REFERAT Induksi Persalinan Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT INDUKSI PERSALINAN



Pembimbing: dr. Rodiani, M.Sc, Sp.OG



Koass: Diptha Renggani Putri, S.Ked Indah Dian Shafira, S.Ked Reqza Pratama, S.Ked Ria Andriana, S.Ked Zhafran Ramadhan Tobing, S.Ked



KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROPINSI LAMPUNG



2020



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang



Induksi persalinan merupakan salah satu intervensi obstetris yang paling sering diterapkan di seluruh dunia (Gommers JS, Diederen M, dkk, 2017). Data menunjukkan bahwa 1 dari 5 wanita hamil akan menjalani proses persalinan dengan induksi persalinan dan 30- 40% wanita melahirkan akan dilakukan induksi persalinan ( Bomba-Opon D, dkk, 2017). Tujuan dari induksi persalinan adalah untuk merangsang kontraksi uterus dengan bantuan farmakologi medis atau tindakan medis sebelum onset persalinan normal walaupun induksi persalinan dianjurkan ketika resiko melanjutkan kehamilan lebih besar daripada proses persalinan namun sebaiknya perlu dipertimbangkan dengan pendekatan yang aman dan efisien, serta mempunyai manfaat lebih besar bagi kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Christina A. Penfield DAW, 2017).



Induksi persalinan biasanya dilakukan jika risiko menunggu persalinan spontan dinilai lebih besar daripada risiko memperpendek durasi kehamilan (WHO, 2011), karena jika tetap dipertahankan dapat meningkatkan kematian dan angka kesakitan



pada



bayi



dan



ibunya



seperti



pada



kehamilan



post-term,



oligohidramnion, KPD (Ketuban Pecah Dini), IUFD (Intra Uterine Fetal Death), IUGR (Intra Uterine Growth Restriction), penyakit jantung, preeklampsia dan lainya (Mozurkewich E, 2009).



Induksi persalinan tidak selamanya berhasil mengeluarkan onset persalinan secara pervaginam (Gommers et al, 2017). Kadang kala dapat pula berakhir dengan kegagalan sehingga resiko terjadi persalinan operatif meningkat secara positif dibandingkan dengan persalinan spontan (Ryan, Mc Carthy; 2016). Resiko lainya dapat terjadi kelelahan otot miometrium (atonia uteri), hiperstimulasi uterus,



infeksi, ruptur uteri, solusio plasenta, prolaps tali pusat, kelelahan ibu, solusio plasenta, hiponatremia, hemoragik post partum dan cenderung emosional (Grobman et al, 2018). Sedangkan resiko untuk bayinya adalah terjadinya gawat janin dan meningkatnya bayi masuk NICU (Neonatus Intensif Care Unit) (Gommers et al, 2017).



Kesuksesan induksi persalinan dapat dipengaruhi beberapa hal yaitu tingkat kematangan serviks, paritas, BMI, usia ibu, perkiraan berat janin, dan diabetes (WHO, 2014). Skor bishop dikembangkan pada tahun 1964 sebagai prediktor untuk keberhasilan induksi. Sistem penilaian awal kematangan serviks menggunakan 5 determinan (dilatasi, penipisan, penurunan, posisi, dan konsistensi) yang mengaitkan nilai masing-masing determinan 0 hingga 2 atau 3 point (skor maksimal 13) (WHO, 2011). Bila terdapat seviks yang tidak matang, maka persalinan pervaginam memiliki kemungkinan yang kecil untuk berhasil (Lasmini et al, 2017).



