Referat Bronchitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT BRONKITIS



Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta



DisusunOleh : Arnis Putri Rosyani, S.Ked



J510165021



Aristya Ika Wardani, S.Ked



J510165072



Iwan Mariono, S.Ked



J510165067



Nadia Fathky Latifani, S.Ked



J510165084



Reza Gusni Saputra, S.Ked



J510165095



Pembimbing : dr. Ratna Lusiawati, Sp.P, M.Kes dr. Nia Marina Premesti, Sp.P, M.Kes KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT PARU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronkitis adalah sebuah kondisi dimana saluran bronkus mengalami inflamasi. Saluran ini membawa udara ke paru – paru. Orang



yang



mengalami bronkitis sering menderita batuk disertai lendir (mukus). Mukus merupakan cairan pelicin pada saluran bronkial. Bronkitis juga dapat menyebabkan mengi (sebuah siulan atau suara melengking ketika bernapas), nyeri dada atau ketidaknyamanan, demam, dan sesak napas.1 Klasifikasi bronkitis terdiri dari bronkitis akut dan bronkitis kronik. Karakter bronkitis akut ditandai dengan adanya batuk dengan atau tanpa produksi sputum yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Bronkitis akut sering terjadi selama masa akut akibat virus seperti influenza. Virus menyebabkan sekitar 90% kasus bronkitis, dimana bakteri mencapai sekitar 10%.2,3 Bronkitis kronik, salah satunya adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). ditandai dengan adanya batuk selama 3 bulan atau lebih pertahun sekurang-kurangnya selama 2 tahun. Bronkitis kronik biasanya berkembang karena cedera yang berulang pada saluran udara yang disebabkan oleh iritasi zat-zat yang dihirup. Merokok merupakan penyebab paling umum, diikuti dengan paparan polutan udara seperti sulfur dioksida atau nitrogen dioksida, pajanan iritasi pernapasan individu yang terpapar asap rokok, iritasi paru-paru kimia, atau immunocompromised yang memiliki peningkatan resiko bronkitis.4 Berdasarkan hal ini, penulis ingin bronchitis akut dan kronis



membahas lebih lanjut tentang



B. Rumusan Masalah 1.



Apa definisidan etiologi dari bronchitis akut dan kronis?



2.



Bagaimana patofisiologi terjadinya bronchitis akut dan kronis?



3.



Bagaimana gambaran klinis pada bronchitis akut dan kronis?



4.



Bagaimana penegakan diagnosis pada bronchitis akut dan kronis?



5.



Apa saja pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada bronchitis akut dan kronis?



6.



Apa saja diagnosis banding untuk penyakit bronchitis akut dan kronis?



7.



Bagaimana penatalaksanaan pada bronchitis akut dan kronis?



8.



Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada bronchitis akut dan kronis?



9.



Bagaimana prognosis pasien penderita bronchitis akut dan kronis?



C. Tujuan 1.



Mengetahui definisi dan etiologi dari bronchitis akut dan kronis



2.



Mengetahui patofisiologi terjadinya bronchitis akut dan kronis



3.



Mengetahui gambaran klinis pada bronchitis akut dan kronis



4.



Mengetahui cara penegakan diagnosis pada bronchitis akut dan kronis



5.



Mengetahui pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada bronchitis akut dan kronis



6.



Mengetahui diagnosis banding pada bronchitis akut dan kronis



7.



Mengetahui penatalaksanaan pada bronchitis akut dan kronis



8.



Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada bronchitis akut dan kronis



9.



Mengetahui prognosis pasien penderita bronchitis akut dan kronis



D. Manfaat 1.



Menambah pengetahuan tentang definisi dan etiologi dari bronchitis akut dan kronis



2.



Menambah pengetahuan tentang patofisiologi terjadinya bronchitis akut dan kronis



3.



Mampu melakukan langkah diagnostik pasien dengan bronchitis akut dan kronis



4.



