Refarat Fobia Spesifik [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Igo
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFARAT FOBIA SPESIFIK



Refarat ini Dibuat Untuk Melengkapi Persyaratan Mengikuti Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Dr. RM. Djoelham Kota Binjai



Disusun oleh: Igo Putra Ermadi (17360216)



Pembimbing: dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp KJ



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI LAMPUNG 2017



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas refarat ini yang berjudul “Fobia Spesifik”. Tujuan penulisan refarat ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepanitraan Klinik Senior dibagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Saya menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saya sangat mengharapkan bantuan dan partisipasi teman sejawat untuk memberikan masukan dan saran guna menyempurnakan refarat ini dimasa mendatang. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing saya “dr. Silvy Agustina Hasibuan Sp Kj dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini sejak awal hingga akhir. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan semoga refarat ini dapat bermamfaat bagi kita semua.



Binjai,



Penulis



BAB I PENDAHULUAN



Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan berlebihan terhadap suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Berasal daei bahasa yunani yaitu Fobos yang berarti ketakutan. Fobia merupakan suatu gangguan jiwa, yang merupakan salah satu tipe dari gangguan ansietas, dan dibedakan kedalam tiga jenis berdasarkan objek atau situasi ketakutan yaitu agorafobia, fobia spesifik, dan fobia sosial. Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan untuk segera menyingkirkan ketempat aman. Menurut DSM-IVTR, agorafobia berhubungan erat dengan gangguan panik, namun ICD 10 tidak mengaitkan gangguan panik dengan agorafobia dan kasus-kasus agorafobia didapati dengan atau tanpa serangan panik. Diperkirakan prevalensi agorafobia adalah sekitar 2-6%, sedangkan fobia spesifik sekitar 11% dan fobia sosial adalah 3-13%. Walaupun fobia sering dijumpai namun besar pasien tidak mencari bantuan untuk mengatasinya atau terdiagnosis secara medis.



BAB II TINJAUAN TEORI



2.1 FOBIA SPESIFIK 2.1.1 Definisi Berasal dari bahasa yunani yaitu Fobos yang berarti ketakutan. Fobia spesifik adalah adanya rasa takut yang kuat dan menetap akan suatu objek atau situasi. Orang dengan fobia spesifik dapat mengantisipasi bahaya seperti digigit anjing, atau dapat menjadi panik saat berfikir akan hilang kendali. Contoh jika mereka takut berada didalam lift, mereka juga dapat khawatir akan pingsan setelah pintu ditutup. Fobia spesifik terdapat suatu ketakutan tidak wajar yang menetap terhadap objek atau situasi eksternal tertentu, yang menyebabkan penghindaran. 2.1.2 Etiologi Fobia spesifik dan fobia sosial memiliki beberapa tipe, dan penyebab pasti tipe-tipe ini cenderung berbeda. Bahkan didalam tipe tersebut, seperti pada semua gangguan jiwa, heterogenitas kausatif ditemukan. Patogenitas fobia, ketika dipahami, dapat terbukti sebagai model yang jelas untuk interaksi antara faktor biologis dan genetik disatu sisi dan peristiwa lingkungan disisi lain. Pada jenis fobia spesifik cedera-darah-suntikan, orang yang menderita dapat memiliki refleks vasovagal yang kuat diwariskan, yang terkait dengan emosi fobik. Fobia spesifik dapat timbul akibat pemasangan objek atau situasi spesifik dengan rasa takut dan panik. Umumnya, kecendrungan non spesifik untuk mengalamai rasa takut atau ansietas membentuk latar belakang. Ketika suatau peristiwa khusus (contohnya menyetir) digabungkan denga pengalaman



emosional (contohnya kecelakaan), orang tersebut rentan mengasosiasikan secara emosional permanen antara mengendarai mobil dan rasa takut atau ansietas. Pengalaman emosional itu sendiri dapat bersifat responsive terhadap kejadian eksternal, seperti kecelakaan lalu lintas atau kejadian internal, yang paling lazim adalah serangan panik. Mekanisme hubungan lain antara objek fobik dan emosi fobik adalah meniru model, disini seseorang mengamati reaksi pada orang lain (contohnya orang tua) dan transfer informasi, disini seseorang diajari atau diperingatkan akan bahaya objek spesifik (contohnya ular berbisa). Secara teoritis (Nevid, Rathus & Greene, 2005) beberapa penyebab fobia adalah proses classical conditioning dan operant conditioning atau proses modeling (sudut pandang behavioristik), adanya distorsi kognitif berlebihan dan self efficacy yang rendah saat berhadapan dengan stimulus fobianya (sudut padat kognitif) dan adanya gen tertentu yang berhubungan dengan neurotisime yang membuat individu cenderung mengembangkan gangguan kecemasan (sudut pandang biologis). a. Faktor Gennetik Beberapa penelitian menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panik empat hingga delapan hingga delapan kali lipat pada sanak keluarga derajat pertama pasien gangguan panik dibandingkan dengan snaak keluarga derajat pertama pasien dengan gangguan psikiatri lainnya. Studi kembar monozigotik menunjukkan konkordans lebih sering daripada dizigotik. Fobia spesifik cenderung terdapat dalam suatu keluarga terutama tipe darah injeksi-luka ada pnelitian melaporkan bahwa dua pertiga hingga tiga perempat pasien mempunyai sekurang-kurangnya satu sanak keluarga derajat pertama dari fobia spesifik dari tipe yang sama. Pada fobia sosial, snaak keluarga derajat pertama pasien adalah tiga kali lebih mungkin menderita fobia dibandingkan sanak saudara



