amper2-ohm-detik = joule.
•
Biasanya digunakan satuan kalori. Padanan antara kalori dan joule adalah: 1 J = 0,24 kalori, maka W = 0,24 I2Rt kalori.
• • •
Energi perssatuan waktu (per detik) disebut daya (power, P) P=
W = VI = I 2 t t
joule Satuan daya = det ik = volt amper, amper2 detik; yang juga disebut watt (W). Yang
paling sering digunakan adalah volt-amper, atau watt.
9.
Rangkaian Seri dan Paralel a. Rangkaian Seri R1
A
R2 B
R3 C
R1 D
R1
A
A
B
R2
R2
B R3
R3
C
(a)
D
(b)
C
D
(c)
Beberapa beban yang hanya membentuk satu jalan arus, disebut rangkanan seri. Sifat-sifat Rangkaian seri: •
Seluruh arus yang mengalir dalam R1, mengalir dalam R2, dan mengalir dalam R3. Dengan kata lain hanya ada satu arus. Karena hanya ada satu arus, kuat arus di manamana sama.
•
Bila salah saatu bagian (beban) terputus, dalam seluruh bagian tidak ada arus.
•
Bila diukur beda potensial VAB, VBC, VCD, dan VAD; dalam keadan ideal: VAD= VAB + VBC + VC
•
Bila kuat arusnya I, maka: VAD = VAB+VBC+VCD = IR1 + IR2 + IR3 = I(R1 + R2 + R3)
•
Bila ketiga hambatan diganti dengan sebuah hambatan RP yang menghasilkan efek sama R1 A
R2 B
R3 C
D
RP A
D
VAD = IRP IRP = I(R1 + R2 + R3) RP = R1 + R2 + R3 •
Generalisasi:n buah beban yang resistansinya R1, R2, R3, •••, Rn yang terangkai seri; boleh diganti dengan (a) sebuah beban pengganti dengan resistansi RP(b)yang nilainya: RP = R1+R2+R3, + •••, + Rn
b. Rangkaian Paralel Beberapa beban (hambatan) yang terangkai sedemikian sehinga hanya terdapat satu bedaa potensial, disebut terangkai secara parallel. Sifat-sifat rangkaian parallel: •
Beda potensial antara ujung-ujung beban yang satu sama dengan beda potensial antara ujung-ujung beban yang lain.
•
Bila kuat arus yang menuju titik cabang diberi tanda negatif dan yang meninggalkan titik cabang diberi tanda positip, maka di titik cabang: I = 0 (Hukum I Kirchhoff)
R1
I1
R1
R2 A
A
R2
R3
R3 B
I2 B
I3
I
Gambar 2.8. A
•
R1
B
(b)
R3
Putusnya arus (rangkaian) di salah satu cabang, tidak mengakibatkan arus di cabang lain terputus.
•
(a)
Bila kuat arus di salah satu simpul adalah I, I1, I2, dan I3 (gambar 2.8a), berdasarkan R2
hukum I Kirchhoff, maka: I = I1 + I2 + I3
V AB V AB V AB 1 1 1 + + = V AB ( + + ) …………………….…(a) R1 R2 R3 R1 R 2 R3 •
Bila ketiga beban diganti dengan sebuah beban pengganti RP (gambar 2.9b) ssehingga menghsilkan efek yang sama: yang sama, (c) R1
I1
A R2
RP
I2
A
B IP R3
I3
(b) I
B
I=
V AB RP
V AB 1 1 1 1 1 1 1 = V AB ( + + ) = + + RP RP R1 R2 R3 R1 R 2 R3 •
Generalisasi: n beban yang memiliki resistansi R1, R2, R3, • • • , R6 yang terangkai paralel; boleh diganti dengan sebuah beban dengan resistansi RP yang dengan syarat: 1 1 1 1 = + + •••+ R P R1 R 2 Rn
c.
Rangkaian Kombinasi
•
Tidak ada satu persaman yang berlaku untuk semua kemungkinan rangkaian kombinasi.
•
Yang berlaku adalah, pada bagian yang berupa rangkaian seri berlaku RP = R1+R2+R3, + •••, + Rn ; sedangkan pada bagian yang berupa rangkaian paralel berlaku: 1 1 1 1 . = + + •••+ R P R1 R 2 Rn
•
Pada bagian yang merupakan rangkaian seri dan/atau paralel, beban-beban diganti dengan sebuah beban pengganti.
•
Proses tersebut dilakukan terus sampai hanya ada satu rangkaian seri atau paralel tunggal. Contoh: ▪
Pada rangkaian gambar 2.11(a) R6 dan R7 terangkai secara paralel, sehingga boleh diganti dengan sebuah hambatan Rp1 yang resistansinya:
▪
1 1 1 = + . R p1 R6 R7
Rangkaian menjadi seperti gambar 2.11(b). Pada rangkaian 2.10 (b), R 2, Rp1, dan R4 terangkai secara seri, sehingga boleh diganti dengan sebuah penghambat Rp2 yang resistansinya Rp2= R2 + Rp1+R4.