Mampu memberikan terapi pada pasien dengan bronchitis akut dan kronis



5.



Menambah pengetahuan tentang komplikasi yang dapat terjadi pada bronchitis akut dan kronis



6.



Menambah pengetahuan tentang prognosis pasien penderita bronchitis akut dan kronis



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Bronkitis 5 Bronkitis adalah penyakit respiratorius di mana membran mukosa pada jalur bronkus di paru-paru mengalami inflamasi. Karena mukosa bronkus tersebut membengkak (edema) dan menebal sehingga akan mempersempit saluran nafas yang menuju paru-paru. Hal ini dilihat dari gejala batuk yang diikuti pengeluaran dahak dan dapat juga disertai keluahn lainnya seperti sesak nafas. Bentuk dari penyakit ini terdiri dari 2 bentuk, yaitu bronkitis akut (berlangsung kurang dari 3 minggu) dan bronkitis kronik yang frekuensinya hilang timbul selama periode lebih dari 2 tahun. B. Anatomi6 Trakea merupakan pipa fleksibel yang terletak dari vertebra level CVI dileher bagian bawah sampai vertebra level TIV/V di mediastinum, disini trachea bercabang menjadi bronchus principalis dexter dan sinister. Terbukanya trachea dipertahankan oleh cincin tulang rawan transversus berbentuk huruf C yang tertanam pada dinding nya bagian yang terbuka menghadap ke sisi posterior. Cincin trachea terbawah memiliki struktur seperti mata kail, carna, yang menghadap ke belakang pada garis tengah antara permulaan dua bronchi principalis. Dinding posterior trachea terutama terdiri dari otot polos. Setiap bronchus principale memasuki radix pulmonis dan melewati hilum pulmonis ke dalam pulmo itu sendiri. Di dalampulmo bronchus principalis terbagi menjadi bronchi lobares (bronchi secundus), yang masing-masing menyuplai satu lobus. Di sisi kanan, bronchus lobaris superior berasal di dalam radix pulmonis.Selanjutnya bronchi lobares terbagi menjadi bronchi segmentales



(bronchi



tertius),



yang



menyuplai



segmen-segmen



bronchopulmonalis. Di dalam setiap segmen bronchopulmonalis, bronchi segmentalis bercabang-cabang menjadi divisi-divisi dan akhirnya menjadi bronchioli, yang selanjutnya terbagi dan menyuplai permukaan respiratorius.



Terbukanya dinding bronchi dipertahankan oleh lempengan-lempengan tulang rawan memanjang yang tidak berkelanjutan, tetapi struktur ini tidak dijumpai di bronchioli.



Gambar 1. Segmen Bronchi Bronchus principalis dexter lebih lebar dan berjalan lebih verticalis melalui radix dan hilum dibandingkan bronchus principalis sinister. Oleh karena itu, benda asing yang terhirup cenderung lebih sering tersangkut di sisi kanan dibandingkan di sisi kiri. Segmen bronchopulmonalis merupakan daerah pulmo yang di suplai oleh satu bronchus segmentalis (tertius) dan disertai oleh cabang arteria pulmonalis.



Cabang-cabang



vena



pulmonalis



cenderung



lewat



intersegmentalis di antara dan di sekeliling tepi-tepi segmen. Setiap segmen bronchopulmonalis berbentuk seperti kerucut tak beraturan dengan apex pada pangkal bronchus segmentalisnya (tertius) dan basis terletak di perifer sampai ke permukaan pulmo. Segmen pulmonalis adalah daerah pulmo terkecil dengan fungsi tersendiri dan daerah terkecil pulmo yang dapat diisolasi dan dibuang tanpa mempengaruhi daerah-daerah di dekatnya.



Terdapat 10 segmen bronchopulmonalis di setiap pulmo, pada pulmo sinister beberapa diantaranya menyatu.



