Refarat Corpus Alienum Konjungtiva [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFARAT FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2020 UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA



CORPUS ALIENUM KONJUNGTIVA



Oleh: Shavira MD 111 2019 2088 Dokter Pembimbing Klinik: dr. Hikmah Hiromi,Sp.M,M.Kes



DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2020



LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa referat dengan judul Corpus Alienum Konjungtiva, yang disusun oleh: Nama



: Shavira MD



Stb



: 11120192088



Institusi



: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia



Telah diperiksa dan dikoreksi, untuk selanjutnya dibawakan sebagai tugas pada bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia pada waktu yang telah ditentukan.



Makassar, September 2020



Pembimbing,



dr. Hikmah Hiromi , Sp.M, M.Kes



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL...............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1 BAB II. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA..................................................2 BAB III. CORPUS ALIENUM CONJUNGTIVA..............................................7 DEFINISI..................................................................................................7 EPIDEMIOLOGI......................................................................................7 ETIOLOGI ...............................................................................................8 PATOFISIOLOGI....................................................................................8 GEJALA KLINIS.....................................................................................8 DIAGNOSIS ............................................................................................9 PENATALAKSANAAN..........................................................................9 KOMPLIKASI .......................................................................................10 PROGNOSIS..........................................................................................11 BAB IV KESIMPULAN .....................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13



iii



BAB 1 PENDAHULUAN



Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).1 Corpus alienum atau benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Dari masing-masing bagian mata tersebut dapat menyebabkan komplikasi yang berbeda pula. Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrat kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan menjadi ulkus.2 Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatan masuknya, ada atau tidaknya proses infeksi, dan jenis bendanya. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.2 Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung.2



1



BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA



Mata adalah organ penglihatan yang terletak dalam rongga orbita dengan struktur sferis dengan diameter anteroposterior 24 mm berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah: (1)lapisan fibrosa: berupa jaringan ikat yang kuat untuk proteksi bagian intra-ocular. 1/6 anterior tranparan dan disebut kornea. 5/6 posterior merupakan bagian opak yang disebut sklera. Kornea merupakan media refraksi dari sklera.Tautan kornea dan sklera disebut limbus. Konjungtiva terikat pada limbus (2) lapisan vaskular lapisan yang menyuplai nutrisi ke berbagai struktur mata. Terdiri dari 3 bagian yaitu iris, korpus siliaris dan koroid (3)lapisan saraf (retina) : lapisan yang mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf.4



Gambar 1. Anatomi penampang sagital bola mata



Konjungtiva Konjungtiva merupakan membran mukus transparan yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet yang berfungsi membasahi bola mata terutama kornea1. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu3: 1. Konjungtiva Palpebralis. Terdapat pada sepanjang kelopak mata dan dapat dibagi menjadi marginal, tarsal, dan konjungtiva.



2



a. Konjungtiva marginal terdapat sepanjang garis kelopak mata sekitar 2 mm dibelakang kelopak atas sampai pada sulcus subtarsalis yang merupakan zona transisi antara kulit dan konjungtiva. b. Konjungtiva tarsal merupakan jaringan yang sangat tipis, transparan, dan memiliki banyak pembuluh darah. Konjungtiva tarsal membungkus setengah dari tarsus dengan sangat kuat sehingga sulit untuk digerakkan. Glandula tarsalis dapat terlihat seperti garis kuning disepanjang tarsus. c. Orbital part dari konjungtiva palpebra berada diantara tarsus dan fornix. 2. Konjungtiva bulbi merupakan jaringan ikat longgar, tipis, dan transparan sehingga mudah untuk digerakkan dari struktur yang berada dibawahnya. Konjungtiva bulbi atau bulbaris melekat longgar ke septum orbital diforniks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sektorik. (Duktus-duktus kelenjar lakrimal bermuara ke fornik temporal superior). Konjungtiva bulbaris melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera dibawahnya, kecuali di limbus (tempat kapsul tenon dan konjungtiva menyatu sepanjang 3mm)3. Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, lunak, dan mudah bergerak (plica semilunaris) terletak di kantus internus dan merupakan selaput pembentuk kelopak mata dalam pada beberapa hewan kelas rendah. Struktur epidermoid kecil semacam daging (Caruncula) menempel secara sperficial ke bagian dalam plica semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung baik elemen kulit maupun membran mukosa.1 3. Konjungtiva forniks merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi dan terbagi menjadi forniks superior, inferior, medial dan lateral3.



