12 0 153 KB
REFERAT GENERAL ANESTESI FACE MASK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Sebagai Dokter Muda Stase Anestesi di RS PKU Muhammadiyah Delanggu
Disusun Oleh : Sandhy Hapsari Andamari H2A010046
Dosen pembimbing : dr. Runik Istanti, SpAn
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2015
BAB I PENDAHULUAN General anestesi merupakan suatu teknik menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh secara sentral atau mempengaruhi sistem saraf pusat disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Trias anestesi terdiri dari analgesi, hipnotik dan relaksasi. Tahap awal dari anestesi umum adalah induksi. Induksi anestesi adalah peralihan dari keadaan sadar dengan reflek perlindungan masih utuh sampai dengan hilangnya kesadaran akibat pemberian obat – obat anestesi. Indukasi dapat dilakukan secara inhalasi, intravena, intramuscular atau perrektal. Induksi inhalasi sering disebut juga induksi lambat karena membutuhkan waktu yang lama. Obat – obat anestesi yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui inhalasi antara lain : N2O, halothan, enflurane, ether, isoflurane, sevoflurane, metoxiflurane dan trilene. Induksi inhalasi diberikan dengan meminta pasien untuk menghirup campuran gas anestesi dengan udara dan oksigen dengan memakai face mask atau sungkup muka. Umumnya induksi inhalasi dilakukan pada bayi dan anak – anak.1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi general anestesi face mask General anestesi adalah meniadakan rasa nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan yang panjang.2 (Joomla,2008) B. Indikasi general anestesi face mask Indikasi untuk menggunakan teknik general anestesi dengan sungkup muka : 1. Untuk tindakan yang singkat (0,5 jam – 1 jam) tanpa membuka rongga perut 2. Keadaan umum pasien cukup baik (status fisik ASA I atau ASA II) 3. Lambung harus kosong C. Persiapan pra anestesi 1. Anamnesis Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anesthesia sebelumnya sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada halhal yang perlu mendapatkan perhatian khusus, misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak napas pasca bedah, sehingga kita dapat merancang anestesiaberikutnya dengan lebih baik. Kita harus pandai-pandai memilih apakah cerita pasien termasuk alergi atau efek samping obat. Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya untuk eliminasi nikotin yang mempengaruhi sistem kardiosirkulasi,
dihentikan beberapa hari untuk mengaktifkan kerja silia jalan napas dan 1-2 minggu untuk mengurangi produksi sputum. Kebiasaan minum alcohol juga harus dicurigai akan adanya penyakit hepar 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan keadaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangat penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan tindakan. Leher pendek dan kaku juga akan menyulitkan intubasi. Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut mallampati dibagi menjadi 4 gradasi Pemeriksaan
rutin
lain
ialah
pemeriksaan
derajat
Mallampati serta inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua sistem organ tubuh pasien.2 3. Pemeriksaan laboratorium Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang dicurigai. Banyak fasilitas kesehatan yang mengharuskan uji laboratorium secara rutin walaupun pada pasien sehat untuk bedah minor, misalnya pemeriksaan darah kecil (Hb, leukosit, masa pendarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien di atas 50 tahun ada anjuran pemeriksaan EKG dan foto thorax. 4. Klasifikasi status fisik Untuk menentukan prognosis, ASA (American Society of Anesthesiologists) membuat klasifikasi berdasarkan status fisik pasien pra anestesi yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu: ASA 1
Penderita
normal
sehat
dengan
membutuhkan pembedahan terlokalisasi
bagian
yang
ASA 2
Penderita
dengan
gangguan
terkontrol
dengan
baik
sistemik
(hipertensi
ringan,
ringan,
tetapi
diabetes
terkontrol, usia lanjut) Penderita dengan gangguan sistemik berat yang membatasi
ASA 3
kehidupannya ( angina, kegagalan miokardium yang baru ASA 4
saja terjadi) Penderita dengan
ASA 5
mengancam kehidupan (penyakit jantung, paru atau ginjal) Penderita sekarat yang mungkin tidak dapat bertahan dalam
gangguan
sistemik
berat
yang
24 jam dengan atau tanpa pembedahan. 5. Premedikasi Premedikasi adalah pemberiaan obat 1-2 jam sebelum induksi anestesia dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan, dan bangun dari anestesia, diantaranya : a. Meredakan kecemasan dan ketakutan b. Memperlancar induksi anesthesia c. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus d. Meminimalkan jumlah obat anestetik e. Mengurangi mual-muntah pasca bedah f. Menciptakan amnesia g. Mengurangi isi cairan lambung h. Mengurangi reflex yang membahayakan 6. Puasa Refleks laring mengalami penurunan selama anesthesia. Regusgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan napas merupakan resiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anestesi. Untuk meminimalkan resiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesiaumum harus dipantangkan dari masukan oral (puasa) selama periode tertentu selama induksi anesthesia.