Gambar 2. Segmen bronchopulmonalis C. Klasifikasi 1) Bronkitis Akut5,7 Bronkitis akut biasanya terjadi dalam waktu yang cepat (kurang dari 3 minggu) dan membaik dalam beberapa minggu. Bentuk dari bronkitis akut ini sering menyebabkan serangan batuk dan produksi sputum yang dapat juga disertai oleh infeksi saluran nafas atas. Dalam beberapa kasus, virus merupakan penyebab tersering infeksi walaupun terkadang bakteri juga dapat menyebabkannya. Jika kondisi seseorang tersebut baik, maka proses peradangan membran mukosa tersebut akan pulih dalam beberapa hari 2) Bronkitis Kronik7,8 Secara klinis didefinisikan sebagai batuk harian dengan produksi sputum selama paling kurang selama 3 bulan dalam periode waktu 2 tahun. Bronkitis kronik ini merupakan gangguan jangka panjang yang serius yang sering membutuhkan pengobatan medis secara teratur. Pada bronkitis kronis terdapat inflamasi dan pembengkakan pada dinding lumen saluran nafas yang menyebabkan penyempitan dan obstruksi jalur udara yang masuk. Inflamsi ini akan merangsang produksi mukus di mana



menyebabkan obstruksi saluran nafas yang lebih berat lagi dan akan meningkatkan resiko infeksi oleh bakteri pada paru-paru. D. Epidemiologi Bronkitis akut sangat umum terjadi pada seluruh belahan dunia manapun dan merupakan 5 alasan teratas penyebab seseorang mencari pengobatan medis di negara-negara yang memang mengumpulkan data mengenai penyakit ini. Tidak ada perbedaan ras terhadap kejadian bronkitis ini meskipun lebih sering terjadi pada populasi dengan status sosioekonomi rendah dan orang-orang yang tinggal di daerah urban dan industri11 Di Indonesia belum ada data mengenai prevalensi penyakit bronkitis. Sebagai pembanding, di US pada studi cohort tahun 2012, 5.858 orang dewasa, pada 34.6% didiagnosis mengalami bronkhitis kronik. Hal ini dikarenakan tidak tercatatnya laporan gejala dan kondisi bronkitis ini masih belum terdiagnosis.9 E. Manifestasi Klinis Batuk merupakan gejala klinis yang sering diamati. Bronkitis akut mungkin akan sulit dibedakan dari infeksi saluran nafas atas lainnya pada beberapa hari pertama. Meskipun demikian, jika batuk berlangsung lebih dari 5 hari maka bisa diarahkan sebagai penyakit bronkitis akut.12,13 Pasien dengan bronkitis akut, dapat biasanya dapat terjadi selama lebih dari 10-20 hari. Produksi sputum hampir dialami pada seluruh orang yang mengeluhkan batuk akibat bronkitis akut ini. Warna sputum biasanya jernih, kuning, hijau, atau bahkan seperti seperti warna darah. Sputum purulen dilaporkan pada 50% orang dengan bronkitis akut. Perubahan warna sputum dikarenakan pelepasan peroksidase oleh leukosit dalam sputum. Karena itulah, warna sputum tidak dapat menjasi indikator terhadap adanya infeksi bakteri.12 Demam bukan merupakan tanda khas dan biasanya ketika disertai dengan batuk akan lebih mengarah pada influenza ataupun pneumonia. Mual, muntah, dan diare jarang dikeluhkan. Kasus yang berat mungkin akan menyebabkan malaise dan nyeri dada. Ketika keluhan berat hingga mengenai trakea, gejala



