Referat Diare Akut Pada Anak - Yuliana (712019080) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT DIARE AKUT PADA ANAK



Oleh: Yuliana, S.Ked. 712019080 Pembimbing: dr. Hadi Asyik, Sp.A



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG RSUD PALEMBANG BARI 2021



HALAMAN PENGESAHAN



Referat berjudul DIARE AKUT PADA ANAK



Dipersiapkan dan disusun oleh Yuliana, S.Ked. 712019080



Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik SeniorFakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.



Palembang, Januari 2021 Dosen Pembimbing



dr. Hadi Asyik, Sp.A



ii



KATA PENGANTAR



Puji Syukur kehadirat Allah swt, Yang Maha Esa dengan segala keindahan-Nya, zat Yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk. Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Diare Akut Pada Anak” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI. Dalam penyelesaian referat ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikanterima kasih kepada dr. Hadi Asyik, Sp.A selaku dosen pembimbing. Semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.



Palembang, Januari 2021



Penulis



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Tujuan Penullisan ........................................................................................ 2 1.3. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi ........................................................................................................ 3 2.2. Epidemiologi ............................................................................................... 3 2.3. Etiologi ........................................................................................................ 4 2.4. Faktor Risiko ............................................................................................... 5 2.5 Patofisiologi.................................................................................................. 5 2.6. Penularan ..................................................................................................... 7 2.7. Manifestasi Klinik ....................................................................................... 7 2.8. Diagnosis ..................................................................................................... 7 2.9. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 9 2.10. Tatalaksana ................................................................................................ 9 2.11. Pencegahan ............................................................................................. 15 2.12. Komplikasi ................................................................................................ 15 2.13. Prognosis .................................................................................................. 18



BAB III. KESIMPULAN ..................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20



iv



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Diare merupakan penyakit sistem pencernaan yang ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali dalam sehari.1 Diare penyebab nomor 1 kematian anak usia balita di dunia, UNICEF melaporkan setiap detik satu anak meninggal karena diare. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, angka kematian akibat diare pada balita di Nigeria dan India sebanyak 42% dan angka kesakitan balita dengan diare sebanyak 39%. Menurut WHO, Penyakit diare adalah penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah lima tahun, dan bertanggung jawab untuk membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahun. Penyakit diare adalah penyebab utama kematian anak dan morbiditas di dunia, dan sebagian besar hasil dari makanan dan sumber air yang terkontaminasi. Di seluruh dunia, 780 juta orang tidak memiliki akses ke air minum yang lebih baik dan 2,5 miliar tidak memiliki sanitasi yang lebih baik. Diare akibat infeksi tersebar luas di seluruh negara berkembang.13 Di Indonesia, angka kejadian diare akut diperkirakan masih sekitar 60 juta setiap tahunnya dan angka kesakitan pada balita sekitar 200-400 kejadian dari 1000 penduduk setiap tahunnya dan 1-5% berkembang menjadi diare kronik.2 Dari hasil survey morbiditas yang dilakukan oleh subdit diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2012 – 2015 memperlihatkan kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2012 angka kesakitan diare pada balita 900 per 1.000 balita, tahun 2013 insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang dengan Case Fatality Rate (CFR) = 2,47%. Penyebab diare yaitu faktor Infeksi (Bakteri, virus, parasit), gangguan penyerapan makanan dan minuman di usus seperti penyerapan karbohidrat, lemak dan protein, faktor makanan seperti makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, faktor psikologis seperti cemas, takut dan terkejut.3 Penyebab lain dari diare adalah rotavirus, kualitas air minum, kebersihan dan