derajat pertama tanpa gangguan mental. Ada data yang menyatakan bahwa konkordans kembar monozigotik adalah lebih sering daripada kembar dizigotik. Penting juga kita mempelajari kembar yang dibesarkan terpisah untuk mengontrol faktor lingkungan.



2.1.3 Beberapa jenis fobia spesifik 



Acrophobia : ketakutan pada ketinggian







Ailurophobia : ketakutan terhadap kucing







Hydrophobia : ketakutan pada air







Claustrophobia : ketakutan terhadap rasa sempit







Cynophobia : ketakutan terhadap anjing







Mysophobia : ketakutan terhadap kotoran dan kuman







Pyrophobia : ketakutan terhadap api







Xenophobia : ketakutan terhadap orang asing







Zoophobia : ketakutan terhadap hewan



2.1.4 Epidemiologi Fobia spesifik lebih lazim diteukan daripada fobia sosial. Fobia spesifik adalah gangguan jiwa yang paling lazim pada perempuan dan paling lazim kedua pada laki-laki, setelah gangguan terkait zat. Prevalensi 6 bulan fobia spesifik sekitar 5 hingga 10 per 100 orang. Rasio perempuan dibandingkan dengan lakilaki sekitar 2 banding 1 walaupun rasio ini mendekati 1 banding 1 untuk fobia cedera darah- suntikan. Adalah kisaran 5 sampai 9 tahun, walaupun awitan juga terjadi pada usia yang lebih tua. Sebaliknya, usia puncak awitan untuk jenis situasional (kecuali rasa takut akan ketinggian) lebih tua, pada usia pertengahan 20, yang lebih dekat dengan awitan agrofobia. Objek dan situasi yang ditakuti pada fobia spesifik (disusun dalam frekuensi kemunculan yang berkurang) adalah hewan, badai, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian. Sebuah penelitian di indonesia menemukan sekitar 6,3 anak usia 3-5 tahun mengalami fobia sekolah.



2.1.5 Gambaran Klinis Fobia ditandai dengan timbulnya ansietas berat jika pasien terpapar dengan situasi atau objek spesifik atau jika mengantisipasi akan terpapar dengan situasi atau objek. Pemaparan atau mengantisipasi dengan stimulus fobik sering menimbulkan serangan panik pada orang yang rentan terhadap serangan panik. Orang dengan fobia berusaha menghindari stimulus fobik. Depresi seringkali ditemukan pada sepertiga dari pasien dengan fobia. Pada fobia spesifik, ketakutan yang jelas dan menetap yang jelas dan menetap dan tak beralasan terbatas pada objek atau situasi yang spesifik dan terbagi dalam tipe hewan, lingkungan alam, darah, injeksi, luka, dan situasional. Pada pobia sosial, adanya ketakutan terhadp situasi sosial atau tampil didepan orang-orang yang belum dikenal atau situasi yang memungkinkan ia dinilai oleh orang lain atau menjadi pusat perhatian, merasa takut bahwa ia akan berprilaku memalukan atau menampakan gejala ansietas atau bersikap yang merendahkan dirinya. Pasien dengan agrofobia menghindari situasi pada saat sulit untuk mendapatkan bantuan, lebih suka ditemani kawan atau anggota keluarga ditempat tertentu, seperti jalan yang ramai, toko yang padat, ruang tertutup, ( sperti terowongan, jembaran,lift), kendaraan tertutup ( seperti kereta bawah tanah, bus, dan pesawat terbang). Mereka menghendaki ditemani setiap kali harus keluar rumah. Perilaku tersebut sering menyebabkan konflik perkwaninan dan keliru didiagnosa sbagai masalah primer. Pada keadaan parah mereka menolak keluar rumah dan mungkin ketakutan akan menjadi gila. Gambaran klinis fobia, sebagai berikut: a. Psikologis 