3



Gambar 2. Konjungtiva dan kelenjar lakrimasi



Histologi konjungtiva Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, diatas caruncula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri atas selsel epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang terbentuk mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea secara merata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen.1 Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa temap dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papilar bukan folikular dan mengapa kemudian menjadi folikular. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papilar pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.1



4



Gambar 3. Histologi konjungtiva



Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar krause dan kelenjar wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas, sisanya ada di forniks bawah. Kelenjar wolfring terletak di tepi tarsus atas. 1 Perdarahann, limfatik, dan persarafan Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria ciliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring vaskular konjungtiva yang sangat banyak. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun di dalam lapisan superfisial dan profundus dan bergabung dengan pembuluh limfe palpebra membentuk pleksus limfatikus yang kaya. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini memiliki serabut nyeri yang realtif sedikit.1



5



BAB III CORPUS ALIENUM KONJUNGTIVA



A. DEFINISI Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.2 Corpus alienum yang paling sering ditemukan3 : -



Pekerja industri yaitu partikel-partikel besi, amplas, batu bara.



-



Petani yaitu sekam dan sayap serangga.



-



Benda asing lainnya yang paling sering ditemukan adalah partikel debu, pasir, besi, kaca, kayu, dan serangga kecil (nyamuk).



Beratnya kerusakan pada organ-organ didalam bola mata tergantung dari 2 a. besarnya corpus alienum, b. kecepatan masuknya c. ada atau tidaknya proses infeksi d. jenis bendanya. B. EPIDEMIOLOGI Corpus alineum adalah salah satu penyebab paling sering dilihat untukkeadaan darurat mata. Kadang-kadang, benda asing mungkin tidak tampak pada saat pemeriksaan, kecuali setelah meninggalkan rasa sakit bahkan kompliksi yang dihasilkan.1,5 Pada corpus alienum kornea mirip dengan cedera traumatis lainnya,kejadian pada laki-laki jauh lebih tinggi dari pada wanita. Insiden puncak ditemukan dalam dekade kedua dan umumnya terjadi pada orang yang lebih mudadari 40 tahun.6,7



C. ETIOLOGI



6



Penyebab yang paling sering menyebabkan



cedera pada pemukaan mata



adalah3 : a. Serbuk kayu, percikan kaca, besi, keramik b. Partikel yang terbawa angin c. Ranting pohon d. Dan sebagainya D. PATOFISIOLOGI Benda asing di konjungtiva secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di konjungtiva atau struktur bola mata yang lain apabila benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar.4 Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva maupun kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.2



Gambar 4. Benda asing pada konjungtiva4



E. GEJALA KLINIS Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bolamata, fluorescein (+).8



F. DIAGNOSIS Anamnesis 7



Penggalian informasi aktifitas keseharian dari pasien dan lingkungan sekitarnya cukup penting. Waktu dan tempat kejadian, termasuk dengan bagaimana mekanisme kejadian juga penting untuk ditanyakan. Anamnesis harus mencakupi perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan sesaat setelah cedera. Harus dicurigai adanya benda asing intraocular bila terdapat riwayat memalu, mengasah atau ledakan. Pasien dengan trauma pada mata umumnya dilakukan penilaian awal dengan tujuan sebagai berikut :1 a. Adanya masalah yang dapat mengancam nyawa b.



Riwayat injury yaitu daerah sekitar mata, waktu terjadinya trauma, dan objek yang mengenai mata,



c. Pemeriksaan keseluruhan mata dan bagian orbita. Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan fisik pada pasien trauma mata dapat dilakukan:10 a. Pengukuran visus biasanya terjadi penurunan visus atau normal b. Pemeriksaan proyeksi cahaya c. Pemeriksaan motilitas mata d. Pemeriksaan sensasi kulit preorbita e. Melakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi tulang orbita f. Pemeriksaan kornea menggunakan slitlamp G.



PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal (Pantocain 0,5%, ditunggu hingga 1 menit)10. Untuk mengeluarkannya,diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul isi dengan air steril (Aquadest, Ringer Laktat). Semprotkan cairan ke permukaan mata hingga debris keluar. Apabila benda asing tidak dapat keluar, gunakan kapas lidi atau jarum tumpul lalu arahkan pengambilan, dari tengah ke tepi.11 Bila benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi tetes mata antibiotik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban.12



8



Gambar 5. Metode Pengambilan Benda Asing pada mata15



Pencegahan Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kacamata pelindung.13 H. KOMPLIKASI 1. Infeksi konjungtiva, dapat terjadi apabila benda asing tidak segera dikeluarkan dapat bermanifestasi sebagai konjungtivitis bakteri, jamur, maupun iritatif.2 2. Infeksi kornea Terjadi jika dibiarkan lebih 2-4 hari, menyebabkan terbentuk ulkus dan jaringan parut. Hal ini memerlukan terapi antibiotik topikal yang agresif dan penanganan dokter mata lebih lanjut.1 3. Perforasi bola mata pada trauma yang disebabkan logam atau kecepatan tinggi bisa juga telah terjadi ulkus yang tidak ditangani, hal ini memerlukan terapi pembedahan.1,2 I. PROGNOSIS 9



Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksiyang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik.14



BAB IV 10



KESIMPULAN Corpus alienum atau benda asing merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Corpus alineum adalah salah satu penyebab paling sering dilihat untuk keadaan darurat mata. Kadang-kadang, benda asing mungkin tidak tampak pada saat pemeriksaan, kecuali setelah meninggalkan rasa sakit bahkan kompliksi yang dihasilkan. Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva maupun kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kacamata pelindung.



DAFTAR PUSTAKA 11



1. Daniel Vaughan. Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta: Widya Medika Jakarta; 2010. p.5-6,372-80 2. Tan W, Winston. [Medscape]; 2011. [disitasi tanggal 10 September 2020]. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/ 280245-overview 3. Khurana AK. Comprehensive ophtalmology: Diseases of the Conjungtiva. 4th ed. New Delhi: New Age International Publishers; 2007.p.51-55. 4.



Anthony J. Camodeca; Eric P. Anderson.,2019. Corneal Foreign Body. [disitasi tanggal 10 September 2020]. Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536977/



5. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP PERDAMI,2006.2. 6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2009 7. Reddy PS, Nirmala K, Radhika S, Ravi S, Pau CM. Incidence of OcularSurface Foreign Body and its Correlation with Specific Occupation andPreventive Measures. GJRA. 2016;(12):57-8



8. Ahmed F, House RJ, Feldman BH. Corneal Abrasions and Corneal Foreign Bodies. Elsevier Inc. 2015;42 (30):363-75. 9. Kanski, Jack J. Synopsis of Ophthalmologi. 6 th. UK: Butterworth & Co; 1990. 661p hlm. 10.



Beyer H, Cherkas D. Corneal foreign body removal using a bent needle tip. Am J Emerg Med. 2012 Mar;30(3):489-90. [PubMed]



11. Webb, L.A. 2004. Manual of Eye Emergencies: Diagnosis and Management. 12.



Menghini M, Knecht PB, Kaufmann C, Kovacs R, Watson SL, Landau K, Bosch MM. Treatment of traumatic corneal abrasions: a three-arm, prospective, randomized study. Ophthalmic Res. 2013;50(1):13-8. [PubMed]



13. Sri Rahayu Yulianti ASI. Ilmu Penyakit Mata. 5 ed. Jakarta: FK UI; 2014. 344 hlm



12



14. Serdarevi RS. The Ocular Trauma Score as a Method for the Prognostic Assessment of Visual Acuity in Patients with Close Eye Injuries. Orthop Trauma.2015. 15. Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC, 2014.



13