Selama proses induksi, monitoring detak jantung janin dan aktivitas kontraksi uterus harus dipantau secara ketat agar terdeteksi apakah ada fetal distress, sindrom



hiperkolesterolemia,



hiperstimulasi



uterus



dan



hiperparatiroid



(Prawirohardjo and Saifuddin, 2014, WHO, 2011). Jika pada persalinan normal pengukuran aktivitas kontraksi uterus dilakukan dalam 10 menit tiap 30 menit sekali (APN, 2011) namun untuk pengukuran kontraksi pada pasien induksi dilakukan tiap 15 menit sekali (Varney et al, 2007; Leduc et al, 2013). Hal ini dilakukan salah satunya untuk menghindari terjadinya hiperstimulasi uterus sehingga harus dilakukan observasi lebih intensif. Monitoring pengukuran kontraksi dilakukan untuk mengetahui berapakah frekuensi kontraksi uterus dalam 10 menit serta durasi lamanya kontraksi uterus dalam satuan detik (APN, 2011; Santy et al, 2017). Yang dapat di interprestasikan dengan 3 tingkatan yaitu lemah, sedang dan kuat (APN, 2011).



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi dan Augmentasi



Induksi persalinan adalah upaya menstimulasi uterus untuk memulai terjadinya persalinan.



Sedangkan



augmentasi



atau



akselerasi



persalinan



adalah



meningkatkan frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan. Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai terjadi persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane. Augmentasi merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi spontan yang dianggap tidak adekuat karena kegagalan dilatasi serviks dan penurunan janin. (Cunningham, 2014).



Induksi persalinan adalah upaya memulai persalinan dengan cara-cara buatan sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his. (Sinclair, 2010) Secara umum induksi persalinan adalah berbagai macam tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang timbulnya atau mempertahankan kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Atau dapat juga diartikan sebagai inisiasi persalinan secara buatan setelah janin viable.



2.2 Indikasi Induksi



Induksi diindikasikan hanya untuk pasien yang kondisi kesehatannya atau kesehatan janinnya berisiko jika kehamilan berlanjut. Induksi persalinan mungkin diperlukan untuk menyelamatkan janin dari lingkungan intra uteri yang potensial berbahaya pada kehamilan lanjut untuk berbagai alasan atau karena kelanjutan kehamilan membahayakan ibu. Adapun indikasi induksi persalinan yaitu ketuban pecah



dini,



kehamilan



lewat



waktu,



oligohidramnion,



korioamnionitis,



preeklampsi berat, hipertensi akibat kehamilan, intrauterine fetal death (IUFD)



dan pertumbuhan janin terhambat (PJT), insufisiensi plasenta, perdarahan antepartum, dan umbilical abnormal arteri doppler.(Oxorn, 2013).



2.3. Kontraindikasi Induksi



Kontra indikasi induksi persalinan serupa dengan kontra indikasi untuk menghindarkan persalinan dan pelahiran spontan. Diantaranya yaitu: disproporsi sefalopelvik (CPD), plasenta previa, gamelli, polihidramnion, riwayat sectio caesar klasik, malpresentasi atau kelainan letak, gawat janin, vasa previa, hidrosefalus, dan infeksi herpes genital aktif. (Cunningham, 2014).



2.4 Komplikasi atau Risiko



Komplikasi dapat ditemukan selama pelaksanaan induksi persalinan maupun setelah bayi lahir. Komplikasi yang dapat ditemukan antara lain: atonia uteri, hiperstimulasi, fetal distress, prolaps tali pusat, rupture uteri, solusio plasenta, hiperbilirubinemia, hiponatremia, infeksi intra uterin, perdarahan post partum, kelelahan ibu dan krisis emosional, serta dapat meningkatkan pelahiran caesar pada induksi elektif. (Cunningham, 2014).



2.5 Persyaratan Induksi



Untuk dapat melaksanakan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi/persyaratan sebagai berikut: a. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD) b. Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan menipis, hal ini dapat dinilai menggunakan tabel skor Bishop. Jika kondisi tersebut belum terpenuhi maka kita dapat melakukan pematangan serviks dengan menggunakan metode farmakologis atau dengan metode mekanis. c. Presentasi harus kepala, atau tidak terdapat kelainan letak janin. d. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun kedalam rongga panggul. (Oxorn, 2010).



