Rangkuman Perkembangan Peserta Didik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS AKHIR PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK RANGKUMAN MATERI



DOSEN PEMBIMBING Dr. H. M. SALEH, M.Pd. DISUSUN OLEH ARIF RISWANDI



1710121210001



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEPENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2018



MATERI 1 : PERKEMBANGAN FISIK PESERTA DIDIK Menurut Sunarto (Sunarto, 1995), perkembangan fisika adalah perubahanperubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan ini meliputi: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin utama (primer) dan ciri-ciri kelamin kedua (sekunder). Secara garis besar, pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi menjadi dua yaitu masa anak-anak (5-10 tahun) dan masa remaja (10-18 tahun). 1. Perkembangan fisik anak (5-11 tahun) Dalam perkembangan fisik anak, dibagi menjadi dua fase yaitu fase kanakkanak awal dan fase kanak-kanak tengah. Fase kanak-kanak awal adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, atau disebut dengan masa pra sekolah. Fase kanak-kanak tengah dan akhir adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah dasar. Secara fisik anak usia 5-11 tahun memiliki karakteristik perkembangan fisik sendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya yaitu sebagai berikut  Rata-rata anak usia 5-11 tahun mengalami penambahan berat badan sekitar 2-5 kg dan tinggi badan 5-7 cm per tahunnya  Ketidakseimbangannya proporsi tubuh  Bila dibandingkan dengan pertumbuhan bagian-bagian tubuh lainnya, pertumbuhan otak dan kepala jauh lebih cepat  Keterampilan motoriknya menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dari pada masa sebelumnya.



2. Perkembangan fisik remaja (11-22 tahun) Perubahan fisik terjadi pada awal masa remaja atau masa pubertas, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria. Adanya perbedaan perubahan fisik antara pria dan wanita dapat dijelaskan sebagai berikut.  Remaja laki-laki : otot dada, bahu dan lengan melebar, kening menonjol, rahang dan dagu melebar, perubahan suara, pertumbuhan penis dan cambang, ejakulasi awal/mimpi basah, pertumbuhan rambut kelamin, ketiak, dan dada, pertumbuhan lemak dan keringat, dan pertambahan berat badan dan tinggi badan.  Remaja perempuan : pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, menstruasi awal, pertumbuhan rambut dan ketiak, pertumbuhan lemak dan keringat, pertambahan berat dan tinggi badan.



MATERI 2 : PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK Dalam pengertiannya, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang yang dapat berinteraksi dengan orang lain dalam suatu hubungan. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat tempat anak tumbuh-kembang, serta usia dan tugas perkembangannya. Setiap masyarakat memiliki harapan harapan sosial sesuai budaya masyarakat tersebut. Belajar hidup bermasyarakat memerlukan sekurangkurangnya tiga proses yaitu belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan sikap sosial. Dalam karakteristik perkembangannya, pada usia 5-11 tahun, anak mulai mampu memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang bekerja sama (kooperatif) atau mau memperhatikan kepentingan orang lain (sosiosentris). Pada usia 12-25 tahun atau memasuki masa remaja, memiliki kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan kecenderungan dalam mengikuti pendapat dari teman sebaya. Pada usia 26-45 tahun atau memasuki masa dewasa, memiliki hubungan sosial yang lebih luas dan kompleks, pola dan tingkah lakuakan berubah karena adanya pengalaman yang dilaluinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial pada peserta didik diantaranya sebagai berikut:  Keluarga  Kematangan anak  Status sosial ekonomi  Pendidikan  Kapasitas mental (Emosi dan intelegensi) Dari faktor-faktor tersebut, membentuk tingkah laku perserta didik dan bentukbentuk tingkah laku itu sebagai berikut 1. Pembangkangan : terjadi akibat dari penerapan disiplin atau tuntutan orang tua bisa juga lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan peserta didik