Pada pasien dewasa umumnya puasa 6 – 8 jam, anak kecil 4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam. Makanan tak berlemak diperbolehkan 5 jam sebelum induksi anesthesia. Minuman bening, air putih, teh manis sampai 3 jam dan untuk keperluan minum obat air putih dalam jumlah tebatas diperbolehkan 1 jam sebelum induksi anestesia. D. Obat – obatan yang digunakan Obat anestesi inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi. Mekanisme kerja obat anestesi inhalasi sangat rumit masih merupakan misteri dalam farmakologi modern. Pemberian anestetik inhalasi melalui pernafasan menuju organ sasaran yang jauh merupakan suatu hal yang unik dalam dunia anestesiologi. Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditetukan oleh sifat fisiknya: 1. Ambilan oleh paru 2. Difusi gas dari paru ke darah 3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu : 1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap.7 a. Derivat halogen hidrokarbon.
Halothan
Trikhloroetilen
Khloroform
b. Derivat eter.
Dietil eter
Metoksifluran
Enfluran
Isofluran
2. Obat anestesia umum yang berupa gas.7 a. Nitrous oksida (N2O) b. Siklopropa c. FARMAKOLOGI KLINIK ANESTESI INHALASI 1. HALOTAN Halotan berbentuk cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak meskipun dicampur dengan oksigen, tidak iritatif dan mudah rusak bila terkena cahaya, tetapi stabil disimpan memakai botol warna gelap. 3,7,8 Dosis Dosis untuk induksi inhalasi adalah 2-4%, dosis untuk induksi anak 1.5 – 2%. Pada induksi inhalasi kedalaman yang cukup terjadi setelah 10 menit. Dosis untuk pemeliharaan adalah 1 – 2%, dan dapat dikurangi bila digunakan juga N2O atau narkotik. Pemeliharaan pada anak 0.5 – 2%. Waktu pulih sadar sekitar 10 menit setelah obat dihentikan. Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, dan Eliminasi Obat anestesi inhalasi di absorbsi di paru, setelah itu di distribusikan ke seluruh tubuh.Metabolisme obat anestesi inhalasi secara oksidasi dan reduksi di dalam reticulum endoplasma hepar.
