Refarat Pediatric Assessment Triangle [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFARAT PEDIATRIC ASSESMENT TRIANGLE Referat ini di buat untuk melengkapi persyaratan mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU. Haji Medan



Pembimbing: dr. Beatrix Siregar, M. Ked (ped), Sp.A Disusun Oleh: Bella Sabila Dananda 20360065



KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN 2020



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini guna memenuhi persyaratan kapaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Haji Medan dengan judul “Pediatric Assesment Triangle” Shalawat dan salam tetap terlafatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa menjadi contoh suri tauladan yang baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing KKS dibagian Ilmu Kesehatan Anak yakni dr. Beatrix Siregar, M.Ked (Ped), Sp.A. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih terdapat banyak kekurangan baik dalam cara penulisan maupun penyajian materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga bermanfaat dalam penulisan referat selanjutnya. Semoga referat ini bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis. Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh



Bandar Lampung, September 2020



Penulis



DAFTAR ISI Kata Pengantar........................................................................................................... i ii



Daftar Isi..................................................................................................................... ii BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1 1.1 Tujuan....................................................................................................... 2 1.1 Manfaat..................................................................................................... 2 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1. Pediatric Assesment Triangle............................................................... 3 2.1.1 Definsi Pediatric Assesment Triangle ...................................... 3 2.1.2 Penggunaan Pediatric Assesment Triangle ............................... 4 2.2. Kesan Umum dan Manajemen Prioritas berdasarkan Analisis PAT..... 9 2.3 Aplikasi Penggunaan PAT....................................................................... 10 BAB III Kesimpulan.................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegawatdaruratan pada anak dan bayi merupakan hal yang sulit ditangani. Anak – anak yang membutuhkan penatalaksanaan gawat darurat biasanya merasa takut sehingga tidak dapat menjawab pertanyaan. Pemeriksaan fisik juga sulit dilakukan pada anak yang mengalami trauma. Adanya variasi umur dan fisiologi menyebabkan



diperlukannya



pedekatan



dan



tata



laksana



yang



berbeda.



Mengevaluasi, melakukan tindakan awal, melakukan triage dan transport pasien anak seringkali menimbulkan stress tersendiri (Dieckmann A. R, 2010; Marcdante dan Kliegman, 2015).



Dalam melakukan



penilaian



anak dalam



keadaan gawat-darurat,



dibutuhkan pendekatan khusus agar diperoleh data sebanyak-banyaknya dan mendekati ketepatan. Beberapa kekhususan yang diperhatikan antara lain teknik pendekatan sesuai tumbuh kembang anak yaitu observasi awal. Salah satu metoda yang khusus dikembangkan untuk ini dikenal dengan metoda segitiga penilaian pediatrik (PAT= Pediatric Assessment Triangle). Pediatric Assesment Triangle dikembangkan menjadi alat untuk membakukan penilaian awal bayi dan anak-anak untuk semua tingkat penyedia layanan kesehatan. Pediatric Assesment Triangle digunakan untuk penilaian awal secara cepat, sehingga hanya dibutuhkan kemampuan visual dan auditori untuk menilai, tidak membutuhkan



alat



dan



hanya



membutuhkan



hitungan



detik



untuk



melakukannya. Hal ini memungkinkan dokter untuk menentukan tingkat keparahan kondisi anak, urgensi intervensi, mengenali kategori umum patofisiologi, dan secara formal menjelaskan kesan umum anak kepada tim pelayanan medis lainnya (Dieckmann A. R, 2010). Pada anak, asesmen gawat darurat meliputi tiga langkah. Pertama adalah observasi secara umum. Kedua adalah primary assesment dengan “ABCDE”. Ketiga adalah secondary anatomical assesment. Secondary assesment juga disebut sebagai asesmen tambahan sehingga tidak dibahas lebih jauh. Untuk