dengan sensasi terbakar pada daerah substernal akan dirasakan dan nyeri dada berhubungan pada saat batuk serta proses bernafas.11,14 Sesak nafas dan sianosis tidak teramati pada penyakit bronkitis ini kecuali pasien memiliki penyakit paru obstruktif kronik ataupun kondisi lainnya yang mengganggu fungsi paru. Gejala lain dari bronnkitis akut ini meliputi nyeri tenggorokan, hidung berair atau tersumbat, nyeri kepala, nyeri otot dan kelelahan.11,12 Bronkhitis kronis sering dikaitkan dengan gejala eksaserbasi akut dimana kondisi pasien mengalami perburukan dari kondisi sebelumnya dan bersifat akut. Eksaserbasi akut ini dapat ditandai dengan gejala yang khas, seperti sesak napas yang semakin memburuk, batuk produktif dengan perubahan volume atau purulensi sputum atau dapat juga memberikan gejala yang tidak khas seperti malaise, kelelahan dan gangguan tidur. Gejala klinis bronkhitis kronis eksaserbasi akut ini dapat dibagi menjadi dua yaitu, gejala respirasi dan gejala sistemik. Gejala respirasi berupa sesak napas yang semakin bertambah berat, peningkatan volume dan purulensi sputum, batuk yang semakin sering, dan napas yang dangkal dan cepat. Gejala sistemik ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi, serta gangguan status mental pasien.15 F. Patofisiologi Selama episode bronkitis akut, jaringan yang melapisi lumen bronkus megalami iritasi dan membran mukosa menjadi hiperemis dan edema sehingga mengganggu fungsi mukosiliar bronkus. Akibatnya, saluran nafas menjadi menjadi sempit akibat debris dan proses inflamasi. Respon akibat produksi mukus yang banyak ini akhirnya ditandai dengan batuk produktif.11,12 Dalam kasus pneumonia mycoplasma, iritasi bronkus menyebabkan perlekatan organisme (Mycoplasma pneumonia) pada mukosa saluran respirasi yang akan membuat sekresi mukosa semakin kental. Bronkitis akut biasanya berlangsung kurang lebih 10 hari. Jika inflamasinya terus berlajut ke



bawah hingga ujung cabang bronkus, bronkiolus dan kantung alveolus, maka akan menyebabkan bronkopneumonia.12 Bronkitis kronik dihubungkan dengan produksi mukus yang berlebihan sehingga menyebabkan batuk berdahak selama lebih dari 3 bulan atau lebih dalam periode waktu minimal 2 tahun. Epitel alveoli merupakan target maupun tempat awal inflamasi pada bronkitis kronik.8 Infiltrasi netrofil dan distribusi perubahan jaringan fibrotik peribronkial disebabkan oleh aktivitas dari interleukin 8 (IL-8), colony-stimulating factors, dan kemotaktik serta sitokin proinflamatori lainnya. Sel epitel saluran nafas akan melepaskan mediator inflamasi ini sebagai respon terhadap toksin, agen infeksi, dan stimulus inflamasi lainnya serta untuk mengurangi pelepasan produk



regulasi



seperti



angiotensin-converting



enzim



ataupun



endopeptidase.8,16 Bronkitis kronik dapat dikatagorikan sebagai bronkitis kronik sederhana, bronkitis mukopurulen kronik, ataupun bronkitis kronik yang disertai obstruksi. Produksi sputum (industri) menandakan adanya bronkitis kronik sederhana. Produksi sputum purulen yang persisten ataupun berulang tanpa adanya penyakit supuratif lokal seperti bronkiektasis, menunjukkan adanya bronkitis mukopurulen kronik.8,17 Bronkitis kronik dengan obstruksi harus dibedakan dengan asma. Perbedaannya dibedakan berdasarkan riwayat penyakit di mana pasien yang dikatakan mengalami bronkitis kronik dengan obstruksi memilki riwayat batuk produktif yang lama dan onset mengi (wheezing) yang munculnya belakangan, sementara pasien yang memiliki asma dengan obstruksi kronik lebih dulu mengalami mengi (wheezing) dibandingkan batuk produktif.17 Bronkitis kronik dapat terjadi akibat serangan dari bronkitis akut berulang atau dapat juga muncul perlahan-lahan karena merokok berat atau inhalasi dari udara yang terkontaminasi oleh polutan di lingkungan. Jika orang tersebut lebih sering batuk daripada biasanya, kemungkinan lapisan bronkus yang menghasilkan lendir (mukus) sudah mengalami penebalan dan penyempitan saluran nafas yang menyebabkan sulit untuk bernafas. Karena



fungsi silia untuk menyaring udara bersih dari zat iritan dan benda asing terganggu, saluran bronkus akan cenderung mengalami infeksi lebih jauh hingga menyebabkan kerusakan jaringan.8,18