Eliminasi sebagian besar secara ekshalasi lewat paru, sebagian kecil melalui urin. Hasil metabolism sebagian besar diekskresi lewat urin sebagian kecil diekskresi lewat paru.3,7,8 Efek Farmakologi
Terhadap SSP Menimbulkan depresi pada SSP di semua komponen otak. Depresi pusat kesadaran menimbulkan hipnotik, depresi pada pusat sensorik menimbulkan khasiat analgesia dan depresi pada pusat motorik menimbulkan kelemahan otot. Tingkat depresinya bergantung pada dosis yang diberikan. Terhadap
pembuluh
darah
otak
menyebabkan
vasodilatasi, sehingga aliran darah otak meningkat, oleh karena itu tidak dipilih untuk anestesi pada kraniotomi. Peningkatan tekanan intracranial dapat diturunkan dengan hiperventilasi. 3,7,8
Terhadap sistem Kardiovaskular Pada sistem kardiovaskular tergantung dosis, tekanan darah menurun akibat depresi pada otot jantung, makin tinggi dosisnya depresi makin berat. Pada bayi, halotan menurunkan curah jantung karena turunnya kontraktilitas miokardium dan menurunnya laju jantung. Halotan dapat menyebabkan Ventrikel Ekstra Sistole (VES), Ventrikel Takikardia (VT) dan Ventrikel Fibrilasi (VF). 3,7,8
Terhadap sistem respirasi
Pada konsentrasi tinggi, menimbulkan depresi pusat nafas, sehingga pola nafas menjadi cepat dan dangkal, volume tidal dan volume nafas semenit menurun dan menyebabkan dilatasi bronkus.3,7,8
Terhadap ginjal Halotan pada dosis lazim secara langsung akan menurunkan aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus, tetapi efek ini hanya bersifat sementara dan tidak mempengaruhi autoregulasi aliran darah ginjal. 3,7,8
Terhadap hati Pada konsentrasi 1,5 vol%, halotan akan menurunkan aliran darah pada lobules sentral hati sampai 25-30%. Penurunan
aliran
darah
pada
lobulus
sentral
ini
menimbulkan nekrosis sel pada sentral hati yang diduga sebagai penyebab dari “hepatitis post-halothane”. Kejadian ini akan lebih bermanifes, apabila diberikan halotan berulang dalam waktu yang relatif singkat. Penggunaan Klinik Halotan
digunakan
terutama
sebagai
komponen
hipnotik dalam pemeliharaan anestesia umum. Disamping efek hipnotik, halotan juga mempunyai efek analgetik ringan dan relaksasi otot ringan. Pada bayi dan anak-anak yang tidak kooperatif, halotan digunakan untuk induksi bersama-sama dengan N2O secara inhalasi. Untuk
mengubah
cairan
halotan
menjadi
uap,
diperlukan alat penguap (vaporizer) khusus halotan, misalnya fluotec, halomix, copper kettle, dragger dan lain-lainnya. 3,7,8
2. ENFLURAN
Enfluran adalah obat anestesi inhalasi yang bebentuk cair, tidak mudah terbakar, tidak berwarna, tidak iritatif, lebih stabil dibandingkan halotan, induksi lebih cepat dibanding halotan, tidak terpengaruh cahaya dan tidak bereaksi dengan logam. 3,7,8 Dosis 1) Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-3% bersama dengan N2O. 2) Untuk
pemeliharaan
dengan
pola
nafas
spontan,
konsentrasinya berkisar antara 1- 2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.3,7,8 Absorbsi Dan Distribusi, Metabolism, Dan Eliminasi Setelah diabsorbsi dari paru ke dalam darah, enfluran akan didistribusikan ke seluruh tubuh. Kelarutan enfluran dalam lemak lebih rendah dibandingkan halotan. Ekskresi melalui paru dan sebagian kecil melalui urin.3,7,8 Efek Farmakologik
Terhadap SSP Pada dosis tinggi menimbulkan “twitching” (tonikklonik) pada otot muka dan anggota gerak. Hal ini terutama dapat terjadi bila pasien mengalami hipokapnia. Kejadian ini bisa dihindari dengan mengurangi dosis obat dan mencegah terjadinya hipokapnia. Obat ini tidak dianjurkan pemakaiannya pada pasien yang mempunyai riwayat epilepsy walaupun pada penelitian terbukti bahwa enfluran tidak
menimbulkan
bangkitan
epilepsi.
Walaupun
menimbulkan vasodilatasi serebral, tetapi pada dosis kecil
dapat dipergunakan untuk operasi intrakranial karena tidak menimbulkan peningkatan tekanan intracranial.