Perasaan tidak nyaman terhadap dugaan dan ancaman







Ketidakmampuan untuk santai







Ketakutan akan kematian/kehilangan kendali







Respon kaget yang berlebih-lebihan







Keinginan untuk melarikan diri dari situasi yang ditakuti



b. Biologis 



Berkeringat







Gemetar







Mulut kering







Mual sesak napas







Perasaan tercekik







Menggigil



2.1.6 Diagnosis Diagnosis dibuat berdasarkan wawancara psikiatri, yang meliputi hal-hal seperti keluhan-keluhan sejarah pasien dan keluarga yang lengkap, termasuk anggota keluarga dengan fobia. Juga tentang pengalaman atau trauma yang menyebabkan fobia, misalnya ketakutan terhadap anjing setelah diserang oleh anjing. Perlu ditanyakan reaksi setelah dikonfrontasikan dengan obejk ketakutan, dan bagaimana menghindarinya. Pasien juga diketahui tentang dampak fobia terhadap kehidupan sehari-hari, pekerjaan dan hubungan dengan orang-orang terdekat. Masalah tentang depresi dan penyalahgunaan zat yag menjadi sering komordibitas fobia. Kriteri diagnostik DSM-IV-TR Fobia Spesifik a. Rasa takut berlebihan yang nyata, menetap dan tidak beralasan dicetuskan oleh adanya atau antisipasi terhadap suatu objek atau spesifik (contoh: terbang, ketinggian, hewan, disuntik, melihat darah). b. Perjalanan terhadap stimulus hampir selalu mencetuskan respons ansietas segera. Dapat berupa serangan panik terikat secara situasional atau serangan panik dengan predisposisi situasional. Catatan : pada anak, ansietas dapat ditunjukkan dengan menangis. Tantrun, diam tidak, atau memegang erat sesuatu /seseorang



c. Orang tersebut menyadari bahwa rasa takutnya berlebihan atau tidak beralasan. Catatan : pada anak, agambaran ini tidak ditemukan d. Situasi fobik dihindari atau dihadapi dengan ansietas maupun penderitaan yang intens e. Penghindaraan, antisipasi ansietas, atau distres pada distuasi yang ditakuti menganggu fungsi rutin normal, pekerjaan (atau akademik), atau aktifitas maupun hubungan sosial secara bermakna, atau terdapat distres yang nyata karna memiliki fobia ini. f. Pada seseorang berusia dibawah 18 tahun, durasinya sedikitnya 6 bulan g. Ansietas, serangan panik, atau penghindaraan fobik yang berkaitan dengan objek atau situasi spesisfik tidak disebabkan gangguan jiwa lain, seperti gangguan obsesif kompulsif (contoh: takut akan kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pasca trauma (contoh: penghindaran stimulus terkait stresor yang hebat), atau gangguan ansietas perpisahan (contoh: menghindari sekolah), fobia sosial (contoh: penghindaraan situasi sosial karna takut malu), gangguan panik dengan agorafobia. Atau agora fobia tanapa riwayat gangguan panik. 2.1.7 Diagnosa Banding Diagnosis lain yang harus dipertimbangkan didalam diagnosis banding fobia spesifik adalah hipokondriasis , gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan kepribidan paranoid. Hipokondriasis adalah ketakutan akan menderita suatu penyakit sedangkan fobia spesifik tipe penyakit adalah ketakutan akan tertular penyakit. Beberapa pasien dengan gangguan obsesif –kompulsif terdapat perilaku yang tidak dapat dibedakan dari perilaku seorang pasien dengan fobia spesifik. Sebagai contohnya, pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif mungkin menghindari pisau karena mereka memiliki pikiran kompulsif tentang membunuh



anak-anaknya, sedangkan psien dengan fobia spesifik yang melibatkan pisau mungkin menghindari pisau karena ketakutan dirinya akan terpotong 2.1.8 Penatalaksaan Meskipun telah dilakukan beberapa percobaan terkontrol ( tidak ada obat yang lebih baru) secara umum diterima bahwa fobia tidak menanggapi terapi obat kecuali pada mereka kecuali pada mereka terjadi gangguan sekunder lain seperti gangguan kecemasan dan depresi. Terapi eksposur adalah pengobatan pilihan dan dapat sangat efektif. Memang, bagaimanapun menghasilkan kecemasan yang parah, yang pada beberapa pasien membatasi kemampuan mereka untuk sepenuhnya terlibat dalam terapi. Pada pasien ini mungkin benzodiazepin akan memiliki peran sebagai fasilitator ( Nutt, 1997) Secara umum terapi fobia meliputi a. Terapi psikologik 



Terapi perilaku merupakan terapi yang paling efektif dan sering ditelit. Sperti desensitisasi sistemik yang sering dilakukan: terapi pemaparan (exposure), imaginal expposure, imaginal flooding.