Apabila kondisi-kondisi diatas tidak terpenuhi maka induksi persalinan mungkin tidak memberikan hasil yang diharapkan. Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor Bishop. berdasarkan kriteria Bishop, yakni: a. Jika kondisi serviks baik (skor 5 atau lebih), persalinan biasanya indiksi dengan hanya menggunakan induksi. b. Jika kondisi serviks tidak baik (skor 24 jam), perdarahan ringan, perdarahan post partum (resiko relatif



2



kali



dibandingkan



dengan



tanpa



hiperbilirubinemia neonatus (bilirubin > 250 μmol/l).



induksi



persalinan),



DAFTAR PUSTAKA



1. Apn. (2011). Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta. JNPK-kr 2. Bomba-opoń, D., Drews, K., Huras, H., Laudański, P., Paszkowski, T. P. & Wielgoś, M. (2017). Polish Gynecological Society Recommendations for Labor Induction. Ginekologia Polska, 88, 224-234 3. Christina A. Penfield DAW. Labor Induction Techniques: Which Is the Best? Obstetrics and Gynecology Clinics of North America. 2017;Volume 44, 2017(Issue 4):567-82. 4. Cunningham, FG., et al. (2014). Obstetri Williams (Williams Obstetri). Edisi 24. Jakarta : EGC. 5. Gommers, J. S., Diederen, M., Wilkinson, C., Turnbull, D. & Mol, B. W. (2017). Risk of Maternal, Fetal and Neonatal Complications Associated with the Use of the Transcervical Balloon Catheter in Induction of Labour: A Systematic review. European Journal of Obstetrics and Gynecology and Reproductive Biology, 218, 73-84 6. Grobman, W. A., Bailit, J., Lai, Y., Reddy, U. M., Wapner, R. J., Varner, M. W., Thorp, J. M., Leveno, K. J., Caritis, S. N., Prasad, M., Tita, A. T. N., Saade, G., Sorokin, Y., Rouse, D. J., Blackwell, S. C. & Tolosa, J. E. (2018). Defining Failed Induction of Labor. American Journal of Obstetrics and Gynecology, 218, 122.e1-122.e8 7. Lasmini, P. S., Yunitra, I., & Bachtiar, H. (2017). Perbedaan Efek Misoprostol dan Oksitosin sebagai Pematangan Serviks. Andalas Obstetric and Gynecology Journal, 2 8. Leduc, D., Biringer, A., Lee, L., Dy, J., Corbett, T., Duperron, L., Lange, I., Muise, S., Parish, B., & Regush, L. (2013). Induction of Labour. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada, 35, 840-857 9. Llewellyn, Derek. ( 2002 ). Dasar – Dasar Obstetri dan Ginekologi, edisi 6 (ed 6) Jakarta : Hipokrates



10. Mozurkewich e, C. J., Koepke, E, Keeton, K, King, V. J. (2009). Indications for Induction of Labour: a Best-Evidence Review. Pubmed, 626-36 11. Prawirohardjo, S. & Saifuddin, A. B. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ryan, R & Mccarthy, F. (2016). Induction of Labour. Obstetrics, Gynaecology & Reproductive Medicine, 26, 304-310 12. Saifuddin, A. B. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 13. Santy, T. A., Suryono & Nurul, M. (2017). Aktivitas Kelistrikan Uterus pada Kontraksi Persalinan Kala 1. Master. Semarang Health Polytechnic 14. Sinclair, Constance (2010) Buku Saku Kebidanan. Meiliya, E. & Wahyuningsih, E. eds. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 15. Varney, H., Kriebs, J. M. & L, C. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan,Edisi 4. Jakarta: EGC 16. Who. (2011). Who Recommendations for Induction of Labour, Geneva: World Health Organization 17. Who. (2014). Who Recommendations for Augmentation of Labour, World Health organization