1



sanitasi. Diare berdampak buruk jika tidak diatasi. Apabila diare tidak teratasi, maka dapat menimbulkan kejang, gangguan irama jantung sampai pendarahan di otak, apabila dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) berat bisa menyebabkan kematian.3,4 2.2.Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari referat ini adalah sebagai berikut: 1) Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami Diare akut pada anak 2) Diharapkan munculnya pola berpikir kritis bagi semua dokter muda setelah dilakukan diskusi denngan dosen pembimbing klinik tentang Diare akut pada anak 3) Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat mengaplikasikan pemahaman yang didapatkan dalam kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) terutama untuk Diare akut pada anak 2.3.Manfaat 1.3.1. Manfaat Teoritis a. Bagi institusi, diharapkan referat ini dapat menambah bahan referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu penyakit dalam terutama tentang Diare akut pada anak b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan referat ini dapat dijadikan landasan untuk penulisan referat selanjutnya. 1.3.2. Manfaat Praktis Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari referat ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) dan diterapkan di kemudian hari dalam praktik klinik.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Definisi Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.5 Diare akut adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari kurang dari 4 episode/bulan.8 Berdasarkan ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan konsistensi cair.5 2.2. Epidemiologi Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus diare pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat, insidens kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per tahun. Di Amerika Serikat, diare terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia. Satu studi data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian akibat diare dalam waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Selain itu, diare masih merupakan penyebab kematian anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju.14 Dari semua kasus kematian anak balita karena penyakit diare, 78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia Tenggara. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1.000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk,



3



tahun 2006 naik menjadi 423/1.000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1.000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8.133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.).15 Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita. dan nomor lima bagi semua umur. Insidensi Diare dan Period Prevalence diare pada balita di Sumatera Selatan yaitu: 4,8% dan 4,5%. Di Sumatera Selatan, Palembang merupakan kota dengan jumlah penderita diare terbanyak yaitu 51.623 kasus. Diare selalu menjadi 10 besar penyakit yang selalu ada setiap tahun dan terdapat peningkatan jumlah kasus diare pada balita di Palembang tahun 2012 - 2013 dari 8.236 menjadi 16.033 balita. Insidensi diare di Indonesia pada tahun 2000 adalah 301 per 1.000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate (CSDR) diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1.000 balita. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di negara yang sedang berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. 2.3 Etiologi Patogen usus yang paling sering menyebabkan diare adalah rotavirus dan Eschericia coli. Rotavirus merupakan penyebab diare yang paling banyak pada anak berumur 6-24 bulan. Rotavirus grup A, dan serotipe G1, G2, G3, G4, dan G9 menyebabkan sebagian besar infeksi usus. Gejala klinis diare akibat rotavirus biasanya bersifat ringan, namun dehidrasi berat yang berujung pada kematian dapat terjadi Diare akibat bakteri E.coli



4



pada anak- anak paling banyak disebabkan oleh tipe Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enterotoxigenic E.coli (ETEC),dan Enteropathogenic E.coli (EPEC).16 EPEC lebih sering menyebabkan diare pada anak-anak dibawah dua tahun dan penyebab dari diare persisten. Patogen lain yang turut berperan dalam menyebabkan diare adalah Campylobacter spp, Salmonella spp, Shigella spp, dan Yersinia spp merupakan penyebab terpenting dari diare akut dengan darah. Selain itu, Vibrio cholerae menyebabkan epidemi diare khususnya pada daerah dengan sanitasi buruk16 Enteropati akibat sensitifitas terhadap makanan sering mengikuti terjadinya diare akut. Antigen pada makanan yang biasanya menyebabkan respon alergi adalah susu sapi, soya, dan protein telur. Enteropati biasanya memiliki gejala muntah dan diare yang ditandai dengan malabsorpsi dan gagal tumbuh16 2.4. Faktor Risiko Beberapa faktor risiko diare yaitu:7 a. Faktor umur yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja. b. Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjdadi menurut letak geografis. Di Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, dan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan. c. Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan, kesediaan sarana air bersih (SAB), pemanfaatan SAB, kualitas air bersih. 2.5. Patofisiologi Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi, antara lain: 16 - Osmolaritas intraluminal yang meningkat, disebut diare osmotic - Sekresi cairan dan elektrolit meningkat, disebut diare sekretorik



5



- Gangguan motilitas usus a. Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.16 Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotik dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare.16 b. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat



rangsangan



mediator



abnormal



misalnya



enterotoksin,



menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida disel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.16 c. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.16



6



2.6 Penularan Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberap perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan resiko terjadinya dire yaitu: tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulanpada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menyuapi anak dan tidak membuang tinja termasuk tinja bayi yang benar.7



2.7. Manifestasi Klinik Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering. 8 2.8. Diagnosis Anamnesis Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan tatalaksana anak dengan diare. Tanyakan frekuensi buang air besar (BAB) anak, lamanya diare terjadi (berapa hari), adanya darah dalam tinja. Tanyakan juga laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera, pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya, gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi)16. Tanyakan juga kondisi buang air kecil, warna, volume, dan baunya. Perlu diketahi juga riwayat makanan dan minuman yang diberikan sebelum dan selama diare. Adakah demam atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, dan campak. Selain itu, tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare seperti