▪
Rangkaian menjadi seperti gambar 2.10(c). Pada rangkaian 2.10(c) tersebut R5 dan Rp2 terangkai secara paralel, sehingga boleh diganti dengan sebuah pengambat Rp3 yang resistansinya
1 1 1 = + . R p 3 R5 Rp 2
▪
Rangkaian menjadi seperti gambar 2.11 (d). Pada rangkaian 2.11(d) R1, RP3, dan R3 terangkai secara seri, sehingga boleh diganti dengan sebuah hambatan Rp dengan resistansi Rp = R1 + Rp3 + R3.
10. Rangkaian Kompleks Rangkaian kompleks adalah rangkaian yang bukan rangkaian seri, bukan rangkaian parallel, dan bukan rangkaian kombinasi (gb b)
•
Pada setiap rangkaian tertutup (mesh) berlaku:
+ IR = 0 (Hukum II Kirchhoff). •
Rangkaian kompleks dianalisis dengan hokum II Kirchhoff. Prosedurnya:
o Tentukan secara sembarang arus mesh (arus loop sederhana), searah atau atau berlawanan dengan putaran jarum jam. o Lakukan penjumlahan mengikuti arah arus mesh. o Bila dijumpai pertama kutub postif sumber, bertanda positif, bila dijumpai pertama kutub negatif, bertanda negatif; o Bila arah penjumlahan sama dengan arus mesh, arus bertanda positif, bila berlawanan dengan arus mesh, arus bertanda negatif.
Pada rangkaian gambar (a):
+ 1 + IR1 + (− 2 ) + I ( R2 ) = 0 Pada rangkaian gambar (b) Pada mesh I:
+ 1 + I1 R1 + ( I1 − I 2 ) R3 − 2 + I1 R2 = 0 ……… (1) Pada mesh II:
+ 2 + ( I 2 − I1 ) R3 + 3 + I 2 R4 = 0 ………………(2) •
Bila diketehui nilai hambatan dan tegangan batere, dapat dihitung kuat arus di setiap bagian dengan menghitung I1 dan I2.
•
Bila dalam perhitungan diperoleh nilai I positif, arah I sebenarnya sama dengan arah yang ditentukan, sedangkan bila nilai I negatif, arah sebenarnya I berlawanan dengan arah I yang telah ditentukan.
Contoh Penyelesaian Soal. Tentukan (a) I pada setiap R dan (b) nilai dan polaritas tegangan pada R 2 pada rangkaian berikut, bila R1 = 40 ohm, R2 = 20 ohm, R3 = 60 ohm, 1 = 20 volt, dan 2 = 80 volt.
Data : R1 = 40 ohm, R2 = 20 ohm, R3 = 60 ohm, 1 = 20 volt, dan 2 = 80 volt Masalah: Menentukan (a) IR1, IR2, IR3, dan (b) nilai dan polaritas tegangan pada R2. Analisis:
Pada mesh I:
+ 1 + I 1 R1 + ( I 1 − I 2 ) R2 = 0 20 volt + 40I1ohm + 20(I1 – I2)ohm = 0 60 I1ohm – 20 I2 ohm = -20 volt 3I1ohm – I2 ohm = - 1 volt …………………(1)
Pada mesh II:
2 + I 2 R3 + ( I 2 − I1 ) R2 = 0 80 volt + 60I2ohm + 20(I2 – I1)ohm = 0 - 20I1ohm + 80 I2ohm = - 80Volt - I1ohm + 4 I2 ohm = - 4 volt …………..…. (2)
Penyelesaian persamaan untuk mencari I1 dan I2:
3I1ohm – I2 ohm = - 1 volt
Pers. (1) :
Pers. (2)x3:-3I1ohm +12I2ohm = -12 volt + 11I2ohm = -13 volt I2 =
− 13volt 13 13 = − amper . (I2 = A , berlawanan dengan putaran jarum jam) 11ohm 11 11
Pers. (2): -I1 ohm -
I1=
52 52 8 volt = -4 volt - I1ohm = -4volt + volt = volt 11 11 11
8 11
volt 8 8 = − amper . (I1 = A, berlawanan dengan putaran jarum jam) − 1ohm 11 11
Arus pada R1 =
8 A , kekiri 11
Arus pada R2 =
8 13 8 13 5 A (ke atas) + A (ke bawah) = A+ A = A ke bawah. 11 11 11 11 11
Pada R2 , I1 =
8 13 13 8 5 amper ke atas; I2 = amper ke bawah, I = ( - ) = A. ke bawah 11 11 11 11 11
Beda potensial pada R2 = 20 ohm(
5 A. )= 9,1 volt, ujung atas positif, ujung bawah negatif. 11