Rapat Koordinasi Ukp Awal Tahun [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RAPAT KOORDINASI UKP AWAL TAHUN UPT PUSKESMAS TEGUHAN KAMIS, 23 JANUARI 2020



Hari/Taggal : Kamis, 23 Januari 2020 Waktu : 12.00-selesai Tempat : Aula UPT Puskesmas Teguhan Peserta Hadir : - Kepala UPT Puskesmas Teguhan - Ka TU UPT Pusksmas Teguhan - Penanggungjawab UKP UPT Puskesmas Teguhan - Ketua PPI dan PMKP - Koordinator Unit dan Program Terkait Pelayanan UKP Susunan Acara : 1. Pembukaan 2. Sambutan Ka UPT Puskesmas Teguhan 3. Laporan hasil peilaian kierja UPT Puskesmas Teguhan 4. Diskusi 5. Penutup Notulen 1. Pembukaan Acara dibuka dengan bacaan basmalah bersama 2. Sambutan Ka UPT Puskesmas Teguhan Target 28 januari mendatang akan ada verifikasi dari dinas kesehatan kabupaten Ngawi, sehingga pelu dipersiapkan mulai dari sekarang. 3. Laporan hasil peilaian kierja UPT Puskesmas Teguhan a. Mutu UKP meliputi :  Kunjungan sehat (tercapai)  Rasio rujukan non spesialis (tercapai)  Rasio prolanis rutin (tercapai) b. PKP 2019 meliputi : unit rawat jalan, unit famasi, unit rawat inap, dan unit laborat 4. Pembahasan : a. Rujuk balik RS belum berjalan baik, baru berjalan 1 kali di RS widodo yaitu pasien DM, itupun karena pasien harus mendapatkan data penunjang untuk mengambil insulin yaitu berupa data lab. b. Pasien dengan penyakit TB, hipertensi atau DM hampir semua tidak memiliki buku kendali obat, sehingga petugas tidak dapat memantau kepatuhan pasien dalam minum obat. Solusi :  Petugas menyediakan buku kendali di koperasi dan mengarahkan pasien untuk membeli. Pengadaan bisa dikelola oleh BP. (kendala-BP 7 : pasien lansia kebanyakan tidak membawa uang, Solusi (p.mudo : diarahkan untuk membeli dilain waktu pada kunjungan selanjutnya atau diberikan dahulu lalu



c.



d. e.



f. g.



h. i.



dibayar Pasien posbindu, prolanis, jiwa, dan TB wajib memiliki buku kendali obat.  Petugas memberikan punishment kepada pasie apabila pasien tidak membawa buku kendali obat, pasien harus mengambil dan kembali dengan buku kendali atau tidak mendapatkan obat sama sekali. Rasio rujukan non spesialis dengan terget 5% dari total rujukkan tercapai, hanya saja sempat kebobolan pada bulan oktober 2019 lalu karena banyak petugas pelayanan yang tidak mengkonsulkan diagnosa kepada dokter. P Mudo : Kejadian seperti ini harus dikendalikan dan ditangani, cari penyebab masalahnya, mengapa bisa terjadi demikian sehingga tidak terulang lagi. Dr Silvia : Masalah tersebut sudah dibahas dalam forum, masalah sudah terselesaikan saat itu juga, dan pada bulan berikutnya sudah kembali normal. Rasio prolanis rutin berkunjung ke FKTP 50% , sudah tercapai. Pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi (SPM ke 8) target 100% sedangkan capaian hanya 57,6% (tidak tercapai).  Programmer PTM (mb Lilik) : Belum mampu mencapai target tersebut karena kunjungan baru per tahun yang masuk ada di kisaran 1000 orang (yang dihitung pengobatan pertama, bukan pengobatan lanjutan), sedangkan target mencapai 12000 orang. Tim PTM sudah mengunjungi tiap pos, namun peserta baru hanya sedikit.  Kepala puskesmas (P. Mudo) : Masalah target memang dari pemerintah dibuat sangatlah tiggi supaya kegiatan Posbindu PTM terus berjalan. Pemantauan minum obat juga tidak optimal, sebab ketersediaan obat sebagai penunjang tidak mampu mencukupi permintaan. Pelayanan kesehatan pada penderita DM tercapai 100% dari trget 74,5% Kelengkapan pengisian rekam medis Hambatan : Penggunaan simpustronik selama ini tidak efektif karea sering terjadi human dan technical error. Data pasien yang sudah dientry sering hilang, atau petugas sering terlambat memasukkan data pasien. Solusi : Kembali menggunakan rekam medis manual karena senjata petugas kesehatan adalah rekam medis, dan untuk melindungi secara hukum jika terjadi kasus-kasus yang tidak diinginkan. Tindakan awal adalah mengelompokkan rekam medis lama yang masih tersisa per desa. Format rekam medis yang baru menyusul, yang penting berjalan seadanya dulu. Rasio gigi tetap yang dicabut (tercapai) Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan gigi (target KI 559 orang : 100%, capaian hanya 66,9%) Hambatan :  Petugas tidak dapat melanjutkan pelayaan saat kegiatan screening berlangsung  Dulu disepakati ANC dilakukan hari rabu saja, tetapi sekarang setiap hari pasien bisa datang, sedangkan bulan juli harus mengejar target pejaringan di sekolah mulai dari SMP, SMA, hinga pasien posbindu. Solusi :