1



melakukan tatalaksana awal ada dua langkah yang perlu didahulukan yaitu observasi umum dan primary assessment (Dieckmann A. R, 2010). Asesmen gawat darurat dimulai dari observasi secara umum. Pada tahap ini perlu diperhatikan apakah anak sakit atau tidak sakit. Lakukan observasi dengan tiga komponen Pediatric Assesment Triangle yaitu appearance, work of breathing dan circulation to the skin. Secara keseluruhan karakteristik ini akan memperlihatkan fungsi kardiopulmonal, serebral dan metabolik pasien (Dieckmann A. R, 2010; Molyneux, 2005). Masing-masing komponen Pediatric Assesment Triangle dievaluasi secara terpisah menggunakan pemeriksaan fisik. Pediatric Assesment Triangle tidak digunakan untuk menentukan diagnosis pasti. Pediatric Assesment Triangle juga membantu menentukan kelainan fisiologis yang mendasari kondisi pasien saat itu (gangguan respirasi, perfusi, metabolik atau sistem saraf pusat). Oleh karena itu, Pediatric Assesment Triangle menggambarkan tingkat kegawatan, bagaimana mengatasinya serta apa yang dibutuhkan termasuk pemberian oksigen, ventilasi, akses intravena dan resusitasi cairan (Molyneux, 2005). 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pediatric Assessment Triangle ini dapat digunakan untuk mengenali dengan cepat seorang anak yang sakit atau mengalami cedera serta sebagai salah satu pemenuhan tugas kepaniteraan anak Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. 1.3 Manfaat 1. Menambah pengetahuan tentang menentukan penilaian secara cepat mengenai kasus kegawatdaruratan pada anak. 2. Sebagai pedoman awal bagi tenaga kesehatan untuk menentukan apakah terdapat kelainan fisiologis yang mungkin terjadi pada anak



BAB II 2



TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pediatric Assesment Triangle 2.2.1 Definsi Pediatric Assesment Triangle (PAT) adalah alat sederhana yang cepat dan berguna serta direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics untuk profesional kesehatan dalam menilai keadaan umum inisial pasien pediatri. PAT menilai 3 aspek diantaranya penampilan, fungsi pernapasan, dan fungsi sirkulasi yang terlihat dari kulit yang menggambarkan status fisiologis pasien serta mengarahkan pasien ke jenis perawatan yang mereka butuhkan melalui pendekatan awal tanpa perlu memeriksa pasien atau mengukur tanda-tanda vital mereka (Gehri M, 2011). Asesmen gawat darurat dimulai dari observasi secara umum. Pada tahap ini perlu diperhatikan apakah anak sakit atau tidak sakit. Lakukan observasi dengan tiga komponen Pediatric Assesment Triangle yaitu: Appearance, work of breathing dan circulation. Secara keseluruhan karakteristik ini akan memperlihatkan fungsi kardiopulmonal, serebral dan metabolik pasien (Dieckmann A. R, 2010).



2.2.1 Penggunaan Pediatric Assessment Triangle



3



Teknik penilaian ini dilakukan tanpa memegang anak. Dengan melihat dan mendengar pemeriksa dapat mendapatkan kesan kegawatan anak. Tiga komponen pada PAT yaitu Penampilan, Upaya Bernapas, dan Sirkulasi Perifer (Pudjiadi AH, 2011).



A. Penampilan Penampilan anak seringkali merupakan cerminan kecukupan ventilasi dan oksigenasi otak. Namun demikian beberapa keadaan lain dapat pula mempengaruhi penampilan anak seperti hipoglikemi, keracunan, infeksi otak, perdarahan atau edema otak atau juga penyakit kronik pada sistem saraf pusat. Penampilan anak dapat dinilai dengan berbagai skala. Metode ‘ticles’ meliputi penilaian tonus (T= tone), interaksi (I= Interactiveness), konsolabilitas (C = Consolability), cara melihat (L=look/gaze) dan berbicara atau menangis (S= Speech/cry) (Pudjiadi AH, 2011). Tabel 2. 1 Penilaian dengan metoda ‘Ticles’ (TICLS) S



Karakteristik Tone (Tonus)



Hal yang dinilai Apakah anak bergerak aktif atau menolak pemeriksaan dengan



b



Interactiveness



kuat? Apakah tonus otonya baik atau lumpuh? Sniffing, tripoding, menolak berbaring, head bobing (infant)



e r



(Interaksi) Consolabillity



Apakah ia dapat ditenangkan orang tua atau pengasuh atau



:



(Konsolabilitas)



pemeriksa? Apakah anak menangis terus atau tampak agitasi



Look/Gaze (Cara



sekalipun dilakukan pendekatan yang lembut? Apakah ia dapat memfokuskan penglihatan?