Terhadap system Kardiovaskular Enfluran menimbulkan depresi kontraktilitas miokard, disritmia jarang terjadi, tidak meningkatkan sensitifitas miokard terhadap katekolamin. Hipotensi dapat terjadi akibat menurunnya curah jantung. 3,7,8
Terhadap respirasi Pada system respirasi tidak meningkatkan sekresi bronchial dan ludah, tidak meningkatkan iritabilitas faring dan laring. Frekuensi nafas meningkat tetapi ventilasi semenit berkurang karena volume tidal yang menurun.3,7,8
Terhadap ginjal Enfluran menurunkan aliran darah ginjal, menurunkan laju filtrasi glomerolus dan akhirnya menurunkan diuresis. Harus berhati-hati menggunakan enfluran pada pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal. 3,7,8
Terhadap hati Terjadi gangguan fungsi hati yang ringan setelah pemakaian enfluran yang sifatnya reversible.3,7,8
Terhadap uterus Menimbulkan depresi tonus otot uterus, namun respon uterus terhadap oksitosin tetap baik selama dosis enfluran rendah.3,7,8
Terhadap otot Meningkatkan relaksasi, tapi untuk laparotomi masih perlu penambahan pelumpuh otot. 3,7,8
Penggunaan Klinik Sama seperti halotan. Untuk mengubah cairan enfluran menjadi uap, diperlukan alat penguap (vaporizer) khusus enfluran.3,7,8 3. ISOFLURAN Isofluran adalah obat anestesi isomer dari enfluran, merupakan
cairan
tidak
berwarna
dan
berbau
tajam,
menimbulkan iritasi jalan nafas jika dipakai dengan konsentrasi tinggi menggunakan sungkup muka. Tidak mudah terbakar, tidak terpengaruh cahaya dan proses induksi dan pemulihannya relatif cepat dibandingkan dengan obat-obat anestesi inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih lebih lambat dibandingkan dengan sevofluran. 3,7,8 Dosis 1) Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-3% bersamasama dengan N2O. 2) Untuk
pemeliharaan
dengan
pola
nafas
spontan
konsentrasinya berkisar antara 1-2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.2,3,7 Pada pasien yang mendapat anestesi isofluran kurang dari 1 jam akan sadar kembali sekitar 7 menit setelah obat dihentikan. Sedangkan pada tindakan 5-6jam, kembali sadar sekitar 11 menit setelah obat dihentikan. 3,7,8 Efek Farmakologi
Terhadap sistem saraf pusat Efek depresinya terhadap SSP sesuai dengan dosis yang diberikan. Isofluran tidak menimbulkan kelainan EEG seperti yang ditimbulkan oleh enfluran. Pada dosis anestesi
tidak menimbulkan vasodilatasi dan perubahan sirkulasi serebrum serta mekanisme autoregulasi aliran darah otak tetap stabil. Kelebihan lain yang dimiliki oleh isofluran adalah penurunan konsumsi oksigen otak. Sehingga dengan demikian isofluran merupakan obat pilihan untuk anestesi pada kraniotomi, karena tidak berperngaruh pada tekanan intrakranial, mempunyai efek proteksi serebral dan efek metaboliknya yang menguntungkan pada tekhnik hipotensi kendali.3,7,8
Terhadap sistem kardiovaskular Efek depresinya pada otot jantung dan pembuluh darah lebih ringan dibanding dengan obat anesetesi volatil yang lain. Tekanan darah dan denyut nadi relatif stabil selama anestesi. Dengan demikian isofluran merupakan obat pilihan untuk obat anestesi pasien yang menderita kelainan kardiovaskuler.3,7,8
Terhadap sistem respirasi Isofluran juga menimbulkan depresi pernafasan yang derajatnya sebanding dengan dosis yang diberikan. 3,7,8
Terhadap otot rangka Menurunkan tonus otot rangka melalui mekanisme depresi pusat motorik pada serebrum, sehingga dengan demikian berpotensiasi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi. Walaupun demikian, masih diperlukan obat pelumpuh otot untuk mendapatkan keadaan relaksasi otot yang optimal terutama pada operasai laparatomi.3,7,8
Terhadap ginjal Pada dosis anestesi, isofluran menurunkan aliran darah ginjal dan laju fitrasi glomerulus sehingga produksi urin
berkurang, akan tetapi masih dalam batas normal. Toksisitas pada ginjal tidak terjadi.3,7,8