7



memberi oralit, membawa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obatobatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.17 Pemeriksaan Fisik A. Darah dalam tinja B. Bila ditemukan napas cepat dan dalam menandakan adanya komplikasi asidosis metabolik. C. Bila nyeri bertambah pada perut saat palpasi atu ditemukan tekan, nyeri lepas atau anak menolak diperiksa, waspadai kemungkinan komplikasi atau kemungkinan penyebab non in penyebab non infeksi. D. Pada keadaan kembung, auskultasi harus lebih cermat untuk mendeteksi adanya ileus paralitik. E. Amati adanya eritema perianal akibat adanya malabsorpsi karbohidrat sekunder atau akibat malabsorpsi garam empedu sekunder yang disertai dengan dermatitis popok. F. Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat.



Gambar 1. Derajat Dehidrasi



8



2.9.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium yang intensif perlu dilakukan untuk mengetahui adanya diare yang disertai kompikasi dan dehidrasi. pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk mengetahui Analisa Gas Darah (AGD) yang menunjukan asidosis metabolic. Pemeriksaan feses juga dilakukan untuk mengetahui :9 1. Leukosit polimorfonuklear, yang membedakan antara infeksi bakteri dan infeksi virus. 2. Kultur feses positif terhadap organisme yang merugikan. 3. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat menegaskan keberatan rotavirus dalam feses. 4. Nilai pH feses dibaah 6 dan adanya substansi yang berkurang dapat diketahui adanya malaborbsi karbohidrat. 2.10. Tatalaksana Pengobatan diare perlu dilakukan secara benar dan tuntas. Untuk penanganan



awal



pengobatan



pengobatan



diare



memerlukan



memerlukan rehidrasi rehidrasi pada pasien yang menderita menderita dehidrasi. dehidrasi. Akan tetapi pengobatan pengobatan tuntas juga diperlukan diperlukan untuk jangka panjang panjang agar anak tidak mudah menderita menderita diare. Karena itu emperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:7 A. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru Rehidrasi dengan oralit diperlukan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang saat diare. Air minum tidak mengandung garam elektrolit yan dibutuhkan oleh tubuh, karena itu diperlukan oralit. Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit dapat diserap



9



dengan baik oleh usus. Oralit baru adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah mendekati osmolaritas plasma. Keamanan oralit ini sama dengan oralit Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang selama yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini



juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut nonkolera pada anak. 1 Pada pasein tanpa dehidrasi, pemberian oralit dilakukan setiap kali BAB cair dengan takaran 5-10ml/kgbb secara oral. Lalu pada pasien dehidrasi ringan-sedang, oralit diberikan 75ml/kgbb dalam 3 jam lalu pantau keadaan dehidrasi pasien untuk tata laksana rehidrasi selanjutnya. B. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut Zinc termasuk mironutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan pertumbuhan dan pembelahan pembelahan sel, anti oksidan, oksidan, perkembangan perkembangan seksual, seksual, kekebalan kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan perbaikan epitel saluran saluran cerna selama diare. Pemberian Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan aborpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Dosis zinc pada anak : - Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari - Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah



10



berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2 – 3 bulan ke depan. C. ASI dan makanan tetap diteruskan Perlu ditekankan pada orang tua anak, ASI bukan penyebab diare. ASI justru dapat mencegah diare. Bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistim imunitas tubuh bayi. Jika anak masih mendapatkan ASI, maka teruskan pemberian ASI sebanyak dia mau. Anak harus diberi makan seperti biasa dengan frekuensi lebih sering. Lakukan ini sampai dua minggu setelah anak berhenti diare. Jangan batasi makanan anak jika ia mau lebih banyak, karena lebih banyak makanan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi. D. Antibiotik selektif diberikan jika ada indikasi, misal pada diare berdarah dan kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak pengobatan yang tidak perlu. E. Nasihat kepada orang tua Kembali segera jika demam, tinja berdarah,berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.



11



Pengobatan diare dapat didasarkan derajat dehidrasi. Diare tanpa dehidrasi ditatalaksana dengan rencana A. Diare dengan dehidrasi ringan-sedang ditatalaksana dengan rencana B. Diare dengan dehidrasi berat ditatalaksana dengan rencana C.