Melihat) Speech/Cry



penglihatannya kosong? Apakah anak dapat berbicara atau menangis dengan kuat? Apakah



(Berbicara atau



suaranya lemah? 4



u m



menangis)



Apakah



The Pediatric Assessment Triangle A Novel Approach for the Rapid



Evaluation of



Children (2010)



B. Upaya Bernapas Upaya bernapas mereflesikan usaha anak mengatasi gangguan oksigenasi dan ventilasi. Untuk menilai upaya bernapas (work of breathing) karakteristik yang diperhatikan adalah suara napas, posisi, retraksi, dan cuping hidung ( Pudjiadi AH,



2011). Tabel 2. 2 Karakteristik Upaya Bernapas (Work of Breathing)



Karakteristik Suara napas abnormal Posisi abnormal Retraksi Cuping hidung



Kelainan Mendengkur (stridor), grunting, wheezing, crackles Sniffing position, tripoding, postur cenderung duduk Supraklavikula, interkosta, substernal, headbobbing (bayi) Pernapasan cuping hidung saat inspirasi



Sumber: American Academy of Pediatrics (2006)



Lebih lanjut, karakteristik yang diperhatikan pada penilaian upaya bernafas sebagai berikut 1. Suara abnormal saluran nafas dan paru-paru: 



Stridor



Adalah bunyi inspirasi kasar dengan tinggi nada yang sedang, yang disebabkan oleh obstruksi saluran respiratorik atas yaitu pada laring atau trakea. Stridor inspiratoar menandakan adanya obstruksi saluran nafas bagian atas.







Grunting



Adalah bunyi merintih, terdengar saat eskpirasi. Hal ini menandakan adanya distres pernafasan pada bayi







Wheezing



Wheezing atau mengi adalah jenis ronki kering yang terdengar lebih nyaring/musikal dibandingkan dengan ronki kering lainnya. Wheezing dapat



5



dijumpai pada serangan asma, bronkiolitis atau benda asing di saluran respiratori bawah. 



Crackles (ronki basah) Dikenal juga dengan rales, tajam, suara crackling terdengar saat inspirasi. Adalah suara napas tambahan berupa vibrasi terputus-tupus akibat getaran yang disebabkan oleh adanya cairan dalam jalan napas yang dilalui udara. Ronki basah dibedakan berdasarkan lokasi suara. Ronki basah halus berasal dari duktus alveolus, bronkiolus, dan bronkus kecil, sedangkan ronki basah kasar berasal dari bronkus di luar jaringan paru. Ronki basah halus terkadang hanya terdengar pada akhir inspirasi atau pada inspirasi dalam sehingga pada bayi yang menangis, ronki basah akan lebih mudah terdengar. Pada gagal jantung, ronki basah terdengar pada bagian bawah saja. Pada asma, bronkhiolitis serta aspirasi benda asing, ronki basah dapat terdengar pada fase ekspirasi. 2. Posisi abnormal







Posisi tripoding mempunyai ciri postur tegak, condong kemuka, dengan kedua tangan lurus ke dapat menopang dada. Posisi ini menyebabkan seluruh aksis thoracoabdominal dapat digunakan untuk pernapasan.







Posisi Sniffing mempunyai ciri yaitu



fleksi leher bagian bawah dan kepala



ekstensi. 3. Retraksi dinding dada Retraksi dinding dada merupakan gerakan kedalam dari jaringan lunak dinding dada atau sternum selama inspirasi. Tanda ini menunjukkan bahwa anak mencoba menarik udara kedalam paru-paru dengan menggunakan otot-otot pernafasan. Namun pergerakan udara tetap lemah oleh karena meningkatnya resistensi saluran nafas atau paru-paru sulit mengembang. Retraksi yang berat juga menyertai head bobbing atau seesaw respirations. 