2. Agresi : merupakan perilaku menyerang balik secara fisik maupun katakata akibat dari rasa frustasi 3. Berselisih : terjadi jika peserta didik merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku orang lain 4. Menggoda : merupakan bentuk lain dari sikap agresif, serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk kata-kata yang menimbulkan kemarahan. 5. Persaingan : merupakan keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain 6. Kerjasama : 7. Tingkah laku berkuasa : untuk menguasai situasi sosial 8. Mementingkan diri sendiri : sikap egois untuk memenuhi keinginannya sendiri dan menguntungkan baginya tanpa memikirkan kerugian orang lain 9. Simpati : sikap emosional dalam memberikan perhatian, mendekati atau bekerja sama, rela berbagi untuk orang lain. Pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku peserta didik yaitu mereka mampu memikirkan dirinya sendiri dan orang lain serta itu berpengaruh terhadap egosentris yang sering terlihat, diantaranya cita-cita dan idealisme serta kemampuan berpikir peserta didik. Upaya dalam mengembangkan sikap sosial peserta didik yaitu dengan melaksanakan pembelajaran yang kooperatif dan melaksanakan pembelajaran yang kolaboratif yang dapat mengembangkan sikap sosial para peserta didik.



MATERI 3 : PERKEMBANGAN EMOSI Emosi merupakan perasaan kuat yang melibatkan pikiran, perubahan fisiologis, dan ekspresi pada sebuah perilaku seorang individu (Makaruku, 2015). Emosi manusia dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu emosi primer dan emosi sekunder. Emosi primer muncul begitu manusia dilahirkan seperti amarah, kesedihan, dan rasa takut. Sedangkan emosi sekunder adalah emosi yang timbul sebagai gabungan dari emosi-emosi primer dan bersifat lebih kompleks seperti kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Dalam karakteristiknya, perkembangan emosi dibagi menjadi dua yaitu karakteristik emosi yang stabil dan karakteristik emosi yang tidak stabil. Berikut tabel karakteristik emosi yang stabil dan tidak stabil. Tabel 1. Karakteristik Emosi Anak Karakteristik emosi yang stabil (Sehat) 1. Menunjukkan wajah yang ceria.



Karakreristik Emosi yang Tidak Stabil (Tidak Sehat) 1. Menunjukkan wajah yang murung.



2. Mau bergaul dengan teman secara 2. Mudah tersinggung. baik. 3. Bergairah dalam belajar. 4. Dapat berkonsentrasi dalam belajar.



3. Tidak mau bergaul dengan orang lain. 4. Suka marah-marah.



5. Bersikap respek menghai terhadap 5. Suka mengganggu teman. diri sendiri dan orang lain.



6. Tidak percaya diri. [ CITATION LNS16 \l 1033 ]



Dalam perkembangan emosi, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi emosi peserta didik yaitu sebagai berikut: 1. Perubahan jasmani 2. Keadaan peserta didik 3. Perubahan dalam hubungan dengan teman-teman 4. Perubahan dalam hubungan dengan sekolah 5. Perubahan atau penyesuaian diri dengan lingkungan baru



6. Pengalaman belajar peserta didik [ CITATION Sun08 \l 1033 ]



Untuk mengembangkan emosi peserta didik, mengharuskan para pendidik menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif. Upaya yang ditempuh oleh pendidik dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif adalah sebagai berikut:  Mengembangkan suasana kelas yang bebas dari ketegangan  Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri  Memberikan nilai secara adil dan objektif  Menciptakan kondisi kelas yang tertib, bersih, dan sehat [ CITATION LNS16 \l 1033 ]



MATERI 4 : PERKEMBANGAN INTELEK (KOGNITIF) Perkembangan intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan merupakan proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam kehidupannya sedangkan intelek adalah kemampuan jiwa atau psikis yang relatif menetap dalam proses berpikir untuk membuat hubungan-hubungan tanggapan, serta kemampuan memahami, menganalisis, mensintesiskan, dan mengevaluasi. Terdapat beberapa pandangan (teori) dalam perkembangan intelek (kognitif), yaitu yang pertama ialah Pieget. Menurut Pieget, anak-anak membangun dirinya sendiri secara aktif dunia kognitif mereka. Pieget membagi tahap perkembangan kognitif menjadi empat tahap yaitu tahap sensorimotorik (02 tahun), tahap preoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkrit (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (11-15 tahun). Kedua, menurut Bruner, 6 konsep pokok dalam perkembangan kognitif, yaitu: perkembangan intelektual ditandai meningkatnya variasi respon terhadap stimulus, Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita, perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain melalui kata-kata atau simbol, interaksi antara guru dengan siswa sangat penting bagi perkembangan kognitif, bahasa menjadi kunci perkembangan