Gambar 2. Rencana Terapi A15



12



Gambar 3. Rencana Terapi B15,20



13



Gambar 4. Rencana Terapi C15,20



14



2.11. Pencegahan Untuk mencegah penyebaran diare dapat dilakukan dengan cara:7 a. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sampai bersih pada lima waktu penting: §



Sebelum makan.



§



Sesudah buang air besar (BAB).



§



Sebelum menyentuh balita anda.



§



Setalah membersihkan balita anda setelah buang air besar.



§



Sebelum proses menyediakan atau menghidangkan makan untuk siapapun.



b. Mengkonsumsi air yang bersih dan sehat atau air yang sudah melalui proses pengolahan. Seperti air yang sudah dimasak terlebih dahulu, proses klorinasi. c. Pengolahan sampah yang baik dengan cara pengalokasiannya ditempatkan ditempat yang sudah sesuai, supaya makanan anda tidak dicemari oleh serangan (lalat, kecoa, kutu, dll) d. Membuang proses MCK (Mandi Cuci Kakus) pada tempatnya, sebaiknya anda meggunakan WC/jamban yang bertangki septik atau memiliki septicteng. 2.12. Komplikasi Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi 21: 1. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi kehilangan air (output ) lebih banyak daripada pemasukan (input), 2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Terjadi karena : a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh. c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan.



15



d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria). e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler. 3. Hipoglikemia Hal ini terjadi karena : a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu. b. Adanya gangguan absopsi glukosa (walaupun jarang). Gejala hipoglikemi akan muncul jika kada glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemi tersebut dapat berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. 4. Gangguan Gizi ( Malnutrisi) Hal ini disebabkan : a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan / muntahnya akan bertambah hebat. b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. 5. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal. Semua akibat diare cair diakibatkan karena kehilangan air dan elektrolit tubuh melalui tinja. Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan volume darah (hipovolemia), kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Ada tiga macam dehidrasi :



16



a. Dehidrasi isotonic Ini adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila kehilangan air dan natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan ditemui dalam cairan ekstraseluler. b.



Dehidrasi Hipertonik Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi hipernatremik. Pada keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Bila dibandingkan dengan proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan ekstraseluler dan darah. Ini biasanya akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada saat diare yang tidak di absopsi secara efisien dan pemasukan air yang tidak cukup.



c.



Dehidrasi Hipotonik Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat infus 5 % glukosa dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi karena air diabsopsi dari usus sementara kehilangan garam (NaCl ) tetap berlangsung dan menyebabkan kekurangan natrium dan kelebihan air.



6. Sindrom Uremik Hemolitik atau Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) adalah gangguan yang biasanya terjadi ketika infeksi pada sistem pencernaan memproduksi zat beracun yang merusak sel-sel darah merah. Setelah proses ini dimulai, sel-sel darah merah yang rusak mulai menyumbat sistem penyaringan pada ginjal, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal yang mengancam jiwa. 7. Gangguan keseimbangan elektrolit Diare dengan intensitas yang tinggi dan volume banyak disertai dengan muntah yang profus dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan elektrolit. Bagian elektrolit yang sering hilang akibat dari diare adalah natrium dan kalium. Kondisi ini disebut dengan hiponatremia (jika terjadi defisiensi natrium yaitu kadarnya < 135 mmol/L) atau hipokalemia (jika terjadi defisiensi kalium yaitu kdarnya < 3,5 mmol/L). Gejala klinis yang



17



muncul pada hiponatremia adalah disorientasi, penurunan kesadaran, dan kejang. Gejala klinis yang muncul pada hipokalemia adalah aritmia, ileus karena kelumpuhan otot-otot saluran cerna, paraestesia, kelumpuhan pada otot-otot tubuh yang lain. Untuk penanganannya dapat dilakukan koreksi elektrolit dengan kalium peroral atau injeksi untuk hipokalemia sedangkan untuk hiponatremia dapat diberikan NaCL 3%. 2.13. Prognosis Prognosis pada diare akut pada anak umumnya baik, kematian akibat diare mencerminkan masalah gangguan homeostasis cairan dan elektrolit yang memicu terjadinya dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit dan instabilitas vaskuler,serta syok. Namun dengan penatalaksanaan yang tepat dan cepat serta edukasi yang baik dapat mencegah prognosis yang buruk pada pasien22