Dr dillah : Karena pasien akan menumpukuk di hari rabu, sedangkan pemeriksaan bumil memakan waktu yang cukup lama karena harus cek laborat dll. Karena sulit untuk mengatasi semua pasien dalam satu hari, maka lebih baik jika pelayanan ANC dibagi menjadi 2 hari, dapat dijadwalkan selain hari senin, rabu, dan kamis  Kepala puskesmas : Jika sudah disepakati hari rabu, seharusnya diinfokan ke pasien agar tidak datang selain hari yang telah disepakati.  Dr ida : Dibedakan saja hari penanganan pasien dari luar gedung dan dari induk  Kesepakatan : Hari senin untuk pelayanan semua jenis KB, dluar hari itu pasien diarahkan ke polides, namun bila pasien overload di induk pada hari senin maka pasien bisa diarahkan ke poned juga. ANC ibu hamil dilaksanakan 2 hari yaitu hari selasa (untuk pasien dari luar gedung) dan kamis ( untuk pasien dari induk). Rabu untuk imunisasi balita. j. Pelayanan gizi pada ibu hamil (dega target 5%-tercapai) Hambatan : (dr. Dillah) petugas gizi beberapa kali tidak ada semua karena harus berangkat posyandu. Solusi : (b. Dwi) petugas gizi masih ada satu dibelakang, hanya saja pasien yang dirujuk ke gizi sering tidak mematuhi arahan konsul ke gizi, atau beberapa poli yag seharusnya merujuk tidak membuat rujukan) k. Pelayanan gawat darurat Hambatan : Kelengkapan pengisian infom concern tidak lengkap sebab terkendala form lama yang tidak mencantumkan beberapa item yang seharusya ada. Solusi (kepala puskesmas) : Dibuatkan inform concern yang sesuai dengan kaidah, akan lebih kuat lagi jika menggunakan materai. Materai bisa disediakan dan dikelola oleh koperasi atau dikelola sendiri oleh UGD. l. Kefarmasian  Kesesuaian item obat yang tersedia hanya mencapai 74,1% dari target yang seharusnya 80%. Hambatan : Keterbatasan pengadaan obat, sehigga pasien terpaksa diberikan obat yang berbeda dengan fungsi sejenis. Padahal terkadang pasien lebih cocok dengan obat yang seharusnya diberikan. Jika seperti itu pasien hanya bisa diberikan KIE untuk membeli obat sendiri di apotik diluar pukesmas Solusi (kepala pusesmas) : Masalah utamanya adalah puskesmas belum memiki formularium sehingga sering terjadi ketidaksesuaian, harus ada obat spesifik dan non spesifik di puskesmas. Kedepannya segera membuat formularium obat sehingga bisa dijadikan acuan untuk perencanaan pengadaan obat dan demi kesesuaian pemberian obat.  Ketersediaan obat dan vaksin terhadap 20 item obat indikator (tidak tercapai)  Penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan ISPA non pneumoni (tercapai)  Penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan diare non spesifik (tercapai)  Penggunaan injeksi pada myalgia (tercapai)



 Rerata item obat yag di resepkan Kepala puskesmas : resep untuk rawat inap diusahakan berbeda dengan rawat jalan dan poned, sehingga, ketika resep masuk bersamaan di apotek maka petugas bisa memprioritaskan salah satunya untuk diberikan terlebih dahulu.  Penggunaan Obat Rasional (POR) Terkadang memang pasien yang sudah terbiasa meggunakan obat A tidak mau meminum obat B yang diberikan petugas, sehngga pasin memilih untuk membeli obat sendiri. m. Laboratorium  Kesesuaian jenis layanan (tercapai 100%)  Kecepatan waktu tunggu Kepala pukesmas : memang untuk laborat tidak bisa cepat salah satunya karena tenaga kurang dan kerja menggunakan alat sehngga waktu yang dibutuhkan juga lama.  Kesesuaian hasil pemeriksaan  Pemeriksaan HB untuk bumil Hambatan : tidak semua pasien punya kesadaran untuk memeriksakan diri ke puskesmas Solusi (kepala pusksmas) : pengadaan stik untuk jejaring, sehingga pasien bisa melakukan pemeriksaa di pustu/polindes tidak perlu ke puskesmas jika terlalu jauh. Atau bisa difasiitasi saat kegiaan posbindu. n. Pelayaan rawat inap  BOR Hambatan : sarana prasarana tidak memadai Solusi (kepala puskesmas) : bed pasien sudah hampir semua rusak parah, bahkan toilet pasien besi untuk pasien berpegangan sudah lepas. Ruangan juga sangat sempit dan sirkulasi udara yang kurang, memicu infeksi nosokomial antar pasien atau keluarga pasen. Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan tidak terjamin sehingga perlu perbaikan dan pengadaan sarana prasarana yang memadai demi keselamatan pasien. Mutu UKP o. Indeks kepuasan masyarakat : hasil survey menunjukkan indeks 80,28% dari target capaian dinas kesehatan kab. Ngawi 94,4% Kepala puskesmas : memang puskesmas akan sulit memperoleh tingkat kepuasan pasien yang tinggi sebab dari sarana prasarana, ruang tunggu pasien sangat tidak memadai. Harus dibenahi sedikit demi sedikit. p. Survey kepuasan mencapai 98,4%, survey ini dilakukan tiap bulan. q. Kepatuhan melakukan komunikasi efektif Hambatan : nama pasien rancu, sehingga bisa salah memanggil pasien Solusi (kepala puskesmas) : cara pemanggilan bisa menggunaka nama ayah dibelakang nama pasien sehingga tidak rancu. Selain itu, budaya kerja 5S karyawan masih kurang. Komunikasi petugas dengan pasien kurang baik, apalagi ada petugas yang galak dan tidak ramah misalnya. r. Keamanan obat LASA, high alert