kognitif,



pertumbuhan



kognitif



ditandai



oleh



semakin



meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan. Adapun tahap-tahap perkembangan intelek menurut Bruner yaitu tahap enactive, tahap iconic, dan tahap syimbolic. Ketiga, menurut Vygotsky, perkembangan kognitif menekankan pada pengaruh budaya. Vygotsky berpendapat fungsi mental yang lebih tinggi bergerak antara inter-psikologi (interpsychological) melalui interaksi sosial dan intrapsikologi (intrapsychological) dalam benaknya. Internalisasi dipandang sebagai



transformasi dari kegiatan eksternal ke internal. Ini terjadi pada individu bergerak antara interpsikologi (antar orang) dan intra-psikologi (dalam diri individu). Keempat, menurut Chomsky, perkembangan bahasa masuk ke dalam perkembangan kognitif, karena aktivitas berpikir melibatkan bahasa. Dalam memahami karakteristik perkembangan bahasa, chomsky membaginya dalam beberapa tahapan dan tahapan tersebut sebagai berikut: a. Tahap pralinguistik (0,3 - 1 tahun) b. Tahap halofrastik/kalimat satu kata (1 - 1,8 tahun) c. Tahap kalimat dua kata (1,8 – 2 tahun) d. Tahap perkembangan tatabahasa (2 – 5 tahun) e. Tahap perkembangan tatabahasa menjelang dewasa (5 – 10 tahun) f. Tahap kompetensi lengkap (11 tahun sampai dewasa) Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek (kognitif) diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kondisi pengindraan sebagai saluran yang dilalui kesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran) 2. Intelegensi atau tingkat kecerdasan mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti atau memahami sesuatu 3. Kesempatan belajar yang diperoleh anak 4. Tipe pengalaman yang didapat oleh anak (pengalaman yang didapat secara langsung akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara tidak langsung dari orang lain) 5. Jenis kelamin 6. Kepribadian anak dalam memandang kehidupan dan menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan berdasarkan pada penyesuaian diri dan cara pandang anak terhadap dirinya sendiri (konsep diri).



MATERI 5 : PERKEMBANGAN MORAL Dari pengertiannya moral merupakan nilai-nilai luhur yang disepakati oleh semua orang baik dalam kelompoknya maupun dalam kelompok orang lain. Terdapat beberapa teori tentang perkembangan moral, antara lain sebagai berikut: 1. Teori psikoanalisa : menurut teori ini, struktur kepribadian manusia meliputi id, ego, dan superego 2. Teori belajar sosial : Albert Bandura mengemukakan teori belajar sosial. Menurut teorinya belajar adalah pembelajaran lewat tokoh. 3. Teori kognitif Piaget : Menurut teori ini dalam perkembangan moral seorang anak, akan melibatkan prinsip-prinsip dan proses perkembangan kognitif. Menurut Jean Piaget, tahap-tahap perkembangan moral sebagai berikut:  Pada usia 3 tahun, belum mengembangkan permainannya sendiri dan cenderung bermain individual tanpa kerjasama.  Pada usia 3-5 tahun, mulai bermain secara berkelompok, meskipun masih menganggap masing-masing pendapatnya yang paling benar.  Pada



usia



7-8



tahun,



mulai



muncul



perhatian



untuk



menyeragamkan aturan permainan meskipun peraturannya masih belum jelas (kabur).  Pada usia 11-12 tahun, mulai dapat menentukan dan membuat kesepakatan bersama tentang aturan permainan. 4. Teori Kohlberg : merupakan perluasan dan modifikasi dari teori Piaget, berikut ini adalah tiga tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg yang masing-masing terdiri dari 2 tahap, yaitu sebagai berikut:  Tingkat penalaran prakonvensional : Tahap 1 yaitu orientasi hukuman dan kepatuhan ialah tahap penalaran moral didasarkan atas hukuman dan tahap 2 yaitu orientasi minat pribadi ialah tahap penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri.



 Tingkat penalaran konvensional : Tahap 3 yaitu orientasi keserasian interpersonal dan konformitas dan tahap 4 yaitu Moralitas sistem sosial.  Tingkat penalaran pascakonvensional : Tahap 5 yaitu orientasi kontrak sosial dan individu dan tahap 6 yaitu prinsip-prinsip etis universal. Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral, diantaranya sebagai berikut: 1. Faktor tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak. 2. Faktor seberapa banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-orang yang terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak sebagai gambaran- gambaran ideal. 3. Faktor lingkungan memegang peranan penting. 4. Faktor tingkat penalaran. 5. Faktor Interaksi sosial dalam memberikan kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain. Dalam pengembangannya, upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan



moral



remaja



yaitu



dengan



menciptakan



komunikasi,



menciptakan iklim lingkungan yang serasi, dan yang terakhir ialah mendorong perilaku dan perkembangan moral di sekolah.