Gambar3. Proses Peradangan pada Bronkitis G. Etiologi 1. Infeksi Virus, Bakteri, dan Mikroorganisme lain pada Bronkitis Akut Bronkitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi seperti spesies jamur (Mycoplasma), Clamydia pneumonia, Streptococcus pneumonia, Moraxella catarrhalis. dan Haemophilus influenza serta virus seperti influenza, adenovirus, rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza tipe A dan B, virus parainfluenza, dan Coxsackie virus. Paparan zat iritan seperti polusi, zat kimia, dan rokok tembakau dapat juga menyebabkan iritasi bronkus akut.14,17 Bordetella pertussis harus dipertimbangkan sebagai agen penyebab bronkitis akut pada anak-anak yang tidak mendapatkan vaksinasi secara lengkap meskipun studi terbaru melaporkan bahwa bakteri ini juga dapat menjadi agen penyebab pada orang dewasa14,17



2. Penyebab Bronkitis Kronik Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkhitis, yaitu : rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungannya dengan faktor keturunan dan status sosial11,13,14,18 a. Rokok Merokok merupakan faktor predisposisi yang meyebabkan bronkitis kronik. Faktor resiko umum terhadap eksaserbasi akut dari bronkitis kronik adalah meningkatnya usia dan berkurangnya Volume Ekspirasi Paksa (VEP). Sebanyal 70-80% ekserbasi akut dari bronkitis kronis diperkirakan akibat infeksi pernafasan. Merokok diperkirakan menyumbang 85-90% kasus dari bronkitis dan PPOK. Studi menunjukkan bahwa merokok dapat mengganggu pergerakan silia, menghambat fungsi makrofag alveolar, dan meyebabkan hipertrofi dan hiperplasia dari glandula pensekresi mukus. Merokok juga dapat meningkatkan resistensi saluran nafas melalui jalur vagal yang dimediasi oleh konstriksi otot polos. b. Infeksi Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Haemophilus influenza dan Streptococcus pneumoniae c. Polusi Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkitis adalah zat-zat pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. d. Keturunan



Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defesiensi alfa -1antitripsin yang merupakan suatu masalah dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru. e. Faktor sosial ekonomi Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih buruk. H. Penegakan Diangnosis 1. Anamnesis6,18,19 Anamnesis bertujuan untuk mendapatksan gejala sebagai berikut : a. Batuk berdahak. Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya pasien mengalami batuk produktif di pagi hari dan tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen. b. Sesak nafas Bila timbul infeksi, sesak napas semakin lama semakin hebat. Terutama pada musim dimana udara dingin dan berkabut. c. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu). d. Wheezing (mengi). Saluran napas menyempit dan selama bertahun-tahun terjadi sesak progresif lambat disertai mengi yang semakin hebat pada episode infeksi akut e. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir berwarna kemerahan Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Pada bronkitis berat, setelah



sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu 2. Pemeriksaan fisik 14, 17, 19 a.



Bila ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi.



b.



Pursed lips breathing



c.



Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest (diameter anteroposterior dada meningkat).



d.



Iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.



e.



Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung berkurang.



f.



Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di pinggir sternum.



g.



Pada cor pulmonal terdapat tanda-tanda gagal jantung kanan dengan peninggian tekanan vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema kaki



h.



Penampilan blue bloater. Gambaran khas bronchitis kronis, gemuk, sianosis, edema tungkai dan ronki basah di basal paru. Sianosis di sentral dan perifer.