Hambatan : Pelabelan belum ada Solusi (kepala puskesmas) : label harus dipasang, bisa menggunakan label yang sudah ada untuk digunakan kembali. s. Beadah minor jarang dilakukan, biasanya jika ada pasien yang membutuhkan bedah minor lagsug dirujuk di rs di ngawi, itupun sebagian besar biasanya dirujuk kembali ke rs di solo. (drg ida) t. Pendaftaran Hambatan : Ruang pendaftaran sempit, jalan yang dilalui sama dengan pintu keluar masuk UGD sehingga rawan pasien tertabrak hingga terjatuh. Solusi : Dr dillah : sempat ada rencana untuk menunjuk satu orang CS untuk standby disamping mesin pendaftaran supaya pasien tidak bingung, serta membantu pasien dengan resiko jatuh seperti lansia dan pasien lain yang mungkin kesulitan berjalan. CS juga bertugas memberikan label yang menandakan bahwa pasien tersebut resiko jatuh. Kepala puskesmas : CS harus tau semua lingkup yang ada di puskesmas, sehingga harus diberikan pelatihan terlebih dahulu. Tempat antrian didekatkan dengan tempat pendaftaran sehingga tidak bertubrukan antar pasien, dan tdak menghalangi pasien atau petugas UGD. PPI 1. Kepatuhan pemakaian APD masih kuang Kepala puskesmas : seharusnya punishment diberikan kepada petugas yang tidak menggunakan APD bukan petugas yang tidak menggunakan atribut. Karena APD adalah pelindung utama petugas kesehatan. 2. Kepatuhan desinfeksi dan strilisasi setelah tidakan masih kurang Kepala puskesmas : alat sterilisasi yang kita miliki sebetulnya tidak memadai, karena kemampuan alat sterilisasi dengan day listrik itu tidak maksimal sebab daya listrik bisa naik turun. Hal ini menyebabkan suhu tidak sesuai standart (200 derajat selama 10 menit). Diupayakan segera diganti dengan autoclaf atau sementara di strilkan dengan presto karena prinsip kerjanya mendekati autoclaf, tiggal pasang termometer kita atur sediri suhunya. 3. Prinsip 5R Kepala puskesmas : penataan gudag masih sangat amburadul. Sehingga puskesmas bisa dinilai jauh dari kerapihan. Segera agendakan jumat bersih untuk membenahi barang yang ada di ruangan dan ada digudang. Jangan sampai kursi roda yang seharusnya bisa digunakan untukpasien, malah dibiarkan tidak terawat di gudang belakang Dr slvia : mngenai sandal yang dipakai paien dulu harus dilepas, sekarang sudah diwajibkkan untuk dipakai. Akan tetapi kekuranganya banyak keluarga pasien yang masuk dalam kadaan sandal kotor akibat ruangan tidak strategis, sehingga mengurangi kebersihan ruangan. Perlahan kita benahi kebersihan ruangan demi keamanan dan kenyamanan pasien. Kepala puskesmas : untuk menciptakan kebersihan dan kerapihan harus dimulai dari karyawan, tanggugjawap SPI untuk mengingatkan teman-teman tentang 5R. 4. Pembuangan limbah benda tajam



Tempat limbah harusnya tidak boleh menyentuh lantai, tapi karena keadaan terpaksa belum dijalankan. Kardus seharusnya sudah dibuang ketika ¾ bagian telah penuh, tapi belum dipatuhi Penutup - Kesimpulan : Pelayanan UKP yang perlu banyak diperbaiki adalah pelayanan rawat inap dan farmasi. - Hasil rapat disosialisasikan dan direncanakan tindak lanjutnya. Selanjutnya disampaikan ke tim mutu agar tim mutu segera bertindak sesuai hasil evaluasi.