MATERI 6 : PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN Secara bahasa, kepribadian berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng. Pada bangsa Yunani kuno, para aktor memakai topeng untuk menyembunyikan identitas mereka dan memerankan tokoh dalam drama. Demikian juga bangsa Roma, “persona” yang berarti seseorang yang tampak pada orang lain. Secara istilah, menurut Allport (Sukmadinata, 2003), kepribadian merupakan suatu organisasi yang merujuk kepada suatu kondisi atau keadaan yang kompleks dan mengandung banyak aspek. Dalam kepribadian seseorang, dipengaruhi oleh beberapa unsur-unsur dan unsur-unsur tersebut sebagai berikut: 1. Pengetahuan : informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang 2. Perasaan : suatu keadaan dalam kesadaraan manusia yang menghasilkan penilaian positif dan negatif terhadap sesuatu atau peristiwa tertentu. 3. Dorongan naluri : kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Studi mengenai perkembangan pola kepribadian mengungkapkan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang termasuk peserta didik usia SD/MI yaitu faktor bawaan, pengalaman awal dalam keluarga ketika anak masih kecil, dan pengalaman kehidupan selanjutnya. Tahap-tahap perkembangan setiap individu berbeda-beda dan tidak bisa disamakan. Tetapi tahapan perkembangan kepribadian secara umum dapat dilihat sebagai berikut: 1. Tahap pertama (usia 1-2 tahun) : pada tahap pertama ini kepribadian orang dibedakan menjadi dua bagian. Unsur dasar yang dimaksud adalah unsur dasar kepribadian (basic personality structure) dan unsur keyakinan (capital personality).



2. Tahap kedua (usia 2-3 tahun) : merupakan tahap yang paling dominan dalam membentuk kepribadian dan bakat pada seseorang. Tipe perilaku yang khas tampak pada tahap ini yaitu dorongan-dorongan, naluri (instink), emosi (emotion), peringai, intelegensi (IQ), dan bakat (talent). 3. Tahap ketiga (usia 25-28 tahun) : merupakan proses perkembangan kepribadian seseorang yang mulai luas. Ketiga kepribadian yang terbentuk pada tahap ini yaitu kepribadian normatif (normative man), kepribadian otoriter (otoriter man), dan kepribadian perbatasan (marginal man).



MATERI 7 : INSTRUMEN PENILAIAN DENGAN TEKNIK NON TES Teknik non tes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Seiring dengan berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik penilaian harus disesuaikan dengan hal-hal sebagai berikut. a. kompetensi yang diukur; b. aspek yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan atau sikap); c. kemampuan siswa yang akan diukur; d. sarana dan prasarana yang ada. Dalam jenisnya, teknik non tes dibagi menjadi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut: 1. Pengamatan atau Observasi Pengamatan atau observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi untuk tujuan ini pencatatannya lebih sukar daripada mencatat jawaban yang diberikan peserta tes terhadap pertanyaan yang diberikan dalam suatu tes, karena respon observasi adalah tingkah laku yang prosesnya berlangsung cepat. 2. Penugasan Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas yaitu Tugas adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatan kelas atau proyek yaitu Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.



3. Wawancara Secara umum wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan muka, maupun dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai, keterampilan pewawancara, dan pedoman wawancara. 4. Angket (Kuisioner) Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang latar belakang keluarga siswa, kesehatan



siswa,



tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran, media, dan lain- lain. 5. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analisis) Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen. Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.



MATERI 8 : PENGEMBANGAN BAKAT DAN KREATIVITAS Semiawan (Ali, M. 2005) menyimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik bersifat umum maupun bersifat khusus. Semiawan dan Munandar [ CITATION Ali05 \l 1057 ] mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud, yaitu: bakat akademik khusus, bakat kreatif produktif, bakat seni, bakat kinestetik/psikomotorik, serta bakat sosial. Faktor-faktor



yang



mempengaruhi



perkembangan



bakat



khusus



dikelompokan ke dalam dua golongan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal [ CITATION Ali05 \l 1057 ]. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri



individu. Faktor-faktor internal tersebut mencakup minat, motif berprestasi, keberanian mengambil resiko, ulet dan tekun, serta kegigihan dan daya juang. Adapun faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan tempat seseorang anak tumbuh dan berkembang. Faktor-faktor eksternal meliputi kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri, sarana dan prasarana, dukungan dan dorongan dari orang tua/keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan pola asuh. Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan sudut pandang ini menghasilkan berbagai definisi kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda. Munandar [ CITATION Ali05 \l 1057 ] mengungkapkan bahwa: ”Kreativitas adalah kemampuan



yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.” Berdasarkan berbagai definisi kreativitas itu, Rhodes [ CITATION Mun99 \l 1057 ] mengelompokkan berbagai definisi tersebut ke dalam empat kategori, yaitu person (pribadi), press (pendorong), process (proses), dan product (produk). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas yang mana sikap orang tua yang secara langsung mempengaruhi kreativitas anaknya



yaitu kebebasan, respek, kedekatan emosi yang sedang, prestasi bukan angka, orang tua aktif dan mandiri, dan menghargai kreativitas. Kendala terhadap produktivitas kreatif dapat bersifat internal, yaitu berasal dari individu itu sendiri dan dapat pula bersifat eksternal, yaitu terletak pada lingungan individu, baik lingkungan makro maupun lingkungan mikro. Kendala internal yaitu keyakian bahwa lingkunganlah yang menyebabkan dirinya tidak mempunyai kesempatan mengembangkan kreativitasnya. Keyakinan ini akan menghambat orang utuk mencoba melakukan sesuatu yang baru, karena pada dasarnya mereka masih bergantung pada ada/tidaknya persetujuan dari lingkungan terhadap



pendapat/tindakannya



persetujuan



dari



lingkungan



terhadap



pendapat/tindakan yang mereka pilih. sedangkan kendala eksternal yaitu tentang evaluasi bahkan evaluasi tersebut dapat menghambat kreativitas anak. Dari suatu penelitian, disimpulkan bahwa ucapan yang positif terhadap anak yang sedang berkreasi, seperti pujian pun dapat membuat anak dalam kurang kreatif. [ CITATION Mun99 \l 1057 ]



MATERI 9 : ANALISIS KESULITAN PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK Sesuai



hakikat



belajar,



belajar



merupakan



suatu



proses



yang



berkesinambungan, untuk itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan tahap demi tahap. Prinsip-prinsip Belajar yang Aktif Menurut Suprihatin Saputro [CITATION Sap00 \p 146-150 \l 1057 ], dalam kegiatan belajar agar peserta didik dapat belajar



dengan aktif perlu ditunjang dengan prinsip-prinsip, yaitu menyajikan kegiatan yang bervariasi, menciptakan suasana belajar yang bervariasi, mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar, mendorong siswa agar kreatif, meningkatkan terjadinya interaksi yang lebih baik dalam kelas, melayani perbedaan individu, memanfaatkan berbagai sumber belajar. Psikologi belajar adalah disiplin ilmu yang menjelaskan pemahaman perihal kejiwaan yang ada dalam tingkah laku setiap individu untuk mendidik atau membina perkembangan kepribadiannya. Dalam Psikologi belajar, terdapat tiga aliran yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ketiga aliran psikologi belajar tersebut sebagai berikut : 1. Behavioristik : menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. 2. Kognitif : Menurut pendapat para ahli jiwa aliran kognitis, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal ataupu memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. 3. Humanistik : menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasan dan perhatian peserta didik. Permasalahan-permasalahan yang menjadikan peserta didik mengalami kesulitan belajar, diantaranya: - Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan.



- Learning Disfunction merupakan gejala-gejala dimana proses belajar yang dilakukan peserta didik tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya peserta didik tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. - Under Achiever mengacu pada peserta didik yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. - Slow Learner atau lambat belajar adalah peserta didik yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok peserta didik lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. - Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala-gejala dimana peserta didik tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Adapun faktor-faktor yang menjadikan peserta didik mengalami kesulitan belajar yaitu : - Faktor internal peserta didik meliputi gangguan atau ke kurangmampuan psikofisik siswa, yakni: 1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi peserta didik 2. Yang bersifat efektif (ranah rasa) antara lain seperti labilnya emosi dan sikap 3. Yang bersikap psikomotor (ranah krasa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga). - Faktor eksternal peserta didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar peserta didik. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan perkampungan/masyarakat,