Head Bobbing atau pernafasan gergaji (seesaw respirations) Tanda ini mengindikasikan meningkatnya risiko pasien mengalami perburukan. Head bobbing ditandai dengan digunakannya otot leher untuk membantu pernafasan. Anak akan mengangkat dagunya dan memanjangkan lehernya selama menarik nafas dan menjatuhkan dagu saat ekspirasi. Tanda ini sering ditemukan



6



pada bayi dan merupakan tanda dari gagal nafas. Pernafasan gergaji (pernafasan perut) terjadi ketika adanya retraksi dada dan mengembangnya perut selama inspirasi. Saat ekpirasi pergerakan menjadi sebaliknya, dada akan mengembang dan perut bergerak kedalam. Tanda ini menunjukkan adanya obstruksi saluran pernafasan atas. Tetapi dapat juga diakibatkan obstruksi saluran nafas bawah yang berat, penyakit parenkim paru. Pernafasan ini khas terjadi pada bayi dan anak yang mengalami kelemahan neuromuskular. Pernafasan yang tidak efisien ini dapat cepat meyebabkan kelelahan. 4. Pernafasan cuping hidung Adalah pelebaran dari cuping hidung saat inspirasi. Lubang hidung melebar untuk memaksimalkan aliran udara selama pernafasan berlangsung. Tanda ini sering ditemukan pada bayi dan anak kecil. Hal ini menandakan adanya distres pernafasan. C. Sirkulasi Perifer Sirkulasi kulit menggambarkan kecukupan curah jantung dan perfusi ke organ vital. Penanggulangan sirkulasi dapat dilakukan dengan menilai apakah terdapat kegawatan seperti tanda-tanda: 1. Pallor : Warna putih atau pucat pada kulit atau membran mukosa 2. Mottling : Bercak berwarna kepucatan pada kulit akibat vasokonstriksi 3. Cyanosis : Perubahan warna kulit menjadi kebiruan di kulit atau membran mukosa



Dari penilaian ketiga hal tersebut tanpa menyentuh pasien kita telah mendapatkan gambaran kasar tentang kegawatan yang dialami anak dalam waktu kurang dari 30 detik . Masing-masing komponen Pediatric Assesment Triangle dievaluasi secara terpisah menggunakan pemeriksaan fisik, visual, atau auditori tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Pediatric Assesment Triangle tidak digunakan untuk menentukan diagnosis pasti. Pediatric Assesment Triangle digunakan untuk mengetahui derajat keparahan gangguan fungsi fisiologis dan bagaimana penatalaksanaan awalnya. Menggabungkan tiga komponen Pediatric Assesment Triangle, dapat memperlihatkan keadaan pasien secara umum atau membentuk kesan umum yang dapat menunjukan apakah anak



7



“sakit” atau “tidak sakit”. Selain itu, Pediatric Assesment Triangle juga membantu menentukan kelainan fisiologis yang mendasari kondisi pasien saat itu (gangguan respirasi, perfusi, metabolik atau sistem saraf pusat). Oleh karena itu, Pediatric Assesment Triangle menggambarkan tingkat kegawatan, bagaimana mengatasinya serta apa yang dibutuhkan termasuk pemberian oksigen, ventilasi, akses intravena dan resusitasi cairan. Perbaikan lebih lanjut dalam kesan umum didasarkan pada evaluasi PAT tentang keparahan dan patofisiologinya. Ini dapat dibagi menjadi 6 kategori penilaian utama yaitu Distress pernapasan, Gagal Nafas, Syok Terkompensasi, Syok Dekompensasi, Disfungsi Sistem Saraf Pusat/Metabolik, dan Gagal jantung paru (Dieckmann A. R, 2010). Hubungan PAT dengan kelainan fisiologis ini digambarkan dalam tabel berikut :



Kesan Umum Stabil Distress Pernafasan Gagal Nafas Syok Terkompensasi Syok Dekompensasi Disfungsi Sistem Saraf Pusat (SSP)/ Metabolik Gagal Jantung Paru