3. Pemeriksaan Penunjang 14, 17, 19 Beberapa pemeriksaan penunjang yang mendukung diangnosis adalah sebagai berikut: a.



Cultures dan Staining. Mendapatkan kultur sekresi pernapasan untuk virus influenza, Mycoplasmapneumoniae, dan Bordetella pertussis ketika organisme ini



diduga.



Metode



kultur



dan



tes



imunofluoresensi



telah



dikembangkan untuk diagnosis laboratorium pneumoniaeinfection dengan mendapatkan usap tenggorokan. Kultur dan gram stainning dari dahak sering dilakukan, meskipun tes ini biasanya tidak



menunjukkan pertumbuhan atau flora saluran pernapasan normal. Kultur darah dapat membantu jika superinfeksi bakteri dicurigai. b.



Kadar Procalcitonin. Kadar procalcitonin mungkin berguna untuk membedakan infeksi bakteri dari infeksi nonbakterial. Penelitian telah menunjukkan bahwa tes tersebut dapat membantu terapi panduan dan mengurangi penggunaan antibiotik



c.



Sitologi sputum. Sitologi sputum dapat membantu jika batuk persisten.



d.



Radiografi Dada. Radiografi dada harus dilakukan bagi pasien yang fisik temuan pemeriksaan menunjukkan pneumonia. Pasien tua mungkin tidak memiliki tanda-tanda pneumonia, karena itu, radiografi dada dapat dibenarkan pada pasien, bahkan tanpa tanda-tanda klinis lain infeksi.Pemeriksaan radiologi Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular shadow berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru yang bertambah ataupun tramline shadow yang menunjukkan adanya penebalan dinding bronkus.



e.



Bronkoskopi. Bronkoskopi mungkin diperlukan untuk menyingkirkan adanya aspirasi benda asing, tuberkulosis, tumor, dan penyakit kronis lainnya dari pohon trakeobronkial dan paru-paru.



f.



Tes Influenza. Tes influenza mungkin berguna. Tes serologi tambahan, seperti bahwa untuk pneumonia atipikal, tidak ditunjukkan.



g.



Spirometri. Spirometri mungkin berguna karena pasien dengan bronkitis akut sering memiliki bronkospasme signifikan, dengan penurunan besar dalam volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1). Ini biasanya menyelesaikan lebih 4-6 minggu.



h.



Laringoskopi. Laringoskopi dapat mengecualikan epiglotitis.



i.



Temuan histologis. Sel piala hiperplasia, sel-sel inflamasi mukosa dan submukosa, edema, fibrosis peribronchial, busi lendir intraluminal, dan otot polos peningkatan temuan karakteristik di saluran udara kecil pada penyakit paru obstruktif kronis.



4. Gambaran radiologi pada bronkitis a.



Bronkitis akut Radang akut bronkus berhubungan dengan infeksi saluran nafas bagian atas. Penyakit ini biasanya tidak hebat dan tidak ditemukan komplikasi. Juga tidak terdapat gambaran roentgen yang positif pada keadaan ini. Tetapi foto roentgen berguna jika ada komplikasi pneumonitis pada penderita dengan infeksi akut saluran nafas. Gejala biasanya hebat.19



b.



Bronkitis kronik Penyakit bronkitis kronik tidak selalu memperlihatkan gambaran khas pada foto thoraks. Acapkali berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorik sudah dapat ditegakkan diagnosisnya. Pada foto hanya tampak corakan yang ramai di bagian basal paru. Gambaran radiogram bronkitis kronik hanya memperlihatkan perubahan yang minimal dan biasanya tidak spesifik. Kadang-kadang tampak corakan peribronkial yang bertambah di basis paru oleh penebalan dinding bronkus dan peribronkus. Corakan yang ramai di basal paru ini dapat merupakan variasi normal foto thoraks. Tidak ada kriteria yang pasti untuk menegakkan diagnosis bronkitis kronik pada foto thoraks biasa. Penyakit ini disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, misalnya asma, infeksi, dan lain-lain.20 Infeksi



merupakan



penyebab



kedua



tersering terjadinya



bronkitis kronik. Infeksi ini dapat spesifik maupun tidak spesifik.