18



BAB III KESIMPULAN



1. Diare akut adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari kurang dari 4 episode/bulan. 2. Diare akut pada anak disebabkan oleh virus dan bakteri antara lain Rotavirus (paling sering), Ecoli,Campylobacter spp, Salmonella spp, Shigella spp, dan Yersinia spp, selain itu diare pada anak juga disebabkan oleh enteropati akibat sensitifitas terhadap makanan 3. Diare dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium yang intensif perlu dilakukan untuk mengetahui adanya diare yang disertai kompikasi dan dehidrasi. 4. Tatalaksana pada diare yaitu dengan rehidrasi, pemberian zinc, pemberian ASI, pemberian antibiotic serta nasihat kepada orangtua dari anak. Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya dehidrasi, hipoglikemi, dan gangguan gizi. 5. Prognosis pada diare akut pada anak umumnya baik, kematian akibat diare mencerminkan masalah gangguan homeostasis cairan dan elektrolit yang memicu terjadinya dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit dan instabilitas vaskuler,serta syok.



19



DAFTAR PUSTAKA



1. World Health Organization. Diarhorreal Disease. 2009. Available from : http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/ [diakses 13 Juli 2020] 2. Soebagyo, B. Diare Akut Pada Anak. Surakarta: UNS Press. 2008. 3. Brandt, et al. Acute Diarrhea: Evidence Based management. Journal de Pediatria,



91(6),



pp.



S36-S43.



Available



:



http://dx.doi.org/10.1016/j.jped.2015.06.002. 4. Departemen Kesehatan RI. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. 5. Subagyo B. Diare Akut. Dalam : Juffrie M., Sunarto.S.S, Oswari H eds. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI pp. 87-120. 2012. 6. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC. 2014. 7. Juffrie,



M.,Soenarto,



S.



S.Y.,Oeswari,



H.,Arief,S.,Rosalina,I.



&



Mulyani,N.S. Buku Ajar Gasrtoenterologi-Hepatologi Jilid I. Jakarta :IDAI.2012. 8. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta WA. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 4. Jakarta : Media Aesculapius. 2014. 9. William. Pedoman Klinis Pediatri. Penerbit Buku Kedokteran ECG : Jakarta. 2005. 10. Suharyono, Diareakut Klinikdan Laboratorik. Jakarta :Rineka Cipta. 2008. 11. Suraatmaja, S. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto. 2007. 12. Amabel, S. Diare Pada Anak. available : https://ml.scribd.com/doc /61043992/Diare-pada-Anak. 2011. (13 Juli 2020). 13. WHO. Diarrheal Disease. 2017. http://www.who.int/news-room/factsheets/detail /diarrhoeal-disease. (diakses 13 Juli 2020). 14. World



Health



Organization.



Environment



Health.



http://www.who.int/topics/emvironmental_health/en/ 15. Kementrian Kesehatan RI. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta. 2011.



20



2015.



16. Karyana, I. P. G., Putra, Karyana, I. P. G., Putra, I. G. N. S. 2010. I. G. N. S. Pedoman Pelayanan M Pedoman Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan edis Ilmu Kesehatan Anak . Denpasar: RSUP Sanglah.2010. 17. Pudjiadi, A. H., Hegar B., Handyastuti S., Pudjiadi, A. H., Hegar B., Handyastuti S., Idris, N Idris, N. S., Gandaputra E., Harmoniati, E. . S., Gandaputra E., Harmoniati, D. Pedoman Pelayanan M Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indones edis Ikatan Dokter Anak Indonesia Edisi I. ia Edisi I. Jakarta: IDAI. 2009. 18. World Health Organization. Buku Saku Kesehatan Ana Buku Saku Kesehatan Anak Di Rumah Sakit k Di Rumah Sakit . Jakarta: WHO Indonesia. 2009. 19. Departemen Kesehatan RI. Buku Bagan Manajem Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit en Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta: Depkes RI.2008. 20. Departemen Kesehatan RI. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.2011. 21. Juffrie, M & Mulyani, S,M. 2009. Modul Pelatihan Diare Edisi Pertama. Jakarta: UKK Gastro-Hepatologi IDAI 22. Marcdante, Karen J., Kliegman, Robert M., Jenson, Hal B., Behrman, Richard E. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke-6. Singapore : Saunders Elsevier.



21