Penampilan



PAT Usaha Bernafas



Sirkulasi Perifer



Normal Normal Abnormal Normal Abnormal Abnormal



Normal Abnormal Abnormal Normal Normal/Abnormal Normal



Normal Normal Normal/Abnormal Abnormal Abnormal Normal



Abnormal



Abnormal



Abnormal



2.2 Kesan Umum dan Manajemen Prioritas Berdasarkan Analisis PAT Beberapa kesan umum dapat dikategorikan mulai dari kondisi Stabil, Gangguan Nafas, Distress Pernafasan, Syok Terkompensasi, Syok Dekompensasi, Disfungsi Sistem Saraf Pusat (SSP)/ Metabolik, Gagal Jantung Paru (Dieckmann A. R, 2010). 1. Pada kondisi Stabil, manajemen prioritas yang harus dilakukan : a. Berikan terapi yang sesuai dengan penyebab yang mungkin 2. Jika pada PAT menunjukkan kondisi Distress Pernafasan, manajemens prioritas yang dilakukan: a. Letakkan pada posisi nyaman b. Terapi oksigen (bersihkan jalan nafas bila perlu)



8



c. Terapi medikamentosa sesuai penyebab d. Periksa laboratorium dan rontgen thoraks sesuai indikasi 3. Jika pada PAT menunjukkan kondisi Gagal Nafas, manajemen prioritas yang dilakukan: a. Baringkan anak, posisikan kepala dan buka jalan nafas b. Berikan oksigen 100% c. Lakukan resusitasi pernafasan d. Terapi medikamentosa sesuai penyebab e. Periksa lab dan rontgen sesuai indikasi 4. Jika pada PAT menunjukkan kondisi Syok Terkompensasi, manajemen prioritas yang dilakukan: a. Berikan oksigen b. Pasang akses vaskuler c. Resusitasi cairan d. Terapi medikamentosa sesuai penyebab e. Periksa laboratorium dan radiologi sesuai indikasi 5. Jika pada PAT menunjukkan kondisi Syok Dekompensasi, manajemen prioritas yang dilakukan: a. Berikan oksigen b. Pasang akses vaskuler c. Resusitasi cairan d.Terapi medikamentosa sesuai penyebab e. Periksa laboratorium dan radiologi sesuai indikasi 6. Jika pada PAT menunjukkan kondisi Disfungsi Sistem Saraf Pusat (SSP)/ Metabolik, manajemen prioritas yang dilakukan: a. Pasang pulse oxymeter b. Terapi oksigen bila dibutuhkan c. Periksa gula darah d. Cari penyebab e. Berikan oksigen f. Periksa laboratorium dan radiografi sesuai indikasi



9



7. Jika pada PAT menunjukkan kondisi Gagal Jantung Paru, manajemen prioritas yang dilakukan: a. Baringkan anak, posisikan kepala dan buka jalan napas b. Mulailah ventilasi bag-mask dengan 100% oksigen c. Lakukan resusitasi jantung paru 2.3 Aplikasi Penggunaan PAT Kasus 1 Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan kesulitan bernapas. PAT mengungkapkan balita waspada dan interaktif yang menangis dengan keras saat ibunya menempatkannya di atas meja pemeriksaan dan secara aktif menolak pemeriksaan. Dia mengalami retraksi subkostal dan interkostal dan stridor saat gelisah, dan kulitnya merah muda. Berdasarkan hasil PAT penampilan normal, sirkulasi perifer dan upaya pernapasan menunjukkan tidak normal, anak laki-laki tersebut masuk gangguan pernapasan. Tingkat keparahan dan urgensi intervensi hanya moderat, jadi manajemen langsung termasuk mengizinkan anak untuk tetap dalam posisi nyaman dan melanjutkan proses penilaian (ABCDE dan tanda vital). Berdasarkan miliknya kategori penilaian, terapi lebih lanjut juga harus segera dimulai oksigen tambahan untuk saturasi oksigen arteri rendah, kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi, dan epinefrin nebulisasi untuk stridor.