Penyakit bronkitis kronik dan emfisema ternyata selalu berhubungan dengan bronkitis asma oleh adanya spasme bronkus.20 Cor pulmonale kronik umumnya disebabkan oleh penyumbatan emfisema paru yang kronik dan sering ditemukan pada bronkitis asma kronik.20 Bronkitis kronik secara radiologik dibagi dalam 3 golongan, yaitu: ringan, sedang, dan berat. Pada golongan yang ringan ditemukan corakan paru yang ramai di bagian basal paru. Pada golongan yang sedang, selain corakan paru yang ramai, juga terdapat emfisema dan kadang-kadang disertai bronkiektasis di pericardial kanan dan kiri, sedangkan golongan yang berat ditemukan hal-hal tersebut di atas dan disertai cor pulmonale sebagai komplikasi bronkitis kronik.20 Beberapa gambaran radiologi bronkitis dapat diperlihatkan sebagai berikut: a.



Thorak Terdapat sekitar 50% penderita bronchitis kronik memiliki gambaran roentgen thoraks normal. Jika terdapat abnormalitas pada foto thoraks, biasanya tanda yang ditemukan adalah akibat adanya emfisema, superimpos infeksi ataupun kemungkinan terjadinya bronkiektasis. 1) Gambaran Dirty chest. Karena terjadi infeksi berulang yang disertai terbentuknya jaringan fibrotik pada bronkus dan percabangannya, maka corakan bronkovaskular akan terlihat ramai dan konturnya irregular. Ini merupakan tanda khas bronkitis kronik yang paling sering ditemukan pada foto thoraks21



Gambar 4. Dirty chest yang menunjukkan adanya corakan bronkuvaskular yang ramai hingga menuju percabangan perifer di paru Hal ini ditandai dengan terlihatnya corakan bronkovaskular yang ramai. Gambaran opasitas yang kecil mungkin akan terlihat pada semua tempat di seluruh lapangan paru namum penilaian gambaran ini bersifat subjektif. Terdapat beberapa korelasi antara bronchitis kronik dengan adanya edema perivascular dan peribronkial, inflamasi kronik dan fibrosis. Jika gambaran ini terlihat jelas, dengan beberapa bayangan linear dan opasitas nodular yang berat, maka gambarannya akan mirip dengan fibrosis interstisial, limfangitis karsinoma, maupun bronkiektasis. 2) Gambaran tramline maupun tubular shadow yang tipis lebih mengarah pada bronkiektasis namun gambaran ini dapat dialami oleh penderita bronchitis kronik. Opasitas ini berhuubungan dengan hilus dan kejelasannya akan didemonstrasikan dengan tomografi. Namun sekali lagi, penyakit ini hanya bersifat mengarahkan dan bukan mejadi prosedur diagnostik. Gambaran berupa tramline shadow berupa garis parallel akibat penebalan dinding bronkus yang juga menjadi gambaran khas bronkiektasis.



Gambar 5. Tramline appearance terlihat sepanjang pinggiran bayangan jantung 3) Gambaran Tubular Shadow menunjukkan adanya bayangan garisgaris yang paralel keluar dari hilus menuju basal paru dari corakan paru yang bertambah



Gambar 6. Adanya gambaran tubular shadow pada bronkitis kronik 4) Struktur bronkovaskular yang irreguler



Gambar 7. Sisi lapangan paru kiri atas yang diperbesar menunjukkan struktur bronkovaskuler yang irregular dengan diameter yang bervariasi.