Psikoterapi berorientasi tilikan







Terapi lain : hypnotherapy, psikoterapi suportif, terapi keluarga bila diperlukan



b. Farmakologi Obat-obat yang efektif adalah SSRI ( Serotonin Selektif Re-uptake Inhibitor). Benzodiazepin,



venlafaxine,



buspirone,



MAOI,



anatagonis



badregnergik reseptor dapat diberikan satu jam sebelum terpapar dengan stimulus fobia, misalnya bicara didepan publik



Terapi terhadap fobia yang terutama adalah terapi perilaku yaitu terapi pemaparan (exposure therapy), yaitu desentisasi pasien dengan pemaparan stimulus fobik secara bertahap. Juga diajaarkan menghadapi kecemasan dengan teknik relaksasi, mengontrol pernafasan dan perlilaku kognitif. Penggunaan anti ansietas yaitu untuk terapi jangka pendek. 2.1.9 Prognosis Fobia spesisfik menunjukkan dua usia awitan, dengan puncak masa kanakkanak untuk fobia hewan, fobia lingkungan alami, dan fobia cedera darah suntikan



serta



puncak



dewasa



awal



untuk



fobia



lain,



seperti



fobia



situsiaional.seperti pada gangguan ansietas lain, data epidemiologis prospektif yang terbatas terdapat pada perjalanan alami fobia spesifik. Karena pasien dengan fobia spesifik teriolisasi jarang datang untuk terapi, riset perjalanan gangguan di klinik terbatas. Informasi yang tersedia memberi kesaan bahwa fobia yang paling spesifik yang dimulai pada masa kanak-kanak dan bertahan hingga dewasa akan terus ada hingga beberapa tahun. Keparahan keadaan ini dianggap tetap relatif konsisten tanpa perjalan penyakit yang membaik dan memburuk yang terlihat pada gangguan mental ansietas lain. Menurut national institue of mental health, 75% orang dengan fobia spesifik dapat mengatasi ketakutannya dengan terapi kognitif perilaku, dan 80% dengan fobia sosial membaik dengan farmakoterapi, terapi kognitif perilaku atau kombinasi. Agorafobia dengan gangguan panik yang mendapat terapi , 30-40% akan bebas dari gejala untuk waktu lam , dan 50% masih ada gejala ringan yang secara bermakna tidak menganggu kehidupan sehari-hari. Hanya 10-20% yang tidak membaik. Gangguan fobia mungkin disertai dengan lebih banyak morbiditas dan tergantung kemampuan seseorang berfungsi, menyebabkan ketergantunga finansial pada orang lain dan timbulnya bebrbagi gangguan dalam kehidupan sosial bidang pekerjaan dan akademik.



BAB III KESIMPULAN



Fobia spesifik adalah adanya rasa takut yang kuat dan menetap akan suatu objek atau situasi. Orang dengan fobia spesifik dapat mengantisipasi bahaya seperti digigit anjing atau dapat menjadi panik saat berfikir akan hilang kendali. Contoh jika mereka takut berada dalam lift, mereka juga dapat khawatir akan pingsan setelah pintu ditutup. Pada jenis fobia spesifik cera-darah-suntikan, orang yang menderita dapat memiliki refleks vasovagal yang kuat diwariskan, yang terkait dengan emosi fobik. Fobia spesifik dapat timbul akibat pemasangan objek atau situasi spesifik dengan rasa takut dan panik. Pada fobia spesifik, ketakutan yang jelas dan menetap dan tak beralasan terbatas pada objek atau situasi yang spesifik dan terbagi dalam tipe hewan, lingkungan alam, darah, injeksi, luka, dan situasional. Diagnosis dibuat berdasarkan wawancara psikiatri, yang meliputi hal-hal seperti keluhan-keluhan, sejarah pasien dan keluarga yang lengkap, termasuk anggota keluarga dengan fobia. Juga tentang pengalaman atau trauma yang menyebabkan fobia. Terapi terhadap fobia spesifik yang terutama adalah terapi perilaku yaitu terapi pemaparan (sxposure therapy), yaitu desentisasi pasien dengan pemaparan stimulus fobik secara bertahap. Juga diajarkan menghadapi kecemasan dengan teknik relaksasi, mengontrol pernafasan dan perilaku kognitif. Menurut Nasional Institut of Menthal Health, 75% orang dengan fobia spesifik dapat mengatasi ketakutannya dengan terapi kognitif perilaku.



.