Kasus 2 Bayi perempuan usia 4 bulan dibawa ke UGD dengan keluhan bayi lemas dan tidak responsif serta memiliki upaya pernapasan terengah-engah dan kulit pucat. Tampilan PAT yang abnormal, upaya bernapas yang abnormal, dan sirkulasi perifer yang abnormal menegaskan bahwa bayi ini mengalami gagal napas atau gagal jantungparu. Tingkat keparahan dan urgensi intervensi tinggi. Sebelum melakukan penilaian tambahan atau penempatan monitor elektronik, Anda segera memposisikan kepalanya, membuka jalan napas, dan memulai ventilasi bantuan dengan 100% oksigen melalui



10



perangkat bag-mask. Setelah itu, merasakan denyut nadi dan menilai kebutuhan akan kompresi dada, sambil menetapkan akses vaskular untuk cairan dan pemberian obat.



BAB III BAB III KESIMPULAN



11



Diperlukan keterampilan khusus dalam menghadapi anak dalam keadaan gawat-darurat. Pendekatan dan penilaian harus dilakukan dengan mempertimbangkan fase tumbuh kembang anak. Penilaian awal dilakukan secara observasi, yaitu dengan metoda PAT, 12



dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda vital dengan metoda ABCDE. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memutuskan tindakan selanjutnya, seperti meneruskan resusitasi, pemeriksaan dan pemantauan lebih lanjut, atau merujuk. Diperlukan keterampilan khusus dalam menghadapi 13



anak dalam keadaan gawat-darurat. Pendekatan dan penilaian harus dilakukan dengan mempertimbangkan fase tumbuh kembang anak. Penilaian awal dilakukan secara observasi, yaitu dengan metoda PAT, dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda vital dengan metoda 14



ABCDE. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memutuskan tindakan selanjutnya, seperti meneruskan resusitasi, pemeriksaan dan pemantauan lebih lanjut, atau merujuk Diperlukan keterampilan khusus dalam menghadapi anak dalam keadaan gawat-darurat. 15



Pendekatan dan penilaian harus dilakukan dengan mempertimbangkan fase tumbuh kembang anak. Penilaian awal dilakukan secara observasi, yaitu dengan metoda PAT, dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda vital dengan metoda ABCDE. Pemeriksaan ini 16



dilakukan untuk memutuskan tindakan selanjutnya, seperti meneruskan resusitasi, pemeriksaan dan pemantauan lebih lanjut, atau merujuk Penatalaksanaan pada kegawatdaruratan anak meliputi tiga langkah yaitu observasi secara umum, primary assesment dengan “ABCDE”, dan secondary anatomical assesment Kegawatdaruratan pada bayi dan anak membutuhkan penatalaksaanan awal yang tepat dan cepat, maka dikembangkanlah sebuah alat yang dapat digunakan untuk penilaian awal secara cepat dan tepat dalam hitungan detik yaitu Pediatric Assesment Triangle (PAT). Appearance



digunakan



untuk



menilai



kecukupan



oksigenasi.



Dengan



menggunakan metoda ‘ticles’ meliputi: penilaian tonus, interaktivitas, konsolabilitas, cara melihat, dan berbicara atau menangis. Penilaian Breathing, dilakukan dengan menilai karakteristik yang diperhatikan adalah suara napas, posisi, retraksi, dan cuping hidung. Pada penilaian Circulation, kita dapat memperhatikan adanya tanda-tanda kegawatdaruratan seperti kulit yang pucat ataupun sianosis.



17



DAFTAR PUSTAKA American Academy of Pediatrics. 2006. Pediatric Education for Prehospital Professionals: PEPP Textbook. 2nd ed. Sudbury, MA: Jones & Bartlett Publishers. Dieckmann A. Renald., Bownstein Dena., Marianne Gausche-Hill. 2010. The Pediatric Assessment Triangle A Novel Approach for the Rapid Evaluation of Children. Pediatric Emergency Care, 26 (4):312-315 Gehri M , P Flubacher, C Chablaix, P Curchod. 2011. The PAT: a simple and rapid tool for the assessment of the severely ill or injured child. Pediatric Emergency Care, 7 (277): 64-66 Molyneux, 2005. Emergency triage assessment and treatment (ETAT). World Health Organization. Pudjiadi, Antonius H. 2011. Pemeriksaan Anak pada Gawat Darurat: Latief A,Budiwardhana N, editors. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Marcdante KJ and Kliegman RM. 2015. Nelson Essentials of Pediatrics. 7th Edition. Philadelphia: Elsevier.



18



19