Gambar 8. Menunjukkan foto thoraks yang diperbesar dari bagian kiri paru. Garis yang membujur secara kranio-kaudal adalah batas medial skapula. Anak panah menunjukkan pola stuktur bronkovaskular dengan pola irregular. 5) Corakan bronkovaskular ramai disertai emfisema



Gambar 9. Terlihat adanya corakan bronkovaskular ramai disertai emfisema. Volume paru tampak membesar, sela iga melebar, dan difragma mendatar.



b.



Computed tomography(CT) scan 1) Gambaran tremline shadow appearanceberupa garis paralel sejajar akibat penebalan dinding bronkus dan dilatasi bronkus ringan akibat peradangan bronkus.



Gambar 10. Terlihat adanya tramline appearance 2) Penebalan dindingbronkus akibat bronkitis kronis berdasarkan gambaran Computed Tomography(CT) scan juga terlihat pada panah merah danlendirdi dalambronkuspada panah kuning berikut :



Gambar 11. Gambaran CT-Scan Thoraks Bronkitis Kronik



I. Diagnosis Banding Beberapa penyakit yang perlu diingat atau dipertimbangkan pada pasien bronkitis22 : 1) Tuberkulosis paru ( penyakit ini dapat disertai kelainan anatomis paru berupa bronkitis ) 2) Abses paru ( terutama bila telah ada hubungan dengan bronkus besar ) 3) Penyakit paru penyebab hemoptosis misalnya karsinoma paru 4) Fistula bronkopleural dengan emfisema 5) Bronkiektasis Namun berdasarkan kemiripan gambaran radiologi, bronkiektasis dapat menjadi diagnosis banding dari bronkitis kronik ini. Gambaran khas bronkiektasis yang berupa tramline shadow pada foto thoraks juga dapat ditemukan pada bronkitis kronik.



Gambar 12. Terlihat gambaran foto CT-Scan dan thoraks bronkiektasis. Gambaran tramline appearance tampak pada foto thoraks. J. Penatalaksanaan 1. Pengobatan non farmakologi 23 Istirahat dan meningkatkan kualitas hidup seperti menjaga pola makan yang baik, makan dan minuman yang bergizi dan intake cairan yang cukup.



2. Pengobatan Farmakologi23 a. Pemberian antibiotik Obat



Dosis



Amoxicillin



500 mg every (q) 8 hours



Amoxicillin/clavulanic acid



250 mg to 500 mg q 8 hours



Ampicillin



250 to 500 mg q 7 hours



Azithromycin



500 mg daily



Cefdinir



300 mg q 12 hours 600 mg q 24 hours



Clarithromycin



500 mg q 12 hours



Doxycycline



200 mg q 24 hours 100 mg twice daily



Erythromycin



250 to 333 mg 3 to 4 times daily



Trimethoprim/sulfamethoxazole



160/800 mg twice daily



b. Beta 2 agonis Pengaruh albuterol, khususnya dihirup. Pasien dengan bronkitis akut mungkin memiliki bronchospasme dan pengobatan dengan bronkodilator merupakan cara yang efektif. Terapi beta-2agonist dalam mengurangi batuk pada pasien dengan batuk yang berat dan saluran napas hyperresponsiveness. c. Antitusive Obat



Dosing



Adverse effects



Benzonatate



100 to 200 mg 3 times daily



Gastrointestinal upset



Codeine



10 to 20 mg every 4 to 7 hours



Gastrointestinal upset, nausea, drowsiness, constipation



Hydrocodone



5 mg every 4 to 7 hours



Gastrointestinal upset, nausea, drowsiness, constipation



Dextromethorp han



30 mg every 12 hours



Gastrointestinal upset



Kriteria Penggunaan farmakologis di Bronkitis Akut Agent



Criteria



Antibiotics



Diagnosed pertussis Elevated procalcitonin Elevated C-reactive protein Respiratory illness >1 week High risk patients Comorbid cardiac or respiratory disease (CHF, COPD, and asthma)



Bronchodilators



Troublesome cough Bronchospasm Airway hyperresponsiveness Airflow obstruction at baseline Wheezing FEV1